lampiran tata kelola inisiasi menyusu dini dan asi eksklusif

208
Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA TATA KELOLA INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF 2014

Upload: ngoduong

Post on 08-Dec-2016

240 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Tata Kelola Inisiasi M

enyusu Dini dan A

SI E

ksklusifKINERJA-USAIDGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]

Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

TATA KELOLA INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF

2014

Page 2: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Page 3: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

1www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

KATA PENGANTARPanduan Pendampingan ini ditujukan kepada para pihak yang tertarik lebih dalam bagaimana USAID-

KINERJA mengimplementasikan dukungannya dalam peningkatan pelayanan publik di bidang kesehatan

(Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif) dengan menguatkan tiga pilar governance yaitu

pemerintah daerah, pemberi layanan (puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota), dan penerima

layanan (masyarakat) yang tersebar di 24 kabupaten/kota dari 5 provinsi di Indonesia. Hasil pendampingan di

Papua akan disampaikan dalam seri lain.

Panduan ini memberikan tatacara, materi, strategi, target group dari pembelajaran pengalaman USAID-

KINERJA mulai dari awal masuk kesuatu daerah sampai membuahkan kemitraan yang kuat antara penerima

layanan, pemberi layanan, dan Multi-Stakeholder Forum (MSF) sebagai wadah untuk melakukan fasilitasi,

mediasi, advokasi dan monitoring Layanan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas yang mengarah

kepada peningkatan pelayanan publikdengan mengacu pada pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM)

melalui Organisasi Mitra Pelaksana (OMP).

Tulisan ini memberikan inspirasi para pembaca tentang bagaimana USAID-KINERJA dengan memperhatikan

keadilan gender dalam setiap tahap pendekatan dan aktivitasnya menghasilkan gerakan masyarakat lokal

dengan semangat relawan dan diperkaya oleh berbagai inovasi dan insentif telah mampu memberikan model

Janji Perbaikan Layanan Kesehatan dalam Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.

Tulisan ini final berkat kesabaran para personil KINERJA di Jakarta, daerah, serta LPSS, OMP, MSF dan hasil

kerja keras mereka semua. USAID-KINERJA dan penulis mengucapkan penghargaan yang tak ternilai kepada

seluruh pihak tersebut. Karenanya diharapkan pendekatan governance yang unik dari USAID-KINERJA yang

tertuang dalam Seri Pembelajaran ini akan memperkaya Penguatan Layanan Publik di Indonesia kedepan.

Jakarta, 25 Maret 2014

Elke Rapp Chief of Party USAID-KINERJA

Dirjen BINKESMAS

Kementerian Kesehatan RI

Page 4: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

2 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

KATA PENGANTAR 1DAFTAR ISI 2RINGKASAN EKSEKUTIF 3Tujuan and keberhasilan USAID-KINERJA 3

Bab I Pendekatan KINERJA 7Pendekatan Umum Program KINERJA 7Inisiatip di Sektor Kesehatan 8Prinsip dalam Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 9

Bab 2 Pengalaman KINERJA dalam Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 12Situasi yang Dihadapi di Daerah 12Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif 14Proses Kerja 17Proses Perubahan dan Manfaat 19

Bab 3 Mengatasi Tantangan dan Mencapai Sukses 21Tantangan 21Cerita Sukses 22Replikasi dan Scaling up 25

Bab 4 Rekomendasi untuk Replikasi 26Rekomendasi untuk Pemerintah 26Rekomendasi untuk Organisasi Mitra Pelaksana 28Rekomendasi untuk Lembaga Diklat 29

Daftar Lampiran 32

DAFTAR ISI

Page 5: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

3www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Tujuan dan Keberhasilan USAID-KINERJA

a) Secara umum

Program KINERJA bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam penyediaan

layanan publik di Indonesia. Bekerja di 24 kabupaten/kota dari lima ratusan daerah di Indonesia, oleh

karena itu program inidapat menjadi pembelajaran “praktik baik” untuk diadopsi dan diadaptasi di daerah

lain di Indonesia. Dokumen ini ditujukan kepada para pengambil keputusan tingkat nasional dan daerah

yang berkepentingan memperkuat aspek governance di lembaga atau daerahnya masing-masing. Buku

ini bagian dari “Seri Pembelajaran KINERJA” dalam penerapan tata kelola Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

dan ASI Eksklusif dengan penerapan prinsip, model penerapan governance dalam sektor kesehatan

khususnya kesehatan ibu dan anak, serta rekomendasi kepada para pihak.

b) Di Sektor Kesehatan dalam Inisasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Program KINERJA dirancang dengan mandat untuk membantu peningkatan layanan publik dinas

kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas pada daerah mitra melalui penguatan tiga pilar governance

yaitu pemerintah daerah, pemberi layanan, dan penerima layanan. Pendekatan governance ini menjadi

paradigma baru bagi tata kelola layanan publik, dari peran “penyedia jasa layanan” dan satu-satunya

aktor dalam upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan; bergeser menjadi lembaga pendorong yang

memfasilitasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam proses perencanaan prioritas, alokasi sumberdaya,

dan monitoring untuk perbaikan kualitas layanan untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM).

Pendekatan KINERJA membangun kepedulian bersama antara pemerintah daerah, layanan kesehatan,

lintas sektor, akademisi, media lokal, dan Forum Multi Pihak/Multi Stakeholder Forum (MSF) yang mewakili

unsur-unsur masyarakat.

KINERJA bekerja dengan prinsip berikut: (1) sejalan dengan RPJMN, RPJMD dan Renstra Sektor

Daerah; (2) Tidak mengembangkan inovasi baru, menggunakan dan mengadopsi pola yang sudah teruji

oleh Pemerintah Pusat, Kabupaten/Kota, Universitas, Mitra Pembangunan/donor lainnya; (3) Program

dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas dan penyebarluasan di daerah/unit layanan mitra; (4) Untuk

Page 6: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

4 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

keberlanjutan program, pelaksanaan dukungan dilakukan melalui pihak Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)

dengan mengutamakan kapasitas lokal; dan (5) Memperkaya program pelayanan publik dengan konsep

tata kelola yang baik dengan penerapan aspek transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dengan promosi

inovasi dan model insentif.

2. Hasil Capaian KINERJA

Keberhasilan KINERJA pada tingkat pemberi layanan sampai tahun 2014 telah dilakukan pendampingan

di 5 provinsi, 19 dinas kesehatan kabupaten/kota dengan 75 puskesmas mitra. 19 kabupaten/kota sudah

mempunyai Peraturan Bupati/Walikota dan/atau Peraturan Daerah tentang Inisiasi Menyusu Dini dan

ASI Eksklusif yang dibuat mengikuti aspek governance. 11 daerah sudah membiayai kegiatan forum para

pemangku kepentingan (Multi-Stakeholder Forum, MSF) dengan 55 MSF tingkat kecamatan. Ada juga

3 Dinas Kesehatan, dan 5 Puskesmas telah menolak bekerjasama dengan susu formula bayi karena

mendukung IMD dan ASI Eksklusif, sehingga angka cakupan IMD dan ASI Eksklusif meningkat nyata.

61 puskesmas telah memasang SOP Alur Layanan sehingga terlihat oleh pengguna layanan, dan telah

membuat dan menempel di dinding puskesmas Janji Perbaikan Layanan sebagai respon terhadap Survei

Pengaduan Pengguna Layanan. 33 puskesmas telah melakukan Kemitraan Bidan dan Dukun model

KINERJA yang sesuai kaidah governance, dan 45 puskesmas melakukan revitalisasi Kantong Persalinan.

Rata-rata daerah mitra telah menambah jumlah konselor IMD dan ASI Eksklusif dan jumlah kelas ibu

hamil, dan telah membuat ruang ASI atau pojok laktasi di fasilitas umum yang sesuai standar dan SOP

nasional. Terbangunnya kemitraan dengan lintas sektor seperti dinas pendidikan dan kantor urusan agama

sangat mempercepat gerakan perubahan perilaku masyarakat.

Pada sisi demand, MSF termasuk media lokal sudah berperan aktif sebagai pengawas, motivator, dan

advokator dalam melakukan perubahan dan perbaikan layanan kesehatan pada tingkat dinas kesehatan

dan puskesmas. MSF telah melakukan pengelolaan manajemen pengaduan, dan terlibat dalam

perencanaan, penentuan prioritas, dan monitoring Jaminan Persalinan Aman (JAMPERSAL), Biaya

Operasional Kesehatan (BOK), serta sumber pendanaan lain yang tersedia di puskesmas. MSF melakukan

pengawasan terhadap implementasi SOP, janji perbaikan layanan dan lainnya. MSF menggerakkan

masyarakat basis secara berkelompok dan individu untuk menjadi promotor dan motivator IMD dan ASI

Eksklusif dengan inovasi sumberdaya dan bahasa lokal sehingga mempercepat perubahan perilaku yang

berkelanjutan. Partisipasi publik, transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan jelas menjadi roh kegiatan

KINERJA.

Page 7: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

5www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

3. Keberlanjutan Program

Inisiatif yang sudah dilakukan oleh KINERJA di daerah dan puskesmas mitra perlu keberlanjutan dan

perbaikan yang berkesinambungan dengan dukungan penuh pemerintah daerah. Perubahan melalui

pendekatan governance KINERJA yang telah dicapai saat ini dengan melakukan replikasi atas dukungan

dana APBD di minimal 5 daerah dan 38 puskesmas adalah awal dari penguatan tiga pilar governance yang

dapat dijadikan sebagai stimulan dan menjadi tempat pembelajaran bagi puskesmas lain baik yang berada

di wilayah mitra maupun di luar daerah mitra.

4. Lingkup Dokumen ini

Dokumen ini terdiri atas 4 bab dengan ringkasan eksekutif memuat tentang tujuan dan keberhasilan

KINERJA selama 2 tahun pendampingan. Bab 1 menampilkan pendekatan umum proyek, bentuk dukungan

inisiatif di sektor kesehatan, dan prinsip KINERJA dalam tata kelola IMD dan ASI Eksklusif. Bab 2 menje las-

kan pengalaman KINERJA dalam mendukung tata kelola IMD dan ASI Eksklusif, tahapan dalam memulai

inisiatif di daerah, pengaturan pekerjaan, sampai pada proses kerja dan perubahan yang dihasilkan. Bab

3 berisikan tantangan yang dihadapi serta strategi untuk mencapai sukses. Bab 4 memuat rekomendasi

kepada berbagai pihak untuk replikasi dan scaling up baik dalam daerah mitra maupun di luar daerah.

5. Rekomendasi

a) Kepada Pimpinan Daerah

Pendekatan governance KINERJA dengan memperkuat supply dan demand side terbukti meningkatkan

perbaikan layanan publik dalam waktu 1-2 tahun pendampingan. Pendekatan ini dapat direplikasi dan

scaling up ke dalam program dan layanan publik lainnya di dinas kesehatan secara bertahap sesuai

ketersediaan anggaran daerah. Pendekatan ini juga dapat di scaling up di semua layanan publik lainnya

dengan memperjelas peran unit layanan, MSF, dan OMP, sedangkan fungsi LPSS dapat juga digantikan

oleh manajemen tingkat 3 atau 4 dari sektor teknis bila pendanaan daerah terbatas.

Seri pembelajaran ini membutuhkan hal-hal mendasar yaitu (1) komitmen yang tinggi dari Bupati/

Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatan/sektor teknis, (2) waktu pendampingan untuk pembentukan dan

pendampingan MSF sebaiknya 2-3 tahun, (3) untuk meningkatkan dinamika tatakelola pelayanan publik

dibutuhkan inovasi dan insentif yang kreatif bagi pemberi dan penerima layanan, (4) dengan koordinasi

dan monitoring kuat antara Dinas Kesehatan dengan penyedia layanan kesehatan swasta, (5) mendorong

peran sektor pemerintah dan swasta dalam menyediakan fasilitas Pojok ASI beserta konselornya di

Page 8: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

6 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

tempat kerja dan fasilitas umum, dan (6) mendorong peran media lokal untuk konsisten menjadi relawan

pengawas independen dalam kampanye IMD dan ASI Eksklusif.

b) Kepada Calon Organisasi Mitra Pelaksana

Kepada OMP yang melakukan advokasi terhadap layanan publik yang berpihak kepada masyarakat

marginal dan rentan, perubahan pelayanan publik dengan penguatan kebijakan lokal, pemberi layanan,

dan penerima layanan terbukti cost effective, dan mampu mempercepat dan memperkaya gerakan multi

unsur dalam komunitas.

Mengadopsi dan mengadaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA

sebagai pendekatan program dibidang lain (replikasi dan scaling up) menjadi pilihan yang terbukti

“membuat perubahan positif” dalam waktu 1 – 2 tahun pendampingan. Kunci keberhasilan dari 2 tahun

pendampingan tersebut terjadi karena (1) dilakukannya penguatan personil OMP dengan pendekatan

governance KINERJA diawal dan berkesinambungan selama proses pendampingan, yang dapat diperkuat

oleh pihak universitas, lembaga diklat, dan Local Champion/STTA; (2) memilih gerakan masyarakat yang

sudah mengakar dan aktif di masyarakat.

c) Kepada Lembaga Diklat

Lembaga yang melakukan pelatihan (Diklat) serta universitas direkomendasikan untuk memasukkan

pendekatan governance KINERJA ke dalam kurikulum Diklat dan atau materi pelatihan dengan perspektif

gender yang kuat. Mengadopsi dan mengadaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan

KINERJA ke dalam bahan ajar Diklat yang sudah ada sebagai inovasi Diklat. Meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan petugas kesehatan yang sesuai standard dan SOP nasional menjadi kebutuhan yang

bersifat segera dan menyeluruh.

Page 9: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

7www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis kepada 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia, yaitu

Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Papua. Program USAID-KINERJA difokuskan

pada pengembangan tata kelola pemerintahan khususnya di aspek pelayanan publik pada bidang kesehatan,

pendidikan, dan pengembangan iklim usaha yang kondusif. KINERJA menawarkan tiga paket tersebut kepada

pemerintah daerah (pemda) kabupaten/kota dengan pendekatan yang komprehensif untuk menguatkan

kapasitas dari sisi penyedia layanan maupun pengguna layanan.

Harapan KINERJA, pengalaman pemerintah daerah dalam reformasi komprehensif dalam satu-dua layanan

publik akan menjadi contoh yang baik agar pemda dapat melakukan sendiri reformasi komprehensif dalam

layanan publik lain.

KINERJA mendorong perbaikan layanan publik dari dua sisi, yaitu dari sisi pemberi layanan (supply side) dan

sisi pengguna layanan (demand side). Dengan adanya intervensi di kedua sisi tersebut, diharapkan upaya

untuk mencapai good governance menjadi lebih cepat, berkelanjutan dan dapat direplikasi.

Penguatan pada sisi pemberi layanan dilakukan melalui pembangunan kapasitas internal terkait dengan

kebijakan, manajemen program, dan pemberi layanan. Penguatan pada sisi pengguna layanan dilakukan

dengan membangun kesadaran masyarakat tentang haknya dan memberdayakan mereka agar turut

berpartisipasi aktif dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pemberi layanan mulai dari perumusan

kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan/program.

KINERJA bekerjasama dengan organisasi yang mempunyai pengalaman, keahlian dan ketrampilan

melaksanakan bantuan teknis di kabupaten/kota, yang disebut Organisasi Mitra Pelaksana (OMP). KINERJA

mengembangkan sistem dan menyusun program dan OMP mengembangkan strategi dengan menterjemahkan

program KINERJA sesuai kondisi lokal seperti bahan yang dipresentasikan di sini. Para fasilitator OMP dilatih

sebelum bekerjasama dengan pemda dan dinas kesehatan agar mempunyai kemampuan yang memadai

dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA. Di masa mendatang OMP-KINERJA dan OMP

yang baru diharapkan akan menjadi mitra pemerintah daerah setelah program KINERJA berakhir dan mampu

memberikan bantuan teknis kepada daerah sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan replikasi.

BAB 1 PENDEKATAN KINERJA

Pendekatan Umum Program KINERJA

Page 10: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

8 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

Seri Pembelajaran ini bersama modul-modul pelatihan dan bahan lain yang dilampirkan dapat dipakai oleh

pemda langsung, dan/atau OMP untuk mengadopsi dan mengadaptasi program KINERJA menjadi lebih

berdaya guna.

Demikian juga bagi stakeholder yang lain, keberadaan modul ini akan memberi gambaran yang jelas tentang

berbagai tahapan program/kegiatan yang membutuhkan keterlibatan dan dukungan para pihak sehingga dapat

berperan aktif membantu unit pemberi layanan baik sebagai mediator, advokator, maupun motivator.

Inisiatif di Sektor Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, USAID-KINERJA mendukung Kesehatan Ibu dan Anak sebagai prioritas utama

kesehatan nasional jangka panjang dan jangka menengah melalui dua program yaitu (1) Persalinan Aman,

dan (2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Kinerja melakukan penguatan terhadap Manajemen

Puskesmas melalui perencanaan kegiatan dengan sumber-sumber pendanaan yang tersedia seperti BOK

pada tingkat puskesmas dengan keterlibatan aktif Multi Stakeholder Forum (MSF), sehingga menjadi

perencanaan layanan kesehatan dasar yang partisipatif, akuntabel, responsif, dan transparan. Inovasi ini

menjadi dasar bagi terselenggaranya program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang efektif dan

efisien sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

MSF bidang kesehatan yang beranggotakan unsur-unsur jurnalis warga, media lokal, dinas kesehatan

kabupaten/kota, puskesmas, lintas sektor, DPRD, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat, dengan

keberpihakan kuat terhadap suara perempuan dan kaum muda pada tingkat kabupaten dan kecamatan/

puskesmas telah menjadi penyeimbang supply dan demand side dengan berperan aktif sebagai mediator,

advokator, dan motivator. Pengembangan alat dan penerapan Survei Pengaduan dari Pengguna Layanan

pada tingkat layanan dasar (puskesmas), yang ditindaklanjuti dalam bentuk Janji Perbaikan Layanan oleh

Puskesmas, dan disepakatinya Manajemen Penanganan Keluhan oleh MSF bersama puskesmas dan dinas

kesehatan mampu menjadi penghubung yang dinamis antara sisi supply dan demand yang mengarah pada

perbaikan kinerja layanan kesehatan yang berkelanjutan, dan sistematis akan meningkatkan pencapaian SPM.

Inovasi KINERJA dalam pengelolaan Persalinan Aman melalui inovasi kantong persalinan dan kemitraan bidan

dan dukun yang bersifat partisipatif, akuntabel, responsif, dan inovatif. Bidan puskesmas mampu membuat dan

menggunakan kantung persalinan sebagai wujud akuntabilitas dan tanggap/siaga dalam menangani Ante-

Natal Care (ANC), dan persiapan kegawatdaruratan persalinan. Inovasi mendasar Kemitraan Bidan dan Dukun

model KINERJA melalui MoU yang didasarkan atas kesetaraan, kejelasan peran dan tugas antara bidan

dan dukun, serta insentif yang layak bagi dukun. Kedua inovasi ini di beberapa daerah mitra KINERJA telah

Page 11: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

9www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

berkontribusi nyata meningkatkan jumlah persalinan oleh di petugas kesehatan; kesiapsiagaan persalinan oleh

bidan; dan pemanfaatan data untuk monitoring serta pemecahan masalah.

KINERJA bersama OMP dan dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan penguatan sisi supply dengan

menginisiasi pelatihan pendampingan dan konseling IMD dan ASI Eksklusif bagi petugas kesehatan tingkat

puskesmas yang sesuai standar dan SOP Kementerian Kesehatan dan WHO. Pada sisi demand, menginisiasi

dan menambah jumlah kelas ibu hamil, kelas bapak, dan pojok laktasi. Program KINERJA menginisiasi

strategi promosi Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang partisipatif, dan membangun kesadaran kritis

masyarakat, dan inovatif dari tingkat kabupaten/kota sampai tingkat masyarakat.

KINERJA mendukung MSF membuat Peraturan Bupati/Walikota untuk mendukung tatakelola Persalinan

Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang mengatur tentang budaya institusi/layanan kesehatan yang ramah

terhadap program tersebut, larangan penyediaan susu formula di semua layanan kesehatan, peran

masyarakat, pemerintah dan swasta, serta tim monitoring pelaksanaan peraturan bupati/walikota. Berbagai

model kampanye Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif dengan pengayaan muatan lokal daerah mitra

bermunculan dari MSF, masyarakat, dan petugas kesehatan. Dukungan ini menghasilkan local champion,

model insentif pada tingkat supply dan demand, serta strategi promosi yang bernuansa kekayaan lokal akan

menjadi salah satu bentuk keberlanjutan program.

Prinsip dalam Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

1. Secara umum

Dalam upaya peningkatan pelayanan publik sektor kesehatan khususnya Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusif, KINERJA mengacu kepada prinsip-prinsip yang mencerminkan layanan publik yang baik yaitu:

• Tidak mengembangkan inovasi baru, tapi menggunakan dan mengadopsi pola yang sudah teruji oleh

Pemerintah Pusat/Kabupaten/Kota, Universitas, Mitra Pembangunan/donor sebagai, dll.

• Program dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas dan penyebarluasan di daerah/unit pelayanan mitra

(replikasi).

• Dalam rangka mendorong keberlanjutan program, maka dilaksanakan melalui pihak ketiga, disebut

Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) dengan mengutamakan sumberdaya/kapasitas lokal.

Page 12: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

10 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

• Memperkaya pelayanan publik dengan menerapkan aspek governance seperti partisipatif publik,

transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan, dengan inovasi insentif dan sanksi.

• KINERJA mendukung program yang sejalan dengan Rencana Pembanguan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Sektor

Daerah, serta mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM).

2. Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Dalam Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif, KINERJA menjalankan prinsip di atas dengan memperkuat

tiga pilar governance yang ditemukan lemah dan mempunyai daya lenting meningkatkan program yaitu:

• Membangun komitmen pemerintah daerah dengan memfasilitasi tersedianya kebijakan lokal sebagai

payung hukum daerah dan penyediaan anggaran bersumber APBD.

• Menguatkan supply side dengan membangun budaya organisasi, menyelenggarakan layanan yang sesuai

standar dan SOP nasional. Keberadaan SOP teknis dan SOP alur layanan kesehatan menjadi indikator

terlaksananya layanan yang berkualitas. SOP disusun dan diterapkan untuk menjamin supply side

memberikan layanan sesuai standar baku, sebagai jaminan bagi masyarakat agar memperoleh pelayanan

yang berkualitas dan berdampak pada meningkatnya kepuasan pasien.

• Menguatkan demand side melalui peningkatan pengetahuan dan partisipasi masyarakat dengan

membentuk atau merevitalisasi forum masyarakat sehat yang sudah mati suri menjadi MSF.

Dikembangkannya model Manajemen Penanganan Keluhan (Complaint Handling Mechanism) yang

diawali dengan dilaksanakannya Survei Pengaduan Masyarakat, kemudian menjadi Janji Perbaikan

Layanan (service charter) yang ditandatangani oleh kepala puskesmas. Proses ini menjadi bentuk

komitmen, transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan (Puskesmas) kepada penerima layanan

(masyarakat).

Dalam advocacy, KINERJA menggunakan MSF sebagai wadah terbangunnya kemitraan dengan lintas sektor

(pemerintah dan swasta), kelompok masyarakat, dan media lokal untuk mempunyai kepedulian bersama

terhadap isu-isu yang muncul dari hasil Survei Pengaduan, serta melakukan monitoring/pengawasan terhadap

implementasi kebijakan lokal dan Janji Perbaikan Layanan.

MSF juga melakukan advokasi agar pemerintah daerah menganggarkan dan menyediakan petugas kesehatan

yang terampil sesuai SOP nasional dalam melakukan promosi dan konseling tentang pentingnya IMD dan

ASI Eksklusif mulai dari pemeriksaan kehamilan (K1 – K4) sampai masa persalinan baik di fasilitas kesehatan

maupun di rumah.

Page 13: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

11www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

OMP bersama MSF juga melakukan promosi IMD dan ASI Eksklusif untuk membangun pemahaman dan

kesadaran kritis masyarakat, sehingga mereka mau dan berani untuk meminta pelayanan dan penyuluhan IMD

dan ASI Eksklusif serta menolak berbagai bentuk promosi susu formula kepada petugas kesehatan (bidan)

saat persalinan. Munculnya peran aktif kelompok akar rumput, dan meningkatkan perspektif gender melalui

kelompok Bapak serta Remaja Peduli ASI Eksklusif.

Untuk meningkatkan cakupan IMD dan ASI Eksklusif untuk mencapai SPM, KINERJA telah mendukung

pembuatan Peraturan Bupati/Walikota tentang IMD dan ASI Eksklusif, menginisiasi tersedianya ruang laktasi di

fasilitas kesehatan, tempat kerja, dan fasilitas umum sesuai SOP, dan meningkatkan kemitraan dengan lintas

sektor, kelompok masyarakat berdasarkan kesetaraan gender, dan media lokal untuk secara kreatif, inovatif,

dan simultan mengkampanyekan pentingnya IMD dan ASI Eksklusif kepada semua pihak.

Keunikan prinsip KINERJA tersebut layak menjadi “hikmah pembelajaran” yang cost effective (hemat biaya dan

bermanfaat) karena berkontribusi nyata meningkatkan cakupan IMD dan ASI Eksklusif di banyak puskesmas

dampingan KINERJA, serta untuk dapat direplikasikan di wilayah lain di Indonesia dengan dukungan berbagai

alat dan bahan dalam modul ini.

Page 14: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

12 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

Situasi yang Dihadapi di Daerah

Meskipun kebijakan pemerintah nasional (melalui dukungan APBN) dan daerah (melalui APBD), serta

dukungan lembaga internasional, telah menjadikan program ASI Eksklusif sebagai program prioritas sejak

beberapa tahun yang lalu, baru 33,6% bayi di Indonesia yang beruntung mendapat ASI Eksklusif (Susenas,

2010). Bahkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan tren ini menurun.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberi layanan (fasilitas kesehatan) justru melemahkan upaya

peningkatan ASI Eksklusif. Hasil Rapid Assessment 20101 dan Kinerja USAID 2012, ditemukan masih banyak

rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, serta bidan praktik menerima sponsor susu formula dan

membagikan hadiah berupa sampel susu formula, tas kit, kalender, ballpoint, blok note, poster, bahkan umrah

dan haji.

Dari pendampingan KINERJA terungkap bahwa IMD dan ASI Eksklusif sudah menjadi prioritas program

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di 19 kabupaten/kota dampingan, namun tidak dibarengi oleh anggaran, aturan

yang memberi sanksi kepada petugas yang mempromosikan susu formula, dan budaya organisasi yang tidak

mendukung ASI Eksklusif, sehingga cakupan IMD dan ASI Eksklusif tetap rendah bahkan cenderung menurun

sesuai konteks di atas.

Temuan KINERJA berikutnya, fungsi pemerintah daerah dalam monitoring dan pengawasan pelaksanaan

IMD dan ASI Eksklusif, serta larangan susu formula di pelayanan kesehatan dan masyarakat masih lemah.

Pemerintah belum terlibat dalam mendorong partisipasi aktif pihak swasta dan masyarakat. Kondisi tersebut

BAB 2PENGALAMAN KINERJA DALAM

TATA KELOLA INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF

1 Hasil Rapid Assessment 2010, http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/berita-dan-kegiatan/37-pekan-asi-sedunia-2012

Page 15: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

13www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

menyebabkan rendahnya komitmen petugas kesehatan menjalankan program karena menganggap IMD dan

ASI Eksklusif adalah program pemerintah pusat.

Hasil assesment USAID-KINERJA untuk supply side (sisi pemberi pelayanan) tingkat dinas kesehatan dan

puskesmas ke bawah ditemukan: (1) rendahnya anggaran yang mendukung program ASI Eksklusif; (2)

bervariasinya komitmen, pemahaman dan keterampilan petugas tentang standar pelayanan IMD dan ASI

Eksklusif; (3) terbatasnya waktu dan sarana petugas untuk memberikan konseling dan bimbingan kepada

penerima layanan; (3) gencarnya promosi susu formula oleh petugas kesehatan di layanan kesehatan; (4)

ketersediaan dan fasilitas ruang laktasi di pelayanan kesehatan terlebih di fasilitas umum belum memadai; dan

(5) pendampingan dan pengawasan pada tingkat puskesmas ke bawah jauh dari optimal.

Temuan Kinerja tahun 2012, masyarakat tidak menerapkan ASI Eksklusif pada dasarnya karena kurang

mengerti manfaat IMD dan ASI Eksklusif. Masih kentalnya budaya memberikan makanan selain ASI segera

setelah bayi lahir (misalnya madu) supaya bayi kuat; persepsi yang keliru tentang bayi menangis pasti

karena lapar, dan ASI saja tidak cukup dan harus dibantu dengan susu formula atau makanan lembek; masih

banyaknya masyarakat membuang kolostrom2 (susu pertama) karena dianggap basi/rusak; kecenderungan

beralih ke susu formula karena dianggap modern dan tidak membuat payudara jatuh; serta malu membuka

aurat (payudara) di depan umum.

Tantangan terbesar yang ditemui USAID-KINERJA di lapangan adalah rendahnya pengetahuan, keterlibatan,

dan pengawasan masyarakat dalam mendukung IMD dan ASI Eksklusif. Tokoh masyarakat, para suami,

perempuan yang tidak sedang hamil dan remaja tidak menjadi sasaran penerima informasi tentang manfaat

IMD dan ASI Eksklusif, menyebabkan rendahnya dukungan mereka. Padahal keputusan pemberian makanan

tambahan bagi bayi banyak dipengaruhi oleh orang yang dituakan dalam keluarga. Sejalan dengan pernyataan

Menteri Kesehatan 20123, hanya sekitar 60% masyarakat yang mengetahui informasi tentang ASI. Meskipun

dalam PP/No 33/Tahun 2012 tertuang masyarakat secara perorangan, berkelompok, maupun organisasi harus

mendukung keberhasilan program ASI Eksklusif.

2 Kolostrom adalah air susu yang berwarna kekuningan dan kental yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi, kolostrum sangat penting bagi bayi karena mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh.

3 Hasil Rapid Assessment 2010, http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/berita-dan-kegiatan/37-pekan-asi-sedunia-2012

Page 16: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

14 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif

1. Komitmen kepala daerah, DPRD, dan pemangku kepentingan

Langkah pertama KINERJA di daerah adalah Konsultasi Provinsi sebagai bentuk transparansi, akuntabilitas,

dan partisipasi yang dihadiri oleh pemerintah provinsi bersama lima kabupaten/kota mitra KINERJA dari

unsur pimpinan (eselon 2 – 3) Pemerintah Daerah, Ketua Bappeda, DPRD (Komisi Anggaran, Kesehatan dan

Pendidikan), Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Ekonomi. Hasil pertemuan: (1) Kabupaten/Kota memilih

satu prioritas dari tiga sektor dukungan KINERJA yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan Penguatan Iklim Usaha

pada tahun pertama; dan (2) Terbangunnya komitmen Pemerintah Daerah dengan Penandatanganan Nota

Kesepakatan (Memorandum of Understanding atau MOU) antara Kepala Daerah dengan Pimpinan KINERJA.

Tahap berikutnya di daerah yang memilih bantuan KINERJA di bidang kesehatan dilakukan Konsultasi Tingkat

Kabupaten/Kota keseluruh daerah mitra KINERJA dengan metode Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group

Discussion atau FGD) sebagai bentuk transparansi dan partisipasi pendekatan KINERJA. Konsultasi dilakukan

di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Bappeda dengan peserta pemegang program Dinas Kesehatan,

Kepala Puskesmas dan Bidan, Kader Posyandu, Organisasi Masyarakat peduli kesehatan, Organisasi Profesi

(1) Diawali dengan membangun penyadaran dan gerakan dari Kader Posyandu, PKK, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), MSF, Bapak Peduli ASI, AINI, ‘Aisyiyah, Ibu Candra Kirana dan Jurnalis Warga terus melakukan sosialisasi mengkampanyekan pentingnya ASI Eksklusif. (2) Pada perayaan Hari jadi Kota Makassar, kelompok tersebut melakukan kampanye bersama pentingnya IMD dan ASI Eksklusif yang digerakkan dan difasilitasi oleh OMP KOPEL serta MSF, dan LPSS. (3) Gerakan tersebut terus menerus baik formal dan non formal melakukan advokasi dan sosialisasi kepada para pengambil keputusan di Kota

Makassar sampai akhirnya walikota menyetujui untuk pembuatan Peraturan Walikota tentang ASI Eksklusif. (4) Sebelum program KINERJA, walikota sudah mengkampanyekan gerakan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) yang didalamnya juga tercakup pentingnya ASI Eksklusif. (5) Setelah Peraturan walikota tentang ASI Eksklusif tersedia, ditindaklanjuti dengan penyusunan modul bagi para penggiat ASI Eksklusif dengan mengadopsi modul dari Kementerian Kesehatan dan WHO dalam bahasa yang mudah dipahami oleh kader masyarakat.

Pengalaman Kota Makassar tahun 2012 – 2013.

Page 17: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

15www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

(IDI, IBI), Media, dan Tokoh Masyarakat (Kelompok Agama dan Adat) dengan perspectif gender. Output

pertemuan ini diperolehnya (1) isu prioritas dalam Program KIA yang kemudian menjadi IMD dan ASI Eksklusif,

dan Persalinan Aman; dan (2) penentuan puskesmas yang akan menjadi dampingan mitra Kinerja sesuai

kriteria yang disepakati yaitu puskesmas yang pelayanannya masih kurang, puskesmas terpencil, puskesmas

yang sudah cukup bagus.

Diskusi informal di daerah dampingan KINERJA dilakukan bersama media (radio, media cetak), staff

pemerintahan, DPRD, organisasi profesi untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kondisi daerah mitra

KINERJA selain data sekunder terkait sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan dari pemerintah daerah.

LPSS dan OMP sebagai inisiator, motivator, dan fasilitator, melakukan pendekatan persuasif secara simultan

kepada DPRD, Bapeda, pengambil keputusan di Dinas Kesehatan, serta tokoh masyarakat, dan organisasi

profesi untuk mendapatkan dukungan moril dan pembiayaan (budget sharing). Unsur ini kemudian menjadi

cikal bakal MSF.

Pengalaman Kinerja menunjukkan bahwa program IMD dan ASI Eksklusif cukup sukses dibanyak daerah

mitra KINERJA bila ada komitmen yang kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah, Kepala Dinas

Kesehatan, DPRD, Unsur MSF, serta LPSS dan OMP.

Pengaturan Pekerjaan

KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang pelayanan publik yang disebut

dengan Local Public Service Specialist (LPSS) pada tingkat kabupaten/kota. Tugas utama LPSS adalah

mengkoordinir program, memfasilitasi OMP untuk dapat menjalankan fungsinya secara optimal dengan

Dinas Kesehatan, MSF, dan pemerintah daerah. LPSS bersama OMP bertanggung jawab terhadap mutu

capaian program.

KINERJA menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil konsultasi daerah. KINERJA menawarkan kegiatan

kepada organnisasi lokal dengan proses terbuka melalui beberapa tahap. Pertama, KINERJA mengirimkan

konsep tulisan kepada organisasi yang telah teridentifikasi oleh KINERJA. Kemudian menyeleksi organisasi

yang memenuhi kriteria. Selanjutnya KINERJA menawarkan proposal. KINERJA membentuk tim penyeleksi

proposal, hasil seleksi itu terpilih organisasi mitra pelaksana (OMP).

Dukungan KINERJA untuk program IMD dan ASI Eksklusif, dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) lokal yang disebut Organisasi Mitra Pelaksana (OMP), yang bekerja penuh pada tingkat kabupaten,

Page 18: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

16 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

puskesmas, dan masyarakat dalam memfasilitasi pelatihan, lokakarya, dan pendampingan untuk supply side

dan demand side terutama MSF.

Salah satu kunci keberhasilan KINERJA adalah karena melakukan penguatan kapasitas OMP secara berkala

sesuai kebutuhan, sehingga mereka mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan

teknis bagi daerah mitra KINERJA. Untuk penguatan supply side dalam tehnik IMD dan Konseling ASI

Eksklusif, KINERJA kemudian merekrut local champion dengan latar belakang teknis medis untuk mendukung

kerja OMP di daerah.

Di masa mendatang OMP dan Local Champion (dalam konteks ini adalah SDM lokal yang berfungsi sebagai

agen perubahan di sisi supply maupun demand sesuai bidang keahlian masing-masing) diharapkan akan

menjadi mitra pendamping pemerintah daerah setelah program KINERJA berakhir sebagai bagian dari strategi

keberlanjutan dan replikasi. Oleh karena itu keberadaan Seri Pembelajaran KINERJA ini menjadi penting

sebagai panduan praktis pelaku yang berkepentingan kedepan.

Untuk dukungan Persalinan Aman, KINERJA bekerjasama dengan lima OMP, yakni:

Provinsi Aceh

• IMPACT(Inspiration for Managing People Action) mendampingi Kota Banda Aceh dan Bener Meriah.. • PKPA(PusatKajiandanPerlindunganAnak)mendampingiAcehSingkil,AcehTenggara,danSimeulue.

Provinsi Kalimantan Barat• PKBIKalbar(PerkumpulanKeluargaBerencanaKalimantanBarat)mendampingiKotaSingkawang,

Sambas, Melawi, Bengkayang, dan Sekadau.

Region Sulawesi• KOPEL(KomitePemantauLegislatifSulawesiSelatan)mendampingiKotaMakassardanBulukumba.• FIKORNOPSulsel(ForumInformasidanKomunikasiLSMSulawesiSelatan)mendampingiLuwu

dan Luwu Utara.

Provinsi Jawa Timur• PKBIJawaTimurmendampingiBondowoso.• YAPIKMA(YayasanPemberdayaanIntensifKesehatanMasyarakat)mendampingiKotaProbolinggo,

Kabupaten Probolinggo, Tulungagung, Jember, dan Bondowoso melanjutkan PKBI Jawa Timur. • YayasanKesehatanPerempuan(YKP)melakukanpenguatanuntukKesehatanReproduksiRemajadi

Kabupaten Bondowoso.

Page 19: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

17www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

LPSS dan OMP selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim Teknis yang terdiri

dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Kesehatan, Bagian Organisasi, Bagian Keuangan, Badan Kepegawaian

Daerah, dan lembaga-lembaga non pemerintah. Tim Teknis ini dibentuk secara resmi dan berdasarkan Surat

Keputusan Bupati/Walikota, berperan mengawal kelancaran program KINERJA, advokasi anggaran, dan

melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan.

2. Pengaturan Pekerjaan

Setelah MoU ditandatangi, kemudian dilanjutkan dengan konsultasi kabupaten/kota. Tahap selanjutnya

adalah Tim KINERJA yang terdiri atas STTA (Short Term Technical Assistant/tenaga tehnik spesialis jangka

pendek - yaitu konsultan dari nasional dan lokal yang dikontrak berdasarkan kebutuhan, berpengalaman

dan mempunyai keahlian untuk melakukan pelatihan, pendampingan, on the job training bagi petugas

kesehatan di tingkat tertentu, bahkan sampai pada pendampingan petugas di tingkat masyarakat) dan LPSS,

melakukan kunjungan ke puskesmas calon dampingan melakukan diskusi kelompok terarah (FGD) bersama

kepala puskesmas, bidan, kader, dan tokoh masyarakat. Diskusi ini bertujuan untuk (1) memperkenalkan

program governance KINERJA, (2) melakukan penjajakan terhadap komitmen kepala puskesmas dan bidan

koordinator, (3) memperoleh informasi langsung dari unit pemberi layanan tentang isu KIA, tantangan dan

kendala dalam memberikan layanan KIA, dan (4) serta dukungan yang diharapkan dari KINERJA. Hasil

pertemuan ini kemudian menjadi Usulan Rencana Kerja/ Kegiatan paket IMD dan ASI Eksklusif. Tugas STTA di

pusat adalah memastikan usulan rencana kerja sejalan dengan RPJMD serta perencanaan dan penganggaran

dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Proses Kerja

1. Peran Para Stakeholders

Setelah penjaringan aspirasi selesai, KINERJA menyusun paket kegiatan dan mulai menyiapkan TOR serta

undangan untuk calon OMP sesuai masukan dari provinsi dan kabupaten/kota mitra. Setelah OMP terpilih,

implementasi kegiatan mulai dilakukan sesuai proposal yang disepakati antara KINERJA dan OMP.

LPSS membimbing dan memfasilitasi OMP untuk mulai melibatkan SKPD, organisasi profesi, universitas, dan

pemerintah daerah, Bappeda, dan media dalam berbagai kegiatan yang akan dilakukan untuk membangun

rasa memiliki terhadap program IMD dan ASI Eksklusif selanjutnya. Tahapan ini sangat penting sebagai

stimulan/rangsangan untuk membangun peran para pihak seperti:

Page 20: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

18 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

Dinas Kesehatan kabupaten/kota (program KIA dan Bina Kesehatan Masyarakat) mendukung sosialisasi

IMD dan ASI Eksklusif, dan menyediakan dana pendamping serta narasumber untuk lokakarya, penguatan

keterampilan bidan puskesmas dalam pendampingan dan konseling IMD dan ASI Eksklusif, serta melakukan

kampanye dan promosi ke masyarakat untuk membangun kesadaran, partisipasi dan kepedulian masyarakat.

Unsur di atas kemudian berevolusi (berubah bentuk) menjadi MSF yang berfungsi sebagai motivator,

advokator, dan fasilitator bagi Masyarakat. SKPD (sektor terkait), Pemerintah Daerah, dan DPRD. MSF

kemudian menjadi tim penyusunan draft peraturan bupati/walikota sampai konsultasi publik, dan monitoring

pelaksanaan peraturan tersebut. MSF juga menjadi fasilitator dan motivator ASI Eksklusif. Lintas sektor,

universitas, dan pemerintah daerah sudah menjadi bagian dari MSF.

DPRD berperan dalam memonitor pelaksanaan program KINERJA, dibeberapa kabupaten/kota DPRD menjadi

anggota atau ketua MSF, sebagai advokator internal DPRD dan pihak eksekutif (kepala daerah dan panitia

anggaran) untuk memperlancar persetujuan anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan IMD dan

ASI Eksklusif. Pada daerah dimana bupati/walikota mempunyai komitmen yang lebih tinggi dari DPRD, justru

peran mereka melakukan advocacy anggaran kepada DPRD seperti di Kabupaten Sambas dan Probolinggo,

serta Kota Makassar dan Singkawang.

2. Pelaksanaan Rencana Kerja

Program dukungan IMD dan ASI Eksklusif dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

• Persamaan persepsi dan membangun komitmen para pihak LPSS mendampingi OMP melakukan inisiasi dan sosialisasi kepada para pihak tentang IMD dan ASI

Eksklusif. Proses ini merupakan tahap penting yang bertujuan untuk membangun pemahaman, persepsi,

dan kepedulian bersama untuk membangun komitmen awal dalam pelaksanaan program.

• Pembentukan dan peningkatan kapasitas MSF LPSS bersama OMP memfasilitasi beberapa pertemuan untuk pembentukan MSF dan peningkatan

kapasitas MSF untuk mulai memotivasi masyarakat terkait IMD dan ASI Eksklusif. Pertemuan ini bertujuan

untuk peningkatan pemahaman MSF tentang pentingnya program IMD dan ASI Eksklusif bagi masyarakat.

• Berbagi pengalaman dan pemecahan masalah Penguatan MSF dilakukan dengan pertemuan berkala untuk berbagi pengalaman di masyarakat dan

mencari pemecahan masalah bersama terhadap temuan dan persoalan di lapangan. Dilanjutkan dengan

membuat rencana aksi untuk mendukung pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif.

Page 21: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

19www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

• Advokasi MSF didampingi OMP mengintegrasikan perencanaan MSF ke dinas kesehatan dan puskesmas,

bertujuan untuk terjaminnya keberlanjutan program. Strategi advokasi dengan kunjungan ke unit layanan

(Puskesmas) untuk berdiskusi dengan manajemen puskesmas.

Dengan pendampingan intensif dari Dinas Kesehatan, MSF melakukan advokasi kepada pemerintah

daerah untuk ketersediaan peraturan daerah dan anggaran pendukung dalam menjalankan peraturan

tersebut.

• Pelembagaan MSF Beberapa daerah seperti Bengkayang dan Simeulue memilih untuk melegalkan MSF menjadi berbadan

hukum. Pilihan ini kemudian memberikan kekuatan hukum bagi MSF dalam mendorong terlaksananya

program IMD dan ASI Eksklusif.

