lalat buah

26
MAKALAH HAMA PENTING TANAMAN UTAMA “Lalat Buah (Bactrocera spp)” Oleh : Nama : IMRON FEBRI UTAMA NPM : E1J09073 Dosen : Ir.Nadrawati, MP PROGRAM STUDY AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Upload: imron-febri-utama

Post on 01-Dec-2015

723 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

xxx

TRANSCRIPT

MAKALAH HAMA PENTING TANAMAN UTAMA

“Lalat Buah (Bactrocera spp)”

Oleh :

Nama : IMRON FEBRI UTAMA

NPM : E1J09073

Dosen : Ir.Nadrawati, MP

PROGRAM STUDY AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2013

BAB I

PENDAHULUAN

Lalat buah termasuk ordo ditera family Tephritidae yaitu terdiri dari sekitar 4000 sp,

terbagi dalam 500 genera (genus) Famili ini merupakan family terbesar dalam ordo dipteral dan

merupakan salah satu family yang sangat penting karena sangat merugikan (Soeroto et al, 1995).

Di lndonesia lalat buah sebagai hama telah diketahui sejak tahun1920 dan dilaporkan

pada tanaman mangga di Jawa. Pada tahun 1938 dilaporkan bahwa lalat buah telah menyerang

lombok (cabai), kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing dan sawo (Soeroto et al, 1995 ).

Sampai-saat ini telah teridentifikasi lebih dari 66 spesies lalat buah (Asastro, 1992).

Lalat buah (Bactrocera sp) dapat menimbulkan kerugian pada tanaman tropika, jika tidak

dilakukan pengendalian secara terprogram. Kerusakan akibat lalat buah ini di tandai dengan

jatuhnya buah muda yang terserang dan kemudian buah yang masak menjadi busuk dan

berbelatung (larva) (Putra, 1997). Lalat buah hidup bersimbiosis mutualisme dengan bakteri,

sehingga ketika lalat meletakkan telur pada buah, akan disertai bakteri dan selanjutkan diikuti

oleh jamur yang akhirnya menyebabkan buah busuk. Bakteri pada lala tbuah hidup pada dinding

saluran telur, tembolok dan usus lalat (Putra, 1994).

Berbagai macam cara yang dilakukan petani dengan tujuan untuk mengendalikan lalat

buah (Bactrocera sp) antara lain: pembungkusan buah, pengasapan, sanitasi kebun, penggunaan

pestisida kimia dan penggunaan perangkap (atraktan), penggunaan pestisida kimia sering kali

menjadi tumpuan dalam pengendalian lalat buah, namun dampak negatifyang ditimbulkan bagi

kesehatan manusia dan lingkungan sangat besar. Karena itu perlu adanya pengendalian yang

lebih aman dan ramah lingkungan adalah menggunakan pestisida nabati (Kardinan, 2005).

BAB II

ISI

Menurut Evans (1967) kedudukan lalat buah dalam klasifikasi hewan adalah :

Phylum : Arthopoda

Classis : Insecta

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Cyclorrhapha

Familia : Tephritidae

Genus : Bactrocera

Species : Bactrocerasp.

Morfologi Lalat Buah

Secara umum, morfologi lalat buah tidak berbeda dengan lalat umumnya. Walaupun

demikian, sebagai suatu famili tersendiri lalat buah juga mempunyai ciri khas yang tidak

dijumpai pada jenis lalat lain. Adapun ciri-ciri lalat buah antara lain :

1) Lalat buah mempunyai tubuh yang berbuku-buku, baik ruas tubuh utama maupun alat

tambahan, misalnya kaki dan antena. Sebagai anggota kelas serangga, lalat buah mempunyai

bagian tubuh, yaitu:

A. Kepala (Cepal)

Kepala lalat buah terbentuk bulat agak lonjong, danmerupakan tempat melekat antena

dengan tiga ruas. Warna pada ruas antena ini merupakan salah satu ciri khas spesies lalat buah

tertentu. Selain itu, spesies lalat buah dapat dibedakan berdasarkan cirilain yang berupa bercak

hitam bagian depan wajah, atau warna tertentu pada daerah kepala.

