laporan akhir uas analisis pemasaran

28
MAKALAH PRAKTIKUM BAHAN ALAM “ANALISA PEMASARAN” Dosen Pembimbing: Wilda Wildaniah, S.Si Disusun Oleh: Kelompok 4 Dessi Anggreani 138913 Ginanti Saputri 138925 Rifqi Nusirwan 138969 Ririn Andreana 138971 Rizka Febriani Lestari 138975 Syarifah Nurhayati 138987 Tia Rezeki Utami 138989 Wiranti Febrina 139003 Yessi Dwisanti 139005

Upload: yessi-dwisanti

Post on 14-Feb-2016

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahan alam pemasaran

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

MAKALAH PRAKTIKUM BAHAN ALAM

“ANALISA PEMASARAN”

Dosen Pembimbing:

Wilda Wildaniah, S.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Dessi Anggreani 138913

Ginanti Saputri 138925

Rifqi Nusirwan 138969

Ririn Andreana 138971

Rizka Febriani Lestari 138975

Syarifah Nurhayati 138987

Tia Rezeki Utami 138989

Wiranti Febrina 139003

Yessi Dwisanti 139005

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

TAHUN 2015/2016

Page 2: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta taufik dan hidayahnya kepada kami untuk dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisa Pemasaran“. Makalah ini sebagai

penunjang dalam mata kuliah praktikum bahan alam.

            Tak lupa ucapan terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang

telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, baik itu berupa saran, dan

materi sehingga makalah ini bisa terselesaikan tepat pada waktu yang telah

ditentukan.

            Semoga makalah ini dapat bermanfaat, sekian dan terima kasih.

Pontianak, Desember 2015

Penyusun

Page 3: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5

2.1 Deskripsi Tanaman Meniran..........................................................................5

2.1.1 Taksonomi...............................................................................................5

2.1.2 Nama Lain...............................................................................................6

2.1.3 Morfologi.................................................................................................6

2.1.4 Ekologi dan penyebaran..........................................................................6

2.1.5 Budidaya..................................................................................................7

2.1.6 Khasiat.....................................................................................................7

2.1.7 Kandungan...............................................................................................7

2.2 Deskripsi Tanaman Kunyit.............................................................................8

2.2.1 Klasifikasi tanaman kunyit (Curcuma longa L.).....................................8

2.2.2 Nama daerah dan nama asing..................................................................8

2.2.3 Morfologi tanaman kunyit (Curcuma longa L.)......................................8

2.2.4 Kandungan kimia dan manfaat tanaman kunyit......................................9

2.3 Kapsul...........................................................................................................10

2.4 Teh Herbal....................................................................................................12

2.5 Minuman Instan............................................................................................13

2.6 Analisis Pemasaran......................................................................................14

BAB III ANALISA PEMASARAN................................................................16

Page 4: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mengenal dan memakai tanaman

obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan, sebelum

pelayanan kesehatan formal dengan pengobatan modern menggunakan obat

farmasi dikenal masyarakat. Pengetahuan tentang tanaman obat tradisional

merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan

keterampilan secara turun temurun dari nenek moyang yang diteruskan kepada

generasi penerus bangsa. Penelitian secara ilmiah juga terbukti adanya sifat

penyembuhan dalam tanaman obat yang telah digunakan dalam pengobatan

tradisional. Oleh sebab itu penggunaan tanaman obat untuk kesehatan ada

kecenderungan meningkat.

Industri pengolahan mengolah tanaman obat sehingga mempunyai nilai

tambah. Tanaman obat dijadikan komoditi komersial yang dapat dipasarkan dalam

berbagai bentuk yaitu simplisia utuh (segar/kering), bentuk ekstrak/instant

maupun bentuk produk jadi yang biasanya disebut sebagai obat tradisional yang

sekarang lebih dikenal dengan obat herbal. Menurut Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (BPOM) ada tiga kategori sediaan obat herbal yaitu jamu, obat herbal

terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah sediaan obat herbal Indonesia yang

keamanan dan khasiatnya telah diketahui secara turun temurun berdasarkan

pengalaman (empiris). Obat herbal terstandar adalah sediaan obat herbal

Indonesia yang dibuat dari bahan berupa ekstrak atau serbuk yang telah

distandarisasi. Status keamanan dan khasiatnya telah dibuktikan secara ilmiah

yaitu melalui uji pra-klinik (uji khasiat dan toksisitas pada hewan percobaan).

Fitofarmaka adalah sediaan obat herbal Indonesia dengan bahan baku yang telah

distandarisasi, telah dilakukan uji praklinik dan uji klinik (uji pada orang sakit).

Back to nature, kembali ke alam, kini menjadi semboyan masyarakat

modern. Mereka merindukan segala sesuatu yang selaras, seimbang dan

menyejukkan yang diberikan alam. Dalam industri farmasi, misalnya, obat-obatan

kimia yang banyak diproduksi perusahaan farmasi dengan teknologi modern,

diyakini menimbulkan dampak negatif (mempunyai efek samping) bagi

Page 5: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

kesehatan. Ini terkait dengan penggunaan unsur-unsur kimia yang ada di

dalamnya. Sedangkan obat herbal diyakini lebih aman tanpa efek samping, dapat

dipakai seluruh keluarga, sejalan dengan kebiasaan dan kepercayaan masyarakat,

Dengan beralihnya preferensi masyarakat menyebabkan industri farmasi

Indonesia cukup berminat untuk mengembangkan obat herbal. Hal ini disebabkan

bahan baku yang dibutuhkan sangat berlimpah, investasi yang tidak terlalu tinggi,

proses dan kompetensi produksi juga tersedia dan pasar yang menjanjikan baik

domestik maupun eksporkualitasnya yang baik, berkhasiat menyembuhkan

penyakit dan harga obat herbal relatif lebih murah. Karena itu, ada kecenderungan

masyarakat kini beralih ke obat-obat herbal yang alami untuk menyembuhkan

berbagai penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang melatar belakangi praktikum ini adalah:

1. Bagaimana sediaan dan kemasan kapsul, teh dan minuman instan?

2. Bagaimana analisis pemasaran kapsul, teh dan minuman instan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui sediaan dan kemasan kapsul, teh dan minuman instan?

2. Untuk mengetahui analisis pemasaran kapsul, teh dan minuman instan?

Page 6: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Tanaman Meniran

2.1.1 Taksonomi

Klasifikasi tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) :

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Trachebionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus niruri L.

(Plantamor, 2011)

Gambar 2.1 Meniran (Phyllanthus niruri L.)

2.1.2 Morfologi

Tanaman ini tingginya hanya 30-100 cm dan mempunyai daun

yang bersirip genap setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk

yang mempunyai ukuran kecil dan berbentuk lonjong (Dalimartha, 2000

dalam Aldi, Yufri., dkk., 2013).

Terna, tumbuh tegak, tinggi 50 cm – 1 meter, bercabang terpencar,

cabang mempunyai daun tunggal yang berseling yang tumbuh mendatar

Page 7: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

dari batang pokok. Batang berwarna hijau pucat atau hijau kemerahan.

Bentuk daun bundar telur – bundar memanjang, panjang daun 5 mm – 10

mm, lebar 2,5 mm - 5 mm, ujung bundar atau runcing, permukaan daun

bagian bawah berbintik-bintik kelenjar. Bunga keluar dari ketiak daun;

bunga jantan dibawah ketiak daun, berkumpul 2 bunga – 4 bunga, gagang

0,5 mm - 1 mm, helaian mahkota bunga berbentuk bundar telur terbalik,

panjang 0,75 mm – 1 mm, berwarna merah pucat; bunga betina sendiri,

letaknya dibagian atas ketiak daun; gagang bunga 0,75 mm – 1 mm,

helaian mahkota bunga berbentuk bundar telur – bundar memanjang, tepi

berwarna hijau muda, panjang 1,2 mm – 2,5mm. buah licin, garis tengah 2

mm – 2,5 mm, panjang gagang buah 1,5 mm – 2 mm (Depkes RI, 1978).

2.1.3 Khasiat

1. Penggunaan secara tradisional

Meniran secara tradisional digunakan sebagai obat sakit kuning, malaria, ayan,

demam, batuk, haid berlebihan, disentri, luka bakar terkena api atau air panas,

luka koreng dan untuk mengobati jerawat.

2. Khasiat berdasarkan penelitian

Dalam penelitian klinis selama bertahun-tahun, tumbuhan ini telah

menunjukkan aktivitas anti hepatotoksik, analgesik, hipotensi, antispasmodik,

antivirus, antibakteri, diuretik, antimutagenik, dan aktivitas hipoglikemik

(Taylor, 2003 dalam Aldi, Yufri., dkk., 2013).

2.1.4 Kandungan

Menurut Khan (2010) dalam Aldi, Yufri., dkk (2013), senyawa

yang terkandung dalam tumbuhan meniran yaitu flavonoid, filantin,

kalium, damar, dan zat penyamak.

Menurut Gunawan., dkk (2008) dan Mangunwardoyo., dkk (2009)

dalam Munfaati, P.T., dkk (2015), P. niruri L. mengandung senyawa-

senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antibakteri, diantaranya adalah

senyawa golongan terpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.

Page 8: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

2.2 Deskripsi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.)

2.2.1 Klasifikasi tanaman kunyit

Klasifikasi tanaman kunyit (Curcuma longa L.) menurut Hapsoh dan

Hasanah (2011) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Curcuma

Jenis : Curcuma longa L.

Gambar.2 Rimpang Kunyit (Curcuma longa L)

2.2.3 Morfologi tanaman kunyit (Curcuma longa L.)

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm.

Batang merupakan batang semu, tegak berbentuk bulat, tersusun dari pelepah

daun.

Daun tunggal, bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5

cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Ujung dan pangkal

daun runcing tepi daun rata.

Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan.

Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati, 2008).

Rimpang atau akar tinggal berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut. Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu

Page 9: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

rimpang induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang.

Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah

samping. Jumlah tunas umumnya banyak, tumbuh mendatar atau

melengkung, serta berbuku-buku pendek, lurus atau melengkung. Kulit

rimpang berwarna jingga kecoklatan. Warna daging jingga kekuningan

dengan bau khas dan rasanya agak pahit. Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan

batang semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho, 1997).

2.2.4 Kandungan kimia dan manfaat tanaman kunyit

Rimpang kunyit mengandung minyak menguap sebanyak 3-5%

v/b. Terdiri atas turmeron, zingiberen, ar-turmeron, sedikit mengandung

fellandren, seskiterpen alkohol, borneol, kurkumin, desmetoksikurkumin,

bisdesmetoksikurkumin, pati, tanin dan damar (Dalimartha, 2009).

Rimpang kunyit digunakan sebagai bumbu dapur dan sebagai obat

yang berkhasiat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah tinggi,

sebagai obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, peluruh

ASI, fungisida, stimulan, mengobati keseleo, memar, rematik, obat asma,

diabetes melitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah,

menghilangkan jerawat, penurun panas, menghilangkan rasa gatal,

menyembuhkan kejang dan mengobati luka-luka (Syukur dan Hernani,

2001).

2.3 Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang

keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin;

tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen

POM,1995)

Kapsul keras biasanya terbuat dari gelatin yang terdiri dari cangkang

kapsul bagian badan dan bagian tutup kapsul. Kedua bagian tutup kapsul ini

akan saling menutupi bila dipertemukan dan bagian tutupnya akan

menyelubungi bagian badan kapsul (Ansel, 2005).

Page 10: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

Gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami

peruraian oleh mikroba bila dalam keadaan lembab atau bila disimpan dalam

larutan berair . Sebagai contoh yang lain, cangkang kapsul gelatin menjadi

rapuh jika disimpan pada kondisi kelembaban relatif yang rendah.

Selanjutnya, Kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping

obat yang mengiritasi lambung, seperti Indometasin. Hal ini dikarenakan

kapsul gelatin segera pecah setelah sampai di lambung. Macam-macam

kapsul:

a. Hard capsule (cangkang kapsul keras) Kapsul cangkang keras terdiri atas

wadah dan tutup yang dibuat dari campuran gelatin, gula dan air, jernih

tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa. Biasanya

cangkang ini diisi dengan bahan padat atau serbuk, butiran atau granul.

Ukuran kapsul mulai dari yang besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1,

2, 3, 4, 5. Universitas Sumatera Utara

b. Soft capsule (cangkang kapsul lunak) Kapsul gelatin lunak dibuat dari

gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol ditambahkan

supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik. Kapsul-kapsul ini mungkin

bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan

untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering

(Ansel, 2005).

Pengujian Sediaan Kapsul yang diproduksi harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

1. Keseragaman Bobot Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan

20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian

timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung

bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap

kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang

ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang

ditetapkan pada kolom B.

2. Waktu hancur Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu

hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak

menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Waktu

Page 11: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

hancur setiap tablet atau kapsul dicatat dan memenuhi persyaratan spesifikasi

waktu (dalam 15 menit) (Depkes RI, 1979).

3. Disolusi Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentasi

zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah

untuk memberikan efek terapi. Persyaratan dalam waktu 30 menit harus larut

tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket.

4. Kadar Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat

berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai

dengan yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan

sesuai dengan zat aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul. Caranya

ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif yang larut diekstraksi

menggunakan pelarut yang sesuai menurut Universitas Sumatera Utara

prosedur yang sudah ditetapkan. Secara umum rentang kadar bahan aktif yang

ditentukan berada diantara 90-110% dari pernyataan pada label.

Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Kapsul

Menurut Syamsuni (2006), kapsul mempunyai keuntungan dan kerugian

sebagai berikut:

a. Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul:

1) Bentuknya menarik dan praktis.

2) Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang

berasa dan berbau tidak enak.

3) Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga

obat cepat diabsorpsi.

4) Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis

yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.

5) Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat

tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.

b. Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul:

1) Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori

kapsul tidak dapat menahan penguapan.

2) Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).

Page 12: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

3) Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang

kapsul.

4) Tidak dapat diberikan untuk balita.

5) Tidak dapat dibagi-bagi

2.4 Teh Herbal

Teh merupakan kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak,

karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh herbal biasanya diseduh

denga air panas untuk mendapatkan minuman yang beraroma harum.

Teh herbal adalah sebutan untuk ramuan bunga, daun, biji, akar, atau

buah kering untuk membuat minuman yang juga disebut teh herbal.

Walaupun disebut "teh", ramuan atau minuman ini tidak mengandung daun

dari tanaman teh (Camellia sinensis).

Teh herbal biasanya diseduh dengan air panas untuk mendapatkan

minuman yang beraroma harum. Namun, teh herbal dari komposisi biji

tumbuhan atau akar sering perlu direbus lebih dulu sebelum disaring dan siap

disajikan. Walaupun mengandung racikan bunga atau buah kering, teh yang

berasal dari daun teh seperti teh melati atau teh Earl Grey tidak disebut

sebagai teh herbal. Campuran tersebut dimaksudkan sebagai pengharum

untuk membuat variasi aroma teh.

Teh herbal memiliki banyak manfaat dan khasiat sebagai obat alami

untuk mengatasi berbagai macam penyakit dan menjaga kesehatan, yang

tergantung dari jenis komposisi teh herbal tersebut. Ada teh herbal murbei

sebagai teh alami yang terbuat dari daun murbei, ada teh herbal Sarang Wallet

plus Sirih Merah, ada teh herbal Daun Sirsak yang terbuat dari daun sirsak,

ada teh herbal Sarang Semut Dawa, ada teh herbal Satoimo yang terbuat dari

umbi talas satoimo, ada teh herbal yang terbuat dari Daun atau Bunga Alfala

yang kaya akan vitamin dan sebagainya.

Page 13: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

2.5 Minuman Instan

Minuman serbuk instan didefinisikan sebagai produk pangan

berbentuk butiran-butiran (serbuk) yang praktis dalam penggunaannya atau

mudah untuk disajikan (Permana, 2008). Menurut Standar Nasional Indonesia

(SNI) 01-4320-1996, serbuk minuman tradisional adalah produk bahan

minuman berbentuk serbuk atau granula yang dibuat dari campuran gula dan

rempah-rempah dengan atau tanpa tambahan makanan yang diizinkan

(Anonim, 1996).

Keuntungan dari suatu bahan ketika dijadikan minuman serbuk adalah

mutu produk dapat terjaga, tidak mudah terkotori, tidak mudah terjangkiti

penyakit, dan produk tanpa pengawet. Semua hal tersebut dimungkinkan

karena minuman serbuk instan merupakan produk dengan kadar air yang

cukup rendah yaitu sekitar 0,6-0,85%. Melalui proses pengolahan tertentu,

minuman serbuk instan tidak akan memengaruhi kandungan atau khasiat

dalam bahan (Rengga dan Handayani, 2004).

Berbagai macam metode pengeringan yang digunakan dalam

pembuatan minuman serbuk antara lain menggunakan pengering semprot atau

spray drying. Kendala jika menggunakan metode ini adalah dari segi biaya

sangat mahal sehingga tidak cocok untuk usaha menengah ataupun usaha

kecil (Permana, 2008). Metode lain adalah dengan menggunakan oven,

namun dalam penggunaannya tidak dilakukan dengan suhu tinggi (>100°C)

karena akan berpengaruh buruk untuk kandungan gizi dari bahan. Apabila

suhu yang digunakan terlalu rendah (<50°C), maka proses pengeringan akan

berlangsung lama. Suhu yang digunakan berkisar antara 60oC-80oC (Rans,

2006 dalam Hidayati, 2007).

Metode lain yang efektif digunakan dalam pembuatan minuman

serbuk yaitu dengan menggunakan metode atau prinsip kristalisasi yaitu

proses yang dilakukan dengan pemberian panas pada bahan sampai terbentuk

kristal (Wahyuni dkk, 2010). Kristalisasi merupakan proses pemisahan ketika

terjadi alih massa dari fase cair menjadi kristalisasi padat murni melalui

penurunan suhu atau pemekatan larutan (Earle, 2000 dalam Hidayati, 2007).

Page 14: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

Tahapan yang dilakukan dalam proses kristalisasi antara lain

pencucian dan penghalusan bahan, kemudian proses pemasakan atau

kristalisasi yaitu ekstrak bahan ditambah gula, biasanya gula kristal berwarna

putih, kemudian dipanaskan menggunakan api kecil (suhu di bawah 100oC)

dan dilakukan pengadukan terus menerus sampai terbentuk kristal. Proses

selanjutnya adalah pengayakan serbuk atau kristal yang telah jadi hingga

diperoleh bubuk yang lembut. Keuntungan metode ini adalah dari segi biaya

cukup murah, proses cepat dan serbuk yang dihasilkan banyak (Wahyuni

dkk., 2005).

2.6 Analisis Pemasaran

Analisis pemasaran atau analisis SWOT adalah salah satu bentuk analisis

dalam manajemen dengan menggunakan prinsip SWOT (Strength, Weaknesses,

Opportunities, and Threats). Analsis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan.

SWOT menurut Sutojo dan F. Kleinsteuber (2002 : 8) adalah untuk

menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan

dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah tercapai. SWOT adalah

singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan) Weaknesses

(kelemahan perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats

(hambatan untuk mencapai tujuan).

Apabila teknik swot analisis tersebut diterapkan dalam kasus

menentukan tujuan strategi manajemen pemasaran dapat diutarakan

sebelum menentukan tujuan-tujuan pemasaran yang ingin dicapai

hendaknya perusahaan menganalisis : kekuatan dan kelemahan, peluang

bisnis yang ada, berbagai macam hambatan yang mungkin timbul.

Teknik analisis SWOT yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Analisis Internal

1. Analisis Kekuatan (Strenght)

2. Analisis Kelemahan (Weaknesses)

3. Opportunities (peluang)

b. Analisis Eksternal

1. Analisis Peluang (Opportunity)

Page 15: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

2. Analisis Ancaman (Threats)

Page 16: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

BAB III

ANALISA PEMASARAN

NO ASPEK HASIL

1 Nama Sediaan 1. Kapsul Herba Meniran

2. Teh Herbal Herba Meniran

3. Minuman Instan Kunyit

2 Bentuk Sediaan 1. Kapsul

2. Teh Celup

3. Serbuk instan

3 Komposisi 1. Herba Meniran

2. Herba Meniran

3. Rimpang Kunyit

4 Khasiat Yang Dipilih 1. Kapsul berguna sebagai daya tahan

tubuh

2. Teh berguna sebagai daya tahan

tubuh

3. Minuman instan berguna sebagai

obat sakit perut dan mengobati

tekanan darah tinggi

Page 17: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

5 Produk Pesaing Yang Ada

Dan Harga

1. Teh Herbal Meniran TAZAKKA

Nama produk: Teh Herbal Meniran

Tazakka

Produsen : Tazakka group

Kode produk : 3253

Berat dengan packing : 0,09 kg

Harga normal : Rp 24000

Volume (isi) : 20 celup @ 2gram

Izin depkes : P.IRT. NO.

310331146034318

Produsen atau merk : Tazakka group

2. Kapsul Menirofit

Nama produk: Menirofit Herbal

Meniran

Komposisi : Phyllantus niruri L 100%

Manfaat :

Membantu mengobati:

Radang ginjal

Susah kencing

Batu ginjal

Nyeri buang air kecil

Disentri

Hepatitis

Page 18: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

6 Strategi promosi yang

dipilih

- Periklanan

- Pemasaran langsung

Page 19: Laporan Akhir Uas Analisis Pemasaran

DAFTAR PUSTAKA

Aldi, Yufri., dkk., 2013, Uji Aktivitas Beberapa Subfraksi Ekstrak Etil Asetat dari

Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap Titer Antibodi dan

Jumlah Sel Eukosit pada Mencit Putih Jantan, Universitas Andalas,

Fakultas Farmasi.

Aldi, Yufri., dkk., 2013, Uji Aktivitas Beberapa Subfraksi Ekstrak Etil Asetat dari

Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap Reaksi Hipersensitivitas

Kutan Aktif, Universitas Andalas, Fakultas Farmasi.

Anonim. 1996. Standar Nasional Indonesia Serbuk Minuman Tradisional.

http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI%2001-4320-1996.pdf. 10 Desember

2015.

Ansel, Howard C, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI

Press

Depkes RI. 1978. Materia Medika Indonesia. Jilid 2. Menkes. Jakarta

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Menkes. Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: DepKes.

Munfaati, P.N., dkk., 2015, Aktivitas Senyawa Antibakteri Ekstrak Herba

Meniran (Phyllanthus niruri) terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella

dysenteriae Secara in Vitro, Universitas Negeri Surabaya, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Rengga Pita W.D dan Handayani Astuti P, 2004. Serbuk Instan Manis Daun

Pepaya Sebagai Upaya Mempelancar Air Susu Ibu. Jurnal Fakultas Teknik

Kimia. Semarang: Unversitas Negeri Semarang.

Permana. 2008. Bagaimana Cara Membuat Minuman Serbuk Instan.

http://awpermana.dagdigdug.com/2008/05/19/bagaimana-caramembuat-

bubuk-minuman-instan/ 10 Desember 2015.