laporan biomed

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri farmasi sebagai industri penghasil obat dimana industri obat memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan seiring dengan meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat maka industri farmasi dituntut untuk menyediakan obat dengan jenis, jumlah, dan kualitas yang memadai. Selain sebagai sarana untuk mengobati penyakit (kuratif), obat juga mempunyai fungsi untuk mencegah suatu penyakit (preventif). Untuk itu obat yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan khasiat, keamnan dan mutu dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Melihat hal tersebut, pemerintah melalui BPOM RI mengeluarkan kebijakan tentang pembuatan obat yang baik yang disebut CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) agar persyaratan obat yang meliputi mutu, keamanan, dan khasiat obat 1

Upload: vienda-redisti

Post on 24-Oct-2015

115 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Biomed

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri farmasi sebagai industri penghasil obat dimana industri obat

memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan seiring dengan meningkatnya

pendidikan dan kesadaran masyarakat maka industri farmasi dituntut untuk

menyediakan obat dengan jenis, jumlah, dan kualitas yang memadai. Selain

sebagai sarana untuk mengobati penyakit (kuratif), obat juga mempunyai fungsi

untuk mencegah suatu penyakit (preventif). Untuk itu obat yang dihasilkan harus

memenuhi persyaratan khasiat, keamnan dan mutu dalam dosis yang digunakan

untuk tujuan pengobatan. Melihat hal tersebut, pemerintah melalui BPOM RI

mengeluarkan kebijakan tentang pembuatan obat yang baik yang disebut CPOB

(Cara Pembuatan Obat Yang Baik) agar persyaratan obat yang meliputi mutu,

keamanan, dan khasiat obat tersebut dapat terlaksana dan berjalan dengan baik.

Ada dua belas aspek penting yang diatur dalam CPOB terkini (CPOB 2006) yaitu

sistem manajemen mutu; personalia; bangunan dan sarana penunjang; peralatan;

sanitasi dan higiene; produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu;

penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk

kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; dan

kualifikasi dan validasi. Berkaitan dengan aspek CPOB tersebut, farmasis

merupakan profesi yang sangat berperan penting dan terlibat langsung dalam

proses pembuatan obat di industri farmasi.

1

Page 2: Laporan Biomed

Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Jurusan Farmasi

merupakan institusi pendidikan yang berupaya mencetak tenaga kefarmasian yang

profesional dan dalam hal ini mengadakan kunjungan ke industri farmasi yaitu ke

Lembaga Biomedis Ditkesad guna untuk menambah pengetahuan dan wawasan

bagi mahasiswa farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang agar

mampu menjawab semua tantangan di dunia kerja.

B. Tujuan Kunjungan

1. Tujuan Umum

Memperluas wawasan dan menambah pengetahuan mahasiswa

mengenai penerapan konsep CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) di

industri farmasi dan juga memberikan pengetahuan kepada mahasiswa untuk

dapat melihat proses produksi obat secara langsung di industri farmasi.

2. Tujuan Khusus

a. Memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program akhir D-

III Farmasi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Tanjungkarang.

b. Mempelajari serta memahami proses kerja yang dilaksanakan di industri

farmasi khususnya penerapan konsep CPOB (Cara Pembuatan Obat

Yang Benar).

c. Mendapatkan berbagai macam masukan ataupun umpan balik guna

mengembangkan kesesuaian pendidikan dalam bidang industri farmasi

dari tempat industri ke akademik.

2

Page 3: Laporan Biomed

C. Manfaat Kunjungan

a. Memperluas wawasan dan menambah pengetahuan mahasiswa.

b. Memberikan gambaran yang jelas mengenai salah satu lingkaran kerja Ahli

Madya Farmasi (A.Md.F) yang akan dituju nanti.

c. Melihat secara langsung proses produksi di bawah petugas yang

berpengalaman.

3

Page 4: Laporan Biomed

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri Farmasi

Industri Farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat

(SK Menkes No. 245/ Menkes/ SK/ V/ 1990). Industri obat jadi adalah industri

yang menghasilkan produk obat jadi, yaitu produk obat yang telah melalui proses

pembuatan. Sementara itu, industri bahan baku obat adalah industri yang

menghasilkan suatu bahan baku obat, baik yang berkhasiat maupun yang tidak

berkhasiat untuk digunakan dalam proses pembuatan obat. Persyaratan wajib yang

harus dipenuhi oleh industri farmasi (SK Menkes No. 245/ Menkes/ SK/ V/ 1990)

adalah

1. dilakukan oleh perusahaan umum yaitu badan hukum berbentuk perseroan

terbatas atau koperasi;

2. memiliki rencana investasi;

3. memiliki NPWP;

4. memenuhi persyaratan CPOB;

5. wajib memperkerjakan secara tetap sekurang - kurangnya dua orang

Apoteker Warga Negara Indonesia (WNI), masing - masing sebagai

penanggung jawab produksi dan penanggung jawab pengawasan mutu

sesuai dengan persyaratan CPOB;

4

Page 5: Laporan Biomed

6. Obat jadi yang diproduksi oleh industri farmasi hanya dapat diedarkan

setelah memperoleh persetujuan sesuai dengan ketentuan perundang -

undangan yang berlaku.

B. Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)

CPOB merupakan bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa

obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang

sesuai dengan tujuan penggunaan dan persyaratan dalam izin edar dan spesifikasi

produk. Persyaratan dasar dari CPOB adalah

1. semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara

sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten

menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang

telah ditetapkan;

2. tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana

penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi;

3. tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk :

a. Personil yang terkualifikasi dan terlatih.

b. Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai.

c. Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai.

d. Bahan, wadah, dan label yang enar.

e. Prosedur dan instruksi yang disetujui.

f. Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.

5

Page 6: Laporan Biomed

4. prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang

jelas, tidak bermakna ganda, dan dapat diterapkan secara spesifik pada

sarana yang tersedia;

5. operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;

6. pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama

pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan

dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar - benar dilaksanakan

dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang

diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;

7. catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran

riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam

bentuk yang mudah diakses;

8. penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap

mutu obat;

9. tersedia system penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran;

10. keluhan teradap produk obat yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu

diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan

pencegahan pengulangan kembali keluhan.

C. Aspek CPOB

1. Sistem Manajemen Mutu

Industri Farmasi dituntut untk menghasilkan produk obat yang

menjamin khsiat, mutu, dan kemanan sesuai dengan tujuan

pengobatannya. Manajemen bertanggung jawab untuk mencapai tujuan ini

6

Page 7: Laporan Biomed

melalui suatu kebijakan mutu dimana diperlukan manajemen mutu yang

didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar dari

manajemen mutu adalah sistem mutu yang tepat mencakup struktur

organisasi, prosedur, proses dan sumber daya, dan pemastian mutu.

Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan

tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai

dengan tujuan pemakaiannya. Oleh karena itu, pemastian mutu mencakup

CPOB ditambah dengan faktor lain seperti desain dan pengembangan

produk.

CPOB merupakan bagian dari pemastian mutu yang memastikan

bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai

standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan

dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup produksi dan

pengawasan mutu. Pengawasan mutu berhubungan dengan pengambilan

sampel, spesifikasi dan pengujian, organisasi, dokumentasi dan prosedur

pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan

telah dilakukan dan bahwa bahan yang tidak diluluskan tidak digunakan

serta produk yang tidak diluluskan tidak dijual atau dipasok.

Pengawasan mutu secara menyeluruh memiliki tugas lain, yaitu

menetapkan, memvalidasi dan menerapakan semua prosedur pengawasan

mutu, mengevaluasi, mengawasi dan menyimpan bahan baku pembanding,

memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa

stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau menganbil bagian dalam

investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil

7

Page 8: Laporan Biomed

bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah

dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika perlu dicatat.

Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi

untuk melakukan pengambilan sampel dan investigasi bila diperlukan.

Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan

didokumentasikan dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang

sebelumnya.

2. Personalia

Sesuai dengan tuntutan CPOB, maka bagian produksi dan

pengawasan mutu (QC) masing-masing dipegang oleh apoteker yang

berbeda dan tidak saling bertanggung jawab satu sama lain. Untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada, secara rutin

memberikan pelatihan-pelatihan bagi karyawannya meliputi pelatihan

CPOB, pelatihan operasional mesin/alat, serta pelatihan keselamatan diri

3. Bangunan dan Sarana penunjang

Dalam proses produksi obat hendaklah diperhatikan bangunan dan

sarana penunjang yang akan digunakan. Bangunan dan sarana penunjang

lainnya harus memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai serta

disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan

pelaksanaan produksi yang baik dan benar. Tata letak dan desain ruangan

juga harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya

kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan, memudahkan pembersihan,

8

Page 9: Laporan Biomed

memudahkan sanitasi dan perawatan sehingga dapat memperkecil

keungkinan pencemaran silang, penumpukkan debu atau kotoran, dan

dampak lainnya yang dapat menurunkan mutu obat.

4. Peralatan

Dalam pembuatan obat, peralatan yang digunakan harus memiliki

desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, dan ditempatkan

serta dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat terjamin sesuai dengan

desain dan seragam dari bets ke bets serta untuk memudahkan

pembersihan dan perawatan.

5. Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus diterapkan pada

setiap aspek pembuatan obat. Setiap karyawan terutama di bagian

produksi, pada saat memasuki ruang produksi harus mencuci tangan

dengan desinfektan, dan menggunakan pakaian khusus yang bersih

dilengkapi dengan penutup rambut dan sepatu khusus.

Untuk menjamin kebersihan ruangan produksi dan mencegah kontaminasi,

disediakan ruang penyangga yang berfungsi sebagai pembatas antara

ruang abu-abu (Grey Area) dan ruang hitam (Black Area). Karyawan

dilarang merokok, makan, minum, atau menyimpan makanan dan

minuman di ruang produksi dan laboratorium atau di dalam ruangan lain

yang kemungkinan dapat menurunkan kualitas dari produk.

9

Page 10: Laporan Biomed

6. Produksi

Produksi dilaksanankan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan (Protap) dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin

industri farmasi senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi

persyaratan mutu dan memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar

(registrasi).

7. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu adalah bagian yang esensial dari CPOB untuk

memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu

yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen dari

semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan suatu

keharusan untuk mencapai sasaran mutu yang diinginkan, mulai dari awal

pembuatan sampai dengan distribusi produk obat jadi. Pengawasan mutu

tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga harus terlibat dalam

semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidak tergantungan

pengawasan mutu dapat melaksanakan kegiatan dengan hasil yang

memuaskan.

8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Tujuan dari inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua

aspek produksi dan pengawasan mutu telah sesuai dengan ketentuan

CPOB. Progam inspeksi diri harus dapat mendeteksi kelemahan dalam

pelaksanaan CPOB dan dapat digunakan untuk menetapkan tindakan

10

Page 11: Laporan Biomed

perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri harus dilakukan secara

independen dan rinci oleh petugas yang berkompeten dari perusahaan

sendiri atau dari auditor luar. Inspeksi harus dilakukan secara rutin dan

disamping itu, pada situasi khusus, semua saran untuk tindakan perbaikan

harus dilaksanakan. Misalnya dalam hal terjadinya penolakan yang

berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri harus didokumentasikan dan

dibuat program tindak lanjut yang efektif.

9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk

dan Produk Kembali

a. Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan

kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dan diteliti sesuai

dengan prosedur tertulis.

b. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun

suatu system bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang

diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara tepat dan efektif.

c. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari

satu atau beberapa bets seluuh bets produk tertentu dari peredaran.

d. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang

cacat mutunya atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan

yang serius dan berisiko terhadap kesehatan.

e. Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan

penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut.

11

Page 12: Laporan Biomed

f. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian

dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,

daluwarsa, atau alasan lain. Misalnya kondisi wadah atau kemasan

yang dapat menimbulkan keraguan atas identitas, mutu, jumlah, dan

keamanan obat tersebut.

10. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari system informasi manajemen.

Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemasian

mutu dan fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima

uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil

risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena

hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi

induk atau formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan,

dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.

Ktrbacaan dokumen adalah hal yang sangat peting.

11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara

benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalah pahaman

yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dihasilkan dengan mutu

yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan

penerima kontrak harus dibuat secara jelas karena menentukan tanggung

jawab dan kewajiban dari masing - masing fihak. Kontrak harus

12

Page 13: Laporan Biomed

menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk

diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen

mutu (pemastian mutu). Hal - hal yang harus diperhatikan dari pembuatan

dan anaisis berdasarkan kontrak adalah

a. hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau

analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait;

b. semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak

termasuk usulan perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan

lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan;

c. kontrak hendaklah mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit

sarana dari penerima kontrak;

d. dalam hal analisis berasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan

oleh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) pemberi

kontrak.

12. Kualifikasi dan Validasi

a. Perencanaan validasi

Semua kegiatan validasi hendaknya direncanakan dahulu dan di

dokumentasikan sementara secara singkat, tepat dan jelas dalam RIV

(Rencana Induk Validasi). RIV sekurang-kurangnya mencakup:

kebijaksanaan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan

fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format

dokumen, protokol, dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal

pelaksanaan; pengendalian perubahan; acuan dokumen yang digunakan.

13

Page 14: Laporan Biomed

b. Dokumentasi

Protokol validasi tertulis dibuat untuk merinci kualifikasi dan

validasi yang akan dilakukan, serta merinci langkah kritis dan kriteria

penerimaan. Protokol harus dikaji dan disetujui oleh kabag QA.

Laporan harus dibuat yang mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau

protokol validasi yang mencakup seluruh hasil yang diperoleh serta

penyimpangan yang terjadi dan perbaikan yang telah dilakukan dan

didokumentasikan.

Setelah kualifikasi selesai diberikan persetujuan tertulis untuk dapat

melanjutkan tahap kualifikasi dan validasi.

c. Kualifikasi

1) Kualifikasi Desain (KD)

Merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap

fasilitas, sistem atau peralatan yang baru.

2) Kualifikasi Instalasi (KI)

Dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau

yang dimodifikasi. Persyaratan minimal untuk melakukan KI

adalah: instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang dan

instrumen sesuai spesifikasi dan gambar teknik yang didesain;

pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoprasian dan

14

Page 15: Laporan Biomed

perawatan peralatan dari pemasok; ketentuan dan persyaratan

kalibrasi; dan verifikasi bahan konstruksi.

3) Kualifikasi Oprasional (KO)

KO dapat dilakukan setelah KI. KO minimal mencakup:

pengujian tentang proses, sistem dan peralatan; dan pengujian

yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas

oprasional atas dan bawah. Penyelesaian formal KO mencakup:

kalibrasi, prosedur, pengoprasian dan pembersihan, pemilihan

operator dan perawatan preventif. Penyelesaian KO fasilitas,

sistem dan peralatan dilengkapi dengan persetujuan tertulis.

4) Kualifikasi Kinerja (KK)

KK dilakukan setelah KO selesai, meskipun dalam beberapa

kasus KK disatukan dengan KO. KK minimal mencakup:

Pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan penganti

yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan

berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan

peralatan; dan uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang

mencakup batas atas dan bawah.

