hama lalat penggorok daun.docx

26
PENDAHULUAN Latar belakang Pengganggu tanaman yang berupa jasad pengganggu sudah sering dibicarakan dan dikenal dengan nama tersendiri, bahkan secara khusus menjadi 3 bagian besar yaitu: 1. Hama, ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis mahluk hidup yang termasuk kepada kelompok binatang atau hewan. 2. Penyakit, ialah bentuk efek dari sejenis mahluk hidup yang mikroskopis, tumbuh pada tanaman tingkat tinggi. 3. Gulma, ialah jasad pengganggu yang merupakan sebangsa dengantumbuhan tingkat tinggi (Djafaruddin,1996). Yang dimaksud dengan hama adalah semua hewan yang mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan oleh manusia. Apabila asalnya bukan dari binatang gangguan itu akan disebut penyakit, misalnya gangguan dari virus, bakteri, cendawan, 1

Upload: amanda-jackson

Post on 02-Jan-2016

503 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pengganggu tanaman yang berupa jasad pengganggu sudah sering

dibicarakan dan dikenal dengan nama tersendiri, bahkan secara khusus

menjadi 3 bagian besar yaitu:

1. Hama, ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis mahluk

hidup yang termasuk kepada kelompok binatang atau hewan.

2. Penyakit, ialah bentuk efek dari sejenis mahluk hidup yang

mikroskopis, tumbuh pada tanaman tingkat tinggi.

3. Gulma, ialah jasad pengganggu yang merupakan sebangsa

dengantumbuhan tingkat tinggi

(Djafaruddin,1996).

Yang dimaksud dengan hama adalah semua hewan yang mengganggu

dan merugikan tanaman yang diusahakan oleh manusia. Apabila asalnya

bukan dari binatang gangguan itu akan disebut penyakit, misalnya gangguan

dari virus, bakteri, cendawan, tumbuh-tumbuhan yang bertingkat rendah

atau sedikit lebih tinggi, kekurangan unsur-unsur hara dan lain-lainnya

(Kartasapoetra,1991).

Kita mempelajari serangga hama tidak hanya dari penampilannya saja,

tetapi juga aktivitasnya, titik kelemahan dan kekuatannya dalam siklus

hidupnya, karena serangga mempunyai berbagai kemampuan adaptasi

dengan lingkungan, di tempat ada kehidupan dari daerah arktik sampai

tropik (Birch, 1948).

1

Page 2: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

Dalam pengendalian hama dan penyakit dipilih pengendalian hama

secara terpadu artinya dalam pelaksanaanya mengikutsertakan berbagai

komponen pengendalian. Ada 4 komponen pengendalian hama dan penyakit

yang selama ini dikenal yaitu:

a. Pengendalian secara budidaya

b. Varietas yang tahan

c. Pengendalian secara biologis dan hayati

d. Pengendalian secara kimia (Sudarmono,1990).

Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang

dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai

negara. Serangga tersebut menjadi hama baru pada beberapa jenis tanaman

sayuran di beberapa sentra sayur dataran tinggi. Tanaman kentang, kacang-

kacangan (Leguminosae), dan bawang-bawangan (Amarillidae) dilaporkan

peneliti tersebut sebagai inang lalat Liriomyza sp. (Setiawati, 1997).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui dan

mengenal hama Lalat penggorok daun (Liromyza huidobrensis)

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di

Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

2

Page 3: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Hama

Klasifikasi lalat penggorok daun Liriomyza huidobrensis menurut

Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Family : Agromyzidae

Genus : Liriomyza

Species : Liriomyza huidobrensis

Lalat penggorok daun termasuk genus Liriomyza, ordo Diptera,

famili Agromyzide. Liriomyza adalah salah satu dari lima genus lalat

penggorok daun (Agromyza, Japanaromyza, Liriomyza, Phytomyza, dan

Tropicomyza) yang berasosiasi dengan tanaman leguminosa. Genus

liriomyza terdiri atas banyak spesies. Lalat dengan tipe makan polifag ini

dapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman, sehingga memungkinkan

terbentuknya banyak spesies akibat adaptasi, mutasi, dan evolusi (Baliadi,

2010)

Telur lalat kacang berbentuk lonjong, berukuran panjang 0,31 mm,

lebar 0,15 mm, berwarna putih seperti mutiara. Telur di letakkan pada

3

Page 4: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

keping biji (kotiledon) serta daun pertama tanaman. Telur ini akan menetas

setelah berumur 2 - 4 hari dan keluar larva (Pedigo, 1989).

Larva menggorok bagian jaringan palisade. Larva mengalami tiga

instar, larva instar terakhir berukuran 2-3 mm berwarna kuning. Larva

dewasa jatuh ke tanah dan membentuk pupa pada serasah tanaman. Siklus

hidup dari telur sampai imago berlangsung sekitar 21 hari (Baliadi, 2010).

Pupa berwarna kuning kecoklatan, berukuran lebih kurang 2,25-2,5

mm. pada rumah kaca dengan suhu 27°C stadia pupa berkisar 8-9 hari

tergantung pada tanaman inang. Lama perkembangan pupa ini berkorelasi

negatif terhadap suhu. Pupa terdapat di bawah daun di ujung korokan

dengan posisi menggantung atau berada di permukaan tanah

(Hamdam,2001).

Lalat dewasa sangat kecil berukuran sekitar 2,5 mm. Lalat dewasa

berwana kuning pada bagian kepala, berwarna hitam pada bagian dekat

oceli dan mata, antena berwarna kuning dengan 3 segmen dan membulat,

terdapat rambut-rambut kaku yang tegak disekitar punggung yang berwarna

kuning (Rustam, 2002).

4

Page 5: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

Gambar 1

Diakses dari http://google.com/lalat+penggorok+daun

Gejala Serangan

Gejala serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai mudah

dikenali dengan adanya liang korokan beralur warna putih bening pada

bagian mesofil daun. Apabila liang korokan tersebut dibuka, akan terlihat

larva yang aktif bergerak. Larva hidup dan makan di dalam liang korokan.

Pada satu helaian daun kedelai dapat dijumpai lebih dari satu liang korokan.

Pada serangan lanjut, warna liang korokan berubah menjadi kecoklatan,

daun layu, dan gugur. Imago lalat pengorok daun menusukkan

opivositornya pada daun-daun muda, walaupun gejala juga muncul pada

daun daun yang muncul berikutnya (Baliadi, 2009).

Gejala serangan larva lalat pengorok daun menyebar pada semua

bagian tajuk tanaman kedelai, baik tajuk atas, tengah, maupun bawah.

Namun, gejala serangan lebih banyak dijumpai pada daun/tajuk bagian

bawah. Jumlah dan umur daun mempengaruhi kerapatan larva pada tanaman

(Baliadi 2009).

5

Page 6: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

Serangan dimulai sejak tanaman muncul dari permukaan tanah dan

berlanjut hingga fase reproduksi.  Pada ketimun, larva mulai menyerang

sejak kotiledon terbentuk.  Dampak serangan hama ini terhadap hasil

tergantung pada jenis tanaman, saat serangan terjadi dan tingkat kerusakan.

Secara umum kerusakan karena korokan larva lebih merugikan dari pada

kerusakan karena tusukan ovipositor.  Namun pada sayuran daun seperti

horenso (sejenis sawi), gejala bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor

sudah mampu menurunkan harga jual (Dent, 1995).

Faktor yang mempengaruhi

Faktor Biotik adalah faktor hidup yang mempengaruhi

perkembangan lalat tersebut termasuk musuh alami yang dapat

mengendalikan hama. Beberapa musuh alami tersebut diantaranya H.

varicornis (Hymenoptera : Eulophidae) merupakan parasitoid penting pada

hama Liriomyza huidobrensis. Parasitoid tersebut dapat di temukan di

seluruh areal pertanaman kentang yang terserang L. huidobrensis. Tingkat

parasitasi H. varicornis terhadap L. huidobrensis pada tanaman kentang,

kacang-kacangan, seledri, tomat dan caisin rata-rata adalah 37,33%;

40,63%; 35,71%; 24,69% dan 31,68%. Nisbah kelamin antara jantan dan

betina adalah 1,5 : 1. Ada juga Opius sp. merupakan parasitoid penting

hama L. huidobrensis. Telur berbentuk lonjong, dengan salah satu bagian

ujungnya sedikit lebih membengkak dibandingkan dengan ujung yang lain.

Siklus hidupnya berkisar antara 13-59 hari. Masa telur, larva dan pupa

masing-masing 2, 6, dan 6 hari. Satu ekor betina mampu menghasilkan telur

6

Page 7: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

sebanyak 49-187 butir. Instar yang paling cocok untuk perkembangan

parasitoid Opius sp., adalah instar ke-3. Pada instar tersebut masa

perkembangan parasitoid lebih singkat dan keturunan yang dihasilkan lebih

banyak dengan proposi betina yang lebih tinggi. Nisbah kelamin jantan dan

betina adalah 1: (Setiawati , 1997).

Faktor abiotik yang paling berpengaruh terhadap perkembangan

Lalat Liriomyza huidobrensis adalah curah hujan. Hal ini disebabkan karena

siklus hidup dari lalat tersebut berkembang pada tanah terutama pupa. Apa-

bila curah hujan tinggi, maka air akan tergenang dan menyebabkan pupa

hanyut. Sehingga lalat tidak dapat berproduksi secara optimal dan dapat

menggangu perkembangannya. (Chavez, 1987)

Pengendalian

Pada awalnya, lalat pengorok daun bukan hama yang penting karena

populasinya dapat dikendalikan oleh musuh alaminya (predator, parasitoid,

dan pathogen serangga). Namun pada awal tahun 1970- an, lalat ini berubah

menjadi hama yang sangat merugikan karena musuh alaminya banyak yang

mati akibat penggunaan insektisida yang intensif (Ewel et al. 1990).

Oleh karena itu, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk

dapat mengendalikan hama lalat penggorook daun (Liriomyza huidobrensis)

seperti, Pengendalian hama terpadu (PHT) mengedepankan masalah

kelestarian lingkungan, sehingga tindakan pengendalian hendaknya

diputuskan melalui analisis ekosistem antara lain pemantauan populasi

hama. Secara umum, upaya pengendalian lalat pengorok daun dapat

7

Page 8: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

dilakukan dengan varietas tahan, kultur teknis, musuh alami, dan insektisida

serta melakukan pemantauan populasi imago secara rutin (Casida, 1998).

Pendekatan pengendalian yang paling menjanjikan dan

menguntungkan adalah penanaman varietas tahan. Perakitan varietas tahan

untuk lalat pengorok daun telah dirintis di banyak negara. Kriteria

ketahanan didasarkan pada sebaran dan kepadatan trikoma daun

(Marwoto,2007).

Hingga saat ini belum tersedia varietas kedelai yang tahan terhadap

lalat penggorok daun. Pada kentang dan buncis, teknik pengendalian lalat

pengorok daun secara kultur teknis antara lain dilakukan dengan

pemasangan plastik lembaran sebagai penutup tanah, penanaman serentak,

pergiliran tanaman, dan pembajakan dangkal. Pemakaian plastik lembaran

untuk penutup tanah terbukti efektif menurunkan populasi lalat dewasa.

Pertanaman yang ditanam lebih akhir akan menderita serangan yang lebih

berat. Oleh karena itu, penanaman kedelai lebih awal dan serentak

direkomendasikan sebagai salah satu teknik pengendalian yang efektif.

Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, misalnya jagung efektif

mengendalikan populasi lalat pengorok daun. Pengolahan tanah ringan atau

pembajakan dangkal dapat menekan laju penetasan pupa yang ada di dalam

tanah atau serasah tanaman.(Samsudin, 2008).

Sampai saat ini di Indonesia diketahui ada 19 spesies parasiotid yang

berasosiasi dengan L. sativae dan ada 6 spesies yang berasosiasi dengan L.

8

Page 9: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

huidobrensis yaitu D. begini, D. intermedius, C. oscinidus, Ganaspidium

(Parella, 1987).

Insektisida berspektrum luas masih sering digunakan untuk

mengendalikan lalat pengorok daun. Namun secara beriringan upaya untuk

memperoleh insektisida selektif yang efektif terus dilakukan. Awalnya,

insektisida hidrokarbon klorin dan organofosfat direkomendasikan untuk

mengendalikan lalat pengorok daun. (Karel, 1989).

Tanaman Inang

Lalat ini dapat menyerang 10 tanaman budi daya, yaitu kedelai,

kacang panjang, tomat, mentimun, kacang tanah, kacang tunggak, kecipir,

labu merah, blonceng, dan komak. Pada tanaman kacang-kacangan, lalat ini

ditemukan di dua lokasi pertanaman kedelai, dua lokasi pertanaman kacang

tunggak, satu lokasi pertanaman kacang tanah, lima lokasi pertanaman

kacang panjang, dan satu lokasi pertanaman komak (Rauf, 1995).

Lalat pengorok daun tergolong serangga polifagus dengan kisaran

tanaman inang yang luas, meliputi tanaman hias, sayuran, palawija, dan

gulma. Inang berbagai spesies Agromyzidae di Indonesia antara lain adalah

Crotalaria juncea, C. mucronata, kacang gude, kedelai, Phaseolus lunatus,

P. semierectus, P. vulgaris, Vigna hosei, V. mungo, kacang hijau, V. radiata

var sepiaria, V. radiate var sublobata, V. umbellata, V. umbellata

var trinervis, V. tribolata, kacang tunggak, Centrocema pubescens,

Tephrosia candida, T. vogelli, Aeschynomene indica, Flemingia sp.,

9

Page 10: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

Indigofera suffructinosa, I. sumatrana, Calopogonium mucunoides, dan

Pueraria javanica (Amfopo, 1988).

Liriomyza sp. Pertama kali ditemukan menyerang pertanaman

kentang di Cisarua Bogor. Hama ini kemudian menyabar dibeberapa daerah

di Jawa, Sumatera dan Sulawesi dan menimbulkan keresakan berat pada

tanaman lain seperti mentimun, buncis dan kacang merah. Kehilangan hasil

pada tanaman kentang akibat hama ini mencapai 34 % dan pada tanaman

buncis 70 % (Baliadi, 2010).

10

Page 11: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

Permasalahan

Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama lalat penggorok

daun akhir-akhir ini cukup berarti, oleh karena itu populasi hama lalat

penggorok daun harus dikendalikan sampai tingkat dibawah toleransi.

Usaha pemberantasan hama sangat menentukan berhasilnya

budidaya tanaman yang diserangnya . Pada tahun-tahun terakhir ini

produksi tanaman pangan yg diserang hama menurun. Mengetahui gejala ini

sangat penting dalam usaha pemberantasan hama karena biayanya lebih

murah dan serangan cepat teratasi.

Usaha pencegahan atau preventif dangan pemeliharaan tanaman

agar tetap sehat, lebih baik daripada dengan cara yang lain. Untuk

mengetahui perkembangan hama dan penyakit, perlu dilakukan pengamatan

yang sistematis dan teratur serta siklus pengamatan disesuaikan dengan daur

hidup hama atau penyakit yang diamati.

Pengamatan hama yang daur hidupnya pendek, daya

berkembangbiaknya tinggi maka siklus pengamatan yang harus dilakukan

adalah pendek. Pada beberapa kasus luka daun yang disebabkan oleh lalat

ini akan menjadi jalan masuknya kumbang sagu yang dapat mematikan

tanaman.

11

Page 12: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

Pembahasan

Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama lalat penggorok

daun akhir-akhir ini cukup berarti, oleh karena itu populasi hama lalat

penggorok daun harus dikendalikan sampai tingkat dibawah toleransi. Hal

ini disebabkan oleh gejala serangan hama lalat penggorok daun yang

menyebabkan adanya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian

mesofil daun. Hal ini sesuai dengan literatur Baliadi (2009) yang

menyatakan bahwa gejala serangan lalat penggorok daun pada tanaman

mudah dikenali dengan liang korokan beralur warna putih bening pada

bagian mesofil daun.

Usaha pencegahan atau preventif dangan pemeliharaan tanaman

agar tetap sehat, lebih baik daripada dengan cara yang lain. Untuk

mengetahui perkembangan hama dan penyakit, perlu dilakukan pengamatan

yang sistematis dan teratur serta siklus pengamatan disesuaikan dengan daur

hidup hama atau penyakit yang diamati. Ada juga pengendalian lalat

penggorok daun dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu varietas

tahan, kultur teknis, musuh alami, dan insektisida. Hal ini sesuai dengan

literatur Casida, (1998) yang menyatakan bahwa Pengendalian Hama

Terpadu mengedepankan masalah ekosistem maka pengendalian dilakukan

dengan cara memilih varietas tahan, kultur teknis, musuh alami dan

insektisida serta melalukan pemantauan populasi imago secara rutin.

Usaha pemberantasan hama sangat menentukan berhasilnya

budidaya tanaman yang diserangnya . Pada tahun-tahun terakhir ini

12

Page 13: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

produksi tanaman pangan yg diserang hama menurun. Mengetahui gejala ini

sangat penting dalam usaha pemberantasan hama karena biayanya lebih

murah dan serangan cepat teratasi karena gejala serangan larva penggorok

daun menyebar pada semua bagian tanaman, baik dari tajuk atas, tengah

maupun bawah. Hal ini sesuai dengan literatur Baliadi (2009) yang

menyatakan bahwa gejala serangan lalat penggorok daun menyebar pada

semua bagian tanaman baik tajuk atas, tengah maupun bawah.

Pengamatan hama yang daur hidupnya pendek, daya berkembang

biaknya tinggi maka siklus pengamatan yang harus dilakukan adalah

pendek. Karena serangan dimulai sejak tanaman muncul dari permukaan

tanah dan berlanjut hingga fase reproduksi. Hal ini sesuai dengan literatur

(Dent, 1995) yang menyatakan bahwa serangan larva penggorok daun

dimulai sejak tanaman muncul dari permukaan tanah dan berlanjut hingga

fase reproduksi.

