laporan akuntabilitas kinerja pemerintah tahun 2015

75
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI MAKRO DAN KEUANGAN

Upload: lamdat

Post on 18-Jan-2017

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

Tahun 2015

DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI MAKRO DAN KEUANGAN

Page 2: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 3: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan pada Tahun 2015 ini memiliki

program utama yaitu Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian dengan sasaran strategis

adalah : mewujudkan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan, mewujudkan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro

dan keuangan, dan mewujudkan perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil

(UMK. Untuk mengetahui capaian sasaran strategis telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU)

sebagai berikut : presentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan,

presentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro

dan keuangan, dan tercapainya target penyaluran kredit berpenjamin atau Kredit Usaha

Rakyat (KUR).

Untuk mendukung capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan telah dilakukan kegiatan koordinasi, pelaksanaan monitoring, evaluasi dan

pelaporan yang mencakup tujuh sub kegiatan, yaitu Koordinasi Kebijakan Bidang Fiskal;

Koordinasi Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran; Koordinasi Asuransi dan

Remitansi untuk Pekerja Migran (TKI); Koordinasi Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik

Negara (BUMN); Koordinasi Kebijakan Bidang Penegmbangan Ekonomi Daerah dan Sektor

Riil; Koordinasi Kebijakan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; dan Koordinasi Kebijakan

Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat).

Evaluasi dan analisis capaian kinerja 2015 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro

dan Keuangan telah menunjukkan hasil yang cukup baik target yang telah ditetapkan pada

awal tahun. Hal itu ditunjukkan dengan capaian indikator Sasaran Strategis 1 :

Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan

Keuangan yang mencapai 100%; Sasaran Strategis 2 : Terwujudnya Pengendalian

Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan yang mencapai 100%.

Namun demikian, suatu prestasi yang sangat baik dicapai dalam indikator Sasaran Strategis

3 : Terwujudnya Perluasan Akses Pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang

mencapai 113,75% dari target yang ditetapkan. Berdasarkan tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan, pencapaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2015 telah berhasil baik dan

mendukung program “Nawa Cita” pemerintah.

Page 4: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

iii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ............................................. 2

C. Aspek Strategis .................................................................................... 3

D. Isu Strategis .......................................................................................... 4

BAB II PERENCANAAN KINERJA ...................................................................... 6

A. Rencana Strategis ............................................................................... 6

B. Rencana Kerja 2015 ........................................................................ 7

C. Perjanjian Kinerja ............................................................................... 8

D. Pengukuran Kinerja ............................................................................. 9

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................... 12

A. Capaian Kinerja Organisasi ............................................................. 12 B. Analisis Capaian Kinerja Organisasi ................................................. 14 C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu .............................. 31 D. Realisasi Anggaran .............................................................................. 35

BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 40

LAMPIRAN :

Lampiran I. Perjanjian Kinerja 2015

Lampiran II. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan

Lampiran III. Manual Indikator Kinerja Utama

Lampiran IV. Capaian Indikator Kinerja Utama 2015

Page 5: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tahun 2015 merupakan tahun yang penuh tantangan dalam pembangunan

ekonomi bangsa Indonesia. Sedikitnya terdapat dua hal utama yang mempengaruhi

perjalanan ekonomi Indonesia pada Tahun 2015 yakni : yang pertama adalah perubahan

kepemimpinan bangsa Indonesia yang diikuti dengan perubahan arah kebijakan termasuk

perubahan struktur dan nomenklatur kementerian; dan yang kedua adalah tantangan

perekonomian global yakni perlambatan perekonomian global, berakhirnya suku bunga

murah sejalan dengan berakhirnya program stimulus Amerika Serikat (quantitative

easing) dan di dalam negeri tantangannya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi

serta twin deficit.

Dalam hal arah kebijakan, sejalan dengan program nawacita yang diusung oleh

pemerintahan yang baru, sedikitnya terdapat tiga hal strategis yang menjadi tanggung

jawab Unit Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Kementerian Koordinator bidang Perekonomian yakni membangun Indonesia dari

pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara

Kesatuan, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, dan

mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis

ekonomi domestik, ketiga program tersebut dituangkan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Mengingat semakin pentingnya peran dan fungsi koordinasi dalam

mengantisipasi berbagai tantangan tersebut, khususnya perlambataan ekonomi dan

kebutuhan akan pertumbuhan yang tinggi serta peningkatan kualitas pertumbuhan

ekonomi dalam jangka menengah panjang, dalam pemerintahan ini peran Kementerian

Koordinator diperkuat yakni dengan penambahan fungsi pengendalian yang tertuang

dalam Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas menjadikan Unit Organisasi Deputi

Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan memiliki peran sentral khususnya

dalam mengawal tercapainya program pemerintah Tahun 2015 untuk menjaga

pertumbuhan ekonomi, meningkatkan investasi, dan menjaga daya beli masyarakat

dengan serangkaian program paket kebijakan.

Page 6: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

2

Dalam upaya mengantisipasi tuntutan output yang semakin meningkat tersebut,

unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian telah menyusun dan menetapkan Rencana Kerja

(Renja) 2015 dengan memperhatikan Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 sebagai

pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi. Renja yang ditetapkan merupakan tolak

ukur keberhasilan maupun kegagalan unit organisasi dan sekaligus menjadi dasar

penilaian dalam evaluasi kinerja. Hasil evaluasi atas kinerja Deputi I tergambar pada

laporan kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan. Laporan kinerja

menjadi potret implementasi Sasaran Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada Deputi I

yang meliputi : perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengelolaan kinerja, serta

pelaporan dan evaluasi.

B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. Per-5/

M.EKON/05/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian decantumkan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan merupakan unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian di bidang ekonomi makro dan keuangan yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan secara struktural

membantu pekerjaan dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian dengan tugas pokoknya adalah “Menyelenggarakan koordinasi dan

sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan

kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang ekonomi makro dan

keuangan”. dan menjalankan fungsinya untuk :

1. Melakukan koordinasi, dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan

kebijakan Kementerian/Lembaga di bidang ekonomi makro dan keuangan;

2. Melakukan pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga di bidang

ekonomi makro dan keuangan;

3. Melakukan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang ekonomi makro

dan keuangan; dan

4. Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian.

Page 7: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

3

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Makro dan Keuangan membawahi 5 (lima) lima unit Eselon II yang terdiri dari :

1. Asisten Deputi Fiskal;

2. Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran;

3. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil;

4. Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan;

5. Asisten Deputi Badan Usaha Milik Negara; dan

6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Bagan 1

Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro Dan Keuangan

C. ASPEK STRATEGIS

Dalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan

dalam dokumen perencanaan dan mewujudkan manajemen pemerintahan yang efisien,

efektif, transparan, dan akuntabel, serta berorientasi pada hasil, Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Makro dan Keuangan menuangkannya ke dalam Perjanjian Kinerja dengan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai bentuk tanggung jawab keberhasilan

maupun kegagalan dalam pencapaian target kinerja.

DEPUTI

BIDANG KOORDINASI EKONOMI

MAKRO DAN KEUANGAN

Asisten Deputi

Fiskal

Asisten Deputi

Moneter dan Neraca

Pembayaran

Asisten Deputi

Pengembangan Ekonomi

Daerah dan Sektor Riil

Asisten Deputi

Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan

Asisten Deputi

Badan Usaha Milik

Negara

Bidang

Penerimaan

Negara

Bidang

Program dan

Tata Kelola

Bidang

Pengeluaran

Negara

dan Pembiayaan

Bidang

Moneter

Bidang Neraca

Pembayaran dan

Posisi Investasi

Internasional

Bidang

Pengembangan

Ekonomi Daerah

Bidang

Sektor Riil

Bidang

Pasar Modal dan

Lembaga

Keuangan Bukan

Bank Bidang

Perbankan

Bidang

BUMN Industri

Bidang

BUMN Usaha Jasa

Kelompok Jabatan

Fungsional

Page 8: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

4

Sasaran strategis yang ingin dicapai melalui perencanaan strategis di Bidang

Ekonomi Makro dan Keuangan adalah :

1. Mewujudkan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan.

2. Mewujudkan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan.

3. Mewujudkan perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Bidang Ekonomi Makro

dan Keuangan dalam mewujudkan sasaran stategis di atas dituangkan dalam :

1. Presentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

2. Presentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro

dan keuangan.

3. Tercapainya target penyaluran kredit berpenjamin atau Kredit Usaha Rakyat (KUR).

D. ISU STRATEGIS

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Setidaknya terdapat isu strategis

yang menjadi bagian dari koordinasi Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan.

Pertama, menjaga pertumbuhan ekonomi tetap tinggi sehingga dapat

menciptakan tambahan lapangan pekerjaan yang cukup bagi angkatan kerja baru yang

pada akhirnya akan mengurangi pengangguran dan tingkat kemiskinan. Selain itu tugas

yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga dan mengendalikan inflasi tetap rendah

guna menjaga tingkat daya beli masyarakat.

Kedua, menjaga kredibilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

agar optimal dalam memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi. Dalam

konteks ini, peerlu dijaga agar penerimaan negara khususnya dari sektor perpajakan tetap

tumbuh tinggi namun dengan tetap menjaga keberlangsungan sektor riil dan menjaga

iklim investasi tetap kondusif.

Ketiga, mendorong peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam

kontribusi pembangunan di Indonesia dengan melalui penguatan modal BUMN melalui

program penyertaan modal negara dan memfasilitasi BUMN agar mendapatkan sumber

dana yang murah dan jangka panjang sesuai dengan karakteristik pembiyaan infratruktur

yang memang membutuhkan pembiyaan dalam jangka panjang

Page 9: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

5

Keempat, koordinasi dalam meningkatkan arus investasi dengan jalan menjaga

iklim investasi tetap kondusif dan memberikan relaksasi fiskal guna lebih meningkatkan

daya saing investasi.

Kelima, mendorong tumbuhnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

sebagai salah satu pilar utama pembangunan ekonomi Indonesia dengan jalan

memberikan dukungan kemudahan akses pembiyaan UMKM dengan proses yang mudah,

cepat dan tingkat suku bunga yang kompetitif.

Keenam, melakukan harmonisasi kebijakan di tingkat pusat dan daerah sehingga

salah satu agenda pembangunan yang tercantum dalam nawacita yakni membangun dari

pinggiran dapat terealisasi dengan baik.

Page 10: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

6

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS

Sebagaimana telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa unit organisasi

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan bagian integral

dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian beserta rencana strateginya untuk

mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam

menjalankan tugas dan fungsinya unit organisaasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Makro dan Keuangan menetapkan Rencana Kerja Tahunan yang berisi sasaran

program/kegiatan, indikator kinerja, dan target yang harus dicapai. Pada pelaksanaan

program/kegiatan Tahun 2015, target ini dituangkan dalam dokumen Rencana Kinerja

(Renja) Tahun 2015 yang ditetapkan untuk setiap indikator kinerja.

Sasaran Strategis yang akan dicapai dalam perencanaan kinerja Tahun 2015

adalah:

1. Pertama, Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ekonomi

Makro dan Keuangan;

2. Kedua, Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi

Makro dan Keuangan; dan

3. Ketiga, Terwujudnya Perluasaan Akses Pembiayaan Bagi Usaha Mikro dan Kecil

(UMK).

Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai pencerminan tingkat capaian Sasaran

Strategis adalah :

1. Pertama, Persentase Rekomendasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan

Keuangan dengan Target 80%; *

2. Kedua, Persentase Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang

Ekonomi Makro dan Keuangan dengan Target 80%; * dan

3. Ketiga, Tercapainya Target Penyaluran Kredit Berpenjamin atau Kredit Usaha Rakyat

(KUR) sebesar Rp. 20 Triliun.

Catatan *: Target IKU Tahun 2015 sebesar 80% ditetapkan dengan asumsi bahwa struktur organisasi (jabatan

struktural) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan I belum sepenuhnya terisi

Sumber Daya Manusia (SDM).

Page 11: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

7

Rencana Kinerja merupakan bagian dari Rencana Strategis Unit Organisasi

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2015- 2019

merupakan perencanaan jangka menengah organisasi yang berisi gambaran sasaran

atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun beserta strategi

yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran sesuai dengan tugas, fungsi dan peran

yang diamanahkan. Penyusunan Renstra Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan mengacu pada RPJMN tahun 2015-2019.

B. RENCANA KERJA 2015

Dengan berpedoman pada Renstra dan memperhatikan rancangan awal Rencana

Kerja (Renja), unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

telah menyusun Renja Tahun 2015 yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang

meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran hasil sesuai

program induk yang didukung. Renja dirinci menurut indikator keluaran, sasaran

keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, pagu indikatif

sebagai indikasi pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya.