Proses Perubahan dan Manfaat

Perubahan nyata dukungan KINERJA paket IMD dan ASI Eksklusif dapat dilihat di beberapa daerah seperti di

Kota Makassar, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo, selain

juga terjadi secara merata di daerah dampingan KINERJA lainnya. Indikator perubahan yang digunakan adalah

sebagai berikut :

• Darisisipemerintahdaerah: Tersedianya Peraturan Bupati/Walikota tentang IMD dan ASI Eksklusif

sebagai payung hukum, dan dukungan dana APBD untuk melakukan replikasi ke puskesmas di wilayahnya

dengan jumlah yang bervariasi di masing-masing daerah. Hasil ini dapat dilihat setelah satu tahun

pendampingan.

• Darisisisupply:Cakupan IMD dan ASI Eksklusif meningkat tajam setelah enam bulan pendampingan;

jumlah dan keterampilan petugas puskesmas yang dilatih IMD dan Konselor ASI sesuai standar nasional

meningkat dalam 1 tahun pendampingan; inisiasi ruang laktasi sesuai standar nasional di puskesmas yang

ramai pengunjung dalam 1 tahun pendampingan; Dinas Kesehatan dan puskesmas dampingan di daerah

ini menolak/tidak lagi bekerjasama dengan susu formula bayi; dan tersedianya tenaga kesehatan lokal

yang mampu menjadi pelatih IMD dan Konselor ASI Eksklusif di 4 provinsi mitra dan 5 kabupaten/kota

tersebut di atas.

Page 22: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

20 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

• Darisisidemand: adanya MSF yang berperan memonitor Janji Perbaikan Layanan; juga secara dinamis

dan simultan melakukan pendidikan kritis dengan istilah lokal kepada masyarakat yang menghasilkan

strategi unik dan inovatif dari kelompok masyarakat untuk berperan aktif menolong sesama melakukan

promosi IMD dan ASI Eksklusif pada tingkat masyarakat seperti kelompok perias pengantin dan

pedagang sayur di Kota Probolinggo; Kelompok Bapak, Kelompok Ibu, Kelompok Remaja Peduli ASI di

Kota Makassar; dan kelompok Ibu Peduli ASI di Kota Singkawang. Perubahan ini mulai tampak setelah

pendampingan KINERJA dan OMP KINERJA selama 1 tahun.

Perubahan prilaku masyarakat mulai tampak, dihampir semua puskesmas mitra terjadi peningkatan permintaan

untuk Konselor ASI dan Kelas Ibu dari masyarakat. Di Makassar, para ibu yang dahulunya kurang peduli,

sekarang mulai memberikan penyuluhan kepada ibu lain yang memberikan susu formula kepada bayinya,

sambil menjelaskan manfaat ASI Eksklusif. Di Singkawang, keluarga ibu bersalin mulai meminta layanan IMD

kepada bidan saat persalinan, dan menolak ditawarkan contoh-contoh susu formula oleh petugas kesehatan.

Pada tingkat Posyandu, kader posyandu juga mulai suka mengajak suaminya untuk ikut promosi ASI Eksklusif.

Pengalaman di Kota Makassar dan Singkawang, serta Kabupaten Probolinggo dan Sambas, replikasi IMD dan

ASI Eksklusif terus berjalan meskipun KINERJA sudah tidak melanjutkan bantuannya. Hal ini karena komitmen

pimpinan daerah di Makassar, dan Sekertaris Daerah Singkawang adalah juga ketua OMP di Singkawang,

serta adanya MSF, OMP dan LPSS yang proaktif melakukan lobi ke pemerintah daerah dan DPRD.

Page 23: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

21www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Tantangan

Dalam mendukung paket IMD dan ASI Eksklusif, selama 3 tahun pendampingan KINERJA ditemukan

tantangan yang berbeda di setiap daerah dan tingkat pemerintahan. Namun yang merata ditemukan bahwa

pemahaman pemerintah daerah, DPRD, dan masyarakat tentang manfaat IMD dan ASI Eksklusif masih

sangat rendah. Sedangkan petugas kesehatan dari tingkat dinas kesehatan sampai bidan di desa mempunyai

pemahaman dan keterampilan yang bervariasi tentang IMD dan ASI Eksklusif karena lemahnya penerapan

standar dan SOP nasional.

PadaTingkatPemerintahDaerah:

• Belum tegas menerapkan peraturan bupati/walikota khususnya tentang insentif dan sanksi terhadap

pemberian susu formula pada tingkat pemberi layanan baik publik maupaun swasta di wilayahnya.

• Belum optimal menyediakan ruang menyusui sesuai SOP nasional di seluruh layanan kesehatan dan

tempat kerja, serta fasilitas umum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun

2013; PP RI No 33/2012; dan Peraturan Bersama lima Menteri.

• Advokasi anggaran seringkali tidak sesuai dengan siklus penganggaran berjalan.

• Pergantian pimpinan daerah kemungkinan diikuti dengan mutasi kepala SKPD dan staff dinas kesehatan,

sehingga hubungan kerja dimulai dari awal kembali.

PadaTingkatDinasKesehatandanPuskesmas:

• Meskipun IMD dan ASI Eksklusif sudah menjadi isu prioritas, namun belum dibarengi dengan alokasi dana.

• Tidak semua daerah mempunyai pelatih konselor IMD dan ASI Eksklusif yang sesuai standar dan SOP nasional.

• Adanya personil pada tingkat pengambil keputusan di dinas kesehatan dan puskesmas yang kurang

memberikan daya dukung sehingga seringkali menjadi penghambat program.

• Dinas Kesehatan dan Puskesmas belum yakin bahwa petugas kesehatan (bidan) tidak bekerja sama

dengan susu formula bayi di tempat praktik mereka.

BAB 3MENGATASI TANTANGAN DAN

MENCAPAI SUKSES

Page 24: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

22 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

PadaTingkatMSF,MasyarakatdanPemberiKerja:

• Masih terbatasnya pengetahuan MSF tentang IMD dan ASI Eksklusif, sementara mereka diharapkan

berperan mengawal dan melakukan mentoring/pengawasan terhadap Janji Perbaikan Layanan serta

memberikan masukan terhadap keluhan masyarakat yang muncul.

• Masih kentalnya budaya memberi makan bayi segera setelah lahir, dan paradigma bahwa susu formula

lebih modern dan gengsi dari ASI Eksklusif.

• Di wilayah perkotaan, perempuan pekerja dan buruh perusahaan mengalami kesulitan memerah ASI

karena belum tersedia tempat perah ASI di tempat kerja.

PadaTingkatOMP:

• Keterbatasan pengetahuan tentang pendekatan KINERJA dan teknis IMD dan ASI Eksklusif membatasi

mereka dalam melakukan pendampingan kepada Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan MSF.

• Daerah yang terpencil dan berjauhan antara satu puskesmas dengan yang lainnya berdampak rendahnya

koordinasi dengan waktu proyek yang sangat pendek.

Mengatasi Tantangan

Tantangan yang dihadapi KINERJA menjadi praktek baik sebagai pembelajaran diawal bagi pengembang

program governance berikutnya. Kendala teknis yang disampaikan di atas sudah banyak terobosan yang

diambil oleh KINERJA, namun hambatan budaya masih membutuhkan waktu yang lebih lama.

Cerita Sukses

Di bawah ini beberapa contoh cerita sukses dari hasil dampingan KINERJA. Ada contoh sukses pelaksanaan

program IMD dan ASI Eksklusif di Kota Singkawang, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo.

1. Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Singkawang Selatan, Kota Singkawang

Masyarakat sudah mampu “meminta” layanan kesehatan• Keluarga pasien protes kepada bidan bila ibu tidak dibimbing melakukan IMD saat persalinan.

• Permintaan terhadap Kelas Ibu Hamil meningkat drastis, tahun 2011 belum ada Kelas Ibu Hamil,

menjadi 26 kelas pada 2012, meningkat 28 kelas pada tahun 2013. Di banyak tempat, kelas ibu hamil

Page 25: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

23www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

sudah mampu difasilitasi oleh mantan ibu

hamil bersama kader, sehingga mengurangi

ketergantung pada bidan/petugas kesehatan.

• Permintaan terhadap penyuluhan dari konselor

ASI meningkat.

• Cakupan ASI Eksklusif Kota Singkawang juga

sudah meningkat. Pada tahun 2011 ketika

KINERJA masuk daerah, persentase bayi

yang diberikan ASI Eksklusif hanya 22,2%.

Cakupannya naik menjadi 38,1% setelah 1

tahun pendampingan (2012), dan meningkat lagi

menjadi 48,7% pada tahun 2013.

• Semua persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan wajib diberikan IMD di wilayah Puskesmas

Singkawang Selatan.

• Reformasi kebijakan lokal melalui advokasi oleh MSF.

• Dinas Kesehatan dan Puskesmas mitra didukung untuk menerapkan aspek governance yaitu partisipasi

publik, transparansi dan akuntabilitas, dengan model inovasi model insentif dan sanksi.

• Adanya Alur Layanan Kesehatan yang dapat dilihat dan dimengerti oleh pengguna layanan.

• Pemberi layanan/petugas kesehatan mengerti dan terampil menjalankan tugasnya sesuai standar dan

SOP teknis nasional.

• Berfungsinya MSF sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, prioritas sumber

daya, dan kualitas layanan.

• Adanya Manajemen Pengelolaan Keluhan yang digerakkan oleh MSF dan pengguna layanan.

• Program yang mengarah pada pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai indikator kinerja

layanan kesehatan.

2. Bapak Peduli ASI di Kota Makassar

• Pengalaman Kota Makassar diawali dengan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dengan unsur tokoh

masyarakat, bapak-bapak dan DPRD. Setelah mendapat penjelasan pentingnya IMD dan ASI Eksklusif

bagi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu, bapak-bapak sepakat bahwa ASI bukan hanya tanggung

jawab ibu dan petugas kesehatan tetapi juga menjadi tanggung jawab bapak-bapak. Ini awal mereka

mengorganisir diri dengan nama Bapak Peduli ASI. Kelompok ini kemudian melakukan serangkaian

advokasi kepada DPRD dan Pemerintah Kota untuk membangun komitmen dalam penganggaran dan

Page 26: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

24 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

fasilitas pendukung IMD dan ASI Eksklusif. Bapak Peduli ASI juga bekerjasama dengan kelompok imam

dan tokoh agama, sampai ada imam yang sering membahas ASI Eksklusif dalam ceramahnya.

• Hasil advokasi dan komitmen Bapak Peduli ASI sudah mudah dilihat di Kota Makassar. Dari survey awal di

wilayah Puskesmas Cenderawasih, hanya 43% ibu sudah sadar terhadap ASI Eksklusif; pada tahun 2014,

80% ibu pasca-bersalin sudah memberikan bayinya ASI Eksklusif. Para ibu juga merasa lebih berani

untuk melawan dan menolak susu formula, dan membina ibu lain untuk meminta IMD dan melakukan

ASI Eksklusif.

3. ASI Eksklusif di Kabupaten Problinggo

• Ibu Bupati Probolinggo menjadi Duta ASI Kabupaten Probolinggo dan telah menerbitkan Peraturan Bupati

Probolinggo terkait Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang disusun secara partisipatif oleh MSF.

• Penerbitan surat larangan penyediaan susu formula bagi fasilitas kesehatan dan praktek bidan di seluruh

Kabupaten Probolinggo.

• Bupati bersama Dinas Kesehatan aktif melakukan supervisi mendadak (sidak) ke seluruh fasilitas

kesehatan dan praktek bidan untuk memeriksa apakah masih menyediakan susu formula, serta

memberikan sanksi bagi yang melanggar (bentuk sanksi a.l : ditugaskan di dinas kesehatan selama

beberapa waktu).

• Mencanangkan gerakan penanaman daun katuk yang bermanfaat untuk memperlancar ASI, dan

memberikan menu wajib sayur daun katuk bagi ibu melahirkan di Puskesmas dan Rumah Sakit.

• Bekerjasama dengan swasta untuk menyediakan ruang ASI ditempat kerja.

4. Kampanye ASI Eksklusif di Puskesmas Beji, Kabupaten Tulangagung

• Sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas untuk meningkatkan pemberian ASI, Puskesmas Beji

membatalkan perjanjian dengan sebuah perusahaan susu formula. Terhitung sejak bulan Mei 2013, staf

puskesmas tidak diizinkan lagi menjadi distributor untuk produk susu formula. Keputusan berani yang

diambil oleh kepala puskesmas ini sejalan dengan tuntutan badan pengawasan masyarakat dan juga

sesuai dengan peraturan daerah yang baru yang melarang peredaran susu formula di sarana pelayanan

kesehatan masyarakat.

• Pengaruhnya sangat besar. Antara bulan Mei dan Juli, Puskesmas Beji mendapati bahwa persentase ibu

yang memberikan ASI eksklusif meningkat dari 54,65% menjadi 87,5%.

Page 27: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

25www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Replikasi dan Scaling up

Program IMD dan ASI Eksklusif dengan model pendekatan KINERJA telah direplikasi oleh beberapa

pemerintah daerah dengan dana APBD, misalnya Kota Singkawang dari 3 puskesmas tahun 2011 direplikasi

ke seluruh puskesmas (5) pada tahun 2013. Kota Makassar, dari 3 puskesmas kemudian direplikasi ke seluruh

puskesmas (20). Kabupaten Sambas, dari 3 menjadi 6, kemudian tahun 2014 menjadi 13 puskesmas.

Faktor pendorong suksesnya program IMD dan ASI Eksklusif bervariasi di setiap daerah. Kesamaannya adalah

adanya faktor pimpinan yang kuat dari pimpinan daerah, peran aktif agen perubahan dalam wujud LPSS,

OMP, serta unsur-unsur dalam MSF. Ketika keempat unsur tersebut menunjukkan komitmen yang tinggi dan

mempunyai pemahan kritis tentang pendekatan model KINERJA, maka program dijamin akan memperlihatkan

hasil dalam waktu singkat (1 sampai 2 tahun).

Pengungkit di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sambas, Kota Makassar dan Kota Singkawang pada

awalnya adalah sosok LPSS dan OMP yang menguasai pendekatan KINERJA dan punya komitmen

tinggi melakukan perubahan, berpadu dengan kepemimpinan kepala daerah yang memang menginginkan

perubahan positif. Di Kota Singkawang, eselon 2 dan 3 dinas kesehatan mempunyai pemahaman yang kuat

tentang program dan menginisiasi perubahan, bertemu dengan komitmen dan proaktif dari LPSS dan OMP,

mampu menggerakkan MSF menjadi agen perubahan yang melakukan advokasi terus menerus kepada

DPRD dan pemerintah daerah. Kabupaten Bengkayang mempunyai anak muda dari media lokal, bersama

DPRD yang kebetulan menjadi ketua masyarakat adat dan ketua MSF, didukung oleh tim yang kuat dari LPSS

bersama OMP.

Page 28: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

26 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

Tantangan

Pengalaman KINERJA selama 3 tahun memberikan rekomendasi hasil terobosan yang sebagian telah

dilakukan menghadapi tantangan yang disampaikan dalam Bab sebelumnya. Rekomendasi diberikan kepada

pemerintah pusat (kementerian kesehatan), pemerintah provinsi, pemerintah daerah, dan dinas kesehatan

masing-masing.

Rekomendasi untuk Pemerintah

Berdasarkan pengalaman KINERJA, pemerintah daerah yang akan mereplikasi model pendekatan KINERJA

untuk program IMD dan ASI Eksklusif atau program lain.

a) Komitmen Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatan daerah yang

dituangkan dalam bentuk tersedianya payung hukum daerah, dukungan pendanaan, memelihara local

champion dan SDM yang sudah terlatih pada tempat yang sesuai.

b) Membangun Partisipasi Masyarakat Menyediakan sumberdaya lokal untuk terbentuk dan berperannya model MSF dan Pengelolaan

Manajemen Keluhan sebagai wujud nyata partisipasi aktif demand side, dan transparansi serta

akuntabilitas supply side yang akan berdampak pada capaian SPM dan peningkatan kinerja layanan

kesehatan (publik).

c) Pengawasan Perorangan dan Komunal Melakukan monitoring dan pengawasan supaya peraturan daerah dijalankan dengan semestinya melalui

peran aktif SKPD terkait bersama MSF.

d) Materi untuk Puskesmas Mendukung dinas kesehatan/sektor teknis untuk mengadopsi, dan mengadaptasi Puskesmas (unit

BAB 4REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI

Page 29: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

27www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

layanan) model KINERJA dengan bantuan materi serta alat dari Seri Pembelajaran KINERJA serta

bimbingan dari LPSS, OMP, dinas kesehatan dan puskesmas mitra KINERJA secara bertahap sesuai

kemampuan daerah.

e) Tenaga kesehatan Mendukung dinas kesehatan untuk menyiapkan tenaga kesehatan dengan pengetahuan dan keterampilan

yang sesuai standar dan SOP nasional. Dibutuhkan dukungan para pihak seperti MSF, DPRD, serta

pemerintah provinsi dan pusat untuk melakukan advokasi supaya puskesmas dan dinas kesehatan

kabupaten/kota mampu merencanakan dan menyiapkan SDM yang profesional.

f) Hubungan dengan Penyedia Layanan Kesehatan Swasta Koordinasi dan monitoring antara Dinas Kesehatan dan/kepada penyedia layanan kesehatan swasta

dipersyaratkan untuk diperkuat.

g) Insentif dan Sanksi Dibutuhkan inovasi kreatif untuk insentif dan sanksi bagi pemberi dan penerima layanan. Inovasi ini

penting untuk stimulan yang mampu menjadi obor dalam membangun dinamika gerakan perubahan baik

pada tingkat masyarakat maupun pada tingkat pemberi layanan.

h) Melindungi Kepala daerah dibutuhkan untuk berperan sebagai pelindung bagi organisasi dan petugas yang

menerapkan larangan serta sanksi berkaitan pelaksanaan payung hukum daerah.

i) Motivasi kepada Penyedia Layanan Mendorong peran sektor pemerintah dan swasta dalam menyediakan fasilitas ruang/pojok ASI beserta

konselornya ditempat kerja dan fasilitas umum.

j) Motivasi kepada Media Mendorong peran media lokal untuk konsisten menjadi relawan pendukung gerakan IMD dan ASI Eksklusif

atau gerakan untuk perbaikan layanan publik di daerah.

k) Motivasi kepada Masyarakat Secara simultan mengembangkan model insentif kepada peran serta masyarakat dalam MSF sehingga

membuka ruang partisipasi, kontrol, dan partnership masyarakat yang berkelanjutan. Meningkatkan peran

kelompok bapak dalam promosi IMD dan ASI Eksklusif.

Page 30: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

28 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

Rekomendasi untuk Organisasi Mitra Pelaksana

Kepada OMP yang mempunyai misi melakukan perubahan melalui penguatan gerakan komunitas, rekomendasi

di bawah ini akan mempercepat, dan memperkaya sebuah gerakan perubahan layanan publik yaitu:

a. Seri Pembelajaran dengan penguatan tiga pilar aspek governance melalui inovasi kebijakan lokal, pemberi

layanan, dan penerima layanan telah terbukti cost effective, dan berkelanjutan sehingga layak untuk

diintegrasikan dengan materi/alat yang sudah ada, diadopsi dan diadaptasi.

b. Unsur-unsur governance seperti partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan program dengan

pengembangan model inovasi, insentif, dan sanksi perlu tertuang jelas dalam design dan implementasi

program.

c. Dibutuhkan penguatan personil lembaga dengan pendekatan governance KINERJA dalam proses

pembentukan sampai berfungsinya MSF, Pengelolaan Manajemen Keluhan, serta mengerti issu teknis

yang dibutuhkan oleh supply side.

d. Dari sisi supply, identifikasi terhadap local champion pada tingkatan Middle Management (eselon 3

– 4) di SKPD teknis sangat penting untuk menggantikan peran LPSS KINERJA. Local champion ini

dipersyaratkan untuk mengerti pendekatan program.

e. Pendampingan, pelatihan dan pengawasan terhadap pelaksanaan standar dan SOP nasional sangat

dibutuhkan oleh SKPD teknis. Kerjasama dengan pihak Universitas atau STTA teknis dari local champion

yang terlatih menjadi sebuah pilihan.

f. Menyesuaikan waktu pendampingan dengan siklus perencanaan dan penganggaran di kabupaten/kota.

g. Memilih gerakan masyarakat yang sudah mengakar dan aktif di masyarakat dengan pemberian insentif

yang kreatif seperti membangun rasa bangga untuk dapat membantu sesama menjadi pilihan inovasi yang

cost effective dan berkelanjutan.

h. Mengadopsi dan mengadaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA sebagai

pendekatan program di bidang lain menjadi pilihan yang cost effective karena sudah terbukti membuat

perubahan positif dalam waktu 1 – 2 tahun pendampingan di daerah perkotaan, pinggiran kota, dan

pedesaan terpencil.

i. Meningkatkan peran perusahaan/swasta dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan menjadi harapan

beberapa perusahaan kepada KINERJA.

Page 31: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

29www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Rekomendasi untuk Lembaga Diklat

Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat), baik pemerintah, maupun non-pemerintah, mempunyai

peran strategis dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program tata kelola IMD dan

ASI Eksklusif. Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:

a. Memasukkan pendekatan KINERJA melalui pendekatan dan penguatan tiga aspek governance yaitu

pemerintah daerah, supply side, dan demand side ke dalam Kurikulum Diklat.

b. Mengadopsi dan mengadaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA ke dalam

pendekatan bahan ajar Diklat yang sudah ada sehingga menjadi inovasi baru Diklat.

c. Kepada Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), peningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas

kesehatan yang sesuai standar dan SOP nasional menjadi kebutuhan yang bersifat segera dan

menyeluruh.

d. Bagi universitas, sebagai bahan untuk pembelajaran siswa dan dapat menjadi bahan tulisan, tesis dan

disertasi.

Page 32: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Page 33: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

31www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

LAMPIRAN

Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

Page 34: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

32 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Uraian Substansi 36

Pokok Bahasan 36Sasaran dan Strategi Kegiatan 38Tujuan 38Materi 39Sistematika 40

MODUL I Strategi Pendekatan KINERJA dalam Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 44• Deskripsi Modul 44• Sasaran Pengguna 44• Tujuan Pembelajaran 44• Pokok Bahasan 45• Metode 45• Alat dan Bahan 45• Waktu 45• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 46• Uraian Substansi 47• Contoh Praktek Baik 57• Contoh Bahan Presentasi 59

MODUL 2 Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung IMD dan ASI Eksklusif

64

• Deskripsi Modul 64• Sasaran Pengguna 65• Tujuan pembelajaran 65• Pokok bahasan 66• Metode 66• Alat dan bahan 66• Waktu 66• Proses fasilitasi Kegiatan Pelatihan 67• Uraian Subtansi 68• Panduan Pelaksanaan 77• Contoh Bahan Presentasi 80

Page 35: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

33www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

MODUL 3 Pojok ASI untuk Mendukung ASI Eksklusif 84• Deskripsi Modul 84• Sasaran Pengguna 84• Tujuan Pembelajaran 85• Pokok Bahasan 85• Metode 85• Alat dan Bahan 86• Waktu 86• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 86• Uraian Substansi 88• Panduan Pelaksanaan 90• Contoh Praktek Baik 91• Contoh Bahan Presentasi 93

MODUL 4 Kelompok Peduli ASI 98• Deskripsi Modul 98• Sasaran Pengguna 98• Tujuan Pembelajaran 98• Pokok Bahasan 99• Metode 99• Alat dan Bahan 100• Waktu 100• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 100• Uraian Substansi 101• Panduan Pelaksanaan 103• Contoh Praktek Baik 106• Contoh Bahan Presentasi 107

MODUL 5 Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan 112• Deskripsi Modul 112• Sasaran Pengguna 112• Tujuan Pembelajaran 112

Page 36: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

34 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

• Pokok Bahasan 113• Metode 113• Alat dan Bahan 114• Waktu 114• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 114• Uraian Substansi 117• Panduan Pelaksanaan 123• Contoh Praktek Baik 132• Contoh Bahan Presentasi 135

MODUL 6 Standar Layanan dan Standard Operating Procedure (SOP) 140• Tujuan 140• Sasaran Pengguna 140• Tujuan Pembelajaran 140• Pokok Bahasan 141• Metode 141• Alat dan Bahan 142• Waktu 142• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 142• Uraian Substansi 144• Panduan Pelaksanaan 160• Contoh Praktek Baik: SOP IMD di Puskesmas Bangsalsari, Kabupaten Jember 165• Contoh Bahan Presentasi 167

MODUL 7 Strategi Promosi Kesehatan untuk IMD dan ASI Eksklusif 172• Deskripsi Modul 172• Sasaran Pengguna 172• Tujuan Pembelajaran 173• Pokok Bahasan 173• Metode 173• Alat dan Bahan 174• Waktu 174• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 174• Uraian Substansi 176• Panduan Pelaksanaan 186

Page 37: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

35www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

• Contoh Praktek Baik 190• Contoh Bahan Presentasi 197

LAMPIRAN B Daftar Pustaka 199

LAMPIRAN C Bahan di CD 200

LAMPIRAN D Daftar Singkatan/Istilah 201

Page 38: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

36 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id

Lampiran A Uraian Substansi

Pokok Bahasan

USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis untuk 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia. Sampai

dengan tahun 2014, terdapat 5 provinsi yang menjadi wilayah kerja USAID-KINERJA, yaitu Aceh, Kalimantan

Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan Papua. Provinsi Papua berbeda masa intervensi dan strategi intervensi

maka informasi yang disampaikan dalam modul-modul ini adalah pengalaman di luar provinsi Papua. Program

USAID-KINERJA difokuskan pada pengembangan tata kelola pemerintahan khususnya di aspek pelayanan

publik pada bidang kesehatan, pendidikan, dan pengembangan iklim bisnis yang kondusif. KINERJA

menawarkan beberapa paket untuk ketiga sektor tersebut dengan pendekatan yang komprehensif untuk

menguatkan kapasitas dari sisi penyedia layanan maupun pengguna layanan.

KINERJA mendorong perbaikan layanan publik dari dua sisi, yaitu dari sisi pemberi layanan (supply side) dan

sisi pengguna layanan (demand side). Dengan adanya intervensi di kedua sisi tersebut, diharapkan upaya

untuk mencapai tata kelola yang baik (good governance) menjadi lebih mudah dan berkesinambungan.

Penguatan pada sisi pemberi layanan dilakukan melalui pembangunan kapasitas internal (capacity building)

terkait dengan kebijakan, manajemen unit layanan agar lebih bertatakelola dalam manajemen organisasi,

manajemen program dan manajemen layanan, dan strategi promosi agar pengguna layanan memahami hak

dan kewajibannya dalam pelayanan.

Penguatan pada sisi pengguna layanan dilakukan dengan menyadarkan masyarakat tentang haknya dan

memberdayakan mereka agar turut berpartisipasi aktif dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pemberi

layanan mulai dari perumusan kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring, evaluasi program/

kegiatan dan advokasi.

Salah satu pendekatan program KINERJA adalah bekerja sama dengan organisasi lokal dalam melaksanakan

bantuan teknis di kabupaten/kota. Oleh karena itu, penguatan kapasitas Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)

menjadi aktivitas yang penting, agar OMP mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan

teknis bagi daerah mitra KINERJA. Di masa mendatang OMP diharapkan akan menjadi mitra daerah setelah

Page 39: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

37www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

program KINERJA berakhir dan mampu memberikan bantuan teknis kepada daerah sebagai bagian dari

strategi keberlanjutan dan replikasi.

Dalam upaya membantu OMP menjalankan perannya dalam memberikan bantuan teknis kepada daerah mitra

KINERJA, maka keberadaan modul pelatihan dan pendampingan menjadi sangat penting. Dengan adanya

modul pelatihan dan pendampingan ini diharapkan OMP mampu menerjemahkan program KINERJA dengan

lebih baik, serta dapat pula menjadi acuan daerah mitra KINERJA dalam menjalankan berbagai

program KINERJA.

Disamping itu, modul ini diharapkan juga dapat digunakan langsung oleh unit pemberi layanan sebagai

panduan praktis dalam mengintegrasikan berbagai pelayanan kesehatan menuju tata kelola kesehatan (health

governance) dalam melaksanakan setiap program pelayanan publik yang menjadi tanggungjawabnya.

Demikian juga bagi stakeholder yang lain, keberadaan modul ini akan memberi gambaran yang jelas tentang

berbagai tahapan program/kegiatan yang membutuhkan “campur tangan” mereka sehingga para stakeholder

tersebut dapat berperan aktif membantu unit pemberi layanan baik sebagai mediator, advokator, maupun motivator.

Paket KINERJA di bidang kesehatan meliputi Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dan ASI Eksklusif.

Modul Kesehatan ini akan membahas aspek tata kelola Persalinan Aman dalam manajemen dan pelayanan.

Secara garis besar, topik yang dibahas dalam modul kesehatan ini terdiri dari 7 topik, yaitu meliputi:

1. Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif;

2. Perencanaan Puskesmas yang partisipatif;

3. Pojok ASI;

4. Kelompok Peduli ASI;

5. Standard Operating Procedure sebagai bentuk akuntabilitas dan tranparansi pemberi layanan kepada

pengguna layanan;

6. Pengelolaan pengaduan dan janji perbaikan layanan sebagai bentuk responsif unit layanan terhadap

persepsi pengguna layanan;

7. Strategi promosi dalam Persalinan Aman yang lebih partisipatif dan inovatif.

Berbagai topik tersebut mempunyai posisi yang sangat strategis dalam pelaksanaan program kesehatan,

karena akan sangat menentukan kualitas pelayanan yang dihasilkan. Melalui penataan pada sisi manajemen

organisasi unit pemberi layanan, program, manajemen layanan, dan promosi kepada masyarakat, maka kinerja

penyedia pelayanan kesehatan akan semakin optimal sehingga pada akhirnya mampu mewujudkan target

kinerja utamanya yaitu pencapaian SPM. Oleh karena itulah keberadaan modul ini tidak dapat dipisahkan

dengan modul lain yang membahas tentang SPM bidang kesehatan karena keduanya bersifat saling

Page 40: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

38 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

melengkapi. Demikian juga dengan berbagai modul lain yang dikembangkan secara spesifik untuk masing-

masing aktivitas, misalnya modul survey pengaduan, modul MSF, dan modul kesehatan reproduksi.

Sasaran dan Strategi Kegiatan

Sasaran modul ini adalah Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) atau fasilitator program USAID-KINERJA bidang

kesehatan, unit pemberi layanan, dinas kesehatan, dan stakeholder lain yang terkait, seperti dukun, MSF, dan

berbagai kelompok peduli kesehatan yang ada di masyarakat.

Pendekatan USAID-KINERJA dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA dilakukan

dalam 2 strategi utama. Pertama, OMP melakukan pertemuan (lokakarya/workshop; FGD; dan lainnya)

dalam pencapaian persamaan persepsi terhadap suatu issue dan atau meningkatkan kapasitas pengelola

program baik tingkat kabupaten maupun unit layanan. Kedua, memfasilitasi/mendampingi dinas kesehatan

dan unit pemberi layanan (puskesmas) dalam merancang, menjalankan program, monitoring dan evaluasi

tatakelola kesehatan.

Setiap kegiatan tersebut dikoordinasikan oleh Local Public Services Specialist (LPSS) sebagai perwakilan

KINERJA di daerah. LPPS sebagai pengawal OMP dalam melaksanakan program KINERJA sesuai dengan

rencana kerja dan mediator dengan stakeholder daerah agar program KINERJA dapat berjalan dengan lancar.

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan modul-modul ini adalah untuk membantu kabupaten/kota mitra KINERJA-USAID dalam mengelola

program persalinan aman secara partisipatif, akuntabel, responsif, transparan, dan inovatif.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers(TOT):1. Memahami program KINERJA secara umum termasuk pendekatan dan strategi good governance dalam

upaya peningkatan pelayanan publik;

Page 41: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

39www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

2. Mampu mendampingi Puskesmas menyusun perencanaan yang partisipatif untuk mendukung program

IMD dan ASI Ekslusif;

3. Mampu mendampingi Puskesmas dalam mewujudkan pojok ASI;

4. Mampu mendampingi Puskesmas dan masyarakat dalam membentuk kelompok peduli ASI;

5. Mampu mendampingi Puskesmas dalam menyusun dan mengimplementasikan Standard Operating

Procedure (SOP) sebagai upaya menjalankan manajemen pelayanan Puskemas yang baik;

6. Mampu mendampingi Puskesmas dalam melakukan pengelolaan pengaduan, khususnya melalui

pelaksanaan survei pengaduan, penyusunan dan pemenuhan janji perbaikan layanan; dan

7. Mampu mendampingi Puskesmas dalam menyusun dan mengimplementasikan strategi promosi

kesehatansebagai upaya menjalankan manajemen pelayanan Puskemas yang baik.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Mampu menerapkan pendekatan dan strategi good governance dalam upaya peningkatan pelayanan

publik terutama dalam pelayanan kesehatan;

2. Mampu menyusun perencanaan Puskesmas secara partisipatif untuk mendukung program IMD dan

ASI Eksklusif;

3. Mampu mewujudkan pojok ASI;

4. Mampu membuat dan melaksanakan kelompok peduli ASI;

5. Mampu menyusun dan mengimplementasikan Standard Operating Procedure (SOP) sebagai upaya

menjalankan manajemen pelayanan Puskemas yang sesuai SPM dan hak pengguna layanan;

6. Mampu melakukan pengelolaan pengaduan, khususnya melalui pelaksanaan survei pengaduan dan

penyusunan janji perbaikan layanan; dan

7. Mampu menyusun dan mengimplementasikan strategi promosi kesehatan sebagai upaya menjalankan

manajemen pelayanan Puskemas yang baik.

Materi

1. Modul Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Persalinan Aman;

2. Modul Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif;

3. Modul Pojok ASI;

4. Modul Kelompok Peduli ASI;

5. Modul Standard Operating Procedure;

Page 42: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

40 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

6. Modul Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan;

7. Modul Strategi Promosi dalam IMD dan ASI Eksklusif.

Sistematika

Modul pelatihan dan pendampingan program KINERJA bidang kesehatan untuk kab/kota ini terdiri dari

beberapa pokok bahasan yang disusun secara bertahap seperti dijelaskan dalam skema berikut:

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengenalkan paket KINERJA bidang kesehatan terutama Tata Kelola

Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Setelah peserta memahami ruang lingkup paket KINERJA bidang

kesehatan, maka pada tahap selanjutnya pokok bahasan diarahkan kepada berbagai strategi dan upaya

Page 43: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

41www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

yang dapat dilakukan untuk mengelola dan menjalankan ketiga program utama tersebut agar lebih berhasil

guna. Manajemen Puskesmas yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan inovatif menjadi dasar

bagi terselenggaranya program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif secara efektif dan

efisien. Tata kelola yang baik ini diawali dari fase perencanaan dan pembiayaan program. Disinilah pentingnya

pembahasan mengenai manajemen PTP atau Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sebagai salah satu

sumber dana untuk program kesehatan.

Pelaksanaan program Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif membutuhkan dilakukannya inovasi

tertentu agar program dapat memenuhi target yang ditetapkan. Kegiatan inovasi yang ditawarkan KINERJA

adalah pojok ASI serta kelompok peduli ASI. Kedua kegiatan ini diharapkan dapat memberikan daya ungkit

positif bagi ketiga program kesehatan tersebut. Di samping itu, keberadaan SOP layanan juga menjadi faktor

penting bagi terlaksananya program yang berkualitas. SOP disusun untuk menjamin adanya standar yang

baku bagi provider sehingga ada kejelasan dalam bertindak, sekaligus sebagai jaminan bagi masyarakat agar

memperoleh pelayanan sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian diharapkan kepuasan masyarakat

dapat terjamin. Tetapi jika masih ditemui keluhan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan yang

diberikan oleh provider pelayanan kesehatan, maka pemberi layanan harus merespon keluhan tersebut dalam

sebuah janji perbaikan layanan. Inilah yang menjadi ciri baik pelaksanaan pelayanan publik.

Simultan dengan pelaksanaan berbagai strategi dan pendekatan manajemen tersebut, promosi kesehatan

juga memegang peranan penting, karena disinilah titik awal keterlibatan masyarakat dalam berbagai program

kesehatan. Melalui promosi kesehatan yang kreatif dan inovatif, kesadaran masyarakat dapat dengan mudah

didapat, sehingga pada akhirnya masyarakat mau dan mampu berpartispasi aktif dalam berbagai program

kesehatan yang diadakan oleh pemerintah.

Page 44: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Page 45: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

43www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif

11

Page 46: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

44 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Strategi Pendekatan KINERJA dalam Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Deskripsi Modul

Modul ini menguraikan tentang pendekatan

governance KINERJA dalam program IMD dan

ASI Eksklusif untuk diterapkan di tingkat Dinas

Kesehatan dan Puskesmas agar terjadi peningkatan

mutu dan kinerja melalui praktek-praktek baik yang

partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan

inovatif serta dengan memperkuat dan memper-

hatikan keseimbangan unsur demand dan supply.

Strategi peningkatan cakupan Persalinan Aman

dibahas dalam modul panduan pendampingan lain.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)

2. Konsultan/Pelatih

3. Fasilitator kesehatan

4. Staf Dinas Kesehatan

5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa

6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh

masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Tujuan modul ini adalah untuk memahami program

KINERJA secara umum termasuk pendekatan dan

Modul 1

.......

menguraikan tentang pendekatan

governance KINERJA dalam program IMD dan ASI Eksklusif

.......

Page 47: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

45www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Forum-MSF) dalam pengelolaan program

Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI

Eksklusif di tingkat Puskesmas dan masyarakat;

5. Praktek baik di daerah mitra KINERJA.

Metode :

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board

4. Alat tulis

5. Materi Presentasi

Waktu

Sesi pelatihan: Satu hari

strategi good governance dalam upaya peningkatan

pelayanan publik.

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Mampu menjelaskan ruang lingkup program

KINERJA, khususnya paket KINERJA bidang

kesehatan

2. Mampu menjelaskan pendekatan program

KINERJA dalam sektor kesehatan dan

governance

3. Memahami peran dari sisi pengguna

dan penyedia layanan kesehatan dalam

mengintegrasikan pendekatan KINERJA dalam

upaya peningkatan pelayanan.

4. Memahami konsepdan strategi pengarusutaman

gender dalam program KINERJA.

5. Mampu menjelaskan peran pentingnya

Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI

Eksklusif terhadap peningkatan kualitas sumber

daya manusia di masa depan;

6. Mampu menjelaskan temuan dan kondisi daerah

dalam Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini,

dan ASI Eksklusif.

Pokok Bahasan

1. Pelayanan publik hak rakyat;

2. Dasar Program KINERJA dalam Persalinan

Aman, IMD dan ASI Eksklusif;

3. Strategi pendekatan KINERJA dalam Persalinan

Aman;

4. Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder

Waktu Pokok Bahasan1 x 45 menit Pembukaan

Penjelasan singkat tentang Program KINERJABina Suasana

2 x 45 menit Diskusi kelompok: Pemetaan kondisi daerah terkait program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI EksklusifPemaparan hasil diskusi kelompok

Page 48: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

46 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

1. Pengantar

a) Fasilitator membuka sesi dengan

menjelaskan pendekatan khusus yang

digunakan oleh KINERJA dalam mengelola

program IMD dan ASI Eksklusif dengan

lebih baik, yaitu dengan memperhatikan

keseimbangan unsur supply dan demand.

Untuk memberikan pemahaman yang

komprehensif tentang KINERJA, ada

baiknya terlebih dahulu disampaikan

gambaran sekilas tentang program

KINERJA, khususnya bidang kesehatan.

b) Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama 1 hari, dengan alokasi waktu 4 x 45

menit. Materi yang akan dibahas tentang

program KINERJA bidang kesehatan yang

meliputi IMD dan ASI Eksklusif dengan

penekanan khusus pada pendekatan

KINERJA tersebut termasuk Peran

pemangku kepentingan (Multi Stakeholder

Forum-MSF) di tingkat Puskesmas dan

masyarakat.

c) Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

peserta dan motivation game.

d) Melaksanakan self-assessment untuk

memetakan kondisi daerah terkait

pelaksanaan program Inisiasi Menyusu

Dinidan ASI Eksklusif. Hasil pemetaan awal

ini dapat digunakan sebagai entry point

dalam menyusun langkah perbaikan, yaitu

dengan menerapkan pendekatan spesifik

yang dikembangkan KINERJA.

2. Proses pelatihan

a) Fasilitator atau nara sumber menyajikan

materi sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Gunakan media pembelajaran

yang sesuai untuk memudahkan

penangkapan peserta. Bahan presentasi

dapat menggunakan bahan yang tersedia

dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,

dengan mengutamakan peran aktif dari

seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

b) Beri kesempatan kepada setiap peserta

untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan

dulu komentar atas pertanyaan peserta

2 x 45 menit Penyajian materi: Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI EksklusifDiskusi dan tanya jawab

2 x 45 menit Penyajian materi: Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder Forum-MSF) dalam pengelolaan programInisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif di tingkat Puskesmas dan masyarakat.Diskusi dan tanya jawab

1 x 45 menit Rencana tindak lanjutPenutupan

Page 49: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

47www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

kepada peserta yang lain, agar suasana

diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas

fasilitator adalah memfasilitasi proses

diskusi dan mengarahkan jika ada proses

diskusi yang menyimpang.

Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai

berikut:

i. SesiI: Sudah dijelaskan dalam

pengantar

ii. SesiII: Minta peserta untuk membentuk

kelompok dan mendiskusikan kondisi

daerah terkait dengan pelaksanaan

program program Inisiasi Menyusu

Dini dan ASI Eksklusif. Beberapa hal

yang bisa disoroti diantaranya: tingkat

pencapaian target, keterlibatan unsur

masyarakat dan stakeholder yang lain

dalam program, serta hambatan dan

peluang program.

iii. SesiIII: Nara sumber menyajikan materi

tentang Strategi Pendekatan Kinerja

Dalam program Inisiasi Menyusu Dini

dan ASI Eksklusif. Beberapa point

yang perlu mendapat penekanan

khusus adalah: konsep governance,

keseimbangan sisi demand dan supply,

dan kesetaraan gender dalam program.

Tampilkan contoh praktek baik yang

telah ada dari berbagai daerah untuk

menginspirasi peserta.

iv. SesiIV: Nara sumber menyajikan materi

tentang Peran pemangku kepentingan

(Multi Stakeholder Forum-MSF) dalam

pengelolaan program program Inisiasi

Menyusu Dinidan ASI Eksklusif di tingkat

Puskesmas dan masyarakat. Uraikan

secara jelas bentuk partispasi yang bisa

dilakukan oleh MSF serta dasar hukum

yang mengatur tentang hal tersebut.

3. Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana

tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan

kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut

yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit

yang akan dilakukan baik oleh OMP, LPSS,

MSF, maupun Puskesmas dan Dinas Kesehatan

untuk mulai menerapkan beberapa pendekatan

KINERJA tersebut dalam menjalankan program

Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan

ASI Eksklusif. Selanjutnya fasilitator menutup

sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil

presentasi dan tanya jawab, serta menekankan

kembali beberapa hal yang akan dilakukan

sesuai dengan rencana tidak lanjut yang telah

disusun.

Uraian Substansi

1. Program USAID-KINERJA

USAID-KINERJA adalah program bantuan

teknis untuk 24 kabupaten/kota di 5 provinsi

di Indonesia. Sampai dengan tahun 2013,

terdapat 5 provinsi yang menjadi wilayah

kerja USAID-KINERJA yaitu Aceh, Kalimantan

Page 50: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

48 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan Papua.

Program USAID-KINERJA dalam modul ini

difokuskan pada pengembangan tata kelola

pemerintahan khususnya di aspek pelayanan

publik pada bidang kesehatan kecuali Papua.

Sesungguhnya konstitusi menjamin hak warga

dalam pelayanan publik sebagaimana tercantum

dalam Undang-Undang Dasar 1945 terutama

pasal 28H dan pasal 34 ayat (3). Selanjutnya

diturunkan peraturan lebih implementatif melalui

Undang-Undang Pelayanan Publik (UU No 25

tahun 2009). Walaupun sebelumnya sudah terbit

beberapat peraturan Kementerian Aparatur

Negara dalam peningkatan pelayanan publik

terutama pada fasilitas pemerintah.

Pentingnya penekanan pada fasilitas pemerintah

karena fasilitas pemerintah merupakan fasilitas

kesehatan yang tidak memiliki risiko ketika

fasilitasnya tidak dikunjungi oleh masyarakat.

Bahkan sangat menguntungkan bagi pegawai

negeri karena tidak banyak kerja dan tidak

menambah laporan. Pada sisi lain, fasilitas

kesehatan pemerintah secara tidak sadar

masih terpengaruh oleh pola pikir masa kolonial

Belanda.

Pada masa itu, penduduk Indonesia (lander)

harus memberi penghormatan yang besar

kepada pemberi layanan karena layanan

itu adalah anugerah dari bangsa kolonial.

Akibatnya, petugas pemberi layanan susah

mendengar keluhan, berperilaku seenaknya dan

tidak jelas berbagai pelayanan.

Era desentralisasi diharapkan terjadi perubahan

ini tetapi tidak terjadi karena pemerintah daerah

masih turut terpengaruhi pula pola pikir yang

sama. Namun era demokrasi ini harus didorong

ke arah tata kelola yang baik. Karena dampak

utama dari demokrasi adalah pelayanan publik

yang baik. Sehingga mampu meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

Penataan tatakelola pemerintahan yang baik

(good governance) dalam pelayanan publik

dengan menerapkan beberapa unsur tatakelola

yaitu partisipasi, transparansi, daya tanggap dan

akuntabilitas.

2. Dasar Desain Program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif

Paket dukungan KINERJA dalam bidang

kesehatan meliputi Persalinan Aman, IMD dan

ASI Eksklusif. Program kesehatan ibu dan

anak (KIA) memang merupakan salah satu

prioritas pembangunan kesehatan nasional

dan menjadi salah satu indikator utama dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010 – 2014. Tingginya Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) membuat pemerintah menempatkan

upaya penurunan AKI dan AKB sebagai program

prioritas nasional. Oleh karena itu prioritas

pembangunan kesehatan di Indonesia sampai

saat ini masih fokus pada program kesehatan

Page 51: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

49www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

ibu dan anak. Modul ini fokus pada kesehatan

anak.

Pembangunan kesehatan merupakan

pembangunan investasi sumber daya manusia

(SDM). Investasi yang tepat waktu untuk

investasi SDM jangka panjang adalah pada

masa kehamilan dan usia di bawah lima

tahun (balita). Pada fase ini sedang terjadi

pertumbuhan otak yang sangat optimal.

Pertumbuhan otak ini sangat menentukan masa

depan anak itu sendiri dan sekaligus masa

depan suatu bangsa. Apabila suatu bangsa lolos

memperhatikan investasi pada fase ini maka

bangsa itu akan mendapatkan generasi yang

hilang dimana suatu bangsa yang tidak dapat

menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.

Kesakitan dan kematian anak merefleksikan

suatu negara yang peduli pada rakyatnya.

Kesakitan dan kematian balita menggambarkan

kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-

anak tinggal termasuk sistem pelayanan

kesehatan yang memberikan perawatan

kesehatan mereka. Apalagi anak balita

merupakan populasi yang mudah terkena

atau rentan terhadap suatu kondisi yang

mengancam kesehatan mereka. Peningkatan

status kesehatan anak akan berkontribusi positif

pada pemutusan rantai pemiskinan terutama

pada keluarga tidak mampu melalui peningkatan

kapabilitas anak sehingga mampu menciptakan

mutu tenaga kerja yang baik67. Oleh karena itu,

menurunkan kematian anak menjadi tujuan 4

dari tujuan pembangunan pada era millennium

ini (Millennium Development Goals/MDGs).

Tren kecenderungan penurunan kematian anak

berdasarkan data SKRT 1991 dan 2002 serta

data Riskesdas 20078 menunjukkan bahwa

Indonesia relatif sulit mencapai Goal 4 dari

Millennium Development Goals (MDGs) (lihat

gambar 1). Angka kematian bayi dan balita

menurut Riskedas 2007 berturut-turut adalah

34 dan 44 per 1000 kelahiran hidup. Sementara

target angka kematian bayi dan balita menurut

MDGs pada tahun 2015 berturut-turut 23/1.000

dan 32/1.000 kelahiran hidup.

Sesuai dengan tren sejak 2002 sampai 2007

menunjukkan penurunan kematian bayi dan

balita dalam lima tahun adalah 1 bayi dan 2

balita. Apabila Indonesia tidak memiliki suatu

rencana akselerasi penurunan kematian anak

maka penurunan kematian balita pada tahun

2015 sekitar 2 bayi dan 4 balita atau penurunan

kematian bayi dan balita hanya tercapai 32 dan

40 per 1000 kelahiran hidup.

6. Sach JD. Macroeconomics and Health: Investing in Health for Economic Development, Report of the Commission on Macroeconomics and Health, WHO, Geneva, 2001a: 1-114

7. Amartya Sen, Development As Freedom, Oxford University Press, 19998. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Laporan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Nasional 2007, Jakarta, 2008

Page 52: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

50 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Gambar 1. Intervensi Hemat Biaya Untuk Menekan Kematian Anak

Gambar 2. Jenis Intervensi Kesehatan Anak yang Cost Efektif

Sumber: Dr. Utami Rusli, dikutip dari Edmund K, Lancet 2003.

Page 53: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

51www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa

IMD dan ASI eksklusif dapat menekan kematian

yang cukup besar dari berbagai jenis intervensi.

Berbagai upaya penurunan kematian bayi,

seperti pemberian ASI Eksklusif di negara-negara

berkembang ternyata mampu menurunkan secara

tajam angka kematian bayi dengan menurunkan

penyakit diare dan infeksi lainnya. IMD juga dapat

mengurangi 22% kematian bayi dengan mencegah

penyakit diare dan penyakit infeksi lainnya. Menurut

RISKESDAS 2010, angka ASI Eksklusif hanya

mencapai 15,3% sedangkan angka IMD mencapai

29,3%. Indonesia menghadapi cukup banyak

tantangan di bidang ini, termasuk minimnya promosi

IMD dan ASI Eksklusif di semua tingkatan; budaya

yang sering memberikan makanan tambahan

sejak dini; promosi susu formula bayi oleh petugas

kesehatan; dan kurangnya fasilitas pojok laktasi

bagi ibu yang menyusui di tempat-tempat umum dan

tempat kerja.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan

tentang ASI Eksklusi yaitu PP 33/2012 tentang

Air Susu Ibu. Namun, jauh sebelumnya, kebijakan

pemberian ASI Eksklusif telah diatur dalam

Permenkes 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang

ASI Eksklusif, Peraturan Bersama Menteri Negera

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak (Meneg PP dan PA), Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi (Mennakertrans), dan Menteri

Kesehatan No: 48/MEN.PP/XII/2008, Per27/

MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/PB/XII/2008

mengenai pemberian ASI Eksklusif di tempat kerja,

namun dalam pelaksanaan belum berjalan dengan

semestinya.

Proyek KINERJA mendukung upaya Pemerintah

Indonesia untuk mencapai MDG 4 melalui perbaikan

tata kelola IMD dan ASI Eksklusif. Strategi

peningkatan cakupan Persalinan Aman dibahas

dalam panduan pendampingan lain.

Dalam upaya peningkatan pelayanan publik

sektor kesehatan ini mengacu kepada Standar

Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan sebagai

ukuran kinerja utama dalam pelaksanaan pelayanan

sektor kesehatan. IMD dan ASI Eksklusif belum

terakomodasi dalam SPM tetapi beberapa

penanggulangan penyakit menular dalam SPM

terutama untuk anak sangat erat dengan IMD dan

ASI Eksklusif. Perencanaan pencapaian SPM

kesehatan secara khusus dibahas dalam laporan

KINERJA yang lain.

Program KINERJA utama memberi bantuan kepada

19 kabupaten/kota yang tersebar dari 4 provinsi

yaitu aceh (5 kabupaten/kota), Jawa Timur (5

kabupaten/kota), Kalimantan Barat (5 kabupaten/

kota), dan Sulawesi Selatan (4 kabupaten/kota).

Berdasarkan tinjauan teori dan konsultasi kabupaten

/kota maka disusunlah beberapa kegiatan yaitu:

• Penguatan Kebijakan PA, IMD dan ASI

Eksklusif;

• Penguatan Partisipasi Masyarakat: Multi-

stakeholder Forum yang mampu melakukan

monitoring, mediasi, dan advokasi;

• Peningkatan Manajemen Puskesmas:

– Manajemen organisasi (perencanaan

dan penganggaran (APBD, BOK) yang

Page 54: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

52 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

partisipatif, tranparansi dan akuntabel);

– Manajemen program (kemitraan bidan

dan dukun, informasi pelayanan/kantung

persalinan);

– Manajemen Pelayanan (janji perbaikan

layanan, mekanisme pengelolaan

pengaduan, SOP, pengaturan kerja).

• Peningkatan Pemahaman Masyarakat terhadap

hak-hak kesehatan ibu dan anak melalui strategi

promosi yang partisipatif (keterlibatan pimpinan

daerah, Kerjasama dengan Kementerian

Agama, Dinas Pendidikan, tokoh budaya, media,

dan lainnya).

3. Strategi Pendekatan KINERJA

Program KINERJA memiliki dua sisi yaitu sisi

pengguna layanan dan masyarakat (demand)

dan sisi penyedia layanan (supply). Kedua

sisi itu akan fokus pada prinsip-prinsip tata

kelola yang baik (good governance). Pada sisi

demand, KINERJA meningkatkan kepedulian,

partisipasi dan keterlibatan masyarakat

terhadap kualitas pelayanan yang disediakan

oleh pemerintah daerah yang disebut

sebagai insentif. Pada sisi supply, KINERJA

meningkatkan kemampuan pemberi layanan

untuk pengelolaan pelayanan berbasis inovasi,

yaitu praktik yang baik yang disebut sebagai

inovatif. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)

melaksanakan kegiatan, dan mendokumentasi

dan mereplikasi praktek yang baik dari hasil

pendampingan KINERJA.

a) Tata Kelola (governance) dalam Program Kesehatan KINERJA

Program KINERJA dirancang dengan mandat

utama untuk membantu peningkatan layanan

publik bidang kesehatan pada daerah mitra

melalui penguatan manajemen dan tatakelola

(governance) melalui penguatan kebijakan

daerah, pemberi layanan, dan penerima

layanan. Sebagai paradigma baru dalam

pelayanan publik yang selama ini pemerintah

bertindak sebagai penyedia jasa pelayanan

satu-satunya aktor dalam upaya peningkatan

kualitas pelayanan, oleh KINERJA didorong

untuk berubah dan terjadi pergeseran peran

dari penyedia jasa pelayanan menjadi badan

pendorong yang memfasilitasi pihak lain di

komunitas dan sektor swasta juga mengambil

peran aktif. Pelayanan publik merupakan

urusan bersama antara pemerintah, civil society

(organisasi masyarakat sipil dan warga), dan

dunia usaha.

Oleh karena itu, upaya peningkatan kinerja

pelayanan KIA dilakukan melalui peningkatan

manajemen dan kapasitas pemberi layanan

dan unit layanan sehingga terjadi perbaikan

pengelolaan pelayanan serta peningkatan

kepedulian masyarakat terhadap kualitas

pelayanan publik tingkat daerah, dan

direplikasikannya praktek yang baik.

Pada sisi penyedia layanan, pendekatan

yang dilakukan KINERJA untuk memperbaiki

Page 55: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

53www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

pelayanan publik dan menurunkan kematian ibu

dan bayi adalah sebagai berikut:

a) Peningkatan dan percepatan pencapaian SPM

yang relevan dengan Program KIA. Secara

teknokratik peningkatan pelayanan KIA terkait

erat dengan peningkatan kinerja indikator 1 –

10, berdasarkan Permenkes 741/2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

b) Penguatan kebijakan daerah yang

mengintegrasikan pencapaian SPM dan

penerapan standar pelayanan publik

c) Bekerjasama dengan staf manajemen

Puskesmas untuk melakukan perencanaan dan

penganggaran tingkat Puskesmas yang terbuka

dan partisipatif

d) Upaya peningkatan mutu unit dan manajemen

pelayanan melalui pengadaan survei pengaduan

masyarakat, penyusunan Janji Perbaikan

Layanan, dan penyusunan Standard Operating

Procedure (SOP)

e) Memperkuat desain promosi kesehatan untuk

membangun partisipasi masyarakat

f) Memperkuat kemitraan bidan dan dukun

g) Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam

revitalisasi sistem informasi KIA (khususnya

kantung persalinan)

h) Peningkatan pelayanan melalui pengelolaan

pengaduan (kotak saran, SMS gate way dan

lainnya)

i) Manajemen perencanaan BOK yang lebih peduli

kepada persalinan aman, inisiasi menyusu dini

dan ASI eksklusif.

Kegiatan utama yang mendorong peningkatan

program pada sisi demand adalah:

a. Optimalisasi forum kemitraan eksisting atau

melakukan inisiasi forum kemitraan baru

bersama OMP dan sektor terkait

b. Surveipengaduan sebagai bentuk perbaikan

layanan sesuai dengan perpektif pengguna

layanan

c. Penguatan masyarakat agar dapat menyuarakan

suara masyarakat yang tidak pernah didengar

oleh pemerintah melalui jurnalisme warga

d. Pengarusutamaan jender sebagai peran yang

seimbang dari berbagai pihak.

b) Unsur-unsur Tata Kelola IMD dan ASI Eksklusif

Tata kelola adalah suatu mekanisme pengelolaan

sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan

pengaruh sektor negara dan sektor non-pemerintah

dalam suatu usaha kolektif (UNDP 2008). Definisi ini

mengasumsikan banyak aktor yang terlibat dalam

tata pemerintahan, dimana tidak ada yang sangat

dominan yang menentukan gerak aktor lain. Para

aktor ini meliputi pemerintah, masyarakat sipil dan

pihak swasta, termasuk juga anggota parlemen,

penegak hukum, dan lainnya.

Tata kelola untuk kesehatan adalah aturan

dan mekanisme yang mengatur distribusi dari

peran dan tanggungjawab serta interaksi antara

penerima layanan, pembuat kebijakan politis

Page 56: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

54 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

ataupun pemerintah, dan pemberi layanan

kesehatan (baik publik, swasta ataupun non-profit).

Ketiganya bersama-sama menentukan kebijakan

kesehatan yang akan dilakukan, layanan yang

disediakan, alokasi sumber daya kesehatan dan

penggunaannya, distribusi biaya, penerima layanan

dan keuntungannya, serta keluaran kesehatan yang

akan dicapai.

KINERJA dalam tata kelola pemerintahan untuk

kesehatan bertujuan untuk mempromosikan dan

mendukung:

• Keterbukaan dan/atau peningkatan akses

terhadap informasi kesehatan yang terkait

dengan isu kesehatan ibu dan anakseperti

capaian pemeriksaan kehamilan dari

Puskesmas, perencanaan dan penggunaan

dana kesehatan yang partisipatif dan transparan.

• Pengelolaan/manajemen layanan kesehatan

yang partisipatif dengan melibatkan masyarakat

yang terwakili dalam multi stakeholder forum

(MSF). MSF bersama puskesmas melakukan

surei pengaduan yang selanjutnya dibuat janji

perbaikan layanan sampai dengan pemenuhan

dari janji tersebut. Bentuk lain dari responsif

puskesmas adalah pengelolaan pengaduan

masyarakat.

• Penguatan transparansi, akuntabilitas, dan inovasi

dari puskesmas dan dinas kesehatan daerah.

c) Pendekatan Tata Kelola/Governance di Sisi Supply

Pada sisi supply, baik di SKPD maupun di

unit pelayanan (puskesmas), KINERJA telah

mempromosikan dan mendukung untuk membuka

dan meningkatkan akses informasi, mengadakan

manajemen partisipatif, dan memperkuat

transparansi dan akuntabilitas. Dukungan kegiatan

sebagai berikut:

a) Reformasi kebijakan lokal yang terkait KIA

dalam bentuk payung hukum seperti peraturan

bupati/walikota tentang pelarangan promosi

susu formula di unit pelayanan KIA baik publik

maupun swasta

b) Peningkatan kapasitas unit-unit layanan

KIA terutama puskesmas untuk melakukan

perencanaan dan penganggaranpartisipatif

c) Bantuan teknis pada pengembangan strategi

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

d) Bantuan teknis untuk menghitung kesenjangan

dan kebijakan pendanaan untuk Standar

Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar

Pelayanan Publik (SPP)

e) Menetapkan dan memperkuat mekanisme survei

pengaduan dan penanganan keluhan pengguna

layanan

f) Mengembangkan sistem insentif dan disinsentif,

misalnya dengan penghargaan dan tekanan/

sanksi sosial

g) Memperkuat kemitraan antara puskesmas/

unit pelayanan/supply dengan masyarakat dan

media lokal.

Page 57: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

55www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

d) Pendekatan Tata Kelola/Governance di Sisi Demand

Dari sisi pengguna layanan, KINERJA fokus pada

penguatan kapasitas advokasi dari organisasi

masyarakat sipil dan media lokal sehingga mereka

dapat menjadi pendorong aktif untuk terjadinya

layanan publik yang lebih baik. Kegiatan dukungan

KINERJA sebagai berikut:

a) Peningkatan kesadaran dalam hak sipil

(termasuk hak reproduksi dan hak konsumen),

sehingga mereka dapat meminta layanan yang

seharusnya mereka diberikan, serta mengkritisi

layanan publik yang kurang sesuai standar

nasional

b) Mempromosikan keterlibatan warga dalam

perencanaan dan monitoring pelayanan

publik melalui Multi Stakeholder Forum (MSF)

atau forum masyarakat lain yang sudah ada

sebelumnya

c) Advokasi kebijakan dan analisis situasi sebagai

masukan bagi para pembuat kebijakan

d) Revitalisasi lembaga lokal untuk memperkuat

kemitraan dalam mengorganisir warga, mediasi

pemantauan dan advokasi

e) Inisiasi dan advokasi bagi penyusunan Janji

Perbaikan Layanan

f) Dukungan kampanye media untuk layanan

publik yang baik

g) Pengembangan jaringan dengan lembaga terkait

(DPRD, Ombudsman dan KIP tingkat provinsi

dan nasional) dalam penyelesaian sengketa

pelayanan publik.

e) Perspektif Jender Dalam Tata Kelola Layanan Publik Bidang Kesehatan

Untuk meningkatkan kesetaraan jender dan

mengakomodir suara kelompok minoritas, KINERJA

mengintegrasikan perspektif jender di seluruh aspek

program dan paket dukungan KINERJA melalui

beberapa strategi pendekatan teknis yang luas.

Pendekatan pertama, dengan melibatkan

perempuan dan remaja secara luas dalam (a)

pengambilan keputusan tentang pemilihan

intervensi di daerah sasaran; (b) menjadi bagian dari

kelompok kerja yang terlibat aktif mulai dari proses

perencanaan sampai pada pelaksanaan; (c) menjadi

kelompok yang tercakup dalam survei awal; (d)

target kelompok dipilih untuk intervensi layanan; dan

(e) kelompok yang tercakup dalam pengawasan,

pemantauan dan evaluasi. Pendekatan kedua

adalah dengan membangun keterlibatan aktif bapak-

bapak dalam mendukung gerakan KIA. Pendekatan

ketiga adalah memastikan bahwa KINERJA

memfokuskan programnya pada layanan yang

sangat relevan dengan perempuan– ini merupakan

tugas yang mudah dengan adanya mandat

untuk bekerja di bidang KIA, dimana penerima

manfaatutama dari layanan publik yang berkualitas

adalah perempuan dan anak.

Di bawah ini adalah contoh pengintegrasian gender

dalam kegiatan KIA paket dukungan KINERJA.

Page 58: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

56 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

1. Memantau kinerja para mitra khususnya OMP

untuk mempersyaratkan keterlibatan dan

kualitaskesetaraan jender dalam semua aspek

perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan

evaluasi kegiatan/program kesehatan.

2. Memastikan keterlibatan yang proporsional

antara laki-laki dan perempuan dalam

pelaksanaan program Persalinan Aman, IMD

dan ASI Eksklusif, misalnya dengan Gerakan

Bapak Peduli ASI.

3. Menyediakan pelatihan yang ditargetkan untuk

perempuan dan laki-laki untuk meningkatkan

peran serta mereka dalam kesehatan ibu hamil

dan perawatan bayi baru lahir.

4. Memastikan bahwa perempuan dan laki-

laki memiliki akses yang seimbang dalam

memperoleh layanan kesehatan melalui kerja

sama dengan pemerintah lokal dan penyedia

layanan kesehatan.

5. Menyediakan data terpilah jender dalam

monitoring, evaluasi dan penilaian hasil serta

dampak program kesehatan.

f) Penguatan Multi Stakeholder Forum (MSF) untuk Pengawasan Layanan Publik

KINERJA bekerja melalui MSF yang ada di tingkat

kabupaten/kota dan kecamatan/puskesmas

sebagai target antara. Para anggota MSF terdiri

dari Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), akademisi,

eksekutif, DPRD, tokoh masyarakat/agama/adat,

pemerhati & penggiat isu sektoral terkait, dan sektor

swasta. KINERJA mengharapkan bahwa kelompok-

kelompok tersebut nantinya akan bekerja dengan

masyarakat untuk peningkatan kesadaran dan juga

secara bersama melakukan advokasi kebijakan.

MSF berfungsi dalam pengelolaan pelayanan

publik mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan

pemantauan sampai pada advokasi.

MSF sebagai mitra pemerintah berperan sebagai

mediator, advokator, fasilitator dan motivator dalam

pengelolaan program kesehatan.

Kegiatan:

• Pertemuan reguler MSF tingkat kabupaten/

kota dan atau kecamatan/unit layanan, dan

pertemuan bersama puskesmas dan dinas

kesehatan daerah.

• Berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan

perencanaan, implementasi, monitoring

dan evaluasi program kesehatan, termasuk

dalam pelaksanaan survei pengaduan,

perumusan Janji Perbaikan Layanan, dan

rekomendasi perbaikan layanan serta mengawal

implementasinya, serta pengelolaan komplain

unit.

• Melakukan analisis mendalam terhadap

hasil pemantauan program kesehatan dan

merumuskan rekomendasi untuk perubahan

kebijakan

• Memberikan masukan terkait dengan

perumusan kebijakan daerah.

PartisipanMSF:

• Partisipan inti/utama diperoleh dari hasil

identifikasi dan analisis stakeholder, dapat

terdiri dari: tokoh terkemuka dari Organisasi

Page 59: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

57www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Masyarakat Sipil, akademisi, tokoh masyarakat,

tokoh agama, tokoh pemuda, sektor swasta,

kader posyandu, dan kelompok ibu-ibu.

• Partisipan lain yang peduli terhadap sektor

kesehatan.

HasilyangDiharapkan:

Peningkatan keterlibatan unsur-unsur masyarakat

dalam proses pengelolaan pelayanan kesehatan

yang setara jender.

Panduan lengkap tentang MSF dapat dilihat pada

paket modul MSF USAID-KINERJA.

g) Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik melalui Survei Pengaduan &Janji Perbaikan Layanan

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang

diamanatkan dalam regulasi di Indonesia,misalnya

UU No. 25/2009 tentang pelayanan publik,

PP No. 96/2012 menekankan pada peran

Penyelenggara, dan Pembina Pelayanan Publik

dan Penanggungjawab di Unit Pelayanan Publikdan

Permenpan No 13/2009.

Survei Pengaduan adalah salah satu alat yang

terbukti efektif untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas

pelayanan publik. Instrumen survei pengaduan ini

berfungsi sebagai ‘general check up’ untuk melihat

kualitas pelayanan yang selama ini diberikan oleh

unit layanan.

Di samping itu, survei pengaduan dapat menjadi

bahan advokasi kepada pemerintah daerah

(pengambil kebijakan) untuk mendapatkan respon

positif dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan

publik.

Di sisi lain, survei tersebut juga dapat berfungsi

sebagai media akuntabilitas untuk unit layanan

kesehatan. Survei ini harus dilakukan melalui

cara partisipatif dengan melibatkan minimal 30%

pengguna layanan, termasuk suami atau bapak

yang mengantar ibu hamil/ibu bersalian/ibu nifas/ibu

menyusui, dan kelompok rentan (seperti kelompok

difabel).

Contoh Praktek Baik

Contoh Penerapan Tata Kelola Kesehatan yang baik

di beberapa Kabupaten/Kota:

1. Pejabat pemerintah merumuskan kebijakan,

rencana, peraturan, prosedur dan standar

berdasarkan bukti tentang efektivitas intervensi

kesehatan, alokasi sumber daya, pola belanja

dan sebagainya.

2. Pejabat pemerintah membuat keputusan tentang

alokasi sumber daya untuk layanan kesehatan

berdasarkan bukti mengenai kebutuhan

dan efektivitas layanan dan sesuai dengan

kebijakan.

3. Pembuat regulasi/kebijakan secara teratur

mencari masukan dari para ahli teknis dalam

Page 60: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

58 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

organisasi pemerintah dan masyarakat sipil

dan pengguna pelayanan kesehatan sebagai

masukan ke dalam undang-undang tentang

kesehatan, termasuk peran dari masyarakat,

masyarakat sipil dan swasta untuk sektor

swasta.

4. Penyedia layanan secara teratur meninjau dan

memperbarui layanan yang mereka berikan

atas dasar bukti tentang efektivitas pelayanan

kesehatan, kebutuhan pasien dan masalah

kesehatan.

5. Protokol, standar, dan kode prilaku, termasuk

prosedur sertifikasi untuk lembaga pelatihan,

fasilitas pelayanan kesehatan, dan penyedia

layanan kesehatan, telah dikembangkan untuk

semua aktor yang terlibat dalam pemberian

pelayanan kesehatan dan telah banyak

disebarluaskan.

6. Organisasi sektor publik, relawan dan swasta

ada untuk memantau kepatuhan terhadap

protokol, standar, dan kode perilaku di depan

umum, LSM, dan organisasi kesehatan swasta

penyedia layanan.

7. Struktur (misalnya, lembaga regulator dengan

sumber daya manusia yang sesuai) dan

prosedur untuk pengawasan memungkinkan

penyedia, pasien dan stakeholder terkait lainnya

untuk mencari keadilan ketika peraturan,

protokol, standar, dan atau kode etik tidak

dipenuhi.

8. Pembiayaan, layanan penyediaan dan

pengaturan pengawasan menawarkan insentif

untuk pemerintah, LSM dan pemberi layanan

swasta untuk meningkatkan kinerja dalam

pelayanan kesehatan.

9. Struktur dan prosedur tersedia untuk mendorong

para ahli teknis publik dan masyarakat lokal

untuk meninjau dan menanggapi pada prioritas

kesehatan, keputusan alokasi sumber daya dan

kualitas layanan selama proses perencanaan

strategis pemerintah.

10. Alokasi dan pemanfaatan sumber daya secara

teratur dilacak, dan informasi hasil tersedia

untuk ditinjau oleh publik dan pemangku

kepentingan terkait.

11. Sistem tersebut ada untuk melaporkan,

menyelidiki dan mengadili misalokasi dan

penyalahgunaan sumber daya.

12. Pemerintah dan organisasi-organisasi

kesehatan penyedia teratur mengorganisir dan

mengadakan forum untuk meminta masukan

dan pendapat dari para pemangku kepentingan

publik dan penerima manfaat (kelompok rentan,

kelompok dengan masalah kesehatan tertentu,

dll) tentang prioritas, layanan dan sumber daya

kesehatan.

13. Organisasi masyarakat sipil (termasuk

organisasi profesional-misalnya, khusus

yang berhubungan dengan kesehatan LSM

dan media) memberikan pengawasan dari

masyarakat, LSM dan organisasi penyedia

swasta dalam cara mereka memberikan dan

membiayai pelayanan kesehatan.

14. Para pelaku atau pemangku berkepentingan

terkait memiliki kesempatan teratur untuk

bertemu dengan manajemen organisasi

pelayanan kesehatan (rumah sakit, pusat

kesehatan, klinik) untuk mengangkat isu-isu

tentang efisiensi layanan atau kualitas.

Page 61: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

59www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

15. Para pelaku dan pemangku berkepentingan

terkait memiliki sarana keuangan, alat, materi,

dan kemampuan untuk mendukung dan

berpartisipasi secara efektif dengan pejabat

publik dalam pembentukan kebijakan, rencana

dan anggaran untuk pelayanan kesehatan.

16. Informasi tersedia untuk umum tentang

kualitas dan biaya pelayanan kesehatan untuk

membantu pasien membuat pilihan terhadap

unit layanan kesehatan yang mana paling sesuai

dengan kebutuhan dan kemauannya.

17. Prosedur atau sistem yang ada untuk

mengurangi, menghilangkan dan mengontrol

bias dan ketidakadilan dalam mengakses

pelayanan kesehatan.

18. Struktur ada untuk masyarakat sipil dan sektor

swasta untuk berpartisipasi secara setara dalam

proses perencanaan dan penganggaran untuk

program kesehatan di tingkat nasional dan lokal.

19. Tersedia pojok laktasi atau ruang ASI di

Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan kantor

instansi lain.

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 62: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

60 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 63: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

61www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 64: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

62 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 65: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

63www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

22Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung IMD dan ASI Eksklusif

Page 66: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

64 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung IMD dan ASI Eksklusif

Deskripsi Modul

Modul ini membahas tentang proses perencanaan

tingkat puskesmas dengan mengutamakan

pendekatan partisipatif dalam rangka optimalisasi

program Persalinan Aman. Inovasi dan nilai

perencanaan tingkat puskesmas adalah pelibatan

unsur pengguna layanan pada proses penyusunan

rencana puskesmas sehingga kualitas perencanaan

menjadi lebih baik karena adanya aspek partisipasi

sosial MSF dan transparansi puskesmas muncul.

Dengan demikian kualitas rencana yang dihasilkan

diharapkan akan lebih baik karena aspek social

accessibility dan visibility mejadi lebih baik.

Modul ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi

fasilitator maupun para pelaksana di lapangan untuk

meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses

perencanaan program kesehatan di puskesmas.

Sistematika modul dikemas secara terintegrasi

antara kegiatan pelatihan dan pelaksanaan di

lapangan untuk mengakomodasi sisi supply dan

demand.

Uraian dibawah ini menjelaskan:

• Langkah-langkah perencanaan program

kesehatan

• Cara penyusunan perencanaan secara

partisipatif

• Perencanaan kegiatan

• Pengalokasian dana

• Pelaksanaan kegiatan

• Monitoring dan evaluasi kegiatan.

Modul 2

.......

membahas tentang proses perencanaan tingkat puskesmas

dengan mengutamakan pendekatan partisipatif

.......

Page 67: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

65www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

i. Memahami langkah-langkah perencanaan

program kesehatan

ii. Mampu mendampingi puskesmas dalam

menyusun perencanaan secara partisipatif

meliputi perencanaan kegiatan, pengalokasian

dana, pelaksanaan kegiatan dan monitoring dan

evaluasi kegiatan.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintahdanunitpelayanankesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Memahami unsur governance yang mengisi

proses perencanaan

2. Mampu menguatkan proses perencanaan yang

lebih berbasis fakta lapangan

3. Mampu mengalokasikan sumber daya yang

terbatas dan fokus

4. Mampu menjelaskan model implemenatasi

health governance pada tingkat puskesmas

dalam penguatan manajemen puskesmas

5. Mampu menjelaskan dan melakukan

pendampingan perencanaan BOK yang lebih

efektif, partisipatif dan tranparan;

6. Mampu memberikan penguatan terhadap

implementasi Kemitraan Bidan dan Dukun serta

revitalisasi kantung persalinan yang lebih efektif.

7. Memahami dan mampu mendampingi

puskesmas untuk menyusun/modifikasi SOP

persalinan aman (Ante-natal care, persalinan,

post natal care), IMD dan ASI Eksklusif.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)

2. Konsultan/Pelatih

3. Fasilitator kesehatan

4. Staf Dinas Kesehatan

5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa

6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh

masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Setelah mengikuti sesi ini, peserta akan mamahami

penguatan manajemen Puskesmas dari sisi tata

kelola pelayanan kesehatan (health governance)

sehingga mampu mendampingi puskesmas dan

dinas kesehatan dalam penguatan manajemen

puskesmas.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Page 68: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

66 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Pokok Bahasan

1. Perencanaan Tingkat Puskesmas

2. Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas

3. Pengintegrasian Perencanaan BOK dalam

Perencanaan Tingkat Puskesmas

Metode

Sesipelatihan:1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Latihan kelompok

4. Presentasi hasil latihan

Sesipelaksanaan:1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas

3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan

lintas sektor dan para pemangku kepentingan

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/kertas plano/metaplan/whiteboard

4. Alat tulis

5. Materi presentasi

Waktu

Sesi pelatihan: Satu hari

HariI:

Waktu Pokok Bahasan

2 x 45 menit

PembukaanPenjelasan singkat tentang Program KINERJA-USAIDBina SuasanaSelf-assessment: kekuatan dan kelemahan proses perencanaan Puskesmas saat ini

3 x 45 menitPenyajian materi: Tahapan Perencanaan Tingkat PuskesmasDiskusi dan tanya jawab

3 x 45 menit

Penyajian materi: Peran BOK dalam program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif Perencanaan dan pengawasan yang partisipatif Laporan pertanggungjawaban yang transparan dan akuntabelDiskusi dan tanya jawab

HariII:

Waktu Pokok Bahasan1 x 45 menit Review materi hari I

6 x 45 menit

Permainan peran: Penyusunan rencana program KIA untuk Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif dengan melibatkan MSFAnalisis situasiPenyusunan RUK (pengenalan masalah, prioritas masalah, analisis penyebab masalah, penyusunan alternatif pemecahan masalah, penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan)Penyusunan RPK

1 x 45 menitPenyusunan Rencana Tindak Lanjut Penutupan

Page 69: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

67www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

a) Pengantar

1. Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan pentingnya perencanaan

puskesmas yang baik untuk mendukung

pencapaian program Persalinan Aman.

2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara

umum, yaitu akan diselenggarakan selama

2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45 menit

per hari.Pokok bahasan yang akan dibahas

adalah Perencanaan Tingkat Puskesmas

(PTP), tahapan PTP, dan BOK dalam program

Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, Dan

ASI Eksklusif. Fasilitator mengawali dengan

memberikan penjelasan, diikuti dengan

permainan peran proses perencanaan

3. Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi, sebelum memulai pelatihan.

Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya:

perkenalan, mapping harapan peserta dan

motivation game.

4. Melaksanakan self-assessment (penilaian diri)

untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan

proses perencanaan tingkat puskesmas yang

dilakukan saat ini.

b) Proses pelatihan

1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Gunakan media pembelajaran yang inovatif

dan sesuai untuk memudahkan penangkapan

peserta. Bahan presentasi dapat menggunakan

bahan yang tersedia dalam modul ini. Gunakan

metode interaktif, dengan mengutamakan peran

aktif dari seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

2. Beri kesempatan kepada setiap peserta

terutama perempuan dan kelompok rentan

untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu

komentar atas pertanyaan peserta kepada

peserta yang lain, agar suasana diskusi

tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator

adalah mengarahkan proses diskusi jika ada

tanggapan/diskusi yang menyimpang.

c) Sesi-sesi Hari I

1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar. Minta

peserta untuk berkelompok dan mendiskusikan

proses penyusunan perencaaan di puskesmas

khususnya untuk program Persalinan Aman saat

ini. Beberapa hal yang bisa disoroti diantaranya:

proses penyusunan perencanaan, keterlibatan

unsur masyarakat (laki dan perempuan, remaja)

dan stakeholder lain seperti lintas sektor dalam

proses perencanaan, serta hambatan yang

ditemui.

2. Sesi II: Narasumber menyajikan materi tentang

PTP, yang meliputi pengertian, manfaat, dan

tahapan PTP. Pada saat menjelaskan setiap

tahapan teknis dalam penyusunan rencana

usulan kegiatan sebaiknya dilakukan praktek

untuk meningkatkan keterampilan peserta.

3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi tentang

Peran BOK dalam program Persalinan Aman,

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

Page 70: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

68 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

IMD dan ASI Eksklusif. Pengelolaan BOK

yang patisipatif dilakukan melalui perencanaan

dan pengawasan BOK yang partisipatif, serta

laporan pertanggungjawaban yang transparan

dan akuntabel. Perlu disampaikan bahwa unsur

utama yang menunjukkan partisipasi aktif adalah

adanya keterlibatan masyarakat melalui MSF

dari mulai puskesmas menyusun perencanaan,

melaksanakan program, hingga saat monitoring

dan evaluasinya. Jelaskan segi positif dan

tantangan dari pendekatan tersebut.

d) Sesi-sesi Hari II

1. SesiI: Minta peserta untuk mereview materi

yang telah dibahas pada hari I. Review dapat

dilakukan secara bergiliran dengan permainan

yang membangun semangat, sehingga

setiap peserta mempunyai kesempatan untuk

menyampaikan pendapatnya.

2. SesiII: Minta peserta melakukan permainan

peran (permainan peran) tentang proses

perencanaan tingkat puskesmas. Jika peserta

berjumlah besar, dapat dibagi menjadi beberapa

kelompok. Atur peserta sesuai dengan peran

yang diharapkan, yaitu sebagai kepala

puskesmas, pemegang program, staf pelaksana,

serta unsur masyarakat (MSF). Proses

permainan peran dilakukan dengan mengikuti

setiap tahapan perencanaan puskesmas

yang telah dijelaskan pada hari sebelumnya.

Usahakan semua peserta bisa berpartisipasi

aktif. Tugas fasilitator adalah memantau dan

mengarahkan proses, dan memberi masukan

jika ada proses yang kurang sesuai.

e) Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana tindak

lanjut pelatihan dengan melibatkan kontribusi aktif

peserta. Fasilitator menutup sesi dengan menarik

kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab,

serta menekankan kembali beberapa hal yang akan

dilakukan sesuai dengan rencana tindak lanjut yang

telah disusun.

Fasilitator mematiskan bahwa dalam tindak

lanjut yang dibuat terdapat keterlibatan aktif yang

seimbang antara laki dan perempuan baik dari unsur

pemberi layanan, masyarakat maupun MSF.

Uraian Substansi

1. Perencanaan Tingkat Puskesmas

Agar upaya kesehatan terselenggara secara

optimal, puskesmas harus melaksanakan

manajemen dengan baik. Manajemen Puskesmas

adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan

secara sistematik untuk menghasilkan keluaran

puskesmas yang efektif dan efisien. Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/MENKES/

SK/II/2004, Manajemen Puskesmas tersebut

terdiri dari perencanaan (P1), penggerakan dan

pelaksanaan (P2), serta pengawasan, pengendalian,

dan penilaian (P3). Seluruh kegiatan tersebut

merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan

berkesinambungan.

Page 71: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

69www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) sebagai

fungsi manajemen pertama di Puskesmas

memegang peranan yang sangat strategis bagi

keberhasilan program kesehatan. PTP yang baik

akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan secara efektif dan efisien

2. Memudahkan pengawasan dan

pertanggungjawaban

3. Dapat diketahui hambatan, dukungan dan

potensi yang ada dalam pelaksanaan program

sehingga pelaksanaannya lebih mudah.

Perencanaan adalah suatu proses sistematik untuk

mengenali masalah, memprioritaskan masalah,

menganalisis penyebab masalah, menyusun

dan memilih alternatif pemecahan masalah,

menetapkan strategi intervensi, memformulasikan

tujuan (goals) dan sasaran (objectives) yang

realistik untuk meminimalisasi masalah, dan merinci

program dalam kegiatan. Perencanaan Tingkat

Puskesmas adalah suatu proses penyusunan

rencana kegiatan Puskesmas pada tahun yang

akan datang yang dilakukan secara sistematis

untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah

kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Rencana

tahunan Puskesmas dibedakan atas dua macam,

yaitu rencana tahunan upaya kesehatan wajib dan

rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan.

2. Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas

Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas secara

garis besar terdiri dari empat tahapan, yaitu

tahap persiapan, analisis situasi, penyusunan

rencana usulan kegiatan (RUK), dan penyusunan

rencana pelaksanaan kegiatan (RPK). Penjelasan

selengkapnya adalah sebagai berikut:

2.1 Tahap persiapan

Dilakukan untuk mempersiapkan peserta yang

terlibat dalam proses penyusunan PTP agar

memperoleh kesamaan persepsi dan pemahaman

untuk melaksanakan penyusunan rencana. Adapun

beberapa hal yang perlu dilakukan:

a) Kepala Pukesmas membentuk tim penyusun

PTP yang anggotanya terdiri dari staf

Puskesmas

b) Dipersyaratkan untuk melibatkan masyarakat

(MSF) sebagai bagian dari tim penyusun PTP

serta kelompok berkepentingan lain yang ada

di masyarakat, misalnya kelompok peduli ASI.

Tujan melibatkan masyarakat ini adalah untuk

memperoleh pemikiran inovatif dan gambaran

nyata pelaksanaan dan kebutuhan program dari

perspektif pengguna layanan.

c) Jelaskan pedoman PTP kepada tim demi

keberhasilan penyusunan PTP.

d) Bersama-sama tim mempelajari kebijakan dan

pengarahan yang diberlakukan oleh Dinas

Kesehatan daerah, provinsi, dan pusat.

2.2 Tahap Analisis Situasi

Dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

keadaan dan permasalahan yang dihadapi

Puskesmas melalui proses analisis berbagai

data terkait. Ada dua kelompok data yang perlu

dikumpulkan, yaitu data umum dan data khusus.

Data umum terdiri dari:

Page 72: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

70 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

a) Peta wilayah kerja dan fasilitas pelayanan

kesehatan terkait Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusif

b) Data sumber daya terdiri atas ketenagaan,

obat-obatan dan bahan habis pakai, peralatan,

sumber pembiayaan, sarana dan prasarana

untuk program Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusif

c) Data peran serta masyarakat

d) Data penduduk dan sasaran program terkait

dengan program Persalinan Aman, IMD, dan ASI

Eksklusif.

Data khusus berupa hasil penilaian kinerja

puskesmas yang terdiri atas:

a) Jumlah dan penyebab kematian ibu dan bayi

b) Kunjungan kesakitanpada kelompok ibu dan

bayi

c) Pola penyakit 10 besar penyakit kelompok ibu

dan bayi

d) Status kesehatan secara umum

e) Kejadian luar biasa terutama yang terjadi pada

kelompok ibu dan bayi

f) Cakupan program Persalinan Aman, IMD, dan

ASI Eksklusif 3 tahun terakhir per desa

g) Hasil survei terkait Persalinan Aman, IMD, dan

ASI Eksklusif (bila ada)

Berbagai data tersebut dapat berasal dari sumber

pencatatan dan pelaporan puskesmas, lintas sektor

(misal kecamatan), institusi pelayanan kesehatan

swasta, serta masyarakat.

Seluruh data tersebut diolah dan dianalisis untuk

dapat diketahui profil kekuatan dan kelemahan

puskesmas dalam menjalankan program PA, IMD

dan ASI Eksklusif selama ini dan bagaimana akan

kedepannya.

2.3 Tahap penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK)

Rencana usulan kegiatan berisi uraian tentang

berbagai kegiatan yang dilakukan puskesmas

untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi

puskesmas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

menyusun RUK adalah:

a) Mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai

pada periode sebelumnya dan memperbaiki

program yang masih bermasalah

b) Menyusun rencana kegiatan baru yang

disesuaikan dengan kondisi kesehatan KIA di

wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas

dan sumber daya lokal yang tersedia, serta

keterlibatan pihak swasta.

Tahapan penyusunan RUK adalah sebagai berikut.

a) Analisis masalah Analisis masalah dilakukan melalui kesepakatan

kelompok tim penyusun perencanaan yaitu Tim

internal puskesmas bersama MSF ataupun

Konsil Kesehatan Kecamatan atau BMKM

(badan musyawarah Kesehatan Masyarakat).

Prosesnya meliputi:

• Identifikasi masalah, yaitu dilakukan dengan

membandingkan antara pencapaian kinerja

puskesmas pada program Persalinan

Aman saat ini dengan target kinerja yang

diharapkan.

• Merumuskan masalah dalam sebuah

Page 73: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

71www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

pernyataan masalah yang komprehensif,

mencakup apa masalahnya, siapa yang

terkena, seberapa besar, dimana dan

bilamana masalah itu terjadi.

• Menetapkan urutan prioritas masalah. Hal ini

dilakukan mengingat adanya keterbatasan

sumber daya untuk mengatasi masalah

tersebut secara bersama, baik karena

keterbatasan SDM, dana, peralatan,

maupun teknologi. Untuk memudahkan

proses, penentuan prioritas masalah dapat

dilakukan dengan menggunakan metode

skoring, seperti Urgency-Seriousness-

Growth (USG), Capability-Acceptability-

Readiness-Leverage (CARL), Multiple

Criteria Utility Assessment (MCUA),

pohon masalah (problem tree), tulang ikan

(fishbone), ataupun Hanlon.

• Mencari akar penyebab masalah, untuk

dapat mengetahui akar penyebab dari

setiap masalah yang ada. Dapat digunakan

diagram sebab akibat dari ishikawa/

diagram tulang ikan, pohon masalah

ataupun pendekatan sistem. Kemungkinan

penyebab bisa berasal dari input (manusia,

dana, barang, materi, metode, alat,

masyarakat, teknologi), proses pelaksanaan

(perencanaan, penggerakan pelaksanaan,

pengawasan, pengendalian dan penilaian)

serta lingkungan (sosial, budaya, ekonomi,

lingkungan fisik).

b) Penyusunan rencana usulan kegiatan Penyusunan rencana usulan kegiatan

merupakan tindak lanjut atas temuan akar

masalah yang telah didapatkan dari proses

sebelumnya. Untuk masing-masing akar

penyebab disusun alternatif pemecahan

masalah yang paling terbaik. Alternatif

pemecahan masalah tersebut dijabarkan

dalam bentuk usulan kegiatan, dan dilengkapi

dengan berbagai informasi lain yang diperlukan

untuk pelaksanaan kegiatan. Komponen yang

dijabarkan meliputi:

• Kegiatan tahun yang akan datang;

• Kebutuhan sumber daya berdasarkan

sumber pendanaan yang tersedia.

Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan

sumber daya yang dibutuhkan RUK disusun

dalam bentuk matrik upaya kesehatan sebagai

berikut:

No Program Kegiatan Tujuan Sasaran Target Indikatorkeberhasilan

Sumber dayaDana Alat Tenaga

Page 74: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

72 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

c) Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK)

Rencana pelaksanaan kegiatan merupakan hasil

final dari rencana usulan kegiatan yang telah

mendapat persetujuan anggaran. Untuk itu proses

penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan

dilakukan dengan:

• Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang

disetujui

• Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui

dengan RUK yang diusulkan dan situasi pada

saat penyusunan RPK

• Menyusun rancangan awal, rincian dan volume

kegiatan serta sumber daya pendukung menurut

bulan, lokasi dan pelaksanaan

• Mengadakan lokakarya mini tahunan

• Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk

matriks.

3. Pengintegrasian Perencanaan BOK dalam perencanaan tingkat puskesmas

3.1 Peran BOK

Upaya kesehatan promotif dan preventif adalah

pilar utama kesehatan masyarakat. Upaya

promotif dan preventif yang baik akan mampu

mengurangi tindakan kuratif dan rehabilitatif

yang seringkali membutuhkan biaya lebih besar

dalam pelaksanaannya. Terselenggaranya

upaya promotif dan preventif ini utamanya

menjadi tanggung jawab pemerintah dalam

hal pendanaannya. Puskesmas sebagai ujung

tombak pelayanan kesehatan seharusnya

memperoleh kecukupan anggaran untuk

pelayanan kepada masyarakat, utamanya untuk

promosi dan preventif dalam rangka mencapai

derajat kesehatan yang optimal. Menyadari

hal tersebut, pemerintah pusat meluncurkan

program Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK).

BOK dimaksudkan untuk mendorong

puskesmas agar mampu mengidentifikasi

permasalahan di wilayahnya melalui mini

lokakarya yang selanjutnya dapat disusun

rencana tindak lanjut untuk pemecahan

masalah tersebut. Melalui BOK diharapkan akan

terjadi peningkatan kinerja di puskesmas dan

jaringannya (poskesdes dan posyandu) dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

bersifat promotif dan preventif.

Paket dukungan KINERJA di bidang kesehatan

yang terdiri dari Persalinan Aman, IMD dan ASI

Ekslusif sangat terkait erat dengan keberhasilan

pencapaian MDGs 4 dan 5, yaitu tentang

penurunan angka kematian ibu dan angka

kematian bayi (AKI dan AKB). Keberadaan dana

BOK ini diharapkan dapat menjadi akselerator

penurunan AKI dan AKB di Indonesia. Oleh

BOK merupakan salah satu sumber dana dari

APBN untuk mendukung pelaksanaan program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif, khususnya

untuk kegiatan promotif dan preventif.

Page 75: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

73www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

karena itulah pengelolaan dana BOK ini perlu

dikelola secara partisipatif, transparan dan

akuntable sehingga betul-betul mampu memberi

daya ungkit bagi keberhasilan program.

3.2 Dasar Hukum Dana BOK

Dana BOK adalah dana APBN Kementerian

Kesehatan yang disalurkan kepada Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme Tugas

Pembantuan. Beberapa produk hukum yang menjadi

dasar diluncurkannya BOK diantaranya adalah:

• UU 36/2009 tentang Kesehatan

• PP 38/ 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota

• PP 7/2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan

• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.03.01/60/I/2010 tentang Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014;

• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/

Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kesehatan tentang

BOK sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota dan Pihak terkait

yang menyelenggarakan Bantuan Operasional

Kesehatan dalam rangka meningkatkan akses

dan pemerataan pelayanan kesehatan.

• Permenkes 59/Menkes/PER/XII/2012 tentang

Petunjuk Teknis Bantuan Operasional

Kesehatan yang merupakan perubahan atas

Permenkes No. 2556/MENKES/PER/XII/2011.

Dana BOK tidak merupakan penerimaan fungsional

pemerintah daerah, sehingga tidak disetorkan

ke kas daerah dan dapat dimanfaatkan secara

langsung untuk kegiatan upaya kesehatan.Tetapi

yang harus dipahami oleh pemerintah daerah

adalah bahwa dana BOK tidak merupakan dana

utama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di

puskesmas dan jaringannya (polindes, poskesdes

dan posyandu). Pemerintah Daerah tetap

berkewajiban mengalokasikan dana operasional

untuk puskesmas.

3.3 Besaran alokasi dana BOK

Besaran alokasi dana BOK setiap Puskesmas

ditetapkan dengan Surat Keputusan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dengan memperhatikan

situasi dan kondisi, antara lain:

a) Jumlah penduduk;

b) Luas wilayah;

c) Kondisi geografis;

d) Kesulitan wilayah;

e) Cakupan program;

f) Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas dan

jaringannya;

g) Jumlah Poskesdes/Polindes dan Posyandu di

wilayah Puskesmas;

h) Parameter lain yang ditentukan oleh Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

mempertimbangkan kearifan local.

Page 76: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

74 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

3.4 Tujuan BOK

Tujuan umum program BOK adalah meningkatnya

upaya kesehatan yang bersifat promotif dan

preventif dalam mencapai target MDGs tahun 2015.

Adapun tujuan khususnya adalah:

1. Tersedianya alokasi anggaran operasional

untuk upaya kesehatan promotif dan preventif

di puskesmas dan jaringannya serta poskesdes

dan posyandu.

2. Tersusunnya perencanaan tingkat puskesmas

untuk penyelenggaraan upaya kesehatan di

wilayah kerja.

3. Terselenggaranya lokakarya mini sebagai forum

penggerakan pelaksanaan upaya kesehatan di

puskesmas.

4. Terlaksananya kegiatan upaya kesehatan

promotif dan preventif di puskesmas dan

jaringannya serta poskesdes/polindes dan

posyandu serta UKBM dan tempat pelayanan

kesehatan lainnya

5. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam

kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif

dan MSF dalam pengawasan pelaksanaannya.

6. Terselenggaranya dukungan manajemen di

Kabupaten/Kota dan Provinsi.

3.5 Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK

Ruang lingkup kegiatan di Puskesmas terdiri dari

Upaya Kesehatan dan Manajemen Puskesmas.

Secara umum, pemanfaatan dana BOK

diprioritaskan pada kegiatan yang berdaya ungkit

tinggi untuk pencapaian indikator MDGs bidang

kesehatan. Proporsi pemanfaatan dana BOK di

Puskesmas diatur sebagai berikut:

• Minimal 60% dari total alokasi dana BOK

Puskesmas digunakan untuk Upaya Kesehatan

Prioritas;

• Maksimal 40% dari total alokasi dana BOK

Puskesmas digunakan untuk Upaya Kesehatan

lainnya dan Manajemen Puskesmas.

Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK adalah untuk

dukungan operasional pelaksanaan kegiatan upaya

kesehatan promotif dan preventif dan manajemen

Puskesmas di Puskesmas dan Jaringannya beserta

Poskesdes/Polindes dan Posyandu serta UKBM

lainnya.

Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK meliputi:

a) Transport lokal kegiatan ke luar gedung

Transport lokal kegiatan ke luar gedung meliputi:

• Transport petugas kesehatan untuk

pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan

di luar gedung (ke Posyandu, Poskesdes/

Polindes, UKBM lainnya, kunjungan rumah

dan institusi/tempat terdapat sasaran yang

memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan);

• Transport kader kesehatan termasuk dukun

bersalin dari tempat tinggal ke tempat

pelayanan kesehatan atau ke rumah

penduduk (ke Posyandu, Poskesdes/

Polindes, UKBM lainnya, kunjungan rumah

dan institusi/tempat terdapat sasaran yang

memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan);

Page 77: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

75www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

• Transport peserta rapat/pertemuan bagi

undangan yang berasal dari luar tempat

diselenggarakannya rapat/pertemuan;

• Transport petugas kesehatan untuk

konsultasi/rapat/pertemuan/pengiriman

laporan/pengiriman pertanggungjawaban ke

kabupaten/kota apabila perjalanan pulang

pergi kurang dari 8 (delapan) jam;

• Transport lokal lainnya yang terkait dengan

kegiatan BOK (Bab II point A).

b) Perjalanan Dinas dalam Batas Kabupaten/Kota

Perjalanan Dinas dalam Batas Kabupaten/Kota

meliputi:

• Untuk petugas kesehatan Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes

yang dalam melaksanakan upaya kesehatan

karena kondisi geografis memerlukan

perjalanan lebih dari 8 (delapan) jam pulang

pergi atau menginap di lokasi;

• Untuk petugas kesehatan Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes

menghadiri rapat/pertemuan/konsultasi ke

Kabupaten/Kota yang terkait BOK yang

karena kondisi geografis memerlukan

perjalanan lebih dari 8 (delapan) jam atau

harus menginap di lokasi rapat/pertemuan/

konsultasi di Kabupaten/Kota;

• Perjalanan dinas lainnya bagi Petugas

Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Poskesdes/Polindes terkait dengan kegiatan

BOK.

c) Pembelian/Belanja barang

Belanja meliputi:

• Pembelian/belanja barang untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan

promotif dan preventif ke luar gedung yang

dapat berupa bahan PMT Penyuluhan,

bahan PMT Pemulihan, bahan penyuluhan/

KIE yang diperlukan dan konsumsi

pertemuan;

• Pembelian/belanja barang untuk mendukung

pelaksanaan manajemen Puskesmas,

manajemen pengelolaan keuangan BOK,

Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah

Masyarakat Desa (MMD), yang dapat

berupa belanja ATK, biaya administrasi

perbankan, pembelian materai, foto copy,

dan pembelian konsumsi.

Dana BOK di Puskesmas tidak boleh

dimanfaatkan untuk:

• Upaya kuratif dan rehabilitatif;

• Gaji, uang lembur, dan insentif;

• Pemeliharaan gedung (ringan, sedang dan

berat);

• Pemeliharaan kendaraan (ringan, sedang

dan berat);

• Biaya listrik, telepon, dan air;

• Pengadaan obat, vaksin, reagensia dan alat

kesehatan;

• Biaya transportasi rujukan pasien.

Page 78: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

76 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Pemanfaatan dana BOK untuk kegiatan Puskesmas

dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu

harus berdasarkan hasil perencanaan yang

disepakati dalam Lokakarya Mini Puskesmas, yang

diselenggarakan secara rutin/periodik sesuai kondisi

wilayah kerja Puskesmas. Kualitas perencanaan

BOK yang disusun ini akan sangat menentukan

berhasil atau tidaknya program kesehatan yang

dijalankan. Hal ini bisa dipahami karena tanpa

dukungan dana yang memadai akan sangat sulit

bagi pelaksana untuk menjalankan semua aktivitas

dengan baik.

Sebagai upaya untuk memperoleh hasil

perencanaan yang baik, harus diawali dari proses

penyusunan perencanaan itu sendiri. Partisipasi

berbagai pihak yang terkait merupakan unsur

penting bagi tersusunnya perencanaan yang

komprehensif, relevan dan aplikatif. Dengan

demikian diharapkan berbagai masalah yang

dihadapi Puskesmas dapat diselesaikan secara

tepat.

Oleh karena itulah dalam kerangka pencapaian

target program Persalinan Aman, IMD dan ASI

Ekslusif sebagai determinan penurunan AKI dan

AKB, beberapa upaya promotif dan preventif terkait

dengan hal tersebut sangat penting untuk mendapat

prioritas pendanaan BOK.

3.6 Perencanaan dan pengawasan BOK yang partisipatif

Setelah menerima SK alokasi dana BOK,

Puskesmas segera menyelenggarakan rapat

lokakarya mini Puskesmas, untuk menyusun Plan of

Action (POA) tahunan yang bersumber dana BOK

dan sumber lain. Berdasarkan POA tahunan yang

telah tersusun, selanjutnya Puskesmas menetapkan

POA yang akan dilaksanakan pada tahap pertama

bersumber dana BOK dengan periode kegiatan

satu bulan atau beberapa bulan ke depan, untuk

diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

untuk proses pencairan dana.

Proses penyusunan rencana kegiatan BOK

hendaknya dilakukan dengan melibatkan unsur

masyarakat, terutama pada fase assessment dan

penyusunan alternatif kegiatan, agar rencana

kegiatan yang dihasilkan lebih komprehensif dan

sesuai dengan permasalahan lokal. Pelibatan unsur

masyarakat dapat diwakili oleh MSF pada saat

minilokakarya berkala yang diselenggarakan oleh

puskesmas.

Demikian juga pada saat pelaksanaannya,

masyarakat diharapkan dapat ikut memantau

pelaksanaan kegiatan, terutama menyangkut alokasi

dan realisasi penggunaan dana.

3.7 Laporan pertanggungjawaban yang transparan dan akutabel

Puskesmas dan dinas kesehatan sebagai pengelola

dan pengguna dana BOK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana

BOK yang menjadi kewenangannya. Laporan

pertanggungjawaban adalah laporan yang dibuat

bendahara pengeluaran atas uang yang dikelolanya

Page 79: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

77www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

sebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang.

Untuk melakukan penilaian keberhasilan pencapaian

program dan laporan keuangan maka puskesmas

dapat melakukan penilaian secara periodik yang

dapat terintegrasi dengan rapat lokakarya mini di

Puskesmas. Hasil penilaian berupa laporan secara

periodik sesuai dengan format yang disepakati.

Pelaporan BOK dari kabupaten/kota dikirim

ke sekretariat Kementerian Kesehatan dan

ditembuskan ke sekretariat BOK Dinas Kesehatan

Provinsi. Pencatatan dan pelaporan ini disusun

mulai dari puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi.

Pencatatan dan pelaporan yang dibuat dan

dikirimkan adalah:

1. Pencatatan hasil pelaksanaan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh. Hasil

pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh

Puskesmas dan jaringannya dicatat dalam buku

register yang sudah ada.

2. Pencatatan pemanfaatan dana BOK. Pencatatan

pemanfaatan dana BOK dibuat dalam buku

keuangan tersendiri, dilengkapi dengan bukti

pengeluaran dan tanda terima dana oleh

petugas yang melaksanakan kegiatan.

3. Pelaporan pelaksanaan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh.Hasil pelaksanaan pelayanan

kesehatan oleh Puskesmas dan jaringannya

direkapitulasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota menggunakan format SP2TP/SP3.

4. Pelaporan keuangan BOK. Pelaoran keuangan

di tingkat Puskesmas berupa laporan pencairan

dan pemanfaatan dana BOK.

5. Laporan tahunan. Laporan tahunan BOK

disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dan Dinas Kesehatan Provinsi setiap tahunnya.

Adanya berbagai ketentuan tersebut dimaksudkan

untuk menjamin adanya akuntabilitas dalam

pemanfaatan dana BOK yang merupakan amanat

undang-undang bagi kesehatan rakyat Indonesia.

KINERJA mendorong akuntabilitas dan transparansi

pemanfaatan dana BOK ini melalui intensifikasi

peran MSF agar lebih terlibat aktif mulai dari

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, hingga

monitoring dan evaluasi.

Panduan Pelaksanaan

Sebelum proses pelatihan, fasilitator sudah mengerti

bahwa tugas dan hasil yang ingin dicapai dari

proses pelatihan ini adalah Tim mampu menyusun

perencanaan puskesmas secara partisipatif untuk

mendukung program Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusif yang meliputi:

• Perencanaan kegiatan

• Pengalokasian dana

• Pelaksanaan kegiatan

• Monitoring dan evaluasi kegiatan.

1. Tahap Persiapan

1.1 Pengkajian kondisi yang ada

Pengkajian kondisi dilakukan untuk

mengidentifikasi potensi dan masalah yang

Page 80: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

78 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

terjadi pada proses perencanaan puskesmas

dan manajemen BOK serta kapitasi dari Jaminan

Kesehatan Nasional saat ini. Berikut ini contoh

No Potensi masalah Ya Tidak1 Apakah staf Puskesmas mendapat pelatihan dari Dinkes tentang proses

penyusunan perencanaan tingkat Puskesmas (PTP)?2 Apakah petunjuk tehnis dalam penyusunan PTP cukup jelas?3 Apakah masyarakat (perwakilannya) dilibatkan dalam penyusunan PTP?4 Apakah penyusunan PTP menggunakan analisis data yang memadai?5 Apakah tahapan penyusunan PTP sesuai dengan panduan?6 Apakah PTP yang disusun didiseminasikan ke berbagai pihak yang

membutuhkan?7 …..8 ....9 ....10 ...

b) Pengkajian kondisi manajemen BOK

No Potensi masalah Ya Tidak1 Apakah staf Puskesmas mendapat pelatihan dari Dinkes tentang manajemen

BOK?2 Apakah petunjuk tehnis dalam penggunaan BOK cukup fleksibel

(akomodatif)?3 Apakah masyarakat (perwakilannya) dilibatkan dalam perencanaan BOK?4 Apakah hasil perencanaan dan laporan penggunaan BOK dapat diakses oleh

masyarakat?5 Apakah perencanaan BOK menggunakan analisis data yang memadai?6 Apakah pencairan dana BOK rutin terjadi setiap 3 bulan sekali?7 …..8 ....9 ....10 ...

a) Pengkajian kondisi perencanaan puskesmas

format yang dapat digunakan untuk melakukan

pengkajian kondisi yang ada.

Page 81: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

79www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

1.2 Analisis masalah

Analisis masalah dilakukan dengan mengacu

kepada hasil identifikasi potensi dan masalah.

Proses ini dilakukan untuk mencari penyebab

munculnya berbagai permasalahan tersebut.

Berdasarkan jawaban ‘TIDAK’ pada tabel di atas,

maka dicari akar masalahnya dengan pertanyaan

mengapa.

1.3 Alternatif Pemecahan Masalah

• Alternatif pemecahan masalah disusun

berdasarkan temuan akar masalah

• Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan

hendaknya dapat diterima oleh masyarakat dan

puskesmas

• Alternatif pemecahan yang ada, dibahas untuk

memperoleh upaya yang paling tepat untuk

mengatasi masalah dengan melibatkan sumber

daya yang ada baik lintas program/lintas sektor

dan masyarakat (multi aktor).

1.4 Penyusunan rencana kerja (Plan of Action)

• Tentukan prioritas pemecahan masalah dalam

PTP dan manajemen BOK

• Susun rencana kerja/aktifitas kegiatan sesuai

dengan prioritas

• Dalam Penyusunan PTP dan penyusunan

rencana penggunaan BOK perlu memperhatikan

alokasi untuk kegiatan Persalinan Aman, IMD

dan ASI Eksklusif, yang relevan dengan Janji

Perbaikan Layanan (berdasarkan hasil survei

pengaduan)

• Aspek good governance muncul secara

jelas seperti unsur partisipasi, transparansi,

akuntabilitas, responsifness, serta inovasi dan

insentif.

2. Tahap pelaksanaan

2.1 Sosialisasi Lintas Program, Lintas Sektoral dan Masyarakat

Sosialisasi dilakukan secara berjenjang dari

tingkat Kecamatan/Puskesmas dan Desa/

Kelurahan.

• Tujuannya untuk menyamakan persepsi dan

mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan

kegiatan yang tersusun dalam PTP serta

penggunaan BOK dan pengawasannya.

• Sasarannya peserta adalah pemangku

kepentingan di Kecamatan maupun Desa

dari unsur pemerintahan kecamatan

dan desa serta masyarakat sipil (Toga,

Toma, LSM, kader kesehatan, PKK,

organisasi perempuan, anggota DPRD

daerah pemilihan yang bersangkutan, dan

pemerhati kesehatan lainnya).

• Hasil yang diharapkan: adanya kesepakatan

untuk berpartisipasi serta dukungan dari

lintas program dan lintas sektoral kecamatan

dan desa terkait rencana kegiatan dalam

PTP. Apabila ada keterbatasan dukungan

BOK maka puskesmas dapat menggali

sumber pendanaan dan dukungan dari

masyarakat dan sumber-sumber lainnya.

Page 82: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

80 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

2.2 Penyusunan PTP yang partisipatif dan pelaporan pelaksanaan kegiatan yang transparan

• Tujuannya untuk meningkatkan keterlibatan dan

dukungan masyarakat.

• Puskesmas sudah menyusun dokumen

perencanaan menurut data dan perpekstif tehnis

puskesmas.

• Puskesmas mengundang masyarakat (MSF,

Dewan Kesehatan Kecamatan atau badan

pertimbangan kesehatan,Toga, Toma, organisasi

profesi, swasta, dll) dan pemerintah kecamatan

(Muspika, KUA, dll) dan desa (kepala desa,

dll) untuk memberi tanggapan dan masukan

terhadap dokumen tersebut.

• Hasil yang diharapkan: masyarakat memahami,

mengoreksi sesuai prioritas kebutuhan, dan

mendukung hasil rencana tersebut.

2.3 Kegiatan Tahap Monitoring & Evaluasi

• Tujuannya untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dariplan of actiondan menilai

apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang dibuat, yang hasilnya

merupakan input untuk langkah perbaikan dan

perencanaan periode berikutnya.

• Proses pemantauan dilaksanakan dan

dilaporkan secara periodik (triwulanan)

kepada Dinas Kesehatan dan MSF atau forum

masyarakat lainnya.

• Dalam proses monitoring dengan melibatkan

unsur masyarakat yang berkeadilan jender

• Dalam proses monitoring yang penting

diperhatikan adalah:

○ Apakah kegiatan sesuai dengan

perencanaan?

• Dalam evaluasi, perlu diperhatikan:

○ Apakah kegiatan sudah mencapai target?

○ Bagaimana keterlibatan masyarakat?

○ Apakah evaluasi menggunakan data-data

yang ada di Puskesmas?

○ Apakah ada kendala dan tantangan dalam

mencapai target kegiatan?

○ Apakah ada kegiatan di luar rencana?

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 83: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

81www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 84: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

82 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 85: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

83www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

3Pojok ASI untuk Mendukung ASI Eksklusif

3

Page 86: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

84 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Pojok ASI untuk Mendukung ASI Eksklusif

Deskripsi Modul

Modul ini menguraikan tentang pendekatan yang

digunakan KINERJA dalam pengadaan pojok

ASI sebagai salah satu langkah penting dalam

mendukung keberhasilan program IMD dan ASI

Eksklusif. Penjabaran materi modul diawali dengan

pemaparan tentang pentingnya pojok ASI, manfaat

Pojok ASI, serta pengadaan Pojok ASI. Modul ini

disusun dengan tujuan pembaca belajar model

pendekatan Kinerja dalam pelaksanaan kegiatan

Pojok ASI yang dapat diterapkan di puskesmas,

instansi pemerintah, tempat kerja melalui praktek-

praktek yang partisipatif, akuntabel, responsif,

transparan dan inovatif.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)2. Konsultan/Pelatih3. Fasilitator kesehatan4. Staf Dinas Kesehatan5. Staf instansi pemerintah lain6. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa7. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Modul 3

Penjabaran materi modul

diawali dengan pemaparan tentang pentingnya pojok

ASI, ........

Page 87: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

85www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Memahami konsep pojok ASI dan realisasinya

dengan program KINERJA-USAID

2. Memahami peran pojok ASI dalam menjaga ASI

Eksklusif

3. Mampu mengembangkan pojok ASI

4. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi

pojok ASI.

Pokok Bahasan

1. Latar Belakang Pojok ASI

2. Manfaat Pojok ASI

3. Penyediaan Pojok ASI

4. Monitoring Penerapan Pojok ASI.

Metode

Sesi pelatihan

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Kerja kelompok

4. Pemaparan hasil kerja kelompok

Sesi Pendampingan

1. Sosialisasi materi.

2. Pembentukan kelompok kerja yang melibatkan

puskesmas, dinas kesehatan dan instansilainya

bersama MSF.

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Peserta mampu mendampingi Puskesmas,

Dinas Kesehatan dan lembaga lainnya dalam

pengembangan dan pelaksanaan pojok ASI sebagai

dukungan terhadap hak anak dan ibu dalam

memberikan ASI Eksklusif.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Mampu menjelaskan konsep Pojok ASI

2. Mampu menjelaskan peran penting pojok ASI

dalam menjaga ibu memberikan ASI Eksklusif

3. Mampu mendampingi Puskesmas, Dinas

Kesehatan, dan lembaga lainnya dalam

mengembangkan pojok ASI

4. Mampu mendampingi Dinas Kesehatan dan

puskesmas dalam monitoring dan evaluasi

penerapan pojok ASI.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintahdanunitpelayanankesehatan:

Page 88: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

86 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

3. Mengembangkan pojok ASI.

4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan pojok ASI.

Alat dan bahan

1. LCD projector

2. Laptop

3. Flipchart/kertas plano/metaplan/whiteboard

4. Alat tulis

5. Materi presentasi.

Waktu

Sesi pelatihan: Dua hari

Hari I:

Waktu Pokok Bahasan

1 x 45 menitPembukaanBina Suasana

1 x 45 menit Self-assessment: Deskripsi pelaksanaan pojok ASI saat ini

2 x 45 menitPenyajian materi: Pojok ASIDiskusi dan tanya jawab

3 x 45 menitPerencanaan pengadaan Pojok ASIDiskusi dan tanya jawab

1 x 45 menitRencana tindak lanjutPenutupan

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

a) Pengantar

1. Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan peran penting pojok ASI.

2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama 1 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45

menit.Pokok bahasan yang akan dibahas

meliputi pentingnya pojok ASI, tujuan dan

manfaat pojok ASI, serta penggunaan

pojok ASI sebagai salah satu upaya

untuk mewujudkanProgram KIA tentang

pelaksanaan pojok ASI untuk semakin

meningkatkan kemampuan peserta.

3. Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi, sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

peserta dan permainan yang memotivasi.

b) Proses pelatihan

1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan

materi sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Gunakan media pembelajaran

yang sesuai untuk memudahkan

penangkapan peserta. Bahan presentasi

dapat menggunakan bahan yang tersedia

dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,

dengan mengutamakan peran aktif dari

seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

Page 89: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

87www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

d) Sesi-sesi Hari II:

1. Sesi I: Secara acak, minta perwakilan

peserta untuk mereview materi yang telah

dibahas di hari I. Lakukan review dalam

suasana santai dengan menggunakan teknik

permainan.

2. Sesi II: Minta peserta untuk membentuk

kelompok dan berlatih menyusun SOP

teknis. SOP yang hendak disusun sebaiknya

ditentukan berdasarkan hasil diskusi

hari sebelumnya, yaitu kegiatan penting

yang belum ada SOP dari Kementerian

Kesehatan, atau sudah ada SOP tetapi

belum sesuai dengan kaidah SOP. Temuan

yang belum sesuai dengan kaidah SOP

akan menjadi masukan kepada Kementerian

Kesehatan RI.

3. Sesi III: Sama seperti aktivitas pada sesi

II, tetapi di sesi III ini adalah untuk SOP

Layanan. Minta peserta untuk membentuk

kelompok dan berlatih menyusun SOP

Layanan. SOP yang hendak disusun

sebaiknya ditentukan berdasarkan hasil

diskusi hari sebelumnya, yaitu layanan

penting yang belum ada SOP, atau sudah

ada SOP tetapi belum sesuai dengan kaidah

SOP.

4. Sesi IV: Nara sumber menyajikan materi

tentang penerapan dan pemantauan SOP.

Hal yang dijelaskan adalah langkah dalam

menerapkan SOP mulai dari sosialisasi

sampai dengan evaluasi dan revisi SOP.

Aspek penting dalam fase penerapan SOP

adalah pemantauan kepatuhan menjalankan

SOP. Sehingga dalam sesi IV ini juga

2. Beri kesempatan kepada setiap peserta

untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan

dulu komentar atas pertanyaan peserta

kepada peserta yang lain, agar suasana

diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas

fasilitator adalah memfasilitasi proses

diskusi dan mengarahkan jika ada proses

diskusi yang menyimpang.

c) Sesi-Sesi Hari

1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar

2. Sesi II: Melaksanakan self-assessment

untuk mengetahui pelaksanaan pojok ASI

saat ini. Aspek yang penting untuk digali

adalah mengenai pelaksanaan pojok

ASI yang sudah ada, serta peluang dan

hambatan dalam pelaksanaannya.

3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi

tentang pojok ASI. Penyajian diawali dengan

penjelasan mengenai pengertian, tujuan,

dan manfaat kantong persalinan.Penting

juga dibahas mengenai beberapa fakta yang

ditemukan terkait pelaksanaan pojok ASI

selama yang belum sepenuhnya sesuai,

sehingga KINERJA memandang perlu

dilakukan revitalisasi. Untuk itu penjelasan

mengenai langkah pembuatan dan

pemanfaatan pojok ASI menjadi bagian yang

sangat penting.

4. Sesi IV: Minta peserta untuk diskusi tentang

pengadaan pojok ASI dan barangnya di

Puskesmas masing-masing.

Page 90: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

88 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

dibicarakan tentang instrumen pemantauan

kepatuhan menjalankan SOP. Minta peserta

untuk berlatih menyusun instrumen tersebut

e) Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana

tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan

kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut

yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit

yang akan dilakukan baik oleh Puskesmas dan

Dinas Kesehatan dalam melaksanakan pojok

ASI di daerah setempat. Fasilitator menutup

sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil

presentasi dan tanya jawab, serta menekankan

kembali beberapa hal yang akan dilakukan

sesuai dengan rencana tidak lanjut yang telah

disusun.

Uraian Substansi

1. Latar Belakang Pojok ASI

Pojok ASI dan ruang laktasi bertujuan untuk

meningkatkan kesempatan ibu untuk menyusui bayi

dengan aman, nyaman dan privasi. Kebanyakan

ibu merasa kurang nyaman kalau ingin memberikan

ASI kepada bayinya di tempat umum atau di depan

orang lain. Pojok ASI adalah salah satu strategi

untuk menghindari situasi ini, dan untuk mendukung

dan membantu ibu yang menyusui. Di samping

itu, keberadaan pojok ASI di tempat umum dapat

lebih meningkatkan kesadaran ibu-ibu terhadap

pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi.

Sejak tahun 2010-an, telah muncul banyak fasilitas

ASI di seluruh Indonesia. Ada ruang ASI di berbagai

tempat umum, termasuk terminal bis, mal, bandar

udara, dan stasiun kereta api. Mulai juga berada

di pabrik dan kantor. Pemicu pengadaan lebih

banyaktempat pemberian ASI adalah Peraturan

Menteri Kesehatan RI No.15 Tahun 2013, tentang

Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui

Dan/Atau Memerah Air Susu Ibu. Menurut Peraturan

ini, setiap tempat kerja dan tempat umum harus

mempunyai ruang ASI, dengan tujuan untuk

memberikan perlindungan kepada ibu dalam

memberikan ASI Eksklusif dan memenuhi hak anak

untuk mendapatkan ASI Eksklusif. Ruang ASI dapat

memberikan kesempatan kepada ibu yang bekerja

untuk memberikan ASI kepada bayi atau memerah

ASI selama waktu kerja.

Keberadaan Peraturan ini berarti bahwa setiap

Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Poskesdes,

Polindes, dan Posyandu juga harus mengadakan

ruang atau pojok ASI agar ibu dapat menyusui bayi

dengan benar, aman dan nyaman.

2. Manfaat Pojok ASI

Pengadaan pojok ASI di dalam Puskesmas dapat

sangat bermanfaat untuk ibu dan bayi. Dengan

adanya pojok ASI, cakupan ASI Eksklusif akan

Page 91: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

89www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

meningkat tidak hanya karena ada tempat untuk ibu

menyusui, tapi karena para ibu dapat lihat bahwa

pemerintah maupun masyarakat mendukung upaya

mereka untuk menyusui bayinya.

Bukan hanya ibu yang datang ke Puskesmas untuk

diperiksa yang akan menggunakan pojok ASI – dari

penelitian KINERJA, sering ada staf Puskesmas

yang juga menyusui bayinya di pojok tersebut. Ibu

yang bekerja di luar rumah juga suka menggunakan

pojok ASI di Puskesmas karena dianggap lebih

nyaman, sehat dan enak dari pada tempat kerja

mereka, di mana masih belum ada ruang ASI.

Pojok ASI dan alat tersedia dapat berfungsi

sebagai media praktek untuk sosialisasi, konseling

atau penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu pasca

bersalin, apalagi kepada ibu yang bermasalah

menyusui bayinya. Pojok ASI dan alatnya juga dapat

dipakai untuk demonstrasi pada ibu yang mengikuti

kelas ibu hamil.

3. Penyediaan Pojok ASI

1. Belajar dan membahas Peraturan Bupati/

Walikota dan/atau Peraturan Daerah terhadap

ASI Eksklusif, kalau ada. Jika tidak ada, bahas

PP ASI dan Peraturan Menteri kesehatan.

2. Memutuskan apakah Puskesmas, Dinas

kesehatan dan tempat lain mempunyai ruangan

kosong untuk mengadakan pojok ASI. Kalau

ada, ruangan tersebut dapat digunakan sebagai

ruang ASI; kalau tidak ada, tempat lain harus

ditemukan di dalam ruangan lain, seperti

ruangan gizi di puskesmas.

3. Memutuskan barang apa yang dibutuhkan.

Misalnya, tempat duduk, tempat tidur, wastafel,

kulkas, botol penyimpan ASI, dispenser air

panas, kipas angin, alat memerah ASI seperti

pompa, alat sterilisasi botol ASI, tisu, dan air

minum.

4. Memutuskan dana untuk mengadakan barang

pojok ASI akan diambil dari sumber mana –

dana APBD, DAK, BOK, atau sumber lain?

5. Mengadakan barang yang dibutuhkan dan

meyiapkan ruang atau pojok ASI dengan baik.

6. Memutuskan siapa yang bertanggung jawab

untuk pojok ASI dan apa tugasnya. Misalnya,

untuk tambah stok tisu dan air minum secara

rutin, dan untuk pastikan tidak ada barang yang

rusak.

7. Melatih semua staf Puskesmas (apalagi petugas

loket) untuk selalu memberitahu ibu yang

membawa bayinya ke Puskesmas bahwa sudah

ada pojok ASI yang dapat ibu gunakan kalau dia

ingin menyusui.

8. Mengadakan poster atau spanduk di ruang

umum (seperti ruang tunggu atau di dekat loket)

yang menginformasikan ibu menyusui bahwa

ada pojok ASI yang dapat digunakan kalau ada

ibu yang ingin menyusui bayinya.

9. Memberi petunjuk yang jelas letak pojok ASI.

10. Mengisi berbagai informasi dalam pojok

ASI sebagai informasi bagi ibu yang sedang

menyusui.

Page 92: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

90 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Panduan Pelaksanaan

1. Identifikasipotensimasalah

Pada fase ini perlu dilakukan identifikasi potensi

masalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.

2. Analisis masalah (mengacu kepada hasilidentifikasipotensimasalah)

Dari jawaban tidak pada tabel di atas, maka dicari

akar masalahnya dengan pertanyaan mengapa.

3. Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah dilakukan

berdasarkan temuan akar masalah.

• Alternatif pemecahan masalah yang

diselesaikan dapat diterima oleh masyarakat

dan Puskesmas

• Alternatif pemecahan masalah yang memiliki

dampak lebih efektif dan efisien dalam

penggunaan kantong persalinan

• Beberapa alternatif pemecahan yang ada,

dibahas untuk memperoleh upaya yang paling

tepat untuk mengatasi masalah dengan

No Potensi masalah Ya Tidak1 Apakah ada ruang yang cukup besar untuk mengadakan pojok ASI?

2 Apakah ada tempat di dalam ruangan lain yang dapat dijadikan pojok ASI?

3 Apakah ada cukup dana dari APDB, BOK, DAK, atau sumber lain untuk mengadakan pojok ASI?

4 Apakah semua staf memahami pentingnya ASI Eksklusif?

5 Apakah semua staf memahami pentingnya pojok ASI?

6 Apakah ada petugas yang mampu bertanggung jawab untuk pojok ASI dan keberlanjutannya?

7 …..

8 ....

9 ....

10 ...

melibatkan sumber daya yang ada baik lintas

program/lintas sektor dan masyarakat(multi

aktor).

4. Penyusunan rencana kerja (POA - Plan of Action)

• Tentukan prioritas pemecahan masalah dalam

pojok ASI.

• Susun rencana kerja sesuai dengan alternative

pemecahan masalah.

• Menggali sumber dana yang diperlukan

Page 93: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

91www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

• Memulai pengadaan pojok ASI

• Dalam penyusunan rencana penggunaan pojok

ASI harus melibatkan seluruh staf di KIA dan

bidan desa.

5. Sosialisasi Pojok ASI kepada staf Puskesmas dan masyarakat

• Sosialisasi kepada staf Puskesmas bertujuan

untuk menyamakan persepsi terkait pengadaan

dan penggunaan pojok ASI di Puskesmas.

Semuastaf harus menjadi sadar terhadap

pojok ASI, dan harus siap untuk mengajak ibu

menyusui untuk menggunakan tempat tersebut.

• Sosialisasi ke masyarakat, apalagi para ibu

hamil dan ibu pasca bersalin. Ini dapat dilakukan

melalui kegiatan sosialisi dan promosi seperti

kelas ibu hamil, dan juga melalui poster atau

spanduk di ruang umum (seperti ruang tunggu

atau di dekat loket) yang menginformasikan

ibu menyusui bahwa ada pojok ASI yang dapat

digunakan kalau ada ibu yang ingin menyusui

bayinya.

6. Penggunaan dan Pengawasan Pojok ASI

• Ada petugas yang bertanggung jawab untuk

pojok ASI. Petugas ini harus memastikan

barang, alat, dan stok yang dibutuhkan oleh ibu

menyusui selalu ada di dalam pojok ASI dan

tidak rusak.

• Petugas loket selalu menginformasikan ibu

menyusui terhadap keberadaan pojok ASI.

• Petugas bertanggung jawab untuk pojok ASI

mencatat jumlah ibu yang menggunakan pojok

ASI tiap minggu, dan merespon kepada saran

dan pengaduan dari pengguna.

7. Tahap Monitoring & Evalusi Pojok ASI

• Tujuannya untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dari pojok ASI dan menilai apakah

kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan

rencana yang dibuat, yang hasilnya merupakan

input untuk langkah perbaikan dan perencanaan

periode berikutnya.

• Proses pemantauan dilaksanakan dan

dilaporkan secara periodik (triwulanan) kepada

Dinas Kesehatan dan masyarakat.

• Dalam proses monitoring dengan melibatkan

masyarakat.

• Dalam evaluasi, perlu diperhatikan:

○ Apakah pojok ASI sudah digunakan sesuai

rencana?

○ Bagaimana keterlibatan masyarakat?

○ Apakah ada kendala dan tantangan dalam

pelaksanaan pojok ASI?

○ Bagaimana mencari jalan keluar dari

kendala yang dihadapi?

○ Apakah ada kegiatan diluar rencana?

Contoh Praktek Baik

1. Puskesmas Batua di Kota Makassar, Sulawesi Selatan

Pada bulan Desember 2012, Walikota Makassar

menandatangani Peraturan Walikota (Perwali) no.48

Page 94: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

92 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif. Perwali ini

mewajibkan semua Unit Layanan Kesehatan,

termasuk Puskesmas dan Rumah Sakit, untuk

mengadakan pojok laktasi atau ruang ASI

supaya ada tempat yang nyaman dan aman

untuk ibu yang ingin menyusui bayinya.

Sejak bulan berikutnya, yaitu January

2013, Puskesmas di Kota Makassar mulai

menyiapkan ruang ASI dengan mengadakan

ruangan khusus untuk menyusui. Di dalam

ruangan ini, staf Puskesmas menyiapkan

apa saja yang mungkin dibutuhkan ibu menyusui:

wastafel, tempat duduk, tempat tidur bayi, dot, alat

pompa ASI, televisi, kipas angin, kulkas, tisu, dan air

minum. Sumber dana untuk barang-barang tersebut

adalah dana APDB maupun Dana BOK (tergantung

pada keadaan Puskesmas).

Di Kabupaten Melawi, di Kalimantan Barat, masih

kurang ada pojok ASI di Puskesmas ataupun Rumah

Sakit.

Namun, ada satu Puskesmas yang sudah

menyediakan pojok ASI untuk ibu-ibu menyusui,

tanpa biaya besar. Puskesmas ini adalah

Puskesmas Nanga Pinoh, di mana Kepala

Puskesmas dan stafnya menjadikan sebuah tempat

tidur berfungsi sebagai pojok ASI.

Tempat tidur ini tersedia di dalam ruang gizi.

Jadi sebenarnya tidak semua Puskesmas harus

mengadakan ruangan khusus sebagai pojok ASI

– sebuah tempat di dalam ruangan lain juga dapat

dipakai oleh ibu menyusui. Yang penting ibu merasa

nyaman dan aman, dan tidak diganggu. Oleh karena

ini, staf Puskesmas Nanga Pinoh memasang sebuah

gorden/tirai di depan tempat tidur tersebut, supaya

ibu menyusui tidak dapat dilihat oleh staf atau pasien

lain. Tisu dan air minum juga tersedia gratis.

2. Puskesmas Nanga Pinoh, Kab. Melawi, Kalimantan Barat

Page 95: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

93www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Kepala Puskesmas Nanga Pinoh mengatakan

bahwa sudah ada banyak pasien yang

menggunakan pojok ASI ini kalau mereka datang

untuk diperiksa. Yang juga sering menggunakan

pojok ASI adalah staf Puskesmas sendiri – ternyata,

ada manfaat yang dua kali lipat dari pada apa yang

diharapkan.

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 96: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

94 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 97: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

95www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 98: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Page 99: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

97www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

44Kelompok Peduli ASI

Page 100: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

98 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Kelompok Peduli ASI

Deskripsi Modul

Modul ini menguraikan tentang strategi

pembentukan kelompok peduli ASI untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dan agar

pelayanan tersebut dapat menjadi lebih partisipatif,

akuntabel, responsif, transparan dan inovatif.

Modul ini dapat digunakan sebagai panduan dalam

membentuk dan mendirikan kelompok peduli ASI

pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan, dan kota/

kabupaten. Modul ini juga dimaksudkan sebagai

acuan bagi fasilitator dalam menyelenggarakan

pelatihan tentang kelompok peduli ASI yang efektif

dan berpengaruh.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)2. Konsultan/Pelatih3. Fasilitator kesehatan4. Staf Dinas Kesehatan5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Peserta mampu mendampingi Puskesmas, Dinas

kesehatan dan lembaga lainnya dalam menyusun

Modul 4

........menguraikan

tentang strategi pembentukan

kelompok peduli ASI untuk meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan,

........

Page 101: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

99www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

3. Mampu mengembangkan Kelompok Peduli ASI

4. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi

Kelompok Peduli ASI.

Pokok Bahasan

1. Latar Belakang Kelompok Peduli ASI

2. Manfaat Kelompok Peduli ASI

3. Pembentukan Kelompok Peduli ASI

4. Monitoring Penerapan Kelompok Peduli ASI.

Metode

Sesi pelatihan

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Kerja kelompok

4. Pemaparan hasil kerja kelompok.

Sesi Pendampingan

1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja yang melibatkan

puskesmas, dinas kesehatan dan instansilainya

bersama MSF

3. Mengembangkan Kelompok Peduli ASI

4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan Kelompok Peduli ASI.

dan implementasi Kelompok Peduli ASI sebagai

responsif terhadap hak anak dan ibu dalam

memberikan ASI Eksklusif.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Mampu menjelaskan konsep Kelompok Peduli

ASI

2. Mampu menjelaskan peran penting Kelompok

Peduli ASI dalam menjaga ibu memberikan ASI

eksklusif

3. Mampu mendampingi Puskesmas, SKPD

lain dan lembaga swasta lainnya dalam

mengembangkan Kelompok Peduli ASI

4. Mampu mendampingi dinas kesehatan dan

puskesmas dalam monitoring dan evaluasi

penerapan Kelompok Peduli ASI.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintahdanunitpelayanankesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Memahami konsep kelompok Peduli ASI dan

realisasinya dengan program USAID-KINERJA

2. Memahami peran Kelompok Peduli ASI dalam

menjaga ASI Eksklusif

Page 102: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

100 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Alat dan bahan

1. LCD projector

2. Laptop

3. Flipchart/kertas plano/metaplan/whiteboard

4. Alat tulis

5. Materi presentasi.

Waktu

Sesi pelatihan: Satu hari

Hari I:

Waktu Pokok Bahasan

2 x 45 menit

Pembukaan & bina susanaPenyajian materi: Tujuan dan manfaat Kelompok Peduli ASI, termasuk contoh dari wilayah lain

1 x 45 menit

Self-assessment: Diskusi kelompok identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan terkait pemberian IMD dan ASI Eksklusif saat ini

3 x 45 menit

Diskusi kelompok: Kegiatan promosi dan sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif yang telah dilakukan di wilayah kitaDiskusi kelompok: Ide-ide kegiatan promosi dan sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif yang dapat dilakukan di wilayah kitaPemaparan hasil diskusi

1 x 45 menitRencana tindak lanjut – kapan akan mengadakan pertemuan lagi?Penutupan

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

a) Pengantar

• Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan pentingnya IMD dan ASI

Esklusif untuk ibu dan bayi, dan pentingnya

upaya masyarakat untuk mendukung ibu

menyusui dan menolak susu formula.

• Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama setengah hari. Peserta diharapkan

aktif dalam setiap sesi, baik sesi penyajian

materi maupun sesi diskusi.

• Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

peserta dan permainan yang memotivasi

peserta.

b) Proses pelatihan

Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Gunakan media pembelajaran yang sesuai

untuk memudahkan penangkapan peserta.

Bahan presentasi dapat menggunakan bahan

yang tersedia dalam modul ini. Gunakan metode

interaktif, dengan mengutamakan peran aktif

dari seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

Page 103: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

101www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

untuk mulai melaksanakan kegiatan promosi dan

sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif. Selanjutnya

fasilitator menutup sesi dengan menarik

kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya

jawab, serta menekankan kembali beberapa hal

yang akan dilakukan sesuai dengan rencana

tindak lanjut yang telah disusun.

Uraian Substansi

1. Latar Belakang Kelompok Peduli ASI

Kelompok Peduli ASI adalah media atau ruang

untuk mempertemukan anggota masyarakat

untuk membahas dan merespon IMD dan ASI

Ekskusif yang menjadi kepedulian bersama dan

tujuan bersama. Anggota kelompok peduli ASI

dapat berasal dari berbagai unsur kepentingan

masyarakat, baik dari unsur PNS, media, swasta,

kaum ibu, kaum bapak, dan kaum remaja.

Pertemuan, diskusi dan forum bersama antar

pemangku kepentingan menjadi penting untuk

mengembangkan proses dialogis dan membangun

kesadaran bersama serta melakukan aksi bersama.

Banyak pilihan nama yang dapat digunakan untuk

menamai kelompok peduli ASI, seperti nama-nama

berikut:

• Jaringan

• Gerakan

• Aliansi

• Aksi

Beri kesempatan kepada setiap peserta untuk

mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu

komentar atas pertanyaan peserta kepada

peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak

hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator adalah

memfasilitasi proses diskusi dan mengarahkan

jika ada proses diskusi yang menyimpang.

Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut:

• SesiI: Pengantar, bina suasana, dan

pemberian materi terhadap tujuan dan

manfaat kelompok peduli ASI

• SesiII: Melaksanakan self-assessment

untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,

peluang dan tantangan, serta capaian

pelaksanaan keadaan pemberian IMD dan

ASI Eksklusif saat ini.

• SesiIII: Minta kelompok untuk melakukan

diskusi secara berkelompok. Tujuannya

untuk membahas promosi dan sosialisasi

IMD dan ASI Eksklusif yang telah dan dapat

dilakukan di wilayahnya. Setelah dibahas,

tiap kelompok memberikan presentasi

secara singkat kepada peserta terhadap apa

yang dibahas.

• SesiIV: Membuat rencana tindak lanjut,

termasuk kapan akan mengadakan

pertemuan berikutnya.

c) Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana

tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan

kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut

yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit

Page 104: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

102 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

• Koalisi

• Komisi

• Front

• Forum

• Komunitas.

Kinerja mendorong untuk menggunakan nama-nama

sesuai dengan kearifan lokal.

2. Tujuan Kelompok Peduli ASI

1. Membangun kepahamanterhadap pentingnya

IMD dan ASI Eksklusif.

2. Membangun komitmen dan kebersamaan untuk

mendukungupaya ibu dalam pemberian ASI

Eksklusif.

3. Menyepakati bersama-sama hal-hal yang

menjadi tolokukur cakupan IMD dan ASI

Eksklusif.

4. Mengorganisasikan berbagai pihak masyarakat

dalamupaya promosi dan advokasi tentang IMD

dan ASI Eksklusif.

5. Memberikan pihak masyarakat kesempatan

untuk berbagi pengalaman terhadap advokasi,

promosi, dan kegiatan lain terkait IMD dan ASI

Eksklusif.

3. Manfaat Kelompok Peduli ASI

Kalau ada kelompok peduli ASI yang berjalan dan

berfungsi secara aktif, pengaruhnya dapat menjadi

sangat besar sekali.

1. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan

maysarakat tentang pentingnya IMD dan ASI

Eksklusif

2. Peningkatan ketrampilan ibu dalam cara

pemberian ASI yang benar

3. Peningkatan semangat dan kemauan ibu untuk

menyusui bayi

4. Peningkatan peran bapak dalam isu kesehatan

ibu dan anak, apalagi dalam ASI

5. Peningkatan jumlah ibu yang memberikan

bayinya ASI Eksklusif

6. Peningkatan jumlah ibu yang memberikan

bayinya ASI dengan makanan tambahan sampai

usia bayi sudah dua tahun

7. Peningkatan jumlah pojok ASI di tempat umum

dan tempat kerja

8. Penurunan jumlah iklan (cetak, radio, televisi)

untuk susu formula

9. Penurunan pemberian susu formula kepada bayi

10. Penurunan jumlah kasus diare dalam bayi

11. Ibu dan bayi yang sehat dan cerdas.

Page 105: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

103www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Panduan Pelaksanaan

1. Identifikasipotensimasalah

Pada fase ini perlu dilakukan identifikasi potensi

masalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.

No Potensi masalah Ya Tidak1 Apakah sudah ada kelompok dengan tujuan pedulikan ASI?

2 Kalau sudah ada, apakah masih dibutuhkan kelompok baru?

3 Apakah sudah ada orang yang berminat menjad terlibat dalam sebuah kelompok peduli ASI?

4 Apakah ada sumber dana (funding) untuk mendukung kelompok peduli ASI?

5 Apakah masyarakat sudah memahami pentingnya ASI Eksklusif?

6 ….

7 ….

8 ....

9 ....

10 ...

2. Analisis masalah (mengacu kepada hasilidentifikasipotensimasalah)

Dari jawaban tidak pada tabel di atas, maka dicari

akar masalahnya dengan pertanyaan mengapa.

3. Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah dilakukan

berdasarkan temuan akar masalah sehingga

diketahui di mana KPA dapat mengisi mengurangi

kesenjangan tersebut.

4. Pembentukan KPA

Sepakati personal yang bersedia, mampu dan

memiliki waktu untuk menjadi anggota kelompok

peduli ASI. Kelompok ini menunjuk koordinator KPA.

5. Penyusunan rencana kerja (POA - Plan of Action)

a) Tentukan prioritas pemecahan masalah

dalam KP ASI.

Page 106: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

104 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

b) Susun rencana kerja sesuai dengan

alternatif pemecahan masalah.

c) Menggali sumber dana yang diperlukan

d) Memulai pengadaan KP ASI

e) Dalam penyusunan rencana penggunaan

KP ASI harus melibatkan seluruh staf di KIA

dan bidan desa.

6. Sosialisasi KP ASI kepada staf Puskesmas dan masyarakat

a) Sosialisasi kepada staf Puskesmas

dan dinas kesehatan bertujuan untuk

menyamakan persepsi terkait kehadiran

KP ASI di Puskesmas/kecamatan dan

kabupaten/kota. Semuastaf harus menjadi

sadar terhadap KP ASI, dan harus siap

untuk membuka ruang KP ASI berpartisipasi

terhadap ibu menyusui dan masyarakat luas.

b) Sosialisasi ke masyarakat tentang

adanya KPA. Ini dapat dilakukan melalui

kegiatan sosialisi dan promosi seperti

kegiatan promosi dengan mencantumkan

kelompoknya, dan juga melalui poster

atau spanduk di tempat atau ruang umum

((seperti terminal bis, pasar, dan depan

Puskesmas) yang menginformasikan KP ASI

yang dapat digunakan oleh ibu menyusui.

7. Persiapan

Strategi dan kegiatan dalam tahapan persiapan

ini bertujuan untuk membangun kepercayaan dan

komitmen antar pemangku kepentingan.

Persiapan dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

a) Identifikasi tokoh, pihak dan orang awam yang

mungkin ingin menjadi anggota Kelompok Peduli

ASI.

b) Melakukan komunikasi awal dengan yang

tertarik menjadi anggota, baik secara formal

maupun informal, terhadap tujuan dan manfaat

Kelompok Peduli ASI.

8. Pembentukan

Strategi dan kegiatan dalam tahapan

pembentukan ini bertujuan untuk membentuk dan

mengembengkan kegiatan kelompok peduli ASI.

Pembentukan dapat dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

a) Memilih anggota dari tokoh, pihak dan orang

awam yang berminat menjadi terlibat dalam

Kelompok Peduli ASI.

b) Berbagi informasi tentang keadaan kesehatan

setempat, apalagi tentang pemberian IMD dan

ASI Eksklusif.

c) Berbagai informasi tentang praktek baik dan

inovasi yang berhasil dari daerah lain, agar

anggota menjadi semangat dan antusias untuk

mendukung pemberian ASI dan melakukan

kegiatan.

d) Mengambil keputusan dengan keterlibatan

semua anggota terhadap nama dan tujuan

kelompok.

Page 107: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

105www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

e) Menyusun rencana kegiatan terhadap promosi

dan sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif kepada

masyarakat maupun pemerintah.

f) Mengambil keputusan secara partisipatif

terhadap sumber dana kelompok – apakah dana

untuk kegiatan akan diberikan langsung dari

dana pribadi anggota? Apakah kelompok ingin

mencari sumber dain lain, misalnya dari grant

atau pihak swasta (dalam bentuk CSR)?

g) Mengambil keputusan secara partisiparif

terhadap kebutuhan peningkatan pengetahuan

dan kemampuan kelompok, dan memutuskan

untuk mengajak narasumber untuk memberikan

informasi tentang IMD dan ASI Eksklusif

kepada kelompok. Misalnya, narasumber dari

Puskesmas atau Posyandu.

h) Sosialisasi program kepada semua pihak yang

berpotensi mendukung program baik dengan

unsur pemerintah daerah, DPRD, Organisasi

Masyarakat Sipil, media dan lain-lain. Sosialisasi

ini dilakukan dengan melakukan pertemuan

audiensi dengan pihak-pihak terkait dan dapat

pula dilakukan dalam forum lokakarya.

9. Pelaksanaan

Strategi dan kegiatan dalam tahapan pelaksanaan

ini bertujuan untuk membuat Kelompok Peduli

ASI yang kuat, semangat, berkelanjutan dan

berpengaruh.

Pelaksanaan dapat dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

a) Mengumpulkan data dan cerita nyata tentang

IMD dan ASI Eksklusif di wilayah kelompok.

Data ini dapat ditemukan di Puskesmas, Rumah

Sakit, Dinas Kesehatan, dan unit pelayanan

kesehatan lain, dan juga langsung diminta dari

orang awam terhadap pengalaman mereka

dengan IMD dan ASI Eksklusif.

b) Kalau tidak ada data yang cukup berguna,

melakukan survei baseline atau survei awal

terhadap tingkat pemberian ASI dan ASI

Eksklusif di wilayah kelompok.

c) Memberikan ringkasan data kepada tiap

anggota kelompok peduli ASI, agar anggota

merasa terinspirasi.

d) Melakukan pertemuan reguler, untuk diskusi

keadaan ASI Eksklusif di wilayah kelompok,

menyusun rencana, menilai kegiatan yang telah

dilakukan, dan berbagi pengalaman.

e) Sering mengajak orang lain untuk menjadi

anggota kelompok.

f) Melakukan advokasi dan sosialisasi tentang IMD

dan ASI Eksklusif secara reguler.

10. Tahap Monitoring & Evalusi Pojok ASI

a) Tujuannya untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dari KP ASI dan menilai apakah

kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan

rencana yang dibuat, yang hasilnya merupakan

input untuk langkah perbaikan dan perencanaan

periode berikutnya.

b) Proses pemantauan dilaksanakan dandilaporkan

secara periodik (triwulanan) kepada MSF dan

Dinas Kesehatan.

Page 108: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

106 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

c) Dalam proses monitoring dengan melibatkan

MSF.

d) Dalam evaluasi, perlu diperhatikan:

○ Apakah KPA sudah melaksanakan sesuai

dengan rencana?

○ Bagaimana tingkat respon dari masyarakat

dan stakeholder lain?

○ Apakah ada kendala dan tantangan dalam

pelaksanaan KPA?

○ Bagaimana mencari jalan keluar dari

kendala yang dihadapi?

○ Apakah ada kegiatan diluar rencana?

○ Bagaimana dengan sumber pembiayaan?

Contoh Praktek Baik

1. ‘Bapak Peduli ASI’ di Kota Makassar, Sulawesi Selatan

Di Kota Makassar, sebuah kelompok yang

bernama ‘Bapak Peduli ASI’ sudah mulai terkenal

di masyarakat maupun pemerintah. Kelompoknya

dibentuk setelah beberapa bapak mengikuti suatu

FGD tentang manfaat ASI Eksklusif bagi bayi dan

ibu, di mana bapak tersebut diberikan informasi

terhadap pentingnya ASI. Bapak-bapak ini baru

sadar bahwa ASI Eksklusif itu bukan hanya

tanggung jawab ibu, tetapi juga tanggung jawab

bapak serta anggota keluarga lain seperti mertua.

“Kami merasa terpanggil sejak terbentuknya multi-

stakeholder forum [MSF] lain,” mengatakan salah

satu anggota Bapak Peduli ASI. Dia sampaikan

bahwa setelah kegiatan penelitian terhadap

tingginya pemberian susu formula kepada bayi

dilaksanakan oleh MSF, bapak-bapak di wilayah

Kec. Cenderawasih ingin memberikan lebih banyak

dukungan kepada isterinya agar dia merasa nyaman

dan semangat untuk memberikan bayinya ASI

Eksklusif.

Demikian bapak-bapak Kota Makassar mendirikan

kelompok dengan nama Bapak Peduli ASI. Anggota

Bapak Peduli ASI yang bekerja sebagai dosen,

PNS, dan ustadz, dan ada juga banyak anggota

dari masyarakat dan RW setempat. Kegiatannya

termasuk penyuluhan kepada ibu dan bapak di

Posyandu dan di rumah; pemberian informasi ASI

Page 109: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

107www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Eksklusif kepada kaum imam dan tokoh agama

agar mereka dapat memberikan ceramah terhadap

ASI; dorongan kepada perusahaan dan penjual

susu formula untuk menghentikan promosinya;

dan dukungan dan dampingan kepada ibu yang

menyusui.

Bapak Peduli ASI tidak membuat SK. Kelompok

ini dibentuk atas dasar kesadaran dan komitmen

anggota, dan semua kegiatan dibiayai secara

swadaya. Sampai sekarang, Bapak Peduli ASI

sudah mencetak stiker dan membuat baju dengan

nama kelompoknya sebagai sebuah alat promosi

ASI Eksklusif untuk meningkatkan kepedulian

masyarakat terhadap isu yang sangat penting ini.

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 110: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

108 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 111: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

109www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 112: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Page 113: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

111www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

55Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan

Page 114: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

112 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan

Deskripsi Modul

Modul ini menguraikan tentang mekanisme

Pengelolaan Pengaduan sebagai salah satu upaya

peningkatan kualitas pelayanan publik. Penjabaran

materi modul diawali dengan uraian tentang

keterkaitan antara pegelolaan pengaduan dengan

undang-undang pelayanan publik. Selanjutnya

dijelaskan secara lebih rinci mengenai pentingnya

pengaduan, mekanisme Pengelolaan Pengaduan,

survei pengaduan, dan Janji Perbaikan Layanan.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)2. Konsultan/Pelatih3. Fasilitator kesehatan4. Staf Dinas Kesehatan5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Peserta mampu memahami dan menjelaskan

tujuan dan manfaat beberapa jenis pengelolaan

pengaduan, termasuk janji perbaikan layanan.

Modul 5

........dijelaskan

secara lebih rinci mengenai pentingnya

pengaduan, mekanisme Pengelolaan Pengaduan,

........

Page 115: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

113www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

5. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi

pengelolaan pengaduan dan janji perbaikan

layanan.

Pokok Bahasan

1. Pengelolaan Pengaduan: pengertian dan

kaitannya dengan Undang-undang Pelayanan

Publik

2. Mekanisme pengelolan pengaduan

3. Survei pengaduan

4. Janji Perbaikan Layanan.

Metode

Sesi pelatihan

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Role play.

Sesi pelaksanaan

1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas/

Dinas Kesehatan

3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan

lintas sektor dan para pemangku kepentingan.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Mampu menjelaskan konsep pengelolaan

pengaduan dan janji perbaikan layanan, termasuk

relasinya dengan Program USAID-KINERJA

2. Mampu menjelaskan peran penting mekanisme

pengelolaan pengaduan dalam menjaga kualitas

pelayanan

3. Mampu mendampingi Puskesmas dalam

membuat mekanisme pengelolaan pengaduan

4. Mampu mendampingi Puskesmas dalam

monitoring dan evaluasi pengelolaan pengaduan

dan janji perbaikan layanan.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintahdanunitpelayanankesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Memahami konsep pengelolaan pengaduan dan

realisasinya dengan program USAID-KINERJA

2. Memahami peran pengelolaan pengaduan

dalam menjaga akuntabilitas dan kualitas

pelayanan

3. Mampu membuat mekanisme pengelolaan

pengaduan

4. Mampu menerapkan mekanisme pengelolaan

pengaduan

Page 116: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

114 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board

4. Alat tulis

5. Materi Presentasi

Waktu

Sesi pelatihan: Dua hari

Hari I:

Waktu Pokok Bahasan

1 x 45 menit

PembukaanPenjelasan singkat tentang Fokus Program KINERJABina SuasanaSelf-assessment: pelaksanaan Pengelolaan Pengaduan saat ini

2 x 45 menit

Pengelolaan Pengaduan: pengertian dan kaitannya dengan undang-undang pelayanan publikDiskusi dan tanya jawab

1 x 45 menitMekanisme Pengelolaan Pengaduan: Survei PengaduanDiskusi dan tanya jawab

3 x 45 menit

Permainan Peran I:Lokakarya Pengelolaan PengaduanMenyusun instrumen survei pengaduanSimulasi pelaksanaan survei pengaduan

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

1. Pengantar

1. Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan pentingnya Pengelolaan

Pengaduan masyarakat dalam rangka

mewujudkan pelayanan puskesmas yang

patisipatif, akuntabel, responsif, transparan

dan inovatif, di mana hal ini merupakan cara

untuk meningkatkan partisipasi pengguna

layanan dalam perbaikan mutu layanan

puskesmas.

2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

Hari II:

Waktu Pokok Bahasan

1 x 45 menit

Review materi hari IPermainan Peran II:Pengolahan Data dan Penyusunan Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM)Analisis penyebab pengaduan Masyarakat dan penyusunan alternatif solusi

3 x 45 menitJanji Perbaikan LayananDiskusi dan tanya jawab

2 x 45 menit

Permainan peran III:Penyusunan Janji Perbaikan LayananPenyusunan rekomendasi untuk advokasi di tingkat dinas/kabupaten

1 x 45 menitRencana Tindak Lanjut Survei Pengaduan MasyarakatPenutupan

Page 117: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

115www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

2. Beri kesempatan kepada setiap peserta

untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan

dulu komentar atas pertanyaan peserta

kepada peserta yang lain, agar suasana

diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas

fasilitator adalah memfasilitasi proses

diskusi dan mengarahkan jika ada proses

diskusi yang menyimpang.

Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut:

3. Sesi-sesi Hari I:

1. SesiI: Selain memberikan penjelasan

umum dan melakukan bina suasana seperti

yang sudah dijelaskan dalam pengantar,

fasilitator juga memfasilitasi peserta untuk

melakukan self asessment. Self assessment

dilakukan melalui diskusi untuk membahas

pelaksanaan mekanisme Pengelolaan

Pengaduan saat ini. Melalui self assessment

ini diharapkan akan dapat menginventarisir

kendala dan peluang yang ada terkait

dengan pelaksanaan Pengelolaan

Pengaduan saat ini.

2. SesiII: Nara sumber menyajikan materi

tentang Pengelolaan Pengaduan:

pengertian dan kaitannya dengan Undang-

undang pelayanan publik. Aspek penting

yang harus dijelaskan adalah keterkaitan

antara Pengelolaan Pengaduan dengan

undang-undang pelayanan publik sebagai

dasar hukum yang mengatur bagaimana

sebaiknya organisasi pelayanan publik

selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45

menit per hari. Pada hari pertama dilakukan

penyampaian materi tentang Pengelolaan

Pengaduan: pengertian dan kaitannya

dengan undang-undang pelayanan

publik, serta mekanisme Pengelolaan

Pengaduan, khususnya melalui survei

pengaduan. Hari pertama ditutup dengan

permainan peran pelaksanaan lokakarya

pengaduan dan penyusunan instrumen

pengaduan. Hari kedua peserta diminta

melanjutkan permainan peran dengan

simulasi pelaksanaan survei pengaduan dan

dilanjutkan dengan penyusunan IPM dan

perumusan alternatif solusi. Materi terakhir

di hari kedua adalah tentang Janji Perbaikan

Layanan. Pendekatan pelatihan disamping

penjelasan dengan metode ceramah juga

dilakukan permainan peran.

3. Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

peserta dan permainan yang memotivasi.

2. Proses pelatihan

1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan

materi sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Gunakan media pembelajaran

yang sesuai untuk memudahkan

penangkapan peserta. Bahan presentasi

dapat menggunakan bahan yang tersedia

dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,

dengan mengutamakan peran aktif dari

seluruh peserta. Minta peserta untuk

Page 118: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

116 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

beroperasi. Hal inilah yang menjadi fokus

KINERJA yaitu mewujudkan tata kelola

organisasi yang baik (good corporate

governance).

3. SesiIII: Nara sumber menyajikan

materi tentang Mekanisme Pengelolaan

Pengaduan, khususnya tentang survei

pengaduan. Langkah dalam melakukan

survei pengaduan dijelaskan secara rinci

disertai contoh untuk memudahkan peserta

nantinya saat melakukan permainan peran.

4. SesiIV: Minta peserta untuk melakukan

permainan peran. Pada permainan peran

pertama ini minta peserta untuk melakukan

Pengelolaan Pengaduan. Untuk itu bagi

peserta menjadi beberapa posisi sesuai

setting yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil

lokakarya, minta peserta untuk menyusun

instrumen survei pengaduan. Permainan

peran diakhiri dengan simulasi pelaksanaan

survei pengaduan.

4. Sesi-sesi Hari II:

1. SesiI: Secara acak, minta perwakilan

peserta untuk mereview materi yang telah

dibahas di hari I. Lakukan review dalam

suasana santai, jika diperlukan gunakan

teknik permainan.

2. SesiII: Minta peserta untuk kembali

melakukan permainan peran. Pada

permainan peran kedua ini yang dilakukan

adalah simulasi Pengolahan Data dan

Penyusunan Indeks Pengaduan Masarakat

dengan menggunakan data yang diperoleh

dari pelaksanaan survei hari pertama.

Berdasarkan temuan tersebut lakukan

analisis penyebab pengaduan masyarakat

dan penyusunan alternatif solusi.

3. SesiIII: Nara sumber menyajikan materi

tentang Janji Perbaikan Layanan dengan

memperkaya materi dari Praktik Baik daerah

lain. Hal yang dijelaskan adalah proses

menyusun Janji Perbaikan Layanan serta

penyusunan rekomendasi teknis untuk

advokasi kepada pemerintah daerah atau

pihak lain yang terkait.

4. SesiIV: Minta peserta untuk melakukan

permainan peran kembali terkait dengan

topik Janji Perbaikan Layanan. Lakukan

simulasi proses menyusun Janji Perbaikan

Layanan dan rekomendasi untuk advokasi

di tingkat dinas/kabupaten berdasarkan

keluhan yang muncul dari permainan peran

pertama dan kedua.

c) Penutup

Fasilitator menutup sesi dengan menarik

kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya

jawab, serta penjelasan rencana tidak lanjut.

Fasilitator memastikan bahwa aspek governance

seperti partisipasi, transparansi, akuntabilitas,

responsifness serta inovasi muncul dalam

rencana tindak lanjut.

Page 119: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

117www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Uraian Substansi

1. Pengelolaan Pengaduan

Tuntutan masyarakat terkait tata kelola yang

baik (good governance) semakin meningkat.

Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari

semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat

dan pengaruh globalisasi. Untuk mensikapi hal

itu organisasi publik harus melakukan perubahan

yang terarah dan mengarah pada terwujudnya

suatu pemerintahan yang baik yang bermuara pada

peningkatan pelayanan publik dengan melibatkan

partisipasi masyarakat.

Metode Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

dengan Partisipasi Masyarakat sebagaimana

diatur dalam Permenpan 13/2009 adalah metode

peningkatan kualitas pelayanan publik yang

merupakan upaya bersama berbagai pihak yang

terkait dengan penyelenggaraan dan penyediaan

pelayanan dan para pengguna pelayanan untuk

menciptakan pelayanan publik menjadi terintegrasi

antara lingkungan pelayanan dengan proses

penyediaan pelayanan publik.

Pendekatan ini dimulai dengan Pengelolaan

Pengaduan pengguna pelayanan sebagai dasar

untuk merumuskan dan melaksanakan upaya nyata

perbaikan. Dengan pendekatan ini, sejak dini dan

dalam keseluruhan proses, pihak-pihak dilibatkan

secara maksimal dalam penetapan standar

pelayanan publik.

Prinsip dasar dari pelayanan publik adalah:

Transparan, daya tanggap, sederhana, mudah diakses, partisipatif, dan dapat dipercayai dan

diandalkan.

Banyak cara yang bisa dilakukan organisasi

pelayanan kesehatan (termasuk puskesmas)

untuk memperbaiki kinerjanya. Diantaranya

adalah melalui janji perbaikan layanan (citizen

charter). Janji perbaikan layanan merupakan

suatu cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan

dan kepuasan masyarakat, termasuk minat dan

kepentingan politis yang peduli bahwa pemerintah

menyediakan pelayanan dengan kualitas terbaik.

Melalui Janji perbaikan layanan ini, masyarakat

sebagai pengguna layanan berhak mendapatkan

informasi sebelumnya tentang jenis-jenis pelayanan

yang diberikan termasuk persyaratannya, prosedur

pengaduan yang jelas serta penanganan yang

adil. Berikut ini ditampilkan perbandingan antara

manajemen pelayanan konvensional dengan

manajemen pelayanan yang telah menerapkan

kontrak layanan.

Page 120: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

118 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Manajemen Pelayanan Konvensional Citizen Charter

• Dirumuskan sepihak oleh pemerintah dan bersifat tertutup, serta sebagai pedoman penyelenggara pelayanan.

• Sebagai alat kontrol pemerintah.• Prosedur pelayanan yang cenderung

mengatur kewajiban pengguna layanan, tetapi mengabaikan haknya.

• Pelayanan publik menjadi urusan dan tanggung jawab pemerintah.

• Dirumuskan sebagai sebuah kesepakatan bersama yang bersifat terbuka.

• Sebagai instrumen publik untuk mengontrol jalannya penyelenggaraan pelayanan.

• Mengatur hak dan kewajian pengguna layanan dan penyedia layanan secara seimbang.

• Pelayanan publik menjadi urusan dan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan warga masyarakat.

Sebagai upaya peningkatan partisipasi masyarakat

dalam peningkatan pelayanan publik, sesuai

Permenpan 13/2009, masyarakat mendapatkan

kesempatan untuk menyampaikan berbagai saran,

masukan dan juga pengaduan terkait dengan

pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia

layanan. Pihak penyedia layanan, yang dalam

konteks ini adalah puskesmas, berkewajiban

memberikan ruang kepada partisipasi masyarakat

serta bersedia merespon berbagai pengaduan,

saran dan masukan dari masyarakat serta bersama-

sama menyusun suatu kesepakatan sebagai upaya

peningkatan pelayanan yang disepakati bersama,

baik dalam bentuk Janji Perbaikan Pelayanan yang

didasarkan pada standar pelayanan yang ada.

Pada modul ini, KINERJA akan fokus pada

pendampingan Janji Perbaikan Pelayanan sebagai:

1) yang merupakan salah satu bentuk Pengelolaan

Pengaduan yang didasarkan pada pelaksanaan

survei pengaduan dan 2) bagian dari Janji Perbaikan

Layanan Puskesmas.

Untuk informasi yang lebih lengkap, KINERJA telah

mengembangkan satu modul lengkap dan detail

tentang Mekanisme Penanganan Pengaduan.

Modul ini berisi survei pengaduan masyarakat dan

advokasi untuk pengembangan Janji Perbaikan

Layanan Puskesmas yang dapat dimonitoring

pelaksanaannya oleh warga dan pengembangan

rekomendasi teknis untuk pengaduan masyarakat

yang penyelesaiannya harus melalui kebijakan dari

SKPD kesehatan/daerah yang akan disampaikan

kepada dinas kesehatan.

2. Pengelolaan Pengaduan

Pengaduan atau keluhan adalah pernyataan

ketidakpuasan, apapun bentuknya (tertulis maupun

lisan), tentang pelayanan, tindakan dan/atau

kekurangan tindakan yang dilakukan oleh instansi

penyedia pelayanan atau para personilnya yang

mempengaruhi atau dirasakan oleh para pengguna

pelayanan tersebut.

Page 121: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

119www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Pengaduan masyarakat terhadap kinerja

pelayanan sangat bermanfaat sebagai ”pintu

masuk” peningkatan kualitas pelayanan. Para

pengguna pelayanan lebih mudah menyatakan

keluhan, pengaduan, atau ketidakpuasan daripada

menyatakankan saran, rekomendasi atau

kepuasan terhadap kinerja pelayanan. Pengaduan

pengguna pelayanan publik biasanya lebih bermotif

tanggungjawab dibanding sekedar penyampaian

kritik dan saran. Keterlibatan langsung dan berulang-

ulang melalui interaksi antara penyedia layanan

dan pengguna layanan adalah alasan yang kuat

mengapa mereka merasa bertanggungjawab untuk

memperbaiki layanan publik.

Penyelenggara dan pelaksana pelayanan publik

tidak perlu merasa khawatir dan enggan untuk

menghadapi atau menerima pengaduan. Itulah

sebabnya dalam metode ini pengaduan justru

dihimpun melalui curah pendapat dalam lokakarya

Pengelolaan Pengaduan dan survei pengaduan, dan

tidak hanya ditunggu dengan menyediakan kotak

pengaduan.

3. Tahapan Pengelolaan Pengaduan

Sebagai bentuk konkrit dalam usaha untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publik, Permenpan

13/2009 menjelaskan empat tahap kegiatan untuk

melakukan Pengelolaan Pengaduan, yaitu seperti

berikut:

3.2 Survei pengaduan

Daftar pengaduan yang telah disusun dalam

kuesioner dalam langkah Pengelolaan

Pengaduan merupakan input untuk melakukan

survei pengaduan masyarakat. Survei

pengaduan ini sekaligus memperkuat peran

masyarakat dalam meningkatkan kualitas

pelayanan. Hasil yang dicapai dalam langkah

ini yakni tersusunnya lembar indeks pengaduan

masyarakat yang didokumentasi dalam matriks

IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat)

3.3 Lokakarya Analisis Masalah Penyebab Pengaduan

Indeks pengaduan yang dihasilkan memberi

masukan yang sistematis tentang indikasi

tingkat pengaduan tertinggi sampai yang

terendah. Untuk kebutuhan tindakan perbaikan,

pelaksanaan lokakarya analisis masalah

penyebab pengaduan dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui sebab masalah

dari setiap item pengaduan. Langkah ini

juga menghasilkan rumusan informasi jalan

keluar (solusi) atas setiap penyebab masalah

pengaduan yang muncul, baik solusi yang

bersifat internal maupun yang bersifat eksternal.

Solusi permasalahan yang bersifat internal

didokumentasi dalam Janji Perbaikan

Pelayanan, sedangkan solusi eksternal

didokumentasi dalam Rekomendasi Perbaikan

Pelayanan yang seharusnya disampaikan

Page 122: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

120 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

kepada Dinas Kesehatan agar dipenuhi. Baik

dokumen Janji Perbaikan Pelayanan maupun

dokumen Rekomendasi Perbaikan Pelayanan

menjadi instrumen utama untuk memulai

langkah perbaikan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publik.

3.4 Monitoring dan Evaluasi

Langkah ini bermaksud untuk melakukan

pembuktian status atas masing-masing janji

dan rekomendasi perbaikan pelayanan publik

yang akan dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik. Sejumlah pihak yang terlibat

didalam langkah ini antara lain tim peningkatan

kualitas pelayanan, tim pelaksana kualitas

pelayanan publik, serta masyarakat pengguna

pelayanan.

Monitoring dan evaluasi menggunakan dua

pendekatan, yaitu: 1) pendekatan verifikasi janji

dan rekomendasi perbaikan, dan 2) pendekatan

survei ulang. Dengan dua pendekatan tersebut,

monitoring dan evaluasi akan menghasilkan

lembaran cek realisasi janji sebagai bukti telah

dilaksanakan kegiatan monitoring dan indeks

pengaduan masyarakat baru (IPM Baru) sebagai

bukti hasil survei ulang untuk mengetahui tingkat

pemenuhan status dari janji dan rekomendasi

perbaikan pelayanan publik.

4. Survei Pengaduan

Survei pengaduan adalah sebuah metode untuk

menghimpun berbagai keluhan, pengaduan, atau

komplain masyarakat selaku pengguna layanan

atas kinerja pemberi pelayanan. Pemberi pelayanan

secara aktif menggali informasi dari masyarakat

tentang hal-hal yang masih menjadi keluhan

masyarakat melalui wawancara terstruktur dengan

kuesioner.

Kuesioner survei pengaduan disusun berdasarkan

daftar pengaduan masyarakat yang diperoleh dari

Lokakarya Pengelolaan Pengaduan. Lokakarya

Pengelolaan Pengaduan ini diselenggarakan oleh

pemberi pelayanan dengan melibatkan masyarakat

selaku pengguna layanan. Setelah kuesioner

survei pengaduan tersusun, maka tahapan dalam

penyelenggaraan survei pengaduan selanjutnya

adalah sebagai berikut:

4.1 Persiapan:

1. Menyiapkan Tim Pelaksana dan tenaga

tambahan sukarela untuk melakukan survei

2. Menggandakan kuesioner survei

3. Membagi wilayah dan menentukan strategi

kerja

4. Menetapkan jumlah responden

5. Menyiapkan alat bantu

6. Mempublikasikan pelaksanaan survei

kepada masyarakat

7. Menetapkan teknik survei yang akan

dilakukan.

4.2 Pelaksanaan:

1. Melakukan wawancara dengan responden

(masyarakat pengguna layanan)

Page 123: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

121www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

2. Membuat rekapitulasi hasil survei

3. Menyusun Indeks Pengaduan Masyarakat

(IPM)

4. Mempersiapkan dan memasang grafik IPM

di papan informasi

5. Membuat lansiran berita (press release)

6. Mengundang wartawan untuk jumpa pers

7. Mengarsipkan kuesioner dan IPM.

4.3 Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM)

IPM yang dihasilkan dari survei pengaduan

dapat memberikan gambaran indikasi tingkat

pengaduan tertinggi sampai yang terendah.

Hasil inilah yang akan ditindaklanjuti untuk

dicarikan alternatif solusi. Oleh karena itu

mudah dipahami bahwa jika survei pengaduan

ini dilakukan secara kontinu, maka dengan

sendirinya akan terjadi peningkatan kualitas

yang berkesinambungan pada pemberi

pelayanan.

Pembuatan IPM didasarkan pada jumlah total

rekapitulasi akhir. Pernyataan pengaduan

diurutkan berdasarkan jumlah responden yang

mengadu. Pernyataan pengaduan dengan

jumlah responden yang mengadu tertinggi

akan menjadi peringkat kesatu (ranking 1).

Pengaduan peringkat 1 ditempatkan paling

atas, menyusul di bawahnya adalah pengaduan

peringkat 2, demikian seterusnya secara berurut

sesuai peringkatnya.

Dalam membuat IPM dapat menggunakan

cara manual atau dengan menggunakan excel

dalam komputer dengan format Bar dengan

menyusun dari nilai pengaduan yang tertinggi

sampai dengan yang terendah. Setelah IPM

selesai sebaiknya diberi pengantar yang berisi

terima kasih kepada responden yang telah

berpartisipasi dalam survei pengaduan dan hasil

survei ini akan ditindaklanjuti dengan lokakarya

analisa masalah penyebab pengaduan dan

rencana tindak nyata perbaikan.

5. Mekanisme Pengaduan Lainnya

Perlu dipahami bahwa mekanisme pengaduan

masyarakat tidak hanya dapat diperoleh

melalui Survei Pengaduan Masyarakat, tapi

juga ada beberapa pendekatan lainnya seperti

lewat Kotak Pengaduan/Saran, SMS gateway,

dan hotline telpon. Untuk menjamin bahwa

masyarakat ingin memberikan pengaduannya,

maka penting bagi unit layanan kesehatan

(puskesmas) mengembangkan mekanisme

Pengelolaan Pengaduan. Masyarakat perlu

terinformasi tentang adanya layanan pengaduan

yang disediakan oleh puskesmas untuk

digunakan oleh masyarakat dalam menyatakan

pengaduan/keluhan terkait layanan kesehatan

mereka. Selain informasi tentang adanya

layanan pengaduan, informasi tentang SOP

penanganan pengaduan tersebut perlu juga

diinformasikan secara jelas dan SOP tersebut

mudah diakses dan dibaca oleh masyarakat.

Dalam mengembangkan mekanisme

penanganan pengaduan, unit layanan

kesehatan perlu melibatkan tim yang terdiri dari

Page 124: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

122 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

staf puskesmas, perwakilan MSF atau Komite

Kesehatan Kecamatan/Badan Pertimbangan

Kesehatan atau perwakilan PKK, Tokoh

Agama, Tokoh Masyarakat, kader kesehatan

dan pemerhati kesehatan lainnya diwilayah

Puskesmas. Keterlibatan perwakilan masyarakat

ini penting sebagai bentuk ‘pengawasan

publik’ terhadap Pengelolaan Pengaduan oleh

unit layanan, sertauntuk menjamin bahwa

pengaduan dari masyarakat memang ditanggapi

secara serius oleh Puskesmas.

Selain itu, perwakilan masyarakat ini dapat

menjadi ‘promotor’ ditingkat masyarakat dalam

menginformasikan mekanisme pengaduan di

unit layanan dan menginformasikan tentang

keseriusan unit layanan dalam menanggapi

pengaduan masyarakat. Dengan promosi

semacam ini ditingkat masyarakat, maka bisa

lebih dijamin keaktifan masyarakat dalam

memberikan tanggapan terhadap pelayanan

yang mereka terima.

6. Janji Perbaikan Layanan

Janji Perbaikan Layanan merupakan salah satu

upaya penting dalam peningkatan pelayanan publik.

Hal ini sesuai dengan amanat Undang Undang No.

25/2009 tentang Pelayanan Publik dan Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

No. 13/2009 tentang Pedoman Peningkatan

Kualitas Pelayanan Publik dengan Partisipasi

Masyarakat. KINERJA mendorong Puskesmas

sebagai organisasi pelayanan publik untuk dapat

meningkatkan pelayanannya melalui penguatan di

sisi penyedia layanan dan juga penerima layanan.

Janji Perbaikan Layanan Puskesmas merupakan

suatu strategi untuk memberikan jaminan kualitas

penyedia layanan agar semakin responsif terhadap

kebutuhan masyarakat, serta semakin akuntabel

dalam memberikan pelayanan baik kepada

pemerintah maupun masyarakat melalui monitoring

kinerja pelayanan.

Beberapa prasyarat penting untuk mewujudkan

pelayanan publik yang semakin baik antara lain:

1. Komitmen Pimpinan

2. Perubahan pola pikir (paradigma) terhadap

fungsi pelayanan

3. Partisipasi masyarakat pengguna layanan

4. Saling percaya

5. Kesadaran penyelenggara dan pelaksana

pelayanan publik

6. Keterbukaan

7. Ketersediaan Anggaran

8. Tumbuhnya rasa memiliki

9. Adanya respon atau tindakan nyata perbaikan

10. Kejujuran

11. Realistis dan cepat

12. Umpan balik terhadap masukan dari masyarakat

13. Keberanian dan kebiasaan menerima

pengaduan

14. Memulai dengan hal sederhana dan menjadikan

keberhasilan sebagai motivasi melakukan hal

yang lebih besar.

Page 125: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

123www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Banyak pihak yang terlibat dalam Pengelolaan

Pengaduan ini antara lain:

1. Kepala Puskesmas

2. Petugas pelayanan di Puskesmas

3. Perwakilan masyarakat/MSF/ Badan Penyantun

Puskesmas

4. Bidan koordinator

5. Masyarakat pengguna layanan puskesmas

setempat

6. Organisasi Masyarakat/LSM pemerhati

pelayanan kesehatan

7. Tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.

7. Pengembangan Janji Perbaikan Layanan

Setelah gambaran Indeks Pengaduan Masyarakat

diketahui, dilakukan Lokakarya Analisis Masalah

Penyebab Pengaduan. Lokakarya ini bertujuan

untuk mendalami penyebab setiap pengaduan

yang ada, untuk dicarikan solusinya. Prioritas

solusi internal yang sudah diidentifikasikan

kemudian disusun dalam bentuk Janji Perbaikan

Layananpuskesmas. Untuk solusi eksternal,

perlu disusun suatu dokumen Rekomendasi

Perbaikan Layanan yang akan diserahkan pada

Dinas Kesehatan dan Pemerintah daerah untuk

ditindaklanjuti.

Penyusunan Janji Perbaikan Layanan tersebut

dilakukan dengan melibatkan pemberi dan

pengguna layanan.

Janji Perbaikan Layanan yang telah disusun

selanjutnya dipublikasikan kepada masyarakat

dalam bentuk poster, brosur, atau media cetak lain

yang kreatif. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat

dapat turut memantau proses perbaikan layanan

yang dilakukan.

Metode pemantauan dan evaluasi Janji dan

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan terdiri daridua

pendekatan:

1. Verifikasi Status Janji dan Rekomendasi

Perbaikan Pelayanan

2. Mengulangi survei pengaduan masyarakat

dengan menggunakan kuesioner yang

sama pada saat survei sebelumnya dan

membandingkan hasil (Indeks Pengaduan

Masyarakat) yang diperoleh dari kedua survei

tersebut.

Panduan Pelaksanaan

1. Tahap persiapan

1.1 Sosialisasi internal unit layanan untuk membangun komitmen internal, dari pimpinan/pembuat keputusan sampai staff unit layanan

Dalam tahap persiapan ini penting untuk unit

layanan puskesmas mensosialisasikan secara

internal tentang kebutuhan untuk mendengarkan

masukan/keluhan/pengaduan dari masyarakat

Page 126: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

124 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

menjadi bahan untuk perbaikan layanan

puskesmas mereka.

Unit layanan perlu diyakinkan bahwa

pengaduan/keluhan masyarakat ini bukanlah

bentuk ‘kritikan dan penghakiman’ yang diajukan

oleh masyarakat terhadap petugas pelayanan,

tapi hal ini justru menjadi pintu masuk untuk

dapat melibatkan masyarakat untuk bersama-

sama bertanggungjawab dalam mewujudkan

pelayanan publik yang lebih baik dan responsif

terhadap kebutuhan masyarakat.

1.2 Membuka ruang partisipasi bagi masyarkat

Ruang ini berada dalam bentuk pengaduan

yang kemudian direspons secara memadai

oleh layanan kesehatan dalam bentuk Janji

Perbaikan Layanan menjadi penting dalam

mendorong keterlibatan yang lebih besar dari

masyarkat di kemudian hari.

1.3 Pembentukan tim kecil unit penanganan pengaduan masyarakat

Menunjuk sekelompok orang yang terdiri dari

pimpinan dan staf unit layanan serta perwakilan

dari pemangku kepentingan kunci tingkat

puskesmas (misalnya Forum multi stakeholder/

multi pihak/komite kesehatan kecamatan/badan

pertimbangan kesehatan, atau pemerintah

kecamatan/desa, perwakilan PKK, Toga, Toma,

kader kesehatan dan pemerhati kesehatan

lainnya di wilayah Puskesmas) dengan gender

seimbang dan mengakomodir kelompok rentan

yang akan membantu unit layanan dalam

merancang dan melakukan survei pengaduan

masyarakat dan dalam penyusunan Janji

Perbaikan Layanan. Tim kecil dapat berfungsi

sebagai motor penggerak dari pelaksanaan

survei pengaduan dan fasilitator untuk

pengembangan Janji Perbaikan Layanan.

1.4 Pengembangan rencana aksi (POA)

Ada beberapa aktifitas penting dalam

pelaksanaan survei pengaduan masyarakat ini

yang perlu dikembangkan dalam rencana aksi

(aktifitas kegiatan).

No DetailAktifitas Penanggung jawab

Waktu Pelaksanaan

1 Sosialisasi tentang survei pengaduan untuk membangun komitmen

2 Lokakarya/FGD pengembangan kuesioner survei pengaduan

Page 127: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

125www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

No DetailAktifitas Penanggung jawab

Waktu Pelaksanaan

3 Pelaksanaan Survei pengaduan

4 Pengolahan data dan pembangan Index Pengaduan Masyarakat (IPM)

5 Lokakarya Analisa Penyebab Pengaduan Masyarakat dan Rekomendasinya

6 Penyusunan janji perbaikan layanan dan rekomendasi teknis

7 Pengesahan Janji perbaikan layanan dan Sosialisasi pada masyarakat

8 Pertemuan teratur di Puskesmas untuk monitoring dan pertemuan dengan lintas sector untuk melaporkan kemajuan dari pelaksanaan janji perbaikan layanan

9 Pengembangan rencana survei pengaduan berikutnya

2. Tahap Pelaksanaan

2.1 Sosialisasi awal untuk membangun komitmen antar pemangku kepentingan

Dalam kegiatan membangun komitmen antar

pemangku kepentingan untuk pelaksanaan

survei dan meningkatkan partisipasi masyarakat

sebagai responden survei pengaduan,

maka dibutuhkan adanya sosialisasi awal

tentang pentingnya masukan/pengaduan

dari masyarakat untuk perbaikan pelayanan

puskesmas.

Sosialisasi awal dapat dilakukan oleh

puskesmas sebagai unit layanan secara

terintegrasi dalam kegiatan musrenbang

bersama lintas sektor, dan kegiatan lokakarya

mini (bersama masyarakat) yang dihadiri oleh

perwakilan Dinas Kesehatan, Forum multi

stakeholder/multi pihak/komite kesehatan

kecamatan/badan pertimbangan kesehatan,

atau pemerintah kecamatan/desa, perwakilan

PKK, Toga, Toma, kader kesehatan dan

pemerhati kesehatan lainnya diwilayah

Puskesmas.

Dalam sosialisasi ini perlu diinformasikan

tentang apa itu survei pengaduan dan kemudian

Page 128: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

126 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

mendiskusikan bagaimana responden

survei pengaduan akan diidentifikasi dan

mekanisme pengumpulan data lapangan. Input

dan masukan dari pemangku kepentingan

perlu dicatat sebagai masukan untuk

menyempurnakan pelaksanaan pada tahap

berikutnya.

2.2 Pengembangan dan penyiapan instrumen/kuesioner

Pengembangan kuesioner dapat dilakukan lewat

beberapa tahapan antara lain melalui Diskusi

Kelompok Terarah (FGD) dan dilanjutkan

dengan lokakarya antar pemangku kepentingan

untuk membahas isu pengaduan yang akan

dimasukkan dalam kuesioner survei

Diskusi Kelompok Terarah (FGD):

• Diskusi Kelompok Terarah ini penting

untuk dilakukan oleh unit layanan yang

sebelumnya belum pernah melakukan survei

pengaduan masyarakat;

• Diskusi perlu dilakukan dengan masyarakat

yang pernah mengakses layanan

puskesmas (layanan pemeriksaan

kehamilan dan nifas, konseling IMD dan

ASI Eksklusif) untuk menggali keluhan/

pengaduan mereka terhadap layanan

kesehatan yang pernah mereka jalani.

Penting untuk menjamin bahwa keterwakilan

dari perempuan sebagai konsumen

utama dari layanan kesehatan KIA dan

juga laki-laki yang pernah mendampingi

pasangannya dalam mengakses layanan

tersebut;

• Temuan-temuan utama topik pengaduan

masyarakat yang didapat dari FGD ini,

kemudian dijadikan daftar keluhan/pengaduan

masyarakat dalam draf kuesioner.

2.3 Lokakarya pengembangan kuesioner pengaduan

Lokakarya ini dilakukan dengan tujuan

untuk memfinalisasi daftar pengaduan

masyarakat yang didapat melalui proses FGD

ke dalam bentuk kuesioner atau (apabila

FGD tidak dilaksanakan sebelumnya) untuk

mengembangkan kuesioner pengaduan

berdasarkan masukan peserta lokakarya.

Lokakarya ini penting untuk dihadiri oleh

perwakilan dari dinas kesehatan, Forum multi

stakeholder/multi pihak/komite kesehatan

kecamatan/badan pertimbangan kesehatan,

atau pemerintah kecamatan/desa, perwakilan

PKK, Toga, Toma, kader kesehatan dan

pemerhati kesehatan lainnya di wilayah

Puskesmas dengan jender yang seimbang.

Pada akhir lokakarya diharapkan adanya

kesepakatan terhadap point-point pengaduan

masyarakat yang tertera dalam kuesioner

pengaduan yang akan ditanyakan kepada

responden atau masyarakat yang lebih luas

dalam bentuk survei.

Page 129: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

127www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

2.4 Pelaksanaan Survei Pengaduan Keluhan Masyarakat

Pelaksanaan survei pengaduan dilakukan

dengan mengacu pada Buku Saku Mekanisme

Pengelolaan Pengaduan KINERJA dan

Pedoman Pelaksanaan Permenpan 13 tahun

2009.

Sampling responden dilakukan berdasarkan

purposive sampling, dengan penghitungan

berdasarkan tabel Morgan atau 25% dari

jumlah populasi berdasarkan jumlah ibu hamil

yang dilayani puskesmas dan pasangannya.

Jumlah sampel minimal 100 orang (perempuan

dan pasangannya laki-laki) yang tinggal di

wilayah kerja unit layanan terkait, yang pernah

mengakses layanan Persalinan Aman, Inisiasi

Menyusu Dini dan ASI Ekslusif.

2.5 Pengembangan Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM)

Index pengaduan masyarakat merupakan hasil

tabulasi/penghitungan dari masing-masing topik/

pertanyaan pengaduan, di mana dilakukan

ranking terhadap pertanyan/topik pengaduan

mulai dari pengaduan/pertanyaan yang paling

banyak dilaporkan atau dikeluhkan oleh

masyarakat sampai pengaduan yang paling

sedikit dikeluhkan masyarakat.

Contoh rekap pengaduan disajikan dalam

bentuk tabel, seperti contoh berikut.

Page 130: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

128 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Indeks pengaduan masyarakat ini menjadi alat

penting bagi pengelola/manejer puskesmas

untuk menentukan prioritas pengaduan

masyarakat yang bisa ditindak lanjuti oleh

puskesmas kedepannya.

Indeks Pengaduan Masyarakat dapat

dikembangkan oleh tim kecil yang dibuat

Puskesmas.

2.6 Analisa Penyebab Keluhan Masyarakat dan Rekomendasi melalui lokakarya

Analisa penyebab keluhan masyarakat dan

identifikasi tindak lanjutnya biasanya dilakukan

melalui suatu lokakarya. Dalam lokakarya

ini dianalisis akar penyebab pengaduan

masyarakat – baik terkait manajemen layanan

ditingkat layanan kesehatan ataupun terkait

kebijakan/program/anggaran ditingkat dinas

kesehatan/institusi SKPD lainnya (Lihat matriks

di bawah). Setelah akar masalah diidentifikasi

maka solusi/rekomendasi untuk mengatasi

keluhan/pengaduan masyarakat dapat

dikembangkan/ direncanakan baik ditingkat

puskesmas (dari solusi internal - sebagai bahan

dokumen Janji Perbaikan Layanan) dan juga

diajukan ke dinas kesehatan/institusi pemerintah

lainnya ditingkat Kabupaten/Kota (dari solusi

eksternal).

Lokakarya ini penting untuk dihadiri oleh

pihak puskesmas dan juga perwakilan dinas

kesehatan serta Forum multi stakeholder/multi

pihak/komite kesehatan kecamatan/badan

pertimbangan kesehatan, atau pemerintah

kecamatan/desa, perwakilan PKK, Toga, Toma,

kader kesehatan dan pemerhati kesehatan

lainnya di wilayah Puskesmas.

Lihat Seri Pembelajaran Mekanisme Pengelolaan

Pengaduan KINERJA dan Pedoman Pelaksanaan

Permenpan 13/2009 untuk lebih detail.

NO PERNYATAAN PENGADUAN PENYEBAB

SOLUSI

INTERNAL EKSTERNAL1

2

3

4

5

6 dstnya

Page 131: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

129www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

2.7 Penyusunan Janji Perbaikan Layanan (tingkat Puskesmas) dan Rekomendasi Teknis kepada tingkat daerah

Dari hasil analisa penyebab pengaduan dan

identifikasi solusi internal, maka tim kecil

penanganan pengaduan puskesmas perlu

membuat prioritas solusi internal yang akan mampu

diselesaikan dalam waktu 1 tahun mendatang.

Prioritas solusi internal yang sudah diidentifikasikan

ini kemudian disusun dalam bentuk Janji Perbaikan

Layanan Puskesmas.

Untuk solusi eksternal, perlu disusun suatu dokumen

rekomendasi teknis yang akan diserahkan pada

dinas kesehatan dan pemerintah daerah lainnya

untuk ditindaklanjuti.

2.8 Pengesahan Janji Perbaikan Layanan oleh Kepala Puskesmas dan Sosialisasi pada masyarakat

Janji Perbaikan Layanan yang dikembangkan di

tingkat unit layanan ditandatangani oleh Kepala

Puskesmas/Kepala Unit Layanan, dan disaksikan

oleh perwakilan masyarakat sipil (misalnya

perwakilan forum multi stakeholder atau perwakilan

masyarakat lainnya) dan oleh Kepala Dinas

Kesehatan.

Dokumen Janji Perbaikan Layanan ini juga perlu

disahkan oleh Kepala Daerah dan Kepala DPRD.

Janji Perbaikan Layanan tersebut harus

disosialisasikan kepada masyarakat di wilayah kerja

puskesmas, baik melalui pertemuan sosialisasi

ataupun melalui publikasi dokumen Janji Perbaikan

Layanan di tempat-tempat publik, melalui radio dll.

2.9 Pertemuan teratur internal Puskesmas monitoring Janji Perbaikan Layanan dan pertemuan teratur lintas sektor untuk melaporkan kemajuan

dari pelaksanaan Janji Perbaikan Layanan

Bagian terpenting dari Janji Perbaikan Layanan

adalah implementasi pemenuhan janji perbaikan

layanan, dan juga monitoring sejauh mana janji

tersebut sudah dipenuhi.

Pengelola/manejer puskesmas perlu mencermati

capaian/progress dari pemenuhan janji layanan dan

mengintegrasi janji tersebut dalam perencanaan dan

penganggaran di tingkat puskesmas.

Dan sebagai bagian dari akuntabilitas layanan,

masyarakat dan/perwakilan masyarakat perlu

selalu diinformasikan kemajuan dari pemenuhan

janji layanan tersebut. Selain itu masyarakat juga

bisa diajak berdiskusi untuk mencari pemecahan

masalah apabila diidentifikasi adanya tantangan

untuk dapat memenuhi Janji Perbaikan Layanan

tersebut. Mobilisasi masyarakat menjadi aset

penting untuk dapat mendorong adanya pemenuhan

layanan kesehatan yang berkualitas.

Page 132: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

130 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

2.10 Pengembangan Rencana Survei Pengaduan Berikutnya

Menurut aturan, survei pengaduan masyarakat

perlu dilakukan secara berkala, minimal setahun

sekali yang diikuti dengan Janji Perbaikan

Layanan untuk mengatasi pengaduan tersebut.

Siklus di atas perlu diulangi lagi dengan

pendekatan yang sama.

3. Tahap Monitoring & Evaluasi

Dalam proses monitoring yang penting diperhatikan

adalah:

• Apakah kegiatan sesuai dengan perencanaan?

− Kalau tidak sesuai, atau dampaknya

kurang, apa yang perlu ditambahkan atau

direncanakan?

Dalam evaluasi, perlu diperhatikan:

• Apakah kegiatan sudah sesuai dengan janji

layanan?

• Bagaimana keterlibatan masyarakat (dengan

jender seimbang) dalam melakukan monitoring

implementasi janji layanan?

• Apakah ada kendala dan tantangan dalam

implementasi/pelaksanaan Janji Perbaikan

Layanan?

• Apakah ada kegiatan diluar rencana?

Sebaiknya MSF dilibatkan dalam tahap monitoring

dan evaluasi Janji Perbaikan Layanan.

Berikut adalah sebuah contoh matriks yang dapat

digunakan pada saat monitoring dan evaluasi Janji

Perbaikan Layanan. Isi sebelah kiri harus sama

dengan Janji Perbaikan Layanan yang telah disusun

dan tidak boleh diubah.

Pengaduan Janji Perbaikan Layanan Status Realisasi Janji

Kegiatan yang sudah dilakukan

Tindak lanjut

1. Alat kontrasepsi gratis masih diperjualbelikan

1.1. Puskesmas melakukan koordinasi dengan Dinkes dan BPMPKB terkait distribusi Alkon yang berlabel gratis

Sudah Kebutuhan alkon langsung dikomunikasikan ke BPMPKB

1.2. Memberikan peringatan dan sanksi kepada petugas puskesmas dan jaringannya apabila memperjualbelikan alkon gratis

Sudah

Page 133: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

131www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Pengaduan Janji Perbaikan Layanan Status Realisasi Janji

Kegiatan yang sudah dilakukan

Tindak lanjut

2. Tidak ada tempat untuk pelaksanaan di posyandu

2.1. Tidak ada tempat untuk pelaksanaan di posyandu

Sudah

2.2. Puskesmas mensosialisasikan dan mendiskusikan kembali konsep posyandu adalah milik masyarakat.

Sudah Puskesmas melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait lainnya seperti tomas, tokoh agama untuk meningkatkan peran dan pengembangan posyandu bersama semua pihak.

3. Informasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) kurang

3.1. Meningkatkan KIE petugas dan frekwensi sosialisasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak melalui kelas Ibu tingkat kelurahan, misalnya dengan menggunakan lembar balik, Buku KIA, Poster dll.

Sudah Pembuatan dan pemasangan poster untuk sosialisasi kelas ibu hamil. Pembuatan lembar balik tentang IMD dan ASI Ekslusif yang sekarang tersedia di loket.

3.2. Meningkatkan pelayanan konsultasi KIA pada Bumil saat pemeriksaan kehamilan dan kunjungan ke puskesmas, puskel, poskeskel, posyandu.

Belum Diskusi antara staf Puskesmas dan bidan desa tentang penyuluhan yang dibutuhkan.

…. …. …. …. ….

Page 134: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

132 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Contoh Praktek Baik

a) Pelaksanaan Kotak Saran di Puskesmas Batua, Kota Makassar

Kota Makassar telah menerapkan kotak saran

di setiap Puskesmas di seluruh wilayahnya.

Kotaksaran tersebut dibuka dan dibahas setiap

bulan dengan melibatkan kader posyandu dan MSF,

sehingga penyelesaian dan tindak lanjut disepakati

dan dilakukan secara bersama sehingga beban

tidak hanya pada Puskesmas tetapi juga pada

masyarakat. Kotak saran ini seharusnya terkunci,

dan kuncinya dipegang oleh staf kesehatan seperti

bidan atau kader.

b) Pelaksanaan SMS Gateway di Puskesmas Sungai Raya Kepulauan, Kabuapaten Bengkayang

Puskesmas Sungai Raya Kepulauan, di daerah

pinggir laut di Kabupaten Bengkayang, Provinsi

Kalimantan Barat, telah memiliki kotak saran sejak

lama. Namun, staf Puskesmas mengakui jarang ada

saran dan pengaduan di dalamnya.

Oleh karena ini, Kepala Puskesmas memutuskan

untuk melaksanakan SMS Gateway di

Puskesmasnya. Semua staf menyepakati untuk

mengadakan dan mempublikasikan tiga nomor HP

agar pasien dapat memberi pengaduan secara

langsung dan cepat. Dari nomor HP ini, satu

dipegang oleh Kepala Puskesmas, satu dipegang

oleh Bidan Koordinator, dan satu dipegang staf lain.

Sejak percetakan spanduk dengan informasi SMS

Gateway dan nomor HP tersebut, sudah sangat

lebih banyak saran disampaikan oleh pasien kepada

staf Puskesmas. Semua saran dan pengaduan

dicatat dalam buku pengaduan, dan kalau tidak

dapat langsung dibalas, saran tersebut dibahas

pada lokakarya mini bulanan.

Page 135: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

133www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Contoh Instrumen Pengaduan Kabupaten Bener Meriah

Page 136: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

134 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

d) Contoh Janji Perbaikan Layanan, Puskesmas Sekadau, Kab. Sekadau

Page 137: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

135www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 138: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

136 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 139: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

137www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 140: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Page 141: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

139www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

66Standar Layanan dan Standard Operating Procedure (SOP)

Page 142: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

140 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Standar Layanan dan Standard Operating Procedure (SOP)

Deskripsi Modul

Modul ini menguraikan tentang pentingnya peranan

Standar Layanan dan Standar Operasional Prosedur

(SOP) dalam mewujudkan pelayanan kesehatan

yang berkualitas untuk mendukung kesuksesan

program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif.

Di dalam modul ini juga dijelaskan beberapa prinsip

dan langkah dalam menyusun SOP lokal, sehingga

diharapkan puskesmas dan dinas kesehatan dapat

mengimplementasikan isi modul dengan mudah.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)2. Konsultan/Pelatih3. Fasilitator kesehatan4. Staf Dinas Kesehatan5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Peserta mampu mendampingi Puskesmas

dan Dinas Kesehatan dalam menyusun dan

implementasi standar operasional prosedur (SOP)

sebagai cerminan dari akuntabilitas, tranparansi dan

kualitas pelayanan.

Modul 6

........dijelaskan

beberapa prinsip dan langkah dalam

menyusun SOP lokal,

........

Page 143: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

141www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Pokok Bahasan

1. Relasi SOP dengan program KINERJA

2. Pentingnya SOP

3. Penyusunan SOP Teknis

4. Penyusunan SOP Layanan

5. Monitoring Penerapan SOP melalui Kartu

Kontrol.

Metode

Sesi pelatihan

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Kerja kelompok

4. Pemaparan hasil kerja kelompok.

Sesi Pendampingan

1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja yang melibatkan

pemberi dan MSF

3. Menyusun SOP bersama pemberi layanan dan

MSF

4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan SOP.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Mampu menjelaskan konsep Standard

Operating Procedure (SOP) dan relasinya

dengan Program USAID-KINERJA

2. Mampu menjelaskan peran penting SOP dalam

menjaga kualitas pelayanan

3. Mampu mendampingi Puskesmas dalam

menyusun Standard Operating Procedure (SOP)

4. Mampu mendampingi Puskesmas dalam

monitoring dan evaluasi penerapan SOP.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintahdanunitpelayanankesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Memahami konsep SOP dan realisasinya

dengan program USAID-KINERJA

2. Memahami peran SOP dalam menjaga

akuntabilitas dan kualitas pelayanan

3. Mampu menyusun SOP

4. Mampu menerapkan SOP

5. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi

SOP.

Page 144: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

142 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Alat dan bahan

1. LCD projector

2. Laptop

3. Flipchart/kertas plano/metaplan/whiteboard

4. Alat tulis

5. Materi presentasi.

Waktu

Sesi pelatihan: Dua hari

Hari I:

Waktu Pokok Bahasan

1 x 45 menit

PembukaanPenjelasan singkat tentang Fokus Program KINERJABina Suasana

1 x 45 menit

Standar Operating Procedure (SOP) dan relasinya dengan Program USAID-KINERJADiskusi dan tanya jawab

1 x 45 menitPentingnya SOPDiskusi dan tanya jawab materi

3 x 45 menitProses Penyusunan SOP (SOP Teknis dan SOP Alur Layanan)Diskusi dan tanya jawab

2 x 45 menit Diskusi: Review SOP yang ada di puskesmas saat ini

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

1. Pengantar

1. Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan pentingnya manajemen

pelayanan puskesmas yang patisipatif,

akuntabel, responsif, transparan dan

inovatif. Penyusunan dan penerapan SOP

merupakan salah satu mekanisme untuk

menjamin terselenggaranya manajemen

pelayanan yang baik dan memenuhi aspek

good governance tersebut.

2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45

menit per hari. Pada hari pertama dilakukan

penyampaian materi tentang pentingnya

Standard Operating Procedure (SOP) dan

Hari II:

Waktu Pokok Bahasan1 x 45 menit Review materi hari I

2 x 45 menitPraktek: Desain SOP TeknisPemaparan hasil latihan

2 x 45 menitPraktek: Desain SOP LayananPemaparan hasil latihan

2 x 45 menit

Penerapan SOP dan Pemantauan kepatuhan menjalankan SOPDiskusi dan tanya jawabLatihan menyusun instrumen dan rencana pemantauan kepatuhan menjalankan SOP

1 x 45 menitPenyusunan rencana tindak lanjutPenutupan

Page 145: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

143www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

sebagai dasar hukum yang mengatur

bagaimana sebaiknya organisasi pelayanan

publik dijalankan. Hal inilah yang menjadi

fokus KINERJA yaitu mewujudkan tata

kelola organisasi yang baik (good corporate

governance).

3. SesiIII: Nara sumber menyajikan materi

tentang Pentingnya SOP. Hal-hal yang

perlu mendapat penekanan khusus adalah:

pengertian SOP, manfaat SOP, dan macam-

macam SOP.

4. SesiIV: Nara sumber menyajikan materi

tentang penyusunan SOP, baik SOP teknik

maupun SOP layanan, yang meliputi

langkah penyusunan, format, dan teknik

penulisan SOP. Uraikan secara jelas

kemungkinan adanya partisipasi masyarakat

dalam proses penyusunan SOP.

5. SesiV: Minta peserta untuk membentuk

kelompok dan mendiskusikan kondisi

daerah terkait dengan SOP program

Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif

saat ini. Beberapa hal yang bisa disoroti

diantaranya: kelengkapan SOP teknis dan

SOP layanan dan kesesuaian SOP yang

ada dengan kaidah penyusunan SOP.

4. Sesi-sesi Hari II:

1. SesiI: Secara acak, minta perwakilan

peserta untuk mereview materi yang telah

dibahas di hari I. Lakukan review dalam

suasana santai dengan menggunakan teknik

permainan.

2. SesiII: Minta peserta untuk membentuk

kelompok dan berlatih menyusun SOP

proses penyusunannya. Hari kedua peserta

diminta untuk berlatih menyusun SOP

Teknis dan SOP Layanan, serta rencana

pemantauan kepatuhan menjalankan SOP.

2. Proses pelatihan

1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan

materi sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Gunakan media pembelajaran

yang sesuai untuk memudahkan

penangkapan peserta. Bahan presentasi

dapat menggunakan bahan yang tersedia

dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,

dengan mengutamakan peran aktif dari

seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

2. Beri kesempatan kepada setiap peserta

(khususnya perempuan) untuk mengajukan

pertanyaan. Tawarkan dulu komentar

atas pertanyaan peserta kepada peserta

yang lain, agar suasana diskusi tidak

hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator

adalah memfasilitasi proses diskusi dan

mengarahkan jika ada proses diskusi yang

menyimpang.

3. Sesi-sesi Hari I:

1. SesiI: Sudah dijelaskan dalam pengantar

2. SesiII: Nara sumber menyajikan materi

tentang relasi SOP dengan program

KINERJA. Aspek penting yang harus

dijelaskan adalah keterkaitan antara SOP

dengan undang-undang pelayanan publik

Page 146: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

144 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

teknis. SOP yang hendak disusun sebaiknya

ditentukan berdasarkan hasil diskusi

hari sebelumnya, yaitu kegiatan penting

yang belum ada SOP dari Kementerian

Kesehatan, atau sudah ada SOP tetapi

belum sesuai dengan kaidah SOP. Temuan

yang belum sesuai dengan kaidah SOP

akan menjadi masukan kepada Kementerian

Kesehatan RI.

3. SesiIII: Sama seperti aktivitas pada sesi

II, tetapi di sesi III ini adalah untuk SOP

Layanan. Minta peserta untuk membentuk

kelompok dan berlatih menyusun SOP

Layanan. SOP yang hendak disusun

sebaiknya ditentukan berdasarkan hasil

diskusi hari sebelumnya, yaitu layanan

penting yang belum ada SOP, atau sudah

ada SOP tetapi belum sesuai dengan kaidah

SOP.

4. SesiIV: Nara sumber menyajikan materi

tentang penerapan dan pemantauan SOP.

Hal yang dijelaskan adalah langkah dalam

menerapkan SOP mulai dari sosialisasi

sampai dengan evaluasi dan revisi SOP.

Aspek penting dalam fase penerapan SOP

adalah pemantauan kepatuhan menjalankan

SOP. Sehingga dalam sesi IV ini juga

dibicarakan tentang instrumen pemantauan

kepatuhan menjalankan SOP. Minta peserta

untuk berlatih menyusun instrumen tersebut.

5. Penutup

Fasilitator menutup sesi dengan menarik

kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab,

serta penjelasan rencana tidak lanjut, termasuk

memberikan masukan kepada dinas kesehatan

berkaitan dengan perbaikan SOP kedepan bila

diperlukan.

Uraian Substansi

1. Program KINERJA dalam Standar Layanan

USAID-KINERJA memfokuskan dukungannya untuk

optimalisasi kinerja lembaga pelayanan publik

melalui intervensi pada sisi pengguna layanan

(demand) dan sisi penyedia layanan (supply). Pada

sisi demand, yang dilakukan adalah meningkatkan

kepedulian dan partisipasi aktif/keterlibatan

masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah,

yang disebut sebagai insentif. Pada sisi suplai,

yang dilakukan adalah meningkatkan kemampuan

pemberi layanan dalam mengelola pelayanan

melalui praktik yang baik yang disebut sebagai

inovatif. Pada kedua sisi tersebut diterapkan

proses tatakelola pemerintahan yang baik dengan

memfokuskan pada partisipasi, tranparansi,

akuntabilitas dan responsiveness.

Berdasarkan empat unsur governance yang

menjadi fokus KINERJA, maka penerapan standar

(acuan yang dipakai sebagai patokan dalam

penyelenggaraan kegiatan/tindakan) merupakan

bagian dari akuntabilitas. Pemberi layanan akan

memberikan pelayanan yang mencapai standar

yang ditentukan.

Page 147: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

145www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Pelayanan publik harus dapat dipertanggunggugatkan

(akuntabilitas) kualitas pelayanan baik oleh pemberi

layanan maupun penerima layanan. Salah satu

bentuk pelayanan publik yang akuntabilitas adalah

pelayanan yang berdasarkan standar operasional

prosedur (SOP). Kualitas dalam pelayanan

kesehatan dipersepsikan menurut input, proses

dan ouput. Pelayanan kesehatan dengan tempat

yang mewah dan alat canggih merupakan faktor

input yang sering dipersepsikan kualitas/mutu

oleh pengguna layanan terutama masyarakat

kelompok menengah ke atas. Sedangkan SOP

merupakan aspek kualitas dari sisi proses dimana

seluruh pelayanan dilakukan sesuai dengan

standar yang diterjemahkan dalam SOP. Kepuasan,

tingkat kesembuhan, dan rendahnya kematian ibu

merupakan indikator kualitas dari sisi output.

USAID-KINERJA memfokuskan penguatan kualitas

pelayanan kesehatan pada aspek proses dimana

SOP sebagai pendorong dari kualitas pelayanan

program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif.

Pendekatan yang inovatif dari KINERJA terhadap

SOP adalah mengembangkan pendekatan

sedemikian rupa sehingga pengguna pelayanan

mengetahui hak pelayanan sesuai dengan SOP.

KINERJA membantu daerah dampingan terutama

pengembangan SOP non tehnis meskipun KINERJA

turut membantu daerah mengembangkan SOP

tehnis karena permintaan dari dinas kesehatan

kabupaten/kota.

2. Persyaratan

Standar pelayanan yang didukung oleh KINERJA

sesuai dengan amanat UU No. 25/2009 tentang

Pelayanan Publik bahwa “Penyelenggara

berkewajiban menyusun dan menetapkan standar

pelayanan dengan memperhatikan kemampuan

penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi

lingkungan” (pasal 20 ayat 1).

UU tersebut juga mengamanatkan penyusunan

Standar Pelayanan Publik (SPP) ini dilakukan

dengan melibatkan partisipasi masyarakat seperti

tersurat dalam pasal 20 ayat (2), dengan tidak

diskriminatif, terkait langsung dengan pelayanan,

memiliki kompetensi dan mengutamakan

musyawarah, dan memperhatikan keberagaman.

USAID-KINERJA juga membentuk suatu forum

pada tingkat pelayanan yang disebut dengan Multi

Stakeholder Forum (MSF). Kelompok masyarakat

yang non pemerintah akan mewakili pihak

masyarakat dalam penyusunannya. Sehubungan

kapasitas masyarakat terhadap SOP teknis sangat

rendah, maka KINERJA memfokuskan keterlibatan

masyarakat pada SOP Alur Layanan.

Penyusunan standar pelayanan publik (SPP) harus

memiliki beberapa komponen (pasal 21) yaitu:

a) Dasar hukum

b) Persyaratan

c) Sistem, mekanisme, dan prosedur

d) Jangka waktu penyelesaian

e) Biaya/ tarif

f) Produk pelayanan

g) Sarana, prasarana, danatau fasilitas

h) Kompetensi pelaksana

i) Pengawasan internal

j) Penanganan pengaduan, saran, dan masukan

k) Jumlah pelaksana

Page 148: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

146 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

l) Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian

pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar

pelayanan

m) Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan

dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa

aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu-

raguan

n) Evaluasi kinerja pelaksana.

Sebagian dari SPP menentukan standar layanan,

yaitu patokan dalam penyelenggaraan layanan,

dan sebagiannya adalah SOP, yaitu metode atau

tata cara untuk pelakukan kegiatan tertentu dalam

proses pemberian layanan.

Demi transparansi dalam pemberian layanan,

KINERJA mendorong fasilitas publik seperti

puskesmas untuk mempublikasikan Standar

Layanan dan SOP layanan sebagaimana

diamanatkan oleh UU Pelayanan Publik pasal 18,

agar masyarakat:

a) Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan

b) Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan

c) Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang

diajukan

d) Mendapat perlindungan, dan/atau pemenuhan

pelayanan

e) Mampu melakukan advokasi dengan

memberitahukan kepada pimpinan dan

penyelenggara pelayanan untuk memperbaiki

pelayanan apabila pelayanan yang diberikan

f) Mengadukan pelaksana yang melakukan

penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak

memperbaiki pelayanan kepada penyelenggara,

pembina penyelenggara, dan ombudsman

g) Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai

dengan azas dan tujuan pelayanan.

3. Tujuan Standar Layanan dan SOP

Standar Layanan adalah standar yang menetukan

kepada pemberi layanan tentang jenis pelayanan,

persyaratan pelayanan, alur layanan, waktu

pelayanan, waktu menyelesaikan pelayanan,

petugas pemberi layanan, dan biaya yang mesti

dibebankan, dan juga memberi informasi kepada

masyarakat sehingga masyarakat mengetahui

hak-haknya terhadap layanan tersebut. Bila

Standar Layanan ditetapkan oleh pemerintah pusat,

pemerintah daerah wajib memberi layanan yang

mencapai atau melebihi standar yang ditetapkan

oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah atau

puskesmas dapat menetapkan Standar Layanan

lokal bila tidak diatur oleh pemerintah pusat atau

untuk melebihi standar yang ditetapkan pemerintah

pusat.

Standard Operating Procedures (SOP) adalah

dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis

yang dibakukan mengenai cara melakukan kegiatan,

waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan

dan aktor yang berperan dalam kegiatan.

Dengan adanya prosedur tetap yang bersifat

standar ini diharapkan siapapun, kapanpun dan

dimanapun kegiatan tersebut dilakukan maka

langkah-langkahnya tidak berubah sehingga akan

memberikan kualitas hasil yang sama. SOP menjadi

penuntun petugas kesehatan dalam memberi

pelayanan teknis yang menjadi inti pelayanan

kesehatan, yaitu menyangkut pengobatan dan

Page 149: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

147www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

tindakan medis pada pasien, dirancang berdasarkan

ilmu kesehatan, dan ditetapkan sebagai standar

nasional bahkan standar internasional, dan wajib

dilaksanakan.

Pemerintah daerah juga dapat menetapkan SOP

lokal sebagai instruksi tertulis yang dibakukan

mengenai cara mencapai Standar Layanan dimana

tidak ada SOP nasional.

SOP dan Standar Layanan yang dimaksudkan disini

berbeda dengan SPP dan SPM. SPP adalah standar

yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai

standar yang harus dicapai dalam waktu tiga

tahun. SPM adalah standar minimal nasional yang

ditetapkan pemerintah pusat dan yang harus dicapai

dalam waktu tertentu. Dua-duanya adalah standar

yang akan tercapai sedangkan SOP dan Standar

Layanan yang dibahas disini adalah standar yang

wajib dilaksanakan sekarang.

4. Manfaat Standar Layanan dan SOP

Standard Operating Procedures sangat tepat

diterapkan pada aktivitas organisasi yang cenderung

bersifat rutin, berulang, serta menghendaki adanya

keputusan yang terprogram guna melayani

pelanggannya, misalnya proses pendaftaran pasien,

proses pemeriksaan laboratorium, proses pelayanan

obat, dan sebagainya. Dengan penerapan SOP

secara konsisten maka semua kegiatan organisasi

memiliki pedoman penyelenggaraan kegiatan yang

merupakan suatu kebijakan yang komprehensif

dalam peningkatan pelayanan dan kinerja

organisasi.

Di sisi lain, pelaksanaan SOP dan standar

pelayanan jugasekaligusmemberi umpan balik

(feedback) guna penyesuaian antara kondisi yang

dipersyaratkan dengan kondisi riil yang ada guna

mencapai kinerja individu dan kinerja organisasi

yang lebih baik. Umpan balik tersebut diberikan

kepada instansi yang menetapkan standar tersebut,

agar dijadikan sebagai langkah perbaikan kinerja

pelayanan dan kinerja organisasi berdasarkan

konsep manajemen kinerja.

Berbagai manfaat Standar Layanan dan SOP yang

digunakan dalam organisasi diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Sebagai standarisasi cara atau tindakan

sehingga kapanpun kegiatan tersebut

dilaksanakan dan oleh siapapun, akan

memperoleh hasil yang sama

2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian

3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan tugas

4. Memberikan informasi mengenai beban tugas

yang dipikul oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya.

5. Sebagai instrumen yang dapat melindungi

pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum

karena tuduhan penyimpangan

6. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan

tidak tergantung pada intervensi manajemen,

sehingga akan mengurangi keterlibatan

pimpinan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

7. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas

8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada

masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan

prosedur

Page 150: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

148 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi

kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai

dalam melaksanakan tugasnya

10. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.

5. Penyusunan SOP

SOP masih dapat dibuat bila Kementerian

Kesehatan belum membuatkan SOP terhadap

suatu jenis kegiatan atau tindakan, sehingga daerah

dapat melakukan penyeragaman terhadap sebuah

tindakan kesehtaan.

5.1 Langkah Penyusunan SOP

Pada umumnya langkah langkah yang

dipergunakan dalam penyusunan SOP pada

tingkat lokal adalah sebagai berikut:

a) Penetapan Topik/Judul Judul hendaknya merepresentasikan tujuan

dari pada kegiatan. Penulisan judul jangan

terlalu panjang. Misalnya:

• SOP penerimaan pasien di loket

Puskesmas

• SOP penanganan pengaduan

• SOP pemeriksaan kehamilan

• SOP inisiasi menyusu dini

• SOP persalinan normal.

b) Penetapan Tujuan Tentukan tujuan topik untuk tiap SOP. Dalam

penulisan tujuan, dapat menggunakan istilah

SMART (specific, measurable, achievable,

relevant dan timely, yaitu spesifik, dapat

diukur, dapat dicapai, relevan, dan tepat

waktu).

c) Menentukan Kegiatan Inti Dalam Mencapai Tujuan

Identifikasi kegiatan yang harus dilakukan

untuk mencapai tujuan di atas. Kegiatan

tersebut haruslah sedetail mungkin, karena

yang kita laksanakan bersifat tindakan

operasional.

d) Menentukan Waktu Masing-masing Kegiatan Inti Perhitungkan waktu yang dipergunakan

untuk melaksanakan setiap langkah

kegiatan.

e) Menetapkan Urutan Kegiatan Inti Periksa kembali urutan kegiatan yang

seharusnya, jangan sampai ada kegiatan

yang mendahului kegiatan yang seharusnya

dilakukan kemudian. Urutan kegiatan harus

bersifat pasti dan tetap.

f) Mengeliminasi Kegiatan Yang Tidak Perlu Hilangkan kegiatan kegiatan yang tidak

diperlukan, karena dapat mengakibatkan

penyimpangan pencapaian tujuan.

g) Menggambarkan Flow Chart (Diagram Aliran) Prosedur yang memiliki beberapa keputusan

dapat dipresentasikan dalam flowchart

(diagram aliran) yang merupakan bagan

yang menggambarkan urutan kegiatan atau

keputusan, atau aliranorang atau barang

Page 151: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

149www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

dalam suatu proses.Penjelasan mengenai

penyusunan flow chart disampaikan dalam

materi berikutnya.

h) Melaksanakan Uji Coba Uji coba dilakukan untuk mengevaluasi

kelemahan yang terjadi saat SOP

diimplementasikan. Hasil uji coba

ini selanjutnya menjadi bahan untuk

memperbaiki rancangan SOP yang telah

disusun, sebelum menjadi SOP final.

5.2 Langkah Penyusunan Flowchart (Diagram Alur)

Flowchart berfungsi untuk memudahkan

mengarahkan personil yang membacanya untuk

mengikuti logika dalam pengambilan keputusan

dan langkah-langkah yang diperlukan untuk

mencapai hasil. Format ini cocok digunakan

apabila prosedur yang akan ditulis dalam SOP

terdiri lebih dari banyak langkah dengan banyak

keputusan. Di bawah ini adalah satu contoh

SOP dengan format flow chart:

Simbol-simbol yang digunakan dalam

menggambarkan flow chart adalah sebagai

berikut:

Keputusan DokumenMulai/Selesai Arah Aktifitas

Simbol

Maksud

Page 152: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

150 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Ada rincian tugas yang berupa sebuah garis lurus

yang berurutan. Ini berarti bahwa setiap langkah

dalam tugas tersebut dilakukan secara urutan 1 – 2

– 3 tanpa memerlukan Pengambilan Keputusan atau

pemilihan tindakan alternatif.

Cara menggambar diagram alur adalah sebagai

berikut :

1. Identifikasi semua jenis layanan yang terdapat di

puskesmas

Pasien datang

Loket

KIA

Periksa Lab

Hamil?

Pasien pulang

KIEYa

Tidak

2. Tuliskan dan urutkan kegiatan tersebut sesuai

dengan ketentuan

3. Gambarkan simbol-simbol flowchart pada setiap

urutan

4. Gunakan kertas meta plan untuk alat bantu

5. Lakukan uji coba dengan memindah-mindahkan

meta plan, sampai flowchart tersusun sesuai

urutan kegiatan yang ditentukan.

Contoh : Alur Layanan Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas

Page 153: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

151www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

5.3 Langkah Penulisan Format SOP

Dalam SOP tergambar identifikasi, pengendalian,

kemampuan selusur, konsistensi, dan akuntabilitas.

Suatu SOP hendaklah mempunyai format sebagai

berikut:

1. Nama lembaga. Nama selain pada kop juga

ada pada setiap halaman.

2. Judul. Judul harus jelas terurai dan terukur.

Karena pada setiap prosedur diuraikan

bagaimana mengerjakannya, judul mesti

bergaya bahasa perintah (direktif) untuk

menjelaskan ‘siapa mengerjakan apa’.

Suatu SOP berjudul "Alkohol sebagai bahan

disinfektan” tidak menggambarkan prosedur;

lebih cocok diberi judul “Proses sterilisasi

dengan menggunakan alkohol”.

3. Halaman. Tiap halaman harus ada nomor

halaman, misalnya “halaman 3 dari 7”.Ini

menggambarkan ada kelanjutan dari setiap

kegiatan dalam setiap halaman.

4. IdentifikasidanPengendalian. Setiap

prosedur mesti teridentifikasi keunikannya.

Identifikasi untuk mempersiapkan akuntabilitas,

dan gambaran suatu dokumentasi sampai

fasilitas dan masa kedaluwarsaan perubahan.

Akuntabilitas dan gambaran prosedur

berdasarkan pada sejumlah identifikasi atau

kode, yang merupakan pengendalian (seperti

kapan dan berapa kali revisi atau jumlah edisi

SOP dilakukan).

5. Tujuan. Suatu tujuan atau sasaran prosedur

mesti dapat diulang dan dapat dikembangkan,

dan dinyatakan dalam gaya bahasa perintah,

seperti operasional, prosedur, proses,

monitoring, dan rutinitas perawatan.

6. Ruang lingkup. Ruang lingkup SOP harus

mempunyai batas penggunaan prosedur

tersebut. Apakah itu sampel tertentu sesuai

pengujian dengan metode ini? Apakah operasi

ini terpakai hanya pada perlengkapan tertentu

atau bagian tertentu? Apakah ada batasan

kapasitas?

7. Tanggung Jawab. Siapa bertanggung jawab

melaksanakan uraian pekerjaan? Siapa

melaporkan pekerjaan? Apakah diperlukan

pelatihan khusus atau sertifikat? Pada sesi ini

dibatasi petugas yang melaksanakan, seperti:

siapa yang mempunyai atau sesuai kualifikasi

dalam melaksanakan uraian pekerjaan. Itu

akan diatur suatu tahapan untuk sejumlah detail

dalam dokumen berikut.

8. Prosedur. Uraikan prosedur dalam langkah

demi langkah (step-by-step) atau kronologis cara

kerja. Gunakan kata kerja aktif dan pernyataan

langsung. Penulisan prosedur dilakukan

secara serial yaitu, setelah kegiatan yang satu

diteruskan dengan kegiatan lain. Pendekatan ini

disebut pendekatan prosedural.

9. Diagram Alur.10. Sumber. Tuliskan sumber atau rujukan yang

digunakan dalam penulisan SOP, misalnya

Buku Pedoman Penatalaksanaan Kesehatan

Ibu dan Anak Nasional. SOP yang diperoleh dari

organisasi lain dapat juga dituliskan sebagai

sumber, setelah diadaptasikan ditempat kerja

yang baru.

Page 154: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

152 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Contoh Format SOP

Status Dokumen Induk Salinan No.Distribusi

Nama OrganisasiJUDUL SOP

No Dokumen No Revisi Halaman

Unit Kerja SOP dilakukan Tanggal Terbit Disetujui oleh,Pimpinan Organisasi,

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Sumber

5.4. Teknik Penulisan

SOP adalah instruksi yang harus dapat dipahami

oleh semua orang yang menggunakannya. Oleh

karena itu, penulis harus selalu mencoba untuk

menulis prosedur sesederhana mungkin dan

mampu mengomunikasikan isinya dengan baik.

Di bawah ini adalah langkah-langkah penulisan

SOP yang efektif dan efisien, antara lain:

a. Tulislah tiap langkah dengan kalimat pendek.

Kalimat yang panjang lebih sulit untuk

dipahami dan cenderung terdiri lebih dari

satu langkah. Beberapa kalimat pendek

biasanya lebih mudah untuk dipahami.

Contohnya penulisan SOP dalam kasus

pembersihan suatu mesin adalah sebagai

berikut:

Kalimat Panjang:

Gunakan sarung tangan untuk membersihkan

debu dan bercak dari alat kesehatan atau

keringkan dengan lap jika mikroskopenya

basah.

Kalimat Pendek:

• Bersihkan debu dan bercak dari alat

kesehatan.

• Gunakan sarung tangan untuk

menghilangkan debu dan bercak.

• Gunakan lap untuk mengeringkan

mikroskope yang basah.

Page 155: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

153www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Kalimat pendek pada contoh di atas

dibentuk dengan format hirarki. Kedua

contoh menyampaikan makna yang sama,

akan tetapi pada contoh kalimat panjang

lebih sulit untuk dipahami. Pada contoh di

atas menampilkan satu langkah dengan dua

cara untuk melakukan langkah tersebut.

b. Tulislah langkah-langkah di SOP sebagai kalimat perintah atau kalimat aktif.

Kalimat perintah pada instruksi kerja lebih

mudah untuk dipahami. Kalimat ini selalu

dimulai dengan kata kerja. Sebagai berikut

adalah contoh SOP tentang penimbangan

balita:

Tidakjelas:

Berat balita harus dicatat pada laporan penimbangan.

Jelas:

Catat berat balita pada laporan

penimbangan.

Pada contoh di atas, manajer ingin

mengetahui hasil penimbangan balita

sehingga dapat menentukan tindakan

terhadap banyaknya balita. Pada contoh

yang jelas mengarahkan personil yang

melakukan penimbangan untuk mencatat

informasi berat balita. Pada contoh yang

tidak jelas dapat menimbulkan berbagai

makna: apakah penimbang itu yang harus

mencatat informasi tersebut, atau orang lain

yang melakukannya?

c. Komunikasikan dengan baik melalui beberapa kata sebisa mungkin.

Penulis prosedur harus menggunakan

kalimat langsung dan pendek, sehingga

pembaca dapat lebih cepat memahami dan

mengingat langkah-langkah dalam prosedur.

Contohnya penulisan Standar Operasional

Prosedure dalam kasus pembersihan suatu

tangki sterilisator adalah sebagai berikut :

Bertele-tele:

Pastikan Anda membuang semua sisa

bahan kimia lama dari tangki sterilisator

sebelum menuangkan bahan kimia baru ke

dalamnya.

Ringkas:

Buang sisa bahan kimia lama sebelum

menuangkan bahan kimia baru ke dalam

tangki sterilisator.

Dua kalimat pada contoh di atas memiliki

makna yang sama, akan tetapi kalimat yang

lugas dapat langsung dipahami.

Page 156: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

154 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

d. Gunakan akronim dan singkatan seminim mungkin.

Akronim dan singkatan digunakan jika

dikenal secara umum, bukan hanya untuk

memperpendek tulisan. Sebagai contoh,

kebanyakan orang mengetahui arti dari

singkatan KIA Kesehatan Ibu dan Anak.

Pada kasus lain, kebanyakan orang tidak

mengerti akronim CVT, akan tetapi bagi

orang-orang yang bergerak dalam bidang

program akan mengenalinya sebagai

“convert”.

Dalam bidang kesehatan terutama program

Pencegahan Masalah Kesehatan, ATM

dikenal sebagai singkatan dari HIV/AIDS,

Tuberculosa dan Malaria, sedangkan secara

umum maknanya akan berbeda, yaitu mesin

uang.

Untuk mengatasi kesulitan bahasa dan

waktu baca (misalnya petugas perlu

melihat SOP tersebut sambil mengerjakan

tugasnya), maka contoh SOP dapat dibuat

dengan salah satu cara di bawah ini:

a. Dengan bagan alir (flow chart)

b. Dengan gambar, foto atau diagram

grafis.

c. Dengan checklist.

6. Penyusunan SOP Tehnis IMD

Sebuah SOP Inisiasi Menyusu Dini (SOP IMD)

dapat membantu tenaga kesehatan untuk

melaksanakan IMD setelah seorang ibu bersalin,

dan sangat bermanfaat bagi staf unit layanan

kesehatan maupun ibu dan bayi. SOP IMD ini

memberikan dokter, bidan dan perawat panduan

terhadap apa yang seharusnya dilakukan, dan

menyakinkan bahwa tidak ada bayi yang tidak

diinisiasi menyusu dini.

Di seluruh Indonesia, sudah ada standar

yang dapat dijadikan SOP IMD pada tingkat

Puskesmas, Pustu, Polindes, dan Poskesdes.

6.1 SOP Inisiasi Menyusu Dini (pada partus spontan)

1. Dianjurkan suami, keluarga dan/atau dukun

bayi mendampingi ibu di kamar bersalin.

2. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan

untuk mengurangi menggunakan obat

kimiawi (tanpa indikasi medis).

3. Setelah bayi lahir, segera mengeringkan

tubuh bayi. Mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan,

tanpa menghilangkan verniks. Mengikat tali

pusat bayi. Ganti handuk basah dengan

handuk/kain yang kering. Meletakkan bayi di

atas dada atau perut ibu.

Page 157: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

155www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi,

ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan

kulit bayi melekat pada kulit ibu, di mana

mata bayi kira-kira setinggi puting susu ibu.

Keduanya diselimuti, dan sebaiknya bayi

diberi topi.

5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk

merangsangnya, dan biarkan bayi mencari

puting susu sendiri. Menjelaskan kepada ibu

dan keluarga terhadap pentingnya IMD dan

ASI Eksklusif.

6. Ibu didukung dan dibantu mengenali

perilaku bayi sebelum menyusu.

7. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan

kulit ibu selama paling tidak satu jam. Bila

menyusu dini terjadi sebelum satu jam, tetap

biarkan kulit ibu dan bayinya bersentuhan

setidaknya selama satu jam.

8. Bila dalam satu jam menyusu dini belum

terjadi, membantu ibu dengan mendekatkan

bayi ke puting susu ibu, tetapi jangan

memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.

Berikan waktu lagi, sampai menyusu dini

terjadi.

9. Setelah setidaknya kulit ibu dan kulit bayi

melekat selama satu jam atau bayi telah

selesai menyusu dini, bayi baru boleh

dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap,

dan diberi vitamin K.

10. Rawat Gabung Bayi: Ibu dan bayi dirawat

dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu

selama 24 jam. Berikan ASI saja, tanpa

minuman atau makanan lain. Jangan diberi

dot atau empeng.

6.2 SOP Inisiasi Menyusu Dini (pada operasi caesar)

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi

ibu di kamar operasi atau di kamar pemulihan.

2. Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk

dinilai, dikeringkan secepatnya terutama kepala

tanpa menghilangkan vernix, kecuali tangannya.

Dibersihkan mulut dan hidung bayi, talipusat

diikat.

3. Kalau bayi tak perlu diresusitasi, bayi dibedong,

dibawa ke ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada

ibu kemudian mencium ibu.

4. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi

melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit

serong/melintang menghindari sayatan operasi.

Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi topi.

5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang

bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari

puting sendiri.

6. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu

paling tidak selama satu jam. Bila menyusu awal

selesai sebelum satu jam, tetap kontak kulit ibu-

bayi selama setidaknya satu jam.

7. Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum,

bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting

ibu tapi tidak memasukkan puting ke mulut bayi.

Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting

ibu, beri tambahan waktu melekat pada dada

ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.

8. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan

dengan bayi tetap melekat didadanya dan

dipeluk erat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan

dari meja operasi ke ruang pulih dengan bayi

tetap didadanya.

Page 158: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

156 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

9. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar

operasi, diusulkan untuk mendampingi ibu dan

mendoakan anaknya saat di kamar pulih.

10. RAWAT GABUNG: Ibu dan bayi dirawat dalam

satu kamar, bayi dalam jangkauan ibu selama

24 jam.Beirkan ASI saja tanpa minuman atau

makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak

diberi dot atau empeng.

6.3 SOP Inisiasi Menyusu Dini (pada bayi kembar)

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi

ibu dikamar bersalin.

2. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan

secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya,

tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung

bayi dibersihkan, talipusat diikat.

3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi

ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit

bayi melekat kulit pada ibu dan mata bayi

setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi

dapat diberi topi.

4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang

bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.

5. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua,

berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk

bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah

seperti pada perawatan metoda kanguru.

Keduanya ditutupi baju ayah.

6. Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya

terutama kepala, kecuali tangannya, tanpa

menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi

dibersihkan, talipusat diikat.

7. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi,

bayi kedua ditengkurapkan di dada-perut

ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.

Letakkan kembali bayi pertama di dada ibu

berdampingan dengan saudaranya. Ibu dan

kedua bayinya diselimuti. Bayi–bayi dapat diberi

topi.

8. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan

kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila

menyusu awal terjadi sebelum satu jam, tetap

biarkan kulit ibu dan bayi bersentuhan sampai

setidaknya satu jam.

9. Bila dalam satu jam menyusu awal belum

terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke

putting ibu tapi jangan memasukkan puting ke

mulut bayi. Beri waktu 03 menit atau 1 jam lagi

kulit melekat pada kulit

10. RAWAT GABUNG BAYI : Ibu dan bayi dirawat

dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama

24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau

makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak

diberi dot atau empeng.

7. Penyusunan SOP Alur Layanan

SOP Alur Layanan adalah salah satu SOP yang

sangat bermanfaat bagi staf Puskesmas maupun

pasien. SOP ini memberikan staf Puskesmas

panduan terhadap jalan layanan, dan menyakinkan

bahwa tidak ada pasien yang dialurkan ke tempat

yang salah pada waktu yang kurang tepat. Setelah

SOP disusun, Alur Layanan secara flow chart

dapat dibuat. Alur Layanan ini biasanya ditempel di

dinding dan/atau di pintu ruang terkait, misalnya Alur

Page 159: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

157www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Layanan Puskesmas dapat ditempel di atas loket

atau di depan Puskesmas, dan Alur Layanan Ruang

KIA dapat ditempel di pintu ruang tersebut.

7.1 Langkah Penyusunan SOP Alur Layanan

Penyusunan SOP Alur Layanan dilakukan dengan

mengacu pada langkah berikut:

1. Bersama Puskesmas dan masyarakat yang

diwakilkan oleh MSF mengidentifikasi jenis

layanan yang berkaitan dengan pelayanan

yang akan diberikan. Misal: untuk pelayanan

pemeriksaan kehamilan (ANC), jenis layanan

yang harus diberikan adalah 10 T.

2. Menentukan waktu pelayanan. Misal: Jadwal

pelayanan pemeriksaan kehamilan setiap hari

adalah Senin – Jumat pukul 09.00 – 12.00

3. Menentukan perkiraan lama waktu yang

dibutuhkan untuk satu jenis pemeriksaan. Misal:

Dalam proses pemeriksaan kehamilan:

• Wawancara : 5 menit

• Pemeriksaan fisik : 10 menit

• Konseling : 10 menit

• Total waktu : 25 menit per pasien

4. Menentukan lokasi dan petugas pemberi

layanan. Misal: pemeriksaan kehamilan

dilakukan di poli KIA, dilayani oleh bidan atau

dokter.

5. Menentukan persyaratan layanan. Misal: saat

pemeriksaan kehamilan pasien harus membawa

buku KIA yang berwarna pink.

6. Menginformasikan biaya pelayanan atau Barang

Habis Pakai (PHB) yang harus dibeli.

7.2 Format

Berupa gambar dan alur yang menunjukkan

jenis layanan yang diberikan dengan

mencantumkan semua elemen di atas.

7.3 Teknik Penulisan

Agar masayarakat umum dapat mengerti,

hindari penggunaan istilah medis. Contoh:

‘ANC‘ sebaiknya ditulis dengan ‘pemeriksaan

kehamilan’.

8. Penerapan Standar Layanan dan SOP

Penerapan SOP dan Standar Layanan merupakan

salah satu faktor kunci dalam manajemen mutu

layanan. Standar tersebut menyediakan informasi

tentang cara melakukan suatu pekerjaan dengan

benar dan konsisten bagi tiap personil, sehingga

memudahkan untuk meningkatkan kualitas hasil

akhir. Dengan dilaksanakannya pekerjaan sesuai

SOP, maka dapat dipastikan bahwa kualitas hasil

pekerjaan akan sesuai dengan standar mutu yang

telah ditetapkan.

Penerapan SOP hendaknya mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Sosialisasi. Pimpinan menjelaskan kepada

seluruh staf pekerjaan apa saja yang sudah

mempunyai SOP dan rencana penerapannya.

Page 160: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

158 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Di samping itu juga dijelaskan peran penting

SOP dalam menjaga mutu layanan. Hal ini

dilakukan terutama untuk meningkatkan

kesadaran, pemahaman dan komitmen seluruh

petugas dalam menerapkan SOP.

2. Publikasi. Berbagi dokumen SOP yang telah

disusun, dipublikasikan dan disampaikan ke

semua petugas untuk ditempatkan pada tempat

yang mudah dilihat baik oleh petugas pemberi

layanan maupun oleh pengguna layanan,

misalnya di dinding atau di pintu ruang.

3. Monitoring kepatuhan pelaksanaan SOP. Unsur manajemen dinas kesehatan kabupaten/

kota, puskesmas bersama unsur masyarakat

(misalnya MSF) menyusun instrumen

untuk memantau kepatuhan petugas dalam

melaksanakan SOP, dan secara berkala

melakukan pengukuran kepatuhan petugas

dalam menjalankan SOP.

KINERJA juga mengimplementasikan kartu

kontrol sebagai tool monitoring kepatuhan

pelaksanaan SOP pemeriksaan kehamilan.Kartu

kontrol ini diterima ibu hamil ketika mendaftar

di puskesmas, pustu atau polindes. Pada

kartu kontrol ini berisi kolom-kolom pelayanan

yang harus diisi oleh petugas pemberi layanan

sehingga setiap jenis layanan yang sudah

dipublikasikan itu terjamin dilaksanakan. Ibu

dapat mengingatkan petugas jika petugas

kelupaan dalam memeriksa kondisinya.

Kartu kontrol akan dipergunakan untuk

menyatakan pelayanan yang diperoleh

masyarakat telah puas atau belum puas.

Seorang petugas diberikan tanggung jawab

untuk memjamin kartu itu diisi dan dimasukkan

dalam kotak khusus, dan kotak tersebut

dibuka secara reguler (2-3 bulan) dan dikaji

oleh Puskesmas bersama Multi-Stakeholder

Forum. Bidan atau tenaga kesehatan yang

dianggap puas atau apresiasi dari ibu akan

menjadi petugas yang diberi penghargaan oleh

puskesmas seperti pencantuman foto tenaga di

dinding informasi puskesmas. Pada akhir tahun

menjadi rujukan puskesmas dalam memberi nilai

kinerja dari petugas bersangkutan.

Page 161: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

159www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Contoh kartu kontrol:

4. Evaluasi. Ketiga unsur di atas melakukan

pengawasan dan pemantauan untuk

memperoleh gambaran tingkat kepatuhan

petugas dalam menjalankan SOP, serta

mencari kemungkinan penyebab terjadinya

ketidakpatuhan.

5. Revisi. Berdasarkan hasil monitoring dan

evaluasi, ditelaah apakah ada kemungkinan

SOP yang disusun kurang baik. Jika kondisi

tersebut terjadi, maka harus segera dilakukan

revisi atas dokumen SOP yang sudah ada.

Page 162: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

160 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Panduan Pelaksanaan

1. Pengkajian kondisi

a) Inventarisasi SOP dan Standar Layanan yang

ada: mengumpulkan data mengenai jumlah dan

jenis SOP yang ada;

b) Identifikasi SOP yang seharusnya ada: Diskusi

dengan melibatkan kepala Puskesmas,

penanggungjawab program, dan pelaksana

program serta masyarakat (MSF) untuk

mengidentifikasi kegiatan atau aktivitas yang

memerlukan Standar Layanan dan SOP.

2. Identifikasimasalah(mengacu kepada hasil pengkajian kondisi)

Menemukan masalah dengan cara membandingkan

Standar Layanan dan SOP yang ada dengan

Standar Layanan dan SOP yang seharusnya ada.

Aktivitas ini akan menghasilkan daftar judul SOP

yang perlu ada tetapi saat ini belum ada.

Kegiatan yang memerlukan SOP Keberadaan SOP Kesimpulan

Sudah ada Belum ada

Untuk Standar Layanan dan SOP lokal, mereview

Standar Layanan dan SOP yang ada berdasarkan

kaidah penyusunan standar layanan. Aktivitas ini

akan menghasilkan penilaian kesesuaian Standar

Layanan dan SOP yang ada, apakah sudah sesuai

atau masih perlu penyesuaian. Bila ada standar

nasional yang dianggap kurang sesuai dengan

kondisi yang ada, silahkan sampaikan penilaian

dan penjelasan kepada pihak yang berkewajiban.

Daerah tidak berhak untuk mengganti SOP tetapi

boleh menentukan Standar Layanan yang lebih

tinggi asal tidak memberatkan masyarakat yang

membutuhkan. Beberapa hal yang perlu direview

misalnya:

Page 163: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

161www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

a) Untuk Standar Layanan:

Judul Standar: ..............................................

No Komponen yang direviewAnalisis

kesesuaian KeteranganYa Tidak

1 Apakah SOP tersebut telah disusun dengan format yang benar (berupa gambar atau alur)?

2 Apakah masih ada istilah medis yang digunakan?

3 Apakah informasi mengenai lama waktu pelaksanaan kegiatan telah dijelaskan?

4 Apakah informasi mengani jadwal pelaksanaan kegiatan telah dijelaskan

6 Apakah informasi mengenai petugas pelaksana kegiatan telah dijelaskan?

7 Apakah persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa mendapatkan pelayanan telah dicantumkan?

b) Untuk SOP Teknis:

Judul SOP: .............................................

No Komponen yang direviewAnalisis kesesuaian

KeteranganYa Tidak

1 Apakah SOP telah disusun dengan format yang benar?

2 Apakah SOP telah disusun dengan kalimat perintah?

3 Apakah SOP dilengkapi dengan gambar atau diagram alur?

4 ..................

5 ..................

Page 164: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

162 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

3. Penentuan prioritas.

Berdasarkan hasil kegiatan nomor 2, diskusikan

apakah memungkinkan jika seluruh hasil identifikasi

masalah tersebut akan diselesaikan. Jika tidak

memungkinkan, tentukan prioritas kegiatan yang

membutuhkan penyusunan SOP segera.

4. Penyusunan rencana kerja (POA = Plan of Action) penyusunan SOP

Penyusunan rencana kerja berdasarkan masalah

yang ditemukan dan prioritas masalah yang disusun.

POA dapat dibuat dengan mengacu pada tabel

berikut:

No Judul SOP yang hendak disusun Penanggungjawab Waktu Inisiatif *

*) Inisiatif diisi dengan proses atau pendekatan yang dilakukan untuk menyusun SOP dimaksud. Misalnya: Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan tertentu, melakukan FGD dengan pelaksana dan pengguna, melakukan observasi kegiatan, dan lain-lain

5. Koordinasi

Masing-masing penanggungjawab mengkoordinir

proses menyusun SOP sesuai dengan rencana yang

telah disusun. Proses penyusunan SOP sebaiknya

dilakukan dalam tim yang terdiri dari beberapa

orang.

6. Proses penyusunan SOP

1. Tetapkan Topik/Judul kegiatan yang

hendak disusun SOPnya (berdasarkan

hasil inventarisir masalah pada langkah

sebelumnya). Misalnya: SOP Pelayanan

Pembayaran (kasir).

Page 165: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

163www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

2. Tetapkan tujuan topik atau tujuan dari

SOP. Misalnya, tujuan SOP Pelayanan

Pembayaran (kasir) adalah sebagai

panduan bagi petugas kasir dalam melayani

pembayaran pasien dengan baik, cepat dan

benar.

3. Lakukan identifikasi kegiatan inti dalam

mencapai tujuan. Misalnya, kegiatan dalam

pelayanan pembayaran pasien meliputi:

• Panggil pasien sesuai nomor antrian

• Lakukan 3 S (senyum, salam, sapa)

• Jelaskan rincian biaya yang harus

dibayarkan pasien

• Terima pembayaran pasien

• Hitung kembali jumlah uang yang

diterima dan sebutkan jumlah nominal

uangnya

• Sampaikan kesesuaian jumlah uang

tersebut dengan total biaya yang harus

dibayar, ‘pas’ atau ada kembalian

• Jika ada kembalian, sebutkan jumlah

nominal uang yang harus dikembalikan

kepada pasien sambil menyerahkan

uang kembaliannya

• Serahkan kuitansi atau bukti

pembayaran kepada pasien

• Ucapkan terima kasih

4. Tetapkan lama waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan masing-masing aktivitas

tersebut. Misal: penjelasan rincian

biaya butuh waktu 2 menit, menghitung

kembali uang yang diterima dari pasien

membutuhkan waktu 10 detik, dan

seterusnya.

5. Urutkan kegiatan yang telah diinventarisir

pada langkah c sesuai dengan sistematika

yang paling baik. Dalam contoh ini urutan

kegiatan yang tercantum pada point c

tersebut dinilai telah sesuai sehingga tidak

perlu disusun kembali.

6. Telaah kembali apakah seluruh kegiatan

tersebut memang harus dilakukan ataukah

ada kegiatan yang sebetulnya bisa

dihilangkan tanpa mengurangi kualitas

proses secara keseluruhan. Dalam contoh

ini rincian kegiatan yang tercantum pada

point c tersebut dinilai telah sesuai sehingga

tidak perlu ada kegiatan yang dieliminasi.

7. Uji coba

Sebelum SOP tersebut dibakukan atau diterapkan

secara resmi, lakukan uji coba untuk mengetahui

kesesuaiannya. Hasil uji coba memungkinkan

adanya beberapa penyesuaian atas rancangan SOP

tersebut. Jika SOP dinilai telah ideal, SOP tersebut

bisa segera disahkan sebagai dokumen resmi

organisasi.

8. Kegiatan Monitoring & Evaluasi

Contoh: Monitoring pelaksanaan SOP pelayanan

pembayaran kasir.

Page 166: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

164 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Formulir Monitoring:

No Rincian kegiatan dalam SOPHasil pemantauan

KesimpulanDilaksanakan Tidak

dilaksanakan

1 Panggil pasien sesuai nomor antrian

2 Lakukan 3 S (senyum, salam, sapa)

3 Jelaskan rincian biaya yang harus dibayarkan pasien

4 Terima pembayaran pasien

5 Hitung kembali jumlah uang yang diterima dan sebutkan jumlah nominal uangnya

6 Sampaikan kesesuaian jumlah uang tersebut dengan total biaya yang harus dibayar, ‘pas’ atau ada kembalian

7 Jika ada kembalian, sebutkan jumlah nominal uang yang harus dikembalikan kepada pasien sambil menyerahkan uang kembaliannya

8 Serahkan kuitansi atau bukti pembayaran kepada pasien

9 Ucapkan terima kasih

Formulir evaluasi

No Aspek yang dievaluasi Hasil Evaluasi Rekomendasi

1 Jumlah petugas yang mematuhi SOP

2 Jumlah SOP yang dilaksanakan

3 ............................

4 ...........................

5 ............................

Libatkan masyarakat (MSF) dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan SOP agar hasilnya lebih

baik dan lebih partisipatif.

Page 167: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

165www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Contoh Praktek Baik

SOP IMD di Puskesmas Bangsalsari, Kabupaten Jember

Page 168: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

166 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 169: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

167www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 170: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

168 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 171: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

169www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 172: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Page 173: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

171www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

77Strategi Promosi Kesehatan untuk IMD dan ASI Eksklusif

Page 174: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

172 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Strategi Promosi Kesehatan untuk IMD dan ASI Eksklusif

Deskripsi Modul

Modul ini menguraikan tentang strategi promosi

kesehatan yang digunakan KINERJA dalam program

Persalinan Aman, IMD dan ASI Ekslusif yang dapat

diterapkan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas

untuk meningkatkan kinerja program menjadi lebih

partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan

inovatif melalui pendekatan utama KINERJA dengan

penguatan sisi demand dan supply. Oleh karena

itu modul ini juga membahas strategi promosi

yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna

layanan. Disamping dapat digunakan sebagai

panduan dalam melakukan promosi kesehatan

oleh puskesmas dan dinas kesehatan, modul ini

juga dimaksudkan sebagai acuan bagi fasilitator

dalam menyelenggarakan pelatihan tentang strategi

promosi kesehatan yang efektif.

Sasaran Pengguna

1. Dinas Kesehatan provinsi, kabupaten dan kota2. Puskesmas3. Konsultan/pelatih4. Fasilitator kesehatan5. Bidan dan staf puskesmas6. MSF7. Masyarakat yang peduli Kesehatan (kader,

tokoh agama/ulama, PKK, tokoh masyarakat, LSM, asosiasi).

Modul 7

........membahas

strategi promosi yang melibatkan

masyarakat sebagai pengguna

layanan.

Page 175: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

173www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintahdanunitpelayanankesehatan:

1. Mampu menjelaskan pentingnya promosi

kesehatan

2. Mampu menjelaskan beberapa metode promosi

kesehatan dan perbedaannya

3. Mampu menganalisir kebutuhan wilayah

terhadap isu apa yang perlu dipromosikan

4. Mampu mendesain strategi promosi kesehatan,

termasuk sasaran, tujuan, dan metode promosi

5. Mampu melaksanakan kegiatan dan kampanye

promosi kesehatan.

Pokok Bahasan

1. Latar Belakang

2. Strategi Promosi

3. Jenis dan Media Promosi

Metode

Sesi pelatihan

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Latihan kelompok

4. Presentasi hasil latihan.

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Tujuan lokakarya agar peserta mampu menyusun

dan mengimplementasikan strategi promosi

kesehatan yang inovatif sebagai upaya menjalankan

manajemen pelayanan puskemas yang baik dengan

paradigma yang kuat pada pencegahan.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Mampu menawarkan strategi dan metode

promosi kesehatan yang efektif dan partisipatif

yang telah dilakukan di daerah lain (praktek

baik)

2. Mampu mendesain strategi dan metode promosi

kesehatan yang sesuai dengan kearifan lokal

3. Mampu memberikan penguatan terhadap

strategi promosi kesehatan

4. Mampu memberikan pemahaman tentang

pelaksanaan monitoring dan evaluasi promosi

kesehatan

5. Mampu melaksanakan kegiatan dan kampanye

promosi kesehatan.

Page 176: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

174 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Sesipelaksanaan:

1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas/

Dinas Kesehatan

3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan

lintas sektor dan para pemangku kepentingan.

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board

4. Alat tulis

5. Materi Presentasi.

Waktu

Sesi pelatihan: Satu hari

Hari I:

Waktu Pokok Bahasan

1 x 45 menit

PembukaanPenjelasan singkat tentang Program KINERJA dan pengantar pelatihan Promosi KesehatanBina Suasana

1 x 45 menit

Self-assessment: Diskusi kelompok identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pelaksanaan promosi kesehatan saat ini

2 x 45 menit

Penyajian materi: Promosi kesehatan: konsep, strategi, dan pelaksanaannyaDiskusi dan tanya jawab

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

a) Pengantar

• Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan pentingnya promosi

kesehatan sebagai bagian dari pelaksanaan

pelayanan puskesmas yang partisipatif,

akuntabel, responsif, transparan dan

inovatif. Penyusunan dan penerapan strategi

promosi kesehatan dengan melibatkan

berbagai unsur termasuk masyarakat

merupakan salah satu mekanisme untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam program, sehingga pencapaian SPM

menjadi lebih mudah.

• Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama 1 hari, dengan alokasi waktu 1 x

45 menit per hari. Peserta diharapkan aktif

dalam setiap sesi, baik sesi penyajian materi

maupun sesi diskusi dan penugasan.

• Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

Waktu Pokok Bahasan

3 x 45 menit

Diskusi kelompok: Menyusun rencana promosi kesehatan untuk program Persalinan Aman, IMD dan ASI EksklusifPemaparan hasil diskusi

1 x 45 menitRencana tindak lanjutPenutupan

Page 177: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

175www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

• SesiIV: Minta kelompok untuk melakukan

diskusi secara berkelompok. Dengan tujuan

menyusun rencana promosi kesehatan

untuk program Persalinan Aman, IMD dan

ASI Eksklusif. Rencana ini disusun dengan

memperhatikan hasil self-assessment

yang telah dilakukan sebelumnya, dan

diperkaya dengan materi yang disampaikan

narasumber.

c) Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana

tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan

kontribusi aktif peserta. Rencana tindak

lanjut yang dimaksud berupa uraian langkah

konkrit yang akan dilakukan baik oleh OMP,

LPSS, MSF, maupun Puskesmas dan Dinas

Kesehatan untuk mulai menerapkan beberapa

pendekatan strategi promosi kreatif untuk

program Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusif. Selanjutnya fasilitator menutup

sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil

presentasi dan tanya jawab, serta menekankan

kembali beberapa hal yang akan dilakukan

sesuai dengan rencana tindak lanjut yang telah

disusun.

peserta dan permainan yang memotivasi

peserta.

b) Proses pelatihan

Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Gunakan media pembelajaran yang sesuai

untuk memudahkan penangkapan peserta.

Bahan presentasi dapat menggunakan bahan

yang tersedia dalam modul ini. Gunakan metode

interaktif, dengan mengutamakan peran aktif

dari seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

Beri kesempatan kepada setiap peserta untuk

mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu

komentar atas pertanyaan peserta kepada

peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak

hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator adalah

memfasilitasi proses diskusi dan mengarahkan

jika ada proses diskusi yang menyimpang.

Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut:

• SesiI: Sudah dijelaskan dalam pengantar

• SesiII: Melaksanakan self-assessment

untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,

peluang dan tantangan, serta capaian

pelaksanaan promosi kesehatan saat ini.

• SesiIII: Nara sumber menyajikan materi

tentang konsep, strategi dan pelaksanaan

promosi kesehatan, khususnya dalam

program Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusif.

Page 178: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

176 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Uraian Substansi

1. Latar Belakang

USAID-KINERJA memfokuskan dukungannya untuk

optimalisasi kinerja lembaga pelayanan publik

melalui intervensi pada sisi pengguna layanan

(demand) dan sisi penyedia layanan (supply). Pada

sisi demand, yang dilakukan adalah meningkatkan

kepedulian dan partisipasi aktif/keterlibatan

masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah,

yang disebut sebagai insentif. Pada sisi suplai,

yang dilakukan adalah meningkatkan kemampuan

pemberi layanan dalam mengelola pelayanan

melalui praktik yang baik yang disebut sebagai

inovatif. Pada kedua sisi tersebut diterapkan

proses tata kelola pemerintahan yang baik dengan

memfokuskan pada partisipasi, tranparansi,

akuntabilitas dan responsiveness.

Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun

2010 menghasilkan temuan bahwa baru 33,6%

bayi umur 0 – 6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif.

Bahkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010

menyebutkan hanya 15,3% bayi umur kurang dari

6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif. Kurangnya

pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya

promosi susu formula sebagai salah satu faktor

yang membuat banyak ibu gagal menyusui

bayinya. Apabila pemahaman masyarakat terhadap

Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif masih

rendah maka pemanfaatan pelayanan ANC,

persalinan di fasilitas kesehatan, penerapan IMD,

dan pemberian ASI Eksklusif secara langsung akan

rendah pula. Terbatasnya pengetahuan ini juga

mengakibatkan masyarakat tidak dapat memahami

dengan baik apakah pelayanan yang diberikan

kepadanya sudah sesuai dengan standar yang ada

(seperti standar yang diatur oleh Standar Pelayanan

Minimal).

Untuk itu, perlu ada upaya yang efektif dari

pemerintah dan unit layanan kesehatan dalam

mengatasi permasalahan tersebut. Promosi

kesehatan menjadi bagian penting dan melekat

dalam tugas pokok dan fungsi dari sebuah instansi

penyedia layanan kesehatan.

Sebenarnya komitmen untuk melaksanakan promosi

kesehatan yang selalu digaungkan mulai dari

tingkat nasional sampai ke tingkat kecamatan masih

sangat rendah. Terbukti dari rendahnya pendanaan,

kapasitas SDM yang tersedia dan memahami

strategi promosi kesehatan, serta intensitas promosi

yang masih sangat rendah. Sementara promosi

susu formula dilakukan dengan sangat gencar oleh

produsen baik melalui media elektronik maupun

melalui pemanfaatan tenaga kesehatan.

Pada sisi lain, kalangan kesehatan lebih banyak

melakukan strategi promosi secara generik seperti

memberi penyuluhan secara tradisional dengan

menggunakan cara lisan pada kegiatan posyandu,

atau menggunakan alat bantu poster dan leaflet.

Kalangan kesehatan juga sangat jarang melakukan

evaluasi terhadap dampak dari strategi promosi

kesehatan yang sudah dijalankan selama ini.

Page 179: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

177www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Selain itu, promosi kesehatan selama ini terbatas

didominasi dilakukan oleh petugas kesehatan,

padahal petugas kesehatan belum tentu memiliki

kemampuan komunikasi yang baik. Keterlibatan

masyarakat dan lintas sektor untuk melakukan

promosi kesehatan masih rendah. Padahal

masyarakat (LSM, ulama, media, akademisi, swasta,

dan lainnya) serta lintas sektor (Dinas Pendidikan

dan Kementerian Agama di daerah) memiliki potensi

yang besar untuk mempengaruhi masyarakat

terhadap perilaku dan persepsi yang kurang

mendukung kesehatan individu dan masyarakat.

Promosi kesehatan adalah program kesehatan yang

dirancang dengan tujuan melakukan perubahan atau

perbaikan baik secara perorangan maupun bersama

dalam masyarakat, organisasi dan lingkungan yang

diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat

keputusan yang sehat. Di dalam KMK No. 1114/

Menkes/SK/VII/2005 disebutkan bahwa promosi

kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui pembelajaran

dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar

mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya

masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya

setempat dan didukung kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan yang

dilakukan dengan baik akan mampu meningkatkan

kemampuan (pemberdayaan) masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Promosi kesehatan ibu dan anak dimaksudkan

untuk mencerdaskan masyarakat mengenai

kesehatan ibu dan bayi, yang dalam paket dukungan

KINERJA terutama IMD dan ASI Eksklusif. Dengan

demikian, masyarakat memahami hak-haknya

terhadap pelayanan tersebut sehingga masyarakat

dapat mengawasi dan menuntut hak-haknya ketika

mereka menggunakan pelayanan kesehatan baik

di fasilitas publik maupun swasta. Dengan demikian

promosi pemberian air susu ibu adalah upaya untuk

membantu masyarakat menjadikan air susu ibu

sebagai gaya hidup yang sehat dan cerdas yang

mempunyai manfaat jangka pendek maupun jangka

panjang.

Sebagai program pemberdayaan masyarakat,

diperlukan langkah-langkah efektif untuk

memberikan penyadaran dan pencerdasan kepada

masyarakat tentang makanan terbaik bagi bayi sejak

dini melalui IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Paket

dukungan KINERJA membangun kesadaran tentang

manfaat ASI dengan mendorong perubahan perilaku

masyarakat untuk hidup lebih sehat dan cerdas.

Proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui

kelompok-kelompok potensial yang sudah mengakar

di masyarakat, serta melibatkan seluruh komponen-

komponen masyarakat. Proses tersebut dilakukan

dengan berbagai upaya untuk mempengaruhi

lingkungan yang menyangkut pendidikan,

organisasi, termasuk kebijakan dan peraturan

perundangan.

2. Strategi Promosi

Dalam mengembangkan strategi promosi kesehatan

diperlukan keterlibatan dinas kesehatan, puskesmas

dan masyarakat. Strategi tersebut dipersyaratkan

Page 180: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

178 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

menjadi bagian program Dinas Kesehatan Bidang

Pelayanan terutama Subidang Promosi Kesehatan

yang dianggarkan secara rutin tiap tahun dalam

jumlah yang memadai, termasuk kegiatan promosi

KIA. Kegiatan dalam strategi promosi dilakukan

dengan target meningkatkan pengetahuan tenaga

kesehatan tentang informasi teknis terkait KIA

(supply side) dan kegiatan penyebaran informasi

bagi masyarakat terutama bagi keluarga yang

memiliki ibu hamil, ibu menyusui dan balita.

Strategi promosi akan efektif dan dapat menjadi

booster sehingga seorang atau sekelompok orang

lebih mudah memahami jika memenuhi beberapa

kriteria berikut ini:

1. Anchor, dilakukan pada momen yang mudah

orang ingat. Misal, acara nikah (hari penting bagi

pasangan),

2. Massa or massive, yaitu menciptakan gerakan

banyak massa yang terlibat. Misal, festival atau

gelar seni, Facebook, dan social media lainnya

3. Si lemah melawan yang kuat, yaitu kondisi

promosi kesehatan yang membela kaum lemah

(ibu dan anak) yang tidak berdaya. Misal,

ibu dan anak ditindas oleh keluarga untuk

memberikan susu formula;

4. Penyampai yang menarik dan menjadi panutan

masyarakat, misal ulama atau publik figure yang

menyampaikan akan lebih didengar dari pada

bukan tokoh masyarakat.

5. Terus menerus (repetitive), promosi yang dapat

dilihat, didengar dan dibaca setiap hari atau

momen oleh masyarakat. Misal, Baliho yang

komunikatif pada tempat-tempat strategis.

6. Singkat, padat, dan mudah diingat, yaitu suatu

pesan (tulisan dan atau gambar) yangmudah

dipahami dalam konsep awam tetapi gambar

dan kalimat itu menjadi khas. Jika orang

mengulang kalimat itu sudah menunjukkan

kekhasan isu itu.

Sedangkan dalam Kepmenkes 585/2007 dijelaskan

adanya 4 strategi dasar promosi kesehatan yang

meliputi1) Pemberdayaan, (2) Bina suasana, (3)

Advokasi, dan (4) Kemitraan. Promosi kesehatan

di Puskesmas hendaknya dikembangkan dengan

mengacu pada 4 strategi dasar tersebut disesuaikan

dengan sasaran, kondisi puskesmas, dan tujuan

promosi.

3. Jenis dan Media Promosi

Promosi kesehatan ibu dan anak dapat dilakukan

dengan berbagai cara baik penyampaian informasi

langsung melalui ceramah, diskusi, penyuluhan

dan konseling ataupun melalui media cetak dan

elektronik. Informasi teknis yang disajikan dalam

media promosi disesuaikan dengan paket KINERJA

terutama IMD dan ASI Ekslusif. Informasi sedapat

mungkin dikemas dengan bahasa yang ringkas,

sederhana dan mudah dimengerti sehingga mudah

dipahami oleh masyarakat dan berdampak pada

perubahan prilaku keluarga dari ibu hamil dan ibu

menyusui.

Informasi teknis yang sebaiknya disajikan dalam

media kampanye tentang ASI adalah:

Page 181: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

179www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

• Pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan

K1 – K4 serta standar yang mesti mereka

dapatkan termasuk edukasi perawatan payudara

dan manfaat IMD dan ASI

• Kondisi yang tidak boleh IMD dan memberikan

ASI

• Pasangan dan keluarga berhak meminta

dilakukan IMD kepada petugas kesehatan

• Rawat gabung dan tidak boleh memberikan

selain ASI

• Tenaga yang dapat dihubungi untuk konseling ASI

• Pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang bekerja

• Peran keluarga dalam sukses pemberian ASI

Eksklusif.

Jenis dan media promosi yang digunakan dalam

mempromosikan kesehatan ibu dan anak dapat

berupa:

3.1 Penyuluhan/ Konseling

Umumnya penyuluhan dilakukan oleh tenaga

kesehatan seperti dokter dan bidan atau

kader posyandu saat pelayanan kesehatan

di puskesmas, kegiatan puskesmas keliling,

posyandu bulanan, kelas ibu hamil ataupun

saat melakukan kunjungan rumah. Penyuluhan

dapat dilakukan melalui diskusi, ceramah

dengan bantuan alat peraga berupa gambar, film

maupun praktek langsung. Perlu memperhatikan

konteks lokal sehingga penyuluhan bisa

berkelanjutan.

Selain penguatan pengetahuan teknis bagi

tenaga kesehatan dan kader posyandu, perlu

dipersiapkan juga media promosi yang akan

digunakan dalam melakukan penyuluhan.

3.2 Kampanye melalui Duta ASI

Duta ASI di daerah dipilih dari tokoh masyarakat/

pejabat daerah yang memiliki pengaruh besar

bagi masyarakat baik dengan kehadiran secara

personal maupun himbauan yang disampaikan

oleh duta tersebut di media elektronik maupun

melalui media cetak yang memunculkan nama

atau fotonya.

Duta ASI Eksklusif perlu juga diberikan

pengetahuan teknis mengenai Persalinan Aman,

IMD dan ASI Ekslusif sehingga beliau dapat

memberikan penyuluhan dan pencerdasan

langsung pada kegiatan yang melibatkan

masyarakat.

3.3 Pendidikan Rekan Sebaya

Persalinan Aman juga dapat dipromosikan

dengan menbentuk kelompok kegiatan ibu

hamil dan ibu menyusui. Di mana selain

replikasi praktek baik perawatan kehamilan

dan persalinan aman antar sesama ibu, dapat

juga terjadi diseminasi informasi dari tenaga

kesehatan maupun kader posyandu.

3.4Mediacetak(Brosur/Pamflet/ Leaflet/Poster/Koran/dll)danradio

Berisi informasi teknis untuk mengkampanyekan

kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu menyusui,

Page 182: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

180 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

bayi dan balita. Pesan yang disampaikan harus

mudah dibaca dengan tulisan/gambar yang

menarik dan cerita yang mudah dimengerti.

Bahan informasi bisa juga cerita atau himbauan

dari tokoh masyarakat atau pejabat daerah

yang menjadi Duta ASI dengan slogan praktis

terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan

dan persalinan dengan tenaga kesehatan

terlatih.

4. Promosi IMD dan ASI Eksklusif

4.1 Tujuan

Sebagai upaya untuk membantu masyarakat

untuk menjadikan IMD dan pemberian ASI

Eksklusif sebagai gaya hidup yang sehat dan

cerdas, maka promosi pemberian ASI Eksklusif

mempunyai tujuan pengubahan gaya hidup

yang mendorong masyarakat khususnya ibu

melahirkan dan keluarganya dalam membuat

keputusan yang cerdas untuk mencapai

keseimbangan kesehatan fisik, sosial, spiritual

dan intelektual. Pengubahan gaya hidup

dapat difasilitasi melalui penggabungan dalam

menciptakan lingkungan yang mendukung,

mengubah perilaku dan meningkatkan

kesadaran dalam pemberian ASI Eksklusif.

