laporan 3_ preparat whole mount stomata

15
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroteknik merupakan teknik pembuatan sediaan atau preparat secara mikroskopis, tentunya pendekatan secara teoritis saja tidaklah memadai untuk memahami secara menyeluruh mengenai mikroteknik, sebab yang namanya teknik lebih menekankan pemahaman pada aplikatifnya meskipun pada dasarnya landasan teoritis juga diperlukan dalam rangka memberikan beberapa petunjuk yang harus dilakukan agar proses pembuatan preparat sesuai dengan prosedural kerja dan alasan penggunaan ataupun pemilihan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan mikroskopis. Salah satu teknik dalam pembuatan preparat adalah menggunakan metode whole mount. Whole mount merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Salah satu bagian dari tanaman yang dapat dibuat preparat menggunakan preparat whole mount yakni daun. Daun merupakan organ pada tumbuhan yang tersusun oleh beberapa jarinngan, salah satu jaringan penyusun daun yakni jaringan epidermis. Pada jaringan epidermis terdapat celah terutama pada helaian daun permukaan sebelah bawah. Celah tersebut merupakan stomata yang berperan dalam transpirasi pada

Upload: syawal-endless

Post on 26-Dec-2015

275 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

sCCSCSv

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikroteknik merupakan teknik pembuatan sediaan atau preparat

secara mikroskopis, tentunya pendekatan secara teoritis saja tidaklah memadai

untuk memahami secara menyeluruh mengenai mikroteknik, sebab yang

namanya teknik lebih menekankan pemahaman pada aplikatifnya meskipun

pada dasarnya landasan teoritis juga diperlukan dalam rangka memberikan

beberapa petunjuk yang harus dilakukan agar proses pembuatan preparat sesuai

dengan prosedural kerja dan alasan penggunaan ataupun pemilihan bahan yang

akan digunakan dalam pembuatan sediaan mikroskopis. Salah satu teknik dalam

pembuatan preparat adalah menggunakan metode whole mount.

Whole mount merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan

diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada

metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel,

jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole

mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih

hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap

morfologi secara umum saja. Salah satu bagian dari tanaman yang dapat dibuat

preparat menggunakan preparat whole mount yakni daun.

Daun merupakan organ pada tumbuhan yang tersusun oleh beberapa

jarinngan, salah satu jaringan penyusun daun yakni jaringan epidermis. Pada

jaringan epidermis terdapat celah terutama pada helaian daun permukaan sebelah

bawah. Celah tersebut merupakan stomata yang berperan dalam transpirasi pada

Page 2: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

tumbuhan. Stomata pada tumbuhan memiliki tipe-tipe yang ditinjau dari bentuk

dan letak sel tetangga terhadap sel penutup stomata seperti tipe diasitik, parasitic

anomositik, dan anisositik. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan

praktikum Preparat Whole Mount Stomata.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat pada praktikum Preparat whole mount

Stomata adalah bagaimana cara membuat sediaan organisme/ bagian tumbuhan

secara utuh ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Preparat whole mount Stomata

adalah untuk membuat sediaan organisme/ bagian tumbuhan secara utuh.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti praktikum Preparat whole mount

Stomata adalah dapat membuat sediaan organisme/ bagian tumbuhan secara

utuh.

Page 3: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

II. TINJAUAN PUSTAKA

Stomata adalah celah diantara epidermis yang diapit oleh 2 sel epidermis

khusus yang disebut sel penutup. Di dekat sel penutup terdapat sel-sel yang

mengelilinginya disebut sel tetangga. Sel penutup dapat membuka dan menutup

sesuai dengan kebutuhan tanaman akan transpirasinya, sedangkan sel-sel tetangga

turut serta dalam perubahan osmotik yang berhubungan dengan pergerakan sel –sel

penutup. Stomata terdapat pada semua bagian tumbuhan yang terdedah ke udara,

tetapi lebih banyak terdapat pada daun (Haryanti, 2010).

Setiap jenis tumbuhan mempunyai struktur sel epidermis yang berbeda.

Perbedaan struktur sel epidermis yang dimaksud dapat berupa bentuk dan susunan

sel epidermis, letak atau kedudukan stomata terhadap sel tetangga, arah

membukanya stomata, bentuk stomata, jumlah sel epidermis dan stomata, jarak

antara stomata dan panjang sel epidermis dan stomata (Rompas, 2011).

Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap

cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan

menutup sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak

berperan dalam membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA).

ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman

kekeringan sehingga stomata segera menutup Beberapa tanaman beradaptasi

terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah

stomata (Lestari, 2006).

Stomata ditemukan pada sebagian besar pemukaan tanaman misalnya daun,

batang, dan akar tetapi yang terbanyak terdapat pada daun. Sebagian besar pohon

Page 4: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

angiosprermae daun daunnya mempunyai stomata pada permukaan bawah,

sehingga disebut hipostomatus. Sedang pada daun tanaman akuatik yang

mengapung, stomata hanya terdapat pada permukaan atas daun, pada tanaman

lainnya stomata terdapat pada kedua permukaannya (Haryanti dan Meirina, 2009).

Pendekatan anatomi dapat menunjukkan korelasi antara karakter anatomi dan

karakter-karakter yang lain, oleh karena itu data ini dapat digunakan untuk

menguatkan batasan-batasan takson, terutama untuk bukti-bukti taksonomi seperti

karakter morfologi yang masih meragukan. Secara anatomi, daun sangat bervariasi

dan menyediakan banyak karakter yang secara sitematik nyata. Karakter-karakter

yang digunakan lapisan sel epidermis, banyaknya lapisan hipodermis, stomata, sel-

sel Kristal dan ikatan pembuluh (Rahayu dan Handayani, 2008).

Page 5: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Preparat whole mount Stomata dilaksanakan pada hari Sabtu,

15 November 2014 pukul 08.00-13.00 WITA dan bertempat di Laboratorium

Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum Preparat whole mount

Stomata dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum Preparat whole mount

Stomata

No. Nama Alat Kegunaan

1. Cawan Petri Untuk menyimpan objek yang akan diamati

2. Mikroskop Untuk mengamati stomata

3. Pipet tetes Untuk mengambil larutan

5. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil

pengamatan stomata

4. Stopwatch Untuk menghitung waktu perendaman

6. Silet Untuk menyayat daun

7. Kaca benda Untuk tempat menyimpan obyek yang akan

diamati

8. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan

9. Kaca penutup Untuk menutupi objek yang ada pada kaca

benda

Page 6: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Preparat whole mount

Stomata dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Preparat whole mount

Stomata

No. Bahan Kegunaan

1. Daun kembang sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis),

kembang kertas (Bougenvillea

spectabilis), adam hawa (Rhoe

discolor), alang-alang

(Imperata cyllindrica) dan

akasia (Akasia sp.)

Sebagai objek yang akan diamati

2. Alkohol 70% Sebagai larutan fiksatif

3. Aquades Sebagai larutan pencuci

4. Bayclin Sebagai pelarut klorofil

5. Safranin Sebagai larutan pewarna

6. Asam nitrat 25% Sebagai larutan pelunak daun

7. Gliserin 30% Sebagai penjernih

8. Tisu Sebagai pembersih larutan

9. Kertas label Sebagai penanda preparat

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum Preaparat whole wount Stomata yaitu

sebagai berikut:

1. Memisahkan bagian daun dari batangnya.

2. Memasukkan daun kedalam larutan fiksatif menggunakan alkohol 70%

selama 1 jam.

3. Mencuci daun dengan membuang alkohol dan menggantinya dengan

aquades beberapa kali.

4. Melunakkan daun dengan menggunakan HNO3 25% selama 15-30 menit.

Page 7: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

5. Mencuci daun menggunakan aquades, lalu menyayat daun setipis mungkin

menggunakan silet.

6. Merendam sayatan dalam larutan bayclin selama 5-10 menit untuk

melarutkan klorofil yang menghalangi stomata.

7. Membilas sayatan menggunakan aquades sampai larutan bayclin hilang.

8. Mewarnai sayatan dengan pewarna tunggal, yaitu safranin 1% selama 3-5

menit.

9. Membilas kembali sayatan menggunakan aquades.

10. Menyimpan sayatan diatas kaca objek (usahakan jangan sampai terlipat atau

menggulung), lalu meneteskan gliserin 30%.

11. Menutup objek dengan kaca penutup, lalu membersihkan sisa larutan

gliserin.

