lakip laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah ... · presiden republik indonesia nomor 29...
TRANSCRIPT
LAKIPLaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Tahun Anggaran 2017
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi InternasionalKementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Republik Indonesia
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Ringkasan Eksekutif
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi ..........................................................
C. Aspek Strategis .............................................................................................
D. Isu Strategis ..................................................................................................
1
3
66
7
10
10
BAB II PERENCANAAN KINERJA ...................................................................A. Renstra ..........................................................................................................
B. Renja 2017.....................................................................................................
C. Perjanjian Kinerja ..........................................................................................
D. Pengukuran Kinerja .......................................................................................
1212
13
15
16
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................A. Capaian Kinerja Organisasi .........................................................................
B. Analisis Capaian Kinerja Organisasi .............................................................
C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu .............................................
D. Realisasi Anggaran .......................................................................................
1818
21
45
48
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 53
LAMPIRANPerjanjian Kinerja Tahun 2017
Manual IKU Tahun 2017
Rincian Koordinasi dan Sinkronisasi Tahun 2017
1
KATA PENGANTAR
Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi
Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2017
merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban Deputi Bidang Koordinasi Kerja
Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
kepada publik atas kinerja pencapaian visi dan misinya pada Tahun 2017. Selain
itu, Laporan Kinerja juga merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian untuk meningkatkan kinerja dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi
Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah, berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tanggal 19 Mei 2015 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Indikator- indikator kinerja yang diukur dalam Laporan Kinerja Deputi Bidang
Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian Tahun 2017 adalah indikator-indikator yang tertuang dalam
Penetapan Kinerja (PK) antara Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi
Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian.
Dengan semangat transparansi dan komitmen untuk memberikan kontribusi
terbaik, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian akan terus berupaya membangun kultur
organisasi yang lebih transparan dan akuntabel, agar kepercayaan public terhadap
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan semakin meningkat.
Laporan Kinerja ini diharapkan mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan dan dapat memberikan manfaat bagi
2
peningkatan kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Jakarta, Januari 2018
Deputi Bidang KoordinasiKerja Sama Ekonomi Internasional
Rizal Affandi Lukman
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dokumen Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi
Internasional (Deputi VII) Tahun 2017 merupakan pertanggungjawaban Kinerja
Deputi VII kepada seluruh stakeholder dan sebagai bahan untuk perbaikan dan
peningkatan kinerja pada tahun-tahun mendatang.
Visi Deputi VII adalah: “Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan di bidang kerja
sama ekonomi internasional”. Misinya adalah: “Menjaga dan memperbaiki
koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan
kebijakan perekonomian di bidang kerja sama ekonomi internasional” Sedangkan
Tujuannya adalah: “Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional”
Pada tahun 2017 ini Deputi VII, Kemenko Perekonomian telah menetapkan 5
(lima) Indikator Kinerja Utama (IKU) . Ke-lima IKU tersebut telah ditetapkan oleh
Deputi VII dan disetujui oleh Menko Perekonomian dalam Perjanjian Kinerja (PK).
Dalam PK Deputi VII tahun 2017 memiliki Sasaran Strategis yang diukur dengan 5
indikator kinerja yaitu :
1) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi yang terimplementasi;
2) Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka
memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA);
3) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang
ditindaklanjuti;
4) Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi
internasional yang ditindaklanjuti;
5) Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil
kerjasama ekonomi internasional.
Pencapaian kinerja rata-rata kegiatan Deputi VII, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian pada Tahun Anggaran 2017 telah berjalan dengan baik. Adapun
capaian kinerja Deputi VII secara ringkas dapat dilihat sebagaimana tabel dibawah
ini:
4
SS Indikator Kinerja Target2017
Realisasi2017
Kinerja%
Terwujudnya Koordinasidan SinkronisasiKebijakan Bidang KerjaSama EkonomiInternasional
Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomiinternasional yang terimplementasi 85% 92% 108%
Persentase (%) rekomendasi hasil penguatandaya saing nasional dalam rangka memenuhikomitmen Indonesia dalam MEA
85% 100% 118%
Terwujudnyapengendalian kebijakandibidang kerja samaekonomi internasional
Persentase (%) kesepakatan kerja samaekonomi internasional yang ditindaklanjuti 85% 100% 118%
Persentase (%) rekomendasi hasil monitoringdan evaluasi kerja sama ekonomi internasionalyang ditindaklanjuti
85% 100% 118%
Pemahaman pesertaatas materi sosialisasihasil-hasil kerja samaekonomi internasional
Persentase (%) pemahaman peserta atas materisosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomiinternasional 85% 88% 104%
Output yang dihasilkan berupa hasil-hasil kesepakatan kerja sama ekonomi
internasional yang dikoordinasikan oleh Deputi VII dan rekomendasi hasil
pengendalian kebijakan kerja sama ekonomi internasional. Untuk Outcome, dalam
hal ini dampak yang diharapkan dari output yang dihasilkan adalah peningkatan
nilai perdagangan dan investasi, serta pemanfaatan hasil-hasil kesepakatan/kerja
sama ekonomi internasional oleh stakeholder terkait. Sedangkan manfaat dari
kesepakatan kerja sama ekonomi internasional baru dapat terlihat hasilnya
beberapa tahun kedepan.
Tingginya capaian kinerja Deputi VII tahun 2017, bukan berarti pekerjaan
berjalan tanpa hambatan. Terdapat faktor-faktor penghambat kinerja Deputi VII,
mulai dari adanya perbedaan kepentingan di antara pemangku kepentingan di
dalam negeri, hingga perbedaan kepentingan masing-masing Negara dalam proses
penyusunan kesepakatan baik tingkat bilateral, regional & sub regional serta
multilateral, yang mengakibatkan proses pembahasan kesepatakan memakan
waktu lebih lama. Selain itu, kendala-kendala teknis seperti jadwal pertemuan kerja
sama ekonomi internasional juga memerlukan kesesuaian waktu antara 2 (dua)
negara atau lebih serta situasi dan kondisi dalam negeri suatu negara, sehingga
terdapat beberapa penyelenggaraan pertemuan bilateral yang tertunda. Kendala
bahasa juga menjadi salah satu faktor tidak aktifnya pemerintah daerah pada forum-
forum internasional, misalnya pada pertemuan BIMP-EAGA dan IMT-GT yang
5
seharusnya daerah lebih aktif dalam memanfaatkan peluang kerja sama ekonomi
yang ada dan keterbatasan anggaran. Keadaan ini yang membuat Deputi VII harus
memilih kegiatan/forum secara cermat sesuai dengan urgensinya terhadap
kepentingan nasional.
Dalam mengatasi kendala-kendala tersebut, telah dilakukan langkah-langkah
efisiensi dan efektitas komunikasi dengan pemangku kepentingan pada forum
bilateral, regional & sub regional serta multilateral dan memilih isu-isu yang
dianggap lebih prioritas dan strategis, juga lebih membangun komunikasi dengan
pemerintah daerah dan pemangku kepentingan agar dapat aktif terlibat dalam
kegiatan/kerja sama ekonomi internasional dan memanfaatkan hasil-hasil
kesepakatan ekonomi internasional. Untuk perbaikan kinerja selanjutnya, Deputi VII
akan meningkatkan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait sebelum
mengikuti/menyelenggarakan forum internasional guna menyamakan persepsi,
menyelaraskan kepentingan dan membuat perencanaan kegiatan yang lebih
matang.
Anggaran untuk menyelenggarakan program dan kegiatan tahun 2017,
Deputi VII memperoleh anggaran (setelah revisi) sebesar Rp. 14.192.749.000,-
dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 13.958.596.938,-, (98,35%).
6
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyusunan Laporan Kinerja merupakan pelaksanaan amanat Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Isntansi Pemerintah, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Deputi Bidang Koordinasi Kerja
Sama Ekonomi Internasional telah melakukan penyusunan Laporan Kinerja tahun
2017 sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang
dibebankan kepada Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional,
dan bertujuan untuk memberikan informasi kinerja yang terukur atas kinerja yang
telah dan seharusnya dicapai, serta sebagai upaya perbaikan bagi instansi
pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.
Kerjasama ekonomi internasional dapat didefinisikan sebagai hubungan
antara suatu negara dengan negara atau dengan lembaga internasional lainnya
dalam bidang ekonomi, perdagangan maupun investasi melalui kesepakatan-
kesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling
menguntungkan.
Penyusunan Laporan Kinerja dilakukan selain didasari oleh ketentuan
peraturan yang berlaku, juga merupakan perwujudan tekad untuk senantiasa
bersungguh-sungguh dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara
dan pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip “good governance”.
Laporan Kinerja Tahun Anggaran 2017 ini disusun sebagai bentuk
pertanggungjawaban dan sekaligus memberikan informasi tentang hasil-hasil kerja
sama ekonomi internasional yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) melalui DIPA Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Tahun 2017 untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan.
7
B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah sebagai
berikut:
1. Kedudukan
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
2. Tugas Pokok
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mempunyai tugas
untuk menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan,
dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi
internasional.
3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama
Ekonomi Internasional menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan
kebijakan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional;
b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kerja sama
ekonomi bilateral;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kerja sama
ekonomi multilateral;
e. koordinasi, sinkronisasi, perumusan, pemberdayaan, dan pengendalian
kebijakan di bidang kerja sama ekonomi regional;
f. pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang kerja sama ekonomi
internasional; dan
8
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama
Ekonomi Internasional terdiri atas: (a) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Asia;
(b) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Eropa, Afrika dan Timur Tengah; (c) )
Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik; (d) ) Asisten Deputi
Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional; (e) ) Asisten Deputi Kerja
Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan; dan (f) Kelompok Jabatan
Fungsional. Bagan struktur organisasi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama
Ekonomi Internasional adalah sebagai berikut:
Gambar I.1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional
Dari struktur organisasi tersebut di atas, masing-masing kepala bidang (eselon III)
terdiri dari 2 (dua) orang eselon IV. Pada Tahun 2017 jumlah pegawai di unit Deputi
VII sebanyak 40 (empat puluh) orang, dengan komposisi sebagai berikut:
DEPUTI BIDANG KOORDINASIKERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL
Asisten DeputiKerja Sama Ekonomi
Asia
BidangKerja Sama EkonomiAsia Tengah dan Asia
Timur
BidangKerja Sama EkonomiAsia Selatan dan Asia
Tenggara
BidangProgram dan Tata
Kelola
BidangKerja Sama Ekonomi
Eropa
BidangKerja Sama Ekonomi
Afrika dan TimurTengah
Asisten DeputiKerja Sama Ekonomi
Eropa, Afrika dan TimurTengah
BidangKerja Sama Ekonomi
APEC dan SubRegional
BidangKerja Sama Ekonomi
ASEAN
BidangKerja Sama Ekonomi
Amerika
BidangKerja Sama Ekonomi
Pasifik
Asisten DeputiKerja Sama EkonomiAmerika dan Pasifik
Asisten DeputiKerja Sama Ekonomi
Regional dan SubRegional
Asisten DeputiKerja Sama Ekonomi
Multilateral danPembiayaan
BidangKerja Sama Ekonomi
Multilateral
BidangKerja Sama Ekonomi
Pembiayaan
Kelompok JabatanFungsional
9
Tabel I.1. Komposisi pegawai Deputi VII berdasarkan tingkat pendidikan:
Pendidikan Jumlah (orang) PersentaseSMA 2 5%
Diploma I 2 5%
Diploma III 5 12,5%
Sarjana (S1) 12 30%
Pasca Sarjana (S2) 16 40%
Doktoral (S3) 3 7,5%
Jumlah 40
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar I.2. Pegawai Deputi VII berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan,
pegawai Deputi VII sebagian
besar sudah pasca sarjana
(40%), selebihnya
berpendidikan mulai dari SMA
hingga sarjana dan ada yang
sudah bergelar doktoral.
Sedangkan komposisi pegawai pada Deputi VII berdasarkan jenis kelamin dan
jabatan sebagaimana berikut:
Tabel I.2. Komposisi pegawai Deputi VII berdasarkan jenis kelamin dan jabatan:
Keterangan Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV PelaksanaLaki-laki 1 4 7 8 11
Perempuan 0 1 2 0 6Jumlah 1 5 9 8 17
10
C. ASPEK STRATEGIS
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional merupakan
bagian integral dalam proses perencanaan strategis. Perannya sebagai koordinator
untuk mengkoordinasikan dan mensinkronkan kebijakan kerja sama ekonomi
internasional dan pengendali kebijakan kerja sama ekonomi internasional, perlu
menjamin suksesnya pencapaian kinerja jangka panjang dan menyeluruh bagi
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian guna mendukung kinerja
pembangunan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan Presiden dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Periode 2015-2019,
melalui penguatan diplomasi ekonomi Indonesia dan peningkatan kerja sama
ekonomi internasional dalam forum bilateral, multilateral, regional maupun sub
regional.