B. Rongga dada (Toraks)

Bagian punggung (dorsal) rongga dada lalat buah mempunyai ciri khas tertentu. Ciri

tersebut dapat berupa garis di tengah, atau garis pinggir (lateral) berwarna kuning di masing-

masing sisi latero-dorsal skutum. Dari arah dorsal tampak warna dasar skutelum. Skutelum lalat

buah biasanya berwarna kuning, walaupun pada berbagai spesies terdapat tambahan warna lain,

misalnya warna hitam dengan pola bercaktertentu. Sayap lalat buah biasanya mempunyai bercak-

bercak pada bagian tepi posterior. Bercak-bercak tersebut menutupi vena kosta serta subkosta

dan vena-vena lain di sekitarnya. Kaki lalat buah juga mempunyai warna khas yang merupakan

ciri suatu spesies tertentu. Sementara itu, sel anal (salah satu vena sayap) pada kebanyakan lalat

buah mempunyai perpanjangan ke arah posterior

C. Rongga perut (Abdomen)

Dari arah dorsal, abdomen lalat buah mempunyai gambaran khas atau pola-pola tertentu,

misalnya huruf T yang jelas, atau hanya berupa bercak –bercak hitam yang tidak jelas. Pada

kebanyakan lalat buah, abdomen berwarna coklat tua.

2) Sebagai anggota ordo diptera, lalat buah hanya mempunyai dua sayap. Sayap yang

berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap belakang mengecil dan berubah menjadi alat

keseimbangan yang disebut halter. Halter ini terbentuk kepala korek api. Pada permukaannya

terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi sebagai indera penerima rangsang dari lingkungan,

terutama kekuatan aliran udara.

3) Lalat buah mengalami perubahan bentuk tubuh atau metamorfosis sempurna (holometabola).

Pada tipe metamorfosis ini, lalat buah akan melalui tahap telur, larva, pupa, dan lalat dewasa

dalam satu siklus kehidupannya.

4) Alat mulut lalat buah dewasa bertipe penjilat-penyerap. Apabila dilihat sepintas, bentuknya

menyerupai alat penyedot debu, berupa suatu saluran yang bagian ujungnya melebar. Sementara,

alat mulutlarva lalat buah berupa mandibula yang berbentuk kait berlubang (Boror, 2001)

Bactrocera sp.

Keterangan:

Sayap: terdapat pita hitam tipis pada costanamun kiri dan kanan apeks tidak simetris (a,

b), Kepala: spothitam berbentuk oval pada muka (c), Toraks:pita kuning di sisi lateral subparalel

(d), Abdomen: abdomen berwarnacoklat oranye dengan garis melintang pada tergum III dan

garis mediallongitudinalpada tergum IV yang terputus (e), Tungkai: semua femurberwarna

kuning pudar dengan apicaltibia coklat kemerahan (f), spesies secara utuh (g).

Gambar 1: Lalat buah (Bactrocera sp)(a) betina, (b) jantan ( Drew, 1987).

PERILAKU LALAT BUAH DI ALAM

Perilaku Makan

Lalat buah termasuk salah satu jenis serangga yang banyak ditemukan pada pagi atau

sore hari terbang di sela-sela tanaman buah-buahan maupun sayur-sayuran. Lalat buah

membutuhkan karbohidrat, asam amino, mineral dan vitamin. Karbohidrat dan air merupakan

sumber energi bagi aktivitas hidup lalat buah. Adapun protein dibutuhkan bagi kematangan

seksual dan produksi telur. Sukrosa adalah salah satu bentuk karbohidrat yang sangat dibutuhkan

oleh lalat buah betina untuk menghasilkan telur. Asam askorbat dibutuhkan lalat buah terutama

dalam proses pergantian kulit. Apabila kebutuhan zat ini tidak terpenuhi dari pakannya, lalat

buah akan mengalami kegagalan dalam berganti kulit, dan akhirnya mati. Aktivitas makan lalat

buah berlangsung antara pukul 07.00-10.00 WIB.

Pakan lalat buah dewasa diperoleh dari cairan manis buah-buahan, eskudat bunga, nectar,

embun madu yang dikeluarkan oleh kutu-kutu homoptera, dan kotoran burung. Selain dari

tanaman, lalat buah memperoleh protein dari bakteri. Bakteri-bakteri ini hidup pada permukaan

buah inang larva lalat buah, yang dikenal dengan nama FFT (Fruit Fly Type) bakteri tersebut

bersifat gram negative dan jenis yang banyak ditemukan merupakan famili Enterobacteriaceae.

