boris amzarus_017425816_tugas 3_ filsafat pemerintahan 01_upbjj padang

27
Tugas 3 Filsafat Pemerintahan 01 O L E H Boris Amzarus 017425816 Universitas Terbuka Tahun Pelajaran 2016/2017

Upload: ori-gaskins-amzarus

Post on 12-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pemerintahan

TRANSCRIPT

Page 1: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

Tugas 3

Filsafat Pemerintahan 01

O

L

E

H

Boris Amzarus

017425816

Universitas Terbuka

Tahun Pelajaran 2016/2017

BAB I

PENDAHULUAN

Page 2: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

A. LATAR BELAKANG

Dalam dunia pendidikan, masyarakat umumnya seringkali menyamakan

jurusan Ilmu Pemerintahan dengan jurusan Ilmu Politik, hal ini terkait dengan kata

“Pemerintahan” yang memang sangat dekat dengan dunia “Politik”. Hal tersebut

membuat kerancuan pembahasan masing-masing disiplin ilmu. Apalagi jika

melihat sekilas pada pembahasan masing-masing ilmu yang objek utamanya

adalah negara, hal demikian juga membuat masing-masing disiplin ilmu dikatakan

serumpun, walaupun hakikatnya berbeda secara subpokok bahasan. Dalam tulisan

ini penulis akan menjelaskan secara detail mengenai definisi dari masing-masing

disiplin ilmu kenegaraan, persamaan dan perbedaan serta hubungan antara Ilmu

Pemerintahan dengan 3 disiplin ilmu kenegaraan lainnya yaitu Ilmu Politik, Ilmu

Administrasi Negara,dan Ilmu Hukum Tata Negara.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa perbedaan dan Persamaan Ilmu Pemerintahan dengan Ilmu Politik,

Ilmu Administrasi Negara, dan Ilmu Hukum Tata Negara?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui perbedaan Ilmu Pemerintahan dengan lmu Politik, Ilmu

Administrasi Negara, dan Ilmu Hukum Tata Negara.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

1. Pancasila Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia

Page 3: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan

konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia,

sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan

negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri

secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali pada

dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan

pandangan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang

merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang

sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga

secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa

dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut

kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak

jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini

kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan

dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu

menjadi motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya.

Dari pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa,

gagasan kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para

pendiri negara Republik Indonesia adalah :”di atas dasar apakah negara

Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga

BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi bangsa Indonesia harus

ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang

merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini

dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah

perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar

bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan

tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian

bangsa yang memberi corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia

yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan yang

Page 4: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan jatidiri bangsa

Indonesia.

Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber

nilai utama yaitu :

a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari

Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaran-ajaran

agama dalam kitab suci

b. nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari

nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat yang

baik) yang tersebar di seluruh nusantara.

2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu

sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling

berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara

keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-

ciri sebagai berikut :

a. suatu kesatuan bagian-bagian

b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

c. saling berhubungan dan saling ketergantungan

d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan

sistem)

e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendiri-

sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu

kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan

makmur berdasarkan Pancasila.

3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan

peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari

Page 5: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yang

majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri

terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak

saling bertentangan.

Kesatuan sila-sila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara

filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari

inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia ”monopluralis” yang

memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu-mahluk

sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang

Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis

harmonis.

4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramidal.

Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis

yang digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal

urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila

Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari sila-

sila sebelumnya atau diatasnya.

Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan

yang kuat pada setiap silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan

suatu keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang

Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya.

Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada

landasan, yaitu : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat

itu harus selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat negara Indonesia. Dengan

demikian maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus sesuai

dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan

hakikat manusia; sila ketiga sifat dan keadaan negara harus satu; sila keempat

adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila

kelima adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat adil. Contoh

rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal adalah : sila

pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang

Page 6: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi

Dan Saling Mengkualifikasi

Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis piramidal

juga memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu

dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata

lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.

Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi dan saling

mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah

berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM

FILSAFAT

Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan,

yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya

sangat berguna untuk memahami Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila

Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat

formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar

epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.

Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila

sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk

mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.

Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat

Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi

keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati

gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan

makna yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat Pancasila

akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan pada

bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya.

1. Aspek Ontologis

Page 7: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau

eksistensi. Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang

menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi

ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada

(eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,

termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi.

Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak

monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis.

Subyek pendukungnya adalah manusia, yakni : yang berketuhanan, yang

berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang

berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku

dalam konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan

pendukung pokok negara adalah rakyat (manusia).

2. Aspek Epistemologi

Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,

susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia

sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana

manusia mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu

pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata lain, adalah

bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan,

sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik,

logika, matematika dan teori ilmu.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu

sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi

pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas

alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna

hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam

pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-

keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma menjadi ideologi

(mengandung tiga unsur yaitu : 1. logos (rasionalitas atau penalaran), 2.

pathos (penghayatan), dan 3. ethos (kesusilaan).

3. Aspek Aksiologi

Page 8: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori.

Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :

a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,

b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,

c. sosio politik yang berwujud ideologi.

Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak

nilai, berarti manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan

(menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia.

Dengan demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna

nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk

estetika, etika, ketuhanan dan agama.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang

mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga

sesuatu yang bersifat nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif

mudah diukur yaitu dengan menggunakan indra maupun alat pengukur

lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati nurani

manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta

keyakinan manusia.

B. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN ILMU PEMERINTAHAN

Negara modern yang melakukan pembaharuan dalam menegakkan

demokrasi niscaya mengembangkan prinsip konstitusionalisme. Menurut

Friederich, negara modern yang melakukan proses pembaharuan demokrasi,

prinsip konstitusionalisme adalah yang sangat efektif, terutama dalam rangka

mengatur dan membatasi pemerintahan negara melalui undang-undang. Basis

pokok adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) di antara mayoritas

rakyat, mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan Negara

(Assiddiqie, 2005). Organisasi negara itu diperlukan oleh warga masyarakat

politik agar kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan

melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang disebut negara. Dalam

hubungan ini sekali lagi kata kuncinya adalah consensus atau general agreement.

Page 9: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

Menurut Kaelan (2013) bangsa Indonesia mengalami consensus setelah

disepakatinya Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Jika kesepakatan itu runtuh, maka

runtuh pula legitimasi kekuasaan negara yang bersangkutan, dan pada gilirannya

akan terjadi suatu perang sipil (civil war), atau dapat juga suatu revolusi. Hal ini

misalnya pernah terjadi pada tiga peristiwa besar dalam sejarah umat manusia,

yaitu revolusi Perancis tahun 1789, di Amerika pada tahun 1776, dan di Rusia

pada tahun 1917, (Andrews dalam kaelan, 2013). adapun di Indonesia terjadi pada

tahun 1965 dan 1998 yaitu gerakan reformasi (Assiddiqie, 2005).

Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme negara modern

pada proses reformasi untuk mewujudkan demokrasi, pada umumnya bersandar

pada tiga elemen kesepakatan (consensus), yaitu:

(1) Kesepakatan tentang tujuan dan cita-cita bersama (the general goal of society

or general acceptance of the same philosophy of 44 government .

(2) Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan

atau penyelenggaraan negara (the basis of government). (3) Kesepakatan tentang

bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and

procedures). (Andrews dalam kaelan, 2013).

Kesepakatan pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama sangat

menentukan tegaknya konstitusi di suatu negara. Karena cita-cita bersama itulah

yang pada puncak abstraksinya memungkinkan untuk mencerminkan kesamaan-

kesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat yang dalam

kenyataannya harus hidup ditengah-tengah pluralisme atau kemajemukan. Oleh

karena itu, dalam kesepakatan untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka

kehidupan bernegara, diperlukan perumusan tentang tujuan-tujuan atau cita-cita

bersama yang biasa juga disebut sebagai filsafat kenegaraan atau staatsidee (cita

negara), yang berfungsi sebagai philosofische grondslag dan common platforms

atau kalimatun sawa di antara sesama warga masyarakat dalam konteks

Page 10: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

kehidupan bernegara (Assiddiqie, 2005).

Bagi bangsa dan negara Indonesia, dasar filsafat dalam kehidupan bersama itu

adalah Pancasila. Pancasila sebagai core philosophy Negara Indonesia, sehingga

konsekuensinya merupakan esensi staatsfundamentalnorm bagi reformasi

konstitusionalisme. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam filsafat negara

tersebut, sebagai dasar filosofis ideologis untuk mewujudkan cita-cita negara,

baik dalam arti tujuan prinsip konstitusionalisme sebagai suatu negara hukum

formal, maupun empat cita-cita kenegaraan yang terkandung dalam Pembukaan

UUD 1945, yaitu: (1) melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia (2) memajukan (meningkatkan) kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kesepakatan kedua, adalah suatu kesepakatan bahwa basis pemerintahan

didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi. Kesepakatan kedua ini juga bersifat

dasariah, karena menyangkut dasar-dasar dalam kehidupan penyelenggaraan

negara. Hal ini akan memberikan landasan bahwa dalam segala hal yang

dilakukan dalam penyelenggaraan negara, haruslah didasarkan pada prinsip rule

of the game, yang ditentukan secara bersama. Istilah yang biasa digunakan untuk

prinsip ini adalah the rule of law (Dicey dalam kaelan, 2011). Dalam hubungan

ini hukum dipandang sebagai suatu kesatuan yang sistematis, yang di puncaknya

terdapat suatu pengertian mengenai hukum dasar, baik dalam arti naskah tertulis

atau Undang-Undang Dasar, maupun tidak tertulis atau convensi. Dalam

pengertian inilah maka dikenal istilah constitutional state yang merupakan salah

satu ciri negara demokrasi modern (Muhtaj dalam kaelan 2013).

Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan (1) bangunan organ

negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaannya, (2) hubungan-

hubungan antar organ negara itu satu sama lain, serta (3) hubungan antara organ-

Page 11: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

organ negara itu dengan warga negara. Dengan adanya kesepakatan itulah maka

isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar-benar mencerminkan

keinginan bersama berkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme

ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara

berkonstitusi (constitutional state). Kesepakatan-kesepakatan itulah yang

dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang diharapkan dijadikan pegangan

bersama untuk kurun waktu yang cukup lama.

Namun demikian kesepakatan untuk mewujudkan suatu bangsa tersebut bagi

bangsa Indonesia terjadi dalam kurung waktu yang cukup lama, melalui suatu

proses sejarah. Setiap bangsa didunia termasuk bangsa Indonesia

senantiasamemiliki suatu cita-cita serta pandangan hidup yang merupakan suatu

basis nilai dalam setiap pemecahan masalah yang dihadapi oleh bangsa tersebut.

Bangsa yang hidup dalam suatu kawasan negara bukan terjadi secara kebetulan

melainkan melalui suatu perkembangan kausalitas, dan hal ini menurut Ernest

Renan dan Hans Khons sebagai suatu proses sejarah terbentuknya suatu bangsa,

sehingga unsur kesatuan atau nasionalisme suatu bangsa ditentukan juga oleh

sejarah terbentuknya bangsa tersebut.

Secara historis Pancasila adalah merupakan suatu pandangan hidup

bangsa yang nilai-nilainya sudah ada sebelum secara yuridis bangsa Indonesia

membentuk negara. Bangsa Indonesia secara historis ditakdirkan oleh Tuhan

YME, berkembang melalui suatu proses dan menemukan bentuknya sebagai suatu

bangsa dengan jati-dirinya sendiri. Menurut M. Yamin bahwa berdirinya negara

kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu: pertama, zaman

Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (sejak 600) yang bercirikan kedatuan,

kedua negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan

keprabuan.

Kedua fase kebangsaan Indonesia itu diistilahkan Yamin dengan kebangsaan

Page 12: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

Indonesia lama. Kemudian ketiga, negara kebangsaan modern, yaitu negara

Indonesia yang merdeka (sekarang negara Proklamasi 17 Agustus 1945) (kaelan,

2013).

Secara kultural dasar-dasar pemikiran tentang Pancasila dan nilai-nilai Pancasila

berakar pada nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius yang dimiliki oleh

bangsa Indonesia sendiri sebelum mendirikan negara (Notonagoro, 1975).

Adapun dalam proses pendirian negara, dengan diilhami pandangan-pandangan

dunia tentang kenegaraan disintesiskan secara eklektis, sehingga merupakan suatu

local genius dan sekaligus sebagai suatu local wisdom bangsa Indonesia. Nilai-

nilai Pancasila sebelum terbentuknya negara dan bangsa Indonesia pada dasarnya

terdapat secara sporadis dan fragmentaris dalam kebudayaan bangsa yang tersebar

di seluruh kepulauan nusantara baik pada abad kedua puluh maupun sebelumnya,

di mana masyarakat Indonesia telah mendapatkan kesempatan untuk

berkomunikasi dan berakulturasi dengan kebudayaan lain. Nilai-nilai tersebut

melalui para pendiri bangsa dan negara ini kemudian dikembangkan dan secara

yuridis disahkan sebagai suatu dasar negara, dan secara verbal tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (Poespowardoyo, 1989).

Nilai-nilai kebudayaan dan nilai religius yang telah ada pada bangsa

Indonesia, kemudian dibahas dan dirumuskan oleh the founding fathers bangsa

Indonesia, yang kemudian disepakati dalam suatu konsensus sebagai dasar hidup

bersama dalam suatu negara Indonesia. Menurut Notonagoro nilai-nilai yang

dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan suatu sebab bahan (kausa materialis),

adapun BPUPKI kemudian juga PPKI adalah sebagai lembaga yang membentuk

negara, yang juga dengan sendirinya yang menentukan Pancasila sebagai dasar

negara Republik Indonesia, disebut sebab bentuk (kausa formalis) (Notonagoro,

1975). Dalam hubungan inilah menurut Andrews dalam Kaelan (2011),

bahwa tegaknya suatu negara modern harus dilandasi oleh suatu konsensus yang

Page 13: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

tertuang dalam suatu cita-cita serta tujuan bersama dalam suatu landasan filosofis,

the general goal of siciety or general acceptance of the same philosophy of

government.

Dalam proses perumusan tentang cita-cita bersama yaitu dasar filosofi

negara Indonesia, diawali dengan dibentuknya BPUPKI dan pada awalnya

tercapai suatu konsesnsus yang disebut dengan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945,

yang dikenal dalam sejarah rumusan sila pertamanya berbunyi, “Ketuhanan

dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Kemudian pada sidang PPKI 18 Agustus dilakukan suatu kesepakatan lagi,

sehingga menjadi Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945.

Berdasarkan fakta sejarah tersebut, maka Pancasila ditetapkan sebagai dasar

negara merupakan suatu hasil philosophical consesnsus

(konsesnsus filsafat), karena membahas dan menyepakati suatu dasar filsafat

negara, dan polotical consensus (konsensus politik).

C. IMPLEMENTASI ILMU PEMERINTAHAN DALAM SISTEM

NEGARA YANG BERIDEOLOGI PACASILA

Ada dua fungsi utama pancasila sebaga ideologi dalam masyarakat (Ramlan

Surbakti,1999). Pertama, sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara

bersama oleh masyarakat. Kedua, sebagai prosedur penyelesaian konflik yang

terjadi dimasyarakat. Dalam kaitannya dengan yang pertama,nilai dalam ideologi

itu menjadi cita-cita atau tujuan dari masyarakat. Tujuannya hidup bermasyarakat

adalah untuk mencapai terwujudnya nilai-nilai dalam ideologi tersebut. Adapun

dalam kaitannya yang kedua, nilai dalam ideologi itu nilai yang disepakati

bersama sehingga dapat mempersatukan masyarakat itu, serta nilai bersama

tersebut dijadikan acuan bagi penyelesaian suatu masalah yang mungkin timbul

alam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

Page 14: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

               Ideologi nasional mengandung makna ideologi yang memuat cita-cita

tujuan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pancasila merupakan ideologi

yang terbuka, bukan ideologi tertutup. Pancasila memenuhi syarat sebagai

ideology terbuka karena:

(1) Nilai-nilai Pancasila bersumber dari bangsa Indonesia sendiri.

(2) Nilai-nilai dari Pancasila tidak bersifat operasional dan langsung dapat

diterapkan dalam kehidupan.

      

     Menurut Dr. Alfian, seorang ahli politik Indonesia, Pancasila memenuhi syarat

sebagai ideologi terbuka yang sifatnya luwes dan tahan terhadap perubahan zaman

karena di dalamnya memnuhi tiga dimensi ideologi, yaitu:

1) Dimensi Realitas

     Nilai – nilai ideologi itu bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di dalam

masyarakat Indonesia. Kelima nilai dasar Pancasila itu kita temukan dalam

suasana atau pengalaman kehidupan masyarakat bangsa kita yang bersifat

kekluargaan, kegotong-royongan atau kebersamaan.

2) Dimensi Idealitas

     Suatu ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai

bidang kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila

merupakan nilai-nilai yang di cita-citakan dan ingin diwujudkan.

3) Dimensi Fleksibilitas

     Nilai dasar Pancasila adalah fleksibel karena dapat dikembangkan dan

disesuaikan dengan tuntutan perubahan.

2.5.3  Nilai– nilai Dasar yang Terkandung dalam Ideologi Pancasila

               Adapun makna dari masing – masing nilai Pancasila adalah sebagai

berikut:

1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

     mengandung arti adanya pengkuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya

Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan bangsa Indonesia

adalah bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis.

Page 15: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 

      arti kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam

hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal

sebagaimana mastinya.

3. Nilai Persatuan Indonesia

     mengandung makna usaha keras bersatu dalam kebulatan rakyat untuk

membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap

keanekaragaman yang dimiliki Indonesia.

4. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan

     mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk

rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.

Berdasarkan nilai ini maka diakui paham demokrasi yang lebih mengutamakan

pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat.

5. Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

     mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya

masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah.

Berdasarkan pada nilai ini maka keadilan adalah nilai yang amat mendasar yang

diharapkan oleh seluruh bangsa.

Landasan dan makna pancasila sebagai ideologi bangsa

             Ketetapan bangsa indonesia bahwa pancasila adalah ideologi bagi negara

dan bangsa Indonesia adalah sebagaimana yang tertuang dalam ketatapan MPR

No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978

tentang pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila sebagao dasar negara.

Pada pasal 1 ketetapan tersebut dinyatakan bahwa pancasila sebagaimana

dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari NKRI yang

harys dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

            Banyak pihak telah sepakat bahwa pancasila sebagai ideologi nasional

merupakan titik temu, rujukan bersama,common platform,kesepakatan bersama

Page 16: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

dan nilai integratif bagi bangsa indonesia. Kesepakatan bersama bahwa pancasila

adalah ideologi nasional inilah yang harus terus kita pertahankan dan tumnuh

kembangkan dalam kehidupan bangsa yang plural ini.

pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia memilki makna sebagai berikut : 

1.    Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi cita-cita normatif

penyelenggaraan bernegara

2.    Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai yang disepakati

bersama dan oleh krena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi)

masyarakat Indonesia.

Implementasi pancasila sebagai ideologi nasional

              Pancasila sebagai ideologi nasional yang berarti sebagai cita-cita

bernegara dan sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang

konkret, dan operasional aplikatif sehingga tidak menjadi slogan belaka. Dalam

ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 dinyatakan bahwa Pancasila perlu

diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten dalam kehidupan bernegara.

Page 17: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

BAB III

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik

kesimpulan sebagai berikut:

1.      Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa

Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,

nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi

bangsa Indonesia.

2.      Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu:

a)      Filasafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

b)      Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

c)      Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia

3.      Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, hal tersebut dapat dibuktikan

dengan ditemukannya dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan

negara Indonesia seperti di bawah ini :

a. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.

b. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian

dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan sebutan Piagam

Jakarta).

c. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.

d. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal         27

Desember 1945, alinea IV.

e. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17 Agustus

1950.

f. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959.

Page 18: Boris Amzarus_017425816_tugas 3_ Filsafat Pemerintahan 01_upbjj Padang

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Syafiie, I. K. (2013). Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT Refika Aditama.