laporan biomed
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri farmasi sebagai industri penghasil obat dimana industri obat
memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan seiring dengan meningkatnya
pendidikan dan kesadaran masyarakat maka industri farmasi dituntut untuk
menyediakan obat dengan jenis, jumlah, dan kualitas yang memadai. Selain
sebagai sarana untuk mengobati penyakit (kuratif), obat juga mempunyai fungsi
untuk mencegah suatu penyakit (preventif). Untuk itu obat yang dihasilkan harus
memenuhi persyaratan khasiat, keamnan dan mutu dalam dosis yang digunakan
untuk tujuan pengobatan. Melihat hal tersebut, pemerintah melalui BPOM RI
mengeluarkan kebijakan tentang pembuatan obat yang baik yang disebut CPOB
(Cara Pembuatan Obat Yang Baik) agar persyaratan obat yang meliputi mutu,
keamanan, dan khasiat obat tersebut dapat terlaksana dan berjalan dengan baik.
Ada dua belas aspek penting yang diatur dalam CPOB terkini (CPOB 2006) yaitu
sistem manajemen mutu; personalia; bangunan dan sarana penunjang; peralatan;
sanitasi dan higiene; produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu;
penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk
kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; dan
kualifikasi dan validasi. Berkaitan dengan aspek CPOB tersebut, farmasis
merupakan profesi yang sangat berperan penting dan terlibat langsung dalam
proses pembuatan obat di industri farmasi.
1
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Jurusan Farmasi
merupakan institusi pendidikan yang berupaya mencetak tenaga kefarmasian yang
profesional dan dalam hal ini mengadakan kunjungan ke industri farmasi yaitu ke
Lembaga Biomedis Ditkesad guna untuk menambah pengetahuan dan wawasan
bagi mahasiswa farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang agar
mampu menjawab semua tantangan di dunia kerja.
B. Tujuan Kunjungan
1. Tujuan Umum
Memperluas wawasan dan menambah pengetahuan mahasiswa
mengenai penerapan konsep CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) di
industri farmasi dan juga memberikan pengetahuan kepada mahasiswa untuk
dapat melihat proses produksi obat secara langsung di industri farmasi.
2. Tujuan Khusus
a. Memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program akhir D-
III Farmasi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Tanjungkarang.
b. Mempelajari serta memahami proses kerja yang dilaksanakan di industri
farmasi khususnya penerapan konsep CPOB (Cara Pembuatan Obat
Yang Benar).
c. Mendapatkan berbagai macam masukan ataupun umpan balik guna
mengembangkan kesesuaian pendidikan dalam bidang industri farmasi
dari tempat industri ke akademik.
2
C. Manfaat Kunjungan
a. Memperluas wawasan dan menambah pengetahuan mahasiswa.
b. Memberikan gambaran yang jelas mengenai salah satu lingkaran kerja Ahli
Madya Farmasi (A.Md.F) yang akan dituju nanti.
c. Melihat secara langsung proses produksi di bawah petugas yang
berpengalaman.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri Farmasi
Industri Farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat
(SK Menkes No. 245/ Menkes/ SK/ V/ 1990). Industri obat jadi adalah industri
yang menghasilkan produk obat jadi, yaitu produk obat yang telah melalui proses
pembuatan. Sementara itu, industri bahan baku obat adalah industri yang
menghasilkan suatu bahan baku obat, baik yang berkhasiat maupun yang tidak
berkhasiat untuk digunakan dalam proses pembuatan obat. Persyaratan wajib yang
harus dipenuhi oleh industri farmasi (SK Menkes No. 245/ Menkes/ SK/ V/ 1990)
adalah
1. dilakukan oleh perusahaan umum yaitu badan hukum berbentuk perseroan
terbatas atau koperasi;
2. memiliki rencana investasi;
3. memiliki NPWP;
4. memenuhi persyaratan CPOB;
5. wajib memperkerjakan secara tetap sekurang - kurangnya dua orang
Apoteker Warga Negara Indonesia (WNI), masing - masing sebagai
penanggung jawab produksi dan penanggung jawab pengawasan mutu
sesuai dengan persyaratan CPOB;
4
6. Obat jadi yang diproduksi oleh industri farmasi hanya dapat diedarkan
setelah memperoleh persetujuan sesuai dengan ketentuan perundang -
undangan yang berlaku.
B. Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)
CPOB merupakan bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa
obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan persyaratan dalam izin edar dan spesifikasi
produk. Persyaratan dasar dari CPOB adalah
1. semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang
telah ditetapkan;
2. tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi;
3. tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk :
a. Personil yang terkualifikasi dan terlatih.
b. Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai.
c. Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai.
d. Bahan, wadah, dan label yang enar.
e. Prosedur dan instruksi yang disetujui.
f. Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.
5
4. prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dan dapat diterapkan secara spesifik pada
sarana yang tersedia;
5. operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;
6. pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar - benar dilaksanakan
dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang
diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;
7. catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam
bentuk yang mudah diakses;
8. penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap
mutu obat;
9. tersedia system penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran;
10. keluhan teradap produk obat yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan
pencegahan pengulangan kembali keluhan.
C. Aspek CPOB
1. Sistem Manajemen Mutu
Industri Farmasi dituntut untk menghasilkan produk obat yang
menjamin khsiat, mutu, dan kemanan sesuai dengan tujuan
pengobatannya. Manajemen bertanggung jawab untuk mencapai tujuan ini
6
melalui suatu kebijakan mutu dimana diperlukan manajemen mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar dari
manajemen mutu adalah sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya, dan pemastian mutu.
Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan
tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Oleh karena itu, pemastian mutu mencakup
CPOB ditambah dengan faktor lain seperti desain dan pengembangan
produk.
CPOB merupakan bagian dari pemastian mutu yang memastikan
bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai
standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan
dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup produksi dan
pengawasan mutu. Pengawasan mutu berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan
telah dilakukan dan bahwa bahan yang tidak diluluskan tidak digunakan
serta produk yang tidak diluluskan tidak dijual atau dipasok.
Pengawasan mutu secara menyeluruh memiliki tugas lain, yaitu
menetapkan, memvalidasi dan menerapakan semua prosedur pengawasan
mutu, mengevaluasi, mengawasi dan menyimpan bahan baku pembanding,
memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa
stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau menganbil bagian dalam
investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil
7
bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika perlu dicatat.
Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi
untuk melakukan pengambilan sampel dan investigasi bila diperlukan.
Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan
didokumentasikan dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang
sebelumnya.
2. Personalia
Sesuai dengan tuntutan CPOB, maka bagian produksi dan
pengawasan mutu (QC) masing-masing dipegang oleh apoteker yang
berbeda dan tidak saling bertanggung jawab satu sama lain. Untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada, secara rutin
memberikan pelatihan-pelatihan bagi karyawannya meliputi pelatihan
CPOB, pelatihan operasional mesin/alat, serta pelatihan keselamatan diri
3. Bangunan dan Sarana penunjang
Dalam proses produksi obat hendaklah diperhatikan bangunan dan
sarana penunjang yang akan digunakan. Bangunan dan sarana penunjang
lainnya harus memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai serta
disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan
pelaksanaan produksi yang baik dan benar. Tata letak dan desain ruangan
juga harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan, memudahkan pembersihan,
8
memudahkan sanitasi dan perawatan sehingga dapat memperkecil
keungkinan pencemaran silang, penumpukkan debu atau kotoran, dan
dampak lainnya yang dapat menurunkan mutu obat.
4. Peralatan
Dalam pembuatan obat, peralatan yang digunakan harus memiliki
desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, dan ditempatkan
serta dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat terjamin sesuai dengan
desain dan seragam dari bets ke bets serta untuk memudahkan
pembersihan dan perawatan.
5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus diterapkan pada
setiap aspek pembuatan obat. Setiap karyawan terutama di bagian
produksi, pada saat memasuki ruang produksi harus mencuci tangan
dengan desinfektan, dan menggunakan pakaian khusus yang bersih
dilengkapi dengan penutup rambut dan sepatu khusus.
Untuk menjamin kebersihan ruangan produksi dan mencegah kontaminasi,
disediakan ruang penyangga yang berfungsi sebagai pembatas antara
ruang abu-abu (Grey Area) dan ruang hitam (Black Area). Karyawan
dilarang merokok, makan, minum, atau menyimpan makanan dan
minuman di ruang produksi dan laboratorium atau di dalam ruangan lain
yang kemungkinan dapat menurunkan kualitas dari produk.
9
6. Produksi
Produksi dilaksanankan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan (Protap) dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin
industri farmasi senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu dan memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi).
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu adalah bagian yang esensial dari CPOB untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen dari
semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan suatu
keharusan untuk mencapai sasaran mutu yang diinginkan, mulai dari awal
pembuatan sampai dengan distribusi produk obat jadi. Pengawasan mutu
tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga harus terlibat dalam
semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidak tergantungan
pengawasan mutu dapat melaksanakan kegiatan dengan hasil yang
memuaskan.
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan dari inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua
aspek produksi dan pengawasan mutu telah sesuai dengan ketentuan
CPOB. Progam inspeksi diri harus dapat mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan dapat digunakan untuk menetapkan tindakan
10
perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri harus dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang berkompeten dari perusahaan
sendiri atau dari auditor luar. Inspeksi harus dilakukan secara rutin dan
disamping itu, pada situasi khusus, semua saran untuk tindakan perbaikan
harus dilaksanakan. Misalnya dalam hal terjadinya penolakan yang
berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri harus didokumentasikan dan
dibuat program tindak lanjut yang efektif.