Jenis bakteri yang banyak ditemukan merupakan famili Entrobacteriaceae. Bakteri berkembang

biak dan menyebar populasinya dengan menempelkan pada mulut lalat buah yang merusak buah

untuk mendapatkan pakan. Pada saat itu bakteri telah berpindah inang/tempat. Lalat dewasa

memuntahkan kembali kelebihan cairan yang dimakan sehingga bakteri dapat berpindah dan

melekat pada permukaan buah.

Selain sebagai pakan, bakteri-bakteri tersebut juga berfungsi sebagai simbion bagi

produksi nutrisi esensial dalam saluran pencernaannya. Pada lalat buah betina, bakteri ini

bermanfaat untuk kematangan seksual dan produksi telur. Aroma yang dikeluarkan bakteri FFT

(Fruit Fly Type) memikat lalat buah betina pada saat akan bertelur. Akibatnya, lalat buah mudah

menemukan dan menentukan tempat yang cocok untuk meletakkan telur (Putra, 1997).

Perilaku Kawin

Lalat buah merupakan serangga krepuskuler, artinya melakukan kopulasi setelah tengah

hari sebelum senja. Lalat buah betina yang sedang masak seksual akan mengeluarkan senyawa

pengikat (atraktan), dan diterima oleh lalat buah jantan masak seksual. Selanjutnya, perkawinan

akan terjadi di dekat tanaman inang. Senyawa pemikat betina dikeluarkan melalui anus secara

difusi karena adanya tekanan akibat getaran rectum. Senyawa ini akan berubah menjadi gas,

sehingga akan diterima oleh alat penerima rangsang lalat jantan. Alat penerima rangsang lalat

buah jantan mampu menerima senyawa pemikat dengan radius ± 800m (Putra, 1997).

Peletakan Telur

Peletakkan telur merupakan masalah yang penting bagi lalat buah, mengingat kehidupan

larva sepenuhnya terjadi di dalam tubuh inang. Induk lalat buah harus memilih tanaman inang

yang tepat, terutama dari segi pemenuhan gizi bagi keturunannya. Induk lalat buah sangat

menyukai inang yang berupa buah setengah masak. Dalam kondisi seperti ini, buah mengandung

asam askorbat dan sukrosa dalam jumlah yang maksimal. Buah yang terlalu masak tidak disukai

oleh induk karena waktu yang tersedia sebelum panen/dipakai lebih pendek dari pada waktu

hidup larva lalat buah(Putra, 2001).

Suhu optimal untuk perkembangan lalat buah 26oc, sedangkan kelembaban relatif sekitar

70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa. Kelembaban tanah

yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya mempunyai pengaruh langsung terhadap

perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi

yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan menetes apabila terkena sinar.

Siklus hidup lalat buah

Lalat buah memerlukam nutrisi untuk proses pematangan telurnya. Beberapa nutrisi yang

diperlukan terdapat di alam antara lain nectar dan madu. Lalat betina merupakan penyebab

terjadinya kerusakan pada buah-buahan karena lalat inilah yang meletakkan telur-telurnya ke

dalam buah dengan alat peletak telurnya (ovopositor). Telur-telur tersebut menetasmenjadi larva

atau belatung yang merusak buah-buahan. Larva dewasa akan menjatuhkan diri ke tanah dan

selanjutnya akan berubah menjadi pupa. Selama masa ini, pupa berpuasa dan hanya terdiam diri

untuk mempersiapkan diri menjadilalat buah dewasa (Ashari. 2006).

Berbeda dengan lalat betina, lalat jantan tidak secara langsung menimbulkan kerugian,

tetapi perananya sebagai pejantan yang membuahi lalat betina sangat berpengaruh terhadap

populasi lalat buah di alam (Kardinan, 2003). Yaitu telur, larva (belatung), pupa dan akhirnya

menjadi seranga dewasa dalam waktu kurang lebih 1 bulan (Kardinan, 2003).

