laporan e3

12
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Nama Percobaan : E 3. Pengaruh Aktivator dan Inhibitor pada Reaksi Enzimatik Hari / Tanggal Percobaan : Rabu, 5 November 2014 Kelompok : D (Golongan P) Nama Mahasiswa : 1. Suwandi Wonowijaya (2443013128) 2. Yetik Oktavia (2443013298) 3. Inka Arum (2443013092) 4. Yuni tungga (2443013306) 5. Andarvina (2443013104) I. Tujuan Percobaan Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan aktivator dan inhibitor terhadap reaksi enzimatik pada umumnya, khususnya terhadap reaksi enzimatik amilase dan pati. II. Dasar Teori Beberapa reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup terjadi sangat cepat. Hal ini terjadi karena adanya suatu zat yang membantu proses tersebut. Bila zat ini tidak ada, maka proses- proses tersebut berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Zat tersebut dikenal dengan nama fermen atau enzim (Janice, 2003). Di dalam tubuh makhluk hidup, berbagai enzim dibentuk dalam keadaan tidak aktif dan diberi nama zimogen. Untuk mengaktifkannya harus dibantu oleh suatu aktivator sehingga fungsional. sebagai contoh, pada sistem pencernaan, tripsinogen harus diaktifkan terlebih dahulu oleh enterokinase (suatu aktivator yang dihasilkan oleh dinding usus halus) manjadi tripsin yang kemudian dapat melakukan pemecahan protein (Janice, 2003). Enzim adalah protein yang pada hakekatnya mengkatalisis semua reaksi biokimia. Enzim ini berubah menjadi sangat khas, seperti misalnya terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya dan bahkan tempat pada substrat khusus dimana enzim itu dapat berfungsi. Enzim memulai kegiatan dengan membentuk suatu kompleks dengan substratnya. Kompleks enzima-substrat dapat digabung menjadi satu oleh tarikan van der Waals dan tarikan elektrostatik oleh ikatan hidrogen, atau yang kurang umum oleh pembentukan ikatan kovalen. Kompleks terbentuk pada sisi aktif dari enzim. Tempat ini juga merupakan daerah enzim yang memacu reaksi

Upload: william-smith

Post on 20-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengaruh aktivator

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

    Nama Percobaan : E 3. Pengaruh Aktivator dan Inhibitor pada Reaksi Enzimatik

    Hari / Tanggal Percobaan : Rabu, 5 November 2014

    Kelompok : D (Golongan P)

    Nama Mahasiswa : 1. Suwandi Wonowijaya (2443013128)

    2. Yetik Oktavia (2443013298)

    3. Inka Arum (2443013092)

    4. Yuni tungga (2443013306)

    5. Andarvina (2443013104)

    I. Tujuan Percobaan

    Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan aktivator dan inhibitor terhadap reaksi

    enzimatik pada umumnya, khususnya terhadap reaksi enzimatik amilase dan pati.

    II. Dasar Teori

    Beberapa reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup terjadi sangat cepat. Hal ini terjadi

    karena adanya suatu zat yang membantu proses tersebut. Bila zat ini tidak ada, maka proses-

    proses tersebut berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Zat tersebut

    dikenal dengan nama fermen atau enzim (Janice, 2003).

    Di dalam tubuh makhluk hidup, berbagai enzim dibentuk dalam keadaan tidak aktif dan

    diberi nama zimogen. Untuk mengaktifkannya harus dibantu oleh suatu aktivator sehingga

    fungsional. sebagai contoh, pada sistem pencernaan, tripsinogen harus diaktifkan terlebih

    dahulu oleh enterokinase (suatu aktivator yang dihasilkan oleh dinding usus halus) manjadi

    tripsin yang kemudian dapat melakukan pemecahan protein (Janice, 2003).

    Enzim adalah protein yang pada hakekatnya mengkatalisis semua reaksi biokimia. Enzim

    ini berubah menjadi sangat khas, seperti misalnya terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya

    dan bahkan tempat pada substrat khusus dimana enzim itu dapat berfungsi. Enzim memulai

    kegiatan dengan membentuk suatu kompleks dengan substratnya. Kompleks enzima-substrat

    dapat digabung menjadi satu oleh tarikan van der Waals dan tarikan elektrostatik oleh ikatan

    hidrogen, atau yang kurang umum oleh pembentukan ikatan kovalen. Kompleks terbentuk

    pada sisi aktif dari enzim. Tempat ini juga merupakan daerah enzim yang memacu reaksi

  • yang khas. Sisi aktif itu harus memiliki atom dan konfigurasi yang tepat, baik untuk mengikat

    maupun untuk mengkatalisis (Pine, dkk., 1988).