12. Melakukan pengamatan.

Page 8: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum preparat whole mount stomata dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan pada praktikum preparat whole mount stomata

No Gambar Pengamatan Gambar literatur Keterangan

1. Daun akasia (Akasia sp.)

1. Sel tetangga

2. Sel penutup

2. Daun kembang kertas

(Bougenvillea spectabilis)

1. Celah penutup

2. Sel tetangga

3. Sel penutup

3. Daun adam hawa

(Rhoe discolor)

1. Sel penutup

2. Sel tetangga

3. Celah sel

1

2

3

1

2

3

1

2

Page 9: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

4. Daun kembang sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis)

1. Sel penutup

2. Celah penutup

3. Sel tetangga

5. Daun alang-alang

(Imperata cyllindrica)

1. Sel penutup

2. Sel tetangga

3. Celah penutup

3

1

2

1 2

3

Page 10: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

B. Pembahasan

Whole mount merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan

diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan atau

penyayatan. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mount ini terlihat

dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga

pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara

umum saja. Akan tetapi pada praktikum kali ini preparat yang dibuat harus

melalui proses penyayatan, sebab objek pengamatan yang akan diamati dan

dianalisis berupa jaringan epidermis pada daun yang memperlihatkan adanya

stomata.

Stomata merupakan bagian daun yang memiliki fungsi yang sangat

penting bagi tumbuhan yakni untuk pertukaran gas dan juga berperan dalam

fotosintesis. Akan tetapi setiap tumbuhan memiliki bentuk serta letak stomata

yang berlainan yang dipengaruhi oleh tipe atau golongan maupun habitat

tumbuhan itu sendiri. Sel yang mengelilingi stomata atau biasa disebut dengan

sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel

penutup. Sel penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih tinggi atau lebih rendah

dari sel epidermis lainnya. Bila sama tinggi dengan permukaan epidermis

lainnya disebut faneropor, sedangkan jika menonjol atau tenggelam di bawah

permukaan disebut kriptopor. Setiap sel penutup mengandung inti yang jelas dan

kloroplas yang secara berkala menghasilkan pati. Dinding sel penutup dan sel

penjaga sebagian berlapis lignin.

Page 11: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

Pembuatan preparat whole mount stomata ini bersifat semi permanen yang

dilakukan melaui beberapa tahapan utama, yakni fiksasi, pencucian, penyayatan,

pewarnaan dan pengamatan. Tahapan pertama dalam pembuatan preparat whole

mount stomata ini yakni dengan melakukan fiksasi terhadap objek pengamatan

berupa daun dari spesies tumbuhan. Fiksasi terhadap daun ini dilakukan dengan

menggunakan larutan fiksatif berupa alkohol 70% dengan cara merendamnya

selama 1 jam. Tujuan pada tahap fiksasi ini adalah untuk mengawetkan

protoplasma dengan seminimal mungkin untuk terjadinya perubahan atau tidak

mengubah bentuk semula.

Tahapan selanjutnya setelah fiksasi adalah tahap pencucian. Daun yang

telah difiksasi tersebut dicuci dengan cara membuang larutan fiksatif lalu diganti

dengan aquades. Setelah larutan fiksatifnya hilang, daun dilunakan dengan cara

merendamnya di dalam larutan HNO3 25% selama 15-30 menit. Tujuan

pelunakkan daun ini adalah untuk melunakkan daun sehingga memudahkan

pada saat penyayatan daun. Setelah dilunakkan, daun kembali dicuci dengan

menggunakan aquades.

Tahapan selanjutnya yakni penyayatan terhadap objek pengamatan.

Penyayatan dilakukan dengan menggunakan silet yang tajam dan steril.

Penggunaan silet tajam dan steril untuk memperoleh sayatan setipis mungkin

dan tidak ada kontaminan dari partikel-partikel lainnya. Bagian dari daun yang

dibuat sayatan paradermal yakni pada helaian permukaan daun bagian bawah

(abaksial), ini dikarenakan pada tumbuhan yang hidup pada daerah xerofit

umumnya stomata banyak dijumpai pada sisi abaksial daun. Sayatan tipis

Page 12: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

tersebut kemudian direndam di dalam bayclin selama 5 menit. Tujuan

perendaman di dalam bayclin ini adalah untuk melarutkan klorofil pada daun

yang menghalangi stomata, sehingga pada saat pengamatan stomata akan jelas

terlihat. Setelah direndam dengan bayclin, sayatan kembali dicuci dengan

menggunakan aquades.

