lap praktikum kebisingan (1)

54
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN KEBISINGAN DARI SUMBER BISING MESIN GERGAJI KAYU DAN LALU LINTAS DENGAN SOUND LEVEL METER Mohamad Dedy Nurwahid R.0213039

Upload: rinto-s-sihotang

Post on 22-Dec-2015

107 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN KEBISINGAN DARI SUMBER BISING MESIN GERGAJI KAYU DAN LALU LINTAS

DENGAN SOUND LEVEL METER

Mohamad Dedy NurwahidR.0213039

PROGRAM STUDI D IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta2014

PENGESAHAN

Laporan Praktikum dengan Judul :Pengukuran Kebisingan Dari Sumber Bising Mesin Gergaji Kayu Dan Lalu

Lintas Dengan Sound Level Meter

Mohamad Dedy Nurwahid, R0213039, Tahun : 2014

telah disahkan pada :

Hari………Tanggal……..2014

Asisten, Praktikan,

Ica Yuniar Sari, S.ST Mohamad Dedy NurwahidNIM. R0211036

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… .. i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..……… ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang………………………………………………………... 1

B. Tujuan…………………………………………………………………. 3

C. Manfaat………………………………………………………………... 3

BAB II. LANDASAN TEORI………………………………..…………………..... 5

A. Tinjauan Pustaka……………………………………………………… 5

B. Perundang-Undangan...……………………………………………….. 16

BAB III. HASIL………………………………….…………………………………. 17

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Cara Pengukuran……………………… 17

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan.……………………….……... 23

BAB IV. PEMBAHASAN………….………………………………………………. 26

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………....... 29

A. Simpulan……………………………………………………………….. 29

B. Saran…………………………………………………………………… 30

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebisingan merupakan gangguan yang dapat mempengaruhi

kenyamanan dan kesehatan terutama yang berasal dari kegiatan operasional

peralatan pabrik. Sedangkan operator atau karyawan yang mengoperasikan

peralatan pabrik merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh

disebabkan adanya peningkatan kebisingan. Resiko yang timbul akibat

kebisingan dengan tingkat tekanan bunyi diatas nilai ambang batas

pendengaran adalah dapat merusak pendengaran atau gangguan pendengaran.

Selain itu Kebisingan juga dapat menggangu percakapan sehingga akan

mempengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung dan kebisingan tersebut

juga menggangu konsentrasi karyawan dalam bekerja sehingga dapat

menurunkan produktivitas kerja. Menurut teori yang telah dipelajari, dalam

upaya pengendalian kebisingan dapat melibatkan tiga elemen yaitu

pengendalian bising pada sumber kebisingan, lintasan atau jalur rambat

kebisingan dan penerima kebisingan. Jika ketiga elemen tersebut belum bisa

menggendalikan kebisingan maka ada cara lain yaitu pengendalian

kebisingan secara administrasi yaitu pengendalian kebisingan dengan cara

mengatur pola kerja.

Banyak penderitaan terjadi disebabkan oleh kondisi dan lingkungan

kerja yang berbahaya dimana pekerjaan dilakukan oleh pekerja. Salah satu

kondisi fisik dan lingkungan kerja yang membahayakan adalah kebisingan.

Kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan yang sifat

getarannya selalu berubah-ubah dan dapat mengganggu seseorang. Daya

dengar yang baik adalah sangat penting manfaatnya karena dalam kehidupan

sehari-hari kita sangat tergantung pada kemampuan pendengaran. Misalnya

untuk sosialisasi, untuk belajar, untuk berkomunikasi dan lain-lain.

1

2

Menurut Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996

kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam

tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

manusia dan kenyamanan lingkungan, dan menurut Keputusan Menteri

tenaga Kerja No. 51 Tahun 1999 kebisingan yaitu semua suara yang tidak

dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat

kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Berarti kebisingan merupakan hasil samping dari pemanfaatan teknologi.

Kebisingan dianggap istimewa dalam hal penilaian pribadi dan

subyektif yang sangat menentukan untuk mengenali suara sebagai kebisingan

atau tidak. Bising secara subyektif adalah suara yang tidak disukai atau tidak

diharapkan seseorang (Fox, 1969). Secara obyektif bising terdiri dari getaran

suara yang komplek yang sifat getarannya tidak periodik (Hirsh and Ward,

1952). Batasan bising lebih diarahkan pada bising sehari-hari yang

komponen-komponen sumber bisingnya selalu berbeda-beda, misalnya lalu

lintas darat, laut, udara dan keramaian pasar.

Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, banyak sekali

didapati hasil samping dari kemajuan tersebut.Salah satunya adalah masalah

kebisingan. Manusia tidak dapat terlepas dari faktor-faktor penunjang yang

akan menentukan kinerjanya. Dengan adanya kebisingan,

perusahaan/lingkungan dapat mengalami kerugian karena kebisingan

merupakan salah satu faktor fisik sebagai beban tambahan di tempat kerja

yang dapat menyebabkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan

Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).

Bising pabrik pada umumnya mempunyai kualitas dan kuantitas

tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa irama gelombang suara yang

ditimbulkan sifatnya tetap dan bahkan terkadang periodik. Oleh karena itu

batasan bising di pabrik atau lingkungan kerja adalah kumpulan suara yang

terdiri atas gelombang-gelombang akustik dengan macam-macam frekuensi

dan intensitasnya (Niosh, 1973).

