lapkas dr harka (fix)

15
REFLEKSI KASUS OCULI DEKSTRA OPHTALMO PLEGI Pembimbing: dr. H Harka prasetya, Sp.M Disusun oleh : Gesa tidar azari 01.207.5380 FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: picha-pichi

Post on 20-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Dr Harka (FIX)

REFLEKSI KASUS

OCULI DEKSTRA OPHTALMO PLEGI

Pembimbing:

dr. H Harka prasetya, Sp.M

Disusun oleh :

Gesa tidar azari

01.207.5380

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2013

Page 2: Lapkas Dr Harka (FIX)

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Umur : 59 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dukuh timbul sloko rw 07 rt 03 sayung demak

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pekerjaan : Petani

Tanggal periksa : 3 Desember 2013

No.CM : 1204969

B. ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa 3 desember 2013 pukul 10.00 WIB di Poli Mata Jamkesmas Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.- Keluhan Utama

Mata kanan pegel dan susah membuka

- Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan pada mata kanan pegel dan susah membuka sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Sebelumnya mata kanan pasien susah mebukanya tidak separah seperti saat ini, namun pasien merasa semakin lama kesulitan membuka mata kanan tersebut semakin parah 1 minggu ini dan disertai dengan rasa pegal pada mata kanan, keluhan lain dari pasien adalah pasien mengeluh apabila melihat benda tunggal pasien akan melihat bayangan disamping benda tersebut sehingga benda tersebut seperti menjadi dua. Keluhan dirasakan mengganggu aktifitas pasien sehari-hari. Pasien awalnya memeriksakan diri ke puskesmas namun tidak ada perubahan kemudian pasien memeriksakan diri ke Rumah Sakit Sultan Agung Semarang. Pasien tidak mengeluh mata merah, tidak merasa gatal dan nrocos, tidak mengeluh cekot-cekot, dan tidak merasa perih.

- Riwayat Penyakit DahuluPasien mengaku tidak pernah sakit mata sebelumnyaPasien tidak memakai kacamata sebelumnyaPasien tidak memiliki riwayat hipertensiPasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus

Page 3: Lapkas Dr Harka (FIX)

- Riwayat Penyait KeluargaKeluarga tidak ada yang memiliki riwayat keluhan seperti yang dialami pasien.

C. PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalisata

Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif Status Gizi : Cukup Vital Sign : Tidak dilakukan pemeriksaan Kepala : Mesocephale Wajah : Simetris Kulit : Warna sawo matang Hidung : Simetris, discharge (-/-) Telinga : Simetris, discharge (-/-) Bibir : Sianosis (-) Thoraks : Tidak diperiksa Abdomen : Tidak diperiksa Ekstremitas : Tidak diperiksa

Status Oftalmologi

No Pemeriksaan Oculus Dextra Oculus Sinistra1 Visus 1/60 6/30 F2

2 Gerakan Bola Mata Penurunan gerakan bola mata

Baik ke segalaArah

3 Suprasilia Madarosis (-) Madarosis (-)4 Silia Ektropion (-)

Entropion (-)Ektropion (-)Entropion (-)

3 Palpebra Superior Edema Hiperemi Silia Entropion Hematom kelemahan

(-)(-)

Trikiasis (-)(-)(-)(+)

(-)(-)

Trikiasis (-)(-)(-)(-)

4 Palpebra Inferior Edema Hiperemi Silia Entropion Hematom

(-)(-)

Trikiasis (-)(-)(-)

(-)(-)

Trikiasis (-)(-)(-)

5 Konjungtiva Injeksi konjungtiva Injeksi silier Sekret

(-)(-)(-)

(-)(-)(-)

Page 4: Lapkas Dr Harka (FIX)

Jar. FibrovaskulerDegenerasi hialin jar. Submukosa

(-)(-)

(-)(-)

6 Kornea Kejernihan Infiltrat Sikatrik

Jernih(-)(-)

Jernih(-)(-)

7 COA Kedalaman Hifema Hipopion

Dangkal(-)(-)

Cukup(-)(-)