15

Page 16: Laporan Biomed

5) Kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem terpasang yang telah

oprasional

Agar dapat mendukung dan memverifikasi parameter

operasional dan batas variabel kritis pengoprasian alat. Selain

itu kalibrasi, prosedur, pengoprasian dan pembersihan,

perawatan preventif serta prosedur dan catatan pelatihan

operator harus didokumentasikan.

d. Validasi proses

Terdapat 3 macam cara untuk melaksanakan validasi proses:

1) Validasi prospektif

Validasi proses sebelum produk dipasarkan.

2) Validasi konkuren

Validasi proses dilakukan selama proses produksi rutin.

3) Validasi retrospektif

Validasi yang dilakukan pada proses yang sudah berjalan (diambil

dari data-data sebelumnya). Validasi ini tidak berlaku jika terjadi

perubahan formula, peralatan dan prosedur pembuatan.

e. Validasi pembersihan

Pembersihan dilakukan dengan metode analisis yang tervalidasi

yang memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran serta

memiliki batas deteksi yang peka untuk mendeteksi tingkat residu atau

cemaran. Prosedur pembersian untuk produk dan proses serupa dilakukan

16

Page 17: Laporan Biomed

pembersian pada rentang interval waktu tertentu. Syarat metode tersebut

telah tervalidasi adalah dengan melaksanakan prosedur 3 kali secara

berurutan dengan hasil memenuhi persyaratan.

f. Pengendalian perubahan

Prosedur pengendalian perubahan hendaknya memastikan bahwa

data pendukung cukup untuk menunjukkan bahwa proses yang diperbaiki

akan menghasilkan suatu produk yang sesuai mutu yang diinginkan dan

konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem dan peralatan terhadap

produk hendaklah dievaluasi, termasuk analisis resiko, bila diperlukan

kualifikasi dan validasi ulang harus dipikirkan kebutuhan dan cakupannya.

g. Validasi ulang (revalidasi)

Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses

pembersihan secara berkala dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi

yang telah dilakukan masih absah. Jika terjadi perubahan maka dibutuhkan

validasi ulang/revalidasi.

h. Validasi metode analisis

Tujuannya adalah untuk mengetahui bahwa metode analisis sesuai

tujuan penggunaanya. Validasi metode analisis umumnya dilakukan 4

tahapan: uji identitas, uji kuantitatif kemurnian kandungan, uji batas

17

Page 18: Laporan Biomed

impuritas, dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau

komponen obat tertentu.

Karakteristik validasi yang umumnya perlu diperhatikan, yaitu: akurasi,

presisi, repeatability, intermediate precision, spesifikasi, batas

deteksi/LOD, batas kuantifikasi/LOQ, linieritas, dan rentang.

18

Page 19: Laporan Biomed

BAB III

TINJAUAN UMUM LABIOMED DITKESAD

A. Sejarah

Labiomed diawali dengan nama Pusat Laboratorium Pemindahan Darah

(DTDAD). Berdasarkan Surat Perintah Kepala Jawatan Kesehatan Tentara

Angkatan Darat Nomor : 250 / AK / VII / 50 tanggal 25 Juli 1950. Kegiatan yang

dilakukan adalah pengambilan darah, penyimpanan darah, pemindahan transfusi

darah, larutan sitrat 3,8 %, pemeriksaan golongan darah dan produk uggulan pada

periode ini adalah pembuatan plasma kering. Tahun 1958 DTDAD membuat

larfus kemasan botol gelas (NaC1 0,9%, Darrow Glukosa, Glukosa 5% dan 10%,

Ringer Laktat, ACD. dll ).

Tahun 1960, DTDAD berkembang menjadi Lembaga Darah Angkatan

Darat (Ladahad) dengan kegiatan Litbang antara lain bidang produksi biomedis

dan bidang pendidikan ( tahun 1964 dibukalah Sekolah Pengamat Kesehatan

jurusan Laboratorium sebagai cikal bakal Sekolah Menengah Analis Kesehatan

atau SMAK).

Pada tahun 1973, kegiatan Litbang produksi biomedis seperti vaksin dan

sera maju dengan pesat, sehingga Ladahad berubah menjadi Lembaga Biomedis

(Labiomed). Tahun 1980 terjadi kebakaran di Labiomed Brawijaya XII dengan

kerugian: hilangnya kemampuan produksi sera, vaksin, plasma kering, dokomen-

dokumen, persediaan kuman dan peralatan litbang serta sebagian alat produksi

rusak, yang tersisa adalah kegiatan Bank Darah, produksi cairan dan pendidikan

19

Page 20: Laporan Biomed

SMAK. Pada tahun 1984, kegiatan transfusi darah termasuk peralatan dan

personel dipindahkan ke RSPAD Gatot Soebroto. Tahun 1990 Labiomed

memfokuskan pada produksi pembuatan cairan infus botol gelas dikembangkan

menjadi botol plastik. Kemampuan produksi cairan infus terus meningkat dengan

bertambahnya pengadaan seperangkat mesin produksi baru buatan Taiwan.

Tanggal 26 Juni 1991 Labiomed pindah ke lokasi baru J1. Buntu. Munjul,

Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

B. Visi, Misi, dan Tugas Pokok

1. Visi

Menjadi Lembaga Produksi sediaan parenteral dan produk biomedis

berkualitas CPOB.

2. Misi

a. Menyelenggarakan produksi larutan infus, sediaan injeksi non

antibiotika dan produk biomedis yang bermutu dan aman untuk

mendukung fungsi pelayanan kesehatan dan dukungan kesehatan

sesuai kebutuhan prajurit di lapangan.

b. Meningkatkan kapabilitas lembaga, sarana dan prasarana maupun

kualitas Sumber Daya Manusia serta menyelenggarakan penelitian

dan pengembangan produk.

3. Tugas Pokok

Membantu Ditkesad dalam menyelenggarakan pembinaan dan

melaksanakan produksi, penelitian dan pengembangan larutan steril infus,

20

Page 21: Laporan Biomed

injeksi dan produk biomedis dalam rangka mendukung Tugas Pokok

Ditkesad.

C. Kebijakan Mutu Perusahaan

Mutu dijadikan prioritas utama dengan kepuasan pelanggan internal

maupun eksternal. Dimana mutu meliputi hal - hal berikut :

a. Mutu mencakup seluruh kegiatan perusahaan, mulai dari penelitian dan

pengembangan, produksi sampai dengan pemasaran.

b. Mutu dibangun dalam system menejemen mutu terpadu oleh semua pihak

melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang efektif dan

efisien.

c. Mutu terutama ditentukan oleh faktor manusia, karena itu pendidikan dan

pelatihan bagi karyawan terus dikembangkan sesuai kebutuhan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Mutu selalu dijaga dan ditingkatkan sesuai kebutuhan pelanggan dengan

memperhatikan kemampuan daya saing melalui proses yang dapat

menekan biaya produksi.

D. Kedudukan dan Peranan

Lembaga Biomedis Ditkesad adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang merupakan Badan Pelaksana Ditkesad yang memproduksi larutan steril

infus, injeksi, dan produk biomedis.

Peranan Labiomed Ditkesad

1. Andalan utama Dirkesad dalam menyelenggarakan pembinaan dan

melaksanakan produksi, penelitian dan pengembangan larutan steril

21

Page 22: Laporan Biomed

infus, injeksi, dan produk biomedis dalam rangka mendukung tugas

pokok Ditkesad.

2. Labiomed Ditkesad menjadi tempat pelatihan tenaga farmasi dan

prosesi lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas SDM industri

farmasi.

E. Produk

Produk - produk yang telah dihasilkan oleh Lembaga Biomedis Ditkesad

antara lain :

A. Larutan Infus Kemasan Botol Plastik

1. Sol. NaCl 0,9% 500 ml

2. Sol. Glukosa 5% 500 ml

3. Sol. RG 5% 500 ml

4. Sol. RL 500 ml

5. Sol. DG 1:2 500 ml

6. Sol. Ringer Acetat 500 ml

7. Sol. DG 1:1 500 ml

8. Sol. Metronidazol 100 ml

B. Larutan Injeksi Kemasan Ampul

1. Biocaine 2 ml

2. Quinine HCl 2 ml

3. Tramadol 2 ml

22

Page 23: Laporan Biomed

C. Plasma Kering

Berdasarkan Surat Perintah Kepala Jawatan Kesehatan Tentara Angkatan

Darat Nomor : 250 / AK / VII / 50 tanggal 25 Juli 1950. Kegiatan yang dilakukan

adalah pengambilan darah, penyimpanan darah, pemindahan transfusi darah,

larutan sitrat 3,8 %, pemeriksaan golongan darah dan produk uggulan pada

periode ini adalah pembuatan plasma kering

D. larutan Infus Kemasan Botol Gelas

Tahun 1958 DTDAD membuat larfus kemasan botol gelas (NaC1 0,9%,

Darrow Glukosa, Glukosa 5% dan 10%, Ringer Laktat, ACD. dll ).

E. Vaksin dan Sera

Pada tahun 1973, kegiatan Litbang produksi biomedis seperti vaksin dan

sera maju dengan pesat, sehingga Ladahad berubah menjadi Lembaga Biomedis

(Labiomed).

F. Penerapan CPOB

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

245/Men.Kes/SK/V/1990 yang menyatakan bahwa CPOB merupakan syarat wajib

untuk memperoleh izin usaha industri farmasi, maka Labiomed Ditkesad

berkewajiban untuk melaksanankan CPOB pada semua aspek, mulai dari sistem

manajemen mutu; personalia; bangunan dan sarana penunjang; peralatan; sanitasi

dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri dan audit mutu;

penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk

kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; dan

kualifikasi dan validasi.

23

Page 24: Laporan Biomed

1. Sistem Manajemen Mutu

Sistem manajemen mutu pada produk jadi yang dihasilkan Labiomed

Ditkesad telah memenuhi persyaratan pedoman CPOB dilihat dari

sertifikat CPOB yang didapatkan untuk produk-produk yang dihasilkan

labiomed Ditkesad.

2. Personalia

Struktur organisasi Labiomed mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung

jawab yang jelas sehingga tiap personil mengetahui hak dan kewajiban

masing - masing. Instalasi produksi dan instalasi pengawasan mutu

dipimpin oleh seorang Apoteker yang berbeda, tetapi memiliki kewajiban

yang sama untuk menghasilkan produk yang bermutu. Labiomed Ditkesad

senantiasa melakukan pelatihan bagi personil yang pelaksanaannya selalu

mengacu pada CPOB serta disesuaikan dengan bidang tugas dan tanggung

jawab masing - masing. Materi pelatihan dibuat secara bertahap dan

tertulis dalam bentuk prosedur tetap yang disetujui oleh Kepala Instalasi

Pengawasan Mutu dan Kepala Instalasi Produksi. Materi tersebut

disampaikan secara bertahap dan terjadwal sesuai dengan kebutuhan dan

jenis materi.

3. Bangunan dan Sarana penunjang

Labiomed Ditkesad memiliki dua lokasi yang digunakan dalam proses

produksinya, yaitu lokasi pembuatan WFI dan lokasi produksi sediaan

injeksi dan pembuatan botol infus.

24

Page 25: Laporan Biomed

a. Instalasi Produksi

Pada gedung produksi sediaan injeksi (sediaan infus dan parenteral),

permukaan lantai, dinding, dan langit - langit dilapisi cat epoksi,

permukaannya rata, halus dan dihindari adanya celah, tidak terdapat

sambungan agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba, mudah

dibersihkan, tahan terhadap bahan pembersih, tidak melepas atau

menahan partikel, dan sudut - sudut antara dinding, lantai, dan langit -

langit berbentuk lengkungan. Untuk mengendalikan udara, di ruang

produksi dilengkapi dengan sarana pengatur suhu dan kelembaban,

penyaring udara dilakukan melaui filter udara yang dilengkapi dengan

pre-filter, medium filter, dan heap filter. Hepa filter mampu menyaring

partikel berukuran 0,3 µm dengan tingkat kemampuan 99,9997%.

b. Instalasi Pengawasan Mutu

Instalasi Pengawasan Mutu Labiomed Ditkesad bertugas melakukan

pengawasan mutu terhadap obat - obat produksi Labiomed Ditkesad

yang mencakup pemeriksaan bahan awal, in process control (IPC), dan

obat jadi. Personil Instalasi Pengawasan Mutu yang terdiri dari

Apoteker, Asisten Apoteker, dan analis memiliki keterampilan dan

pengalaman yang cukup dalam pengkajian. Prosedur pengujian

terhadap obat - obat yang dihasilkan oleh Labiomed Ditkesad telah

terdokumentasikan dengan baik, sehingga memudahkan dalam proses

pemeriksaan mutu bahan awal dan obat jadi. Bangunan Instalasi

Pengawasan Mutu telah memenuhi persyaratan CPOB dengan adanya

25

Page 26: Laporan Biomed

pembagian ruangan yang jelas untuk setiap bagian di Instalasi

Pengawasan Mutu. Pengujian yang dilakukan di Instalasi Pengawasan

Mutu diantaranya adalah uji kebocoran, penetapan kadar, dan uji

pirogen.

4. Peralatan

Mesin - mesin produksi dan peralatan penunjang dalam proses produksi

sediaan infus, sediaan parenteral, dan pengawasan mutu telah memenuhi

persyaratan CPOB . Selain itu, rancangan bangunan dan peralatan yang

tepat dengan penempatan alat yang tepat juga akan mempermudah

pembersihan dan perawatan. Setiap peralatan yang digunakan juga

dilengkapi dengan prosedur tetap (protap), sehingga dapat mempermudah

operator dalam mengoperasikan peralatan yang ada.

5. Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan hygiene di Labiomed Ditkesad sudah dilaksanakan

dengan cukup baik. Namun, hygiene perorangan dan sanitasi bangunan

harus lebih dioptimalkan lagi pelaksanaannya dan perlu pengawasan yang

lebih ketat lagi.

6. Produksi

Setiap bahan awal yang akan dimasukkan ke Instalasi produksi harus

sudah lulus uji mutu dan pelaksanaan produksi senantiasa mengikuti

protap yang telah dibuat sesuai dengan CPOB. Setiap produk yang akan

26

Page 27: Laporan Biomed

diproduksi memiliki catatan bets tersendiri sehingga produk obat yang

dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

7. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang paling essensial dari CPOB

untuk menjamin bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang

sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Instalasi Pengawasan Mutu

Labiomed Ditkesad bertugas melakukan pengawasan mutu terhadap obat -

obat produksi Labiomed Ditkesad yang mencakup pemeriksaan bahan

awal, produk antara, produk ruahan, in process control (IPC), dan obat

jadi. Personil Instalasi Pengawasan Mutu memiliki keterampilan dan

pengalaman yang cukup dan prosedur pengujian terhadap obat - obat yang

dihasilkan juga telah terdokumentasi dengan baik sehingga mempermudah

dalam proses pemeriksaan mutu bahan awal dan obat jadi.

8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan Cara

Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB). Selain itu dirancang untuk

mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan menetapka tindakan

perbaikan yang perlu dilakukan. Inspeksi diri dilakukan terhadap

bangunan dan fasilitas, personil, penyimpanan bahan baku dan obat jadi,

peralatan, produksi, pengawasan mutu dan pemeliharaan gedung yang

dilakukan secara teratur, minimal setahun sekali dimana tindakan

27

Page 28: Laporan Biomed

perbaikannya harus dilaksanakan. Inspeksi diri di Labiomed Ditkesad

sudah dilaksanakan seoptimal mungkin dan pelaksanaannya pun terjadwal.

9. Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan

Obat Kembalian

Labiomed Ditkesad memiliki tempat penyimpanan khusus untuk contoh

pertinggal dari obat - obat yang telah diproduksi dengan tujuan

penanganan jika terjadi keluhan obat, penarikan kembali atau kembalian

yang telah diproduksi. Labomed Ditkesad selalu menanggapi dengan cepat

apabila ada keluhan terhadap obat yang diproduksi, dengan cara

melakukan pemeriksaan kembali contoh pertinggal, yang dilakukan oleh

Instalasi Pengawasan Mutu. Instalasi ini akan melakukan analisis,

evaluasi, perbaikan - perbaikan, dan bila perlu akan dilakukan penarikan

produk obat yang bersangkutan. Penanganan terhadap keluhan langsung

disampaikan kepada Dirkesad, kemudian Dirkesad memberikan perintah

kepada Ka Labiomed, dan kemudian Ka Labiomed akan memerintahkan

Instalasi Pengawasan Mutu untuk melakukan pemeriksaan terhadap

contoh pertinggal pada no. batch yang sama. Jika contoh pertinggal

tersebut mengalami cacat, maka Ka Labiomed akan melaporkan kepada

Dirkesad untuk menarik produk tersebut. Tanggapan terhadap keluhan

tersebut dapat berupa saran - saran mengenai penanganan obat yang

mengalami kerusakan.

28

Page 29: Laporan Biomed

10. Dokumentasi

Dokumen mengenai seluruh kegiatan terutama yang berkenaan dengan

kegiatan pengadaan, produksi, dan distribusi obat yang ada dilingkungan

Labiomed Ditkesad telah dilakukan dengan baik, meliputi dokumen batch

record, protap untuk produksi, operasional, perawatan gedung, perawatan

alat dan peralatan penunjang lainnya, spesifikasi bahan dan produk,

metode dan prosedur analisa, penyimpanan, dsb.

11. Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalah pahaman yang

dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dihasilkan dengan mutu yang

tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima

kontrak harus dibuat secara jelas karena menentukan tanggung jawab dan

kewajiban dari masing - masing fihak. Kontrak harus menyatakan secara

jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi

tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu).

Dalam hal ini, Labiomed Ditkesad telah melaksanakan dengan cukup baik

dimanasemuanya sudah diterapkan sesuai dengan CPOB.

12. Kualifikasi dan Validasi

Setiap hal yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi hendaknya di

kualifikasi dan divalidasi terlebih dahulu agar mutu produk yang

dihasilkan benar - benar terjamin kualitasnya. Dalam hal ini, Labiomed

29

Page 30: Laporan Biomed

Ditkesad telah memenuhi persyaratan CPOB dimana setiap proses yang

berkaitan dengan produksi telah dikualifikasi dan divalidasi terlebih

dahulu. Baik itu berkaitan dengan peralatan produksi, ruangan, bahan baku

obat, maupun obat jadi yang dihasilkan.

30

Page 31: Laporan Biomed

BAB IV

KEGIATAN KUNJUNGAN

A. Melihat Prose Pembuatan WFI

Pengolahan air untuk injeksi (Water For Injection/WFI) berasal dari purified

water system, yang selanjutnya dilakukan destilasi (penyulingan)

dengan terlebih dahulu melewati lampu UV untuk membunuh bakteri.

Sesuai dengan persyaratan CPOB yang terbaru, proses destilasi

menggunakan 6 (enam) kolom destilasi, artinya air yang digunakan

untuk produk-produk steril tersebut mengalami 6 kali proses destilasi.

Dengan unit ini diperoleh air untuk injeksi yang memenuhi

persyaratan Water For Injection (WFI). Selanjutnya, WFI yang

dihasilkan kemudian disimpan dalam storage tank pada suhu 70-80oC

sebelum didistribusikan untuk produksi produk steril. Beberapa hal

lain yang diatur dalam CPOB Terkini sebagai persyaratan penting air

untuk produksi yang sebelumnya tidak diatur dalam CPOB yang lama

(2001) , antara lain :

         Daerah mati (dead legs/kran) harus sekecil mungkin (maksimum 3 x

diameter pipa)

         Aliran air untuk produksi harus disirkulasi secara terus menerus (24

jam)

         Pipa distribusi (terutama untuk produk steril) menggunakan baja anti

karat jenis SS 316L

31

Page 32: Laporan Biomed

         Pipa distribusi menggunakan double tube

         Pipa distribusi tidak boleh ditanam atau menempel pada dinding ruang

produksi, tapi harus terdapat jarak yang cukup antara pipa dengan

dinding untuk memudahkan pembersihan

         Tanki penampung dari bahan SS 316 L yang dilengkapi dengan

fasilitas CIP (cleaning in place) yang memungkinkan proses

pembersihan tanki secara menyeluruh

         Parameter pengoperasian : suhu, konduktifitas, flow rate, porositas

filter, dan lain-lain harus didokumentasikan

         Terdapat gambar skematik titik-titik pemakaian air

         Terdapat sistem alert (peringatan) dan action limit (batas tindakan)

pada sistem pengolahan air.

Bangunan pengolahan air harus terpisah dari bangunan untuk proses

produksi, walaupun demikian letaknya sebaiknya berdekatan, agar resiko

pencemaran bisa ditekan seminimal mungkin selama distribusi dalam pipa

penyalur. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang bangunan untuk

pengolahan air, antara lain adalah:

1.      Luas bangunan harus cukup luas untuk menampung tangki-tangki pengolahan air

2.      Lantai dan dinding bangunan harus dilapisi cat yang dapat mencegah tumbuhnya

lumut dan jamur (misalnya cat Epoxy atau cat minyak)

3.      Posisi lantai bangunan harus lebih tinggi dari sekitarnya untuk mencegah air

hujan masuk ke dalam dan dapat menyebabkan pencemaran.

32

Page 33: Laporan Biomed

B. Melihat Proses Pembuatan Botol Infus

33

SANDFILTER

WATERSOFTENER

DEMINE-RALIZER

DEEPWELL

WFI

BLOW MOULDINGMACHINE

INJECTION MOULDINGMACHINE

PLASTIC BOTTLE

SEAL

UPPER CAP

WEIGHING

FILTRATION1.2 u 0,45 u 0,2 uFILTRATION

1.2 u 0,45 u 0,2 u

WASHING & RINSING

CA

PIN

G

WATER TREATMENT

ST

ER

ILIZ

AT

ION

WASTE WATERTREATMENT

INSTALLATION

SUPPLY STORAGESUPPLY

STORAGE

AC

TIV

EIN

GR

IDIE

NT

PL

AS

TIC

RA

W

MA

TE

RIA

L

CONTROLLEDCLEAN AREA

CARBON FILTER

DESTILATOR

MIXING

SE

AL

ING

FIL

LIN

G

PRODUCTION PROCESS OF PLASTIK BOTTLE INFUS

QC 7 QC 8

QC 1dQC 1a

QC 1b

QC 1e

QC 1c

QC 2

QC 3 QC 4

QC 5

QC 6

WARE HOUSE

PACKAGING

QC 11

QC 10

QC 9

Page 34: Laporan Biomed

C. Melihat Proses Pembuatan Larutan Infus

34

Penimbangan

Tangki pencampuran

Tangki penampung

Mesin pencetak botol infus

Pencucian botol infus

Unit Filtrasi

Pengisian larutan infus

Proses Pemasangan

Label

Pemeriksaan Visual

Proses sterilisasi

penyimpanan

Page 35: Laporan Biomed

D. Melihat Uji Pirogen

Secara biologik (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)

Asas :

Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci yang telah disuntikkan dengan

larutan ≤ 10 mg/Kg BB dalam vena auricularis.

Cara :

- Setiap penurunan suhu dianggap nol

- Memenuhi syarat : tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5ºC

atau lebih

- Jika ada kelinci dengan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih, lanjutkan dengan

kelinci tambahan

- Memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 kelinci masing-masing

menunjukkan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih dan jumlah kenaikkan suhu

maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3ºC.

35

Page 36: Laporan Biomed

BAB V

PEMBAHASAN

A. Metode Pembuatan Infus

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan ruang penyangga untuk

personil dan /atau peralatan dan bahan, Pembuatan produk dan proses pengisian

dilakukan pada ruangan terpisah, Kondisi operasional dan non operasional

hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang bersih.

B. Uji Kebocoran

Letakkan ampul di dalam zat warna ( biru metilen 0,5 – 1% ) dalam

ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna

berpenetrasi ke dalam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk

membersihkan zat warnanya.

C. Uji Pirogen

Secara biologik (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)

Asas :

Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci yang telah disuntikkan dengan

larutan ≤ 10 mg/Kg BB dalam vena auricularis.

36

Page 37: Laporan Biomed

Cara :

Setiap penurunan suhu dianggap nol

Memenuhi syarat : tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu

0,5ºC atau lebih

Jika ada kelinci dengan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih, lanjutkan dengan

kelinci tambahan

Memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 kelinci masing-

masing menunjukkan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih dan jumlah

kenaikkan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3ºC.

37

Page 38: Laporan Biomed

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembaga

Biomedis Ditkesad telah memenuhi persyaratan CPOB dalam hal produksi infus

dan sediaan injeksi. Hal ini dapat dilihat dari sertifikat yang dikeluarkan oleh

BPOM RI.

B. Saran

Lembaga Biomedis Ditkesad diharapkan dapat lebih meningkatkan

produksinya dan juga kualitas produksinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan

obat-obatan di rumah sakit-rumah sakit angkatan darat di Indonesia secara

menyeluruh.

38

Page 39: Laporan Biomed

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/wikipedia.com/uji-pirogen/

http:/water-for-injection/wikipedia/wfi.com//

Saputra, Ade; R., Yuning Tyas Dyah, 2008, Laporan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) Bidang Sistem Mutu Di PT. Indofarma (Persero) Tbk. Cibitung-

Bekasi Periode Maret 2008

39