lap resmi 2
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................2
1.2 TUJUAN.................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN.................................................................9
3.1 ALAT DAN BAHAN..................................................................................9
3.1.1 ALAT..................................................................................................9
3.1.2 BAHAN...............................................................................................9
3.2 PROSEDUR PERCOBAAN........................................................................9
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................11
4.1 HASIL PEMBAHASAN...........................................................................11
4.2 PERHITUNGAN.......................................................................................11
4.3 PEMBAHASAN........................................................................................12
BAB 5 PENUTUP..................................................................................................16
5.1 KESIMPULAN..........................................................................................16
5.2 SARAN......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam percobaan ini akan dilakukan beberapa percobaan yang
berkaitan erat dengan keterampilan dasar dalam bekrja di laboratorium
kimia. Hal-hal yang perlu diketahui dalam bekerja adalah terlebih dulu
harus mengenal beberapa alat yang diperlukan untuk membuat larutan,
diantaranya adalah gelas kimia, batang pengaduk, corong kaca, labu takar
dan neraca analitik.
Untuk menyatakan kepekatan dan konsentrasi suatu larutan dapat
dilakukan dengan berbagai cara bergantung pada tujuan
penggunaannya.Adapun sdatuan yang digunakan untuk menentukan
kepekatan larutan adalah molaritas, molalitas, persen berat, persen volume,
ppm dan sebagainya.
Larutan disusun oleh komponen yaitu zat terlarut dan pelarut.Pelarut
yang banyak digunakan adalah air. Peranan larutan dalam kehidupan sangat
menentukan. Zat makanan yang di serap manusia, hewan maupun tumbuhan
harus berbentuk larutan.Hampir semua reaksi kimia dilakukan dalam bentuk
larutan, agar reaksinya berlangsung cepat.Oleh karena itu pokok
pembahasan tentang larutan perlu dibahas dan diketahui lebih banyak lagi.
1.2 Tujuan
- Mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair dan padat dengan
konsentrasi tertentu.
- Mempelajari cara perhitungan molaritas, molalitas, persen berat, fraksi mol
serta pengenceran setelah larutan dibuat.
- Mengetahui konsep dasar pembuatan larutan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan adalah suatu campuran myang terdiri atas zat cair sebagai
pelarutnya sedangkan zat terlarutnya dapat berupa zat padat atau zat cair.
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung dalam larutan.Suatu larutan
terdiri dari pelarut (komponen utama) dan suatu zat terlarut (komponen
minor).Salah Satu faktor utama dalam pembentukan cair adalah soluasi,
antaraksi antara molekul pelarut dengan partikel zat terlarut untuk
membentuk agregat kecil.Air, suatu senyawa polar dengan ketetapan
dielektrik tinggi adalah pelarut yang sangat bagus untuk kebanyakan akan
zat ionic maupun kovalen polar (sejenis melarutkan sejenis).Serapan uap air
oleh jenis-jenis tertentu Kristal disebut bahan pengering (dessicant).Kristal
yang melepaskan air kristalnya ke udara memperagakan effioresensi
(pelapukan).
Banyak zat sebenarnya tak dapat larut dalam suatu pelarut tertentu
(cairan yang saling tak dapat larut dalam cairan lain) dikatakan tak dapat
campur (immiscible).Bergantung pada kuantitas relative zat terlarut yang
ada.Suatu larutandapat diperikan secara kualitatif sebagai encer atau
pekat.Kelarutan suatu zat yang melarut adalah kuantitas zat tersebut yang
menghasilkan suatu larutan jenuh sendiri adalah larutan dengan kadar
maksimum zat terlarut pada suhu tertentu dan keadaan seimbang.Kadar
tidak berubah walaupun lebih banyak zat terlarut yang ditambahkan.
3
4
Suatu larutan tak jenuh mengandung zat terlarut yang kurang
dibandingkan dengan suatu larutan jenuh.Larutan tak jenuh adalah larutan
yang belum jenuh dengan zat terlarut sehingga masih dapat melarutkan zat
tersebut.Suatu larutan lewat jenuh mengandung zat terlarut lebih daripada
yang mungkin secara normal pada temperature tersebut ; akhirnya kuantitas
yang berlebih itu akan mengendap.
Suatu zat yang sedikit sekali larut dalam suatu pelarut, dapat sangat larut
dalam pelarut pertama.Inilah dasar untuk proses ekstraksi pelarut.
Tanggapan larutan jenuh apa saja terhadap perubahan temperature
selalu sesuai dengan azas le chatelier, yang menyatakan tiap system
kesetimbangan menanggapi suatu paksaan, agar dapat dikurangi secara
umum. Zat padat lebih banyak larut dengan naiknya temperature ( proses
larutan adalah endoterm ) ini dasar suatu pemurnian suatu zat padat dengan
pengkristalan ulang dari dalam larutan. Kebanyakan gas menjadi kurang
larut dengan naiknya temperatur. Sesuai dengan hukum henrg. Suatu gas
tertentu lebih banyak larut banyak dengan bertambahnya tekanan yang
dilakukan gas itu terhadap larutan.