8 Iris tepi Sinekia Kripte

reguler(-)

Utuh

reguler(-)

Utuh

9 Pupil : Letak Bentuk Diameter Reflek cahaya Direct Indirect

lateralBulat, reguler

4mm

(-)(-)

centralBulat, reguler

3mm

(+)(+)

10 Lensa jernih Jernih11 Shadow test (-) (-)12 TIO N (palp) N (palp)

D. DIAGNOSIS KERJAOD Ophtamo plegi

E. TERAPIMedikamentosa: - Neurodex 2 x 1

- C liters 3 x gtt 1

F. PROGNOSA

Oculi dekstra Oculi sinistraQuo ad visam ad malam ad bonamQuo ad fungsionam ad malam ad bonamQuo ad sanam ad bonam ad bonamQuo ad vitam ad bonam ad bonamQuo ad kosmetican ad malam ad bonam

Page 5: Lapkas Dr Harka (FIX)

G. EDUKASIa. Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien menderita ophtalmo plegi, dimana

sakit ini berhubungan dengan persarafan pada mata.b. Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi yang mungkin terjadi.c. Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur.d. Meminta pasien untuk kontrol teratur.

H. PEMBAHASAN

Definisi

Ophtalmoplegi merupakan gangguan pada gerakan - gerakan bola mata pada arah

horizontal yang disebabkan oleh kerusakan pada hubungan antar pusat saraf di batang

otak.

Anatomi

Tiap mata dapat abduksin(menjauh dari hidung), adduksi (mendekati hidung ),

melihat keatas (elevasi),ke bawah (depresi). Posisi melihat yang utama untuk menilai

palsi otot adalah melihat ke kanan, ke kiri, ke atas,ke baawah dan melihat ke kanan

dan kiri pada posisi ke atas dan bawah.

Enam otot ekstrokuler mengontrol pergerakan mata. Rektus medialis dan lateralis

menggerakan mata pada arah horizontal sehingga masing masing menghasilkan

adduksi dan abduksi. Rektus vertialis mengelevasi dan mendepresi pada abduksi

mata. Otot oblikus superior menyebabkan depresi daam posisi adduksi dan oblikus

inferiror menyebabkan elevasi dalam posisi adduksi. Semua otot vertikalis memiliki

aksi sekunder tambahan yaitu intorsi, ekstorsi dan pergerakan sirkuler mata.

Tiga saraf kranialis mensarafi semua otot ini dimana nukleusnya berada pada

batang otak, bersama dengan jaras yang menghubungkan mereka dengan nucleus lain

(missal vestibularis) dan dengan pusat melihat (melihat horizontal di pons dan melihat

vertical di otak tengah). Semua mengkoordinasi pergerakan kedua mata.

Pusat kortikal luhur mengontrol kecepatan mata dalam mengikuti target yang

bergerak(mengejar) dan pergerakan cepat Yang dibutuhkan untuk melihat ke posisi

lain (sakadik) Pusat-pusat ini juga mempengaruhi nucleus-nukleus di batang otak

Page 6: Lapkas Dr Harka (FIX)

Hubungan antar nucleus memastikan gerakan kedua mata terkoordinasi. Sebagai

contoh saat melihat ke kanan, otot rektus lateralis kanan dan rektus medialis kiri

sama-sama terstimulasi (disebut otot represi,yoke muscles). Di saat yang sama,

inervasi otot-otot antagonis yang menggerakan mata kekiri (rektus lateralis kiri dan

medialis kanan) terinhibisi.

Etiologi

Pada ophtalmoplegia serabut saraf yang mengkoordinasi kedua mata pada gerakan

horizontal (melihat dari satu sisi ke sisi lain) mengalami kerusakan. Serabut saraf ini

menghubungkan sekumpulan sel-sel saraf (pusat saraf) dimana saraf kranial ke III

(Nervus oculomotorius) dan saraf kranial ke VI (nervus abducens) berasal.