Posisi strategis menjadi arah gerak Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama
Ekonomi Internasional dalam menentukan Sasaran yang akan dituju. Sasaran
Strategis Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah (1)
terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi
internasional; (2) terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama
ekonomi internasional; dan (3) terwujudnya pemahaman peserta atas materi
sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional.
D. ISU STRATEGIS
Kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional
dalam rangka mengemban tugas dan fungsi untuk melaksanakan arah kebijakan
pembangunan nasional maupun program – program prioritas nasional dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan berkelanjutan,
melalui strategi koordinasi dan sinkronisasi, pengendalian, studi
kebijakan/kajian/telaahan dan sosialisasi kerja sama ekonomi internasional.
Strategi tersebut merupakan langkah-langkah Deputi Bidang Koordinasi Kerja
Sama Ekonomi Internasional mendorong peningkatan kinerja sektor/lintas sektor
menjadi lebih optimal baik dalam pelaksanaan program/kegiatan sektor atau
11
lintas sektor menjadi lebih efektif dan efisien melalui rapat-rapat koordinasi dan
diplomasi ekonomi pada pertemuan-pertemuan internasional.
Salah satu upaya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional
adalah dengan meningkatkan dan memperkuat kerja sama ekonomi
internasional secara lebih luas, baik dalam skema Free Trade Agreement (FTA)
maupun partnership.
FTA bagi kebanyakan masyarakat Indonesia adalah negatif dan dianggap
sebagai suatu ancaman, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Indonesia dapat
memilih FTA, skema-skema FTA yang dianggap tepat dan dapat
menguntungkan Indonesia. Jadikan FTA sebagai peluang dan tantangan bagi
Indonesia untuk memperluas pergaulan global dan mengambil manfaat ekonomi
yang seluas-luasnya untu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
Peningkatan pengelolaan sektor/lintas sektor dimaksud diharapkan dapat
memberikan manfaat peningkatan produktivitas bagi sektor/lintas sektor bidang
kerja sama ekonomi internasional. Untuk itu, fokus Deputi Bidang Koordinasi
Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam upaya menuju sasaran strategis
adalah :
a) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Bilateral;b) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Multilateral;c) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Regional dan sub Regional.
Sinkronisasi program dan kebijakan pemerintah antara pusat dan daerah
serta pola pikir masyarakat dan pelaku usaha yang belum melihat secara
keseluruhan potensi dan peluang serta manfaat yang dapat diraih dalam
keterbukaan pasar global dan juga integrasi ekonomi ASEAN. Untuk itu,
diperlukan langkah-langkah yang tepat dan berbagai kebijakan serta perbaikan
regulasi yang mendukung program-program penguatan dibidang-bidang yang
strategis.
Sinergitas antar Kementerian dan Lembaga juga perlu dioptimalisasikan,
sehingga perumusan dan strategi yang dibuat sebagai modal untuk terjun di
pasar global dapat memperkuat posisi tawar Indonesia dalam berbagai
perundingan di forum Internasional.
12
BAB IIPERENCANAAN KINERJA
Sesuai tugas pokok dan fungsi, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama
Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai
rencana strategis yang berorientasi pada hasil yang akan dicapai selama kurun
waktu lebih dari 1 (satu) tahun, dengan memperhitungkan potensi dan peluang,
serta kendala yang ada. Renstra Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi
Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang mencakup Visi,
Misi, Tujuan, Sasaran, serta pencapaian tujuan dan sasaran diuraikan dalam bab
ini. Sedangkan terkait sasaran yang akan dicapai dalam tahun 2017 dijelaskan
dalam Rencana Kerja (Renja) 2017.
A. RENCANA STRATEGIS
1. VISIVisi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah:
“Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunanekonomi yang efektif dan berkelanjutan di bidang kerja sama ekonomi
internasional”2. MISI
Misi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah
:
“Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunankebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian di
bidang kerja sama ekonomi internasional”3. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam koordinasi kerja sama ekonomi
internasional adalah:
“Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif danberkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional”
13
4. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis yang ingin dicapai Kedeputian Kerja Sama Ekonomi
Internasional dalam rangka mewujudkan tujuan, terkait dengan“ Terwujudnyapertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui kerja samaekonomi internasional”, ditunjukkan dengan sasaran strategis 1, 2 dan sasaran
strategis 3, yaitu:
(1) terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama
ekonomi internasional;
(2) terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi
internasional; dan
(3) terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja
sama ekonomi internasional.
B. RENCANA KERJA 2017
Untuk mewujudkan sasaran strategis telah ditetapkan Rencana Kerja Tahun
2017 dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja samaekonomi internasional, melalui kegiatan :
Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amerika & Pasifik Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional & Sub Regional Koordinasi dan sinkronisasi KSE Multilateral & Pembiayaan
2) Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomiinternasional, melalui kegiatan:
Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amrika & Pasifik Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional & Sub Regional Koordinasi dan sinkronisasi KSEMultilateral & Pembiayaan
3) Terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja
sama ekonomi internasional, melalui kegiatan:
Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Asia Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Amerika & Pasifik
14
Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Eropa, Afrika & TimurTengah
Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Regional & Sub Regional Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Multilateral & Pembiayaan
Untuk lebih jelasnya rencana kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama
Ekonomi Internasional, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama EkonomiInternasional Tahun 2017
Program SasaranStrategis Kegiatan Anggaran Awal
Anggaran SetelahPemotongan &Penambahan
Koordinasi
Kebijakan di
Bidang
Perekonomian
Terwujudnya
kordinasi dan
sinkronisasi
kebijakan
bidang kerja
sama ekonomi
internasional
Koordinasi dan sinkronisasi KSEAsia
Rp. 2.200.000.000,- Rp. 2.157.730.000,-
Koordinasi dan sinkronisasi KSEAmerika & Pasifik
Rp. 1.275.000.000,- Rp. 1.300.057.000,-
Koordinasi dan sinkronisasi KSEEropa, Afrika dan Timur Tengah
Rp. 2.100.000.000,- Rp. 1.998.050.000,-
Koordinasi dan sinkronisasi KSERegional dan Sub Regional
Rp. 3.000.000.000,- Rp. 4.447.396.000,-
Koordinasi dan sinkronisasi KSEMultilateral dan pembiayaan
Rp. 2.100.000.000,- Rp. 1.976.956.000,-
Terwujudnya
pengendalian
kebijakan di
bidang kerja
sama ekonomi
internasional
Monitoring & Evaluasi kebijakanKSE Asia
Rp. 250.000.000,- Rp. 161.600.000,-
Monitoring & Evaluasi kebijakanKSE Amerika & Pasifik
Rp. 500.000.000,- Rp. 246.700.000,-
Monitoring & Evaluasi kebijakanKSE Eropa, Afrika & Timur Tengah
Rp. 315.000.000,- Rp.125.550.000,-
Monitoring & Evaluasi kebijakanKSE Regional & Sub Regional
Rp. 50.000.000,- Rp. 50.000.000,-
Monitoring & Evaluasi kebijakanKSE Multilateral & Pembiayaan
Rp. 200.000.000,- Rp. 116.670.000,-
Terwujudnyapemahamanpeserta atas
materi
Sosialisasi hasil-hasil kerja samaekonomi Asia
Rp. 250.000.000,- Rp. 109.600.000,-
Sosialisasi hasil-hasil kerja samaekonomi Amerika & Pasifik
Rp. 200.000.000,- Rp. 228.243.000,-
Sosialisasi hasil-hasil kerja samaekonomi Eropa, Afrika & TimurTengah
Rp. 210.000.000,- Rp. 301.400.000,-
15
Program SasaranStrategis
Kegiatan Anggaran Awal Anggaran SetelahPemotongan
sosialisasi
hasil-hasil
kerja sama
ekonomi
internasional
Sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi Regional & SubRegional
Rp. 200.000.000,- Rp. 195.353.000,-
Sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi Multilateral &Pembiayaan
Rp. 400.000.000,- Rp. 406.374.000,-
TOTAL Rp. 13.550.000.000,- Rp. 14.192.749.000,-
Pagu awal Deputi VII tahun 2017 sebesar Rp 13.550.000.000,- (sesuai dengan
pagu anggaran di dokumen Perjanjian Kinerja). Namun Deputi VII mendapatkan
penambahan anggaran BA BUN, sehingga total pagu anggaran Deputi VII menjadi
Rp. 14.192.749.000,-. Karena itu pagu anggaran yang digunakan dalam laporan
kinerja Deputi VII adalah pagu akhir setelah penambahan BA BUN.
C. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja (PK) pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur
dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya
yang dikelolanya. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain adalah untuk:
meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata
komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar
penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan
menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.
Dokumen PK merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan
instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanjian
Kinerja pada Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional ditetapkan
hanya hingga level Eselon II. Untuk level eselon di bawahnya hingga pelaksana,
kontrak kinerja individu tertuang dalam Sasaran Kerja Pegawai. Pencapaian sasaran
strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Penyusunan IKU disesuaikan
dengan level organisasi atau kewenangan yang dimiliki oleh pejabat yang
16
bersangkutan. Oleh karena itu Indikator kinerja dan target tahunan yang tertuang
dalam Perjanjian Kinerja adalah merupakan indikator kinerja utama tingkat Eselon I
(Deputi VII) yang telah ditetapkan dan merupakan penjabaran Renstra. Indikator
Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional
tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 IKU Deputi VII Tahun 2017
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Terwujudnya koordinasi dansinkronisasi kebijakan bidangkerja sama ekonomiInternasional
Persentase (%) kesepakatan kerja samaekonomi internasional yang terselesaikan 85 %
Persentase (%) rekomendasi hasilpenguatan daya saing nasional dalamrangka memenuhi komitmen Indonesiadalam MEA
85%
Terwujudnya pengendaliankebijakan di bidang kerja samaekonomi Internasional
Persentase (%) kesepakatan kerja samaekonomi internasional yang ditindaklanjuti 85%
Persentase (%) rekomendasi hasilmonitoring dan evaluasi kerja samaekonomi internasional yang ditindaklanjuti
85%
Pemahaman peserta atasmateri sosialisasi hasil-hasilkerja sama ekonomiinternasional
Persentase (%) pemahaman peserta atasmateri sosialisasi hasil-hasil kerjasamaekonomi internasional 85%
D. PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama
Ekonomi Internasional tahun 2016 dilakukan dengan cara perbandingan antara
realisasi dengan target pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional
tahun 2017. Metode perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui
penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia.
Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diketahui nilai
NKO. Formula penghitungan NKO adalah sebagai berikut :
17
NKO =Realisasi
× 100%Target
Mekanisme pengelolaan dan pengukuran kinerja Deputi VII berpedoman pada
Permenko No. 9 Tahun 2015 terkait PK, IKU dan metode pengumpulan data kinerja.
Alat bantu pengelolaan kinerja individu menggunakan sistem informasi dalam
//situkin.ekon.go.id dan //skp.ekon.go.id. Pengukuran kinerja mengikuti arah
cascading IKU level yang lebih tinggi.
18
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian telah dapat memenuhi sasaran strategis,
sebagaimana yang dibebankan dan merupakan pelaksanaan dan tugas utama
organisasi. Sasaran strategis organisasi yang dapat diwujudkan sesuai target yang
ditetapkan dalam meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang
kerjasama ekonomi internasional; pengendalian kebijakan di bidang kerja sama
ekonomi internasional; dan pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil
kerja sama ekonomi internasional.
Untuk mencapai sasaran strategis tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja
Sama Ekonomi Internasional berkoordinasi dengan beberapa instansi pemerintah
terkait seperti, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Keuangan, Kementerian ESDM, Kementerian Pertanian, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian
Pertahanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional, Badan Koordinasi Penanaman Modal dan instansi terkait
lainnya. Selain itu, partisipasi pelaku bisnis juga dilibatkan melalui koordinasi
dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) di bidang kerjasama
ekonomi internasional. Koordinasi yang dilakukan berupa rapat-rapat koordinasi,
untuk mendapatkan masukan dan perkembangan kerja sama ekonomi internasional
maupun kunjungan ke lokasi guna melihat dan mendapatkan masukan langsung
dari stakeholder.