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk
dan Produk Kembali
a. Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan
kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dan diteliti sesuai
dengan prosedur tertulis.
b. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun
suatu system bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara tepat dan efektif.
c. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari
satu atau beberapa bets seluuh bets produk tertentu dari peredaran.
d. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang
cacat mutunya atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan
yang serius dan berisiko terhadap kesehatan.
e. Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan
penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut.
11
f. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,
daluwarsa, atau alasan lain. Misalnya kondisi wadah atau kemasan
yang dapat menimbulkan keraguan atas identitas, mutu, jumlah, dan
keamanan obat tersebut.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari system informasi manajemen.
Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemasian
mutu dan fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima
uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil
risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk atau formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan,
dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
Ktrbacaan dokumen adalah hal yang sangat peting.
11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara
benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalah pahaman
yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dihasilkan dengan mutu
yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan
penerima kontrak harus dibuat secara jelas karena menentukan tanggung
jawab dan kewajiban dari masing - masing fihak. Kontrak harus
12
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen
mutu (pemastian mutu). Hal - hal yang harus diperhatikan dari pembuatan
dan anaisis berdasarkan kontrak adalah
a. hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau
analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait;
b. semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
termasuk usulan perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan
lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan;
c. kontrak hendaklah mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit
sarana dari penerima kontrak;
d. dalam hal analisis berasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan
oleh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) pemberi
kontrak.
12. Kualifikasi dan Validasi
a. Perencanaan validasi
Semua kegiatan validasi hendaknya direncanakan dahulu dan di
dokumentasikan sementara secara singkat, tepat dan jelas dalam RIV
(Rencana Induk Validasi). RIV sekurang-kurangnya mencakup:
kebijaksanaan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan
fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format
dokumen, protokol, dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal
pelaksanaan; pengendalian perubahan; acuan dokumen yang digunakan.
13
b. Dokumentasi
Protokol validasi tertulis dibuat untuk merinci kualifikasi dan
validasi yang akan dilakukan, serta merinci langkah kritis dan kriteria
penerimaan. Protokol harus dikaji dan disetujui oleh kabag QA.
Laporan harus dibuat yang mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau
protokol validasi yang mencakup seluruh hasil yang diperoleh serta
penyimpangan yang terjadi dan perbaikan yang telah dilakukan dan
didokumentasikan.
Setelah kualifikasi selesai diberikan persetujuan tertulis untuk dapat
melanjutkan tahap kualifikasi dan validasi.
c. Kualifikasi
1) Kualifikasi Desain (KD)
Merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap
fasilitas, sistem atau peralatan yang baru.
2) Kualifikasi Instalasi (KI)
Dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau
yang dimodifikasi. Persyaratan minimal untuk melakukan KI
adalah: instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang dan
instrumen sesuai spesifikasi dan gambar teknik yang didesain;
pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoprasian dan
14
perawatan peralatan dari pemasok; ketentuan dan persyaratan
kalibrasi; dan verifikasi bahan konstruksi.
3) Kualifikasi Oprasional (KO)
KO dapat dilakukan setelah KI. KO minimal mencakup:
pengujian tentang proses, sistem dan peralatan; dan pengujian
yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
oprasional atas dan bawah. Penyelesaian formal KO mencakup:
kalibrasi, prosedur, pengoprasian dan pembersihan, pemilihan
operator dan perawatan preventif. Penyelesaian KO fasilitas,
sistem dan peralatan dilengkapi dengan persetujuan tertulis.
4) Kualifikasi Kinerja (KK)
KK dilakukan setelah KO selesai, meskipun dalam beberapa
kasus KK disatukan dengan KO. KK minimal mencakup:
Pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan penganti
yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan
berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan
peralatan; dan uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang
mencakup batas atas dan bawah.
15
5) Kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem terpasang yang telah
oprasional
Agar dapat mendukung dan memverifikasi parameter
operasional dan batas variabel kritis pengoprasian alat. Selain
itu kalibrasi, prosedur, pengoprasian dan pembersihan,
perawatan preventif serta prosedur dan catatan pelatihan
operator harus didokumentasikan.
d. Validasi proses
Terdapat 3 macam cara untuk melaksanakan validasi proses:
1) Validasi prospektif
Validasi proses sebelum produk dipasarkan.
2) Validasi konkuren
Validasi proses dilakukan selama proses produksi rutin.
