hubungan antara pelaksanaan inisiasi menyusu dini …
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6 BULAN PADA WANITA
PRIMIPARA DI INDONESIA TAHUN 2012 (ANALISIS LANJUT SURVEI
DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2012)
Ria Resti Agustina1, Sudijanto Kamso
2
1.Departemen Biostatistika, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok, 16424
2.Departemen Biostatistika, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok, 16424
E-mail: [email protected]/[email protected]
Abstrak
Walaupun manfaat pemberian ASI eksklusif sangat banyak terutama untuk ibu dan bayinya,
prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dibawah target Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (80%). Permasalahan yang kerap di alami oleh wanita primipara adalah
kegagalan proses let down yang menyebabkan tidak keluarnya ASI. Inisisasi menyusu dini (IMD)
merupakan salah satu cara untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang memproduksi
ASI. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 dengan desain penelitian crossectional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan
pada wanita primipara di Indonesia. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 604 responden
dengan kriteria inklusi adalah ibu primipara yang memiliki bayi berusia 6 sampai 12 bulan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan inisiasi menyusu
dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini
(IMD) memiliki peluang 21,868 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan
dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini setelah dikontrol oleh
variabel pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (95% CI: 8,956 sampai dengan
53,394). Sementara itu, ibu yang tidak bekerja memiliki peluang 1,717 kali lebih tinggi untuk
memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang bekerja setelah dikontrol oleh
variabel inisiasi menyusu dini (IMD), kuintil kekayaan, dan berat badan lahir bayi (95% CI: 0,986
sampai dengan 3,026). Pada variabel kuintil kekayaan semakin kaya cenderung memiliki peluang
yang semakin kecil untuk melakukan pemberian ASI eksklusif dan pada variabel berat badan lahir
(BBL) bayi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki peluang yang lebih banyak
untuk memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, disarankan intervensi pemberian ASI eksklusif 6
bulan melalui inisiasi menyusu dini (IMD) pada wanita primipara oleh tenaga kesehatan perlu
dilakukan di fasilitas kesehatan.
Kata kunci: ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini (IMD), pekerjaan ibu
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
2
Abstract
Although benefit exclusive breastfeeding is so many especially for mother and his child, prevalence
of exclusive breasfeeding in Indonesia is still far from target of Ministry Health of Republic
Indonesia (80%). The problem in women population of primiparas is failed let down process that is
less of breastfeeding production. Breast carwl is stimulate excretion oksitosin hormone. This study
is a secondary data from data Indonesia Demographic Health Survey 2012 with crosssectional study
design. The study was conducted to determine the relationship of breast crawl and exclusive
breastfeeding sixth month in women population of primiparas in Indonesia. The number of sample
was obtain 604 with inclusion criteria which is mother of primiparas who have infant ages among 6
to 12 month. Result showed there is a relationship of breast crawl and exclusive breastfeeding sixth
month in women population of primiparas who have infant ages among 6 to 12 month. Mother of
primiparas who are breast crawl can increase 21,868 times higher for exclusive breastfeeding sixth
month compared with mother of primiparas who aren’t breast crawl after maternal employment,
wealth quintile, and birth weight infant variable controlled. Mother of primiparas who work can
increase 1,717 times higher for exclusive breastfeeding sixth month compared with mother of
primiparas who does not work after breast crawl, wealth quintile, and birth weight infant variable
controlled. Wealth quintile variable richer sloping to more be given exclusive breastfeeding sixth
month and birth weight infant variable, an infant with low weight have more many changes to be
given exclusive breastfeeding sixth month. Therefore, it’s suggestion to intervention exclusive
breastfeeding sixth month through breast crawl in women population of primiparas from health
labour in health facility.
Keywords: exclusive breastfeeding; breast crawl; maternal employment
Pendahuluan
Di negara berkembang termasuk di Indonesia, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan
sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan dengan menyusui (Agam, Syam, dan
Citra, -). Di Dunia, prevalensi pemberian ASI secara eksklusif masih rendah. Hasil penelitian di
Uganda pada bulan Agustus 2008 menunjukkan bahwa 49,8% ibu memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya selama 6 bulan (Petit, 2008; Ida, 2012). Suatu hasil studi di Beirut menemukan rate
dari pemberian ASI selama sebulan sebesar 56% dan rate dari pemberian ASI selama 4 bulan
sebesar 24% (Hamade, Chaaya, Saiba, Chaaban, dan Osman, 2013). Presentase pemberian ASI
eksklusif di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara–negara berkembang lainnya. Berdasarkan
data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2007-2008, pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia nol hingga enam bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% pada 2007
menjadi 56,2% pada 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam
bulan turun dari 28,6% pada 2007 menjadi 24,3% pada 2008. Sementara jumlah bayi di bawah
enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2003
(Rahmad, 2010). Selain itu menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 di Indonesia bayi
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
3
yang mendapat ASI hanya sebesar 15,3%. Namun, pada tahun 2012, terjadi penaikkan cakupan
pemberian ASI eksklusif yaitu menjadi 33,6% (SUSENAS, 2012). Menurut Nafsiah Mboi, Menteri
Kesehatan RI, ”Angka tersebut tidak banyak perbedaannya dengan capaian di negara lain di Asia
Tenggara”.
Pencapaian ASI Eksklusif 6 bulan bergantung pada keberhasilan inisiasi dalam satu jam
pertama. Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif 6 bulan memiliki pengaruh
yang positif pada kesehatan bayi (Blaine, 1998). Dengan melakukan Inisiasi menyusu dini (IMD),
ibu mempunyai peluang 8 kali lebih berhasil untuk memberikan ASI eksklusif sampai 4 atau 6
bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan IMD (Fikawati dan Syafiq, 2008; Yusnita,
2012). Penelitian yang mengkaitkan antara IMD dengan kesuksesan ASI eksklusif, antara lain pada
penelitian Fikawati dan Syafiq (2008), yang menyatakan bahwa bayi yang diberi kesempatan
menyusu dini dengan meletakkan bayi sampai terjadi kontak kulit ke kulit ibu setidaknya selama 1
jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi
kesempatan untuk menyusu dini hasilnya 59% dan 38%, sedangkan bayi yang tidak diberi
kesempatan menyusu dini pada umur yang sama sebesar 29% dan 8% yang masih disusui (Fikawati
dan Syafiq, 2008). Jilatan dan hisapan bayi pada puting susu ibu pada saat pertama kali setelah
kelahiran, dapat merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon
prolaktin berfungsi merangsang produksi ASI dan hormon oksitosin membuat ibu lebih tenang,
rileks, mencintai dan bahagia. Rangsangan awal terhadap pengeluaran hormon oksitosin sangat
mempengaruhi keberhasilan menyusui selanjutnya (Soetjiningsih, 1997).
Salah satu kegagalan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara ini yaitu tidak
keluarnya ASI dari payudara ibu karena kegagalan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
Sementara itu, kelompok wanita primipara merupakan kelompok wanita dengan pengetahuan
menyusui yang rendah bila dibandingkan dengan wanita multipara (Musiskah, 2013). Pengetahuan
tentang cara menyusui yang benar dan posisi menyusui yang tepat menjadi salah satu penyebab
lecetnya payudara karena kesalahan dalam cara dan posisi menyusui. Lecetnya payudara tersebut
merupakan salah satu penyebab kegagalan proses let down (Soetjiningsih, 1997). Inisiasi menyusu
dini (IMD) juga menurunkan presentase kegagalan proses let down yang berakibat gagalnya
pemberian ASI (Soetjiningsih, 1997). Terkait dengan data di atas, peneliti ingin meneliti hubungan
antara pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada
wanita primipara di Indonesia tahun 2012.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
4
Tinjauan Teoritis
Upaya pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari
empat sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yaitu menurunnya
angka kematian bayi dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak (Utami, 2012). Hal tersebut
sesuai pada rekomendasi WHO dan UNICEF untuk mengendalikan angka kematian bayi. Dalam
Global Strategi on Infant and Young Child Feeding (2002), WHO dan UNICEF merekomendasikan
bahwa pola makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun adalah:
a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada sejam setelah kelahiran.
b. Memberikan ASI eksklusif kepada bayi lahir sampai usia 6 bulan.
c. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berumur lebih dari 6 bulan.
d. Meneruskan pemberian ASI sampai anak usia 2 tahun atau lebih.
Pola pemberian makan terbaik untuk bayi tersebut juga termuat dalam peraturan pemerintah
Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012.
Pada proses pembentukan air susu terjadi 2 refleks yaitu refleks prolaktin dan refleks let
down (Lawrence RA, 1988 dan 1995 dalam Soetjiningsih, 1997).
- Refleks Prolaktin
Pada masa akhir kehamilan, hormon prolaktin akan memproduksi kolostrum. Namun,
jumlah produksi kolostrum masih terbatas karena terhambat oleh hormon estrogen dan progesteron.
Setelah terjadi persalinan, plasenta akan terlepas dan fungsi korpus luteum akan berkurang sehingga
menyebabkan jumlah hormon estrogen dan progesteron berkurang. Rangsangan isapan putting susu
dan kalang payudara oleh bayi juga akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berlanjut ke
hipotalamus melalui medulla spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus tersebut akan memacu
sekresi prolaktin dan menekan faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin. Hormon tersebut
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin tersebut normal
setelah 3 bulan melahirkan walaupun terdapat isapan bayi. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan
meningkat pada keadaan stress/pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan putting susu,
hubungan kelamin, obat-obatan tranquelizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin, fenotiazid.
Sementara sekresi prolaktin akan terhambat jika gizi ibu burukdan obat-obatan seperti ergot, I-
dopa.
- Refleks Let Down
Rangsangan isapan bayi tidak hanya pada pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, namun juga
dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang memberi rangsangan pada sekresi oksitosin.
Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel
tersebut akan memeras air susu dan mengalir melalui duktus laktiferus sehingga dapat masuk ke
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
5
mulut bayi. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sementara itu,
faktor-faktor yang dapat menghambat refleks let down adalah stress (keadaan bingung, pikiran
kacau, takut, cemas, merasa sakit atau malu ketika menyusui, dan cemas (Soetjiningsih, 1997).
Gambar 2.1 Skema Akibat Kegagalan Refleks Let Down
Sumber: Jellife DB, 1978; Soetjiningsih, 1997
ketika refleks let down tidak sempurna, kebutuhan bayi yang haus tidak terpenuhi dan
merasa tidak puas sehingga bayi tersebut menambah kuat isapannya sehingga menyebabkan puting
susu ibu menjadi lecet. Lecetnya putting susu tersebut menimbulkan rasa sakit. Selain itu, jika tidak
dijaga kebersihannya akan menimbulkan invasi bakteri yang menyebabkan abses payudara sehingga
payudara mengalami pembengkakan. Hal tersebut menimbulkan stress pada ibu. Tangisan bayi juga
membuat ibu cemas dan kurang percaya diri sehingga menambah stress yang dapat menyebabkan
kegagalan menyusui. Kegagalan refleks let down tersebut membentuk lingkaran tertutup (circulus
vitiosus) yang dapat dilihat pada skema 2.1 di atas.
Pembentukan hormon prolaktin di adenohipofise dipengaruhi oleh rangsangan hipotalamus
yang dipengaruhi oleh sekresi estrogen, progesteron, rangsangan isapan bayi, faktor penghambat
Sakit Puting susu lecet
Sakit
Puting susu luka
Bayi yang haus
dan tidak puas
Refleks let down
yang tidak
sempurna
Invasi bakteri
Cemas,
ketidakpasti
an, kurang
menarik
Payudara yang
membengkak Abses payudara
Kegagalan
menyusui
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
6
lainnya dan faktor pemicu lainnya. apabila rangsangan isapan bayi atau frekuensi isapan berkurang
maka pelepasan prolaktin dari hipofise juga akan berkurang sehingga air susu pun akan berkurang.
Selain itu, sekresi hormon prolaktin juga dipengaruhi beberapa bahan seperti dopamine, serotonin,
katekolamin, dan TSH. Isapan bayi tidak hanya mempengaruhi sekresi hormon prolaktin tetapi juga
mempengaruhi sekresi hormon oksitosin. Selain isapan bayi, yang mempengaruhi sekresi hormon
oksitosin adalah reseptor pada sistem duktus. Bila duktus melebar atau melunak maka hormon
oksitosin akan disekresikan untuk memeras keluar air susu dari alveoli. Interaksi antar hormon
selama menyusui dapat dilihat pada skema 2.2 di atas (Soetjiningsih, 1997).
Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan kegiatan menyusui di awal kelahiran (memberikan
kolostrum) dengan adanya kontak kulit antar ibu dan bayinya yaitu dengan cara meletakan bayi
pada dada ibunya dan membiarkannya merangkak mencari puting ibunya sesudah kelahiran hingga
satu jam setelah kelahiran (www.aliveandthrive.org). Inisiasi menyusu dini (IMD) ini seringkali
dinamakan merangkak mencari payudara atau breastcrawl. Hal tersebut senada dengan pengertian
inisiasi menyusu dini (IMD) menurut UNICEF, inisiasi menyusu dini (IMD) adalah kondisi ketika
bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir, yaitu ketika bayi memiliki kemampuan untuk dapat
menyusu sendiri, dengan kriteria terjadi kontak kulit ibu dan kulit bayi setidaknya dalam waktu 60
menit pertama setelah bayi lahir (http://www.indonesian-publichealth.com, 2013). Isapan pertama
bayi ini menimbulkan rangsangan stimulus terhadap pembentukan ASI sehingga berkemungkinan
besar untuk melanjutkannya hingga ASI eksklusif 6 bulan.
Menurut Aprillia (2010) beberapa hal yang menyebabkan bayi mampu menemukan sendiri
puting ibunya dan mulai menyusu adalah sebagai berikut:
a. Sensory Input
Sensory input terdiri dari 5 panca indra manusia yaitu indra penglihatan, indra penciuman,
indra pendengaran, indra peraba, dan indra pengecap. Bayi yang baru lahir baru dapat mengenal
pola hitam dan putih sehingga bayi mudah mengenali puting ibunya karena berwana gelap pada
bagian aerola payudaranya. Pada indra penciuman, bayi sensitif terhadap bau khas ibunya setelah
melahirkan. Cairan amnion memiliki bau yang sama dengan cairan kolostrum yang disekresi ibu
melalui puting setelah melahirkan sehingga merangsang bayi untuk merangkak menuju puting ibu
tersebut (Radhakrishnan, 2012; Aprillia, 2010). Pada indra pendengaran yang bekerja, bayi mampu
mengenali suara ibunya sejak dalam kandungan. Pada indra peraba, kontak kulit antara bayi dan ibu
akan memberikan kehangatan. Pada indra pengecap, bayi mampu merasakan cairan amniotik yang
ada pada jari-jari tangannya sehingga ia suka menjilati jari-jari tangannya.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
7
b. Central Component
Bayi yang baru lahir memiliki kemampuan otak yang dapat digunakan untuk mengenali
lingkungan barunya dan lingkungan yang paling dikenalinya adalah tubuh ibunya sehingga
rangsangan tersebut harus segera dilakukan.
c. Motor Outputs
Motor outputs dalam inisiasi menyusu dini (IMD) ini terdiri dari kontak kulit antara bayi
dengan ibunya (skin to skin) dan upaya menyusu (sucking).
Menurut Yuliarti (2010) manfaat inisiasi menyusu dini meliputi:
a. Pada saat melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), bayi berada di atas rahim ibunya. Hal
tersebut dapat mengurangi pendarahan dan mendorong pelepasan plasenta serta mengecilkan
rahim ibu.
b. Kontak kulit langsung antara bayi dan ibu akan meningkatkan jalinan kasih sayang.
c. Bayi yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) ambang nyerinya akan meningkat
sehingga tidak mudah sakit.
d. Kemampuan bergeraknya bayi baru lahir menuju puting ibunya hingga berhasil
menghisapnya akan merangsang oksitosin keluar melalui kelenjar pituitari dan membantu
sekresi prolaktin.
Metode
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain
penelitian crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12
bulan pada kelahiran pertama. Populasi studi adalah ibu yang memiliki bayi 6-12 bulan dengan
kriteria sebagai berikut:
- Kriteria inklusi
- Wanita primipara
- Ibu yang memiliki bayi pada usia 6 sampai 12 bulan
- Ibu yang melahirkan secara normal atau sesar
- Ibu yang tinggal di Indonesia tahun 2012
- Kriteria Eksklusi
- Ibu yang memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan IMD (HIV,
sifilis, HTLV I-II, gangguan hemodinamik)
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
8
- Tidak bersedia menjadi responden
- Kriteria drop out
- Ibu yang melahirkan bayi saat masa kehamilannya lebih dari 42 minggu
- Ibu yang bayinya mengalami lahir mati
- Ibu yang bayinya kembar
Sampel penelitian ini adalah semua sampel yang tercakup pada SDKI 2012 yang memenuhi kriteria
inklusi, eksklusi, dan drop out. Sampel dalam penelitian ini adalah 604. Kemudian, dengan
menggunakan software “sample size 2.0”, P1= 0,457 dan P2=0,048 dan jumlah
maka didapatkan bahwa kekuatan uji pada penelitian ini adalah 91,35%.Data dalam SDKI tersebut
dikumpulkan melalui kuesioner dengan metode wawancara terarah. Variabel yang diambil hanya
beberapa variabel yang terkait dengan hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif 6
bulan pada wanita primipara. Variabel tersebut meliputi variabel dependen ASI eksklusif, variabel
independen inisiasi menyusu dini (IMD), dan variabel konfounding yang terdiri dari karakteristik
ibu (Umur Ibu, pendidikan Ibu, pekerjaan Ibu, kuintil kekayaan), karakteristik bayi (berat badan
lahir (BBL) bayi dan jenis kelamin bayi), jenis penggunaan KB, kunjungan ANC, tempat
persalinan, daerah tempat tinggal, dan metode persalinan. Analisis data pada penelitian ini meliputi
kompleks sampel analisis univariat, bivariat, dan multiariat model faktor resiko.
Hasil
Gambar 5.1 Diagram Presentase Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Yang Berumur 0 sampai 6
Bulan dan Bayi Yang Berumur 6 Bulan di Indonesia Tahun 2004-2008 Sumber: Susenas 2004–2009 dalam http://www.gizikia.depkes.go.id
58,9 59,7 64,1 62,2 56,2
19,5 26,3 25,5 28,6 24,3
2004 2005 2006 2007 2008
Diagram Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi yang
Berusia 0 sampai 6 Bulan dan Bayi yang Berusia 6
Bulan di Indonesia pada Tahun 2004 - 2008
ASI Eksklusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan
ASI eksklusif pada bayi usia 6 bulan
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
9
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi yang
berumur 0 sampai 6 bulan dan bayi yang berumur 6 bulan di Indonesia tahun 2004 sampai tahun
2008 mengalami kenaikan dan penurunan. Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0
sampai 6 bulan dari tahun 2004 sampai tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu berturut-turut adalah
58,9%, 59,7%, dan 64,1%. Sementara Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0 sampai 6
bulan pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan yaitu berturut-turut adalah 62,2% dan
56,2%. Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 6 bulan pada tahun 2004 sebanyak 19,5%,
kemudian mengalami kenaikan menjadi 26,3% di tahun 2005, kemudian mengalami penurunan
menjadi 25,5% pada tahun 2006, kemudian mengalami kenaikan menjadi 28,6% pada tahun 2007,
kemudian mengalami penurunan menjadi 24,3% pada tahun 2008.
Gambar 5.2 Diagram Distribusi Responden Menurut Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI
eksklusif 6 bulan yaitu 71%. Sementara itu, proporsi pemberian ASI eksklusif 6 bulan hanya
sebesar 29%.
29%
71%
Proporsi Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
Memberikan ASI eksklusif
Tidak memberikan ASI eksklusif
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
10
Gambar 5.3 Diagram Distribusi Responden Menurut Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden melakukan inisiasi menyusu
dini (IMD) yaitu 59%. Sementara itu, proporsi responden yang tidak melakukan inisiasi menyusu
dini (IMD) sebanyak 41%.
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu
Variabel Umur Ibu Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
20 sampai 35 tahun 525 86,8
Kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun 79 13,2
Total 604 100
Rata-rata umur responden dalam penelitian ini adalah 24 tahun. Umur responden pada
penelitian ini yang paling muda adalah 16 tahun sedangkan umur yang paling tua adalah 40 tahun.
Sebagian besar responden berumur 20 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 525 orang (86,8%).
Sementara responden yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun sebanyak 79
orang (13,2%).
Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu
Variabel Pendidikan Ibu Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) 280 46,4
Rendah (tidak tamat SD atau tamat SMP) 324 53,6
Total 604 100
59%
41%
Proporsi Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD Tidak IMD
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
11
Pada penelitian ini sebagian besar responden adalah yang berpendidikan rendah (tidak tamat
SD atau tamat SMP) sebanyak 324 orang (53,6%). Sementara responden yang berpendidikan
menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) yaitu sebanyak 280 orang (46,4%).
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu
Variabel Pekerjaan Ibu Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Bekerja 361 59,8
Tidak bekerja 243 40,2
Total 604 100
Berdasarkan pekerjaan ibu diperoleh bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini
adalah yang bekerja yaitu sebanyak 361 orang (59,8%). Sementara responden yang tidak bekerja
sebanyak 243 orang (40,2%).
Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Kuintil Kekayaan
Variabel Kuintil Kekayaan Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Paling Kaya 128 21,2
Lebih Kaya 124 20,6
Menengah 136 22,6
Lebih Miskin 139 22,9
Paling Miskin 77 12,8
Total 604 100
Pada penelitian ini, responden yang paling banyak pada kuintil kekayaan lebih miskin yaitu
sebanyak 139 orang (22,9%). Sementara itu, pada kuintil kekayaaan pada paling kaya sebanyak 128
orang (21,2%), lebih kaya sebanyak 124 orang (20,6%), menengah sebanyak 136 orang (22,6%),
dan paling miskin sebanyak 77 orang (12,8%).
Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Berat Badan Lahir (BBL) Bayi
Variabel Berat Badan Lahir Bayi Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Normal 579 95,8
BBLR 25 4,2
Total 604 100
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
12
Pada penelitian ini sebagian besar responden dengan berat badan lahir bayi normal yaitu
sebanyak 579 orang (95,8%). Sementara responden dengan berat badan lahir rendah (BBLR) pada
bayi sebanyak 25 orang (4,2%).
Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Bayi
Variabel Jenis Kelamin Bayi Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Laki-laki 277 45,8
Perempuan 327 54,2
Total 604 100
Berdasarkan jenis kelamin bayi, sebagian besar responden pada penelitian ini adalah
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 327 orang (54,2%). Sementara responden dengan jenis
kelamin bayi laki-laki sebanyak 277 orang (45,8%).
Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Jenis Penggunaan KB
Variabel Jenis Penggunaan KB Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Bukan Hormon 40 6,6
Hormon 437 72,3
Tidak menggunakan 127 21,1
Total 604 100
Pada penelitian ini sebagian besar responden menggunakan jenis KB hormon yaitu sebanyak
437 orang (72,3%). Sementara responden yang menggunakan KB berjenis bukan hormon sebanyak
40 orang (6,6%) dan responden yang tidak menggunakan KB jenis apapun sebanyak 127 orang
(21,1%).
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Kunjungan ANC
Variabel Kunjungan ANC Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
4 kali atau lebih 564 93,5
0 sampai 3 kali 40 6,5
Total 604 100
Pada penelitian ini sebagian besar responden melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih
yaitu sebanyak 564 orang (93,5%). Sementara responden yang melakukan kunjungan ANC 0
sampai 3 kali sebanyak 40 orang (6,5%).
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
13
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan
Variabel Tempat Persalinan Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Fasilitas Kesehatan 464 76,8
Rumah 140 23,2
Total 604 100
Pada penelitian ini sebagian besar responden melakukan persalinannya di fasilitas kesehatan
yaitu sebanyak 464 orang (76,8%). Sementara responden yang melakukan persalinannya di rumah
sebanyak 140 orang (23,2%).
Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Tipe Daerah Tempat Tinggal
Variabel Tipe Daerah Tempat
Tinggal
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Urban 329 54,4
Rural 275 45,6
Total 604 100
Pada penelitian ini, sebagian besar responden bertempat tinggal di daerah urban yaitu
sebanyak 329 orang (54,4). Responden yang bertempat tinggal di daerah rural sebanyak 275 orang
(45,6%).
Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Metode Persalinan
Variabel Tipe Daerah Tempat
Tinggal
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Normal 525 87
Sesar 79 13
Total 604 100
Pada penelitian ini, sebagian besar responden bersalin secara normal yaitu sebanyak 525
orang (87%). Sementara itu, responden yang bersalin secara sesar sebanyak 79 orang (13%).
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
14
Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Pemberian ASI
Eksklusif 6 Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,0005 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI
eksklusif 6 bulan antara responden yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan yang tidak
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Diperoleh pula nilai OR=16,793 artinya ibu yang
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 16,793 kali untuk memberikan ASI
eksklusif 6 bulan dibandingkan ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,001 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI
eksklusif 6 bulan antara responden pada kelompok umur 20 sampai 35 tahun dengan responden
pada kelonpok umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Ibu yang berusia 20 sampai 35
tahun memiliki peluang 0,328 kali untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan
ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak Memberikan
n (%)
Inisiasi Menyusu Dini 0,0005 16,793
(7,486–37,671)
IMD 163 (45,7) 193 (54,3) 356 (100)
Tidak IMD 12 (4,8) 236 (95,2) 248 (100)
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak Memberikan
n (%)
Umur Ibu 0,001 0,328
(0,164-0,653)
20 sampai 35 tahun 134 (25,5) 390 (74,5) 525 (100)
Kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun 41 (15,6) 39 (84,4) 80(100)
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
15
Tabel 5.14 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,043 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI
eksklusif 6 bulan antara kelompok pendidikan menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) dengan
tidak tamat SD atau tamat SMP). Ibu yang berpendidikan menengah atau tinggi (tamat SMA atau
PT) memiliki peluang 0,609 untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu
yang berpendidikan rendah (tidak tamat SD atau tamat SMP).
Tabel 5.15 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,075 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian
ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok ibu yang bekerja dengan kelompok ibu yang tidak bekerja.
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6
bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak
Memberikan
n (%)
Pendidikan Ibu 0,043 0,609
(0,376-0,986)
Menengah atau tinggi
(tamat SMA atau PT) 66 (23,5) 214 (76,5) 280 (100)
Rendah (tidak tamat SD
atau tamat SMP 109 (33,6) 215 (66,4) 324 (100)
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6
bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak
Memberikan
n (%)
Pekerjaan Ibu 0,075 1,544
( 0,956–2,494)
Tidak Bekerja 117 (32,4) 244 (67,6) 361 (100)
bekerja 58 (23,7) 185 (76,3) 243 (100)
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
16
Tabel 5.16 Distribusi Responden Menurut Kuintil Kekayaan dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,042 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI
eksklusif 6 bulan antara kelompok dengan kuintil kekayaan paling kaya, lebih kaya, menengah,
lebih miskin, dan paling miskin. Semakin miskin seseorang cenderung untuk memberikan ASI
eksklusif 6 bulan.
Tabel 5.17 Distribusi Responden Menurut Berat Badan Lahir (BBL) Bayi dan Pemberian ASI
Eksklusif 6 Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,231 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian
ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok bayi yang lahir dengan berat badan lahir (BBL) normal
dengan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak Memberikan
n (%)
Kuintil kekayaan 0,042
Paling kaya 34 (26,2) 94 (73,8) 128 (100)
0,375
(0,18 – 0,78)
Lebih kaya 34 (27,5) 90 (72,5) 124 (100)
0,402
(0,186 – 0,866)
Menengah 31 (22,7) 105 (77,3) 136 (100)
0,311
(0,154-0,627)
Lebih miskin 39 (27,8) 100 (72,2) 139 (100)
0,407
(0,204-0,811)
Paling miskin 37 (48,6) 40 (51,4) 77 (100) 1
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak Memberikan
n (%)
Berat Badan Lahir 0,231 0,538
(0,192-1,506)
Normal 164 (28,3) 415 (71,7) 579 (100)
BBLR 11 (42,3) 14 (70,9) 25 (100)
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
17
Tabel 5.18 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Bayi dan Pemberian ASI Eksklusif 6
Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,419 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian
ASI eksklusif 6 bulan antara bayi yang berjenis kelamin laki-laki dengan yang berjenis kelamin
perempuan.
Tabel 5.19 Distribusi Responden Menurut Jenis Penggunaan KB dan Pemberian ASI Eksklusif 6
Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,834 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian
ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok yang menggunakan jenis KB bukan hormon, hormon, dan
tidak menggunakan KB.
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6
bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak
Memberikan
n (%)
Jenis kelamin bayi 0,419 0,821
(0,508-1,327)
Laki-laki 74 (26,7) 203 (73,3) 277 (100)
Perempuan 101 (30,7) 226 (69,3) 327(100)
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan
Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak
Memberikan
n (%)
Jenis Penggunaan KB 0,834
Bukan Hormon 13 (31,8) 27 (68,2) 40 (100)
1,303
(0,476-3,572)
Hormon 128 (29,4) 308 (70,6) 436 (100)
1,161
(0,656-2,054)
Tidak
Menggunakan 34 (26,4) 94 (73,6) 128 (100)
1
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
18
Tabel 5.20 Distribusi Responden Menurut Kunjungan ANC dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,52 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI
eksklusif 6 bulan antara ibu yang kunjungan ANC-nya 4 kali atau lebih dengan yang kunjungan
ANC-nya 0 sampai 3 kali.
Tabel 5.21 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,105 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian
ASI eksklusif 6 bulan antara ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan dengan ibu yang bersalin di
rumah.
Tabel 5.22 Distribusi Responden Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Pemberian ASI Eksklusif 6
Bulan
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak Memberikan
n (%)
Kunjungan ANC 0,52 0,795
(0,393-1,606)
4 kali atau
lebih 161 (28,6) 403 (71,4) 564 (100)
0 sampai 3
kali 14 (33,5) 26 (66,5) 40 (100)
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak Memberikan
n (%)
Tempat Persalinan 0,105 0,641
(0,374-1,101)
Fasilitas
Kesehatan 124 (26,7) 340 (73,3) 464 (100)
Rumah 51 (36,2) 89 (63,8) 140 (100)
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak Memberikan
n (%)
Daerah Tempat Tinggal 0,096 0,657
(0,4-1,08)
Urban 82 (25) 247 (75) 329 (100)
Rural 93 (33,6) 182 (66,4) 275 (100)
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
19
Dari hasil uji statistik p=0,096 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian
ASI eksklusif 6 bulan antara responden yang bertempat tinggal di daerah urban (perkotaan) dan
rural (pedesaan).
Tabel 5.23 Distribusi Responden Menurut Metode Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
Dari hasil uji statistik p=0,087 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian
ASI eksklusif 6 bulan antara responden yang bersalin secara normal dengan responden yang
bersalin secara sesar.
Tabel 5.24 Tabel Pemodelan Akhir Multivariat
Variabel B SE Sig OR 95% CI OR
IMD 3,085 0,454 0,0005 21,868 8,956-53,394
Pekerjaan ibu 0,547 0,285 0,05 1,717 0,986-3,026
Kuintil Kekayaan(1) -1,015 0,464 0,029 0,363 0,146-0,902
Kuintil Kekayaan(2) -1,159 0,403 0,004 0,314 0,142-0,693
Kuintil Kekayaan(3) -1,699 0,389 0,0005 0,183 0,085-0,393
Kuintil Kekayaan(4) -1,218 0,367 0,001 0,296 0,144-0,609
Berat badan lahir (BBL) bayi -1,07 0,525 0,042 0,343 0,122-0,962
Variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara
di Indonesia adalah IMD, pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi. Ibu
yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 21,868 kali lebih tinggi untuk
memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan inisiasi
menyusu dini setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir
(95% CI: 8,956 sampai dengan 53,394).
Pembahasan
Pada penelitian ini proporsi pemberian ASI eksklusif pada wanita primipara sebanyak 29%.
Angka tersebut menunjukan bahwa pemberian ASI eksklusif pada populasi ini di Indonesia lebih
tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Penelitian di Lebanon menunjukan bahwa
Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total
N (%)
P
Value
OR (95% CI)
Memberikan
n (%)
Tidak Memberikan
n (%)
Metode Persalinan 0,087 2,042
(0,888-4,693)
Normal 161 (30,6) 365 (69,4) 526 (100)
Sesar 14 (17,7) 64 (82,3) 78 (100)
Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
20
27,4% wanita primipara di Lebanon menyusui secara eksklusif (Hamade, Chaaya, Saiba, Chaaban,
dan Osman, 2013). Sementara itu, di Indonesia belum ada penelitian tentang ASI eksklusif pada
wanita primipara. Walaupun demikian, proporsi pemberian ASI eksklusif tersebut masih jauh dari
target Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu 80%.
Proporsi pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
pada wanita primipara sebesar 45,7%. Pada penelitian ini menunjukan bahwa ibu yang
melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 16,793 kali untuk memberikan ASI
eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD).
Sementara uji multivariat menunjukan bahwa ibu yang melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD)
memiliki peluang 21,868 kali untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu
yang tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) setelah dikontrol variabel pekerjaan ibu,
kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi. Hasil tersebut sejalan dengan Irwan (2008), Ida
(2012), Oktaria (2012), Apriana (2012), dan Hauck, Fenwick, Dhaliwal, dan Butt (2011).
Pemberian inisiasi menyusu dini (IMD) ini membangun refleks menghisap (Sucking Reflex)
pertama kali oleh bayi. Isapan bayi tersebut akan merangsang pembuatan dan pengeluaran oksitosin
pada ibu sehingga akan keluar air susu dari alveoli. Rangsangan isapan bayi tersebut juga mencegah
terjadinya kegagalan refleks let down yang nantinya akan mengakibatkan kegagalan menyusui.
Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan adalah pekerjaan ibu,
kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi. Ibu yang tidak bekerja memiliki peluang 1,717
kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang bekerja
setelah dikontrol oleh variabel inisiasi menyusu dini (IMD), kuintil kekayaan, dan berat badan lahir
bayi (95% CI: 0,986 sampai dengan 3,026). Hasil tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian pada
populasi umum yang dilakukan oleh Alemayehu, Haidar, dan Habte (2009), Utami (2012), dan
Martini (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif. Padahal, ibu yang tidak bekerja memiliki waktu luang yang lebih banyak daripada
ibu yang bekerja sehingga lebih memungkinkan untuk menyusui secara eksklusif bila dibandingkan
dengan ibu yang bekerja. Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kuintil kekayaan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara. Jika dilihat
menurut presentasenya, presentase terbesar yang memberikan ASI eksklusif 6 bulan yaitu pada
kuintil kekayaan lebih miskin. Sama halnya dengan hasil penelitian Alemayehu, Haidar, dan Habte
(2009) pada populasi umum yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kuintil kekayaan dengan
pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Pada penelitian ini ibu yang memiliki kuintil kekayaan yang
semakin kaya cenderung memiliki peluang yang kecil untuk melakukan ASI eksklusif 6 bulan.
Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara berat badan lahir (BBL)
bayi dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Enok
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
21
Nurliawati (2010) yang menunjukan bahwa berat badan lahir dan status kesehatan bayi tidak
berhubungan dengan produksi ASI. Pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) dapat meningkatkan status gizi.
Kesimpulan
Prevalensi inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada
wanita primipara yaitu hanya 29% dan 59%.
Ibu yang menyusui secara eksklusif 45,7% melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), 25,5%
pada ibu yang berumur 20 sampai 35 tahun, 23,5% ibu berpendidikan menengah atau tinggi
(tamat SMA atau PT), 32,4% ibu tidak bekerja, 26,2% ibu yang kuintil kekayaannya paling
kaya, 28,3% bayi dengan berat badan lahir normal, 26,7% bayi yang berjenis kelamin laki-
laki, 31,8% ibu dengan metode KB bukan hormon, 28,6% ibu yang kunjungan ANC-nya 4
kali atau lebih, 26,7% yang melahirkan di fasilitas kesehatan, 25% yang tinggal di urban
(perkotaan), dan 30,6% melakukan persalinan secara normal.
Ada hubungan antara inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan
pada wanita primipara. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang
21,868 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu
yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan ibu,
kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi (95% CI: 8,956 sampai dengan 53,394).
Selain dari inisiasi menyusu dini (IMD), faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif 6 bulan pada wanita primipara adalah pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat
badan lahir (BBL) bayi.
Saran
Melakukan pembuatan undang-undang dan pengawasan tentang kebijakan kewajiban
inisiasi menyusu dini (IMD) setelah persalinan pada setiap instansi rumah sakit.
Melakukan pembuatan undang-undang dan pengawasan tentang kebijakan kewajiban
melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali pada ibu hamil dan meningkatkan kualitas ANC
di setiap layanan kesehatan.
Mengeluarkan undang-undang dan kebijakan tentang penyediaan ruang menyusui di tempat
kerja dan di setiap fasilitas umum lainnya.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
22
Melakukan pengawasan menyusui terkait kebijakan rumah sakit sayang ibu dan anak serta
kebijakan 10 langkah keberhasilan menyusui baik ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
dan kelurahan.
Mengadakan pelatihan cara inisisiasi menyusu dini (IMD) secara rutin pada tenaga penolong
persalinan baik kepada tenaga kesehatan maupun dukun beranak.
Referensi
Agam, isnaini, Aminudin Syam, dan Citrakesumasari. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif di
kelurahan tamamaung kecamatan panakkukang kota makassar. Journal, . Januari 1, 2014. Universitas
Hassanudin. http://repository.unhas.ac.id.
Alemayehu, tewodros et al. 2009. Determinants of exclusive breastfeeding practices in
Ethiopia.http://ejhd.uib.no/ejhd%20v23-
n1/12%20%20Determinants%20of%20exclusive%20breastfeeding%20practices%20in%20Eth.pdf Maret 13,
2014. (Proquest) database.
Aprillia, yesie. 2010. Hipnostetri: Rileks, nyaman, dan aman saat hamil &melahirkan. Jakarta: Gagas Media.
Apriyana, neni. 2012. Faktor-faktor yng berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu bayi usia 6-12
bulan di Puskesmas Pasar Angin Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2012. [Skripsi]. FKM UI. Depok
Blaine, Rebecca. 1998. Diet, health practices, and variables associated with breastfeeding in Caucasian and asian
participants in the special supplemental food program for women, infants, and children: A comparative
study. [Tesis]. Master of science in Nutrition and food science. Utah state university.
Fikawati, Sandra dan Syafiq, Ahmad. 2010. Kajian implementasi dan kebijakan air susu ibu dengan inisiasi menyusu
dini di Indonesia. Mei 24, 2014. http://journal.ui.ac.id
Hamade, Haya et al. 2013. Determinants of exclusive breastfeeding in an urban population of primiparas in Lebanon: a
cross-sectional study. 13-702. Maret 23, 2014. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/702
Hamade, Haya et al. 2013. Determinants of exclusive breastfeeding in an urban population of primiparas in Lebanon: a
cross-sectional study. 13-702. Maret 23, 2014. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/702
Ida. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja puskesmas kemiri
muka kota Depok tahun 2011. [Tesis]. FKM UI. Depok.
Ida. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja puskesmas kemiri
muka kota Depok tahun 2011. [Tesis]. FKM UI. Depok.
Martini. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan di RS Esnawan Antariksa
tahun 2013. [Tesis]. URINDO
Musiskah. 2014. Pengalaman bu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas kelurahan
kembangan utara Jakarta Barat. [Skripsi].Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
23 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 33 tentang pemberian air susu ibu eksklusif. Maret 13, 2014.
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013/01/BUKU-PP-NO-33-2012_ASI__.pdf
Rahmad, 2010. Maret 13, 2014. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-22680-1309030051-Chapter1.pdf
Soetjiningsih. 1997. ASI: petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soetjiningsih. 1997. ASI: petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Utami, Hajijah Septia. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam praktek pemberian ASI
ekskusif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah tahun 2012. [Skripsi].
FKM UI. Depok
WHO. 2001. The World Health Organization's infant feeding recommendation. 1 Januari 1, 2014.
http://www.who.int/nutrition/topics/infantfeeding_recommendation/en/
Yuliarti, nurheti. 2010. Keajaiban ASI- Makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan, dan kelincahan si kecil.
Yogyakarta: Andi Offset.
Yusnita, vera. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) oleh bidan di 12
puskesmas Agam Timur wilayah kerja dinas kesehatan agam provinsi sumatera barat tahun 2012. [Skripsi].
FKM UI. Depok.
Yusnita, vera. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) oleh bidan di 12
puskesmas Agam Timur wilayah kerja dinas kesehatan agam provinsi sumatera barat tahun 2012. [Skripsi].
FKM UI. Depok.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014