lap2

40
BAB I LAPORAN KASUS ANAMNESA DAN PEMFIS AWAL DI UNIT GAWAT DARURAT I. IDENTITAS 1. Identitas penderita : Nama : An. ER Tanggal lahir : 11 – 12 – 2015 Usia : 9 bulan 1 hari Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Pamatutan RT 57 / RW 23, Sundawenang, Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat No RM : 465115 Tanggal masuk 10 September 2015 jam 10.00 WIB 2. Identitas orang tua/wali : Ayah : Nama : Tn. AS Pendidikan : SLTA Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Pamatutan RT 57 / RW 23, Sundawenang, Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat Ibu : Nama : Ny. L Pendidikan : SLTP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Upload: dyera-jessensky

Post on 10-Feb-2016

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sdasdadsa

TRANSCRIPT

BAB I

LAPORAN KASUS

ANAMNESA DAN PEMFIS AWAL DI UNIT GAWAT DARURAT

I. IDENTITAS

1. Identitas penderita :

Nama : An. ER

Tanggal lahir : 11 – 12 – 2015

Usia : 9 bulan 1 hari

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pamatutan RT 57 / RW 23, Sundawenang, Parungkuda,

Sukabumi, Jawa Barat

No RM : 465115

Tanggal masuk 10 September 2015 jam 10.00 WIB

2. Identitas orang tua/wali :

Ayah : Nama : Tn. AS

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Pamatutan RT 57 / RW 23, Sundawenang,

Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat

Ibu : Nama : Ny. L

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Pamatutan RT 57 / RW 23, Sundawenang,

Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat

II. ANAMNESIS

Pasien datang sendiri menuju UGD

Aloanamnesa dengan : Orang tua pasien

Tanggal/jam : 12 September 2015 jam 10.00 WIB

Keluhan utama : Sesak dan kejang

1. Riwayat penyakit sekarang :

Os sesak sejak tadi malam. Sesak yang dialami disertai batuk dan sesak muncul

mendadak. Batuk sejak 3 hari yang lalu. Sesak disertai kejang sekitar jam 11 malam

sebelum masuk rumah sakit. Kejang sudah sering dialami anak, semakin sering

semenjak 3 hari yang lalu seiring dengan munculnya batuk. Pasien juga mengeluh

demam sudah 3 – 4 hari yang lalu, dengan panas yang terus menerus dan tidak

turun. Tidak ada keluhan muntah dan mencret.

2. Riwayat penyakit dahulu : kejang sudah sering dialami anak sejak umur 5 bln.

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Kejang

Pengukuran :

Tanda vital : Tensi : -

Nadi : 120 kali per menit

Suhu : 38,1 o C

Respirasi : 40 kali per menit

Berat badan : 7 kilogram

Tinggi badan : -

Lingkar Lengan Atas (LLA) : -

Lingkar kepala : -

2. Kepala : Tidak ditemukan konjungtiva anemis.

Tidak ditemukan sklera ikterik.

Tidak ditemukan mata cekung.

Ubun – ubun tidak teraba cekung.

Air mata ada.

3. Leher :

Pemeriksaan JVP : normal

Pemeriksaan KGB : normal

Pemeriksaan Tiroid : normal

4. Thorak :

a. Dinding dada/paru :

VBS normal terdengar di kedua lapang paru

Ditemukan suara tambahan ronkhi

b. Jantung :

Bj 1 dan Bj 2 terdengar reguler

Tidak ditemukan suara tambahan murmur / gallop / dll.

5. Abdomen

Nampak perut datar lembut dengan keadaan turgor kulit yang baik. Bising usus

terdengar normal sebanyak 8 kali. Nyeri tekan tidak ditemukan.

6. Ekstremitas :

Teraba hangat dan CRT < 2 detik.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 12 September 2015

DPL

Kimia darah

Makroskopik feses

V. PENATALAKSANAAN

1. Rehidrasi: 525 cc / 6 jam : 88 cc / jam

2. Diazepam supp 5 mg

3. Zinc 1 x 10 mg

4. Paracetamol 3 x ¾ cth

5. L Bio 2 x ½

BAB II

PEMBAHASAN

I. Dasar Diagnosis

Pasien dengan diare akut biasanya datang dengan keluhan sudah mengalami

buang air besar yang cair (mencret) sebanyak 4 kali atau lebih dalam jangka waktu satu

hari. Dimana selain terjadinya perubahan konsistensi feses, dapat ditemukan keluhan

buang air besar yang disertai lendir, darah, dan aroma yang tidak seperti biasanya.

Bila buang air besar dengan konsistensi cair ini terjadi pada bayi dengan

intensitas per harinya hingga 3 – 4 kali per hari, belum bisa disebut diare. Namun lebih

cenderung disebabkan intoleransi laktosa yang terjadi sementara dikarenakan belum

sempurnanya pekembangan saluran cerna. Sedangkan bila terjadi pada anak besar, meski

buang air besar per hari kurang dari 3 kali, namun dengan konsistensi cair, keadaan ini

sudah disebut diare.

DIAGNOSIS

Umumnya pasien dengan diare akut datang ke Rs mengeluhkan:

1. Perubahan konsistensi feses yang disertai keluhan lain baik jangka waktu

terjadinya perubahan konsistensi feses tersebut hingga disertai ada atau tidak feses

bercampur lendir, darah, warna, dan bau yang tidak seperti biasanya.

2. Dapat menunjukan gejala berkurangnya intensitas urin.

3. Tanda – tanda inflamasi yang dapat dinilai langsung oleh ibu.

4. Dapat disertai munculnya tanda – tanda dehidrasi.

II. Identitas

a. Identitas penderita :

Nama : An. RP

Tanggal lahir : 31 – 03 – 2015

Usia : 5 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Kp Cicatih Rt 1/ Rw 1, Bangbayang, Cicurug, Sukabumi.

No RM : 481380

Tanggal masuk 21 agustus 2015 jam 20.08 WIB

b. Identitas orang tua/wali :

Ayah

Nama : Tn. MS

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta.

Alamat : Kp Cicatih Rt 1/ Rw 1, Bangbayang, Cicurug,

Sukabumi

Ibu

Nama : Ny. IL

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Kp Cicatih Rt 1/ Rw 1, Bangbayang, Cicurug,

Sukabumi

Pembahasan:

Identitas pasien dan identitas orang tua pasien sudah lengkap, namun untuk

pekerjaan orangtua pasien, perlu diketahui lebih pasti apa pekerjaan

orangtua.

III. Anamnesis

Pasien datang sendiri menuju UGD

Aloanamnesa dengan : Orang tua pasien

Tanggal/jam : 31 Agustus 2015 jam 19.00 WIB

a) Keluhan utama : Mencret – mencret.

Riwayat penyakit sekarang :

Os datang dengan keluhan mencret yang dimulai sejak hari ini. Mencret

sudah lebih dari 7 kali. Setiap kali mencret, diperkirakan sebanyak setengah gelas

aqua dan masih ditemukan ampas.. Warna feses kuning kehijauan tanpa ditemukan

lendir dan darah serta aroma feses tercium berbau asam.

Timbulnya mencret juga disertai dengan muntah – muntah, sudah lebih

dari 3 kali hari ini dengan muntah yang pertama sejak tadi pagi sebelum masuk

rumah sakit. Muntah diukur sebanyak setengah gelas aqua. Muntah ditemukan cair

bercampur ASI. Pada muntah tidak ditemukan adanya bercak darah.

Os sejak timbulnya keluhan mencret dan muntah, menjadi tidak mau

makan dan minum. Os nampak lemas namun masih mampu untuk menangis kuat.

Orangtua OS menyangkal adanya demam, batuk, dan pilek pada anak.

Hanya saja os pernah batuk namun beberapa minggu yang lalu.

