hubungan antara pelaksanaan inisiasi menyusu dini …

23
1 HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6 BULAN PADA WANITA PRIMIPARA DI INDONESIA TAHUN 2012 (ANALISIS LANJUT SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2012) Ria Resti Agustina 1 , Sudijanto Kamso 2 1.Departemen Biostatistika, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16424 2.Departemen Biostatistika, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16424 E-mail: [email protected]/[email protected] Abstrak Walaupun manfaat pemberian ASI eksklusif sangat banyak terutama untuk ibu dan bayinya, prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dibawah target Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (80%). Permasalahan yang kerap di alami oleh wanita primipara adalah kegagalan proses let down yang menyebabkan tidak keluarnya ASI. Inisisasi menyusu dini (IMD) merupakan salah satu cara untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang memproduksi ASI. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dengan desain penelitian crossectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara di Indonesia. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 604 responden dengan kriteria inklusi adalah ibu primipara yang memiliki bayi berusia 6 sampai 12 bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 21,868 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (95% CI: 8,956 sampai dengan 53,394). Sementara itu, ibu yang tidak bekerja memiliki peluang 1,717 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang bekerja setelah dikontrol oleh variabel inisiasi menyusu dini (IMD), kuintil kekayaan, dan berat badan lahir bayi (95% CI: 0,986 sampai dengan 3,026). Pada variabel kuintil kekayaan semakin kaya cenderung memiliki peluang yang semakin kecil untuk melakukan pemberian ASI eksklusif dan pada variabel berat badan lahir (BBL) bayi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki peluang yang lebih banyak untuk memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, disarankan intervensi pemberian ASI eksklusif 6 bulan melalui inisiasi menyusu dini (IMD) pada wanita primipara oleh tenaga kesehatan perlu dilakukan di fasilitas kesehatan. Kata kunci: ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini (IMD), pekerjaan ibu Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

1

HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD)

DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6 BULAN PADA WANITA

PRIMIPARA DI INDONESIA TAHUN 2012 (ANALISIS LANJUT SURVEI

DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2012)

Ria Resti Agustina1, Sudijanto Kamso

2

1.Departemen Biostatistika, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia, Depok, 16424

2.Departemen Biostatistika, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia, Depok, 16424

E-mail: [email protected]/[email protected]

Abstrak

Walaupun manfaat pemberian ASI eksklusif sangat banyak terutama untuk ibu dan bayinya,

prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dibawah target Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia (80%). Permasalahan yang kerap di alami oleh wanita primipara adalah

kegagalan proses let down yang menyebabkan tidak keluarnya ASI. Inisisasi menyusu dini (IMD)

merupakan salah satu cara untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang memproduksi

ASI. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 dengan desain penelitian crossectional. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan

pada wanita primipara di Indonesia. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 604 responden

dengan kriteria inklusi adalah ibu primipara yang memiliki bayi berusia 6 sampai 12 bulan. Hasil

penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan inisiasi menyusu

dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini

(IMD) memiliki peluang 21,868 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan

dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini setelah dikontrol oleh

variabel pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (95% CI: 8,956 sampai dengan

53,394). Sementara itu, ibu yang tidak bekerja memiliki peluang 1,717 kali lebih tinggi untuk

memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang bekerja setelah dikontrol oleh

variabel inisiasi menyusu dini (IMD), kuintil kekayaan, dan berat badan lahir bayi (95% CI: 0,986

sampai dengan 3,026). Pada variabel kuintil kekayaan semakin kaya cenderung memiliki peluang

yang semakin kecil untuk melakukan pemberian ASI eksklusif dan pada variabel berat badan lahir

(BBL) bayi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki peluang yang lebih banyak

untuk memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, disarankan intervensi pemberian ASI eksklusif 6

bulan melalui inisiasi menyusu dini (IMD) pada wanita primipara oleh tenaga kesehatan perlu

dilakukan di fasilitas kesehatan.

Kata kunci: ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini (IMD), pekerjaan ibu

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

2

Abstract

Although benefit exclusive breastfeeding is so many especially for mother and his child, prevalence

of exclusive breasfeeding in Indonesia is still far from target of Ministry Health of Republic

Indonesia (80%). The problem in women population of primiparas is failed let down process that is

less of breastfeeding production. Breast carwl is stimulate excretion oksitosin hormone. This study

is a secondary data from data Indonesia Demographic Health Survey 2012 with crosssectional study

design. The study was conducted to determine the relationship of breast crawl and exclusive

breastfeeding sixth month in women population of primiparas in Indonesia. The number of sample

was obtain 604 with inclusion criteria which is mother of primiparas who have infant ages among 6

to 12 month. Result showed there is a relationship of breast crawl and exclusive breastfeeding sixth

month in women population of primiparas who have infant ages among 6 to 12 month. Mother of

primiparas who are breast crawl can increase 21,868 times higher for exclusive breastfeeding sixth

month compared with mother of primiparas who aren’t breast crawl after maternal employment,

wealth quintile, and birth weight infant variable controlled. Mother of primiparas who work can

increase 1,717 times higher for exclusive breastfeeding sixth month compared with mother of

primiparas who does not work after breast crawl, wealth quintile, and birth weight infant variable

controlled. Wealth quintile variable richer sloping to more be given exclusive breastfeeding sixth

month and birth weight infant variable, an infant with low weight have more many changes to be

given exclusive breastfeeding sixth month. Therefore, it’s suggestion to intervention exclusive

breastfeeding sixth month through breast crawl in women population of primiparas from health

labour in health facility.

Keywords: exclusive breastfeeding; breast crawl; maternal employment

Pendahuluan

Di negara berkembang termasuk di Indonesia, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan

sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan dengan menyusui (Agam, Syam, dan

Citra, -). Di Dunia, prevalensi pemberian ASI secara eksklusif masih rendah. Hasil penelitian di

Uganda pada bulan Agustus 2008 menunjukkan bahwa 49,8% ibu memberikan ASI eksklusif

kepada bayinya selama 6 bulan (Petit, 2008; Ida, 2012). Suatu hasil studi di Beirut menemukan rate

dari pemberian ASI selama sebulan sebesar 56% dan rate dari pemberian ASI selama 4 bulan

sebesar 24% (Hamade, Chaaya, Saiba, Chaaban, dan Osman, 2013). Presentase pemberian ASI

eksklusif di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara–negara berkembang lainnya. Berdasarkan

data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2007-2008, pemberian ASI eksklusif pada

bayi usia nol hingga enam bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% pada 2007

menjadi 56,2% pada 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam

bulan turun dari 28,6% pada 2007 menjadi 24,3% pada 2008. Sementara jumlah bayi di bawah

enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2003

(Rahmad, 2010). Selain itu menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 di Indonesia bayi

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 3: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

3

yang mendapat ASI hanya sebesar 15,3%. Namun, pada tahun 2012, terjadi penaikkan cakupan

pemberian ASI eksklusif yaitu menjadi 33,6% (SUSENAS, 2012). Menurut Nafsiah Mboi, Menteri

Kesehatan RI, ”Angka tersebut tidak banyak perbedaannya dengan capaian di negara lain di Asia

Tenggara”.

Pencapaian ASI Eksklusif 6 bulan bergantung pada keberhasilan inisiasi dalam satu jam

pertama. Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif 6 bulan memiliki pengaruh

yang positif pada kesehatan bayi (Blaine, 1998). Dengan melakukan Inisiasi menyusu dini (IMD),

ibu mempunyai peluang 8 kali lebih berhasil untuk memberikan ASI eksklusif sampai 4 atau 6

bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan IMD (Fikawati dan Syafiq, 2008; Yusnita,

2012). Penelitian yang mengkaitkan antara IMD dengan kesuksesan ASI eksklusif, antara lain pada

penelitian Fikawati dan Syafiq (2008), yang menyatakan bahwa bayi yang diberi kesempatan

menyusu dini dengan meletakkan bayi sampai terjadi kontak kulit ke kulit ibu setidaknya selama 1

jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi

kesempatan untuk menyusu dini hasilnya 59% dan 38%, sedangkan bayi yang tidak diberi

kesempatan menyusu dini pada umur yang sama sebesar 29% dan 8% yang masih disusui (Fikawati

dan Syafiq, 2008). Jilatan dan hisapan bayi pada puting susu ibu pada saat pertama kali setelah

kelahiran, dapat merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon

prolaktin berfungsi merangsang produksi ASI dan hormon oksitosin membuat ibu lebih tenang,

rileks, mencintai dan bahagia. Rangsangan awal terhadap pengeluaran hormon oksitosin sangat

mempengaruhi keberhasilan menyusui selanjutnya (Soetjiningsih, 1997).

Salah satu kegagalan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara ini yaitu tidak

keluarnya ASI dari payudara ibu karena kegagalan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD).

Sementara itu, kelompok wanita primipara merupakan kelompok wanita dengan pengetahuan

menyusui yang rendah bila dibandingkan dengan wanita multipara (Musiskah, 2013). Pengetahuan

tentang cara menyusui yang benar dan posisi menyusui yang tepat menjadi salah satu penyebab

lecetnya payudara karena kesalahan dalam cara dan posisi menyusui. Lecetnya payudara tersebut

merupakan salah satu penyebab kegagalan proses let down (Soetjiningsih, 1997). Inisiasi menyusu

dini (IMD) juga menurunkan presentase kegagalan proses let down yang berakibat gagalnya

pemberian ASI (Soetjiningsih, 1997). Terkait dengan data di atas, peneliti ingin meneliti hubungan

antara pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada

wanita primipara di Indonesia tahun 2012.

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 4: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

4

Tinjauan Teoritis

Upaya pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari

empat sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yaitu menurunnya

angka kematian bayi dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak (Utami, 2012). Hal tersebut

sesuai pada rekomendasi WHO dan UNICEF untuk mengendalikan angka kematian bayi. Dalam

Global Strategi on Infant and Young Child Feeding (2002), WHO dan UNICEF merekomendasikan

bahwa pola makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun adalah:

a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada sejam setelah kelahiran.

b. Memberikan ASI eksklusif kepada bayi lahir sampai usia 6 bulan.

c. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berumur lebih dari 6 bulan.

d. Meneruskan pemberian ASI sampai anak usia 2 tahun atau lebih.

Pola pemberian makan terbaik untuk bayi tersebut juga termuat dalam peraturan pemerintah

Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012.

Pada proses pembentukan air susu terjadi 2 refleks yaitu refleks prolaktin dan refleks let

down (Lawrence RA, 1988 dan 1995 dalam Soetjiningsih, 1997).

- Refleks Prolaktin

Pada masa akhir kehamilan, hormon prolaktin akan memproduksi kolostrum. Namun,

jumlah produksi kolostrum masih terbatas karena terhambat oleh hormon estrogen dan progesteron.

Setelah terjadi persalinan, plasenta akan terlepas dan fungsi korpus luteum akan berkurang sehingga

menyebabkan jumlah hormon estrogen dan progesteron berkurang. Rangsangan isapan putting susu

dan kalang payudara oleh bayi juga akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berlanjut ke

hipotalamus melalui medulla spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus tersebut akan memacu

sekresi prolaktin dan menekan faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin. Hormon tersebut

merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin tersebut normal

setelah 3 bulan melahirkan walaupun terdapat isapan bayi. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan

meningkat pada keadaan stress/pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan putting susu,

hubungan kelamin, obat-obatan tranquelizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin, fenotiazid.

Sementara sekresi prolaktin akan terhambat jika gizi ibu burukdan obat-obatan seperti ergot, I-

dopa.

- Refleks Let Down

Rangsangan isapan bayi tidak hanya pada pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, namun juga

dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang memberi rangsangan pada sekresi oksitosin.

Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel

tersebut akan memeras air susu dan mengalir melalui duktus laktiferus sehingga dapat masuk ke

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

5

mulut bayi. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi,

mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sementara itu,

faktor-faktor yang dapat menghambat refleks let down adalah stress (keadaan bingung, pikiran

kacau, takut, cemas, merasa sakit atau malu ketika menyusui, dan cemas (Soetjiningsih, 1997).

Gambar 2.1 Skema Akibat Kegagalan Refleks Let Down

Sumber: Jellife DB, 1978; Soetjiningsih, 1997

ketika refleks let down tidak sempurna, kebutuhan bayi yang haus tidak terpenuhi dan

merasa tidak puas sehingga bayi tersebut menambah kuat isapannya sehingga menyebabkan puting

susu ibu menjadi lecet. Lecetnya putting susu tersebut menimbulkan rasa sakit. Selain itu, jika tidak

dijaga kebersihannya akan menimbulkan invasi bakteri yang menyebabkan abses payudara sehingga

payudara mengalami pembengkakan. Hal tersebut menimbulkan stress pada ibu. Tangisan bayi juga

membuat ibu cemas dan kurang percaya diri sehingga menambah stress yang dapat menyebabkan

kegagalan menyusui. Kegagalan refleks let down tersebut membentuk lingkaran tertutup (circulus

vitiosus) yang dapat dilihat pada skema 2.1 di atas.

Pembentukan hormon prolaktin di adenohipofise dipengaruhi oleh rangsangan hipotalamus

yang dipengaruhi oleh sekresi estrogen, progesteron, rangsangan isapan bayi, faktor penghambat

Sakit Puting susu lecet

Sakit

Puting susu luka

Bayi yang haus

dan tidak puas

Refleks let down

yang tidak

sempurna

Invasi bakteri

Cemas,

ketidakpasti

an, kurang

menarik

Payudara yang

membengkak Abses payudara

Kegagalan

menyusui

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

6

lainnya dan faktor pemicu lainnya. apabila rangsangan isapan bayi atau frekuensi isapan berkurang

maka pelepasan prolaktin dari hipofise juga akan berkurang sehingga air susu pun akan berkurang.

Selain itu, sekresi hormon prolaktin juga dipengaruhi beberapa bahan seperti dopamine, serotonin,

katekolamin, dan TSH. Isapan bayi tidak hanya mempengaruhi sekresi hormon prolaktin tetapi juga

mempengaruhi sekresi hormon oksitosin. Selain isapan bayi, yang mempengaruhi sekresi hormon

oksitosin adalah reseptor pada sistem duktus. Bila duktus melebar atau melunak maka hormon

oksitosin akan disekresikan untuk memeras keluar air susu dari alveoli. Interaksi antar hormon

selama menyusui dapat dilihat pada skema 2.2 di atas (Soetjiningsih, 1997).

Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan kegiatan menyusui di awal kelahiran (memberikan

kolostrum) dengan adanya kontak kulit antar ibu dan bayinya yaitu dengan cara meletakan bayi

pada dada ibunya dan membiarkannya merangkak mencari puting ibunya sesudah kelahiran hingga

satu jam setelah kelahiran (www.aliveandthrive.org). Inisiasi menyusu dini (IMD) ini seringkali

dinamakan merangkak mencari payudara atau breastcrawl. Hal tersebut senada dengan pengertian

inisiasi menyusu dini (IMD) menurut UNICEF, inisiasi menyusu dini (IMD) adalah kondisi ketika

bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir, yaitu ketika bayi memiliki kemampuan untuk dapat

menyusu sendiri, dengan kriteria terjadi kontak kulit ibu dan kulit bayi setidaknya dalam waktu 60

menit pertama setelah bayi lahir (http://www.indonesian-publichealth.com, 2013). Isapan pertama

bayi ini menimbulkan rangsangan stimulus terhadap pembentukan ASI sehingga berkemungkinan

besar untuk melanjutkannya hingga ASI eksklusif 6 bulan.

Menurut Aprillia (2010) beberapa hal yang menyebabkan bayi mampu menemukan sendiri

puting ibunya dan mulai menyusu adalah sebagai berikut:

a. Sensory Input

Sensory input terdiri dari 5 panca indra manusia yaitu indra penglihatan, indra penciuman,

indra pendengaran, indra peraba, dan indra pengecap. Bayi yang baru lahir baru dapat mengenal

pola hitam dan putih sehingga bayi mudah mengenali puting ibunya karena berwana gelap pada

bagian aerola payudaranya. Pada indra penciuman, bayi sensitif terhadap bau khas ibunya setelah

melahirkan. Cairan amnion memiliki bau yang sama dengan cairan kolostrum yang disekresi ibu

melalui puting setelah melahirkan sehingga merangsang bayi untuk merangkak menuju puting ibu

tersebut (Radhakrishnan, 2012; Aprillia, 2010). Pada indra pendengaran yang bekerja, bayi mampu

mengenali suara ibunya sejak dalam kandungan. Pada indra peraba, kontak kulit antara bayi dan ibu

akan memberikan kehangatan. Pada indra pengecap, bayi mampu merasakan cairan amniotik yang

ada pada jari-jari tangannya sehingga ia suka menjilati jari-jari tangannya.

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

7

b. Central Component

Bayi yang baru lahir memiliki kemampuan otak yang dapat digunakan untuk mengenali

lingkungan barunya dan lingkungan yang paling dikenalinya adalah tubuh ibunya sehingga

rangsangan tersebut harus segera dilakukan.

c. Motor Outputs

Motor outputs dalam inisiasi menyusu dini (IMD) ini terdiri dari kontak kulit antara bayi

dengan ibunya (skin to skin) dan upaya menyusu (sucking).

Menurut Yuliarti (2010) manfaat inisiasi menyusu dini meliputi:

a. Pada saat melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), bayi berada di atas rahim ibunya. Hal

tersebut dapat mengurangi pendarahan dan mendorong pelepasan plasenta serta mengecilkan

rahim ibu.

b. Kontak kulit langsung antara bayi dan ibu akan meningkatkan jalinan kasih sayang.

c. Bayi yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) ambang nyerinya akan meningkat

sehingga tidak mudah sakit.

d. Kemampuan bergeraknya bayi baru lahir menuju puting ibunya hingga berhasil

menghisapnya akan merangsang oksitosin keluar melalui kelenjar pituitari dan membantu

sekresi prolaktin.

Metode

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain

penelitian crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12

bulan pada kelahiran pertama. Populasi studi adalah ibu yang memiliki bayi 6-12 bulan dengan

kriteria sebagai berikut:

- Kriteria inklusi

- Wanita primipara

- Ibu yang memiliki bayi pada usia 6 sampai 12 bulan

- Ibu yang melahirkan secara normal atau sesar

- Ibu yang tinggal di Indonesia tahun 2012

- Kriteria Eksklusi

- Ibu yang memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan IMD (HIV,

sifilis, HTLV I-II, gangguan hemodinamik)

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

8

- Tidak bersedia menjadi responden

- Kriteria drop out

- Ibu yang melahirkan bayi saat masa kehamilannya lebih dari 42 minggu

- Ibu yang bayinya mengalami lahir mati

- Ibu yang bayinya kembar

Sampel penelitian ini adalah semua sampel yang tercakup pada SDKI 2012 yang memenuhi kriteria

inklusi, eksklusi, dan drop out. Sampel dalam penelitian ini adalah 604. Kemudian, dengan

menggunakan software “sample size 2.0”, P1= 0,457 dan P2=0,048 dan jumlah

maka didapatkan bahwa kekuatan uji pada penelitian ini adalah 91,35%.Data dalam SDKI tersebut

dikumpulkan melalui kuesioner dengan metode wawancara terarah. Variabel yang diambil hanya

beberapa variabel yang terkait dengan hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif 6

bulan pada wanita primipara. Variabel tersebut meliputi variabel dependen ASI eksklusif, variabel

independen inisiasi menyusu dini (IMD), dan variabel konfounding yang terdiri dari karakteristik

ibu (Umur Ibu, pendidikan Ibu, pekerjaan Ibu, kuintil kekayaan), karakteristik bayi (berat badan

lahir (BBL) bayi dan jenis kelamin bayi), jenis penggunaan KB, kunjungan ANC, tempat

persalinan, daerah tempat tinggal, dan metode persalinan. Analisis data pada penelitian ini meliputi

kompleks sampel analisis univariat, bivariat, dan multiariat model faktor resiko.

Hasil

Gambar 5.1 Diagram Presentase Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Yang Berumur 0 sampai 6

Bulan dan Bayi Yang Berumur 6 Bulan di Indonesia Tahun 2004-2008 Sumber: Susenas 2004–2009 dalam http://www.gizikia.depkes.go.id

58,9 59,7 64,1 62,2 56,2

19,5 26,3 25,5 28,6 24,3

2004 2005 2006 2007 2008

Diagram Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi yang

Berusia 0 sampai 6 Bulan dan Bayi yang Berusia 6

Bulan di Indonesia pada Tahun 2004 - 2008

ASI Eksklusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan

ASI eksklusif pada bayi usia 6 bulan

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

9

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi yang

berumur 0 sampai 6 bulan dan bayi yang berumur 6 bulan di Indonesia tahun 2004 sampai tahun

2008 mengalami kenaikan dan penurunan. Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0

sampai 6 bulan dari tahun 2004 sampai tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu berturut-turut adalah

58,9%, 59,7%, dan 64,1%. Sementara Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0 sampai 6

bulan pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan yaitu berturut-turut adalah 62,2% dan

56,2%. Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 6 bulan pada tahun 2004 sebanyak 19,5%,

kemudian mengalami kenaikan menjadi 26,3% di tahun 2005, kemudian mengalami penurunan

menjadi 25,5% pada tahun 2006, kemudian mengalami kenaikan menjadi 28,6% pada tahun 2007,

kemudian mengalami penurunan menjadi 24,3% pada tahun 2008.

Gambar 5.2 Diagram Distribusi Responden Menurut Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI

eksklusif 6 bulan yaitu 71%. Sementara itu, proporsi pemberian ASI eksklusif 6 bulan hanya

sebesar 29%.

29%

71%

Proporsi Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan

Memberikan ASI eksklusif

Tidak memberikan ASI eksklusif

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

10

Gambar 5.3 Diagram Distribusi Responden Menurut Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden melakukan inisiasi menyusu

dini (IMD) yaitu 59%. Sementara itu, proporsi responden yang tidak melakukan inisiasi menyusu

dini (IMD) sebanyak 41%.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu

Variabel Umur Ibu Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

20 sampai 35 tahun 525 86,8

Kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun 79 13,2

Total 604 100

Rata-rata umur responden dalam penelitian ini adalah 24 tahun. Umur responden pada

penelitian ini yang paling muda adalah 16 tahun sedangkan umur yang paling tua adalah 40 tahun.

Sebagian besar responden berumur 20 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 525 orang (86,8%).

Sementara responden yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun sebanyak 79

orang (13,2%).

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu

Variabel Pendidikan Ibu Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) 280 46,4

Rendah (tidak tamat SD atau tamat SMP) 324 53,6

Total 604 100

59%

41%

Proporsi Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD Tidak IMD

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

11

Pada penelitian ini sebagian besar responden adalah yang berpendidikan rendah (tidak tamat

SD atau tamat SMP) sebanyak 324 orang (53,6%). Sementara responden yang berpendidikan

menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) yaitu sebanyak 280 orang (46,4%).

Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu

Variabel Pekerjaan Ibu Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Bekerja 361 59,8

Tidak bekerja 243 40,2

Total 604 100

Berdasarkan pekerjaan ibu diperoleh bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini

adalah yang bekerja yaitu sebanyak 361 orang (59,8%). Sementara responden yang tidak bekerja

sebanyak 243 orang (40,2%).

Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Kuintil Kekayaan

Variabel Kuintil Kekayaan Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Paling Kaya 128 21,2

Lebih Kaya 124 20,6

Menengah 136 22,6

Lebih Miskin 139 22,9

Paling Miskin 77 12,8

Total 604 100

Pada penelitian ini, responden yang paling banyak pada kuintil kekayaan lebih miskin yaitu

sebanyak 139 orang (22,9%). Sementara itu, pada kuintil kekayaaan pada paling kaya sebanyak 128

orang (21,2%), lebih kaya sebanyak 124 orang (20,6%), menengah sebanyak 136 orang (22,6%),

dan paling miskin sebanyak 77 orang (12,8%).

Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Berat Badan Lahir (BBL) Bayi

Variabel Berat Badan Lahir Bayi Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Normal 579 95,8

BBLR 25 4,2

Total 604 100

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

12

Pada penelitian ini sebagian besar responden dengan berat badan lahir bayi normal yaitu

sebanyak 579 orang (95,8%). Sementara responden dengan berat badan lahir rendah (BBLR) pada

bayi sebanyak 25 orang (4,2%).

Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Bayi

Variabel Jenis Kelamin Bayi Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Laki-laki 277 45,8

Perempuan 327 54,2

Total 604 100

Berdasarkan jenis kelamin bayi, sebagian besar responden pada penelitian ini adalah

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 327 orang (54,2%). Sementara responden dengan jenis

kelamin bayi laki-laki sebanyak 277 orang (45,8%).

Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Jenis Penggunaan KB

Variabel Jenis Penggunaan KB Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Bukan Hormon 40 6,6

Hormon 437 72,3

Tidak menggunakan 127 21,1

Total 604 100

Pada penelitian ini sebagian besar responden menggunakan jenis KB hormon yaitu sebanyak

437 orang (72,3%). Sementara responden yang menggunakan KB berjenis bukan hormon sebanyak

40 orang (6,6%) dan responden yang tidak menggunakan KB jenis apapun sebanyak 127 orang

(21,1%).

Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Kunjungan ANC

Variabel Kunjungan ANC Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

4 kali atau lebih 564 93,5

0 sampai 3 kali 40 6,5

Total 604 100

Pada penelitian ini sebagian besar responden melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih

yaitu sebanyak 564 orang (93,5%). Sementara responden yang melakukan kunjungan ANC 0

sampai 3 kali sebanyak 40 orang (6,5%).

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

13

Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan

Variabel Tempat Persalinan Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Fasilitas Kesehatan 464 76,8

Rumah 140 23,2

Total 604 100

Pada penelitian ini sebagian besar responden melakukan persalinannya di fasilitas kesehatan

yaitu sebanyak 464 orang (76,8%). Sementara responden yang melakukan persalinannya di rumah

sebanyak 140 orang (23,2%).

Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Tipe Daerah Tempat Tinggal

Variabel Tipe Daerah Tempat

Tinggal

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Urban 329 54,4

Rural 275 45,6

Total 604 100

Pada penelitian ini, sebagian besar responden bertempat tinggal di daerah urban yaitu

sebanyak 329 orang (54,4). Responden yang bertempat tinggal di daerah rural sebanyak 275 orang

(45,6%).

Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Metode Persalinan

Variabel Tipe Daerah Tempat

Tinggal

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Normal 525 87

Sesar 79 13

Total 604 100

Pada penelitian ini, sebagian besar responden bersalin secara normal yaitu sebanyak 525

orang (87%). Sementara itu, responden yang bersalin secara sesar sebanyak 79 orang (13%).

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

14

Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Pemberian ASI

Eksklusif 6 Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,0005 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI

eksklusif 6 bulan antara responden yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan yang tidak

melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Diperoleh pula nilai OR=16,793 artinya ibu yang

melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 16,793 kali untuk memberikan ASI

eksklusif 6 bulan dibandingkan ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini (IMD).

Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,001 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI

eksklusif 6 bulan antara responden pada kelompok umur 20 sampai 35 tahun dengan responden

pada kelonpok umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Ibu yang berusia 20 sampai 35

tahun memiliki peluang 0,328 kali untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan

ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak Memberikan

n (%)

Inisiasi Menyusu Dini 0,0005 16,793

(7,486–37,671)

IMD 163 (45,7) 193 (54,3) 356 (100)

Tidak IMD 12 (4,8) 236 (95,2) 248 (100)

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak Memberikan

n (%)

Umur Ibu 0,001 0,328

(0,164-0,653)

20 sampai 35 tahun 134 (25,5) 390 (74,5) 525 (100)

Kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun 41 (15,6) 39 (84,4) 80(100)

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

15

Tabel 5.14 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,043 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI

eksklusif 6 bulan antara kelompok pendidikan menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) dengan

tidak tamat SD atau tamat SMP). Ibu yang berpendidikan menengah atau tinggi (tamat SMA atau

PT) memiliki peluang 0,609 untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu

yang berpendidikan rendah (tidak tamat SD atau tamat SMP).

Tabel 5.15 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,075 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian

ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok ibu yang bekerja dengan kelompok ibu yang tidak bekerja.

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6

bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak

Memberikan

n (%)

Pendidikan Ibu 0,043 0,609

(0,376-0,986)

Menengah atau tinggi

(tamat SMA atau PT) 66 (23,5) 214 (76,5) 280 (100)

Rendah (tidak tamat SD

atau tamat SMP 109 (33,6) 215 (66,4) 324 (100)

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6

bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak

Memberikan

n (%)

Pekerjaan Ibu 0,075 1,544

( 0,956–2,494)

Tidak Bekerja 117 (32,4) 244 (67,6) 361 (100)

bekerja 58 (23,7) 185 (76,3) 243 (100)

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

16

Tabel 5.16 Distribusi Responden Menurut Kuintil Kekayaan dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,042 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI

eksklusif 6 bulan antara kelompok dengan kuintil kekayaan paling kaya, lebih kaya, menengah,

lebih miskin, dan paling miskin. Semakin miskin seseorang cenderung untuk memberikan ASI

eksklusif 6 bulan.

Tabel 5.17 Distribusi Responden Menurut Berat Badan Lahir (BBL) Bayi dan Pemberian ASI

Eksklusif 6 Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,231 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian

ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok bayi yang lahir dengan berat badan lahir (BBL) normal

dengan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak Memberikan

n (%)

Kuintil kekayaan 0,042

Paling kaya 34 (26,2) 94 (73,8) 128 (100)

0,375

(0,18 – 0,78)

Lebih kaya 34 (27,5) 90 (72,5) 124 (100)

0,402

(0,186 – 0,866)

Menengah 31 (22,7) 105 (77,3) 136 (100)

0,311

(0,154-0,627)

Lebih miskin 39 (27,8) 100 (72,2) 139 (100)

0,407

(0,204-0,811)

Paling miskin 37 (48,6) 40 (51,4) 77 (100) 1

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak Memberikan

n (%)

Berat Badan Lahir 0,231 0,538

(0,192-1,506)

Normal 164 (28,3) 415 (71,7) 579 (100)

BBLR 11 (42,3) 14 (70,9) 25 (100)

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

17

Tabel 5.18 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Bayi dan Pemberian ASI Eksklusif 6

Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,419 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian

ASI eksklusif 6 bulan antara bayi yang berjenis kelamin laki-laki dengan yang berjenis kelamin

perempuan.

Tabel 5.19 Distribusi Responden Menurut Jenis Penggunaan KB dan Pemberian ASI Eksklusif 6

Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,834 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian

ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok yang menggunakan jenis KB bukan hormon, hormon, dan

tidak menggunakan KB.

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6

bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak

Memberikan

n (%)

Jenis kelamin bayi 0,419 0,821

(0,508-1,327)

Laki-laki 74 (26,7) 203 (73,3) 277 (100)

Perempuan 101 (30,7) 226 (69,3) 327(100)

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan

Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak

Memberikan

n (%)

Jenis Penggunaan KB 0,834

Bukan Hormon 13 (31,8) 27 (68,2) 40 (100)

1,303

(0,476-3,572)

Hormon 128 (29,4) 308 (70,6) 436 (100)

1,161

(0,656-2,054)

Tidak

Menggunakan 34 (26,4) 94 (73,6) 128 (100)

1

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

18

Tabel 5.20 Distribusi Responden Menurut Kunjungan ANC dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,52 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI

eksklusif 6 bulan antara ibu yang kunjungan ANC-nya 4 kali atau lebih dengan yang kunjungan

ANC-nya 0 sampai 3 kali.

Tabel 5.21 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,105 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian

ASI eksklusif 6 bulan antara ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan dengan ibu yang bersalin di

rumah.

Tabel 5.22 Distribusi Responden Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Pemberian ASI Eksklusif 6

Bulan

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak Memberikan

n (%)

Kunjungan ANC 0,52 0,795

(0,393-1,606)

4 kali atau

lebih 161 (28,6) 403 (71,4) 564 (100)

0 sampai 3

kali 14 (33,5) 26 (66,5) 40 (100)

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak Memberikan

n (%)

Tempat Persalinan 0,105 0,641

(0,374-1,101)

Fasilitas

Kesehatan 124 (26,7) 340 (73,3) 464 (100)

Rumah 51 (36,2) 89 (63,8) 140 (100)

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak Memberikan

n (%)

Daerah Tempat Tinggal 0,096 0,657

(0,4-1,08)

Urban 82 (25) 247 (75) 329 (100)

Rural 93 (33,6) 182 (66,4) 275 (100)

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

19

Dari hasil uji statistik p=0,096 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian

ASI eksklusif 6 bulan antara responden yang bertempat tinggal di daerah urban (perkotaan) dan

rural (pedesaan).

Tabel 5.23 Distribusi Responden Menurut Metode Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan

Dari hasil uji statistik p=0,087 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian

ASI eksklusif 6 bulan antara responden yang bersalin secara normal dengan responden yang

bersalin secara sesar.

Tabel 5.24 Tabel Pemodelan Akhir Multivariat

Variabel B SE Sig OR 95% CI OR

IMD 3,085 0,454 0,0005 21,868 8,956-53,394

Pekerjaan ibu 0,547 0,285 0,05 1,717 0,986-3,026

Kuintil Kekayaan(1) -1,015 0,464 0,029 0,363 0,146-0,902

Kuintil Kekayaan(2) -1,159 0,403 0,004 0,314 0,142-0,693

Kuintil Kekayaan(3) -1,699 0,389 0,0005 0,183 0,085-0,393

Kuintil Kekayaan(4) -1,218 0,367 0,001 0,296 0,144-0,609

Berat badan lahir (BBL) bayi -1,07 0,525 0,042 0,343 0,122-0,962

Variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara

di Indonesia adalah IMD, pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi. Ibu

yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 21,868 kali lebih tinggi untuk

memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan inisiasi

menyusu dini setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir

(95% CI: 8,956 sampai dengan 53,394).

Pembahasan

Pada penelitian ini proporsi pemberian ASI eksklusif pada wanita primipara sebanyak 29%.

Angka tersebut menunjukan bahwa pemberian ASI eksklusif pada populasi ini di Indonesia lebih

tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Penelitian di Lebanon menunjukan bahwa

Variabel Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Total

N (%)

P

Value

OR (95% CI)

Memberikan

n (%)

Tidak Memberikan

n (%)

Metode Persalinan 0,087 2,042

(0,888-4,693)

Normal 161 (30,6) 365 (69,4) 526 (100)

Sesar 14 (17,7) 64 (82,3) 78 (100)

Total 175 (28,9) 429 (71,1) 604 (100)

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

20

27,4% wanita primipara di Lebanon menyusui secara eksklusif (Hamade, Chaaya, Saiba, Chaaban,

dan Osman, 2013). Sementara itu, di Indonesia belum ada penelitian tentang ASI eksklusif pada

wanita primipara. Walaupun demikian, proporsi pemberian ASI eksklusif tersebut masih jauh dari

target Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu 80%.

Proporsi pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)

pada wanita primipara sebesar 45,7%. Pada penelitian ini menunjukan bahwa ibu yang

melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 16,793 kali untuk memberikan ASI

eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD).

Sementara uji multivariat menunjukan bahwa ibu yang melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD)

memiliki peluang 21,868 kali untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu

yang tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) setelah dikontrol variabel pekerjaan ibu,

kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi. Hasil tersebut sejalan dengan Irwan (2008), Ida

(2012), Oktaria (2012), Apriana (2012), dan Hauck, Fenwick, Dhaliwal, dan Butt (2011).

Pemberian inisiasi menyusu dini (IMD) ini membangun refleks menghisap (Sucking Reflex)

pertama kali oleh bayi. Isapan bayi tersebut akan merangsang pembuatan dan pengeluaran oksitosin

pada ibu sehingga akan keluar air susu dari alveoli. Rangsangan isapan bayi tersebut juga mencegah

terjadinya kegagalan refleks let down yang nantinya akan mengakibatkan kegagalan menyusui.

Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan adalah pekerjaan ibu,

kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi. Ibu yang tidak bekerja memiliki peluang 1,717

kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang bekerja

setelah dikontrol oleh variabel inisiasi menyusu dini (IMD), kuintil kekayaan, dan berat badan lahir

bayi (95% CI: 0,986 sampai dengan 3,026). Hasil tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian pada

populasi umum yang dilakukan oleh Alemayehu, Haidar, dan Habte (2009), Utami (2012), dan

Martini (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian

ASI eksklusif. Padahal, ibu yang tidak bekerja memiliki waktu luang yang lebih banyak daripada

ibu yang bekerja sehingga lebih memungkinkan untuk menyusui secara eksklusif bila dibandingkan

dengan ibu yang bekerja. Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kuintil kekayaan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara. Jika dilihat

menurut presentasenya, presentase terbesar yang memberikan ASI eksklusif 6 bulan yaitu pada

kuintil kekayaan lebih miskin. Sama halnya dengan hasil penelitian Alemayehu, Haidar, dan Habte

(2009) pada populasi umum yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kuintil kekayaan dengan

pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Pada penelitian ini ibu yang memiliki kuintil kekayaan yang

semakin kaya cenderung memiliki peluang yang kecil untuk melakukan ASI eksklusif 6 bulan.

Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara berat badan lahir (BBL)

bayi dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Enok

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

21

Nurliawati (2010) yang menunjukan bahwa berat badan lahir dan status kesehatan bayi tidak

berhubungan dengan produksi ASI. Pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan berat badan lahir

rendah (BBLR) dapat meningkatkan status gizi.

Kesimpulan

Prevalensi inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada

wanita primipara yaitu hanya 29% dan 59%.

Ibu yang menyusui secara eksklusif 45,7% melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), 25,5%

pada ibu yang berumur 20 sampai 35 tahun, 23,5% ibu berpendidikan menengah atau tinggi

(tamat SMA atau PT), 32,4% ibu tidak bekerja, 26,2% ibu yang kuintil kekayaannya paling

kaya, 28,3% bayi dengan berat badan lahir normal, 26,7% bayi yang berjenis kelamin laki-

laki, 31,8% ibu dengan metode KB bukan hormon, 28,6% ibu yang kunjungan ANC-nya 4

kali atau lebih, 26,7% yang melahirkan di fasilitas kesehatan, 25% yang tinggal di urban

(perkotaan), dan 30,6% melakukan persalinan secara normal.

Ada hubungan antara inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan

pada wanita primipara. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang

21,868 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu

yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan ibu,

kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi (95% CI: 8,956 sampai dengan 53,394).

Selain dari inisiasi menyusu dini (IMD), faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif 6 bulan pada wanita primipara adalah pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat

badan lahir (BBL) bayi.

Saran

Melakukan pembuatan undang-undang dan pengawasan tentang kebijakan kewajiban

inisiasi menyusu dini (IMD) setelah persalinan pada setiap instansi rumah sakit.

Melakukan pembuatan undang-undang dan pengawasan tentang kebijakan kewajiban

melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali pada ibu hamil dan meningkatkan kualitas ANC

di setiap layanan kesehatan.

Mengeluarkan undang-undang dan kebijakan tentang penyediaan ruang menyusui di tempat

kerja dan di setiap fasilitas umum lainnya.

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

22

Melakukan pengawasan menyusui terkait kebijakan rumah sakit sayang ibu dan anak serta

kebijakan 10 langkah keberhasilan menyusui baik ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,

dan kelurahan.

Mengadakan pelatihan cara inisisiasi menyusu dini (IMD) secara rutin pada tenaga penolong

persalinan baik kepada tenaga kesehatan maupun dukun beranak.

Referensi

Agam, isnaini, Aminudin Syam, dan Citrakesumasari. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif di

kelurahan tamamaung kecamatan panakkukang kota makassar. Journal, . Januari 1, 2014. Universitas

Hassanudin. http://repository.unhas.ac.id.

Alemayehu, tewodros et al. 2009. Determinants of exclusive breastfeeding practices in

Ethiopia.http://ejhd.uib.no/ejhd%20v23-

n1/12%20%20Determinants%20of%20exclusive%20breastfeeding%20practices%20in%20Eth.pdf Maret 13,

2014. (Proquest) database.

Aprillia, yesie. 2010. Hipnostetri: Rileks, nyaman, dan aman saat hamil &melahirkan. Jakarta: Gagas Media.

Apriyana, neni. 2012. Faktor-faktor yng berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu bayi usia 6-12

bulan di Puskesmas Pasar Angin Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2012. [Skripsi]. FKM UI. Depok

Blaine, Rebecca. 1998. Diet, health practices, and variables associated with breastfeeding in Caucasian and asian

participants in the special supplemental food program for women, infants, and children: A comparative

study. [Tesis]. Master of science in Nutrition and food science. Utah state university.

Fikawati, Sandra dan Syafiq, Ahmad. 2010. Kajian implementasi dan kebijakan air susu ibu dengan inisiasi menyusu

dini di Indonesia. Mei 24, 2014. http://journal.ui.ac.id

Hamade, Haya et al. 2013. Determinants of exclusive breastfeeding in an urban population of primiparas in Lebanon: a

cross-sectional study. 13-702. Maret 23, 2014. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/702

Hamade, Haya et al. 2013. Determinants of exclusive breastfeeding in an urban population of primiparas in Lebanon: a

cross-sectional study. 13-702. Maret 23, 2014. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/702

Ida. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja puskesmas kemiri

muka kota Depok tahun 2011. [Tesis]. FKM UI. Depok.

Ida. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja puskesmas kemiri

muka kota Depok tahun 2011. [Tesis]. FKM UI. Depok.

Martini. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan di RS Esnawan Antariksa

tahun 2013. [Tesis]. URINDO

Musiskah. 2014. Pengalaman bu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas kelurahan

kembangan utara Jakarta Barat. [Skripsi].Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif

Hidayatullah. Jakarta

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014

Page 23: HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI …

23 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 33 tentang pemberian air susu ibu eksklusif. Maret 13, 2014.

http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013/01/BUKU-PP-NO-33-2012_ASI__.pdf

Rahmad, 2010. Maret 13, 2014. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-22680-1309030051-Chapter1.pdf

Soetjiningsih. 1997. ASI: petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Soetjiningsih. 1997. ASI: petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Utami, Hajijah Septia. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam praktek pemberian ASI

ekskusif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah tahun 2012. [Skripsi].

FKM UI. Depok

WHO. 2001. The World Health Organization's infant feeding recommendation. 1 Januari 1, 2014.

http://www.who.int/nutrition/topics/infantfeeding_recommendation/en/

Yuliarti, nurheti. 2010. Keajaiban ASI- Makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan, dan kelincahan si kecil.

Yogyakarta: Andi Offset.

Yusnita, vera. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) oleh bidan di 12

puskesmas Agam Timur wilayah kerja dinas kesehatan agam provinsi sumatera barat tahun 2012. [Skripsi].

FKM UI. Depok.

Yusnita, vera. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) oleh bidan di 12

puskesmas Agam Timur wilayah kerja dinas kesehatan agam provinsi sumatera barat tahun 2012. [Skripsi].

FKM UI. Depok.

Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014