landasan teori - binus librarylibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab2 skripsi-4...membuat...
TRANSCRIPT
15
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang penting bagi perusahaan untuk
menyalurkan produk yang akan dikenalkan kepada masyarakat atau konsumen dalam
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan yang telah terjadi.
Sementara itu, perusahaan juga harus melakukan inovasi dalam hal produk yang
akan dipasarkan atau dikenalkan kepada masyarakat karena seiring perkembangan
zaman yang dimana banyak juga pesaing yang tentunya dapat memasarkan produk
yang sejenis. Pengertian pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana
individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan,menawar, dan bertukaran sesuatu yang bernilai satu sama lain
(Daryanto, 2011).
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah
suatu kegiatan penyampaian suatu barang atau produk yang akan dikenalkan kepada
konsumen atau masyarkat, yang dimana kegiatan tersebut dapat memenuhi
kebutuhan dan kepuasan konsumen.
2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih,
mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,
menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang umum (Kotler &
Keller, Manajemen Pemasaran Edisi 14, 2011).Manajemen pemasaran merupakan
sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga
dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan
pasar dan sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional (Tjiptono, Fandy, &
Chandra, Service Quality Satisfaction, 2011).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah suatu ilmu
untuk bagaimana memperkenalkan produk yang akan dikenalkan kepada konsumen
dipasar yang tujuan utama nya adalah memuaskan keinginan pasar dan sasaran dan
mempertahankannya.
16
2.1.2 Konsep Inti Pemasaran
Konsep inti dari pemasaran terbagi menjadi 8 hal yaitu:
a. Need, Wants, and Demands
Kebutuhan dasar manusia yaitu udara, makanan, air, baju, dan tempat tinggal.
Manusia memiliki kebutuhan yang sangat kuat untuk berwisata, pendidikan, dan
hiburan. Kebutuhan ini berubah menjadi keinginan ketika kebutuhan itu dapat
memuaskan manusia. Permintaan adalah keinginan akan suatu produk tertentu yang
diimbangi dengan kemampuan untuk membeli Perusahaan harus memastikan bahwa
tidak hanya berapa banyak orang yang mau membeli barang mereka tetapi juga
seberapa besar keinginan untuk memilikinya dan seberapa banyak yang mampu
membelinya.
b. Target markets, Positioning, and Segmentation Marketer
Dalam memasarkan produk, pemasar harus mulai membagi pasar ke dalam
beberapa segmen, atau yang biasa kita kenal sebagai segementasi pasar. Dalam
segmentasi pasar pemasar harus mengidentifikasi dan mengelompokkan para
pembeli yang menginginka atau mambutuhkan beberapa barang maupun jasa tertentu
dengan cara memperhatikan demografis, psikografis, dan perbedaanperilaku diantara
pembeli.Setelah mengidentifikasikan segmen pasar, pemasar dapat memutuskan
yang mana yang akan menjadi target marketnya.
c. Offerings and Brands
Perusahaan mengarahkankebutuhancustomer secara langsung berdasarkan value
proposition, yaknibeberapa keuntungan yang akan memuaskan customernya.
d. Value and Satisfaction
Konsep sentral dari marketing, utamanya adalah kombinasi dari kualitas
pelayanan dan harga. Kepuasan adalah cerminan dari penilaian customer akan
bagaimana performance sebuah produk dapat memenuhi ekspektasinya.
e. Marketing Channels
Untuk mencapai target marketnya, pemasar dapat menggunakan tiga macam
saluran marketing yaitu:
17
Saluran komunikasi
Digunakan untuk memberikan dan menerima pesan dari pembeli sasaran.
Contoh: Koran, majalah, radio, tv, telepon, poster, flyer, email dan blog.
Saluran distribusi
Digunakan untuk menampilkan, menjual, atau menyampaikan barang atau
jasa ke customer atau user.
Contoh: Distributor, agen, pengecer, grosir.
Saluran pelayanan
Digunakan untuk melakukan transaksi dengan pembeli. Saluran pelayanan
mencakup pergudangan, perusahaan angkutan, bank, danperusahaan asuransi
yang memudahkan transaksi dengan pembeli
f. Supply Chain
Rantai pasok adalah saluran panjang yang menyalurkanbahan mentah ke
komponen barang jadi yang nanti nya setelah jadi akan dibawa ke pembeli. Dalam
rantai pasok masing- masing perusahaan hanya mendapatkan sebagian kecil
persentase dari seluruh nilai total yang dihasilkan dalam sistem rantai pasok tersebut.
Rantai pasokan menggambarkan sebuah sistem penyerahan nilai.
g. Competition
Kompetisi adalah semua pesaing dan calon pesaing yang menawarkan suatu
produk sejenis maupun penggantinya yang dapat menjadi pilihan bagi pembeli.
h. Marketing Environment
Lingkungan pemasaran yang berisi task environment dan broad environment.
Task environment berisi orang-orang yang bertanggung jawab dalam produksi,
distirbusi, dan promosi dari penawaran. Mereka adalah perusahaan, supplier,
distributor, dealer dan target customer. Broad environment teridiri dari 6 komponen
yaitu lingkungan demografis, 9 lingkungan ekonomi, lingkungan sosial budaya,
lingkungan alami, lingkungan teknologi dan lingkungan hukum politik.
18
2.1.3 Bauran Pemasaran
Dalam dunia pemasar, bauran pemasaran merupakan tahap yang penting yang
harus dilakukan oleh perusahaan agar implementasi strategi pemasaran dapat
berjalan dengan baik. Bauran Pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran
yang digunakan perusahaan terus menerus sehingga dapat mencapai tujuan
pemasarannya ke target pasar (Kotler & Keller, Manajemen Pemasaran Edisi 14,
2011). Bauran pemasaran adalah suatu strategi penjualan atau promosi serta
penentuan harga yang bersifat unik serta dirancang untuk menghasilkan pertukaran
yang saling menguntungkan untuk pasar yang dituju. Bauran pemasaran merupakan
kombinasi dari variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari pemasaran yang
terdiri dari 4P strategi 4P yaitu: Produk, Harga, Promosi, dan Tempat. Bauran
pemasaran yang dipilih harus disesuaikan dengan karakteristik pasar dan sasarannya.
2.1.3.1 Komponen Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran dalam perusahaan dapat dibagi menjadi 4 komponen yaitu:
i. Product
Produk merupakan suatu barang yang ditawarkan ke pasar untuk diperjual
belikan, agar consumer dapat memiliki, memakai, mengkonsumsi sebuah produk
sehingga dapat menciptakan nilai kepuasan atas kebutuhan atau keinginan. Produk
yang ditawarkan tidak hanya berupa barang tetapi dapat berupa jasa.
j. Price
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan konsumen untuk
memperoleh produk ataupun jasa, harga merupakan faktor utama penentu posisi dan
harus diputuskan sesuai dengan pasar sasaran, bauran ragam produk, dan pelayanan,
serta persaingan.
k. Promotion
Promosi merupakan suatu kegiatan untuk memberitahukan atau menawarkan
produk maupun jasa kepada konsumen dengan tujuan menarik calon konsumen
untuk membeli atau mengkonsumsi produk maupun jasa yang ditawarkan.
l. Place
19
Tempat atau saluran distribusi adalah keseluruhan kegiatan atau fungsi untuk
memindahkan produk disertai dengan hak pemiliknya dari produsen ke konsumen
akhir.
Sumber: (Kotler & Armstrong, 2012)
Gambar 2.1 Bauran Pemasaran(Marketing Mix)
2.2 Service Management
Service management adalah produk tidak berwujud yang membawa manfaat atau
nilai bagi pelanggan. Manajemen jasa merupakan disiplin manajerial yang berfokus
pada pelanggan dan layanan. Manajemen jasa tidaklah hanya memberikan pelayanan
yang baik kepada konsumen di saat transaksi, tetapi lebih pada pendekatan relasional
atau pun kedekatan dengan emosi. Karena pada intinya semua orang berpotensi
menjadi konsumen kita. Jadi tidak selamanya keberhasilan manajemen jasa terukur
dari laba yang diperoleh, tapi lebih dari itu. Pendekatan relasional jauh lebih unggul
ketimbang pendekatan transaksional. Pendekatan traksaksional sebatas pada
pemenuhan kebutuhan dan transaksi saja. Sedangkan relasional lebih menyangkut
pemenuhan kepuasan dan kesenangan pelanggan.
2.2.1 Pengertian Service Quality
Service Quality adalah sebuah sikap atau keputusan yang bersifat global dan
menyeluruh, yang berhubungan dengan penilaian superioritas atau inferioritas suatu
jasa (Parasuraman, Berry, & Zaithaml, 1988). Perusahaan yang dapat
mengoptimalkan aspek Service Qualitymempunyai peluang dalam meningkatkan
performa finansial dengan cara menarik dan mempertahankan konsumen dalam pasar
yang semakin kompetitif.
20
Manfaat dari kualitas pelayanan yang dikelola secara baik dapat membantu
perusahaan untuk membedakannya dari para pesaing, meningkatkan volume
penjualan dan penguasaan pangsa pasar, mempererat hubungan dengan konsumen,
meningkatkan citra perusahaaan yang nantinya akan berdampak pada kepuasan dan
retensi konsumen maupun karyawan perusahaan.
Tiga komponen utama kualitas total suatu jasa atau pelayanan menurut Gronroos
dalam (Tjiptono, Fandy, & Chandra, Service Quality Satisfaction, 2011), yaitu;
m. Technical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
(keluaran) jasa yang diterima pelanggan atau konsumen.
n. Search Quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli,
misalnya harga.
o. Experience Quality, yaitu kualitas yang hanya dievaluasi pelanggan setelah
membeli atau mengkonsumsi jasa. Contohnya ketepatan waktu, kecepatan
pelayanan dan kerapian hasil.
p. Credence Quality, yaitu kualitas yang sukar di evaluasi pelanggan meskipun telah
mengevaluasi suatu jasa.
q. Fungsional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian suatu jasa.
Suatu perusahaan memerlukan pelayanan yang unggul (Service Excellence)
sehubungan dengan peranan contact personnel yang sangat penting dalam
menentukan kualitas jasa. Service Excellence atau pelayanan yang unggul adalah
suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani konsumensecara memuskan
(Tjiptono, Fandy, & Chandra, Service Quality Satisfaction, 2011). Secara garis besar
ada 4 (empat) unsur pokok dalam konsep ini, yaitu;
Kecepatan
Ketepatan
Keramahan
Kenyamanan
Keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan pelayanan yang utuh,
artinya jika salah satu dari keempat unsur tersebut tidak lengkap maka tidak ada
kualitas pelayanan dan menjadi tidak unggul. Agar tercapai suatu kualitas pelayanan
21
yang unggul, setiap karyawan harus memiliki keterampilan yang baik, sopan,
bersikap ramah, dan selalu siap melayani, tenang dalam bekerja, mampu
berkomunikasi dengan baik, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan, dan
memiliki kemampuan mengenai keluhan pelanggan secara profesional. Dengan
demikian baik tidaknya suatu jasa atau pelayanan tergantung dari kualitas total dari
suatu jasa yang diberikan.
2.2.2 Manfaat Kualitas Pelayanan
Keberhasilan suatu perusahaan dalam membangun bisnisnya, tidak luput dari
peran pelayanan yang baik dan memuaskan pelanggannya. Kualitas pelayanan akan
memberi manfaat yang cukup besar bagi perusahaan sebagai berikut (Simamora,
2003):
Pelayanan yang istimewa (nilai pelayanan yang benar-benar dialami
konsumen melebihi harapannya) atau sangat memuaskan merupakan suatu
basis untuk penetapan harga premium. Perusahaan yang mampu memberikan
kepuasan tinggi bagi pelanggannya dapat menetapkan suatu harga yang
signifikan.
Pelayanan istimewa membuka peluang untuk diversifikasi produk dan harga.
Misalnya pelayanan dibedakan menurut kecepatan pelayanan yang diminta
oleh pelanggan yaitu tarif lebih mahal dibebankan untuk pelayanan yang
membutuhkan penyelesaian yang cepat.
Menciptakan loyalitas pelanggan. Pelanggan yang loyal tidak hanya potensial
untuk penjualan yang sudah hada tetapi juga untuk produk-produk baru dari
perusahaan.
Pelanggan yang terpuaskan merupakan sumber informasi positif bagi
perusahaan dan produk-produk kepada pihak luar, bahkan mereka dapat
menjadi pembela bagi perusahaan khususnya dalam menangkal isu-isu
negatif.
Pelanggan merupakan sumber informasi bagi perusahaan dalam hal intelijen
pemasaran dan pengembangan pelayanan atau produk perusahaan pada
umumnya.
22
2.2.3 Dimensi Service Quality
Service Quality dapat di bagi menjadi 5 dimensi yaitu (Makanyeza & Mumiriki, Are
all customers really the same? Comparing service quality and satsfacton between
residental and business telecommunicatons customers, 2016):
Tangibility (tangible)
Dimensi ini mengacu pada segala sesuatu yang bersifat tangible (dapat
dirasakan) dan mempengaruhi kualitas layanan kepada konsumen.
Reliability (Handal)
Dimensi ini merujuk pada kemampuan perusahaan untuk memberikan
layanan yang akurat kepada konsumennya. Pada tahap ini, produk dan
layanan yang diberikan oleh perusahaan dapat diakses oleh konsumen kapan
saja, dan dimana saja.
Responsiveness
Dimensi ini merujuk pada bentuk tindakan perusahaan dalam merespons
konsumen secara tepat waktu. Pada tahap ini, perusahaan harus dapat
memberikan respon terhadap keluhan dari konsumen, menjawab pertanyaan
yang dimiliki konsumen, membantu konsumen keluar dari permasalahanya.
Respon yang tanggap dari perusahaan merupakan tolak ukur kualitas
pelayanannya.
Assurance
Dimensi ini merujuk pada kemampuan perusahaan untuk menumbuhkan
kepercayaan di mata konsumen nya dan Perusahaan harus dapat memberikan
suatu alasan bahwa konsumen telah tepat memilih perusahaan tersebut
sebagai partner yang tepat.
Empathy
Dimensi ini merujuk pada perhatian perusahaan kepada konsumennya. Salah
satu bentuknya adalah memahami apa yang menjadi kegelisahan dan
kecemasankonsumen, selalu berada di sisi konsumen dalam menjalankan
usahanya, dan lain sebagainya.
23
2.3 Perilaku konsumen (Consumer behavior)
Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang pada dasarnya bertujuan
untuk memahami "Mengapa konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan".
Perilaku Konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu
membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang
usaha, dan energi). konsumen juga memiliki keragaman yang menarik karena dari
berbagai usia, latar belakang budaya, pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi. oleh
karena itu, mempelajari bagaimana konsumen berprilaku dan faktor-faktor apa saja
yang mendukung dalam mempengaruhi perilaku tersebut.
Definisiperilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan
organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide atau
pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka (Kotler & Keller,
Manajemen Pemasaran Edisi 14, 2011).
2.3.1 Faktor-Faktor utama penentu keputusan pembelian konsumen
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi konsumen untuk mengambil keputusan
yaitu faktor psikologis, faktor situasional, dan faktor sosial
Faktor Psikologis
Mencakup persepsi, motivasi, pembelajaran, sikap, dan kepribadian. Sikap
yang mempengaruhi kepercayaan termasuk didalam kepribadian bedasarkan
opini, minat, dan prakarsa. Konsumen akan mendapatkan pengalaman baik
dari diri sendiri maupun dari orang lain. Pengalaman pribadi didapatkan
setelah membeli dan mengonsumsi sebuah produk, maka konsumen akan
menilai terhadap produk tersebut baik puas maupun tidak puas. Jika puas,
maka konsumen akan melakukan pembelian ulang dilain waktu. Sebaliknya,
jika kosnumen tidak puas, maka konsumen tidak akan memutuskan untuk
melakukan pembelian dilain waktu.
Faktor situasional
Mencakup keadaan sarana dan prasarana tempat belanja, waktu belanja,
penggunaan produk, dan kondisi saat pembelian. Keadaan sarana biasanya
berpengaruh dari tempat parkir, gedung bangunan, eksterior dan interior toko,
pencahayaan dan sebagainya. kondisi seorang konsumen juga menentukan
24
keputusan saat melakukan pembelian baik dengan suasana hati senang,sedih,
kecewa, atau dengan kondisi jasmani yang sehat.
Faktor sosial
Mencakup undang-undang, peraturan, keluarga, kelompok referensi, kelas
sosial, dan budaya. dalam undang-undang konsumen akan memutuskan untuk
membeli suatu produk jika produk tersebut sudah memiliki surat ijin dari
pemerintahan untuk dikonsumsi oleh konsumen. nilai yang mencakup dalam
penilaian undang-undang yaitu daerah, regional, nasional, internasional, lulus
uji coba dari pemerintahan dan sebagainya. nilai yang dipengaruhi oleh
keluarga, kelompok referensi,sosial budaya juga dapat mempengaruhi
keputusan membeli sebuah produk.
2.3.2 Klasifikasi konsumen
Konsumen dapat dibagi menjadi dua, yaitu konsumen individu dan konsumen
organisasi
Konsumen Individu
Konsumen yang membeli produk (barang atau jasa) baik untuk dikonsumsi
sendiri, untuk keluarga, teman-teman yang dibeli dengan keperluan sendiri
atau hanya untuk pribadi sendiri tidak ada sangkut paut dengan pekerjaan
Konsumen Organisasi
Konsumen secara lembaga atau instansi yang membeli produk (barang atau
jasa) untuk diperjual belikan atau untuk kepentingan instansi atau lembaga
yang bersangkut paut untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
2.3.3 Membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dengan
konsumen
Membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dengan konsumen
merupakan kunci sukses bagi sebuah perusahaan. Ada empat nilai yang harus
diperhatikan untuk menjaga hubungan dengan konsumen, yaitu nilai konsumen,
kepuasan konsumen, kepercayaan konsumen, loyalitas pelanggan.
25
Nilai konsumen merupakan perbandingan antara manfaat atau nilai lebih yang
dipersepsikan dengan semua sumber daya yang digunakan untuk mendapatkan
manfaat dari produk yang dibeli yang bersifat relatif dan subjektif yang sangat
penting dan fokus yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Kepuasan konsumen
akan tercapai dengan presepsi fundamental terhadap kinerja produk dengan kinerja
produk yang diharapkan.
Kepercayaan konsumen yang didapatkan dengan menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan konsumen untuk menjaga hubungan yang baik dengan
konsumen dalam waktu jangka panjang.Loyalitas konsumen jika perusahaan sudah
menciptakan dan mempertahankan kepercayaan konsumen maka konsumen akan
memberikan nilai kembali dengan memberikan loyalitas seorang konsumen terhadap
perushaaan dengan cara akan kembali lagi membeli produk yang dijual oleh
perusahaan dan secara tidak langsung konsumen akan mengiklankan produk yang
dijual oleh perusahaan dengan nilai yang positif kepada orang lain.
2.4 Customer Value
Customer Value yaitu merupakan segala sesuatu yang diinginkan konsumen
dalam produk atau jasa dengan memaksimalkan kualitas yang diterima konsumen
dari biaya yang dikeluarkan. Customer Value juga merupakan sesuatu yang sangat
berperan dalam pembentukan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, konsep
penciptaan dan penambahan nilai memerlukan perhatian penuh dari sebuah ketika
mereka ingin menarik dan mempertahankan pelanggan. Terdapat perbedaan
pandangan di sisi penilaian pelanggan terhadap seluruh keuntungan dan seluruh
kerugian dari suatu penawaran dan pilihan alternatif (Kotler & Keller, Manajemen
Pemasaran Edisi 14, 2011). Selisihantara nilai pelanggan total (total Customer Value)
dan biaya pelanggan total (total customer cost). Nilai pelanggan total (total Customer
Value) adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau
jasa tersebut.
Biaya pelanggan total (total Customer Value) adalah sekumpulan biayayang
diharapkan oleh konsumen yang dikeluarkan oleh konsumen untuk mengevaluasi
mendapatkan, menggunakan dan membuang produk dan jasa. Customer Value
sebagai rasio antara manfaat yang didapat oleh konsumen baik secaraekonomi,
fungsional maupun psikologis terhadap sumber-sumber (uang,waktu,tenaga, maupun
26
psikologis) yang digunakan untuk memperoleh manfaat-manfaat tersebut, yaitu
manfaat produk berhubungan dengan keandalan, daya tahan, kinerja, dan nilai jual
kembali dari produk atau jasa yang ditawarkan (Schiffman, 2014).
Terdapat tujuh elemen yang bersam-sama membentuk infrastruktur dalam
penyampaian Customer Value yaitu, Environmental, Sensory, Interpersonal,
Procedural, Deliverable, Informationa, dan Financial.
1. Enviromental, the physical setting in which the customer experiences the products.
Elemen ini merupakan lingkungan fisik dimana konsumen alami atau rasakan
berhubungan dengan produk tersebut.
2. Sensory, the direct sensory experience, ifany, that the customer encounters.
Elemenini meliputi apayang terlihat, terdengar, rasa, sensasi fisik, sakit, atau tidak
menyenangkan, reaksi emosi, ciri-ciri estetik dari item barang dagangan, dan
perasaan yangberkaitan dengan psikologis dari lingkungan konsumen.
3. Interpersonal, the interaction the customer has with employees or, in some cases,
with other customers, as part of the loyal experience. Elemeninter Personal adalah
interaksi yang terjadi antara konsumen dengan staf atau konsumen lain, dimana hal
ini merupakan bagian dari keseluruhan pengalaman. Meliputi rasa bersahabat,
keramahan, membantu, penampilan fisik, dan kompetensi staf dalam bertugas.
4. Procedural, the procedures you ask the customer to go throughin doing business
with you. Elemen ini adalah prosedur yang diterapkan oleh badan usaha untuk
melayani saatberhubungan dengan konsumen.
5. Deliverable, anything the customer physically takes custody of during the service
experience, even if only temporarily. Hal ini berarti segala sesuatu yang dialami
konsumen pada saat mendapatkan pelayanan, bahkan pada hal-halyangbersifat
temporarily atau mendukung, seperti kecepatan pengiriman produk dan layanan
delivery yang diberikan.
6. Informational, aspects of the customer experience that involve getting the
information needed to function as a customer. Hal ini dapat berupa segala sesuatu
informasi yang dibutuhkan oleh konsumen sampai dengan hal yang sederhana seperti
27
suatu benda atau fasilitas yang membuat konsumen mengetahui harus kemana, dan
lain-lain.
7. Financial, what customer pays for the total experience. In most cases it’s obvious:
it’sprice. In others, it may be less obvious. Elemen ini berkaitan dengan segala
sesuatu yang dibayar atau dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan
pengalaman atau produk tersebut.
2.4.1 Dimensi Costumer Value
Dimensi Customer Value dapat di bagi menjadi 5 yaitu (Tjiptono, Fandy, &
Chandra, Service Quality Satisfaction, 2011):
Price/Value of Money
Nilai yang diperoleh dari persepsi terhadap kinerja yang diharapkan dari
suatu produk atau jasa.
Social Value
Kemampuan produk dalam meningkatkan diri kepada konsumen.
Emotional Value
Tanggapan emosional pelanggan yang muncul dari akibat penggunaan suatu
produk
Quality/Performance Value
Nilai kualitas atau performa yang ditunjukkan suatu merek atau perusahaan
2.5 Customer Satisfaction
Kata ‘kepuasan atau satisfaction’ berasal dari bahasa latin “Satis” (artinyacukup
baik, memadai) dan “Factio” (artinya melakukan atau membuat). Secarasederhana
kepuasan dapat diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatuatau membuat sesuatu
memadai.
Kepuasan pelanggan merupakan tingkatperasaan seseorang setelah
membandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya (Kotler & Armstrong,
2012). Seorang pelanggan akan mengalami berbagai tingkat kepuasan bila kinerja
28
produkdan produk yang dihasilkan sesuai dengan harapannya, dan akan merasa tidak
puasbila barang yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapannya.
Hal ini merupakan penilaian mengenai bentuk dari produk dan layanan, atau
mengenai produk atau layanan itu sendiri, dalam menyediakan tingkat kepuasan dari
konsumsi yang terpenuhi. Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang
yang dihasilkan dari perbandingan kinerja atau hasil yang dirasakan oleh pelanggan
dengan harapan dari pelanggan.
Membangun kepuasan pelanggan merupakan inti dari pencapaian profitabilitas
jangka panjang. Kepuasan adalah merupakan perbedaan antara harapandan unjuk
kerja (yang senyatanya diterima). Konsumen akan melakukan proses evaluasi
terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Inilah yang disebut sebagai proses
evaluasi alternatif tahap kedua. Hasil dari evaluasi pasca konsumsi tersebut adalah
konsumen puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa yang dikonsumsinya. Jika
pelanggan merasa puas maka mereka akan kembali membeli dan mengkonsumsi
ulang produk atau jasa tersebut. Sebaliknya perasaan tidak puas akan menyebabkan
konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali produk atau jasa tersebut.
2.5.1 Konsep Customer Satisfaction
Dalam konsep kepuasan pelanggan terdapat dua elemen yang mempengaruhi,
yaitu harapan dan kinerja. Kinerja adalah persepsi konsumen terhadap apa
yangditerima setelah mengkonsumsi produk atau jasa. Harapan adalah perkiraan
konsumen tentang apa yang akan diterima apabila ia mengkonsumsi produk (barang
atau jasa) kepuasan pelanggan dapat digambarkan seperti yang ditunjukkan
padagambar sebagai berikut:
1. Service Quality<Expectation
Bila ini terjadi, dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan
perusahaanburuk. Selain tidak memuaskan juga tidak sesuai dengan harapan
pelanggan. Jika Service Quality yang diberikan perusahaan lebih kecil dari
ekspektasipelanggan, maka akan mengakibatkan ketidakpuasan terhadap pelanggan.
2. Service Quality = Expectation
29
Bila ini terjadi dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan tidak ada
keistimewaan. Jika nilai kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan sama dengan
harapan pelanggan, maka muncul kepuasan yang biasa diinginkan pelanggan.
3. Service Quality>Expectation
Bila ini terjadi dapat dikatakan bahwa pelanggan merasakan pelayanan
yangdiberikan oleh perusahaan tidak hanya sesuai dengan kebutuhan, namun
sekaligus memuaskan dan menyenangkan. Jika kualitas pelayanan lebih besardari
harapan yang diinginkan pelanggan, maka akan membuat kepuasan pelanggan sangat
luar biasa. Pelayanan ketiga ini disebut pelayanan prima (excellent service) yang
selalu diharapkan oleh pelanggan.
2.5.2 Dimensi Customer Satisfaction
Menurut hasil Survey Questions terdapat 5 dimensi yang banyak digunakan
dalam mengukur kepuasan pelanggan, yaitu (Paul Hague, 2004):
Product
Kualitas produk maupun jasa yang di tawarkan kepada pelanggan
Delivery
Ketepatan dalam mengirimkan produk maupun jasa kepada pelanggan
Staff and Service
Ketepatan dalam memberikan layanan kepada pelanggan.
The Company
Reputasi dari perusahaan
Price
Harga yang diberikan kepada pelanggan.
Loyalitas Konsumen
2.5.3 Pengertian loyalitas konsumen (Consumer Loyalty)
Loyalitas konsumen merupakan keputusan yang ditentukan oleh pembeli
terhadap perusahaan atas bedasarkan sifat positif dimana pembeli akan memberikan
30
umpan balik terhadap perusahaan dengan membeli produk yang dijual oleh
perusahaan tanpa melihat pesaing perusahaan, maka dari itu loyalitas pelanggan
kepuasan yang murni dan terus-menerus merupakan salah satu aset terbesar yang
diperoleh perusahaan. loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara
mendalam untuk berlanggan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau
jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi
dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan
perilaku (Schiffman, 2014).
Definisi loyalitas pelanggan dalam konteks pemasaran jasa sebagai repons yang
terkait erat dengan ikrar atau janji untuk memegang teguh komitmen yang mendasari
kontinuitas relasi, dan biasanya tercermin dalam pembelian berkelanjutan dari
penyedia jasa yang sama atas dasar dedikasi dan kendala pragmatis (Parasuraman,
Berry, & Zaithaml, 1988).
2.5.4 Karakteristik loyalitas konsumen
Konsumen yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan. Hal ini dapat
dilihat dari karakteristik yang dimiliki konsumen. Konsumen yang loyal memiliki
karakteristik sebagai berikut:
Melakukan pembelian secara teratur (makes regular repeat purchases)
Melakukan pembelian di semua lini produk atau jasa (purchases across
product and service lines)
Merekomendasikan produk lain (refers other)
Menunjukkan kekenalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing
(demonstrates on immunity of the fulll competition)
2.5.5 Dimensi Customer Loyalty
Dimensi Customer Loyalty dapat dibagi menjadi 4 yaitu (Alma, 2005):
Pembelian ulang.
Penolakan pesaing.
Tidak terpengaruh terhadap daya tarik barang lain.
Frekuensi rekomendasi kepada orang lain.
31
2.5.6 Mempertahankan loyalitas pelanggan
Terciptanya kepuasan dan loyalitas pelanggan merupakan aset penting dalam
menjalankan sebuah usaha yang menajdi kunci utama untuk kesuksessan sebuah
perusahaan. Beberapa cara yang dapat dilakukan agar perusahaan bisa menahan
pelangan beraliih ke pesaing:
Meriset pelanggan
Tujuan riset yang mengatur merupakan untuk memahami keinginan
pelanggan
Membangun hambatan
Agar pelanggan tidak berpindah dengan cara hambatan fisik (menyediakan
layanan fisik yang dapat memberikan nilai tambahan kepada pelanggan),
hubungan psikologis (menciptakan persepsi dalam pikiran pelanggan supaya
konsumen bergantung pada produk atau jasa perusahaan), hambatan
ekonomis (memberikan insentif bagi pelanggan yang menguntungkan secara
ekonomis, dengan memberikan potongan harga)
Melatih dan memodifikasi staf untuk loyal
Memberikan latihan kepada karyawan atau staff untuk membangun loyalitas
pelanggan
Pemasaran loyalitas dengan program-program yang memberikan nilai tambah
pada perusahaan dan produk atau jasa dimata konsumen yang meliputi pemasaran
hubungan (relatonship marketing) yang bertujuan untuk membangun hubungan baik
dengan para pelanggan, pemasaran frekuensi (frequency marketing) pemasaran yang
bertujuan untuk membangun komunikasi dengan pelanggan , pemasaran keanggotaan
(membership marketing) pengorganisasian pelanggan ke dalam kelompok
keanggotaan yang dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian ulang
dan meningkatkan loyalitas
2.6 Switching Cost
Biaya yang dikeluarkan oleh pembeli ketika berpindah dari satu pemasok produk
ke lainnya, selain biaya monoter yang terukur secara objektif, switching cost juga
berkaitan dengan usaha psikologis dari pelanggan dalam menghadapi ketidakpastian
32
untuk menentukan penyedia layanan baru. Switching cost dapat mempengaruhi
pelanggan untuk beralih ke produk maupun jasa perusahaan lain. (Jackson, 1985)
menggambarkan switching cost sebagai hasil nilai ekonomi, psikologis dan fisik,
Semakin tinggi biaya ini, maka akan semakin sulit untuk menjalankan switch.
Perceived switching cost telah ditemukan menjadi faktor penting yang
mempengaruhi proses perpindahan konsumen, niat dan perilaku
Switching cost secara prosedural berasal dari proses pembelian pelanggan,
pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusannya. Pada proses pembelianberisi
tahap-tahap berikut:
(1). Perlu pengakuan
(2). Pencarian informasi
(3). Evaluasi alternative
(4). Keputusan pembelian
(5). Perilaku pasca pembelian.
Biaya psikologis dianggap sebagai biaya yang berasal dari ikatan sosial
(misalnya hubungan karyawan dengan pelanggan, dan yang lainnya) yang muncul
selama suatu produk jasa sudah tidak digunakan. Pelanggan merasakan resiko tinggi
mengenai merek yang belum pernah digunakan. Terutama di bidang jasa, dimana
pelanggan lebih memilih penyedia layanan baru, resiko ada karena kualitas layanan
tidak dapat dievaluasi sebelum membeli (Neeru Sharma, 2000)
Pelanggan mungkin menghadapi masalah prosedural termasuk switching cost,
finansial switching cost, dan relasional switching cost atau biaya psikologis menjadi
salah satu fokusnya. Dalam peralihan suplier dapat menyebabkan set-up costs dan
termination costs. Set-up costs termasuk biaya untuk mencari pergantian pemasok
yang dapat menyediakan kinerja yang sama atau lebih baik dibandingkan dengan
pemasok sebelumnya. Sementara termination costs mencakup hubungan istimewa
tertentu dari investasi yang dilakukan oleh pelanggan yang tidak mempunyai nilai di
luar hubungannya.
Switching cost adalah penjumlahan dari biaya ekonomis, psikologis dan fisik.
Biaya ekonomis atau financial swicthing cost adalah sunk cost yang kelihatan ketika
pelanggan mengubah mereknya. (Aydin, 2005) Switching cost berawal dari proses
33
pengambilan keputusan membeli dari pelanggan dan implementasi dari
keputusannya tersebut. Dimana Proses pembelian berisi tahap sebagai berikut:
Need Recognittion
Information Search
Evaluation of Alternatives
Purchase Desicision
Post Purchase Behaviour
Sebagai contoh, jika pelanggan berharap mengganti supplier mereka, maka
mereka harus melakukan evaluasi terhadap alternatif pilihan penggantinya yang
berkaitan dengan pelayanan pengiriman, penagihan, harga dan sebagainya, kemudian
melengkapi prosedur pembelian dan akhirnya memberikan informasi data ke supplier
baru. jika pelanggan berpindah perbandingan akan terjadi antara merek yang baru
dan lama, karena kinerja tidak selalu sama dengan apa yang mereka tawarkan.
2.6.1 Dimensi Switching Cost
Dimensi Switching Cost antara lain (Burnham, Frels, & Mahajan, 2013):
a. Economic Risk
Biaya atas resiko ketidakpastian dari efek negatif yang timbul ketika
menerima layanan penyedia layanan yang baru dimana konsumen memiliki
informasi yang terbatas.
b. Evaluation costs
Biaya atas usaha atau waktu yang harus dikeluarkan dalam pencarian
informasi dan proses analisis yang diperlukan untuk memutuskan pindah penyedia
layanan.
c. Learning costs
Biaya yang mengarah kepada usaha dan waktu untuk mempelajari skill dan
knowledge baru yang diperlukan, agar dapat menggunakan produk atau jasa yang
baru tersebut secara efektif
d. Set-up costs
34
Biaya atas usaha dan waktu yang dibutuhkan dalam mengawali hubungan
dengan service provider atau produk yang baru sebagai penggunaan pertama.
e. Benefit loss costs
Biaya yang berkenan dengan ikatan kontraktual yang menciptakan nilai lebih
untuk tetap bertahan dengan penyedia layanan
f. Monetary loss costs
Biaya yang keluar sekaligus yang muncul dalam proses perpindahan penyedia
layanan dibandingkan dengan mereka yang melakukan pembelian yang baru
g. Personal relationship loss costs
Perasaan kehilangan berkaitan dengan pemutusan hubungan dengan orang
yang biasanya berinteraksi dengan konsumen.
h. Brand relationship loss costs
Perasaan kehilangan berkaitan dengan pemutusan hubungan atas identifikasi
yang selama ini telah terbentuk dengan merek atau perusahaan dimana pelanggan
bergabung.
2.7 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis menggunakan referensi pada penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya. Penelitian terdahulu penulis gunakan untuk mengkaji
penelitian yang saat ini coba di susun oleh penulis. Dari penelitian terdahulu penulis
tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.
Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut ini terkait dengan
penelitian yang dilakukan penulis.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Makanyeza & Mumiriki,
Are all customers really
the same? Comparing
Are all customers really
the same? Comparing
Dalam penelitian ini
Charles Maknyeza &
Darlington Mumiriki
35
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
service quality and
satsfacton between
residental and business
telecommunicatons
customers, 2016)
service
Qualityandsatisfaction
between residental and
business
telecommunicatons
customers.
mencoba untuk
membuktikan bahwa
Service Quality
berpengaruh terhadap
Customer Satisfaction.
Penelitian ini juga
bertujuan untuk
mengetahui perbedaan
dari costumer B2B dan
B2C dalam menilai
Customer Satisfaction.
Hasil dari penelitian ini
adalah Service Quality
dapat mempengaruhi
Customer Satisfaction
secara positif berdasarkan
penelitian yang dilakukan.
Kemudian dari penelitian
ini diketahui bahwa tidak
ada perbedaan antara B2C
dan B2B dalam menilai
bahwa Service Quality
mempengaruhi Customer
Satisfaction.
(Hung-Che Wu, 2014) The effects of customer
satisfaction, perceived
value, corporate image and
service quality on
behavioral intentions in
gaming establishments
Dalam penelitian ini,
peneliti mencoba
membuktikan bahwa
Perceived Value memiliki
hubungan erat dan
mempengaruhi Customer
Satisfaction. Kesimpulan
36
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
dari penelitian ini
menunjukan bahwa
adanya hubungan yang
dapat membuktikan
bahwa Perceived Value
mempengaruhi Customer
Satisfaction.
(Huang, Lee, & Chen,
2017)
The influence of Service
Quality on customer
satisfaction and loyalty in
B2B technology service
industry
Dalam penelitian yang
dilakukan ini didapatkan
hasil bahwa 5 faktor
dalam Service Quality:
reliability, responsiveness,
assurance, empathy, dan
tangibles terbukti positif
mempengaruhi customer
Satisfaction dan Customer
Loyalty.
(Matzler, Strobl, Thurner,
& Füller, 2015)
Switching experience,
customer satisfaction, and
switching costs in the ICT
industry
Pada penelitian ini para
peneliti berpendapat
bahwa Perceived
Switching Cost
mempengaruhi Customer
Satisfaction. Namun
dimensi yang
mempengaruhi Customer
Satisfaction hanya dua
dari tiga dimensi yang ada
pada Perceived Switching
Cost. Adapun dimensi
yang dimaksud adalah
financial dan relational
37
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
switching cost
mempengaruhi Customer
Satisfaction dan Customer
Loyalty.
(Zakaria, Jusoh, Johar, &
Mohd Ghazali, 2016)
Predictors of Customer
Loyalty in Business to
Business Trading
Pada penelitian ini para
peneliti berpendapat
bahwa faktor yang
berpengaruh besar untuk
mempengaruhi loyalitas
konsumen adalah
kepuasan konsumen.
(Aima Roslan, Wahab, &
Abdullah, 2014)
Service Quality: A Case
Study of Logistics Sector
in IskandarMalaysia Using
SERVQUAL Model.
Pada penelitian ini
didapatkan hasil bahwa
kepuasan pelanggan dan
dimensi dari kualitas
pelayanan terbukti saling
berkaitan erat.
Sumber: Hasil Olahan Penelitian (2018)
2.8 Kerangka Pemikiran
Untuk mepermudah penulis dalam menyusun penulisan, penulis membuat sebuah
kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran ini bertujuan untuk menjelaskan secara
garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Adapun kerangkat penelitian
yang penulis buat dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
38
Sumber: Hasil Olahan Penelitian (2018)
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran.
2.9 Hipotesa
2. Hipotesa 1
Ho: Tidak ada pengaruh signifikan Customer value terhadap customer satisfaction
yang diterapkan pada PT. Wirajaya Mega Santosa
Ha: Ada pengaruh signifikan customer Value terhadap Customer Satisfaction pada
PT. Wirajaya Mega Santosa
3. Hipotesa 2
Ho: Tidak ada pengaruh signifikan Perceived Switching Cost terhadap Customer
Satisfaction pada PT. Wirajaya Mega Santosa
Ha: Ada pengaruh signifikan Perceived Switching Cost terhadap Customer
Satisfaction pada PT. Wirajaya Mega Santosa
4. Hipotesa 3
Ho: Tidak ada pengaruh signifikan Service Quality terhadap Customer Satisfaction
pada PT. Wirajaya Mega Santosa
Ha: Ada pengaruh signifikan Service Quality terhadap Customer Satisfaction pada
PT. Wirajaya Mega Santosa
5. Hipotesa 4
Customer
Value (X1)
Perceived
Switching Cost
(X2)
Customer
Satisfaction
(Y)
Costumer
Loyalty
(Z)
Service Quality
(X3)
39
Ho: Tidak ada pengaruh signifikan Customer Satisfaction terhadap Customer
Loyalty pada PT. Wirajaya Mega Santosa
Ha: Adanya pengaruh signifikan Customer Satisfaction terhadap Customer Loyalty
pada PT. Wirajaya Mega Santosa
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Bab ini dibuat untuk memberikan landasan yang valid terhadap proses penelitian
sehingga hasil penelitian dan data yang didapat dapat dipertangungjawabkan
kebenarannya dari segi metodologi dan prosedur pengujian. Secara keseluruhan bab
ini berisi tentang ruang lingkup penelitian, metode pengambilan sampel dan teknik
pengumpulan data, definisi operasional, pengukuran variabel, serta metodeanalisis
data.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kausal.
Metode kausal merupakan hubungan yang bersifat sebab akibat, sehingga terdapat
variabel independen (sebagai variabel yang mempengaruhi) dan terdapat pula
variabel dependen (sebagai variabel yang dipengaruhi) (Sugiyono, 2010).