Orang tua Os mengaku Os jarang BAK, air kemih sedikit yang keluar,

terakhir berkemih sekitar pukul 5 sore sebelum masuk rumah sakit.

b) Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya tidak pernah ada gejala atau keluhan serupa, hanya saja os

pernah dirawat karena tipes dan DBD

c) Riwayat kehamilan dan persalinan

Riwayat Antenatal :

Saat hamil ibu selalu memeriksakan kandungan ke bidan klinik, tidak ada keluhan

berarti pada saat hamil.

Riwayat Natal :

Spontan/tidak spontan : Spontan

Nilai APGAR : -

Berat badan lahir : 3300 gram

Panjang badan lahir : Ibu tidak tahu

Lingkar kepala : Ibu tidak tahu

Penolong : Bidan

Tempat : Klinik

Riwayat Neonatal : Setelah lahir anak langsung menangis, kulit

kemerahan, gerak aktif.

d) Riwayat perkembangan

Menurut ibu, perkembangan anaknya di usia 6 bulan sudah mampu duduk

sendiri tanpa dipegang dan mau makan sendiri.

e) Riwayat Psikososial

Pasien merupakan anak Ke 2 dari 2 bersaudara. Anak tinggal di rumah

bersama orang tua berempat dengan anak pertama dan ayah ibu. Pasien tinggal di

lingkungan yang bersih dan termasuk lingkungan menengah kebawah.

Menurut pengakuan ibu, anak masih minum ASI tapi belakangan diberikan

kue dan bubur. Semenjak sakit sudah tidak mau makan dan minum, bila dipaksa

langsung muntah.

IV. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis

Antropometri

o Berat Badan : 6,2 kilogram

o Tinggi Badan : Tidak diukur

Tanda Vital

a. Tekanan darah : Tidak diperiksa

b. Pernapasan : Tidak diperiksa

c. Nadi : Tidak diperiksa

d. Suhu : 37,1 oC

Kepala

Ubun – ubun cekung

Normocephal

-/-

Mata

Mata cekung

Air mata

Konjungtiva anemis

Sklera ikterik

-/-

+/+

-/-

-/-

Mulut

Mukosa mulut kering -

Thorax

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Dalam batas normal

Abdomen

Inspeksi

Auskultasi

Turgor kulit

Nyeri tekan

Kembung

Bising usus meningkat

Baik

-

Ekstremitas

Akral

Sianosis

CRT

Udem

Hangat

(-)

<2detik

-

Status neurologis

Tanda rangsang meningeal :

- Kaku kuduk

- Kernig

- Brudzinski I

- Brudzinski

(-)

(-)

(-)

(-)

V. Pemeriksaan penunjang pertama kali

1. Pemeriksaan Darah Rutin tanggal 31 Agustus 2015

Jenis

Pemeriksaan

Nilai

Leukosit (per mm3) 6.900

Hb (gr%) 10,5%

Hematoktrit (%) 41

Trombosit ( per mm3) 409.000

Nilai normal:

Lekosit (4000 – 11000)

Hb (13 – 16)

Trombosit (150.000 - 400.000)

Hematokrit (40 – 45)

VI. Diferensial Diagnosis

Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa dehidrasi

Intoleransi laktosa tanpa dehidrasi

VII. Working Diagnosis

Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa dehidrasi

VIII. Penatalaksanaan

non medikamentosa:

Lakukan terapi rehidrasi oral dengan jumlah cairan yang diberikan

10ml/kgBB atau untuk anak usia dibawah 1 tahun sejumlah 50 – 100 ml,

dengan metode pemberian satu sendok tiap 2 – 3 menit, dihentikan dulu 10

menit bila muntah, kemudian lanjutkan kembali sampai diare berhenti.

Makanan dalam bentuk pisang dapat diberikan sedikit – sedikit.

Bila terapi rehidrasi oral gagal, atau terjadi diare yang bertambah berat

disertai mengarah pada dehidrasi ringan sedang, dilakukan metode

pengobatan dehidrasi ringan sedang

Widal O H

S. Thypi - -

S. parathypi

B

- -

Medikamentosa:

Cairan maintenance post rehidrasi RL 20 cc/jam

Zinc 1x20 mg

Paracetamol 3x70 mg

Ondansentron 3x0,6 mg

L Bio 2x1

IX. OBSERVASI/ FOLLOW UP

1. Follow up tanggal 1 September 2015

S: Mencret 5 kali, ada ampas, muntah 4 kali. Tidak ada demam.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallop

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi

P: RL : 20cc/jam

Zinc : 1x20 mg

L-Bio : 3x1

Paracetamol : 3x70 mg

Ondansentron : 3x0,6 mg

2. Follow up tanggal 2 September 2015

S: Mencret 5 kali, ada ampas, sudah tidak muntah lagi. Tidak ada demam.

Kemerahan di pantat dan anus bayi.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallop

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg

perianal

P: RL : 20cc/jam

Zinc : 1x20 mg

L-Bio : 3x1

Paracetamol : 3x70 mg

Ondansentron : 3x0,6 mg

Gentamicin salep 0.1%

3. Follow up tanggal 3 agustus 2015

S: Mencret 5 kali, ada ampas, sudah tidak muntah lagi. Tidak ada demam.

Kemerahan di pantat dan anus bayi.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallop

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg

perianal

P: Observasi intake dan output

Terapi dilanjutkan sesuai instruksi dokter spesialis

4. Follow up 3 September 2015

S: Mencret 3 kali, ada ampas sudah banyak, sudah tidak muntah lagi. Tidak ada

demam. Kemerahan di pantat dan anus bayi masih ada.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallop

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg

perianal

P: Observasi intake dan output

Boleh pulang bila sampai sore mencret hanya 3 kali dan tanpa muntah.

5. Follow up 3 September 2015 (sore)

S: Mencret 4 kali, ada ampas sudah banyak, muntah 3 kali campur susu. Tidak

ada demam. Kemerahan di pantat dan anus bayi masih ada.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallop

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg

perianal

P: Observasi intake dan output.

Lanjutkan terapi.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.

6. Follow up 4 September 2015

S: Mencret 4 kali, ada ampas sudah banyak, muntah 2 kali campur susu. Tidak

ada demam. Kemerahan di pantat dan anus bayi masih ada.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallop

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg

perianal

P: Observasi intake dan output.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.

Ranitidin 2 x 6 mg

IVFD Kaen 3A 20 cc/jam

Ondansentron 3x0,6 mg IV

7. Follow up 5 September 2015

S: Mencret 5 kali, ada ampas, muntah 2 kali campur susu. Tidak ada demam.

Bayi nampak eneg. Kemerahan di anus masih ada.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallop

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus dengan dehidrasi ringan sedang disertai

eksoriasi rg perianal

P: Observasi intake dan output.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.

Lanjutkan terapi

8. Follow up 6 September 2015

S: Mencret 3 kali, ada ampas, muntah 1 kali campur susu. Tidak ada demam.

Kemerahan di anus masih ada.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallo

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi disertai eksoriasi rg

perianal

P: Observasi intake dan output.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.

Lanjutkan terapi

9. Follow up 7 September 2015

S: Mencret 2 kali, ada ampas, muntah 1 kali campur susu. Tidak ada demam.

Kemerahan di anus masih ada.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallo

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi disertai eksoriasi rg

perianal

P: Observasi intake dan output.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.

Lanjutkan terapi

Besok boleh pulang bila mencret hanya 2 kali.

10. Follow up tanggal 8 September 2015

S: Mencret 2 kali, ada ampas, muntah 1 kali campur susu. Tidak ada demam.

Kemerahan di anus masih ada.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gall

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus normal

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi disertai eksoriasi rg

perianal

P: Observasi intake dan output.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.

Lanjutkan terapi

Boleh pulang bila mencret hanya 2 kali, lepas infus siang.

11. Follow up tanggal 8 September 2015

S: Mencret 2 kali, ada ampas, sudah tidak muntah lagi. Tidak ada demam.

Kemerahan di anus masih ada.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gall

Pulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukan

Abdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus normal

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi disertai eksoriasi rg

perianal

P: Boleh pulang

Lanjutkan terapi oral di rumah

Kontrol rawat jalan

RESUME

Nama : An. R

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 5 bulan

Berat badan : 6,2 kilogram

Keluhan utama : Mencret - mencret

Os datang dengan keluhan mencret – mencret yang banyak sekitar 4 kali sejak

pagi sebelum masuk rumah sakit dengan volume setiap kali mencret bila dihitung

sekitar setengah gelas aqua. Tidak ditemukan adanya lendir dan darah di feses, namun

tercium aroma bau asam yang berbeda dengan BAB anak biasanya. Terdapat sedikit

ampas diantara feses yang konsistensinya menjadi cair.

Orangtua anak juga mengeluhkan adanya muntah – muntah yang bercampur asi

yang sudah dialami anak sejak tadi pagi dengan intensitas sering terutama setiap habis

diberi makan atau minum susu. Muntah hanya bercampur asi, tidak nampak ada warna

merah sebagai tanda adanya perdarahan. Dan sebagian besar muntah dalam bentuk asi,

bkn cairan bening.

Selain mencret dan muntah, ibu anak menceritakan anaknya yang kondisinya

lemas namun masih dapat menangis keras pada saat dilakukan pemeriksaan fisik. Anak

juga semenjak sakit nampak enggan untuk makan dan minum. Tidak ada keluhan

demam, batuk, dan pilek pada anak.

Sebelum sakit ini, ibu menyangkal anak pernah sakit dengan gejala yang sama,

hanya saja beberapa bulan lalu pernah tipes dan DBD.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tensi : Tidak diperiksa

Kepala : normochepal, lingkar kepala : tidak diperiksa

Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/- , Air mata (+),

Mulut : Bibir kering (-), Mukosa mulut kering (-)

Thorax : dalam batas normal

Abdomen : Kembung (+), Bising usus meningkat (-), Turgor kulit normal

Status neurologis : Tanda rangsang meningeal (-), reflex patologis (-)

PEMBAHASAN

Pada kasus ini ada seorang anak berusia 5 bulan datang ke rumah sakit

SEKARWANGI. Berdasarkan alloanamnesa dengan orangtua penderita, dan setelah

dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan :

Keluhan utama berupa mencret – mencret.

Mencret sudah terjadi sejak pagi hari sebelum masuk rumah sakit dgn konsistensi cair

dengan sedikit ampas serta intensitas mencret sudah 4 kali dan berbau asam tanpa lendir

dan darah.

Mencret disertai muntah setiap kali diberikan ASI sejak tadi pagi sebelum masuk rumah

sakit.

Tidak ada demam, batuk, dan pilek

Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah diare.

Untuk lebih memastikannya maka dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisiknya,

yakni sebagai berikut:

Anamnesis Diare Pemeriksaan Fisik

Konsistensi Cair bercampur ampas Tanda dehidrasi Tidak ditemukan

Intensitas >3 kali sehari Tanda anemis Tidak ditemukan

Warna Kuning kehijauan Abdomen Nampak cembung

Bau Berbau asam Turgor kulit Baik

Lendir Tidak ditemukan lendir Bising usus Meningkat

Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ini mendukung ditegakkannya diagnosa diare.

Dengan intensitas diare yang lebih dari 3 kali pada usia 5 bulan, disertai perubahan warna

dan bau pada feses, disertai dengan hasil pemeriksaan fisik lainnya, diagnosa diare dapat

disempurnakan menjadi Diare akut non disentri tanpa dehidrasi.

Penyebab utama terjadinya diare pada anak dengan usia dibawah satu tahun,

umumnya disebabkan karena adanya intoleransi laktosa dikarenakan sistem pencernaan anak

masih belum sempurna. Namun apabila diare tersebut terjadi dengan perubahan warna, bau

dan konsistensi yang mengarah pada infeksi, diagnosa intoleransi laktosa dapat disingkirkan.

Pada anak ini tidak dilakukan pemeriksaan lab karena dengan memperhatikan gejala

klinis dan bentuk fesesnya, dapat diambil kesimpulan penyebab diare adalah rotavirus. Untuk

memastikan diagnosa lebih dalam lagi, dapat dilakukan pemeriksaan feses laboratorium,

namun mengingat untuk mengurangi biaya pasien, pemeriksaan lab tidak dilakukan, hanya

lebih memfokuskan pada terapi selanjutnya dari kondisi pasien.

Diare pada kasus ini memiliki diagnosa banding intoleransi laktosa karena memiliki

gejala klinis yang menyerupai diare akut, yang membedakannya hanya pada intoleransi

laktosa tidak ditemukan adanya perubahan konsistensi feses berupa perubahan warna dan

aroma feses, pada kasus anak ini, perubahan konsistensi feses mengarah pada etiologi infeksi

yang disebabkan rotavirus.

Pasien anak ini dirawat inap selama 11 hari dan dilanjutkan dengan rawat jalan. Hal

ini dilakukan karena secara klinis mencret dan muntah sudah berkurang, serta keadaan umum

anak sudah lebih baik daripada hari pertama masuk rumah sakit. Untuk perawatan di rumah,

anak tetap diberikan makan seperti biasa, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

kekurangan energi dan mempercepat perbaikan.

Penatalaksanaan pada kasus ini diutamakan untuk mencegah dan mengobati bila

terjadinya dehidrasi, yaitu dengan diberikan terapi cairan baik oral. Pada anak usia dibawah 6

bulan dianjurkan untuk diberikan oralit yang diteruskan hingga diare berhenti dengan acuan

tergantung pada tingkat dehidrasinya.

Pada kasus ini, kondisi anak mengalami diare tanpa dehidrasi, oleh sebab itu

penatalaksanaan cairan dapat dilakukan rencana terapi A (terapi di rumah untuk mencegah

dehidrasi dan malnutrisi), dengan diberikan cairan 5-20 ml/kgBB setiap diare cair. Bila anak

tidak dapat menerima cairan oralit per oral, dipertimbangkan lakukan pemberian cairan infus

sebanyak 70 ml/kgBB cairan RL (bisa diganti NaCl bila RL tidak ada) yang diberikan setiap

5 jam sambil di observasi seberapa banyak cairan yang keluar yang diakibatkan oleh mencret

dan muntah pada anak tersebut

Kemudian diberikan tablet zinc dan L-bio. Kemudian bila anak masih diberikan ASI,

lanjutkan pemberian ASI untuk mencegah kekurangan gizi.

TINJAUAN PUSTAKA

Diare Akut

Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensicair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Riskesdas 2007: diare merupakan penyebabkematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DiagnosisAnamnesis- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja, lendirdan/darah dalam tinja

- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir,demam, sesak, kejang, kembung

- Jumlah cairan yang masuk selama diare- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makananyang tidak biasa

- Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum

Pemeriksaan fisis- Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital

- Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,turgor kulit abdomen menurun

- Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut, danlidah

- Berat badan- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit,seperti napas cepat dan dalam(asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau 

hipernatremia)- Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :- Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan- Keadaan umum baik, sadar- Ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada , 

mukosa mulutdan bibir basah

- Turgor abdomen baik, bising usus normal- Akral hangat

58 Diare Akut

- Dehidrasi ringan sedang/ tidak berat (kehilanagn cairan 5-10% 

berat badan)- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda 

tambahan- Keadaan umum gelisah atau cengeng

- Ubun ubun besar sedikut cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa

mulut dan bibir sedikit kering- Turgor kurang, akral hangat

- Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10%berat badan)- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau 

lebih tandatambahan

- Keadaan umum lemah, letargi atau koma- Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak 

ada, mukosa mulutdan bibir sangat kering

- Turgor sangat kurang dan akral dingin- Pasien harus rawat inap

Pemeriksaan penunjang- Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tandaintoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis

- Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri- Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)- Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut

- Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguankeseimbangan asam basa dan elektrolit

Tata laksana- Lintas diare : (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5) Edukasi- Tanpa dehidrasi- Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 

5-10 mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun 

sebanyak 50-100 mL,umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di atas 5 tahun 

semaunya. Dapatdiberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak.ASI harus terus 

diberikan.- Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi 

lain (tidak mauminum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)

- Dehidrasi ringan-sedang- Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 

mL/kgBB dalam3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan 

sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair.

Pedoman Pelayanan Medis 59

- Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum

walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa

nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B

atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi

dievaluasi secara berkala.- Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari- Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari- Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari- Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi 

sambil memberiedukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.

- Dehidrasi berat- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau 

ringer asetat 100mL/kgBB dengan cara pemberian:

- Umur kurang dari 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/

kgBB dalam 5 jam berikutnya- Umur di atas 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, 

dilanjutkan 70 mL/kgBBdalam 2,5 jam berikutnya

- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai

dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi

- Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (lihat PPM 

PGD)- Hipernatremia (Na >155 mEq/L)Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemb

erian cairandekstrose 5% ½ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 

mEq per harikarena bisa menyebabkan edema otak

- Hiponatremia (Na <130 mEq/L)Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila m

asih dijumpaihiponatremia dilakukan koreksi sbb:Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0.6 x berat 

badan; diberikandalam 24 jam

- Hiperkalemia (K >5 mEq/L)Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% seban

yak 0.5-1 ml/kg BB i.v secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit; sambil dimonitor 

irama jantungdengan EKG. Untuk pemberian medikamentosa dapat dilihat PPM 

Nefrologi.- Hipokalemia (K <3,5 mEq/L)Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium.

- Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kg BB per oral per hari dibagi 3

dosis- Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan 

dosis:- 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 j

am pertama- 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dala

m 20 jamberikutnya

60 Diare Akut

- SengSeng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi 

buang air besardan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya 

dehidrasi pada anak.SengZink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah 

tidak mengalamidiare dengan dosis:- Umur di bawah 6 bulan: 10 mg per hari- Umur di atas 6 bulan: 20 mg per hari

- NutrisiASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai 

umur tetap diberikanuntuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutri

si yang hilang.Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. 

Anak tidak bolehdipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih 

kurang 6 x sehari),rendah serat, buah buahan diberikan terutama pisang.

- Medikamentosa- Tidak boleh diberikan obat anti diare- AntibiotikAntibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare 

berdarah) atau kolera.

1

Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus

sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium difficil

e akan tumbuhyang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain  itu, pemberian 

antibiotik yangtidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antib

iotik. Untukdisentri basiler, antibiotik diberikan sesuai dengan data sensitivitas 

setempat, bilatidak memungkinkan dapat mengacu kepada data publikasi yang di

pakai saat ini,yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian sebagai lini 

kedua. Bila keduaantibiotik tersebut sudah resisten maka lini ketiga adalah sefiksim.

- AntiparasitMetronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan 

untuk amubavegetatif

- EdukasiOrangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat 

Pelayanan Kesehatanbila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau 

minum sedikit,sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. 

Orangtua danpengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.

2

Langkah promotif/preventif : (1) ASI tetap diberikan, (2) kebersihan perorangan, cucitangan sebelum makan, (3) kebersihan lingkungan, buang air besar 

di jamban, (4)immunisasi campak, (5) memberikan makanan penyapihan yang benar, 

(6) penyediaanair minum yang bersih, (7) selalu memasak makanan.

3