Tahap selanjutnya setelah penyayatan adalah tahap pewarnaan. Pewarnaan

terhadap sayatan epidermis daun dilakukan dengan menggunakan pewarna

tunggal yaitu safranin 1% (aquosa). Pewarnaan dengan safranin 1% dilakukan

dengan cara merendam sayatan selama 5 menit. Pemilihan pewarna berupa

safranin 1% dikarenakan safranin merupakan pewarna yang baik digunakan pada

tumbuhan karena dapat mewarnai hampir seluruh bagian jaringan pada

tumbuhan. Sayatan yang telah diwarnai tersebut kemudian siap untuk diamati di

bawah mikroskop. Akan tetapi sebelum diamati, sayatan terlebih dahulu

diletakkan di kaca objek kemudian ditetesi dengan gliserin 30%. Tujuan

pemberian larutan gliserin 30% ini adalah untuk menghilangkan sisa larutan

pewarna pada objek pengamatan. Sehingga preparat akan dengan jelas diamati

sebab warna pada preparat tidak terlalu pekat.

Tahapan terakhir pada pembuatan preparat whole mount stomata adalah

tahap pengamatan. Tahap pengamatan merupakan tahapan mengamati preparat

di bawah mikroskop yang bertujuan untuk mengamati apakah preperat yang

telah dibuat dengan menggunakan mikroteknik sudah baik dan benar. Preparat

yang baik dan benar itu dapat diamati dan dianalisis di bawah mikroskop, artinya

Page 13: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

setiap komponen jaringan atau elemen sel dapat dibedakan satu sama lain,

preparat transparan dan tembus cahaya, serta preparat harus tipis dan rata.

Hasil pengamatan pada preparat whole mount stomata, pada setiap sayatan

epidermis daun setiap spesies tumbuhan terlihat jelas bagian-bagian stomata dari

daun tersebut, yakni terlihat jelas adanya celah stomata (porus), sel penutup, dan

sel tetangga. Tidak hanya bagian-bagian dari stomata yang diamati, akan tetapi

pada setiap sediaan juga memperlihatkan tipe-tipe dari stomata berdasarakan

bentuk, letak dan jumlah sel tetangga. Sayatan epidermis daun akasia (Acasia

sp.) dan alang-alang (Imperata cylindrica) stomatanya berbentuk halter

(memanjang) dengan memperlihatkan tampak stomata-stomata daun tersusun

teratur. Sayatan epidermis daun kembang kertas (Bougenvillea spectabilis)

memperlihatkan stomata tipe anisositik yakni jumlah sel tetangga berjumlah

lebih dari tiga dengan memiliki bentuk sel yang dapat dibedakan satu sama

lainnya. Dan pada sayatan daun adam hawa (Rhoe discolor) kembang sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis) memperlihatkan stomata tipe anomositik yakni jumlah

sel tetangga lebih dari tiga dengan memiliki bentuk sel tetangga sama besarnya

sehingga sulit untuk dibedakan.

Page 14: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh setelah mengikuti praktikum preparat whole

mount stomata adalah pembuatan preparat sediaan bagian tumbuhan secara utuh

berupa jaringan epidermis daun dilakukan melalui tahapan-tahapan seperti tahap

fiksasi dengan menggunakan larutan alkohol 70%, tahap pencucian dengan

menggunakan aquades, tahap penyayatan paradermal dengan menggunakan silet

setipis mungkin, tahap pewarnaan dengan menggunakan pewarna safranin 1%,

dan terkahir yakni tahap pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum preparat whole mount stomata

adalah agar praktikan dalam pembuatan preparat harus mengikuti metode atau

prosedur dengan baik dan benar sehingga memperoleh hasil preparat yang bagus

yang dapat diamati dan dianalisis serta mengikuti arahan asisten agar praktikum

dapat berjalan sesuai dengan harapan.

Page 15: Laporan 3_ Preparat Whole Mount Stomata

DAFTAR PUSTAKA

Haryanti, S., 2010, Jumlah Dan Distribusi Stomata Pada Daun Beberapa Spesies

Tanaman Dikotil Dan Monokotil, J. Buletin Anatomi dan Fisiologi, XVIII

(2) Haryanti, S., dan Meirina, T., Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun

Kedelai (Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore, J. Bioma, XI (1) Lestari, E. G., 2006, Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan

Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64, J.

Biodiversitas, VII (1)

Rahayu, S. E., dan Handayani, S., 2008, Keanekaragaman Morfologi Dan Anatomi

Pandanus (Pandanaceae ) Di Jawa Barat, J. Vis Vitalis, I (2) : 31 Rompas, Y., Rampe, H. L., dan Rumondor, M. J., 2011, Struktur Sel Epidermis

dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae, J. Bioslogos, I

(1)