Ciri Lalat buah dewasa yaitu berwarna kuning cerahatau coklat. Ukuran tubuhnya kurang

lebih sempurna dengan lalat rumah. Lalat buah dapat dijumpai dengan mudah pada pagi hari

atau sore hari, di kebun buah-buahan (Kardinan, 2003).

Telur berumur 2 sampai 3 hari ditusukkan oleh lalat buah betina kedalam kulit buah

menggunakan alat bertelurnya (ovopositor). Setelah itu telur akan terdiam di bawah permukaan

kulit buah dan menetas menjadi larva (belatung). Selama hidupnya larva atau belatung tersebut

berada di dalam buah dan memakan daging buah. Akibatnya, buah tampak busuk dan

berbelatung. Busuknya buah disebabkan oleh adanya bakteri yang selalu mengikuti telur-telur

yang diletakkan oleh lalat buah betina. Bakteri inilah yang berperan dalam mempercepat proses

pembusukan buah. Larva terdiri dari tiga masa instar atau tiga kali proses pergantian kulit. Proses

ini memerlukan waktu 7-10 hari dan terjadi di dalam buah. Setelah selesai masa instar, larva

akan menjatuhkan diri ke tanah dan selanjutnya akan berubah menjadi pupa. Masa pupa

berlangsung di dalam tanah dengan waktu 5-25 hari atau tergantung dari keadaaan lingkungan.

Selama masa ini, pupa berpuasa dan hanya terdiam diri untuk mempersiapkan diri menjadi lalat

buah dewasa (Kardinan, 2003).

Gejala

Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya.

Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai

dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur

ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang

menjadi meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak.

Apabila dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara 4-10

mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini

mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya

buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan.

Pengendalian:

Sejauh ini, lalat buah termasuk hama yang sulit dikendalikan. Beberapa teknik

pengendalian. baik secara tradisioanal maupun modern telah banyak diaplikasikan namun

hasilnya belumlah optimal. Walaupun demikian, usaha-usaha pengendalian tetap harus kita

upayakan sebisa mungkin agar dampak dari serangan tidak terlalu merugikan.

Beberapa cara pengendalian hama lalat buah yang bisa diupayakan di antaranya:

Penetapan Peraturan Pemerintah

Hal pertama adalah melalui penetapan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, yakni

peraturan karantina antar area/wilayah/negara untuk tidak memasukkan buah yang terserang dari

daerah endemis. Sebagai contoh, pemerintah melarang impor buah-buahan dan sayuran dari

negara di mana merupakan daerah endemis lalat buah.

Secara Kultur Teknis

Pemeliharaan Tanah

Memelihara tanaman dengan baik di antaranya melakukan mengolah dan merawat tanah

secara berkala. Pencacahan tanah di bawah tajuk pohon dapat menyebabkan pupa lalat buah yang

terdapat di dalam tanah terkena sinar matahari dan akhirnya mati.

Sanitasi yang Baik

Kebersihan kebun menentukan tingkat serangan lalat buah. Tujuan dari sanitasi

(memberishkan) kebun adalah memutus siklus perkembangan lalat buah. Lantai kebun harus

terbebas dari buah-buah yang terserang lalat buah yang jatuh atau yang masih di pohon. Buah

yang berisi telur dan larva lalat buah dikumpulkan kemudian dimusnahkan dengan dibakar atau

dibenamkan ke dalam tanah. Buah-buah yang gugur di bawah pohon berpeluang dijadikan

tempat bertelur lalat buah. Semak-semak dan gulma juga dapat digunakan lalat buah sebagai

inang alternatif ketika tidak musim buah. Sanitasi kebun akan efektif jika dilakukan oleh seluruh

petani secara serempak.

Pembungkusan Buah

Pembungkusan buah saat masih muda dapat membantu menangkal serangan hama lalat

buah. Petani bisa menggunakan kertas, kertas karbon, plastik hitam, daun pisang, daun jati, atau

kain untuk membungkus buah yang tidak terlalu besar seperti belimbing dan jambu. Untuk buah

yang berukuran besar, seperti nangka, petani biasa menggunakan anyaman daun kelapa, karung

plastik, atau kertas semen. Setiap jenis pembungkus tentu memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kapan buah harus dibungkus bergantung dari jenis buahnya. Misalnya, buah belimbing

harus sedini mungkin dibungkus. Buah mangga dibungkus sebelum buah memasuki stadium

pemasakan. Lalat buah tertarik pada warna kuning dan aroma buah yang masak atau aroma

amonia yang dikeluarkan oleh beberapa jenis bunga dan buah, jadi membungkus buah sedini

mungkin bisa efektif mengurangi serangan lalat buah.

