lalat

9
LALAT Lalat merupakan serangga penular (vektor) beberapa jenis penyakit bagi manusia. Penyakit tersebut berupa infeksi saluran pencernaan (disenteri, diare, tifoid, kolera dan, infeksi cacing tertentu), infeksi pada mata (trachoma dan conjunctivitis), poliomyelitis, dan infeksi pada kulit (frambosia, difteri kutaneus, mikosis, dan kusta). Hal ini terjadi karena perilaku lalat dalam mencari makan dan berkembang biak. Lalat bertelur pada kotoran manusia dan binatang, serta bahan organic membusuk sehingga organism penyebab penyakit menempel pada kaki dan bagian tubuhnya. Disisi lain, lalat hinggap pada makanan manusia untuk mencari makan berupa zat gula (Sayono).. Beberapa spesies lalat yang penting bagi kesehatan manusia adalah lalat rumah (musca domestica), lalat kandang (Stomoxys calcitrans), lalat hijau (Phenisia sp), lalat daging (Sarcophaga sp), dan lalat kecil (Fannia sp) (Sayono). Musca domestica atau lalat rumah atau sering disebut housefly merupakan salah satu spesies serangga yang banyak terdapat di seluruh dunia. Sebagian besar (95%) dari berbagai jenis lalat yang dijumpai di sekitar rumah dan kandang, adalah lalat jenis ini. Di bidang kesehatan M. domestica dianggap sebagai serangga

Upload: izdaharra-mutia-ulfah

Post on 17-Sep-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

lalat musca domestica sebagai vektor penyakit

TRANSCRIPT

LALATLalat merupakan serangga penular (vektor) beberapa jenis penyakit bagi manusia. Penyakit tersebut berupa infeksi saluran pencernaan (disenteri, diare, tifoid, kolera dan, infeksi cacing tertentu), infeksi pada mata (trachoma dan conjunctivitis), poliomyelitis, dan infeksi pada kulit (frambosia, difteri kutaneus, mikosis, dan kusta). Hal ini terjadi karena perilaku lalat dalam mencari makan dan berkembang biak. Lalat bertelur pada kotoran manusia dan binatang, serta bahan organic membusuk sehingga organism penyebab penyakit menempel pada kaki dan bagian tubuhnya. Disisi lain, lalat hinggap pada makanan manusia untuk mencari makan berupa zat gula (Sayono).. Beberapa spesies lalat yang penting bagi kesehatan manusia adalah lalat rumah (musca domestica), lalat kandang (Stomoxys calcitrans), lalat hijau (Phenisia sp), lalat daging (Sarcophaga sp), dan lalat kecil (Fannia sp) (Sayono).Musca domestica atau lalat rumah atau sering disebut housefly merupakan salah satu spesies serangga yang banyak terdapat di seluruh dunia. Sebagian besar (95%) dari berbagai jenis lalat yang dijumpai di sekitar rumah dan kandang, adalah lalat jenis ini. Di bidang kesehatan M. domestica dianggap sebagai serangga pengganggu karena merupakan vector mekanis beberapa penyakit dan penyebab myiasis pada manusia dan hewan. Lalat ini juga mengganggu dari segi kebersihan dan ketenangan (Hastutiek, 2007).Pengendalian M. domestica sangat penting bagi kesehatan baik untuk manusia maupun ternak. Pada saat populasi meningkat, M. domestica dapat menjadi pengganggu. Pada industri peternakan sapi perah dan ayam petelur, lalat rumah dapat menurunkan produksi (Hastutiek, 2007).Organisme yang disebarkan M. domestica kurang lebih ada 100 jenis yang bersifat patogen terhadap manusia dan hewan. Lalat ini membawa agen penyakit yang diperoleh dari sampah, limbah buangan rumah tangga dan sumber kotoran lainnya. Agen penyakit ditularkan dari mulut melalui vomit drops, feses dan bagian tubuh lainnya yang terkontaminasi dan dipindahkan pada makanan manusia atau pakan hewan/ternak. Penelitian terakhir membuktikan infeksi Helicobacter pylori, Escherichia coli, Cryptosporidium parvum dan H5N1 dapat ditularkan oleh M. domestica ((Hastutiek, 2007).

M. domestica bertindak sebagai vector penyakit, artinya lalat ini bersifat pembawa/memindahkan penyakit dari satu tempat ke tempat lain. Terdapat dua macam vektor yaitu vektor mekanis dan vektor biologis. Disebut vektor mekanis apabila agen penyakit di dalam tubuh vektor tidak mengalami perubahan. Sedangkan bila agen penyakit mengalami perubahan (bertambah banyak, berubah siklus atau keduanya) di dalam tubuh vektor disebut sebagai vektor biologis (Hastutiek, 2007).

M. Domestica bukan merupakan parasit obligat tetapi merupakan vector yang penting dalam penyebaran agen penyebab penyakit. Disamping itu juga dapat menyebabkan myiasis atau memperparah keadaan luka pada jaringan akibat infestasi lalat (Hastutiek, 2007).

M. domestica adalah spesies lalat yang banyak berperan sebagai vektor mekanis pada beberapa penyakit. Beberapa penyakit penting yang dapat ditularkan oleh lalat antara lain penyakit viral seperti poliomyelitis, hepatitis, dsb. M. domestica juga dilaporkan dapat membawa kista dari berbagai protozoa seperti Entamoeba histolytica, E. coli, Giardia intestinalis, sarcocystis sp, Toxoplasma gondii, isospora, Trichomonas sp. dan beberapa telur cacing diantaranya cacing jarum atau cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing gilik (Ascaris lumbricoides), cacing kait (Ancylostoma dan Necator), cacing pita (taenia, dipylidium caninum), cacing cambuk (Trichuris trichiura), Toxocara canis dan Strongyloides stercoralis. Lalat rumah juga berperan sebagai vector biologis cacing habronema muscae (Hastutiek, 2007).

Musca (lalat) termasuk dalam ordo diptera dari kelas insekta. Musca domestica (lalat rumah) dapat berperan sebagai vector mekanik amebiasis, disentri, toksoplasmosis dan penyakit cacing usus. M. domestica mudah berkembangbiak, tempat perindukannya di timbunan sampah tinja manusia dan binatang. Setiap 3 4 hari seekor lalat betina bertelur dalam 5-6 kelompok yang masing-masing berisi 75-150 butir telur. Jarak terbangnya dapat sampai 10 km; umur lalat dewasa 2-4 minggu. Karena mudah membiak ini, maka untuk mengurangi populasinya perlu dilakukan pem,berantasan dengan cara membersihkan rumah dan pekarangan dari tumpukan sampah, memasang kawat kasa untuk mencegah lalat masuk rumah, dsb (Sutanto, 2012).Lalat memiliki kemampuan reproduksi yang cepat. Siklus hidup lalat memerlukan waktu sekitar limabelas hari. Dalam hidupnya seekor lalat betina mampu bertelur 5 - 6 kali dengan 100 150 butir untuk setiap kalinya, atau 500 900 butir sepanjang hidupnya. Kemampuan reproduksi akan meningkat jika berada pada lingkungan yang sesuai, terutama banyak bahan organic yang membusuk seperti sampah, tinja, dan bangkai (Sayono).Aktifitas maksimal lalat terjadi pada suhu 20 - 25C, berkurang (hinggap) pada suhu 35 - 40C atau 15 - 20C, dan menghilang (tidak terdeteksi) pada suhu di bawah 10C atau diatas 40C (Sayono).Salah satu alternative dapat digunakan pada pemeriksaan mayat yang telah membusuk yaitu jika terdapat organisme yang berkembang biak pada mayat tersebut. Lalat merupakan salah satu serangga yang tertarik pada bau busuk mayat dan beberapa jenis lalat menggunakan mayat yang membusuk sebagai media perkembangbiakan. Lalat akan bertelur pada mayat jika tidak ada yang mengusir lalat tersebut seperti halnya manusia hidup akan mengusir lalat yang mendekatinya. Lalat akan meletakkan telurnya pada lokasi-lokasi yang lembab dan terlindung, seperti lubang mulut, hidung, anus dan luka terbuka (Mayasari, 2008).Siklus hidup lalat secara umum yaitu telur larva pupa lalat dewasa. Siklus hidup lalat telah dipelajari dan diteliti dalam forensic entomologi. Periode antara lalat bertelur dan membentuk stadium perkembangan tertentu, dapat digunakan untuk membantu memperkirakan lama waktu kematian. Jenis lalat mempengaruhi periode tersebut, karena jenis lalat mempengaruhi waktu peletakkan telur atau larva pada mayat (Mayasari, 2008).Pada stadium larva, usia larva dapat diperkirakan dengan pemeriksaan bentuk maupun ukurannya. Panjang larva lalat pada usia tertentu dapat digunakan untuk memperkirakan periode atau waktu minimal terjadinya kematian mayat yang dihuni larva tersebut. Kecepatan pertumbuhan larva sangat bervariasi, tergantung jenis lalat dan dipengaruhi temperatur dan kelembaban pada suatu daerah. Oleh karena itu, perkiraan lama waktu kematian dengan pengukuran panjang larva tetap mempertimbangkan factor-faktor tersebut (Mayasari, 2008).Semua lalat mengalami metamorfosis sempurna dalam perkembangannya. Telurnya diletakkan dalam medium yang dapat menjadi tempat perindukan larva. Larva seringkali makan dengan rakus. Umumnya larva lalat mengalami empat kali molting selama hidupnya. Periode makan ini bisa berlangsung beberapa hari atau minggu, tergantung suhu, kualitas makan, jenis lalat dan faktor lain. Setelah itu berubah menjadi pupa. Kebanyakan larva yang bersifat terestrial ini cenderung meninggalkan medium larva menuju tempat yang lebih kering untuk pupasi. Stadium pupa bisa beberapa hari, minggu atau bulan. Lalat dewasa muncul, kemudian terbang, mencari pasangan untuk kawin, dan yang betina setelah itu akan bertelur (Hadi).Genus Musca domestica (Irianto, 2013):KlasifikasiKelas: InsectaOrdo: Diptera Sub ordo: AthericeraFamilia: MuscidaeGenus: MuscaMorfologi1. Tubuhnya berwarna abu-abu tua, abdomen kekuningan, pada bagian distal toraks terdapat garis-garis hitam yang sama lebar.

2. Kepala:Bagian mulut terdiri dari tiga bagian, yaitu:a. Rostrum,b. Haustellum,c. Labella (terdiri dari pseudotrachea),d. Antenna terdiri dari tiga segmen dan berambut lebat.3. Sayap: vena keempat membentuk sudut dekat pada ujungnya.Kepentingan klinisMerupakan vektor mekanis terhadap bermacam-macam penyakit infeksi, misalnya infeksi traktus digestivus.Genus Stomoxys calcitrans (Irianto, 2013): KlasifikasiKelas: InsectaOrdo: DipteraSub ordo: AthericeraFamilia: MuscidaeGenus: StomoxysMorfologi1. Tubuh kekar, abdomen lebih dari lalat rumah, berwarna abu-abu.2. Kepala, a. proboscis ujung lancip seperti bayonet untuk menghisap darah b. antena berbulu (arista)3. Sayap; vena keempat sayap sudutnya melengkung.Kepentingan klinisMerupakan vektor dari penyakit-penyakit seperti penyakit surra (karena Trypanosoma evansi), trypanosome brucei, Trypanosoma gambienze, Trypanosoma rhodesiense.

DAFTAR PUSTAKA

A, Dian Mayasari A. 2008. Hubungan Panjang Larva Lalat dengan Lama Waktu Kematian Tikus Wistar yang Didislokasi Tulang Leher di Semarang. Artikel Karya Tulis Ilmiah. FK Universitas Diponegoro. Semarang.

Hadi, Upik Kesumawati. Bioekologi Berbagai Jenis Serangga Pengganggu Pada Hewan Ternak Di Indonesia Dan Pengendaliannya. Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor.

Hastutiek, Poedji dan loeki Enggar Fitri. 2007. Potensi Musca Domestica Linn. Sebagai Vektor Beberapa Penyakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Volume 23 (3): 125-136.

Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung : Alfabeta.

Sayono, Sifak Mardhotillah, Martini. Pengaruh Aroma Umpan dan Warna Kertas Perangkap terhadap Jumlah Lalat yang Terperangkap. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah semarang.

Sutanto, Inge dkk. 2012. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. FK Universitas Indonesia. Jakarta.