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional
tahun 2017 adalah sebagai berikut:
(1). Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi yang terimplementasi.
Target rekomendasi kesepakatan yang ditetapkan pada tahun 2017 sebesar
85% dari 25 kesepakatan (21 kesepakatan) yang ada di wilayah kerja masing-
19
masing Keasdepan, dan telah terealisasi sebanyak 23 kesepakatan.
Berdasarkan hasil tersebut, apabila dipresentasekan realisasi tahun 2017
adalah sebesar 92% dari target 85% sehingga mempunyai kinerja 108%.
(2). Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam
rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA;
Pada IKU semester kedua di tahun 2017, presentase rekomendasi hasil
penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia
dalam MEA mampu merealisasikan 100% yang terdiri dari penyelesaian
kesepakatan MEA dalam pilar ekonomi dan kesepakatan Strategic Action Plan
ASEAN. Sehingga target tahun 2017 sebesar 85% dan capaian 100% atau
mempunyai kinerja 118%.
(3). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang
ditindaklanjuti;
Sepanjang tahun 2017, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi
Internasional mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti
sebanyak 16 kesepakatan (85% dari 19 kesepakatan), namun dapat terealisasi
seluruhnya, 19 kesepakatan. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 100%
dari target 85% atau mempunyai kinerja 118%.
(4). Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama
ekonomi internasional yang ditindaklanjuti;
Pada hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) pada tahun
2017, Kedeputian VII mencapai kinerja 118%. Dari 23 rekomendasi (85% dari
26 rekomendasi) monev yang ditargetkan dapat ditindaklanjuti, terdapat 27
rekomendasi yang telah ditindaklanjuti, dengan realisasi 100% dari target 85%.
(5). Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil
kerjasama ekonomi internasional.
Terhadap IKU ini Kedeputian VII mencapai realisasi 88% dari target yang
ditetapkan 85% dan menunjukkan kinerja 104%. IKU ini ditetapkan untuk
mengukur pemahaman peserta terhadap kegiatan sosialisasi yang
20
diselenggarakan pada tahun 2017. Metode pengukurannya menggunakan
kuisioner yang disampaikan kepada peserta sosialisasi.
Capaian Kinerja Deputi VII pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Capaian Kinerja Deputi VII tahun 2017
SS Indikator Kinerja Target2017
Realisasi2017
Kinerja%
Terwujudnya Koordinasidan SinkronisasiKebijakan Bidang KerjaSama EkonomiInternasional
Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomiinternasional yang terimplementasi 85% 92% 108%
Persentase (%) rekomendasi hasil penguatandaya saing nasional dalam rangka memenuhikomitmen Indonesia dalam MEA
85% 100% 118%
Terwujudnyapengendalian kebijakandibidang kerja samaekonomi internasional
Persentase (%) kesepakatan kerja samaekonomi internasional yang ditindaklanjuti 85% 100% 118%
Persentase (%) rekomendasi hasil monitoringdan evaluasi kerja sama ekonomi internasionalyang ditindaklanjuti
85% 100% 118%
Pemahaman pesertaatas materi sosialisasihasil-hasil kerja samaekonomi internasional
Persentase (%) pemahaman peserta atas materisosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomiinternasional 85% 88% 104%
Grafik 3.1 Capaian Kinerja Deputi VII Tahun 2017
21
B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Hasil-hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama
ekonomi internasional mencakup hal-hal yang dituangkan dalam bentuk agreement
/ memorandum of understanding / agreed minutes / joint statement, dimana
perjanjian tersebut mempunyai dampak perdagangan, investasi dan pembiayaan.
Sedangkan hasil dari pengendalian kebijakan dibidang kerja sama ekonomi
internasional berupa rekomendasi untuk tindaklanjut kebijakan kerja sama ekonomi
internasional. Capaian kinerja Deputi bidang koordinasi kerja sama ekonomi
internasional berhasil dicapai melalui rapat-rapat koordinasi, penyelenggaraan
pertemuan internasional, focus group discussin (FGD) antar Kementerian/Lembaga
dan stakeholder terkait serta menerapkan mekanisme pembagian kerja dan
pertukaran infomasi yang dilakukan melalui rapat internal dan komunikasi serta
sharing data melalui email dan media komunikasi lainnya.
Secara rinci capaian atas kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama
Ekonomi Internasional tahun 2017 adalah sebagai berikut:
(1). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang
terimplementasi.
Kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang terimplementasikan
adalah kesepakatan yang disetujui/ditandatangani dalam
pertemuan/perundingan kerja sama ekonomi internasional yang dilaksanakan
oleh stakeholder terkait.
Target kesepakatan yang terimplementasikan pada tahun 2017 sebanyak 21
kesepakatan (85% dari 25 kesepakatan) yang ada di wilayah kerja masing-
masing Keasdepan, dan telah terealisasi sebanyak 23 kesepakatan.
Berdasarkan hasil tersebut, realisasi tahun 2017 adalah sebesar 92% dari
target 85% sehingga mempunyai kinerja 108%.
Jumlah 23 target kesepakatan yang terimplementasikan dengan negara-
negara dan lembaga-lembaga internasional yaitu dengan negara Jepang,
China, Singapura, Timor Leste, Amerika Serikat, Australia, Chile, Peru, Rusia,
Iran, Yunani, G20, JCM, JICA, ASEAN, BIMP-EAGA, IMT-GT, dan APEC.
Sementara kesepakatan yang belum tercapai di tahun 2017 adalah
22
kesepakatan dengan Korea. Tertundanya pelaksanaan Pertemuan The 7th
Indonesia- Korea Working Level Task Force on Economic Cooperation (WLTF)
dan The 4th Joint Committee Meeting on Economic Cooperation RI-RoK
karena adanya situasi politik di negara mitra dan ketidaksesuaian jadwal
antara Pemerintah Indonesia dengan Negara mitra.
Kesepakatan yang telah terimplementasikan dalam kerja sama ekonomi
bilateral diantaranya adalah
1. Agreed minutes of the Third Meeting of High Level Economic Dialogue
between the Government of the Republic of Indonesia and the Government
of the Peoples Republic of China, merupakan hasil dari pertemuan tingkat
menteri antara Indonesia yang diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekoomian dengan RRT yang diwakili oleh State Councillor People
Republic of China. Sebelum dilaksanakan pertemuan tingkat menteri ini,
telah dilakukan rapat koordinasi internal masing-masing Negara, dilanjutkan
dengan pertemuan tingkat senior officials guna pembahas perkembangan
kerja sama kedua Negara. Pertemuan yang fokus terhadap peningkatan
kerja sama di bidang perdagangan, investasi, industri, keuangan, energi,
infrastruktur, pertanian dan perikanan, dan e-commerce serta upaya
mengatasi hambatan kerja sama dibidang tersebut. Implementasi dari hasil
kesepakatan ini adalah kesepakatan pendanaan pembangunan infrstruktur
yang dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU) between
Ministry of Finance of the Republic of Indonesia dan Ministry of Commerce
of People Republic of China.
23
the Third Meeting of High Level Economic Dialogue between the Government of the Republic ofIndonesia and the Government of the Peoples Republic of China
2. Pada kerja sama ekonomi Indonesia-Amerika,kedua negara menyetujui
untuk meningkatkan status hubungan bilateral dari kemitraan koprehensif
menjadi kemitraan strategis, khususnya pada bidang perdagangan dan
investasi diwujudkan diantaranya melalui penandatanganan 11 (sebelas)
kesepakatan kerja sama perdagangan dan investasi dengan perusahaan:
Applied materials, Exxon Mobil, General Electric, Greenbelt Resources,
Halliburton, Honeywell, Lockheed Martin, NextGen, Pacific Intra Capital
LLC, PowerPhase dan Ormat.
Reinforcement Trade Investment Framework Agreement (TIFA) Indonesia-
Amerika, merupakan penguatan forum dialog bilateral untuk mendiskusikan
permasalahan terkait perdagangan dan investasi, implementasi berupa
penyampaian draft non paper Reinforcement TIFA dengan usulan
restrukturisasi format dengan melibatkan sektor swasta melalui peleburan
CD kedalam TIFA.
3. Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-
CEPA) ditandatangani pada tanggal 14 Desember 2017 oleh Menteri
Perdagangan kedua Negara, dan menyepakati bahwa Chile akan
meghapus 7.669 pos tarif (PT) atau setara dengan 89% pos tarifnya saat IC
CEPA berlaku. Dari 7.669 PT tersebut, 6.704 PT diantaranya tarifnya akan
langsung 0% dan sisanya akan dihapuskan secara bertahap hingga tahun
ketujuh. Beberapa produk unggulan ekspor Indonesia yang memperoleh
tarif 0% tersebut antara lain adalah alas kaki, ban, lemari pendingin,
peralatan militer, otomotif, produk perikanan, tekstil, minyak sawit, biofuel,
kertas, kopi, teh, furnitur dan perhiasan. Berdasarkan kesepakatan tersebut
pengenaan tarif 0% diharapkan dapat semakin mendorong peningkatan
ekspor produk-produk unggulan Indonesia untuk masuk dan kompetitif di
pasar Chile.
Kerja sama Indonesia-Chili bersifat komplementer sehingga berpotensi
membawa keuntungan bagi sektor riil baik untuk eksportir (akses pasar),
produsen (bahan baku murah), dan konsumen (alternatif produk
24
konsumsi).m Lebih spesifik, IC-CEPA diproyeksikan akan memberi
keuntungan bagi sektor perindustrian (alas kaki, TPT, peralatan mesin)
serta pertanian (karet). Sementara itu, sektor yang berpotensi mengalami
kerugian adalah perikanan (salmon, pakan ikan), perindustrian (produk
pupuk), serta pertanian (buah anggur segar). Beberapa dampak positif yang
langsung dapat dirasakan oleh konsumen dan pengusuha Indonesia antara
lain: a) memperoleh bahan baku dengan tarif 0%. b) mendukung industri
HOREKA (Hotel, Restaurant, Katering) c) menambah pilihan produk
berkualitas
4. Protokol Pertemuan ke-3 Working Group on Trade, Investment and Industry
(WGTII) RI-Rusia, merupakan hasil dari Pertemuan WGTII RI-Rusia yang
mendiskusikan berbagai hal terutama untuk mendorong kemajuan kerja
sama strategis antara Indonsia dan Rusia, khususnya dibidang
perdagangan, investasi dan industry. Protokol WGTII merupakan salah satu
implementasi dari hasil Sidang Komisi Bersama (SKB) RI- Rusia. Hasil yang
dicapai diantaranya:
- Terkait kerjasama Transportasi dan Infrastruktur, pengembangan proyek
pembangunan jaringan kereta api di Kalimantan Timur yang telah
disepakati sebelumnya, Indonesia telah melakukan perubahan pada
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 56 Tahun 2009 menjadi PP Nomor 6
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dimana
penetapan Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian
Umum tanpa melalui mekanisme lelang apabila seluruh investasi tidak
melibatkan APBN atau APBD serta tanpa jaminan dari pemerintah.
Selanjutnya pihak Indonesia mengharapkan agar pihak Rusia dapat
segera menyelesaikan seluruh persyaratan untuk merubah status operasi
menjadi kereta api umum.
- Pihak Indonesia berkomitmen untuk bekerjasama dengan pihak Rusia di
sektor Palm oil sekaligus mendorong pihak Rusia untuk mendukung
segala upaya bagi peningkatan nilai perdagangan palm oil dan berbagai
produk turunannya termasuk pembentukan Asosiasi Minyak Nabati
Indonesia-Rusia serta MoU dibidang kerjasama kelapa sawit.
25
- Dalam rangka meningkatkan jumlah wisatawan Rusia ke Indonesia
diinformasikan bahwa telah dibuka 10 destinasi wisata baru selain Bali.
Untuk itu, kedua belah pihak membahas pentingnya penerbangan
langsung antara kedua Negara sebagai pendukung pengembangan
kepariwisataan.
5. Agreed Minutes Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-12 RI- Iran terkait
pembentukan Bilateral Payment Arrangement (BPA) RI-Iran. Sejak
pengenaan sanksi oleh PBB, Uni Eropa dan Amerika Serikat sebagai akibat
program pengembangan senjata nuklir, hubungan ekonomi Iran hampir
terputus dengan dunia Internasional, termasuk dengan Indonesia.