Untuk mencapai sasaran strategis dan sasaran pendukung lainnya yang berkaitan

dengan isu strategis, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Bidang Ekonomi Makro

dan Keuangan melaksanakan beberapa program Tahun 2015, yaitu :

1. Program Kebijakan Bidang Fiskal.

2. Program Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran.

3. Program Kebijakan Bid. Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Rill.

4. Program Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

5. Program Kebijakan Perluasan Akses Pembiayaan Bagi UMK melalui Skema

Penyaluran Kredit Berpenjaminan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

6. Program Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara.

7. Program Kebijakan Asuransi dan Remitansi untuk Pekerja Migran (TKI).

Penyusunan Renja Tahun 2015 juga merupakan ditindaklanjuti rekomendasi

dalam Laporan Hasil Evaluasi (LHE) kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro

dan Keuangan Tahun Anggaran 2014 yang dilakukan oleh Inspektorat Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian tentang dokumen perencanaan kinerja tahunan.

Page 12: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

8

C. PERJANJIAN KINERJA

Dalam rangka mencapai strategi organisasi dan meningkatkan kinerja, unit

organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah melaksanakan

penandatangan perjanjian kinerja dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Hal ini diikuti dengan Penandatanganan perjanjian kinerja antara Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan dengan seiap unit eselon II yang

dikoordinasikannya melalui kontrak kinerja.

Kontrak kinerja merupakan dokumen kesepakatan antara pegawai dengan atasan

langsung yang berisi pernyataan kesanggupan untuk mencapai Indikator Kinerja Utama

dengan target yang telah ditetapkan. Penyusunan kontrak kinerja dimulai dari level

pejabat tertinggi sampai ke pelaksana berdasarkan tugas dan fungsi serta IKU yang

bersifat cascade dari atasan.

Penetapan kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen untuk mencapai

kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan

mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan utama penetapan kinerja

adalah untuk :

1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;

2. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dengan pemberi tugas;

3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran

organisasi;

4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan

5. Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Dokumen perjanjian kinerja merupakan dokumen yang berisikan penugasan

dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah

untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.

Pencapaian sasaran strategis unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Makro dan Keuangan diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) dimana penyusunan

IKU disesuaikan dengan level organisasi atau kewenangan yang dimiliki oleh pejabat

yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator-indikator kinerja dan target tahunan yang

digunakan dalam penetapan kinerja ini adalah indikator kinerja utama tingkat eselon I.

Rencana Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun

2015 sebagaimana yang telah dituangkan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan

Rencana Kinerja Tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Page 13: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

9

Tabel 1 Penetapan Kinerja Kedeputian I

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2015

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

Persentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

80%

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

Persentase rekomendasi pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

80%

Terwujudnya perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Tercapainya target penyaluran kredit berpenjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Rp. 20 Triliun

Untuk mendukung capaian kinerja tersebut, disusun rencana aksi kegiatan

sebagaimana pada lampiran.

D. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran tingkat capaian kinerja Kedeputian I Tahun 2015 dilakukan dengan

cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan

dalam Penetapan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

tahun 2015 dengan realisasinya. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui

serangkaian penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang

tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diperoleh

indeks capaian IKU. Formula penghitungan capaian IKU adalah sebagai berikut :

Indeks Capaian IKU

= Realisasi

× 100% Target

Adapun status indeks capaian IKU adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Indeks Capaian IKU

Hijau

Kuning Merah

100 ≤ X ≤ 120 (memenuhi ekspektasi)

80 ≤ X < 100 (belum memenuhi

ekspektasi)

X < 80% (tidak memenuhi

ekspektasi)

Page 14: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

10

Tabel 3 Perhitungan Manual IKU Kedeputian I

Manual Perhitungan IKU 1 Definisi

: :

Peresentase Rekomendasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Implementasi fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan dengan Kementerian/ Lembaga yang menghasilkan rekomendasi yang dikoordinasi dan disinkronisasi oleh deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Satuan : % Teknik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang

ekonomi makro dan keuangan = realisasi dibandingkan target Realisasi X 100 % Target

Sifat Data IKU : Maksimisasi Sumber Data : Keasdepan Fiskal, Keasdepan Moneter dan Neraca Pembayaran,

Keasdepan Ekonomi Daerah & Sektor Riil, Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Keasdepan BUMN

Periode Data IKU : Semesteran

Manual Perhitungan IKU 2 Definisi

: :

Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan Implementasi fungsi pengendalian di bidang ekonomi makro dan keuangan oleh Kementerian/Lembaga yang menghasilkan rekomendasi dan berdampak pada pelaksanaan kebijakan

Satuan %

Teknik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan = realisasi dibandingkan target Realisasi X 100 % Target

Sifat Data IKU : Maksimisasi

Sumber Data : Keasdepan Fiskal, Keasdepan Moneter dan Neraca Pembayaran, Keasdepan Ekonomi Daerah & Sektor Riil, Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Keasdepan BUMN

Periode Data IKU : Semesteran

Page 15: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

11

Manual Perhitungan IKU 3 Definisi

: :

Tercapainya target penyaluran kredit berpenjaminan Kredit Usaha Rakyat/KUR Implementasi Penyaluran Pagu Kredit Berpenjaminan KUR

Satuan : %

Teknik Menghitung : Realisasi Penyaluran dibagi Pagu Penyaluran X 100% Pagu

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Periode Data IKU : Semesteran

Catatan :

1. Jumlah Rekomendasi yang ingin dicapai untuk Sasaran Strategis 1 dan Sasaran

Strategis 2 pada tahun 2015 masing-masing adalah 10 (sepuluh) rekomendasi.

2. Target yang ditetapkan untuk Sasaran Strategis 1 dan Sasaran Strategis 2 pada tahun

2015 masing-masing 80%. Artinya, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Makro dan Keuangan merencanakan hanya 8 rekomendasi dapat dicapai

untuk masing-masing Sasaran Strategis 1 dan 2. Telah disampaikan pada halaman 6

bahwa Target IKU Tahun 2015 sebesar 80% hanya menunjukkan bahwa struktur

organisasi (jabatan struktural) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan belum sepenuhnya terisi Sumber Daya Manusia (SDM).

3. Jika 10 (sepuluh) rekomendasi masing-masing untuk Sasaran Strategis 1 dan Sasaran

Strategis 2 dapat dicapai, maka perhituangan realisasinya adalah 100%.

Rekomendasi dalam Laporan Hasil Evaluasi (LHE) kinerja Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun Anggaran 2014 yang dilakukan oleh

Inspektorat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah perlu untuk

menyusun pedoman atau Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang mekanisme

pengumpulan data kinerja untuk penyusunan Laporan Kinerja. Menindaklanjuti

rekomendasi tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah

menerbitkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun

2015 tentang Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yang didalamnya diatur juga

mekanisme pengumpulan data kinerja.

Page 16: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

12

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran tingkat capaian kinerja unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Makro dan Keuangan Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target

(rencana) dengan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah tertuang dalam

Penetapan Kinerja Kedeputian I Tahun 2015. Prinsip pengukuran tingkat capaian kinerja

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan disampaikan sebagai berikut :

1. Unit Organisasi Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan bagian integral

dari Organisasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

2. Deputi menjabarkan Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian dalam Sasaran Program yang menghasilkan rekomendasi yang

diharapkan memiliki dampak luas (outcomes). Yang ditindaklanjuti oleh Asisten

Deputi dengan menjabarkan Sasaran Program Deputi dalam Sasaran Kegiatan yang

menghasilkan rekomendasi (output).

3. Dalam menjalankan Sasaran Kegiatan, Para Asisten Deputi didukung dengan

anggaran sesuai dengan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). Kegiatan yang

dilaksanakan Para Asisten Deputi menghasilkan berbagai rekomendasi di tingkat

eselon II yang disampaikan kepada Deputi.

4. Rekomendasi menjadi indikator kinerja Asisten Deputi bila : Deputi mendisposisikan

agar rekomendasi diteruskan kepada Menko Perekonomian, Deputi mendisposisikan

agar rekomendasi dikoordinasikan dengan instansi terkait untuk ditindaklanjuti, dan

hasil koordinasi Asisten Deputi ditindaklanjuti oleh pejabat setingkat di instansi

terkait.

5. Rekomendasi menjadi indikator kinerja Deputi bila : Menko Perekonomian

mendisposisikan agar rekomendasi diteruskan kepada Presiden, Wakil Presiden,

Menteri, Kepala Lembaga terkait dan atau Sidang Kabinet; Menko Perekonomian

mendisposisikan agar rekomendasi diteruskan menjadi produk Perundangan-

undangan, Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Menteri; dan Hasil koordinasi

Deputi ditindaklanjuti oleh pejabat setingkat di instansi terkait.

Tingkat capaian kinerja Kedeputian I Tahun 2015 berdasarkan hasil pengukurannya

dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Page 17: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

13

Tabel 4 Capaian Kinerja Kedeputian I

Sasaran Strategis 1

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja

Persentase rekomendasi kebijakan di bidang

ekonomi makro dan keuangan (10 rekomendasi) 80% 100% 100%

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja

Persentase rekomendasi pelaksanaan kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan

(10 rekomendasi)

80% 100% 100%

Sasaran Strategis 3

Terwujudnya perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja

Tercapainya target penyaluran kredit

berpenjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Rp. 20,-

Triliyun

Rp.

22,75,-

Triliun

113,75%

Rata-Rata Capaian Kinerja

104,58%

Presentase rekomendasi yang direncanakan untuk Sasaran Strategis 1 dan sasaran

Strategis 2 masing-masing adalah 100% dengan jumlah rekomendasi masing-masing 10

rekomendasi. Adapun target yang ditetapkan untuk masing-masing untuk Sasaran

Strategis adalah 100%. Sampai dengan LAKIP 2015 disusun realisasi capaian Sasaran

Strategis 1 dan 2 unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

mencapai 100% dan capaian realisasi Sasaran Strategis 3 sebesar 113,75%. Capaian rata-

rata atas indikator kinerja Tahun 2015 adalah sebesar 113,75%, yang merupakan rata-

rata penjumlahan dari masing-masing indikator kinerja dibagi tiga. Sehingga status

kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan untuk sasaran strategis

1, 2 dan 3 berwarna hijau, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4 di atas.

Page 18: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

14

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Sasaran Strategis 1 :

Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro

dan Keuangan.

Sebagai salah satu unit kerja di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka terwujudnya efektifitas

koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan kepada

stakeholder. Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro

dan keuangan yang berdampak luas meliputi rekomendasi kebijakan antara lain sebagai

berikut :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2015 tentang Jaminan

Pemerintah Pusat atas Pembiayaan Infrastruktur melalui Pinjaman Langsung dari

Lembaga Kredit Indonesia kepada BUMN.

Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) disusun dalam rangka percepatan penyediaan

infrastruktur kepada masyarakat, melalui pengoptimalan peran Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) untuk memanfaatkan alternatif pembiayaan dalam bentuk fasilitas

pembiayaan infrastruktur yang disediakan oleh Lembaga Keuangan Internasional

(LKI) secara langsung. Hal tersebut merupakan salah satu outcome terwujudnya

koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

Melalui alternatif pembiayaan dimaksud, diharapkan BUMN akan lebih mudah

mendapatkan akses pembiyaan dengan tingkat bunga yang murah (sovereign rates)

dan dengan tenor yang lama sampai dengan 30 tahun. Dengan fasilitas tersebut,

BUMN diharapkan berkontribusi sebesar 6% atau sekitar 350 triliun dari kebutuhan

pendanaan infrastruktur dalam RPJMN 2015-2019 yang diperkirakan mencapai

Rp.5.452 triliun.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah

Tertentu, beserta Peraturan Pelaksanaannya.

Pemerintah menerbitkan revisi regulasi Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2015

tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang

Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu (Tax Allowance) yang secara efektif

berlaku mulai tanggal 6 Mei 2015. Penerbitan regulasi dimaksud akan mendorong

Page 19: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

15

peningkatan investasi langsung guna mendorong pertumbuhan ekonomi dalam

rangka pemerataan pembangunan. Kebijakan umum yang tertuang dalam PP No.18

Tahun 2015 antara lain : (1) diutamakan pada industri yang memberikan daya

dorong yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi; (2) industri yang

bersifat Intermediate goods dan substitusi impor guna mengurangi Current Account

Defisit dan diharapkan dapat menyelesaikan masalah struktural perkonomian

Indonesia pada jangka menengah-panjang; (3) memenuhi kebutuhan dalam negeri

(industri vital dan strategis yang mendorong kemandirian nasional); (4) mengisi

pohon industri yang kosong; (5) tidak mengganggu pertumbuhan industri yang ada;

(6) tidak saling menghapuskan dengan kebijakan lain; (7) lebih ramah terhadap

investor; (8) lebih terbuka dari peraturan sebelumnya; dan (9) tidak menjadi lebih

restriktif.