Cara yang terbaik untuk mengungkapkan konsentrasi suatu larutan
bergantung pada sifat dasar larutan, cara dibuat dan dimaksud mengapa
konsentrasi itu haru diketahui. Cara yang paling sederhana ialah sebagai
persen bobot dan persen volume. Seringkali digunakan untuk mengetahui
fraksi mol dari pelarut dan zat terlarut ; fraksi mol dikali seratus adalah
persen mol. Tiga cara yang berguna untuk menyatakan konsentrasi adalah
molalitas ( m ), molaritas ( M ) dan normalitas ( N ). Yang masing masing
mempunyai penjelasan sebagai berikut :
a. Molalitas (m)
Adalah jumlah mol zat terlarut perkilogram pelarut dapat dinyatakan
dengan rumus :
5
Gr zat terlarut
Molalitas = mol zat terlarut = Gr mol
Kg pelarut kg pelarut
b. Molaritas (M)
Adalah jumlah mol zat terlarut perkilogram pelarut dapat dinyatakan
dengan rumus :
Gr zat terlarut
Molalitas = mol zat terlarut = G/mol
L larutan C larutan
c. Normalitas (M)
Adalah banyak ekuivalen zat terlarut perliter larutan.Konsentrasi larutan
yang ditanyakan dalam normalitas digunakan dalam normalitas digunakan
dalam reaksi oksidasi – reduksi dan dalm reaksi asam – basa.
Normalitas seperti halnya dengan molaritas dan formalitas sistem
konsentrasi ini berdasarkan volume larutan, didefinisikan sebagai berikut :
Normalitas = jumlah ekivalen solute perliter larutan atau
ek
N = v
6
Dengan ketentuan N adalah normalitas, ek jumlah ekivalen dan v volume
larutan dalam liter, karena
g
ek= Be
dengan ketentuan g adalah gram solut dan BE berat ekivalen, maka berarti
g
N= BexN
Persamaan ini dapat diselesaikan untuk gram solute, yang memberikan
G= N x V x BE
Dengan ketentuan n adalah jumlah mol ion hidrogen, electron atau kation
univalent yang tersedia / perreaksi dengan zat yang bereaksi.
2.2 Larutan standar
Larutan standar adalah larutan yang memiliki konsentrasi atau
kandungan yang pasti dan memerlukan persyaratan sebagai acuan atau
standar dalam analisis atau reaksi kimia.
Larutan standar terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Larutan standar primer adalah larutan baku yang diperoleh langsung dari
pembuatnya.
b. Larutan standar skunder adalah larutan yang dapat berfungsi sebagai larutan
baku setelah di lakukan pembekuan.
2.3 Sifat dasar Larutan
Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunanya dapat berubah
ubah. Disebut homogennya karena susunnya begitu seragam sehingga tak
7
dapat diamati adanya bagian bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan
permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian - bagian atau fase- fase
yang terpisah.
Meskipun semua campuran fase gas bersifat homogeny dank arena itui
apat disebut larutan, molekul molekulnya begitu terpisah sehingga tidak
dapat saling menarik dengan efektif. Larutan fase padat sangat berguna dan
dikenal baik. Contoh antara lain ialah perunggu ( tembaga dan zink sebagai
penyusun utama ), emas perhiasan ( biasanya emas dan tembaga ), dan
ambalgam kedokteran gigi ( merkurium dan perak ).
Biasanya dengan larutan dimaksudakan fase cair. Lazimnya salah satu
komponen ( penyusun ) larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum
campuran itu dibuat, campuran ini disebut medium pelarut atau pelarut (
solvent ) komponen lain, yan dapat berbentuk gas. Cairan atau pun at padat
dibayangkan sebagai terlarut ke dalam komponen pertama.
Zat yang terlarut disebut zat terlarut ( solute ) dalm hal – hal yang
meragukan, zat yang kuantitasnya lebih kecil disebut zat terlarut.
Seperti diduga, mungkin dijumpai kesulitan dalam menerapkan pedoman
ini. Manakah zat terlarut pada suatu campuran 50 : 50 dari etil alcohol dan
air ? atau suatu sirup yang terdiri dari 80 % gluklosa ( gula + pasir ) dan 20
% ? dalam hal pertama, baik alcohol dan air ? dalam hal pertama, baik
alcohol maupun air dapat disebut zat terlarut.
Dalam hal kedua, karena air tetap mempertahankan keadaan fisiknya dan
gula berubah keadaan fisiknya. Kebanyakan orang memilih menyebut air
sebagai pelarut.