Perdagangan bilateral RI-Iran yang terus mengalami penurunan, yang
disebabkan karena terputusnya hubungan perbankan dan keuangan kedua
Negara. Untuk memulihkan hubungan ekonomi bilateral Indonesia-Iran,
hasil dari pertemuan Sidang Komisi Bersama (SKB) RI-Iran, yang tertuang
dalam Agreed Minutes SKB, kedua Negara sepakat untuk memfasilitasi
transaksi keuangan pelaku usaha dari kedua Negara. Implementasi dari
kesepakatan ini adalah dengan menginisiasi pembentukan Bilateral
Payment Arrangement (BPA) Indonesia-Iran. Pembentukan BPA Indoensia-
Iran membutuhkan dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank
Indonesia dan Kementerian Keuangan dan draft BPA Indonesia-Iran masih
dalam pembahasan lebih lanjut.
6. Joint Leaders Statement of the 10th IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand
Growth Triangle) Summit, merupakan hasil kesepakatan para Kepala
Negara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (tingkat kepala Negara) IMT-GT.
Pencapaian kerja sama IMT-GT berdasarkan pada Implementation
Blueprint 2012-2016 menunjukkan perkembangan yang positif dan
memberikan gambaran pentingnya peranan wilayah yang masuk dalam
kerja sama IMT-GT terhadap ASEAN. Beberapa perkembangan proyek
terkait dengan Indonesia, antara lain: a) pengembangan pelabuhan di
Sumatera yaitu Pelabuhan Belawan dan Krueng Geukeuh; b)
pembangunan jalan tol Sumatera, dimana ruas jalan yang sudah dilakukan
ground breaking adalah ruas Medan-Binjai dan Bakaheuni-Indralaya, c)
peningkatan jalan yang menghubungkan Pekanbaru-Dumai untuk
26
mendukung pembukaan operasionalisasi Ro-Ro Dumai Malaka. Disepakati
pula penyusunan University Network (UNINET) Strategic Action Plan 2017-
2021, untuk mendukung pencapaian tujuan kerja sama IMT-GT melalui
pengembangan sumber daya manusia. Pelaksanaan proyek Green Cities
Action Plan (GCAP) yang merupakan inisiatif dari Chief Ministers and
Governors Forum (CMGF) dengan diimplementasikannya pada 5 (lima)
Kota sebagai kota percontohan, yaitu: Melaka (Malaysia), Songkla dan Hat
Yai (Thailand) serta Batam dan Medan (Indonesia). Kerja sama terkait
dengan komoditas kelapa sawit melalui organisasi CPOPC mengingat
bahwa wilayah IMT-GT merupakan ladang sawit.
7. Joint Leaders Statement of 12th BIMP-EAGA (Brunei Darussalam-
Indonesia-Malaysia-Philippine East ASEAN Growth Area) Summit. Salah
satu isu yang menonjol dalam kerja sama ekonomi sub-regional adalah sub-
regional connectivity, yang diharapkan mendukung terwujudnya regional
connectivity. Salah satu implementasi dari Joint Leaders Statement BIMP-
EAGA adalah peluncuran perdana konektivitas laut Roll-On/Roll-Off atau
Ro-Ro antara Davao-General Santos-Bitung yang sekaligus merupakan
tonggak penting sekaligus simbol persahabatan dan kemitraan dalam
sejarah hubungan antara Indonesia dan Filipina. Peresmian peluncuran
yang dilaksanakan pada tanggal 30 April 2017 dalam Rangkaian KTT
BIMP-EAGA ke-12. Tahun 2016 nilai perdagangan antara kedua Negara
27
meningkat lebih dari 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan
Indonesia sendiri mengalami surplus 4,45 Milyar US$.
Pelayaran ini akan mengurangi waktu tempuh pengangkutan barang dan
orang antar dua wilayah tersebut, dari lima minggu menjadi dua setengah
hari, sehingga diharapkan dapat memberikan peluang dan bisnis baru bagi
masyarakat di kedua wilayah tersebut. Kapal yang melayani rute ini adalah
Super Shuttle Ro-Ro 12, di awal peluncuran dengan membawa komoditas
berupa tepung terigu. Sedangkan untuk kapal berbendera Indonesia
adalah KM Gloria 28 dengan membawa muatan dari Sulawesi Utara adalah
furniture, sementara yang dibawa dari Davao adalah peralatan dapur,
karbon aktif dan perlengkapan Natal. Saat ini sedang diupayakan berbagai
langkah untuk memanfaatkan dan menghidupkan rute pelayaran ini antara
lain dengan negosiasi harga maupun perubahan regulasi yang diperlukan.
8. G20 Digital Economy Ministerial Declaration. Indonesia menekankan
pentingnya peranan teknologi digital dalam mengatasi permasalahan global
yang dihadapi oleh hampir seluruh Negara di dunia, yaitu ketimpangan
ekonomi dan social yang diakibatkan oleh tidak meratanya wealth
distribution di tengah masyarakat. Untuk itu kesepakatan ini
diimplementasikan dengan pembentukan G20 Digital Economy Hub for
Emerging Economies sebagai sarana untuk bertukar best practices dan
pengembangan model bisnis inovatif yang dapat berdampak pada
penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat.
9. Kesepakatan the 6th and 7th Joint Committee Meeting, dimana Joint
Committee (JC) merupakan implementasi dari hasil Bilateral Cooperation on
the Joint Crediting Mechanism (JCM) for the Low Carbon Growth
Partnership antara Pemerintah Indonesia, yang diwakili oleh Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian dan Pemerintah Jepang, yang diwakili
oleh Menteri Luar Negeri. Kesepakatan ini merupakan kerjasama untuk
mitigasi perubahan iklim dimana sebagai pelaku utama adalah sektor bisnis
kedua Negara dengan didukung subsidi dari Pemerintah Jepang yang
memungkinkan untuk memperoleh teknologi terkini yang dapat dijalankan
melalui proyek JCM di Indonesia. JC Meeting membahas usulan metodologi
dan proyek baru, pendaftaran proyek, penerbitan kredit maupun berbagai
28
isu penting lainnya. Kedua pertemuan tersebut menghasilkan persetujuan
metodologi terkait Energy Saving air Jet Loom, Replacement of
Conventional Burners dan Reduction of Energy Consumption; registrasi
atas proyek Reduction of Energy Consumption di Bekasi, Jawa Barat serta
pemberian dispensasi waktu untuk penyelesaian proyek Solar Power PV
Generation di Jakabaring Sport Center.
(2). Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam
rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).
MEA turut berperan menjaga stabilitas ekonomi nasional seiring semakin
terintegrasinya perekonomian 10 negara anggota ASEAN. MEA merupakan
prioritas program kerja sama ekonomi internasional Indonesia yang harus
dioptimalkan, dimana selain memberikan peluang juga merupakan tantangan
kepada Indonesia. Daya saing nasional merupakan isu utama yang perlu
mendapat perhatian dari seluruh elemen masyarakat
1. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian telah menghasilkan beberapa
rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi
komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), melalui
tercapainya target kesepakatan MEA dalam pilar ekonomi dan Strategic
Action Plan ASEAN yang terselesaikan beserta kondisi ekonomi makro
ASEAN yang stabil dan terjaga. Hal ini sejalan dengan posisi Kemenko
Perekonomian sebagai AEC Council Indonesia.
2. Perekonomian ASEAN tumbuh 4,8% pada tahun 2016 dengan nilai GDP
sebesar USD 2,55 triliun. Perekonomian ASEAN diproyeksikan tumbuh 5%
di tahun 2017 dan 5,1% pada tahun 2018. Total perdagangan barang di
ASEAN mencapai USD 2,24 triliun pada tahun 2016, dimana 23,1%
merupakan perdagangan intra-ASEAN. RRT, EU, dan Jepang merupakan 3
mitra dagang utama ASEAN dengan kontribusi masing-masing sebesar
16,5%, 10,4%, dan 9,0%. Total perdagangan jasa di ASEAN mencapai
USD 643,4 miliar pada tahun 2016, dimana 16,6% merupakan perdagangan
intra-ASEAN. Penanaman modal asing di ASEAN pada tahun 2016
29
mencapai USD 98,04 miliar. Sumber investasi terbesar di ASEAN adalah
Uni Eropa (32,9%), intra-ASEAN (25,2%), AS (12,5%), dan Jepang (11,8%)
3. Dalam kaitannya dengan proses implementasi AEC Blueprint 2025, setelah
disahkannya AEC Blueprint 2025, metode penghitungan tingkat integrasi
ekonomi ASEAN menggunakan AEC 2025 Monitoring and Evaluation
Framework untuk memonitor dan mengevaluasi AEC 2025 Consolidated
Strategic Action Plan (CSAP). Para Menteri AEC Council mendapatkan
penjelasan mengenai kemajuan dari implementasi prioritas AEC tahun 2017
yang mencakup 118 measures. Para Menteri AEC Council menekankan
pentingnya update berkala atas implementasi AEC baik di tingkat ASEAN
dan masing-masing negara sehingga dapat memantau perkembangan
implementasi baik di tingkat nasional dan regional. Untuk Indonesia dan
beberapa ASEAN lainnya measures yang harus dipenuhi hanya 117 dan
telah diimplementasikan sebanyak 61 measures oleh ASEAN. Indonesia
telah mengimplementasikan sebanyak 83 dari 117 measures (70,9%) dalam
Prioritas Tahunan 2017 (implementasi tertinggi di ASEAN).
4. Sejalan dengan masa Keketuaan ASEAN oleh Filipina tahun 2017, terdapat
Priority Deliverables yang dikelompokkan ke dalam 3 strategic measures
yakni: (i) Increasing Trade and Investment, Increasing Trade and
Investment, (ii) Integrating MSMEs in the Digital Economy, (iii) Developing
an Innovation-Driven Economy dengan penjelasan sebagai berikut:
The ASEAN-Wide Self-Certification Scheme
Skema ASEAN-Wide Self-Certification Scheme akan memfasilitasi
penggunaan ATIGA (ASEAN Trade in Goods Agreement), sehingga
dapat berkontribusi dalam pengurangan biaya transaksi di ASEAN
sebesar 10%.
Dengan skema ini, eksportir tidak perlu mendapatkan Certificate of
Origin Form (Form ATIGA), pada skema ini memungkinkan Certified
Exporter menerbitkan invoice declaration untuk barang yang diekspor.
Skema ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari 1st Pilot Project
Self Sertification (SCPP1) pada tahun 2011 dan 2nd Pilot Project Self
Sertification (SCPP2) pada Tahun 2014. Brunei, Singapura, Malaysia,
Kamboja, Myanmar dan Thailand merupakan peserta SCPP1 dimana
30
perusahaan peserta adalah trader. Sedangkan Indonesia, Laos,
Filipina, Thailand dan Vietnam merupakan peserta pada SCPP2,
dimana perusahaan peserta adalah produsen.
ASEAN telah menyepakati 5 (lima) elemen penting skema ASEAN-
Wide Self Certification (SC). Implementasi ASEAN-Wide SC
diharapkan akan berkontribusi signifikan dalam meningkatkan intra-
trade ASEAN dan menurunkan biaya transaksi di ASEAN sebesar
10% pada tahun 2020.
Micro, Small and Medium Enterprises
Peningkatan akses terhadap pembiayaan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) merupakan strategi kunci berdasarkan Cetak Biru
(Blueprint) ASEAN 2025. Blueprint menyerukan “pembiayaan
ekosistem yang ditingkatkan” di wilayah yang menguntungkan UMKM,
dengan memperbaiki lingkungan kebijakan dan menerapkan langkah-
langkah yang mendorong pembiayaan alternative dan non-tradisional;
mempromosikan inklusi keuangan dan kemampuan UMKM untuk lebih
terlibat dalam system keuangan.
Sejalan dengan semangat Blueprint, Rencana Aksi Strategis ASEAN
untuk Pembangunan UKM 2016-2025 (SAPSMED 2025) telah
mengidentifikasi peningkatan akses UMKM terhadap keuangan
sebagai satu dari lima tujuan strategis. Rencana tersebut mengakui
kebutuhan untuk mengembangkan Kerangka Kerja mengenai akses
terhadapa pembiayaan UMKM dengan meningkatkan pemahaman
dan memperkuat infrastruktur pembiayaan tradisional, memperbaiki
lingkungan kebijakan dan mendorong pembiayaan alternative dan
non-konvensional, meningkatkan sumber pembiayaan dan
pembiayaan berbasis diversifikasi serta memperkuat fasilitas
pembiayaan ekspor.