Fasilitas Tax Allowance diberikan kepada Wajib Pajak badan dalam negeri yang

melakukan penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah adapada

bidang-bidang usaha sebagaimana tercantum di dalam Lampiran I dan/atau bidang-

bidang usaha dan daerah-daerah tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran II

Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2015. Terdapat setidaknya 66 KBLI di dalam

Lampiran I dan 77 KBLI di dalam Lampiran II. Sementara itu bentuk fasilitas yang

dapat diberikan kepada Wajib Pajak adalah : (1) pengurangan penghasilan neto

sebesar 30% yang dibebankan selama 6 tahun masing-masing sebesar 5%; (2)

penyusutan dan amortisasi dipercepat; (3) pengenaan PPh sebesar 10% atas dividen

yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri atau tarif yang lebih rendah apabila

terdapat Tax Treaty, dan (4) kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun

tetapit tidak lebih dari 10 tahun. Sejak berlaku efektif hingga saat ini, 7 perusahaan

telah mendapatkan keputusan persetujuan pemberian fasilitas Tax Allowance. Hal

tersebut merupakan salah satu outcome terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi

kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

3. Keputusan Presiden No.19 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi

Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Dalam upaya meningkatkan efektifitas skema pembiayaan Kredit Usaha Rakyat, telah

dilakukan beberapa perbaikan. Perbaikan tersebut diantaranya akan berdampak pada:

1. Skema KUR dengan susunan basis data UMKM melalui Sistem Informasi Kredit

Program (SIKP) sebagai sarana dalam memastikan ketepatan sasaran penyaluran

KUR.

Page 20: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

16

2. Penguatan peran Kementerian Teknis serta Pemerintah Daerah dalam penyusunan

basis data UMKM sebagai calon debitur KUR.

3. Upaya perbaikan skema tersebut didukung dengan penguatan regulasi KUR yang

dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 14 Tahun 2015 tentang Komite

Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

4. Penetapan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.6 Tahun 2015

tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat

Perbaikan skema KUR dirumuskan dalam Pedoman Pelaksanaan yang ditetapkan

melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite

Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pada tanggal 5

Agustus 2015 ditetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku

Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah No..6

Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR. Pedoman tersebut mengatur

pelaksanaan KUR Mikro, KUR Ritel dan KUR Penempatan TKI.

Kebijakan program KUR tersebut akan mengatur skema subsidi bunga pemerintah

dimana debitur dapat menerima KUR dengan suku bunga maksimum 12% efektif per

tahun. KUR disalurkan dalam tiga jenis yaitu KUR Mikro dengan plafon kredit sampai

dengan maksimum Rp.25 juta; KUR Ritel dengan plafon kredit diatas Rp.25 juta

sampai dengan Rp.500 juta dan KUR Penempatan TKI dengan plafon kredit

maksimum Rp.25 juta.

5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.8 Tahun 2015 tentang

Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

Menimbang pelaksanaan Program KUR Tahun 2015 yang telah berjalan sejak Agustus

2015 serta memperhatikan pencapaian target Tahun 2015 yang mencapai Rp.20

triliun, pada bulan Oktober 2015 pemerintah melalui Komite Kebijakan Pembiayaan

Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melakukan evaluasi atas pelaksanaan KUR.

Pada tanggal 20 Oktober 2015 telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Komite Kebijakan

yang memutuskan adanya beberapa Relaksasi Kebijakan Program KUR Tahun 2015.

Relaksasi perubahan atas pelaksanaan program KUR Tahun 2015 antara lain

mengarahkan sektor yang dapat dibiayai, perluasan penerima KUR, pembiayaan

investasi untuk tanaman keras, penambahan jangka waktu kredit, serta penambahan

pola linkage executing. Perubahan kebijakan tersebut kemudian dituangkan dalam

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan

Page 21: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

17

Pembiayaan Bagi UMKM No.8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit

Usaha Rakyat yang ditetapkan tanggal 19 Oktober 2015 dan diundangkan tanggal 26

Oktober 2015.

6. Penetapan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite

Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah No.170 Tahun 2015

tentang Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat

Dalam rangka mendukung pelaksanaan program KUR, selain diterbitkannya Pedoman

Pelaksanaan KUR, ditetapkan pula Keputusan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian No.170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin

KUR. Kepmenko No.170 Tahun 2015 ini menetapkan Bank BRI, Bank Mandiri, dan

Bank BNI sebagai Bank Pelaksana KUR. Serta ditetapkan pula Perum Jamkrindo dan

PT. Askrindo sebagai Perusahaan Penjamin KUR.

7. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.188 Tahun 2015 tentang

Penunjukan Penyalur dan Penjamin Kredit Usaha Rakyat.

Sebagai langkah meningkatkan, memperluas, dan mempercepat pelaksanaan Program

KUR Tahun 2015 serta sebagai amanah dari Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian No.8 Tahun 2015, dilakukan pula penambahan Penyalur KUR yang

diatur dalam Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua

Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM No.188 Tahun 2015 tentang Penetapan

Penyalur KUR dan Perusahaan Penjamin KUR. Keputusan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian No.188 Tahun 2015 menambah Penyalur KUR yaitu : BPD Nusa

Tenggara Timur dan BPD Kalimantan Barat sebagai Penyalur KUR Mikro dan KUR

Ritel, serta BII Maybank dan Bank Sinar Mas sebagai Penyalur KUR Penempatan TKI.

Hal tersebut merupakan salah satu outcome terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi

kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

8. Pembentukan Komite Privatisasi berdasarkan Surat Menko Perekonomian selaku

Ketua Komite Privatisasi No. S-29.1/M.EKON/01/2015.

Arahan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) atas Program Tahunan

Privatisasi (PTP) Tahun 2015 melalui Surat Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi No.S-29.1/M.EKON/01/2015 tanggal

30 Januari 2015. Dalam rangka pembahasan usulan PTP Tahun 2015 untuk 4

(empat) BUMN yakni PT. Bank Mandiri, Tbk, PT. Aneka Tambang, Tbk, PT. Waskita

Page 22: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

18

Karya, Tbk dan PT. Adhi Karya, Tbk., sebagaimana disampaikan Menteri BUMN

melalui surat No.S-770/MBU/12/2014 tanggal 12 Desember 2014, No.S-

821/MBU/12/2014 tanggal 29 Desember 2014 dan No.S-43/MBU/1/2015 tanggal

20 Januari 2015 tentang Program Tahunan Privatisasi Tahun 2015, telah dilakukan

beberapa kali rapat koordinasi yaitu :

1) Rapat Tim Pelaksana Komite Privatisasi pada tanggal 22 Desember 2015

membahas usulan PTP Tahun 2015 untuk privatisasi PT. Adhi Karya, Tbk dan PT.

Waskita Karya Tbk dengan mekanisme Right Issue melalui Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu dengan menggunakan dana PMN kepada masing-masing BUMN

sebesar Rp.1,4 Trilyun dan Rp.3,5 Trilyun, sehingga kepemilikan negara pada PT.

Adhi Karya, Tbk dan PT. Waskita Karya Tbk tetap (tidak terdilusi).

2) Rapat Tim Pelaksana Komite Privatisasi pada tanggal 21 Januari 2015 membahas

usulan PTP Tahun 2015 untuk privatisasi PT. Aneka Tambang Tbk dengan

mekanisme Right Issue melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan

menggunakan dana PMN sebesar Rp.7 Trilyun, sehingga kepemilikan negara

pada PT. Antam, Tbk tetap (tidak terdilusi).

3) Rapat Tim Pelaksana Komite Privatisasi pada tanggal 27 Januari 2015 membahas

usulan PTP Tahun 2015 untuk privatisasi PT. Bank Mandiri, Tbk dengan

mekanisme Right Issue melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan

menggunakan dana PMN kepada masing-masing BUMN sebesar Rp.5,6 Trilyun

sehingga kepemilikan negara pada PT. Bank Mandiri, Tbk tetap (tidak terdilusi).

4) Rapat Komite Privatisasi pada tanggal 30 Januari 2015 membahas usulan PTP

Tahun 2015 untuk membahas privatisasi 4 (empat) BUMN yakni PT. Bank

Mandiri, Tbk, PT. Aneka Tambang, Tbk, PT. Waskita Karya, Tbk dan PT. Adhi

Karya, Tbk.

Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Komite Privatisasi tersebut, telah ditetapkan

Arahan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan atas PTP Tahun 2015 yang

dituangkan dalam Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua

Komite Privatisasi No.S-29.1/M.EKON/01/2015 tanggal 30 Januari 2015 :

1) Usulan privatisasi PT. Adhi Karya, Tbk pada prinsipnya disetujui dengan

mempertahankan kepemilikan saham Pemerintah sebesar 51%.

2) Usulan privatisasi PT. Waskita Karya, Tbk pada prinsipnya disetujui dengan

mempertahankan kepemilikan saham Pemerintah sebesar 67,76%.

Page 23: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

19

3) Usulan privatisasi PT. Bank Mandiri, Tbk pada prinsipnya disetujui dengan

mempertahankan kepemilikan saham Pemerintah sebesar 60%.

4) Usulan privatisasi PT. Aneka Tambang, Tbk pada prinsipnya disetujui dengan

mempertahankan kepemilikan saham Pemerintah sebesar 65% dengan catatan

memperhatikan timing, pricing dan sizing serta pelaksanaannya melaporkan

terlebih dahulu kepada Komite Privatisasi.

Hal tersebut merupakan salah satu outcome terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi

kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

9. Draft MoU tingkat menteri mengenai Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT).

Arah kebijakan reforma agraria terkait dengan pemberdayaan UMK, petani, nelayan,

dan pembudi daya ikan melalui Program Percepatan Pemberdayaan Usaha Mikro dan

Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudidaya Ikan melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah

(SHAT) adalah melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan

dan pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan

kepemilikan tanah untuk rakyat, baik tanah pertanian maupun tanah perkotaan.

Masyarakat yang terkendala dengan keterbatasan asset dan akses sumber ekonomi

dan produksi, diharapkan dengan program pemberdayaan lintas sektor Kementerian/

Lembaga akan mempercepat pencapaian kesejahteran masyarakat tersebut. Untuk itu

diperlukan kesepakatan bersama K/L terkait dalam rangka koordinasi dan

implementasi program kegiatan dengan pemberdayaan masyarakat melalui SHAT.

Sasaran dari program SHAT selama 5 (lima) tahun adalah 877.500 Sertifikat Hak Atas

Tanah untuk meningkatkan kemampuan akses dana perbankan dan peningkatan

kesejahteraan UMK sasaran melalui pemberdayaan masyarakat, disamping

memberikan hak legalitas kepemilikan lahan. Program ini diharapkan mencapai

tujuan dan sasaran yang ditetapkan apabila rancangan pemberdayaan kepada

penerima manfaat (Petani, Nelayan dan MBR) berjalan dengan efektif.

10. Buku Road Map Pengendalian Inflasi Nasional.

Buku Roadmap pengendalian inflasi mencoba menjawab bagaimana koordinasi

pengendalian inflasi dapat dilakukan dan langkah yang dapat diambil oleh pihak-

pihak terkait. Roadmap pengendalian Inflasi disusun berdasarkan aspek kewilayahan

(pulau) sesuai karakteristik masing-masing dan juga mencakup langkah-langkah

identifikasi, rekomendasi (jangka pendek dan jangka menengah) serta dukungan/

Page 24: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

20

peran Bank Indonesia, pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga) dan Pemerintah

Daerah.

Pengendalian inflasi dihadapkan pada sejumlah tantangan struktural, yaitu : (1)

terbatasnya peningkatan kapasitas perekonomian domestik, (2) ketergantungan yang

tinggi pada ekspor berbasis SDA dan bahan baku impor, (3) produksi pangan yang

rentan terhadap gangguan pasokan, (4) inefisiensi struktur mikro pasar, (5)

pemenuhan kebutuhan energi nasional yang tergantung dari impor BBM dan LPG, (6)

masih lemahnya konektivitas antardaerah, dan (7) stabilitas nilai tukar rupiah.

Tantangan pengendalian inflasi inti adalah dalam hal bagaimana mengelola

ekspektasi inflasi yang belum mengarah ke sasaran inflasi dan stabilitas pergerakan

nilai tukar. Dengan memperhatikan berbagai tantangan tersebut diperlukan “extra

effort” yang terkooordinasi dan terencana dengan baik, serta komitmen penuh dari

seluruh stakeholders, baik ditingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu,

diperlukan acuan tunggal sebagai peta jalan (Roadmap) dalam rangka harmonisasi

kebijakan dalam rangka pencapaian sasaran inflasi nasional.

Buku Roadmap pengendalian inflasi terdiri dari 5 bagian, yaitu : (1) Roadmap

pengendalian inflasi nasional, (2) Roadmap pengendalian inflasi wilayah Sumatera,

(3) Roadmap pengendalian inflasi wilayah Jawa, (4) Roadmap pengendalian inflasi

wilayah Kalimantan, dan (5) Roadmap pengendalian inflasi wilayah Sulawesi-

Maluku-Papua-Bali-Nusa Tenggara. Buku Roadmap ini akan memberikan arahan

bagi pengambil kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah.

Sasaran Strategis 2 :

Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro

dan Keuangan.

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut :

1. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian perihal Penyediaan Anggaran dalam

APBN 2015 untuk Mendukung Program KUR di masing-masing kementerian teknis.

Dalam rangka mendukung penyaluran KUR, Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan dalam Pembiayaan Bagi UMKM

mengeluarkan Surat No.S-229/M.EKON/11/2015 perihal Dukungan Penyaluran

KUR pada tanggal 3 November 2015. Surat tersebut ditujukan kepada Menteri

Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Menteri

Kelautan dan Perikanan, Menteri Tenaga Kerja serta Kepala Badan Nasional

Page 25: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

21

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Surat Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian tersebut merupakan hasil dari tindak lanjut arahan Presiden

dalam Rapat Kabinet Terbatas tanggal 5 Oktober 2015 dan hasil Rapat Koordinasi

Komite Kebijakan tanggal 20 Oktober 2015 yang mengamanahkan Kementerian

Teknis untuk menetapkan kebijakan dan prioritas bidang usaha yang akan menerima

KUR, melakukan pendataan UMKM binaannya, serta melakukan pembinaan dan

pendampingan UMKM di sektornya.

2. Persetujuan Komite Privatisasi tentang Kepemilikan Saham Negara pada PT. Waskita

Karya, (Persero) Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite Privatisasi No. S-28/D.I.M.EKON/05/2015

tanggal 21 Mei 2015.

Persentase kepemilikan saham Negara dan Publik pada surat usulan privatisasi PT.

Waskita Karya, Tbk melalui surat Menteri BUMN kepada Menko Perekonomian No.S-

770/MBU/12/2014 tanggal 12 Desember 2014 sebesar 67,76% : 32,24%. Persentase

tersebut merupakan posisi akhir bulan September 2014 setelah eksekusi MESOP

Tahap I Tahun 2014, namun belum memperhitungkan eksekusi MESOP Tahap II

bulan November 2014 dan kemungkinan MESOP berikutnya yang dijadwalkan

periode Tahun 2015-2019. Berdasarkan perhitungan, persentase kepemilikan saham

Negara setelah Right Issue dengan HMETD melalui PMN sebesar Rp.3.500 Milyar,

dan setelah eksekusi MESOP II dan berikutnya pada Tahun 2015-2019, menjadi

66,02% dan Publik sebesar 33,98%. Hal tersebut tidak sama dengan Arahan Komite

Privatisasi atas Program Tahunan Privatisasi Tahun 2015 yang disampaikan melalui

surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi

No.S-29.1/M.EKON/01/2015 Tanggal 30 Januari 2015. Berdasarkan Surat Menteri

BUMN kepada Menko Perekonomian No.S-203/MBU/04/2015 tanggal 16 April

2015 terkait perubahan kepemilikan saham negara pada PT. Waskita Karya, Tbk,

maka perlu dilakukan perubahan lembar persetujuan Komite Privatisasi atas PTP

Tahun 2015 tentang Kepemilikan Saham Negara pada PT. Waskita Karya (Persero)

Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku

Ketua Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-28/D.I.M.EKON/05/2015 tanggal 21

Mei 2015. Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan tersebut

menindaklanjuti surat Menteri BUMN terkait perubahan kepemilikan saham negara

pada PT. Waskita Karya, Tbk. Hal tersebut merupakan salah satu outcome

terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan.

Page 26: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

22

3. Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham

yang dilepas dari Portepel pada PT. Adhi Karya, (Persero) Tbk melalui Surat Deputi

Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite

Privatisasi No.S-41/D.I.M.EKON/07/2015 tanggal 27 Juli 2015.

Berdasarkan surat Menteri BUMN kepada Menko Perekonomian selaku Ketua Komite

Privatisasi Nomor: S-377/MBU/06/2015, tanggal 29 Juni 2015, menyampaikan

perlu penyesuaian jumlah saham yang dilepas dari portepel pada right issue PT. Adhi

Karya, Tbk. Hal ini karena terjadinya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan

yang berdampak langsung pada penurunan harga saham PT. Adhi Karya sebesar

29,7% (dari Rp. 2.900 menjadi Rp. 2.040 per saham) yang akan mempengaruhi

jumlah saham baru yang dilepas dari portepel. Mempertimbangkan kondisi pasar

yang sedang melemah, dan dalam rangka memberikan keleluasaan dan fleksibilitas

bagi manajemen PT. Adhi Karya dalam mengeksekusi program right issue, maka perlu

dilakukan penyesuaian batas maksimal jumlah saham portepel yang akan dilepas

dengan tetap mempertahankan kepemilikan Pemerintah sebesar 51% dan untuk

mendapatkan perkiraan hasil privatisasi PT. Adhi Karya, Tbk sebesar Rp. 2,7 T.

Dengan demikian batas maksimum jumlah saham dilepas dari Portepel untuk

privatisasi PT. Adhi Karya, Tbk yang semula ditetapkan dalam Arahan Komite

Privatisasi sebesar maksimal 30% diubah menjadi maksimal 50% dengan asumsi

harga saham sekitar Rp. 1.500 per lembar saham. Dalam rangka memberikan

keleluasaan dan fleksibilitas bagi manajemen PT. Adhi Karya dalam mengeksekusi

program right issue, maka perlu dilakukan penyesuaian batas maksimal jumlah

saham portepel yang akan dilepas dengan tetap mempertahankan kepemilikan

Pemerintah melalui Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas

Maksimum Jumlah Saham Yang Dilepas dari Portepel pada PT. Adhi Karya, (Persero)

Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku

Ketua Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-41/D.I.M.EKON/07/2015 tanggal 27

Juli 2015.

4. Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham

yang dilepas dari Portepel dalam rangka Right Issue pada PT. Aneka Tambang, Tbk

melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim

Pelaksana Komite Privatisasi No.S-40/D.I.M.EKON/07/2015 tanggal 22 Juli 2015.

Berdasarkan surat Menteri BUMN kepada Menko Perekonomian selaku Ketua Komite

Privatisasi Nomor: S-377/MBU/06/2015, tanggal 29 Juni 2015, menyampaikan

Page 27: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

23

perlu penyesuaian jumlah saham yang dilepas dari portepel pada right issue PT.

Antam, Tbk. Hal ini karena terjadinya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan

yang berdampak langsung pada penurunan harga saham PT. Antam, Tbk sebesar

31,34% (dari Rp. 1.085 menjadi Rp. 745 per lembar saham) yang akan

mempengaruhi jumlah saham baru yang dilepas dari portepel. Mempertimbangkan

kondisi pasar yang sedang melemah, dan dalam rangka memberikan keleluasaan dan

fleksibilitas bagi manajemen PT. Antam, Tbk dalam mengeksekusi program right

issue, maka perlu dilakukan penyesuaian batas maksimal jumlah saham portepel yang

akan dilepas dengan tetap mempertahankan kepemilikan Pemerintah sebesar 65%

dan untuk mendapatkan perkiraan hasil privatisasi PT. Antam, Tbk sebesar Rp.5,38T.

Dengan demikian batas maksimum jumlah saham dilepas dari Portepel untuk

privatisasi PT. Antam, Tbk yang semula ditetapkan dalam Arahan Komite Privatisasi

sebesar maksimal 50,94% dengan asumsi PMN sebesar 7 T diubah dengan PMN

sebesar Rp. 5,38 T sebagaimana yang disetujui DPR RI. Dalam rangka memberikan

keleluasaan dan fleksibilitas bagi manajemen PT. Antam dalam mengeksekusi

program right issue, maka perlu dilakukan penyesuaian batas maksimal jumlah

saham portepel yang akan dilepas dengan tetap mempertahankan kepemilikan

Pemerintah melalui Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas

Maksimum Jumlah Saham Yang Dilepas dari Portepel dalam rangka Right issue PT.

Aneka Tambang, Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-184/D.I.M.EKON/08/

2015 tanggal 11 Agustus 2015 perihal Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham

Yang Dilepas dari Portepel pada C.

5. Penyusunan Daftar Inventaris Masalah MoU Pemberdayaan UMK, Petani, Nelayan,

dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah di daerah melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah

(SHAT) 2015.

Pemberdayaan UMK, Petani, Nelayan, dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah

melalui Lintas Sektor SHAT merupakan bagian terpadu mendukung Program Prioritas

Kabinet Kerja terkait Nawa Cita Ke-5 melalui Program Sertifikasi Kepemilikan Tanah

9 Juta Bidang secara bertahap selama 2015-2019. Kementerian ATR/BPN dalam

Program Nasional Agraria (Prona) membagi kegiatan sertifikasi menjadi dua bagian

yaitu sertifikasi pelepasan kawasan hutan +4,5 juta bidang dan sertifikasi lahan yang

dimiliki masyarakat +4,5 juta bidang.

Page 28: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

24

Hasil penyusunan DIM dimaksudkan sebagai bahan masukan bagi revisi MoU SHAT

dengan mengacu pada visi dan misi Presiden, perubahan regulasi dan nomenklatur,

penyesuaian target, kendala lintas sektor dan daerah, serta penguatan kelembagaan

Pokja, sehingga dengan demikian hak dan kewajiban pusat dan daerah dapat

diakomodir dengan sebaik-baiknya di dalam rencana revisi MoU.

6. Evaluasi Progres Kinerja Badan Pengembangan Wilayah Suramadura (BPWS).

Dalam rangka melakukan analisis/telaahan tentang manfaat BPWS bagi

pengembangan ekonomi di Wilayah Surabaya dan Madura, Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian menyelenggarakan diskusi berkerjasama dengan Bappeda Jawa

Timur, PT. Pelindo III, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Institut

Teknologi Sepuluh November Surabaya, Bappeda seluruh Madura dan Badan

Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya dan Madura (Bapel BPWS).

Beberapa kondisi faktual yang diperoleh adalah : kondisi perekonomian pasca

dibangunnya jembatan Suramadu mengalami peningkatan, namun peningkatan yang

terjadi masih dibawah rata-rata kemajuan perekonomian wilayah Jawa Timur,

kurangnya koordinasi antarpemangku kepentingan dalam pelaksanaan fungsi

koordinasi tidak dilaksanakan dengan baik oleh BPWS baik ditataran Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah. Disamping itu, dalam pelaksanaan kegiatan ditemui

adanya tumpang tindih kewenangan antara BPWS dan Pemerintah Daerah,

kurangnya kemampuan pengembangan ekonomi di Kaki Jembatan Sisi Surabaya dan

Kaki Jembatan sisi Madura sebagai akibat kurang optimalnya keberhasilan

menyediakan lahan (land banking) bagi pengembangan wilayah industri, dan

permasalahan socio cultural masyarakat Madura berakibat pada kurangnya

dukungan bagi pengembangan ekonomi daerah di sekitar kaki jembatan sisi Madura.

Berdasarkan kondisi faktual dan dalam rangka mendukung pemadatan lembaga non

struktrural (LNS) yang ada, rekomendasi yang dapat diberikan adalah : membubarkan

BPWS dan menyerahkan pengembangan ekonomi daerah pada BPIW (Badan

Pengembangan Infrastruktur Wilayah) dan kabupaten/kota di Kaki Jembatan

Suramadu, dilakukan revisi Perpres yang mengatur BPIW sehingga cakupan

wilayahnya meliputi pembangunan di Madura, meneruskan penugasan BPWS dengan

melakukan revitalisasi tugas dan kewenangan BPWS yang tercantum dalam Perpres,

serta perlu melibatkan Pemda setempat dalam struktural pegawai BPWS sehingga

prioritas pembangunan Pemda dapat lebih terakomodir.

Page 29: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

25

7. Evaluasi Peraturan Presiden No.18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan

untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu dan Peraturan Pelaksananya sebagai Tindaklanjut Paket Kebijakan

Ekonomi Jilid VII.

Ketentuan Pasal 6 PP No.18 Tahun 2015 mengamanatkan pelaksanaan evaluasi

ketentuan Tax Allowance dilakukan paling lama 2 (dua) tahun sejak PP tersebut

diundangkan oleh tim yang ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian. Berkenaan dengan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VII yang dikeluarkan

oleh Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada tanggal 7

Desember 2015 untuk memberikan insentif pajak bagi industri padat karya,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah melakukan koordinasi dengan

kementerian/lembaga terkait untuk merumuskan revisi PP No.18 Tahun 2015 sesuai

dengan pokok-pokok perubahan sebagaimana dimaksud dalam Paket Kebijakan

Ekonomi Jilid VII. Evaluasi PP tersebut akan: (1) Memindahkan bidang usaha Industri

Alas Kaki untuk Keperluan Sehari-hari (KBLI 15201), Industri Sepatu Olahraga (KBLI

15202), dan Industri Sepatu Teknik Lapangan/Keperluan Industri (KBLI 15203) pada

Lampiran II PP No.18 Tahun 2015 ke dalam Lampiran I PP No.18 Tahun 2015; (2)

Menambah bidang usaha Industri Pakaian Jadi (Konveksi) dari Tekstil (KBLI 14111)

dan Industri Pakaian Jadi (Konveksi) dari Kulit (KBLI 14112) pada Lampiran I PP

No.18 Tahun 2015; dan (3) Mengubah pengaturan persyaratan jumlah tenaga kerja

bagi industri alas kaki dan industri pakaian tersebut.