Pada orang yang lebih tua, gangguan tersebut biasanya dihasilkan dari stroke, dan

hanya salah satu mata yang terkena. Pada orang yang lebih tua gangguan biasanya

karena stroke da hanya satu mata yang terkena. Tidak sering menyebabkan termasuk

penyakit Lyme, tumor, dan toksisitas yang disebabkan oleh sebuah obat (seperti

antidepresan trisiklik).

Paresis nervus okulomotorius dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Meningitis (meningitis tuberkulosa, luetika, dan purulenta).2. Lues serebrospinal.3. Infiltrasi karsinoma anaplstik dari nasofaring.4. Stroke (infark atau perdarahan di mesensefalon, yang menimbulkan sindroma

dari weber).5. Trauma kapitis (fraktur basis kranii, traksi pada nervus okulomotorius).6. Aneurisma pada sirkulasi arteriosus Willisii.7. Migren.8. Neuritis reumatika.9. Neuropatia pasca-difteri.10. Herpes zoster oftalmikus. 

Gejala Klinis

Gerakan mata horizontal adalah lemah, tetapi bagian vertikal tidak. Mata yang

terkena tidak dapat berbalik ke dalam, tetapi bisa berbalik keluar. Ketika penglihatan

orang kepada sisi sebaliknya mata yang terkena, hal-hal berikut akan terjadi :

* Mata yang terkena, yang harusnya berbalik ke dalam, tidak dapat bergerak melewati

midline. Dimana, mata yang terkena tampak lurus ke depan.

* Sebagaimana mata yang lainnya berbalik keluar, itu seringkali terjadi tanpa sengaja,

gerakan mengedip berulang disebut nystagmus. Dimana, gerakan mata yang cepat

Page 7: Lapkas Dr Harka (FIX)

dalam satu perintah, kemudian menyimpang dengan lambat dalam perintah lainnya.

Orang dengan internuclear opthalmoplegia bisa mengalami penglihatan ganda.

Sindrom one-and-a-half dihasilkan ketika gangguan tersebut yang menyebabkan

Internuclear ophthalmoplegiajuga merusak bagian pusat yang mengkoordinir dan

mengendalikan gerakan mata horizontal (pusat pandangan horizontal). Ketika orang

tersebut mencoba untuk melihat ke sisi lainnya, mata yang terkena tetap tidak

bergerak di bagian tengah. Mata yang lainnya bisa berbalik ke luar tetapi tidak ke

dalam. Sebagaimana internuclear ophthalmoplegia, gerakan mata vertikal tidak

terkena.

Pada Internuclear ophthalmoplegiadan sindrom one-and-a-half, mata bisa berbalik

ke dalam ketika penglihatan orang tersebut ke dalam (ketika fokus ke benda di

sekitarnya) bahkan meskipun mata tidak dapat berbalik ke dalam ketika orang

tersebut melihat ke samping.

Manifestasi klinis yang ditimbulkan oleh paresis nervus okulomotorius dapat berupa hal dibawah ini:

1. Ptosis, hal ini disebabkan oleh karena kelupuhan musculus levator palpebra (sinistra atau dekstra) sesuai dengan letak lesi.

2. Jika lesi pada sinistra, maka bola mata kiri hanya dapat bergerak ke samping kiri. Bila melihat ke bawah, bola mata itu akan agak memutar, karena adanya kontraksi dari musculus obligus superior.

3. Pupil midriasis dengan refleks cahaya dan konvergensi yang negatif.4. Tidak dapat melakukan akomodasi.5. Strabismus divergens.6. Diplopia dengan gambar kembar heteronim.

Suatu paralisis totalis dari nervus okulomotorius hanyalah dapat timbul bila nervus okulomotorius itu oleh karena suatu sebab misalnya trauma sehingga menjadi terputus. Bila lesi itu terletak pada nucleus okulomotorius (yang mengambil tempat yang cukup luas), maka oleh karena selalu masih akan terdapat nuclei yang bebas lesi, akan timbul suatu paralisis yang parsial.