    Enzim, seperti protein lain, mempunyai berat molekul yang berkisar dari kira-kira 12.000

    sampai lebih dari 1 juta. Oleh karena itu, enzim berukuran amat besar dibandingkan dengan

    substrat atau gugus fungsional targetnya. Beberapa enzim hanya terdiri dari polipeptida dan

    tidak mengandung gugus kimiawi selain residu asam amino. Akan tetapi enzim lain

    memerlukan tambahan komponen kimia bagi aktivitasnya komponen ini disebut kofaktor.

    Kofaktor mungkin suatu molekul anorganik seperti ion Fe2+, Mn2+ atau Zn2+ atau mungkin

    juga suatu molekul anorganik kompleks yang disebut koenzim. Beberapa enzim

    membutuhkan baik koenzim maupun satu atau lebih ion logam bagi aktivitasnya. Pada

    beberapa enzim, koenzim atau ion logam hanya terikat secara lemah atau dalam waktu

    sementara pada protein, tetapi pada enzim lain senyawa ini terikat kuat, atau terikat secara

    permanen yang dalam hal ini disebut gugus prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan

    aktif mengkatalisis, bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim.

    Koenzim dan ion logam bersifat stabil sewaktu pemanasan, sedangkan bagian protein enzim

    akan terdenaturasi oleh pemanasan (Lehninger, 1997).

    Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungannya atau kontak

    antara enzim dengan substratnya suatu enzim mempunyai ukuran lebih besar daripada

    substratnya. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat.

    Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian tertentu saja. Tempat atau

    bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat dinamai bagian aktif

    (active site). Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang

    tepat dapat menampung substrat. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat

    menyebabkan terjadinya kompleks enzimsubstrat, kompleks ini merupakan kompleks yang

    aktif, yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah

    terjadi (Poedjiadi, 1994).

    Faktor faktor yang mempengaruhi kerja enzim (Modul enzim, 2014):

    Selain pH dan Suhu, factor yang dapat mempengaruhi Aktivitas Enzim adalah

    KOFAKTOR

    Dalam banyak kasus, jika sebuah enzim dicampur dengan substratnya pada kondisi yang

    layak, hanya ada aktivitas yang rendah. Hal ini disebabkan tidak adanya koenzim atau

  • aktivator. KOENZIM: senyawa organik berat molekul rendah yang secara aktif terlibat dalam

    katalisis. Koenzim kerap bertindak sebagai akseptor atau donor gugus kimia spesifik. Sebagai

    contoh, NAD merupakan koenzim bagi banyak dehidrogenase. Nama koenzim

    dipertahankan untuk kofaktor terlarut di mana istilah gugus prostetik digunakan

    untuk koenzim yang melekat dengan kuat pada protein. AKTIVATOR: senyawa kimia

    alamiah sederhana dan tidak spesifik seperti halnya koenzim. Aktivator berfungsi

    mengaktivasi kompleks enzim-substrat. Beberapa ion logam dikenal sebagai aktivator

    serangkaian enzim yang luas; Mg2+

    untuk fosfatase alkaline dan kinase.

    INHIBITOR

    Banyak senyawa bereaksi dengan enzim dengan akibat aktivitas ensimnya berkurang. Sifat

    enzim ini digunakan dalam mendesain obat-obatan dan insektisida yang secara selektif

    menghambat enzim dalam bakteria penginfeksi atau serangga, tetapi tidak mempengaruhi

    hewan atau tumbuhan. Dua jenis penghambatan klasik dikenal: INHIBITOR KOMPETITIF

    dan INHIBITOR non-KOMPETITIF (gambar 5).

    Gambar 5. Tipe Inhibitor

  • INHIBITOR KOMPETITIF: Inhibitor bereaksi dengan enzim dengan berkompetisi dengan

    substrat. Inhibitor kompetitif adalah sebuah struktur kimia yang serupa dengan substrat

    alamiah dan cukup spesifik. Ini digambarkan dalam kasus enzim suksinat dehidrogenase,

    yang mengkatalisis perubahan suksinat menjadi fumarat. Malonat dan maleat keduanya

    bertindak sebagai inhibitor kompetitif bagi enzim ini.

    INHIBITOR non-KOMPETITIF: dalam tipe penghambatan non-kompetitif, inhibitor bersama

    dengan substrat. Situs perlekatan inhibitor biasanya cukup jauh. Contoh dari inhibitor non-

    kompetitif adalah ion logam berat seperti Ag+ dan Cu

    2+ dengan gugus SH pada sistein dalam

    ensim dan sianida dengan enzim yang menggunakan Fe2+

    atau Fe3+

    .

  • III. Alat & Bahan

    Alat

    - Spektrofotometer

    - Kuvet

    - Stopwatch

    - Tabung reaksi

    - Pipet volume

    - Mikropipet

    - Rak tabung reaksi

    - Vortex

    - Penangas air terkontrol

    Bahan

    - Larutan ekstrak kasae enzim amilase

    - Larutan pati 2,0% (w/v)

    - Larutan penyangga 0,04M pH 4; 5; 6,5; 8; dan 10

    - Larutan Iodine

    - Larutan HCl 0,1N

    - Larutan NaCl 1%

    - Larutan HgCl2 1%

    IV. Cara Kerja

    Preparasi larutan kerja iodine

    Membuat 100ml larutan kerja iodine

    100ml air

    1ml

    (500mg

    iodine/I2 dan

    5,0g KI/100ml

    air)

    aduk ad

    homoge

    n

  • Preparasi larutan pati 1,0% (w/v)

    Membuat 50ml larutan pati 1,0% (w/v)

    25ml lar. dapar pH 6,5

    25ml lar. pati 2,0%

    Preparasi blanko negative

    +500l HCl 0,1N

    Kemudian vortex

    5ml lar. Iodine

    Prosedur

    1. Tiap kelompok melakukan percobaan pada satu kondisi tertentu sesuai arahan asisten

    yaitu:

    A. Tanpan penambahan aktivator atau inhibitor (digantikan dengan air suling atau

    buffer)

    B. Dengan penambahan NaCl 1%

    C. Dengan penambahan HgCl 1%

    D. Dengan penambahan HgCl 0,5%

    aduk ad

    homoge

    n

  • 2. Skema kerja

    step 1 siapkan 3 set tabung reaksi, tiap set terdapat 2 tabung, masing- masing

    diberi label (set1 Ro & set1 R; set2 Ro & set2 R; set3 Ro & set3 R)

    step 2

    set1 berisi 5ml larutan pati 1,0%

    set2 berisi 5ml HCl 0,1N

    set3 berisi 5ml larutan kerja iodine

    step 3

    pada tabung set1 Ro ditambahkan air suling 1ml

    dan tabung set1 R ditambahkan 1ml HgCl2 0,5% diamkan 5 menit pada suhu optimum (suhu ruangan)

    step 4

    tambahkan 500l air suling pada tabung set1Ro

    tambahkan 500l enzim pada tabung set1 R

    diamkan 5 menit pada suhu ruangan

    step 5

    tambahkan 5ml HCl 0,1N pada masing-masing tabung set1 Ro dan Set1 R

    kemudian vortex

    step 6

    ambil 500l pada masing-masing tabun g set1 Ro dan set1 R

    masukkan pada tabung set3 yang berisi 5ml lar.iodine

    vortex kemudian amati intensitas warna biru dengan spektrofotometer

  • V. Data Hasil Pengamatan

    Data hasil pengamatan dari kelompok B,C,dan D

    Tanpa

    Penambahan NaCl 1,0% HgCl2 0,5% HgCl2 1.0%

    R (sampel) - 0,032 0,453 2,921

    Ro (blanko) - 3,000 1,237 3,000

    AE - 98,9 63,4 2,6

    Perhitungan Aktivitas Enzim

    NaCl 1,0% : AE= D x (Ro-R) x F = 1 x (3,000-0,032) x 100 = 98,9

    Ro 3,000

    HgCl2 0,5%: AE= D x (Ro-R) x F = 1 x (1,237-0,453) x 100 = 63,4

    Ro 1,237

    HgCl2 1.0% : AE= D x (Ro-R) x F = 1 x (3,000-2,921) x 100 = 2,6

    Ro 3,000

    \

    NaCl 1,0% HgCl2 0,5% HgCl2 1,0%

    AE 98.9 63.4 2.6

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Akt

    ivit

    as E

    nzi

    m

    Grafik Pengaruh aktivator & inhibitor terhadap Aktivitas Enzim

  • Gambar hasil percobaan

    Dari Sebelah kiri kelompok A: berisi tanpa penambahan

    NaCl 1% maupun HgCl2

    Tabung yg kedua kelompok B: berisi lar. dengan

    penambahan NaCl 1%

    Tabung yang ketiga Kelompok C: berisi lar. dengan

    penambahan HgCl2 1%

    Tabung yang keempat Kelompok D: berisi lar. Dengan

    penambahan HgCl2 0,5%

    VI. Pembahasan

    Pada percobaan ini, kita akan mengetahui dan memahami pengaruh activator dan

    inhibitor terhadap aktivitas enzim. Prinsip percobaan kali ini mirip dengan percobaan E1 dan

    E2, hanya saja disini dilakukan percobaan dengan penambahan NaCl dan Penambahan

    HgCl2 . dari empat kelompok, kelompok A dengan kondisi tanpa activator/inhibitor,

    kelompok B dengan penambahan NaCl 1%, kelompok C dengan penambahan HgCl2 1%, dan

    kelompok D dengan penambahan HgCl2 0,5%.

