laporan apip

44
LAPORAN PENYULUHAN KESEHATAN IMUNISASI PADA ANAK DI PUSKESMAS PESANTREN II KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Afifudin, S. Ked Pembimbing: dr. Siti Rahmah LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 0

Upload: muhammad-afifudin

Post on 19-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

puskesmas

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN apip

LAPORAN PENYULUHAN KESEHATAN

IMUNISASI PADA ANAK

DI PUSKESMAS PESANTREN II

KOTA KEDIRI

Oleh:

Muhammad Afifudin, S. Ked

Pembimbing:

dr. Siti Rahmah

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

0

Page 2: LAPORAN apip

1

Page 3: LAPORAN apip

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak yang sehat merupakan impian setiap orang tua, namun untuk

mewujudkan anak yang sehat diperlukan berbagai usaha dan perhatian dari orang

tua. Apalagi dewasa ini angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita cukup

tinggi. Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Padahal penyakit ini

sebagian dapat dicegah dengan pemberian kekebalan terhadap bayi dan balita

melalui imunisasi.

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

terhadap penyakit-penyakit tertentu. Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang

akan menjaga kesehatan anak.  Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk

memberi perlindungan menyeluruh terhadap  penyakit-penyakit yang berbahaya

dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.  Walaupun

pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi

anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang

sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu

panjang.

Memberikan suntikan imunisasi pada bayi anda tepat pada waktunya

adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi . Yakinlah bahwa dengan

membawa bayi untuk melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari

bagian tanggung jawab sorang tua.  Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai

2

Page 4: LAPORAN apip

awal masa kanak-kanak.  Imunisasi biasanya diberikan selama waktu

pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan penyuluhan ini adalah :

Untuk meningkatkan pengetahuan Ibu tentang pengertian imunisasi, jenis-

jenis imunisasi, jadwal pemberian imunisasi,  manfaat imunisasi, dan efek

samping imunisasi.

Meningkatkan kesadaran Ibu khususnya dan masyarakat umumnya akan

pentingnya imunisasi pada anak.

3

Page 5: LAPORAN apip

BAB 2

PERSIAPAN PENYULUHAN

2.1. Panitia Kegiatan

Susunan Kepanitiaan:

Pembimbing : dr. Djaka Handaya, MPH

Ketua : Mega Wiragrenda A, S.Ked

Sekretaris : Rr Galuh Agung L. S.Ked

Moderator : Indah Kholisatul Habibah, S. Ked

Penyaji : Muhammad Afifudin, S.Ked

Perlengkapan : Latifa Sary ,S.Ked

Dokumentasi : Erwin Dyah A A, S.Ked

2.2. Koordinasi dengan Petugas Setempat

Koordinasi dilaksankan pada :

Hari, Tanggal : Senin, 06 April 2015

Tempat : Puskesmas Pesantren II kediri

Jam : 10.00 WIB

Telah dilakukan koordinasi mengenai penyuluhan tentang pentingnya

pengetahuan tentang imunisasi pada anak. Hal-hal yang dibahas antara lain :

a. Menjelaskan singkat mengenai latar belakang dan tujuan dari

penyuluhan yang akan dilaksanakan

b. Menentukan tempat dan waktu penyuluhan.

c. Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk

mendukung kelancaran proses penyuluhan.

4

Page 6: LAPORAN apip

2.3. Persiapan Tempat Penyuluhan

Atas persetujuan Kepala Puskesmas Pesantren II, maka penyuluhan

akan diselenggarakan di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri.

2.4. Persiapan Materi penyuluhan

a. Mencari materi di buku internet tentang imunisasi pada anak.

b. Membuat materi penyuluhan dalam bentuk powerpoint dan leaflet

dikerjakan langsung oleh penyaji.

c. Alat bantu penyuluhan berupa LCD proyektor dan leaflet

Metoda yang digunakan adalah penyuluhan secara langsung, selanjutnya

dilakukan sesi tanya jawab.

2.5 Alat

Alat / media peraga yang digunakan adalah presentasi powerpoint, serta

pembagian leaflet kepada para peserta penyuluhan.

5

Page 7: LAPORAN apip

BAB 3

SASARAN, METODE, DAN MATERI PENYULUHAN

3.1. Sasaran

Sasaran penyuluhan kesehatan ini adalah warga yang berobat ke puskesmas

Pesantren II, khusunya ibu-ibu yang mempunyai balita.