3

B. Tujuan

1. Untuk memahami pengertian dari kebisingan.

2. Untuk mengetahui cara pengendalian kebisingan.

3. Untuk mengetahui alat mengukur intensitas kebisingan di suatu tempat.

4. Untuk mengetahui intensitas rata-rata kebisingan dalam suatu ruangan.

5. Untuk mengetahui sumber kebisingan.

6. Untuk menentukan alat pelindung diri (APD).

C. Manfaat

1. Bagi Praktikan

a. Dapat mengetahui tentang bahaya kebisingan.

b. Untuk mengetahui cara pengukuran kebisingan.

c. Dapat mengetahui gangguan sensorik motorik, gangguan emosi pada

kasus-kasus klinis.

d. Dapat mengukur intensitas kebisingan.

e. Dapat memberi penilaian terhadap kebisingan dengan menggunakan

alat Sound Level Meter.

f. Dapat mengetahui gejala-gejala dan pengaruh kebisingan yang

dialami oleh seseorang.

g. Dapat menambah pengetahuan mengenai kebisingan dan

pengaruhnya terhadap kesehatan.

2. Bagi Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Dapat menambah referensi dan kepustakaan oleh program studi

Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Dapat menciptakan mahasiswa Diploma IV Keselamatan dan

Kesehatan Kerja menjadi lebih bermutu, memiliki daya saing dan

mempunyai etos kerja yang baik.

c. Dapat memberi akreditasi bagi Diploma IV Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

4

d. Dapat memberikan penjelasan yang baik kepada mahasiswa selain

melalui kuliah teori saja.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Kebisingan

Pencemaran fisis yang sering ditemukan adalah

kebisingan.Kebisingan pada lingkungan dapat bersumber dari suara

kenderaan bermotor, suara mesin-mesin industri dan sebagainya. Keputasan

Menteri Negara lingkungan hidup No.32Kep-48/MENLH/11/1996, tentang

baku tingkat Kebisingan menyebutkan: “ kebisingan adalah bunyi yang

tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertuntu

yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan” Berikut ini definisi kebisingan menurut para ahli:

Menurut Doelle (1993): “suara atau bunyi secara fisis merupakan

penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastis seperti

misalnya udara. Secara fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai

akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke

gendang telinga.”

Menurut Patrick (1977): “kebisingan dapat pula diartikan sebagai

bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.”Menurut

Prabu, Putra (2009) bising adalah suara yang mengganggu

Menurut Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005) bising adalah

bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau

membahayakan kesehatan.

Dari pengertian diatas terlihat bahwa kebisingan terjadi bila ada

bunyi dilingkungan.Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi yaitu

frekuensi dan intensitas.Dalam hal ini, frekuensi merupakan jumlah getaran

yang sampai ditelingasetiap detiknya.Sedangkan intensitas merupakan

besarnya arus energi yang diterima oleh telinga manusia.Sifat dari

kebisingan antara lain (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003):

5

6

a. Kadarnya berbeda

b. Jumlah tingkat bising bertambah,maka gangguan akan

bertambah pula

c. Bising perlu dikendalikan karena sifatnya mengganggu.

Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber

suara yang bergetar.Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan

molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut

bergetar.Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan

energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan

longitudinal.Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau

bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat

menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan.

Jika dilihat di sekitar kita sumber bising sangatlah banyak.Sumber

bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu

pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.Umumnya

sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan,

pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah

tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3

macam, yaitu:

a. Mesin merupakan kebisingan yang berasal dari mesin.

b. Vibrasi, Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang

ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan

gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang

torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.

c. Pergerakan Udara, Gas dan Cairan Kebisingan ini di timbulkan

akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses

kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet

pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain

1. Jenis Kebisingan

Perbedaan frekuensi dan intensitas menyebabkan adanya jenis-jenis

kebisingan yang memiliki karakteristik yang berbeda.

7

Jenis-jenis kebisingan menurut Suma’mur (1994) dapat dibedakan menjadi

5 bagian yaitu:

a. Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi sempit, misalnya

suara mesin gergaji sirkuler

b. Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi luas seperti mesin,

kipas angin.

c. Kebisingan terputus-putus (intermittent) misalnya lalu lintas, suara

pesawat terbang dibandara.

d. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise) misalnya

tembakan meriam, ledakan.     

e. Kebisingan implusif berulang misalnya suara mesin tempa.

Tipe kebisingan lingkungan yang tertuang dalam KMNLH (1996)

TIPE URAIAN

Kebisingan Spesifik Kebisingan di antara jumlah kebisingan

yang dapat dengan jelas dibedakan untuk

alasan-alasan akustik. Seringkali sumber

kebisingan dapat di identifikasikan.

Kebisingan Residual Kebisingan yang tertinggal sesudah

penghapusan seluruh kebisingan spesifik

dari jumlah kebisingan di suatu tempat

tertentu dalam suatu waktu tertentu.

Kebisingan Latar Belakangan Semua kebisingan lainnya ketika

memusatkan perhatian pada suatu

kebisingan tertentu.

2. Pengukuran Kebisingan

Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika

kita berteriak suara kita lebih kuat dari pada berbisik, sehingga teriakan itu

memiliki energi lebih besar untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Unit

8

untuk mengukur intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala desibel

merupakan skala yang bersifat logaritmik.Penambahan tingkat desibel

berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar.Contoh, jika bunyi

bertambah 3 dB, volume suara sebenarnya meningkat 2 kali lipat.

Kebisingan dapat menggangu karena frekuensi dan

volumenya.Sebagai contoh, suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari

suara berfrekuensi rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari

kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring dengan bantuan alat: Noise

Level Meter dan Noise Analyzer, untuk mengidentifikasi

paparanPeralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama

paparan dan untuk menganalisis dampak paparan pada pekerja.

Ada tiga cara atau metode yang digunakan dalam pengukuran

akibat kebisingan dilingkungan kerja.

a. Pengukuran dengan titik sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga

melebihi batas hanya pada satu atau beberapa lokasi

saja.Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk dapat

mengevaluasi kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan

sederhana misalnya kompresor/generator.Jarak pengukuran dari

sumber harus dicantumkan missalnya 3 meter dari jetinggian 1

meter.Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat

ukur yang digunakan.

b. Pengukuran dengan peta kontur

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat

bermanfaat dala mengukur kebisingan, karena peta tersebut

dapat menetukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam

cakupan area.Pengukuran ini dilakukan dengan membuat

gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan

pengukurannya yang dibuat.Biasanya dibuat kode pewarnaan

untuk menggambar keadaan kebisingan dengan intensitas

dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan diatas

9

90dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas

antara 85-90 dBA.

c. Pengukuran dengan gird

Untuk mengukur dengan gird adalah dengan membuat

contoh data kebisingan pada lokasi yang diinginkan. Titik-titik

sampling harus dibuat dengan jarak interfal yang sama

diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi

beberapa kotak yang berukuran dan jarak yang sama,

misalnya: 10 x 10 M. kotak tersebut ditandai dengan batis dan

kolom untuk memudahkan identitas.

Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara

lain sound survey meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow

band analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan sound

level meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak memberikan

informasi.

a. Sound Level Meter (SLM)

SLMadalah instrumen dasar yang digunakan dalam

pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah

sirkuit elektronik termasuk attenuator,3 jaringan perespon

frekuensi, skala indikator dan amplifier. Tiga jaringan tersebut

distandarisasi sesuai standar SLM.Tujuannya adalah untuk

memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran

tingkat kebisingan total.Respon manusia terhadap suara

bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan

intensitasnya.Telinga kurang sensitif terhadap frekuensi lemah

maupun tinggi pada intensitas yang rendah.Pada tingkat

kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon manusia

terhadap berbagai frekuensi.Tiga pembobotan tersebut

berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan respon manusia.

10

b. Octave Band Analyzer (OBA)

Bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri

atas tone yang berbeda-beda, oktaf yang berbeda-beda, maka

nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini

tentu saja tidak representatif.Untuk kondisi pengukuran yang

rumit berdasarkan frekuensi, maka alat yang digunakan adalah

OBA.Pengukuran dapat dilakukan dalam satu oktaf dengan

satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat

digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada

adalah 37,5 – 75, 75-150, 300-600,600-1200, 1200-2400, 2400-

4800, dan 4800-9600 Hz.

3. NAB dan Standar Kebisingan

Nilai batas ambang kebisingan adalah 85 dB yang ditanggap

aman untuk sebagaian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40

jam/minggu. Nilai ambang batas untuk kebisingan ditempat kerja adalah

intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima

tenega kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk

waktu teus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.

Setelah pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis apakah

kebisingan tersebut dapat diterima oleh telinga. Berikut ini standar atau

kriteria kebisingan yang ditetapkan oleh berbagai pihak berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.718/Men/Kes/Per/XI/1987,tentang kebisingan yang berhubungan

dengan kesehatan :

11

Tabel 1. Standar kebisingan yang dianjurkan untuk kesehatan

NO ZONA

Tingkat Kebisingan (dB)

Maksimum

yang

dianjurkan

Minimun yg

dianjurkan

1 A= penelitian,rumah sakit,

tempat perawatankesehatan

45 dB 35 dB

2 B= perumahan, tempat

pendidikan, rekreasi

55 dB 45 dB

3 C= perkantoran, pertokoan,

perdagangan, pasar

60 dB 50 dB

bersambung

sambungan

4 D= industri, pabrik, stasiun

kereta api, terminal bis

70 dB 60 Db

Menurut Surat Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor :

KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat

Kerja, yang dimaksud dengan NAB adalah standar faktor tempat kerja yang

dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam

sehari atau 40 jam seminggu. Batas-batas NAB kebisingan adalah sebagai

berikut :

Tabel 2. Batas NAB dari KEMENAKER

Waktu Pemajanan perhari Intensitas Kebisingan dalam dBA

8 Jam 85

4 Jam 88

2 Jam 91

1 Jam 94

30 Menit 97

15 Menit 100

12

7,5 Menit 103

3,75 Menit 106

Bersambung

Sambungan

1,88 Menit 109

0,94 Menit 112

28,12 Detik 115

14,06 Detik 118

7,03 Detik 121

3,52 Detik 124

1,76 Detik 127

0,88 Detik 130

0,44 Detik 133

0,22 Detik 136

0,11 Detik 139

Catatan : tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBa walaupun sesaat.

Besar NAB = 85 dB untuk pemajanan 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.

Menurut Suma’mur P. K. (1996 : 58) Nilai Ambang Batas (NAB)

kebisingan adalah intensitas kebisingan dimana manusia masih sanggup

menerima tanpa menunjukkan gejala sakit akibat bising, atau seseorang tidak

menunjukkan kelainan pada pemaparan atau pemajanan kebisingan tersebut

dalam waktu 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :

KEP-48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan.

Tabel 3. Baku tingkat kebisingan menurut KEMENLH

Peruntukan Kawasan/

Lingkungan Kegiatan

Tingkat kebisingan

DB (A)

13

Bersambung

Sambungan

a. Peruntukan kawasan

1. Perumahan dan pemukiman

2. Perdagangan dan Jasa

3. Perkantoran dan Perdagangan

4. Ruang Terbuka Hijau

5. Industri

6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum

7. Rekreasi

8. Khusus:

- Bandar udara *)

- Stasiun Kereta Api *)

- Pelabuhan Laut

- Cagar Budaya

55

70

65

50

70

60

70

70

60

4. Pengaruh Kebisingan

Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah

kerusakan kepada indera-indera pendengar.Mula-mula efek kebisingan pada

pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah

pemaparan dihentikan.Tetapi pemaparan secara terus-menerus

mengakibatkan kerusakan menetap kepada indera-indera

14

pendengaran.Dampak kebisingan tergantung kepada besar tingkat

kebisingan.Tingkat kebisingan adalah ukuran energy bunyi yang dinyatakan

dalam satuan desiBell (dB).Pemantauan tingkat kebisingan dapat dilakukan

dengan alat Sound Level Meter.

Selain gangguan kesehatan kerusakan terhadap indera-indera

pendegar, kebisingan juga dapat menyebabkan : gangguan kenyamanan,

kecemasan dan gangguan emosional, stress, denyut jantung bertambah dan

gangguan-gangguan lainnya. Secara umum pengaruh kebisingan terhadapa

masyarakat dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Gangguan fisiologi, dan

Gangguan psikologis Pengaruh bising terhadap masyarakat dapat dibagi

menjadi dua macam yaitu:

a. Ganguan Fisiologis

Ganguan fisiologis yang diakibatkan oleh kebisingan yakni gangguan

yang langsung terjadi pada faal manusia yang diantaranya :

1) Perederan darah terganggu oleh kerena permukaan darah yang dekat

dengan permukaan kulit menyempit akibat bising > 70 dB.

2) Otot-otot menjadi tegang akibat bising > 60 dB

3) Gangguan tidur

4) Gangguan pendengaran, oleh karena bunyi yang terlalu keras dapat

merusak gendang telinga.

Penerunan daya dengar dapat dibagi menjadi 3 kategori meliputi:

1) Trauma Akustik

Trauma akustik adalah efek dari pemaparan yang singkat

terhadap suara yang keras seperti sebuah letusan.Dalam kasus ini

energi yang masuk ke telinga dapat mencapai struktur telinga

dalam dan bila melampaui batas fisiologis dapat menyebabkan

rusaknya membran thympani, putusnya rantai tulang pendengaran

atau rusak organ spirale (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003).

Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian

atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh

pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas

15

yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras,

seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang

telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris

pendengaran (Prabu,Putra, 2009).

2) Temporary Threshold Shift (TTS)/Tuli Sementara

Tuli sementara merupakan efek jangka pendek dari

pemaparan bising berupa kenaikan ambang pendengaran sementara

yang kemudian setelah berakhirnya pemaparan bising, akan

kembali pada kondisi semula. TTS adalah kelelahan fungsi pada

reseptor pendengaran yang disebabkan oleh energi suara dengan

tetap dan tidak melampui batas tertentu.Maka apabila akhir

pemaparan dapat terjadi pemulihan yang sempurna. Akan tetapi

jika kelelahan melampaui batas tertentu dan pemaparan terus

berlangsung setiap hari, maka TTS secara berlahan-lahan akan

berubah menjadi PTS (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003).

TTS diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas

tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang

sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat.

Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya

dengarnya akan pulih kembali (Prabu,Putra, 2009).

3) Permanent Threshold Shift (PTS)/Tuli Permanen

Tuli permanen adalah kenaikan ambang pendengaran yang

bersifat irreversible sehingga tidak mungkin tejadi

pemulihan.Gangguan dapat terjadi pada syaraf-syaraf pendengaran,

alat-alat korti atau dalam otak sendiri.Ini dapat diakibatkan oleh

efek kumulatif paparan terhadap bising yang berulang.

a) Gangguan pencernaan

b) Gangguan system saraf

b. Gangguan Psikologis

Gangguan yang secara tidak langsung terhadap manusia dan sukar

untuk diukur. Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

16

konsentrasi, dan cepat marah.. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama

dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres,

kelelahan dan lain-lain.

Bising juga dapat berpengaruh terhadap produktifitas kerja bagi

masyarakat pekerja. Pengaruh bising terhadap produktivitas kerja yaitu:

1) Kuantitas hasil kerja sama, kualitas berbeda bila dalam

keadaan bising

2) Kerja yang banyak menggunakan pemikiran lebih banyak

terganggu dibanding dengan kerja manual.

Selain sisi negative berupa gangguan fisiologis dan psikologis

bising juga memberikan sisi negatif salah satunya adalah menambah

produktifitas musik.

B. Perundang-undangan

a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :

KEP-48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan.

b. Kepmenaker Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika di Tempat Kerja.

c. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 ayat 1 (g).

”Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar/radiasi,

suara dan getaran”.

d. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 13.

”Barang siapa akan memasuki tempat kerja diwajibkan menaati semua

petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang

diwajibkan”.

e. Permenaker No.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit

Akibat Kerja, pasal 3 ayat 1.

“Bila ada penyakit akibat kerja harus dilaporkan ke Depnaker dalam waktu

2 x 24 jam dan segera dilakukan diagnosa

17

f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

IndonesiaNo.718/Men/Kes/Per/XI/1987,tentang kebisingan yang

berhubungan dengan kesehatan.

BAB III

HASIL

A. GAMBAR ALAT, CARA KERJA, DAN PROSEDUR PENGUKURAN

1. Pengukuran Kebisingan lingkungan dan atau di tempat kerja

a. Gambar Alat

1) Sound Level Meter

Keterangan :

a) Mikrofon

b) Function switch

c) Meter

d) Level indicating

windows

e) Level switch

f) Tombol FILTER-

CAL-INT

g) Sensitivity Adjustment

h) Meterdinamic

characteristic selector

switch

Fungsi bagian-bagian Sound Level Meter adalah :

a) Microfone

Berfungsi untuk menagkap suara dari sumber bising.b) Function Switch

(1) off : untuk mengakhiri pengukuran atau mematikan

18

(2) BATT : untuk mengecek voltase baterai

(3) A : untuk pengukuran

(4) C : untuk kalibrasi

c) Meter

Berfungsi untuk melihat angka hasil intensitas kebisingan yang terukur yang ditunjukkan oleh jarum petunjuk.

d) Level Indication Window

Sebagai skala desibel intensitas kebisingan yang digunakan sesuai intensitas yang terukur.

e) Level Switch

Berfungsi untuk mengatur level indikating window sesuai intensitas yang terukur.

f) FILTER-CAL-INT

(1) CAL : untuk kalibrasi (adaptasi alat)

(2) INT : untuk pengukuran

g) Meter Dynamic Characteristic Selector Switch

(1) SLOW : untuk bising jenis impulsif

(2) FAST : untuk bising jenis kontinyu

h) Sensitivity Adjusment

i) Untuk melakukan perbaikan bila jarum pada meter saat

kalibrasi tidak menunjukkan CAL Mark, maka sentivity

adjustment dapat diputar sampai pointer menunjukkan CAL

Mark.

2) Stopwatch

Keterangan :

1). Tombol start/stop

19

Fungsi : mencatat waktu

b. Cara Kerja Alat

Sound Level Meter

1) Pasang baterai

2) Kalibrasi

a) Kalibrasi alat Soud Level Meter menggunakan Sound

Calibrator

b) Pasang baterai pada Sound Calibrator

c) Sambungkan Sound Calibrator dengan alat SLM

d) Hidupkan alat Sound Level Meter setelah itu hidupkan Sound

Calibrator pada range 94 dB dan 114 dB.

e) Lihat hasil pada layar SLM dan sesuaikan hasilnya dengan

Sound Calibrator (94 dB atau 114 dB)

f) Jika hasilnya belum sesuai maka putarlah lubang “Cal” pada

alat Sound Level Meter sampai hasilnya sesuai

g) Matikan alat

3) Pengukuran

a) Hidupkan alat dengan menekan tombol “on/off”

b) Pilih Frequency Weighting dengan menekan tombol A/C.

Fungsinya adalah mengubah signal yang terukur sesuai cara

serupa seperti mekanisme pendengaran manusia.

(1) Weighting Net Work “A”:

Respon manusia untuk tingkat suara yang rendah (Human response for low levels), untuk pengukuran kebisingan lingkungan, tempat kerja, dll

(2) Weighting Net Work “C”:

20

Respon manusia untuk tingkat suara yang tinggi (Human response for high sound levels), untuk diagnosis kerusakan pada perangkat listrik, elektronik, dan mekanik

c) Pilih FAST atau SLOW dengan menekan tombol F/S

“FAST” (125 ms response) atau “SLOW” (1 second response).

“FAST” digunakan untuk bising yang impulsive, “SLOW”

digunakan untuk bising continue.

d) Tekan tombol “REC” untuk merekam hasil pengukuran. Tekan

tombol REC lagi untuk melihat nilai “MAX” atau nilai

tertinggi saat pengukuran dilakukan. Tekan tombol “REC” lagi

untuk melihat nilai “MIN”atau nilai terendah saat pengukuran

dilakukan. Untuk menghentikan perekaman, tekan tombol

“REC” sampai indicator “REC” dilayar hilang. Catatan: setiap

lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit,

dengan ± 6 kali pengamatan. Hasil pengukuran adalah nilai

tertinggi yang ditunjukkan pada monitor.

e) Catat hasil pengukuran.

f) BA (Background Noise Absorber) Mode

Jika menginginkan hasil yang akurat bisa menggunakan BA Mode. BA Mode bisa menghilangkan Background Noise. Untuk mengoperasikan BA Mode sebagai berikut: (1) Tekan tombol MAXHLD (ikon MAX HOLD akan muncul

di layar)

(2) Tekan tombol BA (F akan muncul pada layar)

(3) Tekan tombol MAXHLD lagi (MAX HOLD akan muncul

kembali di layar)

(4) Di layar akan menunjukkan hasil background noise

(5) Jika angka hasil pengukuran berubah, maka itu adalah hasil

pengukuran dari alat. Tapi jika hasil pengukuran tidak

berubah, berarti hasil kebisingan dari mesin hampir sama

atau lebih rendah dari background noise

c. Prosedur Pengukuran

21

1) Membunyikan sumber bising.

2) Melakukan pengukuran menggunakan Sound Level Meter dengan

mengatur jarak 1 meter dari sumber bising.

3) Arahkan mikrofon pada sumber bising.

4) Tinggi alat pengukur adalah setinggi pusar.

5) Lakukan pengukuran selama 1 menit.

6) Baca angka skala sampai hampir menunjukkan angka yang stabil.

7) Mencatat hasil pengukuran

8) Lakukan langkah pada poin c - g untuk jarak 2 meter, 3 meter, 4

meter, 5 meter, dan 6 meter dari sumber bising.

9) Menghitung intensitas nilai kebisingan dari hasil tersebut.

2. Pengukuran Kebisingan Personal

a. Gambar Alat

1) Noise dosimeter

a) Tombol Set dan Reset

b) Tombol Run

c) Tombol Clock

d) Tombol Mode

e) Tombol Event

b. Cara Kerja Alat

1) Pemakaian Alat

a) Nyalakan alat dengan menekan tombol power.

22

b) Jika telah menyala, tekan tombol MODE untuk memilih jenis

operasi yang dikehendaki.

c) Untuk operasi Sound Level Meter (SLM) maka display tampil

dBA

d) Range SLM : type 2,70 – 140 dB

2) Kalibrasi

a) Set alat pada mode SLM

b) Set respon time pada slow mode

c) Masukkan sensor SLM pada alat kalibrasi

d) Nyalakan kalibrator pada 94 dB, lalu stel crew kalibrasi hingga

penunjukkan di 94 dB

e) Kalibrasi sebaiknya dilakukan saat alat akan dilakukan

3) Data Logging

a) Saat mode SLM, alat ini bisa melakukan perekaman data

b) Tekan tombol RUN untuk mengaktifkan operasi ini. Display

akan tampil icon MEM yang berkedip

c) Untuk menghentikan perekaman data tekan kembali tombol

RUN

d) Pembacaan data dapat dilakukan melalui PC dengan software

yang disertakan

4) Operasi Dosimeter

a) Tekan tombol MODE, lalu pilih %MODE

b) Pilih lokasi penyimpanan data (E1 – E5) dengan tombol

EVENT

c) Pasang alat di ikat pinggang atau saku, letakkan mic di dekat

telinga

d) Tekan tombol RUN dan akan tampil icon JAM pada display

e) Jika akan melakukan jeda pada saat pengukuran tekan tombol

PAUSE dan untuk memulai pengukuran tekan RUN kembali

f) Untuk mengakhiri operasi ini tekan tombol RUN selama 3 detik

23

g) Pembacaan data dapat dilakukan melalui PC dengan software

yang telah disertakan

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan

1. Hasil Pengukuran Sumber Bising Mesin Gergaji

Praktikum iklim kerja dilaksanakan pada:

Hari/tanggal : Rabu, 05 November 2014

Waktu : 08.00 – 11.30 WIB

Kelompok : 6

Tempat : Sentra Industri Meubel Mojosongo

Table 4 .hasil pengukuran sumber bising mesin gergaji

TEMPAT SUMBER JENIS HASIL PENGUKURAN

BISING BISING 1 M 3 M 5 M

UTARA MESIN GERGAJI

KONTINU 86,6 76,0 77,3

SELATAN MESIN GERGAJI

KONTINU 83,8 77,1 75,2

TIMUR MESIN GERGAJI

KONTINU 85,4 85,5 83,2

BARAT MESIN GERGAJI

KONTINU 86,8 92,7(t) 90,7

TIMUR LAUT MESIN GERGAJI

KONTINU 92,5 80,2 77,6

Keterangan :

(t) = terhalang tembok seng

2. Perhitungan

Kebisingan kontinue di Industri Meubel

24

1) Menentukan Rata – Rata Kebisingan Sesaat (Leq)1 M

leq=10 log1n(n1 x10

L1

10+n2 x10L2

10+n3 x10L3

10+n4 x 10L4

10 )

=10 log15

(1 x 1085 , 4

10+1 x 1083 , 8

10+1 x 1086 , 8

10+1 x1086 , 6

10+1 x1095 ,5

10)

¿10 log15

(346736850 ,4+239883291 , 9+478630092 , 3

+457088189 ,6+3548133892 ,3 )

¿10 log15

(5070472316 , 5 )

¿10 log 1014094463 ,3¿90 , 060 dB( A )

2) Menentukan Rata – Rata Kebisingan Sesaat (Leq) 3 M

leq=10 log1n(n1 x10

L1

10+n2 x10L2

10+n3 x10L3

10+n4 x 10L4

10 )

=10 log15

(1 x 1085 ,5

10+1 x1077 ,1

10+1 x 1092 ,7

10+1 x1076

10+1 x1080 ,2

10)

¿10 log15

(354813389 ,2+51286138 , 4+1862087136 , 6

+39810717 , 05+104712854 , 8)

¿10 log15

(2412710236 , 05 )

¿10 log 482542047 ,21¿86 , 83 dB( A )

3) Menentukan Rata – Rata Kebisingan Sesaat (Leq) 5 M

25

leq=10 log1n(n1 x10

L1

10+n2 x10L2

10+n3 x10L3

10+n4 x 10L4

10 )

=10 log15

(1 x 1083 , 2

10+1 x1075 ,2

10+1x 1090 , 7

10+1 x1077 ,3

10+1 x1077 ,6

10)

¿10 log15

(208929613 ,08+1174897554 , 9+33113112 ,1

+53703179 , 6+57543993 ,7 )

¿10 log15

(1528187453 , 38 )

¿91 , 84dB( A )

3. Hasil Pengukuran Sumber Bising Jalan raya

Tabel 5 .hasil pengukuran b(jalan raya)

No Tempat Sumber Bising Jenis BisingHasil pengukuran

2M 4M

1Dekat pos polisi

panggung

Jalan raya Putus-putus

109,4 104,0

2Dekat pos polisi

panggung dari sisi tengah

96,2 -

2Depan SMK

kristen111,9 97,6

3 Dekat hotel ASIA 107,3 110,6

4Area dekat dealer panggung motor

108,3 108,6

1) Menentukan Rata – Rata Kebisingan Sesaat (Leq) 2 M

26

=10 log15

(1 x 10109 , 4

10+1 x1096 ,2

10+1 x 10110 , 6

10+1 x10107 , 3

10+1 x10108 ,3

10 )

¿10 log15

(87096358995 , 6+4168693834 , 7+114815362149 ,7

+53703179637 , 1+67608297539 ,2)

¿10 log15

(327391892156 ,21 )

¿108 , 16 dB( A )2) Menentukan Rata – Rata Kebisingan Sesaat (Leq) 4 M

=10 log14

(1 x 10104

10+1 x10111 , 9

10+1 x1097 , 6

10+1 x10108 ,6

10 )

¿10 log14

(25118864315 ,095+154881661891,24+5754399373 ,37

+72443596007 , 498 )

¿10 log14

(258198521587 , 2 )

¿108 , 9dB( A )

BAB IV

PEMBAHASAN

Penelitian dengan sumber bunyi kontinyu mesin gergaji kayu di industri

mebel Mojosongo. Untuk mengetahui apakah intensitas kebisingan yang terdapat

di dalam suatu lingkungan tertentu melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) atau

tidak, maka kita harus melakukan perhitungan tingkat bising rata-rata yang

terpajan pada pekerja dalam kurun waktu tertentu (jam) atau LEQ. Menurut

Permenakertrans No. 13 Tahun 2011, nilai ambang batas faktor fisika untuk

kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-

rata yang masih dapat diterima tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang

tetap untuk waktu terus menerus, tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu (Depnaker, 2011).

Peraturan Menteri Nomor Per.13/MEN/X/2011/Bentuk Negara RI

No.684 yang menyatakan bahwa Nilai Ambang Batas Kebisingan (NAB) di

tempat kerja adalah sebesar 85 dB sedangkan di hasil pengukuran menunjukkan

bahwa intensitas kebisingannya adalah di atas NAB sehingga hal ini memerlukan

tindakan penanggulangan.

Dosis pajanan bising Leq efektif selama 8 jam masih di bawah NAB

seperti yang disyaratkan pada Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 adalah 85

dBA. Sementara untuk kebisingan dengan intensitas bunyi sebesar 140 dBA tidak

boleh terpapar walaupun hanya sesaat.

Sesuai dengan hasil pengukuran kelompok kami, diketahui pada radius 1

meter dari arah Utara, Selatan, Timur, Barat, dan Timur Laut adalah 86,6 dBA,

83,8 dBA, 85,4 dBA, 86,8 dBA, 92,5 dBA. Pada radius 3 meter dari arah Utara,

Selatan, Timur, Barat, dan Timur Laut adalah 76,0 dBA, 77,1 dBA, 85,5 dBA,

92,7 dBA (t) , 80,2 dBA. Pada radius 5 meter dari arah Utara, Selatan, Timur,

Barat, dan Timur Laut adalah 77,3 dBA, 75,2 dBA, 83,2 dBA, 90,7 dBA, 77,6

dBA. Sehingga berdasarkan hasil pengukuran yang kami lakukan, dapat di

27

28

gambarkan lokasi-lokasi atau zona-zona yang tergolong dalam zona Merah, zona

Kuning, dan zona Hijau.

Dari data di atas diketahui bahwa semakin jauh dengan sumber bising

maka intensitas yang didapat semakin kecil. Dan semakin dekat dengan sumber

bising maka intensitas yang didapat semakin besar. Tetapi apabila didapat hasil

yang sebaliknya, mungkin hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Misalnya saja: suara dari seorang praktikan pada saat mengukur, suara dari

sumber lain seperti mesin amplas kayu yang sedang beroprasi pada jarak berapa

meter, terhalang atau pantulan suara karena dinding, dan serta bisa juga karena

kurang telitinya praktikan dalam membaca jarum pada sound level meter.

Ada di area dimana titik pengambilan yang lebih jauh dari sumber bising

lebih besar intensitasnya dibanding dekat dengan sumber bising. Hal itu

dikarenakan ada sumber lain yang menambah intensitas bising pada jarak 3 m dari

sumber bising, dan terhalang oleh pembatas yang terbuat dari seng. Sehingga

membuat pantulan diarea tersebut, melebihi intensitas bising pada jarak 1m dari

sumber bising.

Untuk area yang termasuk zona merah dan melebihi NAB yang

ditentukan maka diperlukan penanggulanga dengan cara :

1. Mendesain lay out kerja sedemikian mungkin untuk menyerap

sumber bising yang ada agar dapat meredam kebisingan yang

ditimbulkan mesin gergaji kayu.

2. Pengurangan lama waktu kerja. Mengurangi lama pajanan bising

sesuai dengan NAB, dari hasil perhitungan rerata kebisingan sesaat

pada radius 5 m yang samapi 91,84 dB maka lama pajanan perhari

adalah 2 jam kerja perhari.

3. Mengatur shift kerja.

4. Penggunaan APD yang tepat earplug dapat mengurangi kebisingan.

Sumber bising terputus-putus yakni dari sumber bising lalulintas di

perempatan Panggung Surakarta. Dari pengukuran yang telah kami lakukan

29

didapat rerata kebisingan pada jarak 4 m diarea sekitar sumber bising ditemukan

jumlah rerata mencapai 108,9 dB(A). Dengan baku mutu yang telah diltentukan

oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :

KEP-48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan di area pemukiman

dan perkantoran sebesar 70 dB(A). Maka sangat diperlukan pengendalian

kebisingan. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara menambah

pepohonan sekitar pemukiman dan member peredam pada rumah, agar

meminimalkan kebisingan yang ada. Dalam hal ini praktikan belum memastikan

sampai kedalam rumah atau didalam ruang perkantoran seberapa besar intensitas

kebisingan yang terdapat pada ruangan tersebut.

Sedangkan data yang diperoleh dari pengukuran kebisingan secara

personal di halte bus menggunakan Personal Dose Meter menunjukkan bahwa

intensitas kebisingan yang memapar orang tersebut masih dalam katagori aman

dengan intensitas kebisigan sebesar 85,1 dBA. Sehingga tidak memerlukan

tindakan pengendalian ataupun penanggulangan.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan yaitu suara yang tidak disukai

atau tidak diharapkan yang sifat getarannya selalu berubah-ubah dan

dapat mengganggu seseorang.

2. Cara mengendalikan kebisingan yaitu dengan cara eliminasi, substitusi,

engineering control, administrative control, dan pemakaaian alat

pelindung diri (APD).

3. Alat untuk mengukur tingkat kebisingan yaitu dengan menggunakan

sound level meter (SLM).

4. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa intensitas rata-rata

kebisingan maksimal dalam area kerja penggergajian kayu (Leq) = 91,84

dB. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas rata-rata kebisingan melebihi

Nilai Ambang Batas yaitu 85 dB (A) seperti yang tercantum dalam

Kepmenaker No.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB)

Faktor Fisika di Tempat Kerja. Oleh karena itu, perlu pengendalian

terhadap pekerja yang bekerja di zona merah dengan

a. Mendesain lay out kerja sedemikian mungkin untuk menyerap

sumber bising yang ada agar dapat meredam kebisingan yang

ditimbulkan mesin gergaji kayu.

b. Pengurangan lama waktu kerja. Mengurangi lama pajanan bising

sesuai dengan NAB, dari hasil perhitungan rerata kebisingan sesaat

pada radius 5 m yang samapi 91,84 dB maka lama pajanan perhari

adalah 2 jam kerja perhari.

c. Mengatur shift kerja.

d. Penggunaan APD yang tepat earplug dapat mengurangi kebisingan.

30

31

5. Dari data di atas diketahui bahwa semakin jauh dengan sumber bising

maka intensitas yang didapat semakin kecil. Dan semakin dekat dengan

sumber bising maka intensitas yang didapat semakin besar. Tetapi apabila

didapat hasil yang sebaliknya, mungkin hal tersebut dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain. Misalnya saja: suara dari seorang praktikan pada saat

mengukur, suara dari sumber lain seperti mesin amplas kayu yang sedang

beroprasi pada jarak berapa meter, terhalang atau pantulan suara karena

dinding.

6. Dari pengukuran yang telah kami lakukan didapat rerata kebisingan pada

jarak 4 m diarea sekitar sumber bising ditemukan jumlah rerata mencapai

108,9 dB(A). Dengan baku mutu yang telah diltentukan oleh Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996

tentang baku tingkat kebisingan di area pemukiman dan perkantoran

sebesar 70 dB(A). Maka sangat diperlukan pengendalian kebisingan.

Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara menambah

pepohonan sekitar pemukiman dan member peredam pada rumah, agar

meminimalkan kebisingan yang ada. Dalam hal ini praktikan belum

memastikan sampai kedalam rumah atau didalam ruang perkantoran

seberapa besar intensitas kebisingan yang terdapat pada ruangan tersebut.

7. Sedangkan data yang diperoleh dari pengukuran kebisingan secara

personal di halte bus menggunakan Personal Dose Meter menunjukkan

bahwa intensitas kebisingan yang memapar orang tersebut masih dalam

katagori aman dengan intensitas kebisigan sebesar 85,1 dBA. Sehingga

tidak memerlukan tindakan pengendalian ataupun penanggulangan.

8. Alat pelindung diri yang digunakan adalah ear plug, ear muff, masker,

dan sarung tangan.

B. Saran

1. Melindungi pendengaran dari kebisingan dengan melakukan

pengendalian secara teknik seperti memberikan pembatas akuistik untuk

mengabsorbsi, memantulkan kembali suara, mengisolasi mesin,

32

mengganti bahan menggantikan bagian-bagian logam yang menimbulkan

bising tinggi dengan bahan yang sifatnya menyerap suara,seperti : karpet,

fiber glass.

2. Pada saat memasuki tempat bising sebaiknya memakai alat pelindung

diri, seperti : earmuff , earplug, atau gabungan..

3. Dalam melakukan pengukuran diusahakan dapat mengukur dengan tepat.

4. Sebaiknya Intensitas kebisingan di lingkungan kerja disesuaikan dengan

NAB, yaitu jangan melebihi NAB dan juga selisihnya jangan terlalu jauh

dibawah NAB.

5. Sebaiknya lebih cermat dalam menentukan besarnya angka intensitas

kebisingan, karena angka yang ditunjukkan pada Sound Level Meter

selalu berubah-ubah.

6. Sebaiknya peralatan praktikum ditambah, agar kegiatan praktikum lebih

efisien.

7. Sebaiknya dari pihak kampus harus menyediakan ruang khusus untuk

praktikum, agar kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa

ada gangguan dari luar.

DAFTAR PUSTAKA

Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.

Tim penyusun, 2010. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta : Program D.IV Kesehatan Kerja.

Suma’mur, 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Masagung.

Tim Penyusun.2009. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta: Program D.IV Kesehatan Kerja FK UNS.