13

Page 14: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

KESIMPULAN

1. Hama Liriomyza huidobrensis yang menyerang banyak tanaman,

dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat bahkan mati.

2. Hama Liriomyza huidobrensis memiliki gejala serangan yang

mudah dikenali dengan adanya liang korokan beralur warna putih

bening pada bagian mesofil daun.

3. Hama Liriomyza huidobrensis menyerang sejak tanaman muncul

dari permukaan tanah dan berlanjut hingga fase reproduksi.

4. Hama Liriomyza huidobrensis dikendalikan dengan menggunakan

varietas tahan, kultur teknis, musuh alami, dan insektisida.

5. Hama Liriomyza huidobrensis mempunyai daur hidup yang pendek

dan daya berkembang biak yang tinggi.

14

Page 15: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ampofo, J..K.O. 1988. Assessment of on-farm losses in maize production

due to insect pest. Insect Sci. Applic. 9(6): 687 – 690.

Baliadi, Y. 2009. Fluktuasi populasi lalat pengorok daun, Liriomyza sp.

pada tanaman kedelai di kebun percobaan Kendalpayak dan

pengaruh serangannya terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.

Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman

Kacangkacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Baliadi, Y., W. Tengkano, Bedjo, dan Purwantoro. 2010. Validasi

rekomendasi pengendalian hama terpadu kedelai di lahan sawah

dengan pola tanam padi-kedelai-kedelai. Agritek 16 (3): 492−500.

Birch LC. 1948. The intrinsic rate of n a M increase of an insect population.

.I &Ed 17: 15 -26.

Casida JE, Quistad GB. 1998. Golden age of insecticide: past, present, or

future? AnnRev Entomol 43: 1 – 16

Chavez GL, Raman KV. 1987. Evaluation of trapping and trap types to

reduce damage to potatoes by the leafminer, Liriomyza

huidobrensis @iptera: Agromyzidae) Insect Sci Applic 8 (3): 369 -

372.

Dent D. 1995. Principles of integrated pest management. Di dahm Dent D,

4.Integrated Pest Management. London: Chapman dan Hall. hlm: 8

– 46

15

Page 16: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

Djafaruddin., 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara.

Jakarta

Ewel, P.T., H. Fano, K.V. Raman, J. Alcazar, M. Placios, and J.

Carhuamaca. 1990. Farmer Management of Potato Insect Pest in

Peru.

Hamdam, Prijono 200 1. Keefelrtifan insektisida alarni terhadap pengorok

dan Liriomyza hurdobrensis (Blanchard) (Dqtera: Agromyzidae)

pada tanaman has. Makalah disampaikan pada seminar Program

Pascasarjana IPB, Bogor, 15 Feb& 2001. 16 hlm.

Karlshoven,LGF.1981. The pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru Van

Hoe: Jakarta.

Kartasapoetra, A. G., 1991. Hama Hasil Tanaman Gudang. Rineka Cipta.

Jakarta

Marwoto dan S. Hardiningsih. 2007. Pengendalian hama terpadu pada

tanaman kedelai. hlm. 296−318. Dalam Sumarno, Suyamto, A.

Widjono, Hermanto, dan H. Kasim (Ed.). Kedelai. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Parella, M.P. 1987. Biology of Liriomyza. Ann. Rev. Entomol. 32: 201 –

224

Pedigo, L. P. 1989. Entomology and pest management. Macmillan

Publishing company, New York. 646 p.

Rauf, A. 1995. Liriomyza: hama pendatang baru di Indonesia. Buletin Hama

dan Penyakit Tumbuhan. 8(1): 46 - 48.

16

Page 17: HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx

Rustam R, Rauf A, Maryana N. 2002. Bioiogi 0piu.s sp. (Hymenoptera:

BraGOnidae), parasibid Mat pengurok daun kentang. Makalab

dkmphn pada seminar Program Pascasarjana PB, Bogor, 5 Agustus

2002. 14 hlm.

Samsudin, H. 2008. Sebaran Hemiptarsus varicornis (Girault)

(Hymenopetra: Eulopidae) parasitoid larva Liriomyza spp.

Lembaga Pertanian Sehat. http://www. pertaniansehat.or.id [16 Mei

2013].

Setiawati, W., R.E. Soeriatmadja, dan Laksanawati. 1997. Inventarisasi dan

pencaran hama Liriomyza sp. dan musuh alaminya pada tanaman

kentang. Laporan Percobaan Proyek APBN Tahun Anggaran

1996/1997. 18 hlm.

Sudarmono. 1990. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Kanisius.

Yogyakarta

17