2.4 Mengapa zat terlarut… ?
Terdapat kecendrungan kuat bagi senyawa non polar untuk larut
kedalam pelarut non polar dan bagi senyawa kovalen polar atau senyawa ion
8
untuk larut kedalam pelarut polar. Dengan perkataan lain, sejenis
melarutkan sejenis.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Labu Takar 100 ml
- Batang Pengaduk
- Gelas kimia
- Neraca analitik
- Pipet
- Corong kaca
- Plastic almunium / Almunium foil
3.1.2 Bahan
- Aquadest
- Na OH 1 gr
- HCl(p) 2 ml
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Percobaan I
- Ditimbang dengan tepat 1 gr NaOH dengan menggunakan almunium foil.
- Di pindahkan secara kuantitatif ke dalam gelas kimia yang bersih.
- Di tambahkan 20 ml aquadest dan diaduk hingga larut sempurna.
- Di pindahkan larutan kedalam labu takar 100 ml secara kuantitatif hingga
larutan didalam gelas kimia habis.
9
10
- Dibilas gelas kimia, batang pengaduk, almunium foil dengan aquadest
dimana hasil bilasannya dimasukan kedalam labu takar 100 ml.
- Ditambah aquadest kedalam labu takar hingga batas di leher labu takar, dan
di tutup.
- Di bolak – balik hingga homogen
- Di diamkan dan di amati.
3.2.2 Percobaan II
- Di ambil 1 ml Hcl pekat dengan menggunakan pipet ukur.
- Di masukan kedalam labu takar 100 ml yang telah diisi aquadest 50 ml.
- Di biarkan hingga labu takar terasa dingin.
- Di tambahkan aqudest hingga tinggi permukaan 0,5 sampai 1cm.
- Di tambahkan lagi aquadest hingga batas di leher labu takar dan ditutup.
- Di kocok dan diletakkan di meja lalu di amati.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembahasan
No Nama larutan
1. Larutan NaOH
2. Larutan HcL
Konsentrasi
Molaritas 0,25 M
Persen(b/v) 1 %
Molalitas 0,25 M
Fraksi mol 4,48 x 10-3
Molaritas 0,1196 M
4.2 Perhitungan
4.2.1 Larutan NaoH
a.mol
m = n = gr/mr = 1/40 = 0,025 = 0,25 mol
L L 0,1 0,1
b.Molaritas
M = gr x 1000 = 1 x 1000 = 10 = 0.25 mol
MR V 40 100 40
c.Persen Volume
% Volume = 1 x 100 = 1%
100
11
12
d.Fraksi mol
Xzat terlarut = n Zt
nzt + nzp
= 0.025
0,025 + 5,556
= 0,00448
4.2.2 Larutan Hcl (pekat)
m1. V1 = M2 . V2 mp = p x 10 x %
mp. 1 = m2 .100 mr
11,96 . 1 = m2 .100 = 1,18 x 10 x 37
m2 = 11,96 36,5
100 = n,96 m
= 0,1196
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembuatan larutan dari bahan cair atau padat
a. Pembuatan Larutan dari bahan padat :
Ditimbang bahan yang akan dibuat larutan, kemudian
ditambahkan aquades secukupnya dalam beker gelas, dan
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, diencerkan hingga tanda
batas, kemudian homogenkan.
b. Pembuatan Larutan dari bahan cair :
Diambil pipet ukur lalu diambil ± 1 ml bahan cair yang
akkan dijadikan larutan lalu dipindah secara perlahan-lahan ke dalam
13
labu takar 100 ml melalui dinding labu takar, kemudian diencerkan
hingga tanda batas. Lalu dihomogenkan.
4.3.2 Faktor – factor kesalahan dalam percobaan :
1. Apabila dalam pengambilan bahan untuk membuat larutan
kelebihan atau kekurangan dari hasil yang diinginkan, maka
akan mempengaruhi konsentrasi larutan yang kita inginkan.
2. Dalam melakukan percobaan, harus menggunakan
perlengkapan praktikum dengan baik dan benar, apabiula
tidak, akan membahayakan praktikan. Contoh : sarung
tangan, apabila dalam pengambilan bahan cair. Bisa saja
airan tersebut jatuh atau tumpah ketangan praktikan,
3. Kurang waspadanya praktikan pada peralatan laboraorium
yang mudah pecah, bias menyebabkan pecahnya peralatan-
pealatantersebut yang dapat merugikan pihak laboratorium
atau praktikkan.