3) Validasi retrospektif
Validasi yang dilakukan pada proses yang sudah berjalan (diambil
dari data-data sebelumnya). Validasi ini tidak berlaku jika terjadi
perubahan formula, peralatan dan prosedur pembuatan.
e. Validasi pembersihan
Pembersihan dilakukan dengan metode analisis yang tervalidasi
yang memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran serta
memiliki batas deteksi yang peka untuk mendeteksi tingkat residu atau
cemaran. Prosedur pembersian untuk produk dan proses serupa dilakukan
16
pembersian pada rentang interval waktu tertentu. Syarat metode tersebut
telah tervalidasi adalah dengan melaksanakan prosedur 3 kali secara
berurutan dengan hasil memenuhi persyaratan.
f. Pengendalian perubahan
Prosedur pengendalian perubahan hendaknya memastikan bahwa
data pendukung cukup untuk menunjukkan bahwa proses yang diperbaiki
akan menghasilkan suatu produk yang sesuai mutu yang diinginkan dan
konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem dan peralatan terhadap
produk hendaklah dievaluasi, termasuk analisis resiko, bila diperlukan
kualifikasi dan validasi ulang harus dipikirkan kebutuhan dan cakupannya.
g. Validasi ulang (revalidasi)
Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses
pembersihan secara berkala dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi
yang telah dilakukan masih absah. Jika terjadi perubahan maka dibutuhkan
validasi ulang/revalidasi.
h. Validasi metode analisis
Tujuannya adalah untuk mengetahui bahwa metode analisis sesuai
tujuan penggunaanya. Validasi metode analisis umumnya dilakukan 4
tahapan: uji identitas, uji kuantitatif kemurnian kandungan, uji batas
17
impuritas, dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau
komponen obat tertentu.
Karakteristik validasi yang umumnya perlu diperhatikan, yaitu: akurasi,
presisi, repeatability, intermediate precision, spesifikasi, batas
deteksi/LOD, batas kuantifikasi/LOQ, linieritas, dan rentang.
18
BAB III
TINJAUAN UMUM LABIOMED DITKESAD
A. Sejarah
Labiomed diawali dengan nama Pusat Laboratorium Pemindahan Darah
(DTDAD). Berdasarkan Surat Perintah Kepala Jawatan Kesehatan Tentara
Angkatan Darat Nomor : 250 / AK / VII / 50 tanggal 25 Juli 1950. Kegiatan yang
dilakukan adalah pengambilan darah, penyimpanan darah, pemindahan transfusi
darah, larutan sitrat 3,8 %, pemeriksaan golongan darah dan produk uggulan pada
periode ini adalah pembuatan plasma kering. Tahun 1958 DTDAD membuat
larfus kemasan botol gelas (NaC1 0,9%, Darrow Glukosa, Glukosa 5% dan 10%,
Ringer Laktat, ACD. dll ).
Tahun 1960, DTDAD berkembang menjadi Lembaga Darah Angkatan
Darat (Ladahad) dengan kegiatan Litbang antara lain bidang produksi biomedis
dan bidang pendidikan ( tahun 1964 dibukalah Sekolah Pengamat Kesehatan
jurusan Laboratorium sebagai cikal bakal Sekolah Menengah Analis Kesehatan
atau SMAK).
Pada tahun 1973, kegiatan Litbang produksi biomedis seperti vaksin dan
sera maju dengan pesat, sehingga Ladahad berubah menjadi Lembaga Biomedis
(Labiomed). Tahun 1980 terjadi kebakaran di Labiomed Brawijaya XII dengan
kerugian: hilangnya kemampuan produksi sera, vaksin, plasma kering, dokomen-
dokumen, persediaan kuman dan peralatan litbang serta sebagian alat produksi
rusak, yang tersisa adalah kegiatan Bank Darah, produksi cairan dan pendidikan
19
SMAK. Pada tahun 1984, kegiatan transfusi darah termasuk peralatan dan
personel dipindahkan ke RSPAD Gatot Soebroto. Tahun 1990 Labiomed
memfokuskan pada produksi pembuatan cairan infus botol gelas dikembangkan
menjadi botol plastik. Kemampuan produksi cairan infus terus meningkat dengan
bertambahnya pengadaan seperangkat mesin produksi baru buatan Taiwan.
Tanggal 26 Juni 1991 Labiomed pindah ke lokasi baru J1. Buntu. Munjul,
Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
B. Visi, Misi, dan Tugas Pokok
1. Visi
Menjadi Lembaga Produksi sediaan parenteral dan produk biomedis
berkualitas CPOB.
2. Misi
a. Menyelenggarakan produksi larutan infus, sediaan injeksi non
antibiotika dan produk biomedis yang bermutu dan aman untuk
mendukung fungsi pelayanan kesehatan dan dukungan kesehatan
sesuai kebutuhan prajurit di lapangan.
b. Meningkatkan kapabilitas lembaga, sarana dan prasarana maupun
kualitas Sumber Daya Manusia serta menyelenggarakan penelitian
dan pengembangan produk.
3. Tugas Pokok
Membantu Ditkesad dalam menyelenggarakan pembinaan dan
melaksanakan produksi, penelitian dan pengembangan larutan steril infus,
20
injeksi dan produk biomedis dalam rangka mendukung Tugas Pokok
Ditkesad.
C. Kebijakan Mutu Perusahaan
Mutu dijadikan prioritas utama dengan kepuasan pelanggan internal
maupun eksternal. Dimana mutu meliputi hal - hal berikut :
a. Mutu mencakup seluruh kegiatan perusahaan, mulai dari penelitian dan
pengembangan, produksi sampai dengan pemasaran.
b. Mutu dibangun dalam system menejemen mutu terpadu oleh semua pihak
melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang efektif dan
efisien.
c. Mutu terutama ditentukan oleh faktor manusia, karena itu pendidikan dan
pelatihan bagi karyawan terus dikembangkan sesuai kebutuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Mutu selalu dijaga dan ditingkatkan sesuai kebutuhan pelanggan dengan
memperhatikan kemampuan daya saing melalui proses yang dapat
menekan biaya produksi.
D. Kedudukan dan Peranan
Lembaga Biomedis Ditkesad adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang merupakan Badan Pelaksana Ditkesad yang memproduksi larutan steril
infus, injeksi, dan produk biomedis.
Peranan Labiomed Ditkesad
1. Andalan utama Dirkesad dalam menyelenggarakan pembinaan dan
melaksanakan produksi, penelitian dan pengembangan larutan steril
21
infus, injeksi, dan produk biomedis dalam rangka mendukung tugas
pokok Ditkesad.
2. Labiomed Ditkesad menjadi tempat pelatihan tenaga farmasi dan
prosesi lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas SDM industri
farmasi.
E. Produk
Produk - produk yang telah dihasilkan oleh Lembaga Biomedis Ditkesad
antara lain :
A. Larutan Infus Kemasan Botol Plastik
1. Sol. NaCl 0,9% 500 ml
2. Sol. Glukosa 5% 500 ml
3. Sol. RG 5% 500 ml
4. Sol. RL 500 ml
5. Sol. DG 1:2 500 ml
6. Sol. Ringer Acetat 500 ml
7. Sol. DG 1:1 500 ml
8. Sol. Metronidazol 100 ml
B. Larutan Injeksi Kemasan Ampul
1. Biocaine 2 ml
2. Quinine HCl 2 ml
3. Tramadol 2 ml
22
C. Plasma Kering
Berdasarkan Surat Perintah Kepala Jawatan Kesehatan Tentara Angkatan
Darat Nomor : 250 / AK / VII / 50 tanggal 25 Juli 1950. Kegiatan yang dilakukan
adalah pengambilan darah, penyimpanan darah, pemindahan transfusi darah,
larutan sitrat 3,8 %, pemeriksaan golongan darah dan produk uggulan pada
periode ini adalah pembuatan plasma kering
D. larutan Infus Kemasan Botol Gelas
Tahun 1958 DTDAD membuat larfus kemasan botol gelas (NaC1 0,9%,
Darrow Glukosa, Glukosa 5% dan 10%, Ringer Laktat, ACD. dll ).
E. Vaksin dan Sera
Pada tahun 1973, kegiatan Litbang produksi biomedis seperti vaksin dan
sera maju dengan pesat, sehingga Ladahad berubah menjadi Lembaga Biomedis
(Labiomed).
F. Penerapan CPOB
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
245/Men.Kes/SK/V/1990 yang menyatakan bahwa CPOB merupakan syarat wajib
untuk memperoleh izin usaha industri farmasi, maka Labiomed Ditkesad
berkewajiban untuk melaksanankan CPOB pada semua aspek, mulai dari sistem
manajemen mutu; personalia; bangunan dan sarana penunjang; peralatan; sanitasi
dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri dan audit mutu;
penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk
kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; dan
kualifikasi dan validasi.
23
1. Sistem Manajemen Mutu
Sistem manajemen mutu pada produk jadi yang dihasilkan Labiomed
Ditkesad telah memenuhi persyaratan pedoman CPOB dilihat dari
sertifikat CPOB yang didapatkan untuk produk-produk yang dihasilkan
labiomed Ditkesad.
2. Personalia
Struktur organisasi Labiomed mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung
jawab yang jelas sehingga tiap personil mengetahui hak dan kewajiban
masing - masing. Instalasi produksi dan instalasi pengawasan mutu
dipimpin oleh seorang Apoteker yang berbeda, tetapi memiliki kewajiban
yang sama untuk menghasilkan produk yang bermutu. Labiomed Ditkesad
senantiasa melakukan pelatihan bagi personil yang pelaksanaannya selalu
mengacu pada CPOB serta disesuaikan dengan bidang tugas dan tanggung
jawab masing - masing. Materi pelatihan dibuat secara bertahap dan
tertulis dalam bentuk prosedur tetap yang disetujui oleh Kepala Instalasi
Pengawasan Mutu dan Kepala Instalasi Produksi. Materi tersebut
disampaikan secara bertahap dan terjadwal sesuai dengan kebutuhan dan
jenis materi.
3. Bangunan dan Sarana penunjang
Labiomed Ditkesad memiliki dua lokasi yang digunakan dalam proses
produksinya, yaitu lokasi pembuatan WFI dan lokasi produksi sediaan
injeksi dan pembuatan botol infus.
24
a. Instalasi Produksi
Pada gedung produksi sediaan injeksi (sediaan infus dan parenteral),
permukaan lantai, dinding, dan langit - langit dilapisi cat epoksi,
permukaannya rata, halus dan dihindari adanya celah, tidak terdapat
sambungan agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba, mudah
dibersihkan, tahan terhadap bahan pembersih, tidak melepas atau
menahan partikel, dan sudut - sudut antara dinding, lantai, dan langit -
langit berbentuk lengkungan. Untuk mengendalikan udara, di ruang
produksi dilengkapi dengan sarana pengatur suhu dan kelembaban,
penyaring udara dilakukan melaui filter udara yang dilengkapi dengan
pre-filter, medium filter, dan heap filter. Hepa filter mampu menyaring
partikel berukuran 0,3 µm dengan tingkat kemampuan 99,9997%.
b. Instalasi Pengawasan Mutu
Instalasi Pengawasan Mutu Labiomed Ditkesad bertugas melakukan
pengawasan mutu terhadap obat - obat produksi Labiomed Ditkesad
yang mencakup pemeriksaan bahan awal, in process control (IPC), dan
obat jadi. Personil Instalasi Pengawasan Mutu yang terdiri dari
Apoteker, Asisten Apoteker, dan analis memiliki keterampilan dan
pengalaman yang cukup dalam pengkajian. Prosedur pengujian
terhadap obat - obat yang dihasilkan oleh Labiomed Ditkesad telah
terdokumentasikan dengan baik, sehingga memudahkan dalam proses
pemeriksaan mutu bahan awal dan obat jadi. Bangunan Instalasi
Pengawasan Mutu telah memenuhi persyaratan CPOB dengan adanya
25
pembagian ruangan yang jelas untuk setiap bagian di Instalasi
Pengawasan Mutu. Pengujian yang dilakukan di Instalasi Pengawasan
Mutu diantaranya adalah uji kebocoran, penetapan kadar, dan uji
pirogen.
4. Peralatan
Mesin - mesin produksi dan peralatan penunjang dalam proses produksi
sediaan infus, sediaan parenteral, dan pengawasan mutu telah memenuhi
persyaratan CPOB . Selain itu, rancangan bangunan dan peralatan yang
tepat dengan penempatan alat yang tepat juga akan mempermudah
pembersihan dan perawatan. Setiap peralatan yang digunakan juga
dilengkapi dengan prosedur tetap (protap), sehingga dapat mempermudah
operator dalam mengoperasikan peralatan yang ada.
5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan hygiene di Labiomed Ditkesad sudah dilaksanakan
dengan cukup baik. Namun, hygiene perorangan dan sanitasi bangunan
harus lebih dioptimalkan lagi pelaksanaannya dan perlu pengawasan yang
lebih ketat lagi.
6. Produksi
Setiap bahan awal yang akan dimasukkan ke Instalasi produksi harus
sudah lulus uji mutu dan pelaksanaan produksi senantiasa mengikuti
protap yang telah dibuat sesuai dengan CPOB. Setiap produk yang akan
26
diproduksi memiliki catatan bets tersendiri sehingga produk obat yang
dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang paling essensial dari CPOB
untuk menjamin bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Instalasi Pengawasan Mutu
Labiomed Ditkesad bertugas melakukan pengawasan mutu terhadap obat -
obat produksi Labiomed Ditkesad yang mencakup pemeriksaan bahan
awal, produk antara, produk ruahan, in process control (IPC), dan obat
jadi. Personil Instalasi Pengawasan Mutu memiliki keterampilan dan
pengalaman yang cukup dan prosedur pengujian terhadap obat - obat yang
dihasilkan juga telah terdokumentasi dengan baik sehingga mempermudah
dalam proses pemeriksaan mutu bahan awal dan obat jadi.
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan Cara
Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB). Selain itu dirancang untuk
mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan menetapka tindakan
perbaikan yang perlu dilakukan. Inspeksi diri dilakukan terhadap
bangunan dan fasilitas, personil, penyimpanan bahan baku dan obat jadi,
peralatan, produksi, pengawasan mutu dan pemeliharaan gedung yang
dilakukan secara teratur, minimal setahun sekali dimana tindakan
27
perbaikannya harus dilaksanakan. Inspeksi diri di Labiomed Ditkesad
sudah dilaksanakan seoptimal mungkin dan pelaksanaannya pun terjadwal.
9. Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan
Obat Kembalian
Labiomed Ditkesad memiliki tempat penyimpanan khusus untuk contoh
pertinggal dari obat - obat yang telah diproduksi dengan tujuan
penanganan jika terjadi keluhan obat, penarikan kembali atau kembalian
yang telah diproduksi. Labomed Ditkesad selalu menanggapi dengan cepat
apabila ada keluhan terhadap obat yang diproduksi, dengan cara
melakukan pemeriksaan kembali contoh pertinggal, yang dilakukan oleh
Instalasi Pengawasan Mutu. Instalasi ini akan melakukan analisis,
evaluasi, perbaikan - perbaikan, dan bila perlu akan dilakukan penarikan
produk obat yang bersangkutan. Penanganan terhadap keluhan langsung
disampaikan kepada Dirkesad, kemudian Dirkesad memberikan perintah
kepada Ka Labiomed, dan kemudian Ka Labiomed akan memerintahkan
Instalasi Pengawasan Mutu untuk melakukan pemeriksaan terhadap
contoh pertinggal pada no. batch yang sama. Jika contoh pertinggal
tersebut mengalami cacat, maka Ka Labiomed akan melaporkan kepada
Dirkesad untuk menarik produk tersebut. Tanggapan terhadap keluhan
tersebut dapat berupa saran - saran mengenai penanganan obat yang
mengalami kerusakan.
28
10. Dokumentasi
Dokumen mengenai seluruh kegiatan terutama yang berkenaan dengan
kegiatan pengadaan, produksi, dan distribusi obat yang ada dilingkungan
Labiomed Ditkesad telah dilakukan dengan baik, meliputi dokumen batch
record, protap untuk produksi, operasional, perawatan gedung, perawatan
alat dan peralatan penunjang lainnya, spesifikasi bahan dan produk,
metode dan prosedur analisa, penyimpanan, dsb.
11. Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalah pahaman yang
dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dihasilkan dengan mutu yang
tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima
kontrak harus dibuat secara jelas karena menentukan tanggung jawab dan
kewajiban dari masing - masing fihak. Kontrak harus menyatakan secara
jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu).
Dalam hal ini, Labiomed Ditkesad telah melaksanakan dengan cukup baik
dimanasemuanya sudah diterapkan sesuai dengan CPOB.
12. Kualifikasi dan Validasi
Setiap hal yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi hendaknya di
kualifikasi dan divalidasi terlebih dahulu agar mutu produk yang
dihasilkan benar - benar terjamin kualitasnya. Dalam hal ini, Labiomed
29
Ditkesad telah memenuhi persyaratan CPOB dimana setiap proses yang
berkaitan dengan produksi telah dikualifikasi dan divalidasi terlebih
dahulu. Baik itu berkaitan dengan peralatan produksi, ruangan, bahan baku
obat, maupun obat jadi yang dihasilkan.
30
BAB IV
KEGIATAN KUNJUNGAN
A. Melihat Prose Pembuatan WFI
Pengolahan air untuk injeksi (Water For Injection/WFI) berasal dari purified
water system, yang selanjutnya dilakukan destilasi (penyulingan)
dengan terlebih dahulu melewati lampu UV untuk membunuh bakteri.
Sesuai dengan persyaratan CPOB yang terbaru, proses destilasi
menggunakan 6 (enam) kolom destilasi, artinya air yang digunakan
untuk produk-produk steril tersebut mengalami 6 kali proses destilasi.
Dengan unit ini diperoleh air untuk injeksi yang memenuhi
persyaratan Water For Injection (WFI). Selanjutnya, WFI yang
dihasilkan kemudian disimpan dalam storage tank pada suhu 70-80oC
sebelum didistribusikan untuk produksi produk steril. Beberapa hal
lain yang diatur dalam CPOB Terkini sebagai persyaratan penting air
untuk produksi yang sebelumnya tidak diatur dalam CPOB yang lama
(2001) , antara lain :
Daerah mati (dead legs/kran) harus sekecil mungkin (maksimum 3 x
diameter pipa)
Aliran air untuk produksi harus disirkulasi secara terus menerus (24
jam)
Pipa distribusi (terutama untuk produk steril) menggunakan baja anti
karat jenis SS 316L
31
Pipa distribusi menggunakan double tube
Pipa distribusi tidak boleh ditanam atau menempel pada dinding ruang
produksi, tapi harus terdapat jarak yang cukup antara pipa dengan
dinding untuk memudahkan pembersihan
Tanki penampung dari bahan SS 316 L yang dilengkapi dengan
fasilitas CIP (cleaning in place) yang memungkinkan proses
pembersihan tanki secara menyeluruh
Parameter pengoperasian : suhu, konduktifitas, flow rate, porositas
filter, dan lain-lain harus didokumentasikan
Terdapat gambar skematik titik-titik pemakaian air
Terdapat sistem alert (peringatan) dan action limit (batas tindakan)
pada sistem pengolahan air.