Suatu paralisis nervus okulomotorius yang parsial dapat pula kita jumpai pada lesi di perifer, yaitu bila paralisis nervus okulomotorius itu ditimbulkan oleh suatu meningitis. Suatu meningitis akan menghinggapi hanya bagian marginal dari nervus okulomotorius tersebut. Bagian sentral dari saraf itu akan terhindar.

Dengan demikian, maka fungsi nervus okulomotorius itu hanyalah akan terganggu secara parsial. Bila pada mata itu hanya tampak ptosis saja, maka kita harus pertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akan adanya:

Page 8: Lapkas Dr Harka (FIX)

1. Lesi parsial nervus okulomotorius.2. Sindrom Horner’s.3. Miastenia gravis4. Pseudoptosis karena trakoma

Diagnosis

Diagnosis Paresis nervus okulomotorius dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis tentang riwayat penyakit, termasuk juga riwayat keluhan, berapa lama keluhan sudah timbul dan apakah unilateral ataukah bilateral.

Pemeriksaan nervus okulomotorius biasanya dilakukan bersama-sama dengan pemeriksaan nervus troklearis dan nervus abdusen, pemeriksaan tersebut terdiri atas:

1. Celah kelopak mata

Pasien disuruh memandang lurus ke depan kemudian dinilai kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan iris

2. Pupil

Yang perlu diperiksa adalah (1) ukuran: apakah normal (diameter 4-5 mm), miosis, midriasis atau pin pont pupil, (2) bentuk: apakah normal, isokor atau anisokor, (3) posisi: apakah central atau eksentrik, (4) refleks pupil: refleks cahaya langsung cahaya diarahkan pada satu pupil reaksi yang tampak untuk kontraksi pupil homolateral, refleks cahaya tidak langsung (konsensual /crossed light refleks) selain kontraksi homolateral juga akan tampak kontraksi kontralateral, refleks akomodasi-konvergensi pasien diminta melihat jauh kemudian melihat ketangan pemeriksa yang diletakkan 30 cm di depan hidung pasien. Pada saat melihat tangan pemeriksa, kedua bola mata pasien bergerak secara konvergensi (kearah nasal) dan tampak pupil mengecil. Refleks ini negatif pada kerusakan saraf simpatikus leher, refleks siliospinal refleks nyeri ini dilakukan dalam ruangan dengan penerangan samar-samar. Caranya ialah merangsang nyeri pada daerah leher dan sebagai reaksi pupil akan melebar pada sisi ipsilateral. Refleks ini terjadi bila ada benda asing pada kornea atau intraokuler, atau pada cedera mata atau pelipis, refleks okulosensorik refleks nyeri ini adalah konstriksi atau dilatasi disusul konstriksi, sebagai respons rangsang nyeri di daerah mata atau sekitarnya.

3. Gerakan bola mata

Fungsi otot-otot ekstrinsik bola mata dinilai dengan gerakan bola mata keenam arah yaitu lateral, medial, lateral atas, medial atas, medial atas dan medial bawah, cara: pasien menghadap ke depan dan bola mata digerakkan menurut perintah atau mengikuti arah objeck.

Kelainan-kelainan yang dapat terjadi:

Page 9: Lapkas Dr Harka (FIX)

1. Kelemahan otot-otot bola mata (opthalmoParesis/opthalmoplegi) berupa:(1) gerakan terbatas, (2) kontraksi skunder dari anta-gonisnya, (3) strabismus, (4) diplopia

2. Nistagmus (gerakan bolak-balik bola mata yang involunter) dapat terlihat saat melihat ke samping, atas, bawah.

Page 10: Lapkas Dr Harka (FIX)
Page 11: Lapkas Dr Harka (FIX)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Mardjono M, Sidharta P. Sarafotak dan Patologinya. Dalam: Neurologi Klinis Dasar.

Penerbit PT. Dian Rakyat. Jakarta. 2000: 114 – 82.

3. Dorland: Kamus Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Edisi 26, cetakan II,

Jakarta 1996.

4. James B, Chew C, bron A. ilmu Oftalmologi edisi ke sembilan: penerbit erlangga.

Jakarta 2005: 159 - 174