laporan akhir uas analisis pemasaran
DESCRIPTION
bahan alam pemasaranTRANSCRIPT
MAKALAH PRAKTIKUM BAHAN ALAM
“ANALISA PEMASARAN”
Dosen Pembimbing:
Wilda Wildaniah, S.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Dessi Anggreani 138913
Ginanti Saputri 138925
Rifqi Nusirwan 138969
Ririn Andreana 138971
Rizka Febriani Lestari 138975
Syarifah Nurhayati 138987
Tia Rezeki Utami 138989
Wiranti Febrina 139003
Yessi Dwisanti 139005
AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
TAHUN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta taufik dan hidayahnya kepada kami untuk dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisa Pemasaran“. Makalah ini sebagai
penunjang dalam mata kuliah praktikum bahan alam.
Tak lupa ucapan terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang
telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, baik itu berupa saran, dan
materi sehingga makalah ini bisa terselesaikan tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, sekian dan terima kasih.
Pontianak, Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
2.1 Deskripsi Tanaman Meniran..........................................................................5
2.1.1 Taksonomi...............................................................................................5
2.1.2 Nama Lain...............................................................................................6
2.1.3 Morfologi.................................................................................................6
2.1.4 Ekologi dan penyebaran..........................................................................6
2.1.5 Budidaya..................................................................................................7
2.1.6 Khasiat.....................................................................................................7
2.1.7 Kandungan...............................................................................................7
2.2 Deskripsi Tanaman Kunyit.............................................................................8
2.2.1 Klasifikasi tanaman kunyit (Curcuma longa L.).....................................8
2.2.2 Nama daerah dan nama asing..................................................................8
2.2.3 Morfologi tanaman kunyit (Curcuma longa L.)......................................8
2.2.4 Kandungan kimia dan manfaat tanaman kunyit......................................9
2.3 Kapsul...........................................................................................................10
2.4 Teh Herbal....................................................................................................12
2.5 Minuman Instan............................................................................................13
2.6 Analisis Pemasaran......................................................................................14
BAB III ANALISA PEMASARAN................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mengenal dan memakai tanaman
obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan, sebelum
pelayanan kesehatan formal dengan pengobatan modern menggunakan obat
farmasi dikenal masyarakat. Pengetahuan tentang tanaman obat tradisional
merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan
keterampilan secara turun temurun dari nenek moyang yang diteruskan kepada
generasi penerus bangsa. Penelitian secara ilmiah juga terbukti adanya sifat
penyembuhan dalam tanaman obat yang telah digunakan dalam pengobatan
tradisional. Oleh sebab itu penggunaan tanaman obat untuk kesehatan ada
kecenderungan meningkat.
Industri pengolahan mengolah tanaman obat sehingga mempunyai nilai
tambah. Tanaman obat dijadikan komoditi komersial yang dapat dipasarkan dalam
berbagai bentuk yaitu simplisia utuh (segar/kering), bentuk ekstrak/instant
maupun bentuk produk jadi yang biasanya disebut sebagai obat tradisional yang
sekarang lebih dikenal dengan obat herbal. Menurut Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) ada tiga kategori sediaan obat herbal yaitu jamu, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah sediaan obat herbal Indonesia yang
keamanan dan khasiatnya telah diketahui secara turun temurun berdasarkan
pengalaman (empiris). Obat herbal terstandar adalah sediaan obat herbal
Indonesia yang dibuat dari bahan berupa ekstrak atau serbuk yang telah
distandarisasi. Status keamanan dan khasiatnya telah dibuktikan secara ilmiah
yaitu melalui uji pra-klinik (uji khasiat dan toksisitas pada hewan percobaan).
Fitofarmaka adalah sediaan obat herbal Indonesia dengan bahan baku yang telah
distandarisasi, telah dilakukan uji praklinik dan uji klinik (uji pada orang sakit).
Back to nature, kembali ke alam, kini menjadi semboyan masyarakat
modern. Mereka merindukan segala sesuatu yang selaras, seimbang dan
menyejukkan yang diberikan alam. Dalam industri farmasi, misalnya, obat-obatan
kimia yang banyak diproduksi perusahaan farmasi dengan teknologi modern,
diyakini menimbulkan dampak negatif (mempunyai efek samping) bagi
kesehatan. Ini terkait dengan penggunaan unsur-unsur kimia yang ada di
dalamnya. Sedangkan obat herbal diyakini lebih aman tanpa efek samping, dapat
dipakai seluruh keluarga, sejalan dengan kebiasaan dan kepercayaan masyarakat,
Dengan beralihnya preferensi masyarakat menyebabkan industri farmasi
Indonesia cukup berminat untuk mengembangkan obat herbal. Hal ini disebabkan
bahan baku yang dibutuhkan sangat berlimpah, investasi yang tidak terlalu tinggi,
proses dan kompetensi produksi juga tersedia dan pasar yang menjanjikan baik
domestik maupun eksporkualitasnya yang baik, berkhasiat menyembuhkan
penyakit dan harga obat herbal relatif lebih murah. Karena itu, ada kecenderungan
masyarakat kini beralih ke obat-obat herbal yang alami untuk menyembuhkan
berbagai penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang melatar belakangi praktikum ini adalah:
1. Bagaimana sediaan dan kemasan kapsul, teh dan minuman instan?
2. Bagaimana analisis pemasaran kapsul, teh dan minuman instan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui sediaan dan kemasan kapsul, teh dan minuman instan?
2. Untuk mengetahui analisis pemasaran kapsul, teh dan minuman instan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Tanaman Meniran
2.1.1 Taksonomi
Klasifikasi tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Trachebionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.
(Plantamor, 2011)
Gambar 2.1 Meniran (Phyllanthus niruri L.)
2.1.2 Morfologi
Tanaman ini tingginya hanya 30-100 cm dan mempunyai daun
yang bersirip genap setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk
yang mempunyai ukuran kecil dan berbentuk lonjong (Dalimartha, 2000
dalam Aldi, Yufri., dkk., 2013).
Terna, tumbuh tegak, tinggi 50 cm – 1 meter, bercabang terpencar,
cabang mempunyai daun tunggal yang berseling yang tumbuh mendatar
dari batang pokok. Batang berwarna hijau pucat atau hijau kemerahan.
Bentuk daun bundar telur – bundar memanjang, panjang daun 5 mm – 10
mm, lebar 2,5 mm - 5 mm, ujung bundar atau runcing, permukaan daun
bagian bawah berbintik-bintik kelenjar. Bunga keluar dari ketiak daun;
bunga jantan dibawah ketiak daun, berkumpul 2 bunga – 4 bunga, gagang
0,5 mm - 1 mm, helaian mahkota bunga berbentuk bundar telur terbalik,
panjang 0,75 mm – 1 mm, berwarna merah pucat; bunga betina sendiri,
letaknya dibagian atas ketiak daun; gagang bunga 0,75 mm – 1 mm,
helaian mahkota bunga berbentuk bundar telur – bundar memanjang, tepi
berwarna hijau muda, panjang 1,2 mm – 2,5mm. buah licin, garis tengah 2
mm – 2,5 mm, panjang gagang buah 1,5 mm – 2 mm (Depkes RI, 1978).
2.1.3 Khasiat
1. Penggunaan secara tradisional
Meniran secara tradisional digunakan sebagai obat sakit kuning, malaria, ayan,
demam, batuk, haid berlebihan, disentri, luka bakar terkena api atau air panas,
luka koreng dan untuk mengobati jerawat.
2. Khasiat berdasarkan penelitian
Dalam penelitian klinis selama bertahun-tahun, tumbuhan ini telah
menunjukkan aktivitas anti hepatotoksik, analgesik, hipotensi, antispasmodik,
antivirus, antibakteri, diuretik, antimutagenik, dan aktivitas hipoglikemik
(Taylor, 2003 dalam Aldi, Yufri., dkk., 2013).
2.1.4 Kandungan
Menurut Khan (2010) dalam Aldi, Yufri., dkk (2013), senyawa
yang terkandung dalam tumbuhan meniran yaitu flavonoid, filantin,
kalium, damar, dan zat penyamak.
Menurut Gunawan., dkk (2008) dan Mangunwardoyo., dkk (2009)
dalam Munfaati, P.T., dkk (2015), P. niruri L. mengandung senyawa-
senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antibakteri, diantaranya adalah
senyawa golongan terpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.
2.2 Deskripsi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.)
2.2.1 Klasifikasi tanaman kunyit
Klasifikasi tanaman kunyit (Curcuma longa L.) menurut Hapsoh dan
Hasanah (2011) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma longa L.
Gambar.2 Rimpang Kunyit (Curcuma longa L)
2.2.3 Morfologi tanaman kunyit (Curcuma longa L.)
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm.
Batang merupakan batang semu, tegak berbentuk bulat, tersusun dari pelepah
daun.
Daun tunggal, bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5
cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Ujung dan pangkal
daun runcing tepi daun rata.
Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan.
Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati, 2008).
Rimpang atau akar tinggal berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut. Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu
rimpang induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang.
Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah
samping. Jumlah tunas umumnya banyak, tumbuh mendatar atau
melengkung, serta berbuku-buku pendek, lurus atau melengkung. Kulit
rimpang berwarna jingga kecoklatan. Warna daging jingga kekuningan
dengan bau khas dan rasanya agak pahit. Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan
batang semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho, 1997).
2.2.4 Kandungan kimia dan manfaat tanaman kunyit
Rimpang kunyit mengandung minyak menguap sebanyak 3-5%
v/b. Terdiri atas turmeron, zingiberen, ar-turmeron, sedikit mengandung
fellandren, seskiterpen alkohol, borneol, kurkumin, desmetoksikurkumin,
bisdesmetoksikurkumin, pati, tanin dan damar (Dalimartha, 2009).
Rimpang kunyit digunakan sebagai bumbu dapur dan sebagai obat
yang berkhasiat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah tinggi,
sebagai obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, peluruh
ASI, fungisida, stimulan, mengobati keseleo, memar, rematik, obat asma,
diabetes melitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah,
menghilangkan jerawat, penurun panas, menghilangkan rasa gatal,
menyembuhkan kejang dan mengobati luka-luka (Syukur dan Hernani,
2001).
2.3 Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin;
tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen
POM,1995)
Kapsul keras biasanya terbuat dari gelatin yang terdiri dari cangkang
kapsul bagian badan dan bagian tutup kapsul. Kedua bagian tutup kapsul ini
akan saling menutupi bila dipertemukan dan bagian tutupnya akan
menyelubungi bagian badan kapsul (Ansel, 2005).
Gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami
peruraian oleh mikroba bila dalam keadaan lembab atau bila disimpan dalam
larutan berair . Sebagai contoh yang lain, cangkang kapsul gelatin menjadi
rapuh jika disimpan pada kondisi kelembaban relatif yang rendah.
Selanjutnya, Kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping
obat yang mengiritasi lambung, seperti Indometasin. Hal ini dikarenakan
kapsul gelatin segera pecah setelah sampai di lambung. Macam-macam
kapsul:
a. Hard capsule (cangkang kapsul keras) Kapsul cangkang keras terdiri atas
wadah dan tutup yang dibuat dari campuran gelatin, gula dan air, jernih
tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa. Biasanya
cangkang ini diisi dengan bahan padat atau serbuk, butiran atau granul.
Ukuran kapsul mulai dari yang besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1,
2, 3, 4, 5. Universitas Sumatera Utara
b. Soft capsule (cangkang kapsul lunak) Kapsul gelatin lunak dibuat dari
gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol ditambahkan
supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik. Kapsul-kapsul ini mungkin
bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan
untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering
(Ansel, 2005).
Pengujian Sediaan Kapsul yang diproduksi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Keseragaman Bobot Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan
20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian
timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung
bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap
kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang
ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang
ditetapkan pada kolom B.
2. Waktu hancur Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu
hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak
menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Waktu
hancur setiap tablet atau kapsul dicatat dan memenuhi persyaratan spesifikasi
waktu (dalam 15 menit) (Depkes RI, 1979).
3. Disolusi Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentasi
zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah
untuk memberikan efek terapi. Persyaratan dalam waktu 30 menit harus larut
tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket.
4. Kadar Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat
berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai
dengan yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan
sesuai dengan zat aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul. Caranya
ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif yang larut diekstraksi
menggunakan pelarut yang sesuai menurut Universitas Sumatera Utara
prosedur yang sudah ditetapkan. Secara umum rentang kadar bahan aktif yang
ditentukan berada diantara 90-110% dari pernyataan pada label.
Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Kapsul
Menurut Syamsuni (2006), kapsul mempunyai keuntungan dan kerugian
sebagai berikut:
a. Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul:
1) Bentuknya menarik dan praktis.
2) Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang
berasa dan berbau tidak enak.
3) Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga
obat cepat diabsorpsi.
4) Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis
yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5) Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
b. Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul:
1) Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori
kapsul tidak dapat menahan penguapan.
2) Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3) Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang
kapsul.
4) Tidak dapat diberikan untuk balita.
5) Tidak dapat dibagi-bagi
2.4 Teh Herbal
Teh merupakan kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak,
karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh herbal biasanya diseduh
denga air panas untuk mendapatkan minuman yang beraroma harum.
Teh herbal adalah sebutan untuk ramuan bunga, daun, biji, akar, atau
buah kering untuk membuat minuman yang juga disebut teh herbal.
Walaupun disebut "teh", ramuan atau minuman ini tidak mengandung daun
dari tanaman teh (Camellia sinensis).
Teh herbal biasanya diseduh dengan air panas untuk mendapatkan
minuman yang beraroma harum. Namun, teh herbal dari komposisi biji
tumbuhan atau akar sering perlu direbus lebih dulu sebelum disaring dan siap
disajikan. Walaupun mengandung racikan bunga atau buah kering, teh yang
berasal dari daun teh seperti teh melati atau teh Earl Grey tidak disebut
sebagai teh herbal. Campuran tersebut dimaksudkan sebagai pengharum
untuk membuat variasi aroma teh.
Teh herbal memiliki banyak manfaat dan khasiat sebagai obat alami
untuk mengatasi berbagai macam penyakit dan menjaga kesehatan, yang
tergantung dari jenis komposisi teh herbal tersebut. Ada teh herbal murbei
sebagai teh alami yang terbuat dari daun murbei, ada teh herbal Sarang Wallet
plus Sirih Merah, ada teh herbal Daun Sirsak yang terbuat dari daun sirsak,
ada teh herbal Sarang Semut Dawa, ada teh herbal Satoimo yang terbuat dari
umbi talas satoimo, ada teh herbal yang terbuat dari Daun atau Bunga Alfala
yang kaya akan vitamin dan sebagainya.
2.5 Minuman Instan
Minuman serbuk instan didefinisikan sebagai produk pangan
berbentuk butiran-butiran (serbuk) yang praktis dalam penggunaannya atau
mudah untuk disajikan (Permana, 2008). Menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI) 01-4320-1996, serbuk minuman tradisional adalah produk bahan
minuman berbentuk serbuk atau granula yang dibuat dari campuran gula dan
rempah-rempah dengan atau tanpa tambahan makanan yang diizinkan
(Anonim, 1996).
Keuntungan dari suatu bahan ketika dijadikan minuman serbuk adalah
mutu produk dapat terjaga, tidak mudah terkotori, tidak mudah terjangkiti
penyakit, dan produk tanpa pengawet. Semua hal tersebut dimungkinkan
karena minuman serbuk instan merupakan produk dengan kadar air yang
cukup rendah yaitu sekitar 0,6-0,85%. Melalui proses pengolahan tertentu,
minuman serbuk instan tidak akan memengaruhi kandungan atau khasiat
dalam bahan (Rengga dan Handayani, 2004).
Berbagai macam metode pengeringan yang digunakan dalam
pembuatan minuman serbuk antara lain menggunakan pengering semprot atau
spray drying. Kendala jika menggunakan metode ini adalah dari segi biaya
sangat mahal sehingga tidak cocok untuk usaha menengah ataupun usaha
kecil (Permana, 2008). Metode lain adalah dengan menggunakan oven,
namun dalam penggunaannya tidak dilakukan dengan suhu tinggi (>100°C)
karena akan berpengaruh buruk untuk kandungan gizi dari bahan. Apabila
suhu yang digunakan terlalu rendah (<50°C), maka proses pengeringan akan
berlangsung lama. Suhu yang digunakan berkisar antara 60oC-80oC (Rans,
2006 dalam Hidayati, 2007).
Metode lain yang efektif digunakan dalam pembuatan minuman
serbuk yaitu dengan menggunakan metode atau prinsip kristalisasi yaitu
proses yang dilakukan dengan pemberian panas pada bahan sampai terbentuk
kristal (Wahyuni dkk, 2010). Kristalisasi merupakan proses pemisahan ketika
terjadi alih massa dari fase cair menjadi kristalisasi padat murni melalui
penurunan suhu atau pemekatan larutan (Earle, 2000 dalam Hidayati, 2007).
Tahapan yang dilakukan dalam proses kristalisasi antara lain
pencucian dan penghalusan bahan, kemudian proses pemasakan atau
kristalisasi yaitu ekstrak bahan ditambah gula, biasanya gula kristal berwarna
putih, kemudian dipanaskan menggunakan api kecil (suhu di bawah 100oC)
dan dilakukan pengadukan terus menerus sampai terbentuk kristal. Proses
selanjutnya adalah pengayakan serbuk atau kristal yang telah jadi hingga
diperoleh bubuk yang lembut. Keuntungan metode ini adalah dari segi biaya
cukup murah, proses cepat dan serbuk yang dihasilkan banyak (Wahyuni
dkk., 2005).
2.6 Analisis Pemasaran
Analisis pemasaran atau analisis SWOT adalah salah satu bentuk analisis
dalam manajemen dengan menggunakan prinsip SWOT (Strength, Weaknesses,
Opportunities, and Threats). Analsis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan.
SWOT menurut Sutojo dan F. Kleinsteuber (2002 : 8) adalah untuk
menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan
dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah tercapai. SWOT adalah
singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan) Weaknesses
(kelemahan perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats
(hambatan untuk mencapai tujuan).
Apabila teknik swot analisis tersebut diterapkan dalam kasus
menentukan tujuan strategi manajemen pemasaran dapat diutarakan
sebelum menentukan tujuan-tujuan pemasaran yang ingin dicapai
hendaknya perusahaan menganalisis : kekuatan dan kelemahan, peluang
bisnis yang ada, berbagai macam hambatan yang mungkin timbul.
Teknik analisis SWOT yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Analisis Internal
1. Analisis Kekuatan (Strenght)
2. Analisis Kelemahan (Weaknesses)
3. Opportunities (peluang)
b. Analisis Eksternal
1. Analisis Peluang (Opportunity)
2. Analisis Ancaman (Threats)
BAB III
ANALISA PEMASARAN
NO ASPEK HASIL
1 Nama Sediaan 1. Kapsul Herba Meniran
2. Teh Herbal Herba Meniran
3. Minuman Instan Kunyit
2 Bentuk Sediaan 1. Kapsul
2. Teh Celup
3. Serbuk instan
3 Komposisi 1. Herba Meniran
2. Herba Meniran
3. Rimpang Kunyit
4 Khasiat Yang Dipilih 1. Kapsul berguna sebagai daya tahan
tubuh
2. Teh berguna sebagai daya tahan
tubuh
3. Minuman instan berguna sebagai
obat sakit perut dan mengobati
tekanan darah tinggi
5 Produk Pesaing Yang Ada
Dan Harga
1. Teh Herbal Meniran TAZAKKA
Nama produk: Teh Herbal Meniran
Tazakka
Produsen : Tazakka group
Kode produk : 3253
Berat dengan packing : 0,09 kg
Harga normal : Rp 24000
Volume (isi) : 20 celup @ 2gram
Izin depkes : P.IRT. NO.
310331146034318
Produsen atau merk : Tazakka group
2. Kapsul Menirofit
Nama produk: Menirofit Herbal
Meniran
Komposisi : Phyllantus niruri L 100%
Manfaat :
Membantu mengobati:
Radang ginjal
Susah kencing
Batu ginjal
Nyeri buang air kecil
Disentri
Hepatitis
6 Strategi promosi yang
dipilih
- Periklanan
- Pemasaran langsung
DAFTAR PUSTAKA
Aldi, Yufri., dkk., 2013, Uji Aktivitas Beberapa Subfraksi Ekstrak Etil Asetat dari
Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap Titer Antibodi dan
Jumlah Sel Eukosit pada Mencit Putih Jantan, Universitas Andalas,
Fakultas Farmasi.
Aldi, Yufri., dkk., 2013, Uji Aktivitas Beberapa Subfraksi Ekstrak Etil Asetat dari
Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap Reaksi Hipersensitivitas
Kutan Aktif, Universitas Andalas, Fakultas Farmasi.
Anonim. 1996. Standar Nasional Indonesia Serbuk Minuman Tradisional.
http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI%2001-4320-1996.pdf. 10 Desember
2015.
Ansel, Howard C, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI
Press
Depkes RI. 1978. Materia Medika Indonesia. Jilid 2. Menkes. Jakarta
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Menkes. Jakarta
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: DepKes.
Munfaati, P.N., dkk., 2015, Aktivitas Senyawa Antibakteri Ekstrak Herba
Meniran (Phyllanthus niruri) terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella
dysenteriae Secara in Vitro, Universitas Negeri Surabaya, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Rengga Pita W.D dan Handayani Astuti P, 2004. Serbuk Instan Manis Daun
Pepaya Sebagai Upaya Mempelancar Air Susu Ibu. Jurnal Fakultas Teknik
Kimia. Semarang: Unversitas Negeri Semarang.
Permana. 2008. Bagaimana Cara Membuat Minuman Serbuk Instan.
http://awpermana.dagdigdug.com/2008/05/19/bagaimana-caramembuat-
bubuk-minuman-instan/ 10 Desember 2015.