Bangunan pengolahan air harus terpisah dari bangunan untuk proses
produksi, walaupun demikian letaknya sebaiknya berdekatan, agar resiko
pencemaran bisa ditekan seminimal mungkin selama distribusi dalam pipa
penyalur. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang bangunan untuk
pengolahan air, antara lain adalah:
1. Luas bangunan harus cukup luas untuk menampung tangki-tangki pengolahan air
2. Lantai dan dinding bangunan harus dilapisi cat yang dapat mencegah tumbuhnya
lumut dan jamur (misalnya cat Epoxy atau cat minyak)
3. Posisi lantai bangunan harus lebih tinggi dari sekitarnya untuk mencegah air
hujan masuk ke dalam dan dapat menyebabkan pencemaran.
32
B. Melihat Proses Pembuatan Botol Infus
33
SANDFILTER
WATERSOFTENER
DEMINE-RALIZER
DEEPWELL
WFI
BLOW MOULDINGMACHINE
INJECTION MOULDINGMACHINE
PLASTIC BOTTLE
SEAL
UPPER CAP
WEIGHING
FILTRATION1.2 u 0,45 u 0,2 uFILTRATION
1.2 u 0,45 u 0,2 u
WASHING & RINSING
CA
PIN
G
WATER TREATMENT
ST
ER
ILIZ
AT
ION
WASTE WATERTREATMENT
INSTALLATION
SUPPLY STORAGESUPPLY
STORAGE
AC
TIV
EIN
GR
IDIE
NT
PL
AS
TIC
RA
W
MA
TE
RIA
L
CONTROLLEDCLEAN AREA
CARBON FILTER
DESTILATOR
MIXING
SE
AL
ING
FIL
LIN
G
PRODUCTION PROCESS OF PLASTIK BOTTLE INFUS
QC 7 QC 8
QC 1dQC 1a
QC 1b
QC 1e
QC 1c
QC 2
QC 3 QC 4
QC 5
QC 6
WARE HOUSE
PACKAGING
QC 11
QC 10
QC 9
C. Melihat Proses Pembuatan Larutan Infus
34
Penimbangan
Tangki pencampuran
Tangki penampung
Mesin pencetak botol infus
Pencucian botol infus
Unit Filtrasi
Pengisian larutan infus
Proses Pemasangan
Label
Pemeriksaan Visual
Proses sterilisasi
penyimpanan
D. Melihat Uji Pirogen
Secara biologik (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)
Asas :
Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci yang telah disuntikkan dengan
larutan ≤ 10 mg/Kg BB dalam vena auricularis.
Cara :
- Setiap penurunan suhu dianggap nol
- Memenuhi syarat : tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5ºC
atau lebih
- Jika ada kelinci dengan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih, lanjutkan dengan
kelinci tambahan
- Memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 kelinci masing-masing
menunjukkan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih dan jumlah kenaikkan suhu
maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3ºC.
35
BAB V
PEMBAHASAN
A. Metode Pembuatan Infus
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan ruang penyangga untuk
personil dan /atau peralatan dan bahan, Pembuatan produk dan proses pengisian
dilakukan pada ruangan terpisah, Kondisi operasional dan non operasional
hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang bersih.
B. Uji Kebocoran
Letakkan ampul di dalam zat warna ( biru metilen 0,5 – 1% ) dalam
ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna
berpenetrasi ke dalam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk
membersihkan zat warnanya.
C. Uji Pirogen
Secara biologik (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)
Asas :
Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci yang telah disuntikkan dengan
larutan ≤ 10 mg/Kg BB dalam vena auricularis.
36
Cara :
Setiap penurunan suhu dianggap nol
Memenuhi syarat : tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu
0,5ºC atau lebih
Jika ada kelinci dengan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih, lanjutkan dengan
kelinci tambahan
Memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 kelinci masing-
masing menunjukkan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih dan jumlah
kenaikkan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3ºC.
37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembaga
Biomedis Ditkesad telah memenuhi persyaratan CPOB dalam hal produksi infus
dan sediaan injeksi. Hal ini dapat dilihat dari sertifikat yang dikeluarkan oleh
BPOM RI.
B. Saran
Lembaga Biomedis Ditkesad diharapkan dapat lebih meningkatkan
produksinya dan juga kualitas produksinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan
obat-obatan di rumah sakit-rumah sakit angkatan darat di Indonesia secara
menyeluruh.
38
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/wikipedia.com/uji-pirogen/
http:/water-for-injection/wikipedia/wfi.com//
Saputra, Ade; R., Yuning Tyas Dyah, 2008, Laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) Bidang Sistem Mutu Di PT. Indofarma (Persero) Tbk. Cibitung-
Bekasi Periode Maret 2008
39