Sehubungan dengan perumusan revisi PP No.18 Tahun 2015 tersebut, total

keseluruhan KBLI berubah dari yang sebelumnya berjumlah 143 KBLI menjadi 145

KBLI dengan rincian 71 KBLI pada Lampiran I dan 74 KBLI pada Lampiran II. Oleh

karena pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan kriteria umum Wajib Pajak yang

mengajukan fasilitas Tax Allowance diatur di dalam peraturan menteri sebagai

peraturan pelaksanaan PP No. 18 Tahun 2015, maka secara pararel akan dilakukan

revisi terhadap Peraturan Menteri Perindustrian No.48/M-IND/PER/5/2015 sebagai

peraturan pelaksanaan di sektor industri untuk mengakomodir pengaturan terhadap

kriteria nilai investasi dan jumlah penyerapan tenaga kerja pada bidang usaha

tambahan tersebut.

8. Kajian Evaluasi Pemberian Fasilitas Tax Allowance.

Pada Kuartal I Tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami

perlambatan sebesar -0,18% qoq sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi

Page 30: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

26

tahunan hanya berada pada angka 4,71% yoy yang merupakan pertumbuhan

terendah dalam lima tahun terakhir. Kondisi tersebut utamanya disebabkan oleh

perlambatan laju investasi (4,36% yoy) dan perlambatan pengeluaran pemerintah

(2,2% yoy). Berkenaan dengan hal tersebut, laju investasi berperan besar dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi menjadi kunci utama dalam upaya

menciptakan pertumbuhan ekonomi baru demi mendorong perluasan penciptaan

lapangan kerja, peningkatan pendapatan, dan penanggulangan kemiskinan.

Peningkatan kegiatan investasi, baik dalam bentuk akumulasi kapital domestik

maupun luar negeri, akan mendorong timbulnya industri pasokan bahan baku lokal,

proses alih teknologi, dan alih manajemen. Oleh karena itu, peningkatan investasi

sangat dibutuhkan bagi suatu negara dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan.

Mengingat pentingnya peningkatan investasi dalam perekonomian nasional maka

dipandang perlu melakukan upaya untuk menarik investor ke Indonesia.

Dibandingkan dengan negara-negara tujuan investasi lainnya, iklim investasi di

Indonesia memiliki kelemahan terutama dalam hal rendahnya rasio elektrifikasi,

tingginya biaya logistik, dan suku bunga kredit yang belum kompetitif. Salah satu

upaya yang dilakukan Pemerintah dalam rangka mengompensasikan kelemahan

berinvestasi tersebut yaitu dengan menetapkan kebijakan pemberian fasilitas Pajak

Penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di

daerah-daerah tertentu (Tax Allowance) melalui penerbitan Peraturan Pemerintah

No. 1 Tahun 2007 yang dalam perkembangannya telah dilakukan perubahan kedua

melalui penerbitan Peraturan Pemerintah No.52 Tahun 2011. Selanjutnya pemerintah

menetapkan pengganti Peraturan Pemerintah No.52 Tahun 2011 dengan

menerbitkan Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2015 yang berlaku sejak tanggal 6

Mei 2015. Mempertimbangkan kebijakan Tax Allowance yang mengalami beberapa

perubahan dalam hal substansi pengaturannya, dipandang perlu untuk melakukan

suatu kajian guna mengetahui efektivitas pemberian fasilitas Tax Allowance agar

tujuan dari pelaksanaan kebijakan dapat tercapai secara optimal. Selain itu

penyusunan kajian tersebut dimaksudkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan penyempurnaan regulasi yang

berkaitan dengan fasilitas Tax Allowance di Indonesia pada masa mendatang.

Melalui pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam

(indepth interview) secara langsung kepada perusahaan, pelaksanaan Focus Group

Page 31: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

27

Discussion, dokumentasi, dan studi pustaka, penyusun menganalisis rumusan

masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bahwa perubahan kebijakan sebagaimana tertuang di dalam regulasi fasilitas Tax

Allowance di Indonesia sejak tahun 2007 menunjukkan upaya Pemerintah dalam

meningkatkan jumlah investasi nasional melalui perubahan cakupan usaha,

kriteria, persyaratan hingga prosedur pengajuan.

2. Secara umum faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas Tax Allowance

berasal dari faktor eksternal perusahaan, seperti adanya saran atau masukan dari

konsultan pajak dan informasi dari perusahaan lain terkait fasilitas tersebut.

Sementara itu faktor internal adanya harapan dari perusahaan agar fasilitas

tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengompensasikan pengeluaran perusahaan,

seperti biaya tenaga kerja, biaya modal, dan pengeluaran perusahaan lainnya.

3. Kendala dan permasalahan yang dihadapi pelaku bisnis dalam memanfaatkan

fasilitas Tax Allowance sebagian besar dikarenakan kegiatan sosialisasi dari

Pemerintah yang dinilai kurang.

4. Pemanfaatan fasilitas Tax Allowance pada beberapa perusahaan mampu

meningkatkan jumlah tenaga kerja. Kebijakan fasilitas Tax Allowance juga dinilai

telah berhasil mengisi kekosongan pohon industri.

Berdasarkan kajian disimpulkan bahwa kebijakan fasilitas Tax Allowance cukup

efektif untuk mendorong pertumbuhan investasi nasional. Kajian memberikan dua

pokok rekomendasi kajian adalah lebih baik apabila Pemerintah memberikan fasilitas

Tax Allowance pada saat perusahaan sudah dalam tahap pertumbuhan ketika

perusahaan sudah mampu membukukan keuntungan (profit) dari kegiatan

operasionalnya. Sementara itu untuk meningkatkan jumlah pemanfaatan fasilitas,

diperlukan adanya perubahan strategi dan orientasi metode sosialisasi dari yang

sebelumnya mengedepankan quantity oriented (jumlah peserta sosialiasi) menjadi

quality oriented (kualitas pemahaman peserta sosialisasi).

9. Kajian Dampak Sosialisasi Ekonomi terhadap Kebijakan Moratorium TKI Pengguna

Perorangan.

Kajian ketenagakerjaan disusun untuk memberikan gambaran aspek sosial dan

ekonomi mengenai dampak berlakunya kebijakan penghentian penempatan TKI yang

bekerja pada pengguna perorangan terhadap daerah asal TKI. Output dari kajian ini

adalah berupa : (1) analisis potensi dampak dalam aspek sosial ekonomi di daerah

Page 32: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

28

kantong TKI yang telah ditetapkan, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Jawa

Timur. (2) rekomendasi sinergi dan program yang dapat dilaksanakan oleh

pemerintah daerah untuk mengantisipasi berlakunya kebijakan penghentian

penempatan TKI terutama terkait potensi dampak yang telah dilakukan analisis.

Hasil analisis didapatkan bahwa kebijakan moratorium terbukti tidak berpengaruh

terhadap menurunnya minat calon TKI untuk mencari pekerjaan keluar negeri.

Keterlibatan pihak swasta dalam penempatan TKI yang bekerja pada pengguna

perorangan lebih banyak merugikan TKI. Peran pemerintah daerah perlu

ditingkatkan dalam tatakelola yang integrative melalui sistem pelayanan dan

pengawasan terpadu. Diperlukan strategi dan program yang komprehensif dalam

mengantisipasi dampak sosial dan ekonomi bagi daerah asal TKI.

10. Kajian Peran Lembaga Linkage dalam Peningkatan Kredit UMKM.

Sektor Keuangan di Indonesia merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan

penting dalam mendorong peningkatan perekonomian nasional dan ekonomi

masyarakat. Perkembangan dan kemajuan pada sektor keuangan, baik bank maupun

lembaga keuangan non bank perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah

dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Salah satu jenis lembaga keuangan non

bank yang mempunyai peran cukup besar dalam mendorong sektor usaha skala

mikro dan kecil serta mampu melakukan pemberdayaan masyarakat adalah koperasi,

BMT, dan Lembaga Keuangan Mikro. Lembaga tersebut biasa disebut sebagai lembaga

linkage dalam menyalurkan pembiayaan/kredit kepada masyarakat.

Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh lembaga linkage adalah terbukti mampu

bertahan dalam kondisi perekonomian yang relatif buruk. Kelebihan lain yang

dimiliki oleh lembaga linkage adalah kemudahan untuk dapat diakses oleh UMKM.

Peran penting lembaga linkage dalam menyalurkan kredit/pembiayaan kepada

UMKM menjadi salah satu pendukung perumusan kebijakan dalam pemberdayaan

UMKM. Oleh karenanya perlu disusun suatu kajian terkait peran lembaga linkage

dalam meningkatkan kredit/pembiayaan UMKM.

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui aspek yang perlu diperbaiki dalam

pelaksanaan pemberian kredit/pembiayaan kepada UMKM melalui Lembaga Linkage

baik pola Channeling maupun pola Executing. Kajian memberikan informasi

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan penyaluran

melalui Lembaga Linkage dengan pola channeling maupun executing baik dari sisi

ketentuan, kelembagaan dan aspek lainnya serta menginventarisasi kebijakan

penggunaan Lembaga Linkage dalam penyaluran KUR.

Page 33: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

29

Kesimpulan yang dihasilkan dari kajian tersebut diatas, antara lain : (1) Penyebaran

lembaga linkage tidak merata; (2) BPR, koperasi, dan BMT yang terlibat dalam

program linkage relatif tidak banyak; (3) Sosialisasi program linkage belum optimal;

(4) Kerja sama antara bank pelaksana dan lembaga linkage kurang optimal; (5) Suku

bunga pendanaan linkage relatif terlalu tinggi; (6) Administrasi program linkage

terlalu sulit dipenuhi UMKM; (7) Tidak ada perbedaan opini antar-responden; (8)

Ada perbedaan pendapat antar-jenis opini; (9) Kondisi keuangan dan kinerja

lembaga linkage relatif konstan; dan (10) Lembaga linkage tidak menjadikan

program pemerintah untuk penyaluran pendanaan channeling dan executing

sebagai bagian pokok dari kegiatan; serta (11) Penyaluran pendanaan channeling

dan executing tidak berdampak bagi unsur-unsur keuangan pokok lembaga linkage.

Adapun rekomendasi yang disampaikan kepada Asisten Deputi Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan, dalam kajian tersebut adalah : (1) Meningkatkan sosialisasi

program linkage; (2) Meningkatkan keterlibatan lembaga linkage dalam penyaluran

pendanaan program linkage; (3) Memperbaiki aturan main antara bank pelaksana

dan lembaga linkage; (4) Pemisahan kinerja kredit program linkage dan program

non linkage; (5) Menurunkan suku bunga pendanaan linkage; dan (6) Program

pemeringkatan lembaga linkage dan UMKM; serta (7) Membangun database

lembaga linkage dan UMKM yang komprehensif dan terintegrasi. Kesimpulan dan

rekomendasi hasil kajian tersebut menjadi salah satu input bagi Asisten Deputi Pasar

Modal dan Lembaga Keuangan dalam penyusunan rekomendasi kebijakan terkait

pengembangan lembaga linkage.

Sasaran Strategis 3 :

Terwujudnya Perluasan Akses Pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program prioritas dalam mendukung

kebijakan pemberian kredit/pembiayaan kepada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah. Pada tahun 2015, “Tercapainya Target Penyaluran Kredit Usaha Rakyat

Sebesar Rp.20 triliun” menjadi salah satu target IKU Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Makro dan Keuangan. Target tersebut terpenuhi dengan jumlah penyaluran sampai

dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp.22,75 triliun (113,75%). Jumlah tersebut dicapai

dalam empat bulan penyaluran KUR oleh 3 Bank BUMN. Bank dengan kinerja penyaluran

KUR tertinggi adalah Bank BRI dengan penyaluran sebesar Rp.16,2 triliun.

Page 34: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

30

Capaian output/kinerja yang melebihi target yang ditetapkan pada tahun 2015 dapat

dikategorikan sebagai capaian yang sangat baik. Capaian kinerja ini merupakan hasil

koordinasi dan sinergitas yang baik dengan para pemangku kepentingan KUR yang

tergabung dalam Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

serta dengan bank pelaksana, perusahaan penjamin, Bank Indonesia, Otoritas Jasa

Keuangan, Pemerintah Daerah baik Provinsi dan Kabupaten/Kota dibawah koordinasi dan

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian. Outcome kebijakan KUR yang positif khususnya dicapai dalam

penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan. Sesuai dengan laporan

penyaluran KUR, jumlah debitur yang menerima KUR pada Tahun 2015 mencapai

1.003.553 juta UMKM. Tenaga kerja yang berhasil diserap dari program KUR adalah sebanyak

20.344.639.

Manfaat Program KUR adalah untuk meningkatkan dan memperluas akses wirausaha

seluruh sektor usaha produktif kepada pembiayaan perbankan, mendorong pertumbuhan

ekonomi, dan meningkatkan daya saing UMKM. Total penyaluran KUR tahun 2007-2014

sebesar Rp.178,85 triliun dengan NPL sebesar 3,3%. Berdasarkan workshop evaluasi KUR

dan Rakor Komite Kebijakan KUR pada tanggal 15 Desember 2014, KUR tetap dilanjutkan

dengan penguatan regulasi dan perbaikan skemanya.