Gambar 5. Membungkus buah untuk menghindari serangan lalat buah cukup efektif untuk

melindungi komoditas buah yang lebih besar

Upaya membungkus buah untuk menghindari serangan lalat buah akan semakin efektif jika

dibarengi dengan pengasapan (dijelaskan di bawah).

Di antara keuntungan menggunakan pembungkus untuk menghindari serangan lalat buah

adalah buah tetap mulus dan tidak terkontaminasi pestisida. Sayangnya pembungkusan buah

kurang praktis jika kebun buah sangat luas dan pohon buah tinggi. Cukup praktis dan efisien jika

di lokasi kebun tersedia tenaga kerja yang cukup dan murah. Metode pembukusan juga menjadi

hal yang sulit diterapkan pada tanaman buah hortikultura dan sayuran seperti tomat dan cabai.

Kesulitan terutama karena terlalu banyak bungkus plastik dan tenaga kerja yang diperlukan

untuk membungkus. Jadi, petani mungkin harus mencari solusi lain daripada solusi

pembungkusan.

Pengendalian Secara Mekanis

Pengasapan

Pengasapan di sekitar pohon dengan membakar serasah/jerami sampai menjadi bara yang

cukup besar bisa pula mengusir lalat. Pengasapan dilakukan 3 – 4 hari sekali dimulai pada saat

pembentukan buah dan diakhiri 1 –2 minggu sebelum panen. Tujuan pengasapan adalah

mengusir lalat buah dari kebun. Pengasapan dilakukan dengan membakar serasah atau jerami

sampai menjadi bara yang cukup besar. Kemudian bara dimatikan dan di atas bara ditaruh dahan

kayu yang masih lembab. Pengasapan di sekitar pohon dapat mengusi lalat buah dan efektif

selama tiga hari. Pengasapan selama 13 jam bisa membunuh lalat buah yang tidak sempat

menghindar.

Namun, cara ini juga menjadi kurang efisien jika diterapkan di kebun yang luas. Cara ini

hanya efisien jika diterapkan di pohon-pohon milik perseorangan yang jumlahnya terbatas atau

tidak terlampau banyak. Kelemahan lain pada pengendalian pengasapan adalah sulitnya

diterapkan pada komoditas sayuran.

Penggunaan Tanaman Perangkap

Penelitian mengenai preferensi lalat buah terhadap tanaman buah dan sayuran, ternyata

yang paling disukai oleh lalat buah berturut-turut sebagai berikut: jambu air, belimbing, mangga,

dan jambu biji. Tanaman yang lebih rendah dapat digunakan sebagai tanaman perangkap,

misalnya bila Anda mengutamakan budidaya tanaman mangga maka disekeliling kebun mangga

dapat ditanami jambu air atau belimbing.

Tanaman aromatik atau tanaman yang mampu mengeluarkan aroma, bisa juga digunakan

untuk mengendalikan lalat buah. Di antaranya jenis selasih/kemangi (Ocimum) yaitu

O.minimum, O.tenuiflorum, O.sanctum dan lainnya. Selain tanaman selasih ada juga tanaman

kayu putih (Melaleuca bracteata) dan tanaman yang bersifat sinergis (meningkatkan efektifitas

atraktan), seperti pala (Myristica fragans). Semua tanaman ini mengandung bahan aktif yang

disukai lalat buah, yaitu Methyl eugenol, dengan kadar yang berbeda.

Dengan menanam salah satu tanaman tersebut disekitar lahan, maka diharapkan dapat

mengurangi serangan lalat buah secara signifikan. Minyak kayu putih dan minyak selasih

berpeluang menjadi atraktan karena mengandung metil eugenol yang cukup tinggi. Sesuai

dengan fungsinya sebagai atraktan, minyak tersebut hanya bersifat menarik lalat buah tetapi

tidak membunuhnya. Jadi tujuan sebenarnya hanya untuk mengalihkan perhatian lalat buah dari

tanaman budidaya utama. Oleh karena itu, penggunaan minyak tersebut akan lebih optimal bila

dilengkapi dengan alat yang dapat menjebak atau menangkap lalat buah.