    Dari empat percobaan yang dilakukan pada pH dan suhu optimum (pH 6,5; suhu 27oC) di

    dapat nilai Aktivitas enzim paling besar terdapat pada kelompok B yaitu sebesar 98, 9,

    dimana kelompok B dikondisikan dengan penambahan NaCl 1%. Sedangkan nilai aktivitas

    enzim paling kecil tedapat pada kelompok C yaitu 2,6. Dimana kelompok C dikondisikan

    dengan penambahan HgCl 1%. Dari percobaan ini bisa disimpulkan bahwa NaCl merupakan

    activator (memiliki ion logam Na+) karena dapat meningkatkan aktivitas enzim (Berg et, at

    2006), sedangkan HgCl2 merupakan inhibitor yang tergolong inhibitor non-kompetitif karena

    termasuk golongan logam-logam berat.

    Bahan Diskusi

    1. Apakah yang dimaksud dengan activator dan inhibitor dalam reaksi enzimatik?

    Jawab: - activator adalah umumnya berupa ion logam yang dapat terikat atau dapat

    terlepas dari enzim contoh: K+, Mn+, Mg2+, Na+

  • - Inhibitor adalah senyawa yang bereaksi dengan enzim dan mengakibatkan aktivitas

    enzim berkurang contoh logam berat (HgCl2)

    2. Apa fungsi larutan NaCl dan HgCl2?

    Jawab: - NaCl berfungsi sebagai activator yang dapat meningkatkan aktivitas enzim

    - HgCl2 berfungsi sebagai inhibitor non-kompetitif yang dapat menurunkan aktivitas

    enzim

    3. Apakah yang dimaksud dengan inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif?

    Jawab: - Inhibitor bereaksi dengan enzim dengan berkompetisi dengan substrat.

    Inhibitor kompetitif adalah sebuah struktur kimia yang serupa dengan substrat

    alamiah dan cukup spesifik. Ini digambarkan dalam kasus enzim suksinat

    dehidrogenase, yang mengkatalisis perubahan suksinat menjadi fumarat. Malonat dan

    maleat keduanya bertindak sebagai inhibitor kompetitif bagi enzim ini.

    - Inhibitor non-kompetitif adalah dalam tipe penghambatan non-kompetitif, inhibitor

    bersama dengan substrat. Situs perlekatan inhibitor biasanya cukup jauh. Contoh dari

    inhibitor non-kompetitif adalah ion logam berat seperti Ag+ dan Cu

    2+ dengan gugus

    SH pada sistein dalam ensim dan sianida dengan enzim yang menggunakan Fe2+

    atau

    Fe3+

    .

    4. Apakah makna koenzim dan gugus prostetik?

    Jawab: - Koensim, yaitu molekul organik yang tahan panas, mudah terdisosiasi dan

    dapat dipisahkan dengan cara dialisis. Contoh: NAD dan ATP

    - Gugus prostetik, yaitu grup yang terikat pada ensim dan tidak mudah lepas. Contoh:

    FAD adalah gugus prostetik yang terikat pada substrat dehidrogenase.

    5. Buatlah grafik Lineweaver-Burk dari suatu reaksi enzimatik tanpa inhibitor, yang

    mengalami inhibisi kompetititf dan yang mengalami inhibisi non-kompetitif. Jelaskan

    grafik tersebut? Jawab:

  • Gambar 6. Efek inhibitor kompetitif pada plot Lineweaver Burke

    Gambar 7. Efek inhibitor non kompetitif pada kurva Lineaweaver Burke

    VII. Kesimpulan

    Aktivitas enzim dapat di pengaruhi dengan adanya penambahan activator maupun

    inhibitor

    NaCl merupakan activator yang dapat meningkatkan aktivitas enzim

    HgCl2 merupakan inhibitor yang dapat menurunkan aktivitas enzim

  • VIII. Daftar Pustaka

    Berg JM, Tymoczko JL, Stryer L, 2006, Biochemistry, 6th ed. HW Freeman Company.

    Newyork.

    Janice, D.L. 2003. Biologi Tesis. Erlangga. Jakarta.

    Lehninger, A.L., 1997, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

    Pine, S.H., Hendrickson, J.B., Cram, D.J., dan Hammond, G.S., 1988, Kimia Organik II,

    Penerbit ITB, Bandung.

    Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta