laporan 3

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi 1.1.1 Pelaksanaan Praktikum Praktikum gerontologi dengan tema Identifikasi Gangguan Mental pada Lansia di Pondok Lansia Al-Ishlah dilaksanakan oleh mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan pada: Hari : Senin Tanggal : Oktober 2015 Pukul : 07.00 – 12.10 WIB 1.1.2 Profil Lansia Berikut adalah data profil lansia yang memuat nama, alamat, serta tanggal masuk panti: No . Nama Alamat Tanggal Masuk 1. Juli Herowati Jl. Jatisari Gg. II No. 9, Surabaya 3 Mei 2015 2. Nasifa Jl. Maijen Sungkono RT/RW 04/02 Buring, Malang 17 Agustus 2015 3. Masudah Jl. D. Tempeh F2 K2, Sawojajar 26 Januari 2015 4. Rasiati Jl. Abd Gani Atas 14 April 1

Upload: lely-arsero

Post on 06-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gerontologi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

1.1.1 Pelaksanaan Praktikum

Praktikum gerontologi dengan tema Identifikasi Gangguan Mental pada

Lansia di Pondok Lansia Al-Ishlah dilaksanakan oleh mahasiswa peminatan

Kesehatan Lingkungan pada:

Hari : Senin

Tanggal : Oktober 2015

Pukul : 07.00 – 12.10 WIB

1.1.2 Profil Lansia

Berikut adalah data profil lansia yang memuat nama, alamat, serta tanggal

masuk panti:

No

.Nama Alamat Tanggal Masuk

1. Juli HerowatiJl. Jatisari Gg. II No. 9,

Surabaya3 Mei 2015

2. NasifaJl. Maijen Sungkono RT/RW

04/02 Buring, Malang17 Agustus 2015

3. MasudahJl. D. Tempeh F2 K2,

Sawojajar26 Januari 2015

4. RasiatiJl. Abd Gani Atas RT/RW

02/15, Malang14 April 2014

5. SupiyatiPerum Permata Asri C-18

RT/RW 07/05 Siturejo, Wagir28 Juli 2015

6. NgatminahJl. Sumbersari Gg IV No. 61,

Lowokwaru, Malang30 April 2015

7. Mar’atun Jl. Simpang Borobudur Utara 26 Desember

1

Page 2: Laporan 3

V No. 1, Malang 2011

8. Djuwariyah Jl. Kanguru, Semarang 2 September 2014

9. Mukayah Gadang Gg. II No. 5, Malang 6 Agustus 2014

10. Tatik Hanifah

Jl. Singosari II No. 5 RT/RW

04/02 Ds. Taman Baru, Kec.

Banyuwangi

25 Agustus 2015

11. Siti FauziaJl. Bukit Tanggul O/6 RT/RW

02/07 Karang Besuki, Sukun27 Februari 2014

1.1.3 Sudut Pandang Lansia Penderita Gangguan Mental

Berikut adalah pandangan lansia terhadap dirinya sendiri dalam

bersosialisasi dengan sesama penghuni panti:

No

.Nama Self Concept

1. Juli Herowati Mandiri, energik dan pantang menyerah

2. Nasifa Pasrah

3. Masudah Mandiri

4. Rasiati Mandiri

5. Supiyati Mandiri

6. Ngatminah Pasrah

7. Mar’atun Instruktif

8. Djuwariyah Singer

9. Mukayah Mandiri

10. Tatik Hanifah Pasrah

11. Siti Fauzia Mandiri

1.1.4 Sudut Pandang Lansia Lain Penghuni Panti

Berikut adalah sudut pandang lansia lain penghuni panti:

No

.Nama Sudut pandang lansia lain

1. Juli Herowati Merasa kasihan dengan penghuni panti, karena

2

Page 3: Laporan 3

kebanyakan mereka dikucilkan keluarganya

2. Nasifa Tidak mau mengenal lansia lain

3. Masudah Menjadikan lansia yg lain sebagai teman baik

4. Rasiati Menganggap rendah lansia yang lain

5. SupiyatiMenjadikan lansia yg lain sebagai teman yang

baik

6. Ngatminah Merasa takut jika didekati orang lain

7. Mar’atunMenjadikan lansia yg lain sebagai teman yang

baik, suka memberi

8. Djuwariyah Agresif, menjadikan lansia lain sebagai lawan

9. Mukayah Menganggap rendah lansia yang lain

10. Tatik Hanifah Tidak mau mengenal lansia lain

11. Siti FauziaMenganggap lansia lain sebagai lawan bicara

yang baik

1.1.5 Sudut Pandang Pengurus Panti

Berikut adalah pandangan pengurus panti terhadap para lansia:

No

.Nama Karakteristik

1. Juli HerowatiKeras, banyak memikirkan pekerjaan, ibadah

tetap jalan

2. Nasifa Sering jatuh, individualis.

3. Masudah Nyambung saat diajak bicara

4. Rasiati Tidak bisa melihat, usil, sok, kepo

5. Supiyati Nyambung saat diajak bicara

6. Ngatminah Terkena stroke, mantan TKW

7. Mar’atun

Keras, mempunyai asma, suka memberi,

pensiunan, gangguan pendengaran, halusinasi

tinggi

8. DjuwariyahSuka berantem, suka bernyanyi, suka shalawatan

egois, ibadah tetap jalan, insomnia

3

Page 4: Laporan 3

9. Mukayah Suka mencibir

10. Tatik Hanifah Kakinya sakit, masih dalam tahap adaptasi

11. Siti Fauzia Suka curhat colongan, demensia

1.2 Program yang Pernah dan atau Sedang Dijalankan

Pihak pemerintah mempunyai program yang ditujukan khusus untuk lansia,

seperti BKL (Bina Keluarga Lansia), pemberdayaan lansia, dan program sosial

lainya. Namun sayangnya, penghuni pondok lansia Al-Ishlah belum sama sekali

merasakan program tersebut. Bahkan, Dinas Sosial yang dalam hal ini adalah

sebagai pemerhati kehidupan lansia di Malang pun tidak mempunyai alokasi dana

yang khusus untuk lansia yang tinggal di panti Al-Ishlah, yang notabene panti ini

merupakan satu satunya panti rujukan lansia di kota Malang.

Program yang pernah dijalankan terkait kesehatan mental Lansia yaitu

pengajian (Khotmil Quran) yang pernah rutin diadakan setiap malam minggu.

Namun, kegiatan ini tidak berjalan lama, hanya dalam beberapa bulan. Program

yang masih berjalan saat ini terkait pembinaan mental lansia adalah kunjungan

keluarga setiap dua minggu sekali, namun banyak sekali kendala yang dialami

oleh pihak keluarga terkait kesibukannya masing-masing yang menjadikan

mereka tidak mengunjungi lansia secara rutin. Meskipun saat ini tidak ada

program, namun pengurus panti (Pak Nur, Mbak Neni, Bu Wati, Mak Yah) sering

menemani Lansia apabila ada permasalahan seperti tidak mau makan, ingin

keluar, bercerita, mengeluh karena sakit, bahkan yang kesulitan tidur sekalipun.

1.3 Kesulitan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Program

1. Keterbatasan fisik lansia

2. Lansia mudah merasa bosan

3. Dalam program kunjungan keluarga hambatan utama adalah jarak lokasi

rumah keluarga lansia dengan panti

4. Kesibukan keluarga lansia

1.4 Evaluasi Kekurangan Program yang Telah Berjalan

4

Page 5: Laporan 3

Aspek emosi/perasaan adalah fenomena yang dihayati secara subyektif

sebagai sesuatu yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan. Usia lanjut

kadang-kadang menunjukkan emosi yang kurang stabil, hal ini dapat ditangkap

sebagai tanda bahwa terdapat masalah atau ada hal-hal yang tidak mudah diamati.

(BKKBN, 2012)

Beberapa penyabab timbulnya masalah psikologis pada lansia:

1. Kondisi fisik

Menurunnya kondisi fisik lansia merupakan faktor alami yang tidak dapat

dicegah tetapi dapat diperlambat atau dipercepat tergantung kepada lansia

yang bersangkutan, pola makan, lingkungan dan keturunan. Perubahan yang

dapat dilihat diantaranya adalah:

a. Perubahan pada bagian wajah, tangan,kulit

b. Perubahan bagian dalam tubuh

c. Perubahan motoric (BKKBN, 2012)

Perubahan tersebut berpengaruh terhadap kondisi psikologis lansia

sebab berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan sosial mereka.

2. Keluarga

Keluarga yang kurang memberikan perhatian, kurangnya komunikasi dan

kurang memahami kebutuhan lansia akan mempercepat kemunduran kondisi

psikologis lansia. Keluarga, sebagai bagian dari suatu komunitas masyarakat,

merupakan lingkaran special terdekat dan merupakan sumber utama dari

dukungan sosial yang dimiliki lansia. Walaupun demikian, bagi anak yang

harus menjaga dan mengurus orang tua yang lansia tidaklah mudah, dan

seringkali menimbulkan kecemasan dan tekanan. Ada dua sumber tekanan.

Ada dua sumber tekanan bagi kelurga yang harus mengurus lansia:

a. Pertama, kesulitan dalam menghadapi kenyataan mengenai menurunnya

kemampuan orang tua terutama bila berkaitan dengan penurunan

kemampuan daya piker. Apabila keluarga tidak memahami penyebab

menurunnya kemampuan ini akan menimbulkan kecemasan, ambivalensi,

serta sikap antagonis terhadap orang tua yang sudah lansia.

5

Page 6: Laporan 3

b. Kedua, bila situasi membuat lansia merasa terkungkung, atau sampai

menganggu peran serta tanggung jawab anak (misalnya sebagai istri/suami,

orang tua, karyawan), maka menimbulkan perasaan marah dan rasa

bersalah, di samping kecemasan dan depresi. (BKKBN, 2012)

Masalah psikologis yang dialami lansia dapat berupa kecemasan dan

ketakutan, mudah tersinggung, rasa kesepian, hilangnya kepercayaan diri,

bermimpi masa lampau, egois.

Dari teori yang dijelskan diatas tentang sebab dan masalah yang dapat

menimbulkan gangguan psikologis yang dapat menimbulkan depresi. Dari

program yang telah dijalankan, program tersebut dapat meminimalisisr terjadinya

gangguan psikologis yang dapat menyebabkan depresi pada lansia.

6

Page 7: Laporan 3

BAB II

GAGASAN TERTULIS

2.1 Gagasan yang Diusulkan

Program Senam QX dengan Bina Keluarga Lansia. Program ini diberi nama

“Senyum Sehat Lansia Bersama Keluarga”. Tidak berjalannya program yang

sebelumnya dikarenakan kurangnya tenaga kerja yang dapat menjalankan tugas

tersebut. Dengan program yang sudah ada sebelumnya kunjuungan secara rutin

dapat dikombinasikan dengan program Senam QX, yang mana akan ada

pembinaan dari tenaga ahli atau dari BKKBN tentang pendampingan lansia untuk

kegiatan senam QX dan pembinaan keluarga lansia untuk pendampingan kondisi

fisik dan mental lansia itu sendiri. Untuk pelaksanaan program tersebut

dilaksanakan setiap minggu. Diharapkan setelah ada pembinaan bersama keluarga

lansia dapat mandiri melakukan senam tersebut, dan mereka dapat meminimalisir

keadaan psikologis yang buruk tersebut.

Menjadi lansia adalah salah satu rangkaian dalam satu sekuen kehidupan

yang akan dialami oleh setiap individu. Setiap orang berhak memiliki masa tua

yang sehat, bahagia, sejahtera, produktif dan bermartabat. Lansia tidak perlu

menarik diri dari semua kegiatan karena alasan usia yang sudah telah tua, lansia

dapat melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kondisinya. Dengan

beraktivitas, maka lansia dapat memiliki perasaan berguna bagi dirinya dan

memiliki kesibukan yang berarti. Bahkan bila tidak melakukan kegiatan apapun,

lansia akan merasa tidak berguna, kurang bersemangat, menjadi pendiam dan

pemurung, serta tidak bersemangat hidup. (Wahjudi, 2009)

Program ini akan diimplementasikan setiap minggu saat berjemur pagi hari

hingga sebelum maghrib, ada beberapa jam istirahat pemutaran lagu yakni pada

saat jam shalat dhuhur dan ashar.

7

Page 8: Laporan 3

2.2 Kehandalan Gagasan

Senyum QX merupakan senam yang meremajakan otot-otot wajah dan

melatih keseimbangan senyum lansia. Dengan hal tersebut dapat membantu

meminimalisir kondisi mental yang buruk pada lansia. Dengan adanya bantuan

dari keluarga untuk pelaksanaan program tingkat keberhasilan semakin tinggi.

Karena keluargalah tingkatan sosial mereka yang paling dekat. Dengan

keberhasilan program tersebut dapat menurunkan atau meminimalisis kondisi

gangguan mental pada lansia

2.3 Strategi Penerapan Gagasan

1. Pendekatan para pengurus kepada kelurga lansia untuk menjelaskan

pentingnya program bina keluarga lansia

2. Mendatangkan pihak-pihak terkait

3. Menambah tenaga ahli

4. Menjelaskan tugas kelurga dalam menjalankan program:

a. Keluarga membantu menemukan makna hidup pada lansia

b. Kelurga menyediakan waktu untuk mengajak berbicara dari hati ke hati

serta membantu agar lansia menyampaikan keluhannya

c. Keluarga berupaya untuk memahami apa yang dirasakan lansia, mencari

penyebab masalah dan berbagi pengalaman dengan keluarga lansia lain

d. Kelurga berusaha mencari kebutuhan lansia dengan memberikan

perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman

e. Keluarga menjadi Pembina dan embimbing dalam membantu

mengembangkan aktualisasi diri lansia.

f. Kelurga membantu untuk dapat menciptakan suasana yang menyenangkan

bagi kehidupan lansia. (BKKBN, 2012)

2.4 Teknik Implementasi yang akan dilakukan

1. Pengadaan kerja sama dengan pihak BKKBN

2. Pengundangan para kelurga lansia untuk membicarakan program

tersebut

8

Page 9: Laporan 3

3. Pembangunan rasa kepedulian kelurga terhadap para lansia oleh

BKKBN

4. Mewajibkan para keluarga untuk pengunjungan

5. Pelaksanaan program bersamaan dengan program berjemur pagi

6. Penambahan tenaga kerja

2.5 Prediksi Manfaat

1. Meningkatkan ketenangan pada lansia di panti Al-Ishlah

2. Meningkatkan semangat pada lansia di panti Al-Ishlah

3. Meningkatkan motivasi pada lansia di panti Al-Ishlah

4. Meningkatkan keceriaan lansia

2.6 Pihak-Pihak Terkait

1. Pihak pengurus

2. Keluarga

3. BKKBN

4. Tenaga ahli

5. Para lansia sendiri

9

Page 10: Laporan 3

BAB III

KESIMPULAN

Kebutuhan lansia akan rasa aman dan tentram dapat ditimbulkan dari motivasi

dalam dirinya sendiri. Pemberian senam QX dapat membangun rasa kebersamaan

para lansia serta melenturkan otot-otot wajah, serta menyeimangkan senyum pada

lansia sehingga kondisi psikis lansia dapat membaik. Kondisi yang gembira dapat

meminimalisir kondisi lansia yang mengalami gangguan mental.

10

Page 11: Laporan 3

DAFTAR PUSTAKA

Asfriyati. 2003. Upaya Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan lanjut Usia. Medan:

Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Sumatera Utara

BKKBN.2012.Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia. Direktorat Bina

Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan: Jakarta

Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencara Nasional (BkkbN). 2012. Pembinaan Mental

Emosional Bagi Lansia. (Online),

(www.bkkbn.go.id/arsip/Documents/Perpustakaan/BUKU_DITHANLAN/

SERI_MEDIA_PEMBELAJARAN/Seri_4_Mental_Emosional.pdf)

diakses 14 September 2015

Wahjudi Nugroho. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta:

EGC

11