Pemanfaatan Musuh Alami dan Agens Hayati

Selanjutnya kita juga bisa memanfaatkan musuh alami (natural enemy) untuk menekan

populasi lalat buah, baik berupa prasitoid maupun predator. Yang termasuk parasitoid untuk lalat

buah di antaranya Biosteres sp  dan  Opius sp, dari famili Braconidae. Adapun predator yang bisa

memangsa lalat buah antara lain semut/lebah (hymenoptera), laba-laba (arachnida), kumbang

tanah carabid dan staphylinid (coleoptera), cocopet (dermaptera), sayap jala chrysopid (ordo

neuroptera) dan kepik penratomid (hemiptera).

Secara Biologi

Pengendalian lalat buah secara biologi bisa dilakukan dengan cara menghasilkan lalat

buah jantan yang mandul. Teknik ini memang masih dalam penelitian oleh para ilmuwan, tetapi

dianggap kurang praktis karena untuk membuat lalat jantan mandul diperlukan alat dan teknologi

khusus. Untuk menghasilkan serangga jantan mandul biasanya diperlukan sejumlah jenis lalat

buah jantan yang disinari dengan sinar gamma (biasanya cobalt 60 atau phosphor 132). Secara

teori, cara ini memang cukup ampuh karena populasi lalat di alam secara perlahan-lahan dapat

ditekan. Dengan melepaskan lalat jantan yang sudah dibuat mandul, telur yang dihasilkan dari

perkawinan dengan lalat betina menjadi steril alias tidak bisa menghasilkan keturunan. Jika

sudah mencapai umur maksimal (1-2 bulan), lalat betina akan mati dengan sendirinya, begitu

pula dengan lalat jantan mandul yang dilepas.

Meskipun demikian, masih perlu diperhitungkan populasi lalat jantan fertil yang berada

di alam sehingga lalat jantan mandul dapat berkompetisi untuk memperoleh betina. Menurut

beberapa penelitian, gerakan lalat jantan yang telah dimandulkan menjadi lebih lamban

dibandingkan dengan lalat jantan yang ada di alam sehingga sering kalah bersaing dalam

memperebutkan lalat betina. Sekali lalat betina dikawini oleh lalat jantan, sperma yang diperoleh

akan disimpan di dalam spermateka atau kantung sperma, selanjutnya lalat betina tidak

memerlukan sperma lagi. Karena itu, jika lalat jantan mandul yang dilepas berhasil mengawini

lalat betina terlebih dahulu, hasil yang diharapkan akan tercapai. Namun, kenyataan yang terjadi

di lapangan, lalat jantan mandul lebih banyak kalah bersaing dengan lalat jantan fertil untuk

menjadi pejantan pertama yang dapat mengawini lalat betina.

Aplikasi Umpan Protein

Metode lainnya untuk mengendalikan lalat buah adalah penerapan umpan protein, yang

mana dapat menarik lalat buah baik jantan maupun betina. Metode ini aman bagi manusia,

namun mungkin diperlukan pengetahuan tentang bahan-bahan yang harus digunakan.

Aplikasi umpan protein dapat dilakukan dengan cara memasang tabung/botol umpan

protein. 1 liter umpan protein dicampur dengan 9 liter air kemudian ditambah 100 gram sodium

benzoate ditambah dengan ME atau Cue lure (bergantung jenis tanamannya) dan 16 ml fipronil

atau 10 ml luvinuron. Bahan-bahan umpan protein ini bisa Anda beli di toko-toko bahan kimia

atau toko obat pertanian skala menengah-besar.

Setiap 2 minggu sekali tabung diisi ulang dengan 250 ml campuran tersebut. Untuk

hamparan tanaman yang luas cukup dipasang 4 buah tabung umpan protein per hektarnya.

Penggunaan Perangkap Atraktan

Salah satu cara yang dianggap paling efektif, mudah dan ramah lingkungan untuk

mengendalikan lalat buah adalah penggunaan perangkap atraktan (pemikat) lalat buah. Cara ini

dianggap aman karena tidak meninggalkan residu pada komoditas yang ditanam. Bahan pemikat

ini biasanya ditempatkan di dalam perangkap berupa botol plastik atau tabung silinder sehingga

lalat buah akan masuk dan terperangkap di dalam.