3.2. Metode

a. Ceramah

Ceramah dilakukan dalam waktu 15 menit, untuk menjelaskan topik

penyuluhan dengan instrumen poster

b. Tanya Jawab

Tanya jawab dilakukan dalam waktu kurang lebih 15 menit tentang materi

tersebut.

3.3. Materi Penyuluhan

3.3.1 Definisi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap

penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi

berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap

suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada

penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan

imunisasi lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena

sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga

6

Page 8: LAPORAN apip

rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya

dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap

terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup

anak.

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk

mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan

kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa

penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B,

campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan

lain sebagainya.

3.3.2 Macam-macam Imunisasi

1. Imunisasi Aktif

Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yang

secara aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio atau

campak . Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:

a. Imunisasi aktif alamiah

Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuh

dari suatu penyakit.

b. Imunisasi aktif buatan

Adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di

berikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.

2. Imunisasi Pasif.

Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat

kekebalan tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti

7

Page 9: LAPORAN apip

tetanus Serum).Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain

adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut

menerima berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta

selama masa kandungan.misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi

pasif ini di bagi yaitu:

a. Imunisai pasif alamiah

Adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh

ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam

kandungan.

b. Imunisasi pasif buatan.

Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum

untuk mencegah penyakit tertentu.

3.3.3 Jenis-Jenis Imunisasi

1. Imunisasi BCG

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2

bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya

diragukan.

Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi

berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk

anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.

Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup

yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.

8

Page 10: LAPORAN apip

Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan

sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang

menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).

Reaksi yang mungkin terjadi:

Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat

penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba

keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula

(gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka

terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam

waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau

leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan

menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah:

Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan

karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan

menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan,

bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi

(pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan

disayat.

Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan

terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan

membaik dalam waktu 2-6 bulan.

2. Imunisasi DPT

9

Page 11: LAPORAN apip

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi

terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi

bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan

komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis adalah inteksi bakteri pada

saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta

bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama

beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat

sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga

dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan

kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan

kekakuan pada rahang serta kejang

Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak

yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat

dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak

berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III);

selang waktu tidak kurang dari 4 minggu.Imunisasi DPT ulang

diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6

tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis,

maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya

diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10

tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10

tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster).

10

Page 12: LAPORAN apip

Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang

mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap

difteri selama 10 tahun.

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam

ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek

samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam

vaksin.

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi

berikut:

Demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)

Kejang-kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang

sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat

kejang dalam keluarganya)

Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu

ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat.

Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau

perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai

kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.

Satu atau dua hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin

akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di

tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam,

bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri

di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih

11

Page 13: LAPORAN apip

sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang

bersangkutan.

3. Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

poliomielitis.

Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah

satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan

kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio

bisa menyebabkan kematian.

Terdapat 2 macam vaksin polio:

IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus

polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan

OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin

hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau

cairan.

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV)

dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan

diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat

masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini

diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau

dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.

Kontra indikasi pemberian vaksin polio:

Diare berat

12

Page 14: LAPORAN apip

Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan,

kemoterapi, kortikosteroid)

Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan

kejang-kejang.

Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon

kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan

untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang

tertingiu.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang

dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali

jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak

ditemukan.

Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi

polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV.

Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat

(anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau

neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV.

Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita

AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk

diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang

menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat

imunosupresan lainnya.

4. Imunisasi Campak

13

Page 15: LAPORAN apip

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada

saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat

diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin

disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.

Kontra indikasi pemberian vaksin campak:

infeksi akut yang disertai demam lebih dari

38°Celsius

gangguan sistem kekebalan

pemakaian obat imunosupresan

wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,

diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

5. Imunisasi MMR

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak,

gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.

Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan

mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan

pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih

serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.

Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan

pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri.

Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak

dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga

14

Page 16: LAPORAN apip

menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi

kemandulan.

Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit

dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa

menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi

keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta

atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan

autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan

antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.

Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap

campak, gondongan dan campak Jerman.

Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan

pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan

imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.

Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan.

Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup

yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak

berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur

11-13 tahun (sebelum masuk SMP).

Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan

memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak

Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan

15

Page 17: LAPORAN apip

perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan

pertama.

6. Imunisasi Hib

Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus

influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis,

pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan

anak tersedak.

Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat

anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

7. Imunisasi Varisella

Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.

Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan,

kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang

akan mengelupas.

Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah

menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella.

Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13

tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang

berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan

vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya

diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.

Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat

menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal;

tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius

16

Page 18: LAPORAN apip

sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa

diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung

menimbulkan komplikasi yang lebih serius.

Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air.

Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun

telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan,

hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya

menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa

pemulihannya biasanya lebih cepat.

Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang,

diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.

Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:

demam

nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan

Ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.

Efek samping yang lebih berat adalah:

kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah

penyuntikan

pneumonia

reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan

pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan

perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa

menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat

jarang terjadi.

17

Page 19: LAPORAN apip

Ensefalitis

penurunan koordinasi otot.

Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:

- Wanita hamil atau wanita menyusui

- Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan

yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan

kelainan imunosupresif bawaan

- Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik

neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil

kedua bahan tersebut

- Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius,

kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)

- Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi

kortikosteroid

- Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau

komponen darah lainnya.

- Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima

suntikan immunoglobulin.

8. Imunisasi HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.

Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker

hati dan kematian.

Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya

memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.

18

Page 20: LAPORAN apip

Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan

antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan

antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5

tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi

ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan

pada otot lengan atau paha.

Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan

vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune

globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis

kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga

diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari

ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam

waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu

diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera

diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).

Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda

sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada

ibu hamil.

Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat

suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada

saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

9. Imunisasi Pneumokokus

19

Page 21: LAPORAN apip

Imunisasi pneumokokus melindungi anak terhadap sejenis bakteri

yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat

menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan

bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis

vaksin.

Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar

yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus

10. Imunisasi Hepatitis A

Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan

mengeluarkan virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini

menempel di makanan, minuman, atau peralatan makan, kemudian

dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia akan tertular. Namun,

untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau tidak, harus

dilakukan tes darah.

Vaksin Hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin

kombinasi HepB atau HepA diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan.

Maka vaksin kombinasi di indikasikan pada anak umur lebih dari 12

bulan terutama catch-up immunization yaitu mengejar imunisasi pada

anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi Hep B sebelumnya

atau imunisasi Hep B yang tidak lengkap.

Kemasan liquid satu dosis/vial prefilled syringe 0,5 ml. Dosis

pediatrik 720 ELISA units diberikan 2 kali dengan interval 6-12 bulan,

intramuskular di daerah deltoid. Kombinasi HepB/HepA (berisi Hep B

10µg dan Hep A 720 ELISA units) dalam kemasan prefilled syringe 0,5

20

Page 22: LAPORAN apip

ml intramuskular. Dosis HDosis Hep A untuk dewasa (≥19 tahun) 1440

ELISA units dosis 1 ml, 2 dosis, interval 6-12 bulan

11. Imunisasi Tifoid

Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin

oral (Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif

mencekal demam tifoid alias penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang

disebabkan bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di sanitasi yang

buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-minuman yang tidak

higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama

saluran cerna. Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh

yang berangsur-angsur meningkat setiap hari, bisa sampai 400c.

Basanya di pagi hari demam akan menurun tapi lalu meningkat di

waktu sore/malam. Gejala lainnya adalah mencret, mual berat, muntah,

lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh

bahkan bengong, dan tidur pasif (tak banyak gerak). Pada tingkat ringan

atau disebut paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah. Anak

harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan bergizi,

dan minum antibiotik yang diresepkan dokter. Tapi kalau berat, harus

dirawat di rumah sakit. Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus

diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan. Selain juga untuk

menghindari terjadi komplikasi karena dapat berakibat fatal.

10.1 Jenis vaksin

1. Vaksin kapsuler Vi polisakarida

21

Page 23: LAPORAN apip

- Diberikan pada umur lebih dua tahun, ulangan dilakukan

setiap 3 tahun.

- Kemasan dalam prefilled syringe 0,5 ml pemberian secara

intramuskular.

2. Tifoid oral Ty21a

- Diberikan pada umur lebih dari 6 tahun.

- Dikemas dalam kapsul, diberikan 3 dosis dengan interval

selang sehari (hari 1,3,5).

- Imunisasi ulangan diberikan setiap 3-5 tahun.

3.3.4 Mekanisme Imunisasi Dalam Mencegah Penyakit

Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi

terhadap organisme tertentu,tanpa menyebabkan seorang sakit terlebih

dahulu.vaksin zat yang di gunakan untuk membentuik imunitas tubuh.

Terbuat dari mikroorganisme ataupun bagian dari mikroorganisme penyebab

infeksi yang telah di matikan atau di lemahkan tidak akan membuat

penderita jatuh sakitvaksin di masukan kedalam tubuh yang biasanya

melalui suntikan.

Sistem pertahanan tubuh kemudian akan bereaksi ke dalam vaksin

yang di masukan ke dalam tubuh tersebut sama seperti apabila

mikroorganisme menyerang tubuh dengan cara membentuk antibodi

kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh

mikroorganisme yang menyerang.

Kemudian antibodi akan terus berada di peredaran darah membentuk

imunisasi ketika suatu saat tubuh di serang oleh mikroorganisme yang sama

22

Page 24: LAPORAN apip

dengan yang terdapat di dalam vaksin,maka antibodi akan melindungi tubuh

dan mencegah terjadinya infeksi.

BAB IV

PELAKSANAAN PENYULUHAN

4.1. Waktu Pelaksaan Penyuluhan

Hari, Tanggal : Rabu, 08 April 2015

Waktu : 07.00 WIB - selesai

4.2. Tempat Penyuluhan

Puskesmas Pesantren II, Desa Singonegaran kota Kediri

4.3. Sasaran dan Jumlah Peserta

Warga Dusun Singonegaran yang hadir pada acara penyuluhan yang

bertempat di Puskesmas Pesantren II Desa Singonegaran khususnya ibu

yang membawa balita.

4.4. Susunan Acara

Jam Acara

07.30 Pembukaan

07.35 Perkenalan

07.40 Penyuluhan

07.50 Tanya Jawab

08.10 Penutupan

23

Page 25: LAPORAN apip

24

Page 26: LAPORAN apip

BAB V

HASIL KEGIATAN

Kegiatan penyuluhan ini diikuti oleh Warga Dusun Singonegaran.

Pemberitahuan kegiatan penyuluhan dilakukan satu hari sebelumnya berupa

pemberian surat ijin yang ditujukan pada bidan Desa dan koordinasi tentang

mekanisme penyuluhan yang akan diselenggarakan.

Acara dibuka dengan pembukaan dan dilanjutkan dengan Penyuluhan

dibagi dalam 2 sesi, dimulai dengan pelaksanaan penyuluhan menggunakan

bantuan powerpoint sehingga dapat menarik perhatian peserta dan peserta tampak

cukup antusias merespon materi yang diberikan. Setelah pemberian materi,

dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Dalam sesi ini, dibatasi hanya 5 orang yang

boleh bertanya. Setelah itu acara diakhiri dengan penutupan dari pihak panitia.

25

Page 27: LAPORAN apip

BAB VI

PENUTUP

Besar harapan kami kegiatan ini dapat memberi manfaat dan menambah

pengetahuan kepada warga dusun Singonegaran sehingga lebih memahami dan

mengerti mengenai pentingnya imunisasi.

Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya

kepada semua pihak yang terkait, bapak dan ibu staf puskesmas Pesantren II Desa

Singonegaran, atas kerjasamanya dan partisipasinya demi terselenggaranya

kegiatan penyuluhan ini.

Sebagai pelaksana kegiatan, kami menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dalam kegiatan penyuluhan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran

sangat kami harapkan untuk meningkatkan kegiatan serupa di masa yang akan

datang. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan yang

secara sengaja maupun tidak sengaja kami lakukan.

26

Page 28: LAPORAN apip

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti dian. 2008. Imunisasi Non PPI. Jember: FK UNEJ

Departemen Kesehatan R.I. 2006. Modul Materi Dasar 1 Kebijakan Program Imunisasi.Jakarta

Ganardi. 2000. Imunisasi. Jakarta: Media dika

IDAI. 2008. Tentang imunisasi.html

Nurida. 2008. Program Imunisasi di Puskesmas. Jember: RSUD Soebandi

Notoatmodjo. 2003Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

Pusponegoro. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: IDAI

Prasetyo R. 2008. Pedoman Imunisasi Puskesmas. Jember:FK UNEJ

Ranuh et al.2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia edisi kedua. Jakarta:IDAI

World Health Organization.2004. Imunization in Practice. Geneva, Switzerland.

27

Page 29: LAPORAN apip

LAMPIRAN 1

Daftar hadir Peserta Penyuluhan Imunisasi

28

Page 30: LAPORAN apip

LAMPIRAN 2

FOTO KEGIATAN

Kegiatan Penyuluhan imunisasi di puskesmas pesantrenII

Kegiatan Penyuluhan imunisasi di puskesmas pesantran II

29

Page 31: LAPORAN apip

Kegiatan Penyuluhan imunisasi di puskesmas pesantrenII

30

Page 32: LAPORAN apip

LAMPIRAN 3

LEAFLET PENYULUHAN

31

Page 33: LAPORAN apip

32