Hasil evaluasi melalui kajian oleh pihak terkait KUR seperti Bank Dunia dan TNP2K

tersebut menjadi salah satu dasar dalam upaya perbaikan program KUR antara lain

dengan meningkatkan penyalurannya kepada sektor prioritas seperti pertanian, perikanan

dan kelautan, kehutanan dan industri pengolahan serta kepada usaha mikro dan kecil

agar mempunyai multiplier effect yang lebih besar kepada penyerapan tenaga kerja dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Beberapa perbaikan regulasi untuk pelaksanaan KUR Tahun 2015 yaitu:

1. Keputusan Presiden No.19 Tahun 2015 sebagai revisi Keputusan Presiden No.14

Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah yang ditetapkan pada 15 Juli 2015.

2. Peraturan Menko Perekonomian No.6 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha

Rakyat (Lamp I, KUR Mikro, Lamp II, KUR Ritel dan Lamp III, KUR Penempatan TKI)

diundangkan tanggal 7 Agustus 2015.

3. Peraturan Menteri Keuangan No.146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pembayaran

Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat, diundangkan tanggal 30 Juli 2015.

Page 35: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

31

4. Keputusan Menko Perekonomian No.170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana dan

Perusahaan Penjamin KUR, ditetapkan tanggal 11 Agustus 2015, meliputi : PT. BRI,

PT. Bank Mandiri, PT. BNI, Perum Jamkrindo, dan PT. Askrindo.

Dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi, pemerintah melakukan relaksasi

kebijakan terkait KUR khususnya pada sektor penyaluran, kriteria penerima KUR, dan

jenis penyaluran KUR, beberapa Regulasi terkait Relaksasi KUR antara lain:

1. Permenko 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat yang

memuat beberapa relaksasi kebijakan yaitu : penambahan sektor yang dibiayai ;

perluasan penerima KUR; pembiayaan investasi untuk tanaman keras; penambahan

jangka waktu, suplesi, dan restrukturisasi KUR Mikro dan KUR Ritel.

2. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan

Pembiayaan Bagi UMKM No.188 Tahun 2015 tentang Penetapan Penyalur KUR dan

Perusahaan Penjamin KUR.

3. Penguatan basis data SIKP dengan dukungan Kementerian teknis, Pemda dan TNP2K.

Dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite

Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM No.188 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

Kepmenko 170 Tahun 2015, telah ditetapkan penambahan Bank Pelaksana KUR : KUR

Penempatan TKI (Bank Sinarmas, BII Maybank); KUR Mikro dan KUR Ritel (BPD

Kalimantan Barat, BPD Nusa Tenggara Timur) dengan evaluasi dan pengawasan yang

ketat dari Otoritas Jasa Keuangan.

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA DARI WAKTU KE WAKTU

Setelah mengetahui capaian kinerja tahun 2015 berdasarkan perbandingan realisasi dan

target, maka agar kondisi tersebut dapat menjadi “pijakan” kinerja tahun-tahun

mendatang, perlu dilihat atau dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya.

Pada sub bahasan ini, pola membandingkan capaian kinerja adalah terhadap capaian

tahun lalu, capaian beberapa tahun kebelakang, dan keterkaitan dengan Standar Nasional

unit kerja pendukung (Kedeputian I), serta tindak lanjut hasil evaluasi laporan kinerja

2014 oleh APIP (Aparat Pemeriksa Instansi Pemerintah) Inspektorat Kemenko Bdang

Perekonomian.

Page 36: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

32

Tabel 5 Capaian Indikator Kinerja Utama

Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter Tahun 2013

Sasaran

Strategis

Indikator

Kinerja

Target

2013*)

Realisasi

s/d Desember 2013

Kinerja

2013

Keterangan

(a) (b) (c) (d) (e)=(d)/(c) (f)

Keselarasan

pengelolaan

fiskal dan

moneter.

Kualitas

tindakan

antisipasi

terhadap

potensi

ketidakstabilan

fiskal dan

moneter.

Baik

Baik

1. Telah diadakan rapat koordinasi pengelolaan fiskal dan moneter dengan melibatkan instansi terkait.

2. Tiga indikator Kedeputian Fiskal dan Moneter mencapai rata-rata realisasi diatas 87,8% s.d. Desember 2013.

Baik

Beberapa topik yang telah dibahas dalam rapat koordinasi :

Perkembangan Inflasi.

Perkembangan ekonomi dunia dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.

Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia.

a) Tersusunnya peraturan yang menunjang pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter sebesar 100% dari target yang ditetapkan.

b) Terkendalinya tingkat inflasi yang lebih rendah di daerah dari target 4,5% (+/- 1) direvisi menjadi ( 7,2%) sebanyak 53,3% dari target yang ditetapkan.

c) Tercapainya target penyaluran Kredit Usaha Rakyat tahun 2013 sebesar 110% dari target ditetapkan Rp 36 triliun.

Sumber : Laporan Realisasi Indikator Kinerja Utama Kedeputian I Tahun 2013.

Tabel 6 Implementasi Indikator Kinerja Utama Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter Tahun 2013

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

2013*) Realisasi s/d

Desember 2013 Kinerja

% Keterangan

(a) (b) (c) (d) (e)=(d)/(c) (f)

Meningkatnya efektivitas koordinasi dan sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter.

Tersusunnya peraturan yang menunjang pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter.

5

Peraturan

5

Peraturan

100

Terkendalinya tingkat inflasi yang lebih rendah dari target 4,5% (+/- 1) di daerah**

30

Daerah

17

Daerah

57

** revisi indikator kinerja inflasi yaitu yang ditetapkan dalam APBN-P 2013 (7,2%).

Tercapainya target penyaluran Kredit Usaha Rakyat tahun 2013.

Rp. 36 Triliun

Rp. 39,6 Triliun

110

Sumber : Capaian Indikator Kinerja Utama Kedeputian I Tahun 2013.

Page 37: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

33

Tabel 7. Pengukuran Capaian Kinerja

Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter Tahun 2014

Sasaran

Strategis

Indikator

Kinerja

Target

Realisasi

%

Program/

Kegiatan

Anggaran

Pagu Realisasi %

Meningkatnya

efektivitas

koordinasi

dan

sinkronisasi

kebijakan

fiskal dan

moneter.

Tersusunnya peraturan yang menunjang pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter.

5

Peraturan

5

Peraturan

100%

Koordinasi

Kebijakan

Bidang

Perekonomian

Rp.

10,5

milyar

Rp.

8.930.633.624

85,05%

Per 31

Desember

2014

Terkendalinya inflasi IHK yang lebih rendah dari inflasi nasional.

50%

56,1%

112,2%

Tercapainya

target

penyaluran

Kredit Usaha

Rakyat tahun

2014.

Rp. 37

Triliun

Rp. 37

Triliun

100%

Sumber : Laporan Realisasi Indikator Kinerja Utama Kedeputian I Tahun 2014.

Tabel 8 Capaiam Indikator Kinerja Utama

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2015

SS Indikator Kinerja

Target 2015

Realisasi s/d

Desember 2015

Kinerja Keterangan

(a) (b) (c) (d) (e)=(d) (f)

Terwuudnya koordinasi

dan sinkronisasi kebijakan di

bidang ekonomi

makro dan keuangan.

Presentase rekomendasi kebijakan di

bidang ekonomi

makro dan keuangan.

80% 100% 100%

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2015 tentang Jaminan Pemerintah Pusat atas Pembiayaan Infrastruktur melalui Pinjaman Langsung dari LKI kepada BUMN.

2.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No.18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu, beserta Peraturan Pelaksanaannya .

3. Pembentukan Komite Privatisasi berdasarkan Surat Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi No.S-29.1/M.EKON/01/2015.

4. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Page 38: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

34

5. Draft MoU tingkat menteri mengenai Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT).

6. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

7. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.188 Tahun 2015 tentang Penunjukan Penyalur dan Penjamin Kredit Usaha Rakyat.

8.

Penetapan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah No.170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat.

9. Penetapan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

10. Buku Road Map Pengendalian Inflasi Nasional.

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di

bidang ekonomi

makro dan keuangan.

Presentase rekomendasi pelaksanaan kebijakan di

bidang ekonomi

makro dan keuangan.

80% 100% 100%

1. Kajian Evaluasi Pemberian Fasilitas Tax Allowance.

2. Kinerja Badan Pengembangan Wilayah Suramadu.

3. Kajian Dampak Sosialisasi Ekonomi terhadap Kebijakan Moratorium TKI Pengguna Pereorangan.

4. Kajian Peran Lembaga Linkage dalam Peningkatan Kredit UMKM.

5.

Persetujuan Komite Privatisasi tentang Kepemilikan Saham Negara pada PT. Waskita Karya, (Persero) Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-28/D.I.M.EKON/05/2015 tanggal 21 Mei 2015.

6.

Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham yang dilepas dari Portepel pada PT. Adhi Karya, (Persero) Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-41/D.I.M.EKON/07/2015 tanggal 27 Juli 2015.

7.

Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham yang dilepas dari Portepel dalam rangka Right Issue pada PT. Aneka Tambang, Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-184/D.I.M.EKON/08/2015 tanggal 11 Agustus 2015.

8. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian perihal Penyediaan Anggaran dalam APBN 2015 untuk Mendukung Program KUR di masing-masing kementerian teknis.

9. Penyusunan Daftar Inventaris Masalah MoU Pemberdayaan UMK, Petani, Nelayan, dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah di daerah melalui SHAT 2015.

10. Evaluasi Pembahasan Peraturan Presiden No.18 Tahun 2015 dan Peraturan Pelaksananya.

Page 39: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

35

Terwujudnya perluasan

akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan

Kecil (UMK).

Tercapainya

target penyaluran

Kredit berpenjamin (Kredit Usaha Rakyat/KUR).

Rp. 20 Triliun)

Rp. 22,75 Triliun

113,75%

1. Pada bulan Januari 2015 Pemerintah telah memutuskan penyaluran KUR 2015 seebsar Rp. 20 Triliun.

2. Kinerja target penyaluran KUR adalah 113,75%.

Catatan : Realisasi Januari - Desember 2015

Pada tahun 2015 Unit organisasi Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan merencanakan

menghasilkan 20 (duapuluh) kegiatan untuk program yang berdampak luas pada

stakeholder, yaitu 10 (sepuluh) rekomendasi dalam mencapai sasaran Terwujudnya

Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro Keuangan dan 10

(sepuluh) rekomendasi untuk Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di

Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan. Keduapuluh rekomendasi dapat dicapai sesuai

dengan persyaratan, sementara beberapa kegiatan tidak dapat dijadikan penilaian karena

hanya menghasilkan output yang belum memberikan dampak dan masih membutuhkan

tindaklanjut. Fluktuasi beban kerja yang cenderung mengalami peningkatan signifikan

belum seimbang dengan sumberdaya manusia yang terbatas juga menyebabkan realisasi

program/kegiatan tidak dapat terserap sesuai rencana.

Namun demikian, capaian sasaran strategis bagi Terwujudnya Perluasan Akses

Pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dapat dilaksanakan melebihi target yang

ditentukan. Penyaluran kredit berpenjamin KUR melebihi target yang direncanakan

sehingga memberikan dampak luas bagi masyarakat. Dari Rp.20 Triliun yang ditetapkan

pada awal tahun, realisasi penyaluran KUR sampai akhir tahun sebesar Rp.22,75 Triliun

(113,75%), hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi unit organisasi Deputi Koordinasi

Ekonomi Makro dan Keuangan mengingat KUR sebagai salah satu Program Nasional

sebagaimana yang diamanatkan dalam “Nawa Cita” dan sesuai dengan fungsi dari

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk lebih fokus memastikan

terwujudnya pelaksanaan agenda prioritas 3 “membangun Indonesia dari pinggiran

dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan”, agenda

prioritas 6 “meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional”,

dan agenda prioritas 7 “mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan

sektor-sektor strategis ekonomi domestik”.

D. REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2015, Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan mendapat Pagu

Anggaran sebesar Rp.12.500.000.000,- dan realisasi yang dimanfaatkan adalah sebesar

Page 40: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

36

Rp.9.530.506.000,- terserap sebesar 76,24% dari sasaran penyerapan yang ditargetkan

sebesar 70%, dengan SILPA Rp.2.969.494.000,-.

Adapun rincian pagu anggaran dan realisasi Anggaran Kedeputian I Tahun 2015 adalah

sebagai berikut :

1. Pagu Anggaran tahun 2015 adalah sebesar Rp.12.500.000.000,- (dua belas milyar

lima ratus juta rupiah) dengan rincian dengan rincian sebagai berikut :

1) Kebijakan Bidang Fiskal sebesar Rp.2.000.000.000,-

2) Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran sebesar Rp.2.000.000.000,-

3) Kebijakan Bidang Pembiayaan Kredit Asuransi dan Remitansi untuk Pekerja Migran

sebesar Rp.1.000.000.000,-

4) Kebijakan Bidang BUMN sebesar Rp.2.000.000.000,-

5) Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil sebesar

Rp.2.500.000.000,-

6) Kebijakan Bidang Kredit Usaha Rakyat sebesar Rp.1.000.000.000,-

7) Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebesar Rp.2.000.000.000,-

2. Realisasi Anggaran per tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp.9.504.961.000,-

atau sebesar 76,04% dari pagu anggaran, dengan rincian sebagai berikut :

1). Kebijakan Bidang Fiskal sebesar Rp. 1.428.085.986,-

2). Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran sebesar Rp. 1.419.290.587,-

3). Kebijakan Bidang Pembiayaan Kredit Asuransi dan Remitansi untuk Pekerja Migran

sebesar Rp. 770.037.706,-

4). Kebijakan Bidang BUMN sebesar Rp.1.709.224.311,-

5). Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil sebesar

Rp.1.423.352.855,-

6). Kebijakan Bidang Kredit Usaha Rakyat sebesar Rp. 926.830.314,-

7). Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebesar Rp.1.828.139.841,-

Bila dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2014, realisasi anggaran tahun 2015

unit organisasi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan mengalami penurunan.

Pada tahun 2014 penyerapan anggaran mencapai Rp.8.930.636.824 (85,05%) dari pagu

anggaran sebesar Rp.10.500.000.000,- dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun

2015 sebesar Rp.9.504.961.000 (76,04%) dari total padu anggaran sebesar

Rp.12.500.000.000,-.

Page 41: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

37

Tabel 9 Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Anggaran 2015

No. Kegiatan Pagu Realisasi

Anggaran %

1 Kebijakan Bidang Fiskal

2 M 1.428.085.986,- 71,4%

2 Kebijakan Bidang Moneter Neraca Pembayaran

2 M

1.419.290.587,-

71,0%

3 Kebijakan Bidang Pembiayaan Kredit Asuransi dan Remitansi untuk Pekerja Migran

1 M

770.037.706,-

77,0%

4 Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara

2 M

1.709.224.311,-

85,46%

5 Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil

2,5 M

1.423.352.855,-

56,93%

6 Kebijakan Bidang Kredit Usaha Rakyat

1 M

926.830.314,-

92,70%

7

Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

2 M 1.828.139.841,- 91,41%

Total Realisasi

12,5 M 9.504.961.000,- 76,04%

Beberapa faktor penyebab rendahnya penyerapan anggaran unit organisasi Bidang

Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan adalah sebagai berikut :

a) Adanya Instruksi Presiden Republik Indonesia No.2 Tahun 2015 tentang Langkah-

langkah Penghematan dan Pemanfaatan Anggaran Belanja Perjalanan Dinas dan

Meeting/Konsinyering kementerian/lembaga dalam rangka Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2015.

b) Kebijakan pemerintah melalui Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi No.11 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Kegiatan

Pertemuan/Rapat di Luar Kantor.

c) Perubahan Struktur Organisasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.5 Tahun

2015 tanggal 19 Mei 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian yang mengakibatkan terjadinya perubahan

Page 42: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

38

nomenklatur kegiatan sehingga diperlukan revisi anggaran melalui Ditjen

Anggaran yang membutuhkan waktu yang agak lama;

d) Kegiatan yang melibatkan pihak ketiga yang mendapat alokasi pagu kegiatan yang

cukup besar tidak di dorong sebagai prioritas utama.

Realisasi Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2015

dalam kerangka biaya per sasaran yang dicapai ditunjukkan dalam tabel 10 sebagai

berikut:

Tabel 10 Realisasi Anggaran untuk Mencapai Sasaran (cost per outcome)

Sasaran Program

Jenis Kegiatan

Sasaran Kegiatan

Pagu

Realisasi

%

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi di bidang ekonomi makro dan keuangan Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan Terwujudnya perluasan akses pembiayaan bagi UMKM

Rekomendasi hasil koordinasi, sinkronisasi dan sosialisasi

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang terkait dengan bidang ekonomi makro dan keuangan

6,310,311,000

5,088,363,073

80.64

Rekomendasi Pengendalian Kebijakan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian pelaksanaan terkait dengan bidang ekonomi makro dan keuangan

2,210,303,000

1,427,470,738

64.58

Rekomendasi hasil telaahan/ kajian

Terwujudnya rekomendasi pengendalian kebijakan yang terkait dengan bidang ekonomi makro dan keuangan

3,880,946,000

2,944,328,389

75.87

Layanan dukungan admnistrasi kegiatan dan tata kelola

Terwujudnya layanan dukungan administrasi kegiatan dan tata kelola terkait dengan bidang ekonomi makro dan keuangan

148,440,000

70,343,800

47.39

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut di atas, unit organisasi Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan didukung oleh 34 (tiga puluh empat) pegawai

Negeri Sipil (PNS) yang terdiri dari : satu pejabat eselon I, lima pejabat eselon II, sepuluh

pejabat eselon III, empat pejabat eselon IV, dan empat belas pelaksana. Meskipun belum

seluruh bagan organisasi terisi dengan pegawai organik, sumberdaya yang ada berupaya

memenuhi pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi dengan optimal.

Page 43: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

39

Dengan dukungan sumberdaya peralatan dan ruang yang ada unit organisasi juga telah

berupaya memaksimalkan penggunaannya. Meskipun terdapat keterbatasan ruang, kegiatan

rapat dan pembahasan koordinasi, sinkronisasi, maupun pengendalian kebijakan diutamakan

dilakukan di dalam Lingkungan Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

adapun rapat-rapat di luar kantor dilakukan apabila ruang dan tempat rapat yang tersedia

sudah benar-benar tidak memungkinkan lagi (penuh terpakai oleh jadwal rapat unit kerja

lainnya).

Page 44: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

40

BAB IV

PENUTUP

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah instrumen yang

digunakan dalam penyusunan Laporan Kinerja unit-unit kerja di Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian dalam rangka memenuhi kewajiban mempertanggungjawabkan

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan visi dan misi organisasi yang terdiri dari berbagai

komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan stratejik, perencanaan kinerja,

pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja.

Laporan kinerja Deputi Bidang Kordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan

dokumen yang berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)

yang disusun dan disampaikan secara sistematik, sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.53 Tahun 2014. Laporan Kinerja

ini merupakan laporan pertanggungjawaban kegiatan utama Kedeputian I yang dibuat untuk

menjadi bahan evaluasi dalam rangka perbaikan, penyempurnaan dan peningkatan kinerja

yang lebih baik, terukur, dan terarah.

Pertumbuhan ekonomi sebagai indikator ekonomi makro tahun 2015 hanya dapat

dicapai 4.73% lebih rendah dari rencana sebesar 5,7%, meskipun angka inflasi dapat ditekan

menjadi 3.3% jauh dibawah asumsi dasar sebesar 5%.

Capaian kinerja Deputi I pada tahun 2015 menunjukkan hasil yang cukup baik

terhadap target yang telah ditetapkan pada awal tahun. Hal itu ditunjukkan dengan capaian

indikator Sasaran Strategis 1 : Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang

Ekonomi Makro dan Keuangan mencapai 100%; Sasaran Strategis 2 : Terwujudnya

Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan yang mencapai

100%. Namun demikian, suatu prestasi yang sangat baik dicapai dalam indikator Sasaran

Strategis 3 : Terwujudnya Perluasan Akses Pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

yang mencapai 113,75% dari target yang ditetapkan.

Masih banyak tantangan yang harus diwujudkan dimasa mendatang yang harus segera

disikapi dengan bentuk kerja nyata yang positif dan transparan.

Akhirnya dengan disusunnya Laporan Kinerja ini, diharapkan dapat memberikan

informasi yang tranparan kepada pimpinan dan seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan

fungsi serta kegiatan utama Kedeputian I, sehingga dapat menjadi umpan balik terhadap

peningkatan kinerja keasdepan dan kedeputian khususnya, serta berdampak signifikan

terhadap peningkatan kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sehingga dapat

digunakan sebagai bahan dalam merumuskan kebijakan pada masa yang akan datang.

Page 45: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

41

LAMPIRAN

Page 46: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

LAMPIRAN I

Page 47: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 48: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 49: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 50: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 51: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 52: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 53: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 54: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 55: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 56: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 57: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 58: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 59: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 60: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
Page 61: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

LAMPIRAN II

Page 62: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

42

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan Target

Unit Organisasi

Pelaksana

2015 2016 2017 2018 2019

KEGIATAN-KEGIATAN

Koordinasi Kebijakan Bidang Fiskal Asdep Fiskal

1 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang fiskal

Indikator

Persentase rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang fiskal yang

ditindaklanjuti

85 80 80 80 80

2 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan bidang fiskal

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan di

bidang fiskal yang ditindaklanjuti

80 80 80 80 80

3 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya dukungan administrasi

kegiatan dan tata kelola di lingkungan

Deputi I

Indikator

Persentase hasil dukungan administrasi

kegiatan dan tata kelola di lingkungan

Deputi I

80 80 80 80 80

Koordinasi Kebijakan Bidang Moneter dan

Neraca Pembayaran

Asdep Moneter dan

Neraca Pembayaran

1 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang Moneter dan Neraca

Pembayaran

Page 63: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

43

Indikator

Persentase rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang Moneter dan Neraca

Pembayaran yang ditindaklanjuti

85 80 80 80 80

2 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan bidang moneter (inflasi)

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan yang

terkait dengan bidang Moneter (inflasi)

yang ditindaklanjuti

80 80 80 80 80

3 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan Kebijakan Remitansi, Pembiayaan

dan Asuransi TKI

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan yang

terkait dengan Kebijakan Remitansi,

Pembiayaan dan Asuransi TKI yang

ditindaklanjuti

80 80 80 80 80

Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan

Ekonomi Daerah dan Sektor Riil

Asdep Pengembangan

Ekonomi Daerah dan

Sektor Riil

1 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang Ekonomi Daerah

dan Sektor Riil

Indikator

Persentase rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang Ekonomi Daerah

dan Sektor Riil yang ditindaklanjuti

90 80 80 80 80

Page 64: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

44

2 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan Pengembangan Ekonomi Daerah

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan

dengan pengembangan ekonomi daerah

yang ditindaklanjuti

80 80 80 80 80

Koordinasi Kebijakan Bidang Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan

Asdep Pasar Modal

dan Lembaga

Keuangan

1 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang PMLK

Indikator

Persentase rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang PMLK yang

ditindaklanjuti

85 80 80 80 80

2 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan bidang PMLK

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan di

bidang PMLK yang ditindaklanjuti

75 80 80 80 80

3 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan

Pembiayaan Usaha Mikro dan kecil

Indikator

Persentase hasil rekomendasi kebijakan

kebijakan KUR Mikro

80 80 80 80 80

Page 65: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2015

45

Koordinasi Kebijakan Bidang Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) Asdep BUMN

1 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang BUMN

Indikator

Persentase rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang BUMN yang

ditindaklanjuti

85 80 80 80 80

2 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan bidang BUMN

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan di

bidang BUMN yang ditindaklanjuti

75 80 80 80 80

Sumber : Renstra Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Page 66: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

LAMPIRAN III

Page 67: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Definisi : Implementasi fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang

ekonomi makro dan keuangan dengan Kementerian/Lembaga yang menghasilkan rekomendasi yang dikoordinasi dan disinkronisasi oleh deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Satuan : % Teknik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi

makro dan keuangan = realisasi dibandingkan target Realisasi X 100 % Target

Sifat Data IKU : Maksimisasi Sumber Data : Keasdepan Fiskal, Keasdepan Moneter dan Neraca Pembayaran,

Keasdepan Ekonomi Daerah & Sektor Riil, Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Keasdepan BUMN

Periode Data IKU : Semesteran Keterangan Lain : - Definisi : Implementasi fungsi pengendalian di bidang ekonomi makro dan

keuangan oleh Kementerian/Lembaga yang menghasilkan rekomendasi dan berdampak pada pelaksanaan kebijakan

Satuan : % Teknik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi

makro dan keuangan = realisasi dibandingkan target Realisasi X 100 % Target

Sifat Data IKU : Maksimisasi Sumber Data : Keasdepan Fiskal, Keasdepan Moneter dan Neraca Pembayaran,

Keasdepan Ekonomi Daerah & Sektor Riil, Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Keasdepan BUMN

Periode Data IKU : Semesteran Keterangan Lain : -

Persentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan

Manual

Perhitungan

IKU Deputi I 1

Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan

Manual

Perhitungan

IKU Deputi I

2

Page 68: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

Periode Data IKU : Semesteran Keterangan Lain : -

Definisi : Implementasi Penyaluran Pagu Kredit Berpenjaminan KUR

Satuan : %

Teknik Menghitung :

Realisasi Penyaluran dibagi Pagu Penyaluran X 100%

Pagu

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : -

Tercapainya target penyaluran kredit berpenjaminan Kredit

Usaha Rakyat/KUR

Manual

Perhitungan

IKU Deputi I

3

Page 69: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

LAMPIRAN IV

Page 70: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

(a) (b) (c) (d) (e)=

1.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2015 tentang Jaminan Pemerintah Pusat atas Pembiayaan Infrastruktur melalui Pinjaman Langsung dari LKI kepada BUMN.

2.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu, beserta Peraturan Pelaksanaannya.

3.Pembentukan Komite Privatisasi berdasarkan Surat Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi No. S-29.1/M.EKON/01/2015.

4.Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

5.Draft MoU tingkat menteri mengenai Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT).