Atraktan dapat digunakan untuk tiga fungsi utama, yakni:

1. mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah di sekitar lahan budidaya;

2. menarik lalat buah kemudian membunuhnya dengan menggunakan perangkap;

3. mengacaukan perilaku kawin, berkumpul, dan perilaku makan lalat buah.

Mekanisme kerja perangkap adalah memancing lalat buah masuk ke dalam perangkap

dengan menggunakan methyl eugenol yang ditempatkan di dalam botol perangkap. Di dasar

botol perangkap bisa diisi air sehingga sayap lalat buah akan lengket jika menyentuh air tersebut

dan akhirnya lalat buah akan mati tenggelam.

Perangkap lalat buah itu sendiri bisa dibuat dari bahan sederhana, pada umumnya adalah

bekas botol plastik minuman. Botol ini dimodifikasi sedemikian rupa dan diisi dengan zat

pemikat lalat buah yaitu methyl eugenol. Zat pemikat atau atraktan ini bisa kita beli di toko-toko

obat pertanian. Walaupun begitu, kita pun bisa menggunakan bahan alami lainnya yang mudah

diperoleh dan murah seperti ekstrak daun selasih/kemangi dan daun melaleuca. Bisa pula berupa

cue lure atau umpan protein seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Jika mau, atraktan dapat

dicampur dengan insektisida dan diteteskan pada kapas, namun hal ini tidak disarankan.

Perangkap dipasang pada tiang atau ranting pohon setinggi 2-3 meter dari permukaan

tanah. Untuk area lahan 1 hektar, dibutuhkan kurang lebih 16 buah perangkap. Dipasangkan

terus menerus selama tanaman berbuah dan zat pemikat harus diisi ulang jika menunjukkan tidak

lagi berfungsi.

Gambar 8. Pemasangan perangkap metil eugenol lalat buah menggunakan lem

Secara Kimiawi

Pengendalian lalat buah dengan insektisida berbahan aktif spinosad bisa membunuh lalat

buah. Pestisida sebagai umpan dengan bahan aktif spinosad sangat digemari lalat buah baik

jantan maupun betina. Namun sayangnya penyemprotan dengan insektisida sering menyebabkan

pemborosan karena banyak yang tidak tepat sasaran, mengingat sifat lalat buah yang selalu

bergerak. Penggunaan insektisida juga bisa menyebabkan pencemaran lingkungan dan

meninggalkan residu yang berbahaya bagi manusia.

Masih ada lagi cara pengendalian lalat buah secara kimia, yakni menggunakan protein

baik (pencampuran protein hidrolisat yang merupakan makanan lalat buah dengan insektisida).

Namun, cara ini belum populer dilakukan khususnya di Indonesia. Selain itu, daya jangkau

efektivitasnya tidak terlampau luas. Keunggulan penggunaan protein baik adalah daya bunuhnya

yang tinggi. Jika lalat buah mengonsumsinya, kemungkinan besar akan langsung mati sehingga

tidak memerlukan perangkap lagi.

Penggunaan insektisida juga dapat merugikan perdagangan nasional karena produk

pertanian yang diekspor bisa ditolak oleh negara tujuan. Oleh karena itu, diperlukan suatu

terobosan untuk menemukan cara pengendalian hama lalat buah yang efektif, efisien, dan ramah

lingkungan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Borror, Donald J. dkk. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Terjemahan Soetiyono

Partosoejono. Yokyakarta. Gajah Mada University Press.

Nugroho, S.P. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Yogyakarta: Kanisius.

http://agustinaajeng.wordpress.com/ .[ 23 Febuari 2011]

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2002. Pedoman Pengendalian Lalat Buah.

Direktorat PerlindunganHortikultura. Jakarta.

Kalie MB. 1992. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Putra, nugroho Susetya. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Yogyakarta: Kanisius.

Hamdani, A., 2006. Jenis Lalat Buah yang Berperan sebagai Organisme Pengganggu Tanaman

(OPT). Laporan PKL PS. Biologi. Universitas Mataram, Mataram.

Imron Febri Utama

04 Februari 1991