4.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup promosi IMD & Pemberian ASI

Eksklusif adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan (pengetahuan) tentang segala

hal terkait IMD dan Pemberian ASI Eksklusif,

penekanannya pada upaya untuk perubahan

perilaku melalui peningkatan kesadaran,

kemauan dan kemampuan yang ada:

• Di lingkungan keluarga (suami, orang tua,

mertua)

• Di lingkungan sekolah

• Di lingkungan tempat kerja

• Di tempat-tempat/fasilitas umum

• Di lingkungan penyedia layanan kesehatan

2. Pemasaran sosial, ditekankan pada pengenalan

tentang manfaat Inisiasi Menyusu Dini &

Pemberian ASI Eksklusif dan manfaat ASI

melalui kampanye

3. Penyuluhan (komunikasi dan informasi) yang

ditekankan pada penyebaran informasi tentang

pentingnya IMD dan pemberian ASI Eksklusif,

manfaat IMD dan ASI Eksklusif

4. Peningkatan IMD dan pemberian ASI Eksklusif,

penekanannya pada upaya pemeliharaan dan

peningkatan KIA

5. Advokasi pelaksanaan IMD dan pemberian

ASI Eksklusif dengan upaya mempengaruhi

lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan

kebijakan yang berwawasan KIA (melalui legislasi

atau pembuatan peraturan, dukungan anggaran

dan dukungan suasana di berbagai bidang/

sektor dalam penyiapan sarana dan prasarana

untuk ruang menyusui sebagai Pusat ASI)

Page 183: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

181www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

6. Upaya melalui pengorganisasian masyarakat,

pengembangan masyarakat, penggerakan

masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat

yang penekanannya adalah untuk edukasi dan

meningkatan kemampuan advokasi.

4.3 Strategi Promosi

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran dari

peningkatan derajat kesehatan ibu menyusui

dan bayi baru lahir, maka diperlukan cara yang

efektif dan efisien. Beberapa strategi yang

dapat dilakukan untuk promosi pemberian ASI

Eksklusif adalah:

a) Kebijakan berwawasan KIA• Mengupayakan tersedianya kebijakan

dan peraturan perundang-undangan

yang mengatur pemberian IMD dan ASI

Eksklusif

• Mengalokasikan anggaran pemerintah/

daerah untuk program perbaikan/

peningkatan Gizi – rencana dan

anggaran untuk implementasi IMD dan

ASI Eksklusif)

b) Advokasi Perangkat kegiatan yang dilakukan dalam

rangka mempengaruhi para pembuat keputusan

agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa

pemberian ASI Eksklusif perlu mendapat

dukungan melalui kebijakan (keputusan).

c) Dukungan sosial• Kerjasama dengan berbagai pihak di

lingkungan penyedia layanan secara

lintas program dan lintas sektoral yang

memiliki kaitan dengan pemberian ASI

Eksklusif

• Kerjasama dengan pihak eksternal seperti

Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak

• Kemitraan dengan pihak swasta seperti

produsen susu sebagai pihak yang

dapat mempengaruhi kegagalan dalam

pemberian ASI Eksklusif.

d) Keterampilan individu• Peningkatan keterampilan (informasi dan

edukasi) petugas kesehatan untuk mampu

menjelaskan, mendampingi, dan konseling

tentang kegunaan pemberian IMD dan

ASI Eksklusif, teknik untuk melaksanakan

IMD, dan menghasilkan ASI Eksklusif yang

kwantitas dan kualitasnya terpenuhi

• Pemberian ketrampilan kepada masyarakat

terutama ibu menyusui dan keluarga inti,

serta orang tua terkait pengetahuan tentang

manfaat IMD dan pemberian ASI Eksklusif,

caramengatasi masalah yang muncul pada

saat menyusui.

e) Pemberdayaan masyarakat. Dilakukan dengan pendekatan edukatif yang

ditekankan pada proses dan upaya melalui:

• Sosialisasi kepada para stakeholder untuk

promosi pemberian IMD dan ASI Eksklusif

terkait bahwa ASI Eksklusif memberikan

kecerdasan bagi generasi penerus dan

tinjauan aspek agama, dan cara/metode

penyampaian pesan (awareness campaign)

• Penyuluhan kepada masyarakat tentang

pentingnya pemberian IMD dan ASI

Page 184: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

182 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Eksklusif, manfaat ASI yang Aman,

Efisien, Ekonomis, dan Praktis dengan gizi

sempurna bagi pemenuhan gizi bayi.

4.4 Langkah-langkah promosi IMD dan Pemberian ASI Eksklusif

Tahapan promosi pemberian IMD dan ASI Eksklusif

meliputi:

a) Menentukan tujuan promosi1. Apa yang akan dicapai dalam periode waktu

tertentu berkaitan dengan tujuan program,

misalnya yang terkait dengan peningkatan

cakupan IMD dan ASI Eksklusif.

2. Apa yang akan dicapai untuk mengatasi

masalah rendahnya bayi yang mendapatkan

ASI Eksklusif (tujuan pendidikan). Berkaitan

dengan peningkatan pengetahuan, sikap,

dan prilaku masyarakat terhadap IMD dan

ASI Eksklusif

3. Pembelajaran apa yang harus dicapai

yang berhubungan dengan pengetahuan,

keterampilan dan sikap (tujuan perilaku).

Berkaitan dengan peningkatan perilaku

masyarakat terhadap penerapan IMD dan

ASI Eksklusif.

b) Menentukan sasaran promosi Menyangkut kelompok yang menjadi sasaran

promosi seperti individu atau kelompok atau

kombinasi keduanya

c) Menentukan isi atau materi promosi

Materi promosi harus dibuat sesederhana

mungkin, bisa dalam bentuk cerita, permainan,

drama, gambar atau dengan bahasa setempat

sehingga sasaran promosi mudah memahami

dan mau melaksanakan isi pesan tersebut.

d) Menentukan metode promosi• Untuk tujuan pengetahuan: menggunakan

penyuluhan langsung, pemasangan poster,

spanduk, penyebaran leaflet

• Untuk tujuan perilaku: memberikan contoh

konkrit yang dapat menggugah emosi,

perasaan dan sikap sasaran promosi

(berupa foto, slide atau video)

• Untuk tujuan meningkatkan ketrampilan:

melakukan praktek seperti memijat dan

memerah susu untuk melancarkan ASI.

Metode perlu mempertimbangkan sumber daya

seperti anggaran dan manusia/nara sumber atau

fasilitator

e) Menetapkan media promosi• Media yang digunakan dapat mempermudah

pembelajaran

• Media yang dipilih harus bergantung pada

jenis sasaran, tingkat pendidikan, tujuan

yang ingin dicapai, metode yang digunakan

serta sumber daya yang tersedia.

f) Menyusun rencana evaluasi pelaksanaan promosi

Sebagai upaya untuk melihat berhasil tidaknya

pelaksanaan promosi IMD & Pemberian ASI

Eksklusif, dengan menjabarkan kapan, dimana

Page 185: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

183www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

dan siapa yang akan melakukan evaluasi serta

sasaran mana yang akan dievaluasi.

g) Menyusun jadwal pelaksanaan Penjabaran tentang waktu, tempat dan

pelaksanaan promosi IMD & ASI Eksklusif

4.5 Sasaran Promosi Pemberian IMD dan ASI Eksklusif

Pentahapan upaya promosi pemberian ASI Eksklusif

meliputi tiga kelompok sasaran yang harus dicakup

yaitu:

1. Sasaran primer/umum, adalah masyarakat yang

terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan

para suami.

2. Sasaran sekunder, adalah tokoh masyarakat,

tokoh agama, tokoh adat serta orang relevan

dalam kegiatan promosi pemberian ASI

Eksklusif. Harapannya para tokoh ini dapat

menyampaikan kembali tentang pengetahuan

dan keterampilannya kepada masyarakat di

lingkungan sekitarnya.

3. Sasaran tersier, adalah para pembuat keputusan

atau penentu kebijakan, dengan harapan

keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan akan

memiliki pengaruh dan dampak bagi upaya yang

dilakukan pada kelompok sasaran sekunder dan

primer.

Ketiga sasaran ini dipersyaratkan untuk dilakukan

karena kan terkait satu dengan yang lainnya dalam

sebuah promosi kesehatan.

5. Komitmen IMD dan ASI Eksklusif

5.1 Kebutuhan komitmen

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas

manusia harus dimulai sedini mungkin yakni sejak

bayi baru lahir, salah satu faktor yang memegang

peranan penting dalam peningkatan Kualitas

manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI).

Pemberian ASI Eksklusif semaksimal mungkin

menjadi kegiatan penting dalam pemeliharaan anak

dan persiapan generasi penerus yang berkualitas

di masa depan. ASI Eksklusif adalah ASI yang

diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam

bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain.

Pemberian ASI Eksklusif merupakan strategi

tunggal yang paling efektif untuk meningkatkan

kelangsungan hidup anak serta dapat mencegah

kematian bayi dan balita.Karena dengan ASI

Eksklusif dapat menghindarkan si bayi dari alergi

dan menjamin kesehatan bayi secara optimal. Akan

tetapi suksesnya pemberian ASI Eksklusif sangat

tergantung pada pemahaman, pengetahuan dan

komitmen dari berbagai pihak yang perduli terhadap

terwujudnya generasi penerus yang sehat dan

cerdas, terutama ibu melahirkan, lingkungan dimana

si ibu berada serta masyarakat pada umumnya,

dan petugas kesehatan yang mempunyai kewajiban

untuk memberikan advokasi tentang pentingnya dan

manfaat pemberian ASI.

Untuk menjamin hak bayi untuk mendapatkan ASI

Eksklusif dan melindungi si ibu untuk memberikan

Page 186: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

184 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

ASI Eksklusif kepada bayinya, Pemerintah

Indonesia mengeluarkan PP No. 33/2012 tentang

Pemberian ASI Eksklusif. Peraturan Pemerintah

tersebut mengukuhkan kewajiban ibu memberikan

ASI Eksklusif segera setelah proses melahirkan

serta kewajiban negara, masyarakat, dan swasta

untuk mendukung program tersebut. Pemberian

ASI Eksklusif mutlak dan penting harus dilakukan,

mengingat manfaat yang akan diperoleh bayi.

Dengan diterbitkannya PP tersebut, Pemerintah

Kabupaten/Kota mempunyai tanggungjawab untuk:

1. Melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka

program pemberian ASI Eksklusif

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program

pemberian ASI Eksklusif

3. Memberikan pelatihan teknis konseling

menyusui

4. Menyediakan tenaga konselor menyusui di

fasilitas kesehatan dan tempat sarana umum

lainnya

5. Membina, monitoring, mengevaluasi dan

mengawasi pelaksanaan dan pencapaian

program pemberian ASI Eksklusif di fasilitas

pelayanan kesehatan, satuan pendidikan

kesehatan, tempat kerja, tempat sarana umum

dan kegiatan di masyarakat

6. Menyelenggarakan penelitian dan

pengembangan program pemberian ASI

Eksklusif yang mendukung perumusan

kebijakan kabupaten/kota

7. Mengembangkan kerjasama dengan pihak lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

8. Menyediakan ketersediaan akses terhadap

informasi dan edukasi atas penyelenggaraan

pemberian ASI Eksklusif.

5.2 Kunci Keberhasilan Program IMD dan ASI Eksklusif

1. Menciptakan komitmen, kepedulian,

kesungguhan dan kemauan semua stakeholder

2. Dukungan eksekutif dan legislatif

3. Ada unsur (SDM) penggerak program di tingkat

lokal

4. Menjaga keberlanjutan program.

5.3 Kebijakan Daerah

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif,

bahwa Pemberian ASI Eksklusif merupakan sebuah

program yang wajib untuk dilaksanakan oleh

Pemerintah Kabupaten/Kota. Sebagai program

pemerintah, kabupaten/kota perlu mengaturnya

dalam sebuah kebijakan untuk menjamin

terlaksananya program Pemberian ASI Eksklusif

dalam bentuk kegiatan konkrit sebagai upaya

pencapaian tujuan.

Untuk memberikan arahan atau petunjuk

operasional tentang organisasi, personil, dan

prosedur, dapat berbentuk Surat Keputusan (SK),

Peraturan Kepala Daerah, atau Peraturan Daerah

(Perda).

Kebijakan tentang Pemberian ASI Eksklusif

diharapkan dapat:

Page 187: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

185www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

1. Memberikan perlindungan dan kesempatan

bagi bayi untuk mendapatkan haknya

yaitu mendapatkan ASI Eksklusif sejak

dilahirkan sampai berusia 6 (enam) bulan

dengan memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangan bayi.

2. Memberikan pendampingan, perlindungan, dan

kesempatan kepada ibu untuk memberikan IMD

dan ASI Eksklusif pada bayinya

3. Mendorong peran dan dukungan keluarga,

masyarakat, pihak swasta, dan pemerintah

daerah terhadap pemberian IMD dan ASI

Eksklusif.

Agar kebijakan kepala daerah tersebut berjalan

efektif dalam pelaksanaannya maka langkah-

langkah yang harus dilakukan adalah:

1. Perumusan: perumusan naskah akademik

2. Advokasi: pembahasan dengan semua pihak

terkait termasuk masyarakat sebagai pengguna

layanan melalui pendekatan persuasif,

presentasi, diskusi, negosiasi

3. Penetapan: proses pengesahan

4. Pelaksanaan: sosialisasi kebijakan dan

penerapan kebijakan oleh para pihak yang

terkait

5. Monitoring: memantau pelaksanaan apakah

sudah sesuai dengan aturan/kebijakan

6. Evaluasi: apakah kebijakan tersebut dapat

mengurangi masalah yang mempengaruhi

kinerja yang diharapkan.

5.4 Para Pihak Terkait dalam Program Pemberian ASI Eksklusif

Terbitnya Peraturan Pemerintah maupun Peraturan

Daerah/Kepala Daerah tentang Pemberian

ASI Eksklusif, maka hal yang terpenting adalah

komitmen dari semua pihak terkait baik dari pemberi

layanan, produsen dan pemasar susu, ibu hamil

dan keluarga sebagai target dan penyelenggara

pelayanan kesehatan untuk bisa memprioritaskan

penggunaan ASI Ekslusif bagi anak usia 0 – 6

bularian serta pemberian IMD segera setelah bayi

lahir.

Karena pemberian ASI Eksklusif dapat menurunkan

resiko bayi terkena infeksi dan penyakit kronis

dimasa mendatang, maka setiap ibu melahirkan

harus mempunyai tekad yang kuat untuk

memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya

kecuali jika si ibu mempunyai indikasi medis.

Untuk itu perlu adanya dukungan dan komitmen

berbagai pihak, mulai dari Pemerintah (Pusat,

Provinsi dan Kabupaten/Kota), produsen susu,

para Penyelenggara Pelayanan Kesehatan, Tenaga

Kesehatan, masyarakat, terutama keluarga terdekat

ibu.

Beberapa pihak yang diharapkan turut berkomitmen

dalam membantu ibu memberikan ASI Eksklusif

adalah:

a) Keluargaterdekatibu: Dukungan suami diberikan dengan selalu

menjaga suasana batin si ibu sepertimenemani

isteri ketika menyusui, ikut merawat bayi,

Page 188: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

186 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

melengkapi pengetahuan tentang pemberian

IMD dan ASI Eksklusif, menyiapkan makanan

bergizi dengan meminimalisasi mitos-mitos

tentang larangan makanan yang dibutuhkan ibu,

dsb.

Orang tua/mertua (keluarga) harus memberikan

ibu hak untuk mengambil keputusan yang

terbaik bagi bayinya (pemberian IMD dan

ASI Eksklusif), tidak memaksakan untuk

memberikan makanan tambahan karena tradisi

atau ketidaktahuan, melengkapi pengetahuan

tentang IMD dan pemberian ASI Eksklusif dan

kegiatan menyusui, semangat dan dorongan

agar ibu percaya diri untuk menyusui, membantu

menyiapkan makanan bergizi bagi ibu, dan

membantu perawatan bayi.

b) Tenaga Kesehatan

Diharapkan tidak melakukan promosi susu

formula, memberi informasi yang tepat tentang

IMD dan ASI Eksklusif serta, makan bergizi yang

perlu dimakan oleh ibu, dan hal-hal lain seputar

menyusui, memberi bimbingan, konseling,

dan dorongan agar ibu mau memberikan ASI

Eksklusif, dsb.

c) Lingkungan kerja/kantor

Lingkungan kerja baik pemerintah maupun

swasta hendaknya menerapkan kebijakan

kantor yang ramah terhadap ibu menyusui,

menyediakan ruang laktasi (menyusui),

memberikan waktu untuk memerah ASI.

d) Sesama ibu menyusui

Saling berbagi pengalaman yang

mencerdaskan, bertukar informasi, memberi

semangat dan dukungan.

e) Pemerintah

Secara terus menerus mengadakan sosialisasi

tentang keunggulan ASI kepada masyarakat,

memperbaiki dan melengkapi sarana dan

prasarana pendukung kegiatan menyusui dan

pemberian ASI Eksklusif, menindak dengan

tegas segala bentuk pelanggaran yang

bertentangan dengan kebijakan pemberian ASI

Eksklusif.

Panduan Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

a) Identifikasipotensimasalah.

Pada fase ini perlu dilakukan identifikasi potensi

masalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut

ini.

Page 189: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

187www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

No Potensi masalah Ya Tidak

1 Apakah Puskesmas memiliki rencana promosi kesehatan ibu dan anak (khususnya untuk program Inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif)?

2 Apakah ada alokasi anggaran khusus untuk pelaksanaan promosi kesehatan?

3 Apakah di Puskesmas terdapat berbagai media promosi kesehatan?

4 Apakah promosi kesehatan dilakukan dengan cara-cara yang inovatif?

5 Apakah promosi kesehatan dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat?

6 Apakah masyarakat memberikan respon yang positif pada promosi kesehatan yang dilakukan Puskesmas?

7 Apakah masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik mengenai inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif?

8 Apakah masyarakat mendukung program inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif?

9 Apakah tingkat partisipasi masyarakat dalam program inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif baik?

10 Dll........

b) Penentuan prioritas masalah dan analisis penyebab masalah

• Jawaban ‘tidak’ pada tabel di atas

menunjukkan adanya masalah pada aspek

tersebut.

• Dari beberapa masalah yang ditemukan,

temukan mana yang paling mudah

diselesaikan.

• Sesuai dengan hasil prioritas masalah,

lakukan diskusi untuk mencari akar

masalahnya dengan pertanyaan mengapa.

“Mengapa hal tersebut terjadi?”

c) Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah.

• Susunlah alternatif pemecahan masalah

berdasarkan temuan akar masalah. Pertanyaan

yang perlu dijawab adalah: “Bagaimana cara

mengatasinya?”

• Proses penyusunan alternatif pemecahan

masalah dilakukan dengan melibatkan

stakeholder terkait, terutama masyarakat (MSF).

• Beberapa alternatif pemecahan yang ada,

dibahas untuk memperoleh upaya yang paling

tepat untuk mengatasi masalah dengan

Page 190: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

188 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

melibatkan sumber daya yang ada baik lintas

program/lintas sektor dan masyarakat (multi

aktor)

• Prioritas pemecahan yang dipilih hendaknya

dapat diterima oleh masyarakat dan puskesmas,

serta yang memiliki dampak lebih efektif dan

efisien bagi penyelesaian masalah.

d) Penyusunan rencana kerja (POA=Plan of Action)

• Berdasarkan prioritas pemecahan yang dipilih,

susun rencana kerja.

• Beberapa pertanyaan yang harus dijawab

adalah:

− Apa bentuk kegiatannya?

− Apa tujuannya?

− Siapa sasarannya?

− Bagaimana metode atau pendekatan yang

tepat?

− Berapa dana yang dibutuhkan?

− Bagaimana jadwal kegiatannya?

− Siapa yang akan mengerjakan?

− Berapa lama waktu yang dibutuhkan?

2. Tahap Pelaksanaan

Penggerakan dan pelaksanaan: merupakan upaya

yang dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan

yang telah ditentukan. Kegiatan yang dilakukan

adalah implementasi dari kegiatan terpilih.

Mekanisme penggerakan dan pelaksanaan dapat

dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:

1. Menggerakkan keluarga pasien, seperti

suami, anak atau saudaranya yang lain agar

mempunyai tanggungjawab sosial dengan aktif

pada kelompok-kelompok yang peduli terhadap

kesehatan ibu dan bayi. Hal tersebut dilakukan

melalui penyuluhan perorangan, penyuluhan

kelompok dan membuat gerakan peduli

kesehatan agar kelompok sasaran mempunyai

pengetahuan yang benar tentang kesehatan ibu

dan bayi, khususnya tentang Inisiasi Menyusu

Dini dan ASI Eksklusif. Diharapkan masyarakat

menjadi paham akan hak-hak kesehatan

reproduksi mereka, sehingga kemudian mereka

bisa meminta pelayanan KIA tersebut kepada

petugas kesehatan.

2. Peningkatan pengetahuan pasien (ibu bersalin

dan ibu menyusui) melalui berbagai kegiatan

pembinaan.

3. Mengoptimalkan peran seluruh stakeholder

lain (lintas program, lintas sektor, dunia

usaha, masyarakat) melalui integrasi

promosi kesehatan ke dalam kegiatan yang

diselenggarakan. Misal sebagai materi

tambahan dalam salah satu mata pelajaran

di sekolah, masuk sebagai materi tambahan

dalam wejangan nikah di KUA, sebagai

indikator tambahan pada penilaian lomba desa,

mendorong dunia usaha agar mengakomodasi

kegiatan pemberian ASI Eksklusif bagi pekerja

wanitanya melalui penerbitan kebijakan internal

organisasi tentang kesempatan pemberian ASI

Eksklusif, penyediaan Ruang Laktasi, dan hal

lain yang mendukung.

Page 191: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

189www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

3. Tahap Monitoring & Evalusi

• Evaluasi dilakukan di setiap tahapan manajerial,

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan hasil.

• Evaluasi dilaksanakan pada setiap pertengahan

dan akhir tahun untuk menilai proses dan hasil

pelaksanaan promosi kesehatan.

• Evaluasi dilaksanakan untuk menilai sejauh

mana kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai.

• Beberapa indikator yang bisa digunakan untuk

mengevaluasi diantaranya:

a) Indikator input

1. Ada/tidaknya komitmen kepala puskesmas dan

seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana

promosi kesehatan puskesmas.

2. Ada/tidaknya tenaga promosi kesehatan yang

sesuai dengan acuan dalam standar SDM

promosi kesehatan puskesmas.

3. Kecukupan pelatihan promosi kesehatan bagi

petugas puskesmas.

4. Kecukupan dan kelayakan sarana dan peralatan

promosi kesehatan sesuai dengan acuan

standar.

5. Kecukupan alokasi dana untuk promosi

kesehatan.

b) Indikator proses

1. Frekuensi dan kualitas pelaksanaan kegiatan

promosi kesehatan di dalam gedung (promosi

kesehatan langsung oleh petugas kepada

pasien yang dilayani, penyuluhan kelompok

kepada pasien yang sedang menunggu

pelayanan, pemasangan poster, dan lainnya).

2. Kelayakan media promosi yang digunakan,

baik berupa poster, spanduk, leaflet, dll dari sisi

bentuk, kejelasan informasi, dan lainnya.

3. Frekuensi dan kualitas pelaksanaan kegiatan

promosi kesehatan di luar gedung, misal

kunjungan rumah, pada kegiatan pertemuan

massa, dan lainnya.

4. Frekuensi promosi kesehatan yang dilakukan

oleh lintas sektor, dunia usaha, dan masyarakat.

c) Indikator output

1. Jumlah tenaga kesehatan yang melakukan

promosi kesehatan.

2. Jumlah pasien yang mendapat layanan promosi

kesehatan.

3. Jumlah keluarga yang mendapat kunjungan

rumah.

4. Jumlah kelompok masyarakat yang sudah

dipintarkan oleh tenaga puskesmas dengan

pengorganisasian masyarakat.

d) Indikator dampak

1. Capaian K1

2. Capaian K4

3. Capaian ibu yang mempunyai Buku KIA

4. Capaian pemberian tablet zat besi

5. Capaian pemberian vaksin Tetanus Toksoid

6. Capaian deteksi resiko

7. Capaian persalinan dengan tenaga kesehatan

8. Capaian persalinan di fasilitas kesehatan

9. Capaian penanganan komplikasi

10. Angka Kematian Ibu (AKI)

11. Angka Kematian Bayi (AKB).

Page 192: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

190 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Contoh Praktek Baik

DENGAN PERWAKO IMD & ASI EKSKLUSIF PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG MENUNJUKAN

KOMITMENNYA UNTUK MELAKSANAKAN PROGRAM IMD dan ASI EKSKLUSIF SECARA EFEKTIF

P rogram Perbaikan Gizi Masyarakat merupakan

program prioritas Kota Singkawang yang

merupakan pintu masuk bagi USAID-KINERJA

untuk membantu Kota Singkawang yang mulai

dilaksanakan akhir tahun 2011.

Dengan bantuan dan dukungan USAID-KINERJA,

Dinas Kesehatan Kota Singkawang mulai

mendeklarasikan Program Persalinan Aman,

Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI Eksklusif.

Berbagai kegiatan sosialisasi dan diseminasi

tentang IMD dan ASI Eksklusif sebagai bagian dari

program Gizi secara gencar diselenggarakan yang

dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan,

bekerjasama dengan Tim Penggerak PKK, Dinas

Pendidikan dan Kementrian Agama. Mereka

bertekad untuk membesarkan generasi yang sehat

dan cerdas sehingga akan muncul sumber daya

manusia yang berkualitas bagi kemajuan wilayah

Kota Singkawang.

Untuk menjamin pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif

sebagai program prioritas daerah yang harus

dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan,

maka Dinas Kesehatan menginisiasi tersedianya

kebijakan penerapan IMD & ASI Eksklusif melalui

peraturan walikota (Perwali). Proses perumusan

Perwali melibatkan berbagai instansi terkait dan

unsur masyarakat yang diwakili oleh Forum Peduli

Kesehatan Ibu dan Anak yang anggotanya terdiri

dari individu maupun lembaga non pemerintah

sebagai bentuk dari MSF. Sebelum disyahkan,

draft Perwali dikonsultasikan melalui uji publik

sebagai bentuk tingginya komitmen daerah

dalam mewujudkan calon generasi penerus yang

berkualitas. Sesuai dengan mandat peraturan

pemerintah tentang Pemberian ASI Eksklusif.

Dengan disyahkannya Perwali tersebut, semakin

gencar pula Dinas Kesehatan Kota Singkawang

bersama dengan berbagai elemen/sektor terkait,

1. Kota Singkawang

Page 193: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

191www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

U paya Pemerintah Kota Singkawang

untuk mensukseskan program IMD dan

Pemberian ASI Eksklusif telah dimulai sejak adanya

Gerakan Nasional tentang Air Susu Ibu. Dan

semakin gencar dilaksanakan pada moment Hari

Kesehatan Nasional ke 46 yang di pusatkan di Kota

Singkawang pada akhir tahun 2011 yang lalu.

Dengan dukungan USAID-KINERJA, berbagai

upaya yang tujuannya untuk memberikan kesadaran

dan perubahan perilaku masyarakat dalam hal IMD

dan Pemberian ASI Eksklusif melalui pelatihan

(pendidikan) untuk meningkatkan pengetahuan

kepada para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan

tokoh adat serta MSF yang peduli terhadap KIA,

guru SMP dan SMU/SMK serta petugas KUA.

Dimana peserta pelatihan diharapkan mampu

menyampaikan pesan tersebut pada masyarakat

melalui khotbah agama di rumah-rumah ibadah,

kutbah nikah pada acara pernikahan, konseling

perkawinan, acara penyuluhan di sekolah-sekolah.

Juga dilakukan orasi dan konsultasi, mediasi dan

fasilitasi secara langsung oleh anggota MSF kepada

masyarakat yang ada di lingkungannya maupun oleh

para promotor IMD dan Pemberian ASI Eksklusif.

Selain itu pesan tentang manfaat IMD dan

Pemberian ASI Eksklusif juga dilakukan secara

bersama melalui lintas program dan lintas sektoral

antara Dinas Kesehatan Kota Singkawang, dengan

Dinas Pendidikan, Kementrian Agama dan PKK

dalam kegiatan sosialisasi kepada masyarakat

Kota Singkawang, dan secara intensif di wilayah

kecamatan mitra KINERJA yaitu Kecamatan

Singkawang Utara, Selatan dan Singkawang Barat.

Kepala Dinas Kesehatan yang juga seorang dokter

sangat aktif melakukan sosialisasi pada berbagai

kelompok masyarakat dan individu seperti pada

EFEKTIFITAS PROMOSI IMD DAN ASI EKSKLUSIF di KOTA SINGKAWANG

LSM, MSF untuk menerapkan IMD dan ASI

Eksklusif, karena disadari bahwa yang terpenting

dari diterbitkannya peraturan adalah pelaksanaan

dan monitoring evaluasi untuk mengetahui efektifitas

dari pelaksanaan program IMD dan ASI Eksklusif.

Selain adanya bentuk komitmen yang kuat juga

ditunjukan oleh Pemerintah Kota Singkawang

yaitu diangkatnya ibu Ny. Elisabeth Majuyetty

Hasan Karman, isteri walikota, yang sekaligus

sebagai Ketua Tim Pengerak PKK sebagai Duta

ASI. Kampanye IMD & ASI Eksklusif adalah fokus

utama untuk memberikan kesadaran, pemahaman

dan kemauan kepada masyarakat dari berbagai

golongan, tingkatan pendidikan, tingkatan usia

maupun status.

Page 194: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

192 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

acara pengajian, arisan tentang pentingnya IMD

dan pemberian ASI Eksklusif.

Juga membuat kebijakan yang menginstruksikan

bahwa tenaga kesehatan diwajibkan untuk

melaksanakan IMD dalam proses persalinan yang

ditolongnya, dan melarang untuk memberikan susu

formula bagi bayi baru lahir.

Informasi dan edukasi juga dilakukan pada berbagai

event besar seperti pada perayaan Hari Ibu dan

Hari Kartini yang di lakukan oleh Duta ASI (Ketua

Tim Penggerak PKK – Istri Walikota Singkawang)

yang dipercaya untuk mempromosikan pentingnya

IMD dan pemberian ASI Eksklusif dan promotor aktif

seperti Kepala Dinas Kesehatan dan para Konselor

ASI.

Sebagai Duta ASI yang dipercaya untuk

menyuarakan hak bayi untuk mendapatkan asupan

gizi yang berkualitas yaitu Air Susu Ibu untuk

tumbuh kembangnya, dan menyuarakan hak ibu

menyusui untuk mendapatkan waktu dan fasilitas

yang menunjang pemberian ASI Eksklusif. Ibu

Elisabeth Majuyetty Hasan Karman (Ibu Emma)

telah melaksanakan fungsinya selaku advokator dan

fasilitator secara aktif baik secara resmi dalam acara-

acara yang diselenggarakan secara terencana, juga

dilakukan secara tidak resmi dalam berkomunikasi

secara perorangan.

Hasil dari promosi yang gencar, terbukti dengan

adanya perubahan perilaku masyarakat yang

ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan untuk

pendampingan IMD dan ASI Eksklusif di pusat

kesehatan (RS, Klinik Bersalin dan Puskesmas),

meningkatnya permintaan untuk kelas ibu hamil,

serta konsultasi dan konseling baik melalui

SMS mapun komunikasi langsung (tatap muka

dan telepon) yang diterima oleh Konselor ASI.

Meningkatnya permintaan penyuluhan oleh tokoh

agama (ulama) tentang IMD dan ASI Eksklusif pada

acara pengajian ataupun perayaan keagamaan,

serta kutbah nikah oleh Petugas KUA yang telah

dilatih.

2. Lomba Kuliah Tujuh Menit (Kultum) di Kab. Bondowoso

Kab. Bondowoso sebagai salah satu kabupaten

yang menaruh perhatian yang tinggi terhadap

Persalinan Aman dan ASI Eksklusif serta upaya

pencegahan pernikahan dini, yang diwujudkan

dalam berbagai kegiatan nyata dengan dipayungi

oleh Peraturan Bupati (Perbup) No. 41 Tahun

2012 tentang KIA dan penobatan Ibu Bupati

sebagai UMMI PERSAMEDA (Ibu Pendamping

Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif) dan

Bunda KESPRO.

Masyarakat Kab. Bondowoso yang sebagian besar

merupakan masyarakat etnis Madura dimana

kepercayaan masyarakat terhadap dukun cukup

tinggi dan juga adanya budaya pernikahan dini dan

pemberian makanan tambahan bagi bayi selain

ASI sebelum usia 6 bulan, memerlukan inovasi

dan terobosan strategis yang dapat menggerakkan

Page 195: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

193www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

dan menyadarkan seluruh lapisan masyarakat

akan pentingnya Persalinan Aman, IMD danASI

Eksklusifdan juga resiko pernikahan dini.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah

Kab.Bondowoso adalah kampanye melalui para

tokoh agama, dimana para tokoh agama (ulama

dan atau ustadz) ikut mendukung kampanye

ini melalui berbagai kotbah maupun wejangan

kepada masyarakat tentang Persalinan Aman, ASI

Eksklusifdan pencegahan pernikahan dini.

Melalui lomba Kultum (Kuliah Tujuh Menit) yang

didahului dengan pembekalan para ustadz

tentang substansi tentang Persalinan Aman,

Ustadz Fauzan - Juara Pertama Lomba Kultum Kab. Bondowoso

ASI Eksklusifdan juga kesehatan reproduksi

dan pencegahan pernikahan dini, para ustadz

menunjukkan komitmen dan performance yang

bagus dalam penyampaian substansi materi dengan

model penyampaian yang ‘merakyat’ sehingga

mudah dipahami oleh masyarakat awam.

Cuplikan kultum yang menarik antara lain “Bayi

adalah anak ibu, bukan anak sapi, maka yang

terbaik adalah Air Susu Ibu (ASI) dan bukan Air

Susu Sapi”.

3. Bupati Probolinggo Dinobatkan Sebagai Duta ASI oleh Masyarakat Kab. Probolinggo

Bupati Probolinggo yang juga seorang Ibu

dengan 2 anak memiliki komitmen yang kuat

dalam mendukung Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusifdi Kab. Probolinggo, dan berkenan untuk

dinobatkan sebagai Duta ASI Kab. Probolinggo.

Dalam sambutannya Ibu Bupati menyampaikan

bagaimana mengatur waktu dan memprioritaskan

pemberian ASI kepada bayinya, karena diyakini

bahwa ASI Eksklusif adalah yang terbaik bagi

bayinya. Pemberian ASI Eksklusif harus diawali

dengan minat memberikan ASI Eksklusif kepada

bayi, demikian disampaikan Bupati. Bupati juga

melarang semua fasilitas kesehatan dan praktek

bidan untuk tidak memberikan pilihan makanan

selain ASI kepada ibu dan keluarga bayi kecuali

Page 196: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

194 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

alasan medis, sehingga IMD dan ASI wajib diberikan

bagi bayi diseluruh fasilitas kesehatan di Kabupaten

Probolinggo.

Penobatan Duta ASI ini juga disertai dengan

peresmian Pojok Laktasi di gedung-gedung Pemda

oleh Bupati Probolinggo.

4. Pemilihan Duta ASI (Bapak Peduli ASI & Ibu Peduli ASI) di Kota Makassar

Di Kota Makassar untuk program ASI Eksklusif

telah terbentuk Bapak Peduli ASI, dimana

kelompok ini dibentuk di 2 Puskesmas, yaitu

Puskesmas Cenderawasih dan Patingalloang.

Sebagai replikasi, Puskesmas Batua saat ini

sedang melakukan diskusi untuk membentuk Bapak

Peduli ASI tanpa intervensi KINERJA. Kelompok

ini terbentuk atas kesadaran masyarakat sendiri.

Proses pembentukan kelompok Bapak Peduli ASI

diawali dengan pelaksanaan FGD ASI eksklusif

pada tanggal 2 Agustus 2012. Pada akhir pertemuan

peserta membuat RTL yang isinya menyepakati

untuk membentuk kelompok Bapak Peduli ASI,

Kelompok Pemerhati ASI, dan Gerakan Peduli ASI.

Pada hari ulang tahun Kota Makassar kemudian

dilakukan Gerakan Peduli ASI Kota Makassar dan

meminta Walikota Makassar untuk mengeluarkan

kebijakan berkaitan dengan ASI Eksklusif yang

didalamnya melarang susu formula.

Pada tanggal 28 Agustus, LPSS melakukan

pertemuan dengan Bapak Peduli ASI dan kelompok

Pemerhati ASI dari 3 Puskesmas dan menyepakati

akan melibatkan 39 Puskesmas melakukan

Gerakan Peduli ASI. Pada hari H Gerakan Peduli

ASI dihadiri oleh sekitar 100 kader posyandu.

Sejak saat itu Bapak Peduli ASI Cenderawasih

dan Patingalloang serta Kelompok Peduli ASI aktif

melakukan sosialisasi pentingnya ASI Eksklusif

dan mengajak LPM, suami para Kader Poyandu

untuk mengkampanyekan ASI Ekslusif. Untuk

Bapak Peduli ASI di Cenderawasih telah melakukan

sosialisasi melalui pertemuan LPM dan melalui

Page 197: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

195www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

peran masing-masing anggota. Misalnya Pak Ismail

Nappu karena seorang ustadz maka pada saat

hotbah nikah menyelipkan info ASI Eksklusif.

Untuk mengoptimalkan peran Bapak Peduli ASI dan

menfasilitasi kebutuhannya, Dinas Kesehatan Kota

Makasar dan KINERJA memfasilitasi Penyusunan

Modul Panduan Bapak Peduli ASI (Modul

Pendidikan Sebaya untuk ASI Ekskluisf) dengan

melibatkan MSF Kesehatan, Bapak Peduli ASI, dan

Kader ASI. Uji coba modul dilakukan kepada Bapak

Peduli ASI oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar.

Modul/panduan sederhana ini menggunakan bahasa

yang sederhana dan mudah dimengerti oleh Kader,

Pemerhati ASI khusunya Kelompok Bapak yang

mem punyai kemauan dan perhatian dalam program ini.

5. Wejangan Perias Manten

Salah satu terobosan kampanye kreatif yang

dilakukan di Kota Probolinggo adalah melalui

para perias manten yang berkomitmen mendukung

Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif.

Diawali dengan pembekalan para perias manten

tentang substansi Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusif, para perias manten memberikan wejangan

kepada kedua mempelai saat dirias manten.

Pada momen yang berbahagia sebelum

melaksanakan pernikahan, wejangan terkait

Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif diharapkan

akan dapat diterima dan dilaksanakan nantinya.

Buletin sederhana juga disiapkan di salon/rumah

perias manten yang dapat dibaca-baca oleh

mempelai saat menunggu waktu untuk dirias.

6. Sarasehan Pedagang Pasar, Penjual Jamu, dan Tukang Ojek

Beberapa anggota multi stakeholder forum

yang cukup aktif dalam melaksanakan

kampanye Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif

di Kabupaten Jember dan Kota Probolinggo

melaksanakan berbagai macam kegiatan sarasehan

kepada para tokoh dan asosiasi, antara lain

kelompok Pedagang Sayur dan Penjual Jamu.

Pedagang Sayur dan Penjual Jamu memiliki

intensitas bertemu dengan banyak ibu hamil dan

pasangan usia subur (PUS) ketika berjualan,

kesempatan ini yang diambil sebagai peluang untuk

menyampaikan pesan Persalinan Aman, IMD dan

ASI Eksklusif.

Page 198: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

196 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

7. Pemasangan Banner dalam Bahasa Daerah

Salah satu bentuk kampanye yang dapat

dilakukan oleh MSF yang peduli terhadap isu

Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif adalah

melalui pemasangan banner di lokasi-lokasi strategis

dengan menggunakan bahasa daerah setempat.

Tujuan dari penggunaan bahasa daerah setempat

dan bilamana ada foto yang dipasang sedapat

mungkin adalah foto tokoh setempat yang cukup

dikenal masyarakat dan mempunyai pengaruh

terhadap masyarakat, sehingga mampu memberikan

pesan yang mudah dipahami dan akrab dengan

masyarakat, sehingga ada rasa memiliki.

Para pedagang dibekali dengan materi PA, IMD

dan ASI Eksklusif yang dikemas dengan sederhana

sehingga para pedagang mudah untuk menerima

dan menyampaikan materi tersebut kepada para

ibu hamil, PUS dan remaja yang ditemui ketika

berjualan.

Selain dibekali dengan materi ekonomi dagang

para pedagang sayur juga dijelaskan tentang peran

mereka dalam meningkatkan cakupan kunjungan

pemeriksaan kehamilan K1-K4 serta penurunan

angka kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB), dengan

insentif Pedagang Sayur dan Penjual Jamu juga

mampu menolong sesama dengan berperan dalam

menurunkan Kematian Ibu dan Kematian Bayi.

Insentif ini menumbuhkan Rasa Bangga karena

tidak hanya bidan yang bisa berperan tetapi dari

kalangan biasapun bisa berperan menurunkan

angka kematian ibu dan bayi.

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 199: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

197www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 200: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran A - Uraian Substansi

198 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Page 201: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

199www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2004. Modul pelatihan bagi tenaga promosi kesehatan di Puskesmas.Tersedia di

www.bbpkciloto.org.

Dirjen BinKesMas, Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas, 2006.

Kepmenkes 128/Menkes/SK/II/2004 Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

Kepmenkes 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.

Permendagri 69/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008

Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota.

Permenkes 828/2008 tentang Standar Pelayanan Minial Bidang Kesehatan.

Permenpan 13/2009 tentang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Melalui Partisipasi Masyarakat.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 33/2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009. Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat agar

Ibu Sehat, Bayi Sehat.

Trihono, 2005, Manajemen Puskesmas berbasis Paradigma Sehat.

UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik.

Page 202: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

200 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran C - Bahan di CD

Lampiran CBAHAN DI CD

Modul ini dalam soft copy (PDF)

Bahan Promosi

Presentasi Powerpoint:

1. Strategi Pendekatan KINERJA

2. Perencanaan Tingkat Puskesmas dan Perencanaan BOK

3. Standard Operating Procedures (SOPs)

4. Survei Pengaduan & Janji Perbaikan Layanan

5. Pojok ASI

6. Kelompok Peduli ASI

7. Promosi Kesehatan

Page 203: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

201www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran DDAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

ADD : Alokasi Dana Desa

AINI : Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Antenatal Care – pemeriksaan kehamilan oleh petugas kesehatan terlatih

Analisis SWOT : metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman atau tantangan (Threats) dalam suatu program atau organisasi.

ASI : Air Susu Ibu

ASI Eksklusif : ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan apapun selain obat untuk terapi untuk pengobatan penyakit.

ATK : Alat Tulis Kantor

BOK : Biaya Operasional Kesehatan

Demand side : Penerima atau pengguna pelayanan kesehatan (masyarakat)

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Governance : Tata kelola pemerintah atau organisasi

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

IMD : Indeks Pengaduan Masyarakat

IPM : Kesehatan Ibu dan Anak

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi

Page 204: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

202 www.kinerja.or.idTata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Lampiran D - Daftar Singkatan/Istilah

USAID-KINERJA : Program tata kelola pemerintahan dengan dukungan dana hibah dari Pemerintah Amerika Serikat

KUA : Kantor Urusan Agama

K1 : Kunjungan baru ibu hamil - kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I dengan usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimester III, di mana usia kehamilan > 24 minggu.

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MDGs : Millenium Development Goals

MoU : Memorandum of Understainding

MSF : Multi-Stakeholder Forum

Muspika : Musyawarah Pimpinan Kecamatan – lintas sektor tingkat kecamatan

OMP : Organisasi Mitra Pelaksana

Perbup : Peraturan Bupati

Perda : Peraturan Daerah

Perwali : Peraturan Walikota

PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

POA : Plan of Action

Polindes : Pondok Bersalin Desa

Poskesdes : Pos Kesehatan Desa

Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu, biasanya pada tingkat dusun

PTP : Perencanaan Tingkat Puskesmas

Puskesmas RIA : Puskesmas Ramah Ibu dan Anak

PWS KIA : Pemantauan Wilayah Setempat terkait Kesehatan Ibu dan Anak

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Page 205: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

203www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

SK : Surat Keputusan

SKPD : Satuan Kerja Pemerintah Daerah

SMART : Specific, Measurable, Achievable, Relevant dan Timely

SOP : Standard Operating Procedure

SPM : Standar Pelayanan Minimal

SPP : Standar Pelayanan Publik

SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas

SP3 : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas

Supply side : Pemberi Pelayanan (Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)

Page 206: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Page 207: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Page 208: LAMPIRAN Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

KINERJA-USAIDGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS