lapkas1ass

17
BAB I KASUS 1.1 Kasus A. Identitas Nama : Tn. E Umur : 49 tahun Alamat : Cianjur Agama : Islam Tgl MRS : 16 Maret 2015 No.RM : 657132 B. Anamnesis - Keluhan Utama Tubuh, mata dan urin berwarna kekuningan sejak 6 bulan yang lalu - Riwayat Penyakit Sekarang a. Os merasa seluruh tubuh, mata dan urin berwarna kekuningan sejak 6 bulan. b. Os merasa perutnya semakin membesar dan terasa begah. c. Os mengeluh ada nyeri tekan pada perutnya. d. BAB os berwarna putih dempul - Riwayat Penyakit Dahulu Tyfoid, Maagh. - Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit sama - Riwayat Alergi Alergi obat, makanan, dan cuaca tidak ada 1

Upload: diajeng-devi-kharisma-widianingtyas

Post on 22-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ass

TRANSCRIPT

Page 1: lapkas1ass

BAB I

KASUS

1.1 Kasus

A. Identitas

Nama : Tn. E

Umur : 49 tahun

Alamat : Cianjur

Agama : Islam

Tgl MRS : 16 Maret 2015

No.RM : 657132

B. Anamnesis

- Keluhan Utama

Tubuh, mata dan urin berwarna kekuningan sejak 6 bulan yang lalu

- Riwayat Penyakit Sekarang

a. Os merasa seluruh tubuh, mata dan urin berwarna kekuningan sejak 6

bulan.

b. Os merasa perutnya semakin membesar dan terasa begah.

c. Os mengeluh ada nyeri tekan pada perutnya.

d. BAB os berwarna putih dempul

- Riwayat Penyakit Dahulu

Tyfoid, Maagh.

- Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit sama

- Riwayat Alergi

Alergi obat, makanan, dan cuaca tidak ada

- Riwayat Psikososial

Pasien merokok.

C. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

1

Page 2: lapkas1ass

- Tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 90x/menit (kuat, cukup, regular)

RR : 20x/menit

Suhu : 36,5 ºC

- Status Generalis

Kepala : Normochepal

Mata : Konjungtiva anemis, Sklera ikterik.

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax :

Jantung :

- Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

- Palpasi : Teraba ictus cordis tidak teraba

- Perkusi : Batas jantung kanan relative di ICS V linea parasternal

dextra , Batas janttung kiri relative di ICS V linea midclavicula sinistra

- Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II regular, tidak didapat murmur

dan gallop

Paru :

Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris, tidak

didapatkan retraksi sela iga

Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada ronchi ataupun

wheezing pada kedua paru

Abdomen :

Inspeksi : Tampak cembung

Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada regio bagian atas.

Perkusi : Tympani di 4 kuadran abdomen

Auskultasi : Peristaltik normal

• Ekstremitas :

2

Page 3: lapkas1ass

• Superior : Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak edema

• Inferior : Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak edema

D. Pemeriksaan Penunjang

3

Page 4: lapkas1ass

E. Resume

Laki-laki, 49 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan seluruh tubuh, mata

dan urin berwarna kekuningan sejak 6 bulan. Os merasa perutnya semakin

membesar dan terasa begah. Os mengeluh ada nyeri tekan pada perutnya. BAB os

berwarna putih dempul. Os merokok. Pemeriksaan generalisata didapatkan mata

Konjungtiva anemis, Sklera ikterik, nyeri tekan abdomen (+). Dari pemeriksaan

penunjang di dapatkan Haemoglobin 11.1, leukosit 15.9, Hematokrit 30.6,

trombosit 497, eritrosit 3.24, MCV 94.3, MCH 34.2, Glukosa darah puasa 69,

Bilirubin total 9,86, Bilirubin Direk 8,07, Bilirubin Indirek 1.79, SGOT 190,

SGPT 125, urin Warna Coklat , Kejernihan Agak keruh, Nitrit Positif, Protein

urin 75/2+.

Laporan Anestesi

A. Keterangan Umum

- DIAGNOSA PRA BEDAH

Obstruksi jaundice ec Ca caput pankreas

- JENIS PEMBEDAHAN

LE + double by pass

- DIAGNOSA PASCA BEDAH

Obstruksi jaundice ec Ca caput pankreas

4

Page 5: lapkas1ass

B. Keadaan Pra-Bedah

• Keadaan Umum

Gizi cukup

• BB : 60 kg

• TB : 170 cm

• TD : 117/75mmHg

• HR : 90x/mnt

• RR : 20xmnt

• T : 36.5ºC

• Hb : 11.1 gr/dL

• Leukosit: 15.9 10 E3 /µl

• Trombosit: 497 10 E3 /µL

• GDP: 69 mg%

• SGOT: 190 U/L

• SGPT: 125 U/L

• Urin Warna Coklat Kejernihan

Agak keruh, Nitrit Positif, Protein

urin 75/2+

5

Page 6: lapkas1ass

Status Fisik

American Society of Anesthesiologists (ASA) :

1. Pasien sehat 6nfuse6, fisiologik, psikiatrik & biokimia.

2. Pasien dgn peny. Sistemik ringan atau sedang.

3. Pasien dgn peny. Sistemik berat, aktivitas rutin terbatas.

4. Pasien dgn peny. Sistemik berat, tdk dapat melakukan aktivitas rutin &

penyakitnya merupakan ancaman kehidupan sehari-harinya.

5. Pasien sekarat yg diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak

akan lebih dari 24 jam.

C. Pra-Operatif

• SIOP (+)

• Dipuasakan 6-8 jam sebelum op. :

Intake oral terakhir : 02.00 WIB

• Saat di ruang persiapan, pasien di infus cairan RL.

• Lalu pasien masuk ruang op jam 09.30 WIB

• Dilakukan pemasangan manset tekanan darah dan pengukur saturasi 02.

D. Prosedur Anestesi

1. METODE : Umum

2. PREMEDIKASI : Tidak dilakukan

3. HASIL : Memuaskan (+)

Depresi Sirkulasi (-)

Depresi Pernapasan (-)

Depresi Psikis (-)

Tachycardi (-)

Kenaikan Suhu Badan (-)

Anestesi Umum

1. INDUKSI : Sempurna

2. TEKNIK : Semi-Closed

3. PENGATURAN NAPAS : Controlled (+)

Page 7: lapkas1ass

Assisted (+)

4. MEDIKASI : Fentanyl 50μg

Rocuronium Bromide 20mg

Propofol 100mg

Dexametasone 5mg

Sulfat Atropine 0,25mg

Neostigmine 0,5mg

Ondancentrone 4mg

Ketorolac 30mg

5. PEMBERIAN CAIRAN : RL 500cc IV

6. MAINTENANCE : O2 3L

N2O 2L

Sevoflurane 2%

E. Monitoring

1. 09.30: Pasien masuk OK

TD 117/75mmHg, Nadi 90x/menit, Saturasi 98%

2. 09.50: Pasien di induksi menggunakan obat Fentanyl 50μg, Rocuronium Bromide 20mg

dan Propofol 100mg dan diberikan maintenance O2:3L, N2O:2L dan Sevoflurane:2%

3. 10.30 : Diberikan terapi Dexametasone 5mg

4. 11.00 : Jahit lapisan terakhir kulit diberikan Sulfat Atropine 0,25mg dan Neostigmine

0,5mg

5. 11.15 : Operasi selesai diberikan Ondancentrone 4mg dan Ketorolac 30mg

F. Intra-Operatif

1. LETAK PENDERITA : Terlentang

2. INTUBASI : Oral

No.tube 7.0 Balon

3. PENYULIT INTUBASI : Tidak ada

4. PENYULIT WAKTU

ANESTESI/OPERASI : Tidak ada

5. LAMA OPERASI : 1-2 jam

Page 8: lapkas1ass

G. Post-Operatif

1. MASUK JAM : 11.20 WIB TANGGAL:17/03/15

2. KEADAAN UMUM : Sadar

Tekanan Darah 110/70mmHg

Nadi 80x/menit

Saturasi Oksigen 97%

3. KESAN : Baik

4. PINDAH : Jam 12.00 WIB ke ICU

5. SKOR ALDRATE : 8

Page 9: lapkas1ass

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Hilangnya rasa sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran (revesibel)

Ideal : Trias anestesi

1. Sedasi

2. Analgesi

3. Relaksasi

Pemberian anestesi: 1. Absorbsi rektum

2. Parenteral ( IM & IV)

3. Inhalasi

Sedasi

Propofol

Dosis bolus untuk induksi 2-2.5 mg/kg (pasien 100mg)

dosis rumatan IV total 4-12 mg/kg/jam

Efek puncak ; 1 menit

Lama aksi :5-10 menit

Efek samping :

Kv : hipotensi,aritmia, takikardi, bradikardi,hipertensi

Pulmoner : depresi pernapasan, apneu,cegukan, bronkospasme, laringospasme

SSP :sakit kepala, pusing

GI : mual muntah, kram abdomen

Analgesik

Fentanyl

Golongan Opiad (morfin, petidin,sufentanil )

Sebagai analgetik

Tidak mengganggu kardiovaskuler à digunakan induksi pasien dg kelainan jantung

Dosis induksi 20-50 mikrogram/kg BB(Kasusà 0,1 mg )

Dosis rumatan 0,3-1 mikrogram/kg BB

Page 10: lapkas1ass

Relaksasi

Rocuronium bromide

Penggunaan: relaksasi otot skelet

Dosis:

-intubasi: IV 0,6-1,2 mg/KgBB

-pemeliharaan: 0,06-0,6 mg/KgBB

Farmakologi: pemblokir neuromuskular nondepolarisasi steroid

Farmakokinetik:

-awitan aksi: 45-90 s

-efek puncak: 1-3 menit

-lama aksi: 15-150 menit

ES: Takikardi, aritmia, bronkospasme, ruam, edem tempat suntikan, pruritus, dll

FISIOLOGI TERJADINYA ANESTESI

• FAKTOR RESPIRASI (Zat anestesi inhalasi)

• Setiap respirasi zat anestesi masuk dlm paru-paru.

• Tekanan partial zat anestesi dalam alboli naik, difusi ke kapiler-kapiler alveoli è

tekanan partial zat anestesi di a. pulmonalis juga ikut meningkat.

Hal-hal yang mempengaruhi tekanan partial zat anestesi pada alveoli :

1. Konsentrasi zat anestesi.

Makin tinggi konsentrasi makin cepat menaikkan tekanan partial.

2. Ventilasi alveoli.

3. Kecepatan sirkulasi.

FAKTOR SIRKULASI

Aliran darah

Yaitu aliran darah paru dan darah jantung, makin banyak aliran darah yang melalui paru, makin

banyak zat anestetikum yang diambil dari alveolus sehingga konsentrasi disirkulasi cepat

meningkat.

Blood/Gas partitioncoefficient

Rasio dari konsentrasi zat anestetikum dalam darah dan konsentrasi dlm gas bila keduanya dlm

keseimbangan

Page 11: lapkas1ass

B/C coeff rendah (tdk begitu larut dlm darah)

Konsentrasi dalam darah cepat meningkat, è cepat tidur, cepat recovery.

FAKTOR JARINGAN

Vessel rich group : otak, hati, ginjal.

Intermediate group : otot, kulit, tulang.

Fat group : Jaringan lemak

Vessel poor group : ligamentum, tendon

FAKTOR GAS ANESTESI

Stadium anastesi

• Stadium I (St.Analgesia; St.Cisorientasi)

• Stadium II (St.Eksitasi; St. Dalirium)

• Stadium III (St. Operasi)

• Stadium IV (St. Paralisis)

• STADIUM I (St. Analgesia;St. Cisorientasi)

• Mulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran.

• Walaupun disebut Stadia analgesia, tapi sensasi terhadap ransang sakit tidak

berubah, biasanya operasi-operasi kecil sudah bisa dilakukan.

• Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya refleks bulu mata.

• STADIUM II (St. Eksitasi;St. Delirium)

Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan Pernafasan yang irreguler, pupil

melebar dengan refleks cahaya (+), pergerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (+),

tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya refleks menelan dan kelopak mata.

STADIUM III (St. Operasi)

Mulai napas otomatis sampai mulai napas berhenti.

Plana 1. Mulai napas otomatis sampai gerak bola mata berhenti.

Plana 2. Mulai gerak bola mata berhenti sampai napas torakal lemah.

Plana 3. Mulai napas torakal lemah sampai napas torakal berhenti.

Plana 4. Mulai napas torakal berhenti sampai napas diafragma berhenti.

Page 12: lapkas1ass

STADIUM IV (St. Paralisis)

Mulai dari kegagalan pernapasan yang kemudian akan segera diikuti kegagalan sirkulasi

RUMATAN ANESTESI

Rumatan anesthesia (maintenance):

1. Rumatan intravena

Misalnya dengan menggunakan opioid dosis tinggi, fentanil 10-50 ug/kgBB. Dosis tinggi

opioid menyebabkan pasien tidur Rumatan intravena dapat juga menggunakan opioid dosis

biasa, tetapi pasien ditidurkan dengan infuse propofol 4-12 mg/kgBB/jam.Untuk

mengembangkan paru digunakan inhalasi dengan udara+O2 atau N20+O2.

2. Rumatan inhalasi

Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 3:1 ditambah halotan

0,5-2 vol% atau enfluran 2-4 vol% atau isofluran 2-4 vol% atau sovofluran 2-4 vol% bergantung

apakah pasien bernapas spontan, dibantu (assisted) atau dikendalikan (controlled).

PENGAKHIRAN ANESTESI

Pengakhiran pemberian anesthesia dilakukan sesaat sebelum operasi berakhir (pada

penggunaan remifentanil, anestesi baru diakhiri setelah kulit dijahit).

FiO2 100% dipasang selama beberapa menit sebelum rencana ekstubasi.

Penyedotan secret yang terkumpul di dalam mulut dan faring.

Ekstubasi, bila pernapasan spontan mencukupi dan reflex perlindungan telah kembali

(antagonisasi dari relaksasi otot).

Pasien yang stabil secara hemodinamik dan respiratorik diletakkan di dalam ruangan

pasca-bedah.

Page 13: lapkas1ass

REFERENSI

1.     Dobson, M.B.,ed. Dharma A., Penuntun Praktis Anestesi. EGC, Jakarta , 1994

2.     Ganiswara, Silistia G. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology). Alih

Bahasa: Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta, 1995

3.     Latief SA, dkk. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi

dan Terapi Intensif FKUI. Jakarta,

4.     Morgan GE, Mikhail MS. Clinical Anesthesiology. 4th ed. Appleton & Lange. Stamford,

1996

5.     Sabiston, DC. Buku Ajar Bedah Bagian 1. EGC, Jakarta, 1995

6.     Soerasdi E., Satriyanto M.D., Susanto E. Buku Saku Obat-Obat Anesthesia Sehari-hari.

Bandung, 2010

7.     Werth, M. Pokok-Pokok Anestesi. EGC, Jakarta, 2010

8. Latief SA, dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi Kedua. Jakarta : Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.