Technology and Innovation
Pengembangan Technology dan Innovation merupakan salah satu
economic priority deliverables dibawah kepemimpinan Filipina 2017
yang mengusung tema “Inclusive, Innovation-led Growth”. Konsep
Deklarasi tersebut dibahas pada pertemuan the ASEAN Committee on
31
Science and Technology. Deklarasi tersebut juga sudah disetujui oleh
semua Menteri Ristek ASEAN (Science and Technology Ministers of
ASEAN Member States pada waktu pertemuan ke-17 ASEAN
Ministerial Meeting on Science and Technology (AMMST-17), tanggal
20Oktober 2017 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Tujuan penyusunan
deklarasi ini adalah untuk mengoptimalkan manfaat dari sains dan
teknologi untuk memacu kreatifitas dan innovasi, guna mendukung
pertumbuhan inklusif dan peningkatan daya saing di wilayah ASEAN.
(3). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang
ditindaklanjuti.
Sepanjang tahun 2017, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi
Internasional mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti
sebanyak 16 kesepakatan atau 85% dari 19 kesepakatan, dengan realisasi 19
kesepakatan. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 100% dari target 85%
atau mempunyai kinerja 118% .
Tindak lanjut kesepakatan dalam kerjasama baik secara bilateral, regional,
sub regional dan multilateral, diantaranya adalah :
Summary of Discussion on the Way Forward on Indonesia-Japan
Economic Partnership Agreement (IJEPA) Auto Tariff Issue and General
Review, yang merupakan hasil kesepakatan dari forum pre-negosiasi
general review IJEPA, dimana rekomendasinya telah ditindaklanjuti oleh
Kementerian Perdagangan, ditandai dengan telah berjalannya General
Review (GR) IJEPA yang telah memasuki putaran ke-6
Agreed minutes of the Third Meeting of High Level Economic Dialogue
(HLED) between the Government of the Republic of Indonesia and the
Government of the Peoples Republic of China, merupakan hasil
kesepakatan dari Forum HLED RI-RRT. Kesepakatan ini telah
ditindaklnajuti oleh Kemenko Perekonomian dan Kedutaan Besar China
di Jakarta dengan penyelenggaraan sosialisasi perijinan tenaga kerja
asing (TKA) di Indonesia, dimana hal ini bertujuan untuk pencegahan
dan penanggulangan masuknya TKA RRT illegal ke Indonesia.
32
Outcome dari kegiatan ini agar TKA RRT illegal di Indonesia dapat
berkurang, untuk peningkatan kerja sama perdagangan RI-RRT dan
peningkatan kerja sama keuangan.
Kawasan Industrial Kendal (KIK)
Merupakan proyek kerja sama antara PT Jababeka Tbk (Indonesia) dan
Sembcorp Development (Singapura) dan tercatat sebagai salah satu
proyek Strategis Nasional (PSN) yang diresmikan oleh Presiden Jokowi
(Indonesia) dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong pada bulan
November 2016 dan telah ditindaklanjuti. Hingga November 2017, KIK
telah menarik 35 investor dari Indonesia, Singapura, Malaysia dan
Jepang, dengan total investasi sebesar 6,2 triliun rupiah dan
menciptakan kurang lebih 5.400 pekerja.
KIK memiliki target pada tahap I, yaitu 300 perusahaan bergabung dan
nilai investasi dapat mencapai kurang lebih Rp. 130 triliun dengan
potensi tenaga kerja kurang lebih 500.000 pekerja. Namun terdapat
beberapa kendala yang dihadapi oleh KIK, antara lain: investor
mempersoalkan keberlangsungan pasokan listrik karena dapat
menyebabkan operasional terganggu, hal ini merupakan salah satu
keraguan investor untuk bergabung dalam KIK; masih memerlukan
percepatan jalur trasnmisi gas dan perlunya moda angkutan laut, untuk
mendukung kegiatan industri, sedangkan tidak ada akses yang memadai
menuju Pelabuhan Tanjung Mas maupun Pelabuhan Kendal.
Pada Perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IA-CEPA), Vocational Education and Training
(VET) disepakati menjadi salah satu early outcomes. Adapun bidang
VET tersebut meliputi pendidikan vokasi sektor pariwisata dan
perhotelan, tenaga kerja kesehatan, pertanian, industry dan lingkungan
hidup. Menindaklanjuti hasil perundingan tersebut, Tim Keperawatan
Indonesia dibawah Kementerian Kesehatan telah melakukan pertemuan
dengan Australian Nursing and Midwifery Acreditation Council (ANMAC)
untuk mendiskusikan lebih lanjut kerja sama VET di bidang kesehatan.
Selanjutnya akan ditunjuk beberapa sekolah kejuruan (vokasi) sebagai
pilot project VET dalam kerangka IA-CEPA
33
Kesepakatan kerja sama pembiayaan, Joint Crediting Mechanism (JCM)
for Low Carbon Growth Partnership, yang merupakan kerjasama untuk
mitigasi perubahan iklim, dengan didukung subsidi dari Pemerintah
Jepang, memungkinkan untuk memperoleh teknologi terkini yang dapat
dijalankan melalui proyek JCM di Indonesia. Namun demikian
berdasarkan kesepakatan tersebut terbuka juga bagi kerjasama city-to-
city, dimana pemerintah daerah dapat berkolaborasi dalam upaya terkait
perubahan iklim. Dalam kerja sama ini JCM dapat mendukung
pembiayaan untuk studi kelayakan maupun bantuan teknis.
Kesepakatan ini ditindaklanjuti oleh 1) Pemerintah Kota Surakarta,
dengan proposal kerjasama city-to-city cooperation dari Kyoto pada
program Eco Village dan program pembersihan Sungai Begawan Solo;
2) Semarang dan Toyama, diawali dari tergabungnya kedua kota pada
100 Resilient Cities, untuk meningkatkan ketahanan terhadap berbagai
tantangan dari alam, sosial dan ekonomi.
Perubahan Permendag 87/2015 menjadi Permendag 81/2017 terkait
dengan impor Barang Tertentu untuk Mendukung Operasionalisasi RoRo
Bitung-Davao/Gensan
Peresmian peluncuran perdana jalur pelayaran RoRo Bitung-General
Santos-Davao oleh Presiden RI dan Presiden Filipina dilakukan pada
tanggal 30 April 2017. Pembukaan jalur pelayaran ini merupakan salah
satu wujud nyata kerja sama Indonesia dan Filipina untuk meningkatkan
konektivitas laut dan mendukung target peningkatan perdagangan dalam
kawasan BIMP-EAGA sebesar 10% di tahun 2025. Diharapkan juga
akan meningkatkan kerja sama bidang ekonomi serta mendukung
proyek tol laut Inodnesia bagian timur, yang sejalan dengan program
nasional Indonesia, yaitu pembangunan Kelautan dan kemaritiman.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendukung
keberlanjutan rute ini adalah perubahan Permendag No. 87 Tahun 2015
yang telah diubah menjadi Permendag No 81 Tahun 2017 dan
diumumkan secara langsung oleh Menteri Perdagangan pada saat
pertemuan dengan para pengusaha di Manado tanggal 29 Oktober 2017.
Berdasarkan Permendag yang baru, Pelabuhan Bitung telah
34
diperbolehkan untuk melakukan impor untuk 7 (tujuh) komoditas yang
meliputi: (1) makanan & minuman, (2) pakaian jadi dan barang tekstil; (3)
elektronik; (4) Obat tradisional dan suplemen kesehatan; (5) kosmetik
dan perbekalan kesehatan rumah tangga; (6) alas kaki; dan (7) mainan
anak-anak.
Outcome/dampak yang diharapkan adalah keberlanjutan pelayaran rute
Bitung-Davao/General Santos dan peningkatan nilai perdagangan di
kedua wilayah.
(4). Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama
ekonomi internasional yang ditindaklanjuti;
Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan untuk memonitor
pelaksanaan kebijakan yang telah disepakati berjalan sesuai dengan yang
diharapkan dan juga merupakan umpan balik terhadap kebijakan yang
dilakukan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan dan
peningkatan dalam pengambilan keputusan. Hal ini merupakan upaya untuk
meningkatkan efektifitas kegiatan dan efisiensi sumber daya yang dimiliki
untuk melaksanakan program kegiatan.
Pada hasil pelaksanaan kegiatan monev pada tahun 2017, Kedeputian VII
mencapai kinerja 118%. Target 23 rekomendasi monev yang ditindaklanjuti,
namun sudah 27 rekomendasi yang ditindaklanjuti, sehingga realisasi
mencapai 100% dari target 85% .
Beberapa rekomendasi hasil monev Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama
Internasional yaitu :
Rekomendasi untuk peningkatan volume perdagangan produk hortikultura
(ekspor salak) ke Selandia Baru, Kementerian Pertanian melalui Badan
Karantina Pertanian telah melakukan fasilitasi dan negosiasi dengan
Ministry of Primary Industry (MPI) New Zealand untuk mendapatkan akses
pasar salak ke Selandia Baru.
Rekomendasi pengembangan kerjasama di bidang transportasi massal,
pelabuhan, UKM kreatif hingga kerjasama Smart City untuk kota Surabaya,
ditindaklanjuti dengan dimasukannya usulan tersebut ke dalam Agreed
35
Minutes SKB RI-Rusia bidang Kerja Sama Perdagangan, Ekonomi dan
Teknik serta Protokol Pertemuan ke-4 Working Group on Trade, Investment
and Industry (WGTII) RI-Rusia.
Pada kerja sama IMT-GT, peran dan tanggung jawab dari Pemerintah
Daerah sangat penting dalam menumbuhkembangkan kegiatan kerja sama
ekonomi sub-regional di daerah masing-masing. Untuk itu perlu adanya
Sekretariat Daerah yang akan menjadi koordinator pelaksanaan
proyek/program IMT-GT. Rekomendasi untuk pembentukan Sekretariat
Daerah (Setda) Kerja Sama IMT-GT di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, telah ditindaklanjuti oleh Pemerintah Provinsi dengan menyepakati
pembentukan Setda dimaksud dan masih dalam proses penyusunan
struktur organisasinya.
Diharapkan dengan terbentuknya Sekretariat Daerah kerja sama IMT-GT di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sekretariat ini akan menjadi
koordinator implementasi berbagai proyek IMT-GT di Bangka Belitung.
Rekomendasi pendirian pusat studi ASEAN (PSA) di Berbagai Universitas.
Pusat studi ASEAN merupakan bentuk kerja sama antara pemerintah dan
universitas/perguruan tinggi dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, yang
didirikan atas prakarsa Kementerian Luar Negeri. PSA diharapkan
memberikan wawasan serta memotivasi mahasiswa untuk lebih memiliki
orientasi ASEAN, bukan hanya nasional, dalam memasuki Blueprint ASEAN
Economic Community (AEC) 2025. Berbagai isu yang dapat menjadi obyek
kajian antara lain: isu social, keamanan serta ekonomi di tingkat-tingkat
Negara ASEAN. PSA memiliki sumber daya, fasilitas, narasumber, peneliti,
jaringan kerja, refernsi dan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan.
Outcome/dampak yang diharapkan dari pendirian PSA ini adalah
riset/kajian yang telah dan akan dilakukan oleh kalangan akademisi, dapat
menjadi rujukan/rekomendasi/policy brief kepada pemerintah serta
Sekretariat ASEAN dalam menyusun strategi kebijakan yang lebih baik,
guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional di kawasan ASEAN
dan global. Namun PSA tidak dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan ASEAN.
36
Pada tahun 2016, jumlah PSA sebanyak 44 di berbagai universitas dan
meningkat menjadi 47 PSA pada tahun 2017.
Kegiatan monev yang dilakukan bertujuan untuk menggali potensi investasi danperdagangan yang ada di masing-masing provinsi maupun kabupaten, serta
meninjau kesesuaian proyek/program kerjasama dengan kesepakatan padaperjanjian dibidang kerja sama ekonomi baik bilateral, sub regional, regionalmaupun multilateral.
(5). Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil
kerjasama ekonomi internasional.
Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan yang telah
dilakukan oleh Deputi VII kepada stakeholder terkait. Dengan mengikuti
sosialisasi ini diharapkan para peserta dapat mengetahui, memahami dan
memanfaatkan berbagai kegiatan kerja sama ekonomi bilateral, multilateral
dan regional yang telah dilaksanakan oleh Deputi VII Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian serta untuk mendapat masukan dari stakeholder, terkait
kebijakan kerja sama ekonomi internasional. Sosialisasi merupakan
37
representasi dari berbagai kerjasama ekonomi Internasional yang telah
dilakukan oleh Deputi VII Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Kegiatan ini memberikan kontribusi secara langsung bagi pertumbuhan
ekonomi nasional melalui peningkatan investasi, peningkatan volume ekspor
dan perdagangan serta pengendalian terhadap stabilitas harga.
Sosialisasi yang dilaksanakan di tahun 2017 adalah sosialisasi hasil-hasil kerja
sama ekonomi Asia; hasil-hasil Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-11 RI-Rusia
bidang kerja sama perdagangan, ekonomi dan teknik; kerja sama antara
Indonesia dan Iran; kerja sama Indonesia dan Afrika; kerja sama ASEAN; kerja
sama ekonomi Sub Regional; proyek Jakabaring Sport City Mega Solar Power
Plant Project. Selain sosialisasi, dilaksanakan juga seminar diplomasi ekonomi
Indonesia: partisipasi Indonesia dalam forum G20 dan hasil Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) G20 Tahun 2017; serta Focus Group of Discussion (FGD) terkait
Education and Training dalam kerangka IA-CEPA, Implementation hasil G20
pada kerja sama regional dan bilateral
Terhadap IKU ini Deputi VII mencapai realisasi 88% dari target yang
ditetapkan dan menunjukkan kinerja 104% .
Melalui sosialisasi/seminar dan FGD ini, diharapkan para peserta dapat
berperan aktif dalam mengkritisi maupun memberikan masukan bagi
peningkatan kualitas kinerja Deputi VII, sekaligus memberikan masukan atas
kebijakan kerja sama ekonomi internasinal yang dilakukan oleh Pemerintah.
Outcome dari sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasionalyang dilakukan adalah Pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi danmasyarakat dapat mengetahui hasil-hasil kerja sama ekonomiinternasional dan diharapkan dapat memanfaatkan peluang kerja samatersebut khususnya di bidang perdagangan dan investasi.
Pada tahun 2017, Indonesia sebagai tuan rumah untuk penyelenggaraan beberapa
Pertemuan Tingkat Menteri, diantaranya: The 7th Ministerial Meeting of Six
Economic Working Groups The Republic of Indonesia and The Republic of
Singapore; Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand
Growth Triangle) ke-23 dan BIMP-EAGA (Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-
38
Philippine East ASEAN Growth Area) ke-21 sebagai tindak lanjut dari Pertemuan
Tingkat Kepala Negara baik IMT-GT maupun BIMP-EAGA.
The 7th Ministerial Meeting of Six Economic Working Groups The Republicof Indonesia and The Republic of Singapore
Pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia dan
Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, yang diselenggarakan pada
tanggal 28 Juli 2017 di Jakarta. Sebelum diselenggarakannya pertemuan
tingkat menteri, terlebih dahulu dilaksanakan Senior Official Meeting of The
Indonesia-Singapore Six Bilateral Economic Working Groups (6 WG SOM),
dimana Indonesia dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi
Internasional – Kemenko Perekonomian, sedangkan Singapura dipimpin oleh
Permanent Secretary Ministry of Trade and Industry. Pertemuan ini guna
menindaklanjuti hasil-hasil pertemuan Liaders’ Retreat antara Presiden RI dan
Perdana Menteri Singapura di Semarang pada bulan November 2016 dan
membahas perkembangan kerja sama WG dan penyusunan Summary of
Discussion of SOM (Senior Officials Meeting) yang akan dilaporkan pada
pertemuan tingkat menteri.
Pertemuan tingkat menteri ini melaporkan perkembangan dari keenam working
groups dibidang i) Batam, Bintan, Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi
Khusus; ii) investasi; iii) transportasi; iv) Pariwisata; v) ketenagakerjaan; dan vi)
agribisnis. Pada kesempatan ini dilaksanakan juga penandatanganan Nota
Kesepakatan mengenai Pembentukan Dewan Bisnis Indonesia-Singapura
(Indonesia-Singapore Business Council). Nota kesepakatan ini bersifat G to B
yang melibatkan BKPM dan KADIN Indonesia dengan pihak Singapore
Economic Development Board dan Singapore Business Federation.
39
Menyaksikan Penandatanganan Nota KesepakatanPembentukan Dewan Bisnis Indonesia-Singapura
Pembentukan dewan Bisnis
Indonesia-Singapura merupakan
tindak lanjut dari Pertemuan
Leaders’ Retreat tahun 2016,
dengan tujuan mendorong dan
memfasilitasi perdagangan maupun
investasi kedua Negara dan
sekaligus penguatan jaringan sector
swasta dari kedua negara
Pertemuan Tingkat Menteri Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle(PTM IMT-GT) ke-23.
Rangkaian PTM IMT-GT ke-23 diselenggarakan di Pangkalpinang, Bangka
Belitung pada tanggal 26-29 September 2017, didahului dengan pertemuan
tingkat National Secretariat dan Senior Officials Meeting guna memfinalisasi
bahan pertemuan tingkat menteri dan penajaman laporan masing-masing
working group. Penyelenggaraan ini merupakan kerja sama Kemenko Bidang
Perekonomian, dalam hal ini Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi
Internasional dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pertemuan ini dihadiri oleh Menteri di Jabatan Perdana Menteri Malaysia,
Menteri Transportasi Thailand, Direktur Jenderal Asian Development Bank
(ADB) dan Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN, serta perwakilan dari instansi-
instasni terkait dari masing-masing Negara anggota IMT-GT.
40
Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT ke-23 di Bangka, Kepulauan Riau.Menteri IMT-GT, Senior Officials IMT-GT, ADB dan Direktur CIMT
Hasil dari pertemuan ini disepakati dalam dokumen Joint Statement IMT-GT,
dengan isu utama, antara lain terkait:
• Isu strategis kerja sama sektor pariwisata, IMT-GT didukung oleh ADB
telah menyusun sebuah kerangka strategis dalam bidang pairwisata yaitu
Tourism Startegic Framework 2017-2036 and Implementation Plan
201702021. Kerangka kerja strategis dimaksud akan menjadi panduan
dalam pengemangan sektor pariwisata dan mempromosikan papriwisata
lintas-batas dengan mengedepankan IMT-GT sebagai paket destinasi
wisata tunggal yang berkelanjutan, inklusif serta kompetitif sehingga
mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja di wilayah IMT-GT.
Selain itu para Menteri IMT-GT juga sepakat untuk mendorong kerja
sama konektivitas udara di wilayah IMT-GT, untuk itu akan dilakukan
review terhadap MoU on Air Linkages yang ada saat ini, yang
ditandatangani pada tahun 1995 dengan mengakomodasi berbagai
perubahan yang terjadi.
• Sustainable Urban Development Framework (SUDF), para Menteri
menyepakati penyusunan SUDF yang akan mendukung Green Cities
Initiatives (GCI) dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai
pengaruh besar dan dapat diaplikasikan ke berbagai kota yang ada
diwilayah IMT-GT.
41
• Perkembangan proyek-proyek infrastruktur IMT-GT yang tercantum
dalam Physycal Connectivity Projects (PCPs) dengan nilai US$ 47 milyar
menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Beberapa proyek dari
Indonesia sampai dengan bulan September 2017 juga mengalami
perkembangan ke arah positif, seperti: pembangunan jalan tol trans-
Sumatera, pembangunan LRT di Palembang dan rencana kerja sama
antar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan melibatkan KEK Sei
Mangke, Tanjung Api-Api dan Tanjung Kelayang.
• Pada tingkat Working Group, yang berjumlah 6 (enam), yaitu: Pertanian,
Pariwisata, Perdagangan & Investasi, Transportasi & ICT, Sumber Daya
MAnusia dan Produk & Jasa Halal, telah menyelesaikan penyusunan
rencana kerja dan target yang akan dicapai masing-masing untuk
periode 2017-2021. Untuk mendukung implementasi dan pencapaian
target Vision IMT-GT 2036, maka telah disepakati pembentukan 3 (tiga)
Sub Kelompok Kerja; i) Statistik; ii) Kepabeanan, Imigrasi dan Karantina;
dan iii) Informasi dan Teknologi Komunikasi.
• Jaringan kerja sama antar universitas di wilayah IMT-GT yang dikenal
dengan IMT-GT University Network (UNINET), telah menyelesaikan
UNINET Strategic Action Plan (USAP) yang merupakan rencana kerja
UNINET dibidang pembangunan sosial dan ekonomi di kawasan sub-
regional dan pengembangan inovasi dan ide berbasis ilmu pengetahuan
untuk mendukung pemangku kepentingan IMT-GT. Kerja sama UNINET
ini mencakup 23 universitas di wilayah IMT-GT, Indonesia menyertakan
11 universitas.
• Para Menteri sepakat untuk menugaskan ADB selaku mitra kerja sama
IMT-GT untuk bersinergi dengan secretariat IMT-GT (CIMT) dalam
berbagai bidang kerja sama, khususnya dalam pengembangan konsep
SUDF dan penerapan Rencana Aksi Kota Hijau (GCAP) di wilayah IMT-
GT, pembuatan profil perdagangan dan investasi dan penyusunan
skema bantuan maupun feasibility study untuk proyek konektivitas
termasuk identifikasi pendanaan potensialnya di wilayah IMT-GT.
42
Retreat Meeting Menteri IMT-GT Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT
Pertemuan Tingkat Menteri BIMP-EAGA (Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippine East ASEAN Growth Area) ke-21.
Diselenggarakan pada tanggal 2-3 Desember 2017 di Tarakan, Kalimantan
Utara. Pertemuan didahului dengan Senior Officials’ Meeting (SOM) BIMP-
EAGA, yang dipimpin oleh SOM Indonesia, untuk menajamkan laporan masing-
masing pimpinan cluster (Agribusiness, Trade and Investment Facilitation,
Environment, Power and Energy, Tourism, ICT dan Transport Cluster).
Pertemuan ini dihadiri oleh Wakil Menteri luar Negeri dan Perdagangan Brunei
Darussalam, Wakil Menteri di Jabatan Perdana Menteri Malaysia, Menteri
Pembangunan Mindanao Filipina, Direktur Jenderal Asian Development Bank
(ADB) dan Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN, serta perwakilan instansi-
instansi terkait dari masing-masing Negara anggota BIMP-EAGA.
Hasil dari isu utama yang dibahas pada pertemuan tersebut, adalah:
• Perkembangan Kerja Sama BIMP-EAGA, diantaranya:
Proyek-proyek dalam Priority Infrastructure Projects (PIPs) sejumlah US$
21,4 milyar menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan
dengan berbagai tahap yang berbeda. Proyek-proyek ini meliputi:
pembanguanan dan peningkatan jalan, jembatan, pelabuhan, Bandar
udara, kelistrikan, fasilitasi perdagangan maupun informasi teknologi.
Terdapat 4 (empat) proyek yang telah selesai dilaksanakan pada tahun
2017, yaitu: i) pengembangan jalan Pontianak-Entikong di Indonesia; ii)
43
Bandara Mukah-Brunei Darussalam; iii) Pelabuhan Billiluyan-Filipina; dan
iv) Bandara Puerto Princessa-Filipina. Adapun proyek konektivitas yang
menjadi prioritas Indonesia, antara lain: pembangunan tol Manado-
Bitung, Samarinda-Balikpapan, pembangunan perbatasan di Kalimantan
Barat, Kawasan Ekonomi Khusus Bitung, pelabuhan Bitung, pelabuhan
Maskassar dan lain sebagainya.
Masing-masing Cluster melaporkan capaian masing-masing selama
tahun 2017, yaitu: pariwisata, perdagangan dan investasi, transportasi,
ketenagalistrikan, ICT, pertanian, lingkungan hidup serta kebudayaan
dan pendidikan, ayng menunjukan hasil yang positif.
Dalam rangka menunjang konektivitas udara, maka disepakati
pembukaan 3 (tiga) rute baru, yaitu Pontianak (Indonesia) - Kuching
(Malaysia) oleh Air Asia pada Juni 2017; Pontianak (Indonesia) – Miri
(Malaysia) oleh Express Air dan Balikpapan (Indonesia) – Bandara Seri
Begawan (Brunei) pada Desember 2017. Disamping itu juga ditunjuk 5
(lima) pelabuhan udara yang akan melayani rute baru, yaitu: Sandakan
(Malaysia), Juwata-Tarakan, Supadio-Pontianak, Sam Ratulangi-Manado
dan Adi Soemarmo-Surakarta (Indonesia).
Konektivitas Laut dengan rute Bitung-Davao-General Santos yang telah
di launching oleh Presiden RI dan Presiden Filipina pada 30 April 2017,
diharapkan akan dapat berkelanjutan dengan telah ditunjuknya kapal
Gloria 28 (Indonesia) untuk mendukung rute ini. Disamping itu,
disepakati akan dibuka rute baru yaitu Kudat (Malaysia) – Palawan
(Filipina) dan Bongao – Lahad Datu (Filipina) pada tahun 2018 dengan
diawali pembentukan Task Force.
Interkoneksi ketenagalistrikan antara Sabah-Kalimantan Utara menjadi
agenda penting untuk dapat segera ditindaklanjuti oleh kedua Negara
dalam mendukung ketersediaan sumber dya listrik. Sementara terdapat 5
(lima) jaringan interkoneksi baru yang dimintakan kepada ADB untuk
dapat dilakukan Pre-Feasibility Study.
Sebagai upaya menciptakan ketahanan pangan melalui strategi pilar
Food Basket, disepakati pengembangan pada 5 (lima) komoditas utama,
44
yaitu: kelapa, padi, udang, rumput laut dan ternak. Terkait ini, Indonesia
mengusulkan komoditas lain yang mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan seperti: lada dan coklat.
• Mekanisme Implementasi BIMP-EAGA Vision (BEV) 2025, telah disepakati
sehingga diharapkan semua proyek yang diusulkan dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Terdapat beberapa inisiatif yang diusulkan memerlukan
pertemuan beberapa cluster secara bersama seperti: pariwisata-
transportasi; pariwisata-sosial kebudayaan; pariwisata-perdagangan-
lingkungan; pariwisata-lingkungan-pertanian maupun ICT – Small Medium
Enterprices (SMED)
• Pengembangan dan Perluasan Koridor Ekonomi BIMP-EAGA, sesuai
arahan dari pertemuan kepala Negara dalam KTT BIMP-EAGA ke-12,
perluasan koridor ekonomi sebagai pendorong utama perekonomian
dengan menggunakan pendekatan kewilayahan dan fokus pada sektor
prioritas. Saat ini terdapat 2 koridor ekonomi, yaitu West Borneo Economic
Corridor (WBEC) yang berbasis pengembangan wilayah darat dan Greater
Sulu Sulawesi Economic Corridor (GSCS) yang berbasis pengembangan
wilayah laut. Target yang ingin dicapai adalah peningkatan nilai
perdagangan, investasi, industri, pariwisata dan sektor UMKM guna
memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat. Indonesia
mengusulkan pengembangan koridor dapat dilakukan pada daerah yang
bearda di perbatasan maupun yang mempunyai potensi yang sangat besar
seperti Makassar, Papua dan Maluku. Hasil studi kelayakan Sabah-
Kalimantan Utara mengenai pengembangan kawasan perbatasan
memberikan referensi untuk melakukan studi di wliayah lain.
• Inisiasi Pengembangan Kota Hijau (Green Cities Initiative-GCI) dalam
BIMP-EAGA adalah bertujuan untuk mewujudkan wilayah perkotaan yang
layak huni, ramah lingkungan, kompetitif secara ekonomi dan sejahtera
secara sosial. Sejauh ini, kota Kendari-Indonesia telah menyelesaikan
tahap pertama dengan menyusun Green Cities action Plan (GCAP).
Masing-masing Negara telah menunjuk 2 (dua) kota baru yang
berkomitmen untuk ikut serta pada inisiasi tersebut, yakni Bandar Seri
45
Bagawan (Brunei); Pontianak dan Tomohon (Indonesia), Kota Kinabalu dan
Kuching (Malaysia), Davao dan General Santos (Filipina).
Guna mendukung sasaran strategis Kedeputian VII, selain dari manfaat yang
mempunyai daya ungkit tinggi di atas, dapat dilihat pada Lampiran Capaian Target
Indikator Kinerja Utama Tahun 2017.
Capaian kinerja dalam tahun 2017 merupakan tindak lanjut dari rekomendasi
kebijakan yang dituangkan dalam Laporan Kinerja Tahun 2016, demikian
seterusnya, sehingga capaian kinerja bersifat kontinuitas sebagaimana tercantum
dalam Renstra Deputi VII Tahun 2015-2019. Hal tersebut dapat dilihat pada
analisis capaian kinerja dari waktu ke waktu.
C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA DARI WAKTU KE WAKTU
Pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 target untuk persentase (%)
kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan rata-rata sama,
yaitu sebesar 85% dengan realisasi tahun 2014 sebesar 92%; 94% di tahun 2015;
82,6% tahun 2016 dan di tahun 2017 sebesar 92%, sehingga rata-rata capaian
kinerja berkisar antara 97-120%. Realisasi di tahun 2017 mengalami peningkatan,
walaupun terdapat pertemuan bilateral yang ditunda pelaksanaannya.
Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam
rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
realisasi tahun 2014 sebesar 75% dari target 60%, tahun 2015 realisasi meningkat
menjadi 100% dari yang ditargetkan sebesar 75%, di tahun 2016 realisasi 88,89%
dari target 80% menurun dikarenakan adanya pemotongan anggaran dan
selfblocking anggaran yang dilakukan di tahun 2016, dan di tahun 2017 mengalami
peningkatan menjadi 100%. Sehingga kinerja pada tahun 2014 sebesar 125%;
tahun 2015 kinerja mencapai 133%; tahun 2016 sebesar 111% dan di tahun 2017
mencapai 118%.
Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama
ekonomi internasional yang ditindaklanjuti pada tahun 2014, realisasi sebesar 81%;
ditahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 92% dari yang ditargetkan sebesar
85%; tahun 2016 sebesar 88,10% dari target 85% dan di tahun 2017 realisasi
46
mencapai 100%. Sehingga capaian kinerja ditahun 2014 adalah 97%; tahun 2015
sebesar 108%; ditahun 2016 sebesar 104% dan 118% pada tahun 2017.
Untuk persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil
kerja sama ekonomi internasional,realisasi di tahun 2014 adalah 85%; tahun 2015
sebesar 83%; tahun 2016 sebesar 86,80% dan 88% di tahun 2017, dengan target
pemahaman peserta sebesar 85%. Capaian kinerja ditahun 2014 mencapai 100%;
tahun 2015 sebesar 98%; tahun 2016 102% dan di tahun 2017 sebesar 104%.
Dengan pemahaman peserta terhadap hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional
yang meningkat dari tahun ke tahun, diharapkan juga peserta/stakeholder dapat
memanfaatkan kerja sama dan memberi masukan terhadap pelaksanaan
kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah.
Capaian kinerja dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Capaian Kinerja dari Tahun 2014 – 2017
Indikator KinerjaRealisasi
2014 2015 2016 2017
Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasionalyang terselesaikan 115% 110% 97% 108%
Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saingnasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalamMEA
125% 133% 111% 118%
Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasionalyang ditindaklanjuti 101% 97% 118%
Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerjasama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti 97% 108% 104% 118%
Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional 100% 97,60% 102% 104%
Komposisi capaian kinerja dari Tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
Grafik 3.2 Capaian Kinerja Tahun 2014 – 2017
47
Peningkatan capaian kinerja capaian kinerja Deputi VII tahun 2017, dapat
tercapai karena perencanaan dan koordinasi dengan stakeholder terkait terlaksana
dengan lebih baik sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancer. Namun
tingginya capaian kinerja bukan berarti pekerjaan berjalan tanpa hambatan.
Terdapat faktor-faktor penghambat kinerja Deputi VII, yaitu:
Adanya perbedaan kepentingan di antara pemangku kepentingan di dalam
negeri, hingga perbedaan kepentingan masing-masing Negara dalam proses
penyusunan kesepakatan baik tingkat bilateral, regional & sub regional serta
multilateral, yang mengakibatkan proses pembahasan kesepatakan
memakan waktu lebih lama. Selain itu, kendala-kendala teknis seperti
Jadwal pertemuan kerja sama ekonomi internasional juga memerlukan
kesesuaian waktu antara 2 (dua) negara atau lebih serta situasi dan kondisi
dalam negeri suatu negara, sehingga terdapat beberapa penyelenggaraan
pertemuan bilateral yang tertunda.
Perlunya koordinasi dan sinkronisasi yang lebih intensif antara pemerintah
pusat dan daerah serta pola pikir masyakarkat dan pelaku usaha yang belum
melihat secara keseluruhan potensi dan peluang serta manfaat yang dapat
diraih dalam keterbukaan pasar global.
Kendala bahasa juga menjadi salah satu faktor tidak aktifnya pemerintah
daerah pada forum-forum internasional, misalnya pada pertemuan BIMP-
48
EAGA dan IMT-GT yang seharusnya daerah lebih aktif dalam memanfaatkan
peluang kerja sama ekonomi yang ada, serta
Adanya keterbatasan anggaran. Keadaan ini yang membuat Deputi VII
harus memilih kegiatan/forum secara cermat sesuai dengan urgensinya
terhadap kepentingan nasional.
Dalam mengatasi kendala-kendala tersebut, telah dilakukan langkah-langkah
efisiensi dan efektitas komunikasi dengan pemangku kepentingan pada forum
bilateral, regional & sub regional serta multilateral dan memilih isu-isu yang
dianggap lebih prioritas dan strategis, juga lebih membangun komunikasi dengan
pemerintah daerah dan pemangku kepentingan agar dapat aktif terlibat dalam
kegiatan/kerja sama ekonomi internasional dan memanfaatkan hasil-hasil
kesepakatan ekonomi internasional. Untuk perbaikan kinerja selanjutnya, Deputi VII
akan meningkatkan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait sebelum
mengikuti/menyelenggarakan forum internasional guna menyamakan persepsi,
menyelaraskan kepentingan dan membuat perencanaan kegiatan yang lebih
matang.
D. REALISASI ANGGARAN
Pada tahun 2017, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi
Internasional mendapat Pagu Anggaran Awal sebesar Rp. 13.550.000.000,-
(sesuai dengan pagu anggaran di dokumen Perjanjian Kinerja). Setelah dikurangi
pemotongan anggaran & adanya penambahan anggaran untuk penyelenggaraan 2
(dua) Pertemuan Kerja Sama Ekonomi Sub Regional, total pagu anggaran Deputi
VII menjadi Rp. 14.192.749.000,-. Karena itu pagu anggaran yang digunakan dalam
laporan kinerja Deputi VII adalah pagu setelah penambahan. Realisasi yang
dimanfaatkan sebesar Rp. 13.958.596.938,- atau terserap 98,35%. Dari sasaran
yang ditargetkan, telah dapat diwujudkan dengan baik, dilihat dari indikator kinerja
yang digunakan.
Realisasi Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi
Internasional tahun 2017 adalah sebagai berikut:
49
1. Pagu Anggaran tahun 2017 adalah sebesar Rp. 14.192.749.000,- dengan
rincian sebagai berikut:
a. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Asia, sebesar Rp. 2.800.000.000,-
b. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Amerika & Pasiik, sebesar
Rp. 1.775.000.000,-
c. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Eropa, Afrika dan Timur Tengah, sebesar
Rp. 2.425.000.000,-
d. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Regional dan sub Regional, sebesar Rp.
4.692.749.000,-
e. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Multilateral dan Pembiayaan, sebesar Rp.
2.500.000.000,-
2. Realisasi Anggaran per tanggal 31 Desember 2017 adalah sebesar Rp.
13.958.596.938 atau sebesar 98,35% dari pagu anggaran, dengan rincian
sebagai berikut:
a. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Asia, sebesar Rp. 2.766.593.102,-
b. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Amerika & Pasifik, sebesar Rp.
1.747.127.094,-
c. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Eropa, Afrika dan Timur Tengah, sebesar
Rp. 2.339.474.774,-
d. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Regional dan sub Regional, sebesar Rp.
4.641.448.784,-
e. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Multilateral dan Pembiayaan, sebesar Rp.
2.463.953.184,-
Realisasi anggaran perkegiatan tahun 2017 dapat dilihat pada tabel dan grafik
sebagai berikut:
50
Tabel 3.3 Tabel Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Anggaran 2017
No Kegiatan Pagu Anggaran(Rp)
Realisasi
Anggaran (Rp) %
1 Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Asia 2.800.000.000,- 2.766.593.102,- 98,81%
2 Koordinasi Kebijakan Bidang KSEAmerika Pasifik 1.775.000.000,- 1.747.127.094,- 98,43%
3 Koordinasi Kebijakan Bidang KSEEropa, Afrika dan Timur Tengah 2.425.000.000,- 2.339.474.774,- 96,47%
4 Koordinasi Kebijakan Bidang KSERegional & Sub Regional 4.692.749.000,- 4.641.448.784,- 98,91%
5 Koordinasi Kebijakan Bidang KSEMultilateral & Pembiayaan 2.500.000.000,- 2.463.953.184,- 98,56%
Total Realisasi 14.192.749.000 13.958.596.938,- 98,35%
Grafik 3.3 Realisasi Anggaran per-Kegiatan Tahun Anggaran 2017
Sedangkan anggaran dan realisasi belanja per-output Tahun anggaran 2017
dapat dilihat pada table berikut ini:
51
Tabel 3.5 Anggaran dan Realisasi Per Out-put Tahun Anggaran 2017
Sasaran Strategis Kegiatan
Pagu Anggaran
( Rp )
Realisasi
Anggaran (Rp) %
Terwujudnya
kordinasi dan
sinkronisasi
kebijakan bidang
kerja sama ekonomi
internasional
Koordinasi dansinkronisasi KSE Asia
2.157.730.000 2.142.553.144 99,30%
Koordinasi dansinkronisasi KSEAmerika & Pasifik
1.300.057.000 1.283.187.152 98,70%
Koordinasi dansinkronisasi KSEEropa, Afrika danTimur Tengah
1.998.050.000 1.956.513.678 97,92%
Koordinasi dansinkronisasi KSERegional dan SubRegional
4.447.396.000 4.410.240.303 99,16%
Koordinasi dansinkronisasi KSEMultilateral danpembiayaan
1.976.956.000 1.965.737.332 99,43%
Terwujudnya
pengendalian
kebijakan di bidang
kerja sama ekonomi
internasional
Pengendaliankebijakan di bidangKSE Asia
161.600.000 156.935.500 97,11%
Pengendaliankebijakan di bidangKSE Amerika & Pasifik
246.700.000 241.626.823 97,94%
Pengendaliankebijakan di bidangKSE Eropa, Afrika &Timur Tengah
125.550.000 119.789.350 95,41%
Pengendaliankebijakan di bidangKSE Regional & SubRegional
50.000.000 49.003.800 98,01%
Pengendaliankebijakan di bidangKSE Multilateral &Pembiayaan
116.670.000 99.602.354 85,37%
52
Sasaran Strategis Kegiatan
Pagu Anggaran
( Rp )
Realisasi
Anggaran (Rp) %
Terwujudnya
pemahaman peserta
atas materi
sosialisasi hasil-
hasil kerja sama
ekonomi
internasional
Sosialisasi hasil-hasilkerja sama ekonomiAsia
109.600.000 107.256.790 97,86%
Sosialisasi hasil-hasilkerja sama ekonomiAmerika & Pasifik
228.243.000 222.313.119 97,40%
Sosialisasi hasil-hasilkerja sama ekonomiEropa, Afrika & TimurTengah
301.400.000 263.171.746 87,32%
Sosialisasi hasil-hasilkerja sama ekonomiRegional & SubRegional
195.353.000 182.204.681 93,27%
Sosialisasi hasil-hasilkerja sama ekonomiMultilateral &Pembiayaan
406.374.000 398.613.508 98,09%
Berdasarkan capaian kinerja dan realisasi anggaran tahun 2017, Kedeputian
VII telah melakukan efisiensi anggaran yang secara langsung ataupun tidak
langsung berpengaruh pada capaian kinerja. Efisiensi anggaran dilakukan dengan
mengurangi rapat diluar kantor dan diluar kota, membatasi jumlah perjalanan dinas
dengan jumlah orang yang terbatas, serta melalui kerjasama dalam pelaksanaan
kegiatan dan anggarannya.
53
BAB IVPENUTUP
Secara Umum, capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama
Ekonomi Internasional (Deputi VII) selama tahun 2017 telah memenuhi target
kinerja yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Deputi VII. Deputi VII mempunyai
fungsi untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan kerja
sama ekonomi internasional, dalam melaksanakan kegiatannya tidak hanya
tergantung dari kesiapan kementerian / lembaga pemerintah dan swasta Indonesia
namun juga sangat tergantung pada kegiatan negara mitra kerja sama, oleh sebab
itu rencana kegiatan yang disusun di awal tahun juga perlu mempertimbangkan
kesediaan negara mitra.
Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan kerja sama ekonomi international
antara pemerintah pusat dan daerah juga perlu ditingkatkan, serta perbaikan
regulasi yang mendukung program-program penguatan dan peningkatan investasi
dibidang-bidang strategis. Dan perlu ditingkatkannya kegiatan sosialisasi, agar
stakeholder lebih memahami dan dapat memanfaatkan peluang kerja sama
internasional.
Peningkatan kerja sama dengan negara mitra akan berdampak pada
peningkatan indikator ekonomi seperti perdagangan dan investasi. Upaya Deputi VII
untuk meningkatkan indikator ekonomi dilakukan dengan mempererat kerja sama
ekonomi dengan negara mitra maupun dalam lingkup kerja sama bilateral, regional,
sub regional dan multilateral, melalui agreement, agreed minutes, MOU, joint
statement yang dilakukan sesuai tahapan kerja sama internasional yang berlaku
umum. Dengan melaksanakan tahapan proses kerja sama ekonomi yang telah
dilakukan, dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan baik secara mandiri
maupun bersama-sama dengan kementerian/lembaga terkait, dalam bentuk rapat
koordinasi antar kementerian/lembaga, sosialisasi, focus group dicussin (FGD)
serta monitoring dan evaluasi.
Dalam pelaksanaan seluruh kegiatan tersebut, Deputi VII senantiasa
berupaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja melalui upaya perencanaan,
54
pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi, sebagai bagian untuk mewujudkan
reformasi birokrasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
`
Definisi : Mengukur hasil kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yangdisetujui/ditandatangani dalam pertemuan/perundingan internasional yangdilaksanakan oleh stakeholder terkait
Satuan : %
Teknik Menghitung : % terimplementasikan = Jumlah kesepakatan yang dilaksanakan (L) dibagijumlah kesepakatan yang disetujui (S) dalam pertemuan/perundinganinternasional dikalikan 100%.Formula:
Sifat Data IKU : Maximize
Sumber Data : Asdep KSE Asia; Amerika dan Pasifik; Eropa, Afrika dan Timur Tengah;Regional & Sub Regional; Multilateral & Pembiayaan
Periode Data IKU : Semesteran
Definisi : Jumlah rekomendasi yang dihasilkan untuk peningkatan dayasaing nasional dalam rangka menghadapi MEA
Komitmen Indonesia dalam MEA : pemenuhan janji(tindakan/kegiatan) Indonesia dalam integrasi MasyarakatEkonomi ASEAN
Satuan : %
TeknikMenghitung
: Jumlah rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalamrangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA (R) dibagijumlah komitmen Indonesia dalam MEA (K) dikalikan 100%.Formula:
R/K x 100 %
Sifat DataIKU
: Maximize
Sumber Data : Asdep Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional
Periode DataIKU
: Semesteran
Persentase Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi Internasional yangterimplementasikan
ManualPerhitungan
IKU Deputi VII1
Persentase rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalamrangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA
ManualPerhitungan
IKU Deputi VII2
Periode DataIKU
: Semesteran
KeteranganLain
: -
Definisi :
Mengukur kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yangtelah disetujui/ditandatangani dalam pertemuan/perundinganinternasional dan ditindaklanjuti melalui rapat koordinasi denganstakeholder terkait
Satuan : %
TeknikMenghitung :
% ditindaklanjuti = jumlah kesepakatan yang ditindaklanjuti (R)dibagi jumlah kesepakatan yang diselesaikan (T) dikalikan 100%.Formula:
Sifat DataIKU : Maximize
Sumber Data : Asdep KSE Asia; Amerika dan Pasifik; Eropa, Afrika dan TimurTengah; Regional & Sub Regional; Multilateral & Pembiayaan
Periode DataIKU : Semesteran
Definisi :Mengukur jumlah rekomendasi hasil monitoring dan evaluasiterhadap hasil kerjasama ekonomi internasional yangdilaksanakan oleh stakeholder terkait
Satuan : %
TeknikMenghitung :
Jumlah rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi terhadap hasilkerjasama ekonomi internasional yang dilaksanakan (R) dibagijumlah monitoring dan evaluasi terhadap hasil kerjasamaekonomi internasional yang ditargetkan (T) dikalikan 100%.Formula:
Persentase Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi Internasional yangDitindaklanjuti
ManualPerhitungan
IKU Deputi VII3
Persentase rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja samaekonomi internasional yang ditindaklanjuti
ManualPerhitungan
IKU Deputi VII4
Sifat DataIKU : Maximize
Sumber Data : Asdep KSE Asia; Amerika dan Pasifik; Eropa, Afrika dan TimurTengah; Regional & Sub Regional; Multilateral & Pembiayaan
Periode DataIKU : Semesteran
Periode DataIKU : Semesteran
KeteranganLain : -
Definisi :
Mengukur indikator tingkat pemahaman peserta sosialisasiterhadap hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional yangdipaparkan Hasil kuisioner yang dibagikan kepada peserta sosialiasi
terhadap pemahaman materi hasil-hasil kerja sama ekonomiinternasional
Data kualitatif dengan skala likert:Kurang paham (1), cukup paham (2), paham (3), sangat paham(4)
Satuan : %
TeknikMenghitung :
Jumlah peserta sosialiasi yang memahami (P) materi hasil-hasilkerja sama ekonomi internasional dibagi dengan jumlah pesertaseluruhnya (T) dikalikan 100%Formula:
Sifat Data IKU : Maximize
Sumber Data : Asdep KSE Asia; Amerika dan Pasifik; Eropa, Afrika dan TimurTengah; Regional & Sub Regional; Multilateral & Pembiayaan
Periode DataIKU : Semesteran
Persentase Pemahaman Peserta atas Materi Sosialisasi Hasil-hasilKerjasama Ekonomi Internasional
ManualPerhitungan
IKU Deputi VII5
6
s.d. SemesterI (Januari s.d.
Juni)
s.d. Semester II(Januari s.d.Desember)
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
Persentase (%) kesepakatan kerjasamaekonomi internasional yangterimplementasi
85% 44% 92% 108%
Target kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang terimplementasi adalah 85%dari 25 Kesepakatan (21 kesepakatan). Karena adanya situasi politik di salah satu negaramitra dan ketidaksesuaian jadwal antara pemerintah Indonesia dengan negara mitra,sehingga tercapai 23 kesepakatan.
Persentase (%) rekomendasi hasilpenguatan daya saing nasional dalamrangka memenuhi komitmen Indonesiadalam MEA
85% 60% 100% 118%Penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA(Masyarakat Ekonomi ASEAN) dapat tercapai dengan tercapainya kesepakatan MEA dalampilar Ekonomi dan kesepakatan Strategic Action Plan ASEAN
Persentase (%) kesepakatan kerjasamaekonomi internasional yang ditindaklanjuti 85% 38,89% 100% 118%
Total kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti tahun 2017sebanyak 19 kesepakatan, sementara Target di tahun 2017 sebesar 85% ( 16 kesepakatan ),sehingga capaian kinerja mencapai 118%
Persentase (%) rekomendasi hasilmonitoring dan evaluasi kerjasamaekonomi internasional yang ditindaklanjuti
85% 42,86% 100% 118%Target rekomendasi hasil monev yang ditindaklanjuti sebanyak 23 rekomendasi ( 85% dari26 rekomendasi), sedangkan total rekomendasi di tahun 2017 sebanyak 27 rekomendasidan capaian kinerja sebesar 118%.
Terwujudnya pemahamanpeserta atas materisosialisasi hasil-hasilkerjasama ekonomiinternasional
Persentase (%) pemahaman peserta atasmateri sosialisasi hasil-hasil kerjasamaekonomi internasional
85% 80,00% 88% 104%Pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional rata-rata sebesar 88% dari 85% yang ditargetkan. Sedangkan sosialisasi yang dapatdiselenggarakan sebanyak 14 sosialisasi di beberapa provinsi
Realisasi s.d. Semester II 2017Target Tahun 2017
% CapaianKinerja *)
Realisasi Tahun 2017
LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017Unit: Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional
Keterangan (Capaian Kinerja s.d. Desember)
(g)
*) menghitung kinerja Tahun2017 :
Terwujudnya pengendaliankebijakan di bidangkerjasama ekonomiinternasional
Terwujudnya koordinasi dansinkronisasi kebijakan dibidang kerjasama ekonomiinternasional
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target2017