4.3.3 Larutan jenuh dan larutan tak jenuh
a. larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat
terlarut dalam jumlah maksimal, sehingga sudah tidak dapat
lagi melarutkan zat terlarut. Pada keadaan ini terjadi
kesetimbangan antara solute yang larut dan tak larut atau
kecepatan pelarut sama dengan kecepatan pengendapan.
b. Larutan tak jenuh adalah suatu larutan yang masih dapat
melarutkan zat terlarut dan mengandung jumlah solute lebih
sedikit dari pada larutan jenuh.
4.3.4 Pembuatan Larutan dengan Normalitas
Larutan yang akan dibuat dengan/secara normalitas
dengan menyamakan jumlah atau menormalkan jumlah mol
14
zat terlarut pada tiap liter larutan tersebut sehingga terbentuk
larutan normalitas.
- Larutan standar primer yaitu larutan yang dibuat dengan
menggunakan konsentrasi yang diinginkan atau tertentu
tanpa adanya proses pengenceran. Misalnya kita membuat
larutan HCl 0,1 m sebanyak 100 ml.
- Larutan standar sekunder pada jenis larutan ini merupakan
larutan yang telahdibuat pada larutan standar primer dan
mendapat perlakuan tambahan yaitu proses pengenceran
dimana proses larutan ditambahkan lagi zat pelarutnya
(air). Sehingga dapat mengakibatkan proses larutan akan
berkurang.
Macam-macam satuan untuk menentukan kepekatan suatu larutan :
a. Molaritas, merupakan jumlah mol persatuan volum. Sehingga
molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut
perliter larutan.
M = mol zat terlaru M = gr x 1000
Liter larutan mr V
b. Molalitas, merupakan suatu larutan yang menyatakan at
terlarut dalam 1 kg (1000 gr) pelarut satuannya mol/kg
m = n M = 1000 x gr
p p mr
c. Normalita, menyatakan banyak gram ekuivalen (ek) za
terlarut dalam tiap liter larutan.
BE = air atau Mr
Valensi Valensi
15
d. Persentase Volume (%V)
Menyatakan banyaknya volume zat terlarut dalam100 ml
larutan
%V = Volume zat terlarut x 100%
Volume zat campuran
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan/daya larut :
- perbedaan massa jenis zat
- perbedaann titik didih zat
- sifat kepolaran zat
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Larutan adalah suatu campuran myang terdiri atas zat cair sebagai
pelarutnya sedangkan zat terlarutnya dapat berupa zat padat atau zat cair.
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung dalam larutan.Suatu larutan
terdiri dari pelarut (komponen utama) dan suatu zat terlarut (komponen
minor).Salah Satu faktor utama dalam pembentukan cair adalah soluasi,
antaraksi antara molekul pelarut dengan partikel zat terlarut untuk
membentuk agregat kecil.Air, suatu senyawa polar dengan ketetapan
dielektrik tinggi adalah pelarut yang sangat bagus untuk kebanyakan akan
zat ionic maupun kovalen polar (sejenis melarutkan sejenis).
- Tiga cara yang berguna untuk menyatakan konsentrasi adalah molalitas ( m ),
molaritas ( M ) dan normalitas ( N ). Yang masing masing mempunyai
penjelasan sebagai berikut :
Gr zat terlarut
-Molalitas(m) = mol zat terlarut = Gr mol
Kg pelarut kg pelarut
Gr zat terlarut
-Molalitas = mol zat terlarut = G/mol
L larutan C larutan
-Normalitas = ek
N = v
(jumlah ekivalen solut perliter)
16
17
Cara yang terbaik untuk mengungkap konsentrasi suatu larutan bergantung
pada sifat dasar larutan, cara dibuat dan maksud mengapa konsentrasi itu
harus diketahui.
Cara yang paling sederhana ialah sebagai persen bobot dan persen volume.
Seringkali digunakan untuk menentukan fraksi mol,dari pelarut dan zat
terlarut : fraksi mol kali seratus adalah persen mol.
5. 1 SARAN
- Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya yang akan dilakukan
digunakan bahan bahan yang lebih variatif lagi tetapi dalakm zat
yang sejenis, missal zat cair atau zat padat saja, agar kita dapat
membandingkan reaksi antara satu dengan yang lainnya.
- Sebaiknya pda saat penambahan aqauades kedalam labu takar agar
memperhatikan meniscus atas, meniscus bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James, E. 1991. KIMIA UNIVERSITAS. Binarupa Aksara: Jakarta.
HAM, Mulyono. 2006 Pembuatan Reagen Kimia di Laboratorium. Bumi
Aksara: Jakarta.
HAM, Mulyono. 2006 Kamus Kimia. Bumi Aksara: Jakarta.
Keenam, dkk. 1989. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta
Pudjaatmaka,A dkk. 1993.glosariom kimia.Balai Pustaka : Jakarta
Mengetahui ; Samarinda, 30 Oktober 2009
Asisten, Praktikan,
Soraya Adlina Kelompok 6
NIM. 06550570221308
18