6.Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

7.Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 188 Tahun 2015 tentang Penunjukan Penyalur dan Penjamin Kredit Usaha Rakyat.

8.

Penetapan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku KetuaKomite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah No.170Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin Kredit UsahaRakyat.

9. Penetapan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 6Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

10. Buku Road Map Pengendalian Inflasi Nasional.

1. Kajian Evaluasi Pemberian Fasilitas Tax Allowance.

2.Kajian Dampak Sosialisasi Ekonomi terhadap Kebijakan Moratorium TKI Pengguna Perorangan.

3. Kajian Peran Lembaga Linkage dalam Peningkatan Kredit UMKM.

4.

Persetujuan Komite Privatisasi tentang Kepemilikan Saham Negara pada PT. Waskita Karya, (Persero) Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite Privatisasi No. S-28/D.I.M.EKON/05/2015 tanggal 21 Mei 2015.

5.

Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham yang dilepas dari Portepel pada PT. Adhi Karya, (Persero) Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite Privatisasi No. S-41/D.I.M.EKON/07/2015 tanggal 27 Juli 2015.

6.

Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham yang dilepas dari Portepel dalam rangka Right Issue pada PT. Aneka Tambang, Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite Privatisasi No. S-184/D.I.M.EKON/08/2015 tanggal 11 Agustus 2015.

7.

Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian perihal Penyediaan Anggaran dalam APBN 2015 untuk Mendukung Program KUR di masing-masing kementerian teknis.

8.

Penyusunan Daftar Inventaris Masalah MoU Pemberdayaan UMK, Petani, Nelayan, dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah di daerah melalui SHAT 2015.

9.Evaluasi Progres Pengendalian Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS).

10.

Evaluasi Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas PajakPenghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentudan/atau di Daerah-Daerah Tertentu dan Peraturan Pelaksananya sebagaiTindaklanjut Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VII.

1.Pada bulan Januari 2015 pemerintah telah memutuskan penyaluran KUR 2015 sebesar Rp. 20 Triliun.

2.Kinerja target penyaluran KUR adalah 113,75%.

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015

Terwujudnya koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan

Presentase rekomendasi kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan

80% 100%

Unit : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Target 2015SS Indikator Kinerja

Realisasi s/d Desember

2015Kinerja

Terwujudnya perluasan akses

pembiayaan bagi Usaha Mikro dan

Kecil (UMK)

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan

kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan

Presentase rekomendasi pelaksanaan kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan

100%

Catatan : Realisasi Januari - Desember 2015

Tercapainya target

penyaluran Kredit

berpenjamin

Rp. 20 Triliun

Rp. 22,75 Triliun

113,75%

Keterangan

(f)

100%

80% 100%

Page 71: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Persentase rekomendasi dari hasil koordinasi, sinkronisasi, dan

sosialisasi kebijakan fiskal yang ditindaklanjuti

85% 70% 82%

1). Peraturan Presiden Republik Indonesia No.82 Tahun 2015 tentang Jaminan Pemerintah Pusat Atas Pembiayaan Infrastruktur Melalui Pinjaman Langsung dari LKI kepada BUMN.

2). Peraturan Pemerintah no. 18 Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah -Daerah Tertentu, beserta Peraturan Pelaksanaannya

3). Persetujuan Permohonan Pinjaman Komersial Luar Negeri PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk

4). Persetujuan Permohonan Pinjaman Komersial Luar Negeri PT. PLN (Persero)

5). Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Kementerian Luar Negeri

6). Koordinasi Penyusunan R-PMK tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Tax Holiday)

7). Koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan

8). Koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang pengeluaran negara dan pembiayaan

Persentase monitoring dan evaluasi kebijakan fiskal yang

ditindaklanjuti75% 10% 13%

1). Kunjungan Lapangan dalam rangka meninjau proyek PT. Sulawesi Mining Invesment di Morowali

2). Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan proyek PT. Pelindo III sebagai pengguna PKLH dalam rangka pembahasan Tax Holiday.

Persentase rekomendasi dari hasil telaahan/kajian kebijakan fiskal

yang ditindaklanjuti65% 50% 77%

1). FGD Penyusunan Analytical Hierarki Process sebagai acuan pedoman bagi Komite Verifikasi dalam Rapat Pleno Pemberian Fasilitas Tax Holiday

2). FGD mengenai penentuan utang luar negeri (ceiling)

3). FGD mengenai penyusunan kajian dalam rangka persiapan evaluasi pemberian fasilitas tax allowance

4). FGD terkait evaluasi Keppres 59 Tahun 1972 dan Keppres No.39 Tahun 1991

5). FGD terkait Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI

Realisasi s/d Juni 2015 Kinerja Keterangan

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015

Tersusunnya Rekomendasi

Kebijakan Fiskal

Catatan:

Unit : Asisten Deputi Fiskal

SS Indikator Kinerja Target 2015

Page 72: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

1). Rapat Program Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah (FPED).

2). Rapat Koordinasi Lintas Sektor dan Penyusunan Draft MoU Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT).

3). Rakor Sinkronisasi dan Koordinasi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam rangka Persiapan Pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD).

4). Rapat Koordinasi Dana Transfer Daerah (DAU & DAK).

5). Rapat Kordinasi dan Harmonisasi Persiapan Launching Buku Pedoman Tanggung JAwab Sosial dan Lingkungan (TJSL) KADIN sesuai ISO 26000.

1). Monev Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Pusat-Daerah di Bidang Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Banten.

2). Monev Persiapan Pemerintah Daerah dan DPRD dalam Pembentukan Perusahaan Penjamianan Kredit Daerah (PPKD) Semester I Tahun 2015.

3). Monev FPED dalam Kerangka Pembangunan Terpadu Desa Disekitar Kawasan Gunung Gede Pangrango Provinsi Jawa Barat.

4). Monev Persiapan Daerah Menghadapi MEA melalui Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah.

5). FGD Pembahasan Konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengupahan.

1). Lokakarya Nasional Forum Pengembangan Ekonomi Daerah "Kerjasama Program CSR antara Pemerintah Daerah dan Perusahaan".

2). FGD Sosialisasi Dana Desa.

3). FGD Penyusunan Daftar Inventaris Masalah (DIM) MoU Pemberdayaan UMK, Petani, Nelayan, dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di daerah melalui Sertipikasi Hak Atas Tanah.

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015Unit : Asisten Deputi Ekonomi dan Keuangan Daerah

SS Indikator Kinerja Target 2015

Persentase dari rekomendasi hasil telaahan/kajian kebijakan ekonomi dan keuangan daerah yang ditindaklanjuti

Persentase monitoring dan evaluasi kebijakan ekonomi dan keuangan daerah

yang ditindaklanjuti63%

Keterangan

72%

70%

50%

Realisasi s/d Juni 2015 Kinerja

Catatan:

Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Ekonomi dan

Keuangan Daerah

Persentase rekomendasi dari hasil koordinasi, sinkronisasi, dan sosialisasi kebijakan pengembangan ekonomi dan

keuangan daerah yang ditindaklanjuti

90% 65%

80%

60% 86%

Page 73: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

(a) (b) (c) x (d) (e)=(d)/x (f)

Arahan Komite Privatisasi berdasarkan surat Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi Nomor: S-29.1/M.EKON/01/2015

Sosialisasi pemanfaatan insentif fiskal bagi BUMN di Surabaya tanggal 15 Mei 2015

Persentase monitoring dan evaluasi kebijakan BUMN yangditindaklanjuti 75% 30,0% 25% 83%

Persetujuan sirkuler Komite Privatisasi tentang Kepemilikan Saham Negara pada PT. Waskita Karya, Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S- 28/D.I.M.EKON/05/2015 tanggal 21 Mei 2015

Penyelenggaraan FGD Tentang Potensi dan Dampak Pinjaman Langsung Bank Pembangunan Internasional untuk BUMN tanggal 27 Maret 2015 di Bandung

Penyelenggaraan FGD Tentang Tax Allowance bagi BUMN Jasa Kepelabuhan tanggal 11-13 Juni 2015 di Surabaya

x = target KPI Semester 1 Tahun 2015

Persentase rekomendasi dari hasil telaahan/kajian kebijakan BUMN yang ditindaklanjuti 70% 35,0% 35% 100%

Tersusunnya rekomendasi kebijakan bidang BUMN

Persentase rekomendasi dari hasil koordinasi, sinkronisasi, dan sosialisasi kebijakan BUMN yang ditindaklanjuti 85% 50,0% 50% 100%

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015Unit : Asisten Deputi Badan Usaha Milik Negara

SS Indikator Kinerja Target 2015 Realisasi s/d Juni 2015 Kinerja Keterangan

Page 74: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

1. Keppres No.19/2015 ttg Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM

2. Permenko No.6/2015 ttg Pedoman Pelaksanaan KUR

3. Kepmenko No.170/2015 tt Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin KUR

4. Koordinasi Penyusunan PMK No.146/PMK.05/2015 ttg Tata Cara Pembayaran Subsidi Bungan KUR

5. Koordinasi Penyusunan PKS KPA dan Bank Pelaksana

Persentase monitoring dan evaluasi kebijakanKUR yang ditindaklanjuti. 85% 45% 53% Monev Kebijakan KUR

FGD Sistem Informasi Kredit Program

Kajian Peran Lembaga Linkage

Persentase rekomendasi dari hasil koordinasi,sinkronisasi, dan sosialisasi kebijakan di bidangPasar Modal dan Lembaga Keuangan yangditindaklanjuti.

85% 45% 53% Rekomendasi hasil koordinasi dan sosialisasi Kebijakan Di Bidang Pasar Modal dan LK yang ditindaklanjuti

Persentase monitoring dan evaluasi kebijakan dibidang Pasar Modal dan Lembaga Keuanganyang ditindaklanjuti.

85% 45% 53% Monev Kebijakan di Bidang Pasar Modal dan LK

Persentasi rekomendasi dari hasiltelaahan/kajian kebijakan di bidang Pasar Modaldan Lembaga Keuangan yang ditindaklanjuti.

70% 30% 43% Kajian Pendirian Lembaga Penjaminan Ulang

Catatan:

Persentase rekomendasi dari hasil koordinasi, sinkronisasi, dan sosialisasi kebijakan KUR yang ditindaklanjuti.

85% 75% 88%

Tercapainya target penyaluran KUR

Persentase rekomendasi dari hasil telaahan/kajian kebijakan KUR yang ditindaklanjuti.

70% 50% 71%

Tersusunnya rekomendasi kebijakan di bidang pasar modal dan lembaga keuangan

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015Unit : Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

SS Indikator Kinerja Target 2015

Realisasi s/d Juni

2015Kinerja Keterangan

Page 75: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015

(a) (b) (c) (d) (e)=(d)/(c/2) (f)

1) Koordinasi Penyusunan Road Map Pengendalian Inflasi

2) Koordinasi TPI-TPID tingkat Eselon I

3) Menyiapkan dan menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri

Persentase monitoring dan evaluasi kebijakan moneter, neracapembayaran, dan perluasan kesempatan kerja yangditindaklanjuti

80% 50% 62,50% Melaksanakan monitoring TPID di beberapa provinsi dan kota terpilih

Persentase rekomendasi dari hasil telaahan/kajian kebijakanmoneter, neraca pembayaran, dan perluasan kesempatan kerjayang ditindaklanjuti

80% 45% 56,25%Menerbitkan publikasi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan, Lembar Ekonomi Mingguan dan Booklet Statistik Indonesia

Persentase rekomendasi dari hasil koordinasi, sinkronisasi, dansosialisasi kebijakan pembiayaan kredit, asuransi, dan remitansi 85% 50% 58,82% Penyusunan Revisi Skema KUR TKI

Persentase monitoring dan evaluasi kebijakan pembiayaankredit, asuransi, dan remitansi untuk pekerja migran yangditindaklanjuti

80% 50% 62,50%Monitoring dan evaluasi Dampak Kebijakan Moratorium TKI Pada Pengguna Perseorangan ke Timur Tengah di daerah-daerah kantong TKI

Persentase dari rekomendasi hasil telaahan/kajian kebijakanpembiayaan kredit, asuransi, dan remitansi untuk pekerja migranyang ditindaklanjuti

80% 50% 62,50%Penyusunan Kajian Dampak Kebijakan Moratorium TKI Pada Pengguna Perseorangan ke Timur Tengah di daerah kantong TKI

70% 82,35%Persentase rekomendasi dari hasil kordinasi, sinkronisasi, dan

sosialisasi kebijakan moneter, neraca pembayaran, dan perluasan kesempatan kerja yang ditindaklanjuti

85%

Keterangan

Catatan:

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015

Tersusunnya rekomendasi kebijakan ekonomi yang mendukung kebijakan moneter, neraca pembayaran dan perluasan kesempatan kerja

Tersusunnya rekomendasi kebijakan pembiayaan kredit, asuransi, dan remitansi untuk pekerja migran

Unit : Asisten Deputi Moneter, Neraca Pembayaran, dan Perluasan Kesempatan Kerja

SS Indikator Kinerja Target 2015 Realisasi s/d Juni 2015 Kinerja