labiopalatoschizis

29
Labiopalatoschizis I. PENDAHULUAN Labiopalatoschizis adalah suatu kondisi dimana terdapat celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa celah kecil pada bagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral, dan jika celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral. Kelainan ini terjadi karena adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama yang menyebabkan terganggunya proses tumbuh kembang janin. Faktor yang diduga dapat menyebabkan terjadinya kelainan ini adalah kekurangan nutrisi, stres pada kehamilan, trauma dan faktor genetik. (1,2,3) Permasalahan pada penderita celah bibir dan langit- langit sudah muncul sejak penderita lahir. Derita psikis yang dialami pula oleh penderita setelah menyadari dirinya berbeda dengan yang lain. Secara fisik adanya celah akan membuat kesukaran minum karena adanya daya hisap yang kurang dan banyak yang tumpah atau bocor ke hidung, Se1ain itu terjadi permasalahan dalam segi 1

Upload: yhoga-timur-laga

Post on 03-Aug-2015

935 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Labiopalatoschizis

Labiopalatoschizis

I. PENDAHULUAN

Labiopalatoschizis adalah suatu kondisi dimana terdapat celah pada bibir

atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa celah kecil pada bagian

bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir

memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral,

dan jika celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral. Kelainan ini

terjadi karena adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama yang

menyebabkan terganggunya proses tumbuh kembang janin. Faktor yang diduga dapat

menyebabkan terjadinya kelainan ini adalah kekurangan nutrisi, stres pada kehamilan,

trauma dan faktor genetik. (1,2,3)

Permasalahan pada penderita celah bibir dan langit-langit sudah muncul sejak

penderita lahir. Derita psikis yang dialami pula oleh penderita setelah menyadari

dirinya berbeda dengan yang lain. Secara fisik adanya celah akan membuat kesukaran

minum karena adanya daya hisap yang kurang dan banyak yang tumpah atau bocor ke

hidung, Se1ain itu terjadi permasalahan dalam segi estetik/kosmetik, perkembangan

gigi yang tidak sempuma serta gangguan pertumbuhan rahang dan gangguan bicara

berupa suara sengau. Penyulit yang juga mungkin terjadi pada penderita celah bibir

adalah infeksi pada telinga tengah hingga gangguan pendengaran. (1,2)

II. ANATOMI BIBIR

Menurut The American Joint Committee on Cancer, bibir merupakan bagian

dari cavum oris, mulai dari perbatasan vermilion-kulit dan meliputi seluruh

vermilion saja. Tetapi para ahli bedah menyebutkan bahwa bibir atas meliputi

seluruh area dibawah hidung, kedua lipatan nasolabialis, kemudian intraoral sampai

sulcus gingivolabialis, dan bibir bawah meliputi vermilion, lipatan labiomentalis

sampai sulcus gingivolabialis intraoral. (4)

1

Page 2: Labiopalatoschizis

Bibir terdiri dari 3 seksi yaitu kutaneus, vermilion dan mukosa. Bibir bagian

atas disusun 3 unit kosmetik yaitu 2 lateral dan 1 medial. Cupid bow adalah proyeksi

ke bawah dari unit philtrum yang memberi bentuk bibir yang khas. Proyeksi linear

tipis yang memberi batas bibir atas dan bawah secara melingkar pada batas kutaneus

dan vermilion disebut white roll. (4,5)

Bibir bagian bawah memiliki 1 unit kosmetik yaitu pada bagian mental crease

yang memisahkan bibir dengan dagu. Vermilion merupakan bagian bibir yang paling

penting dari sisi kosmetik. Lapisan sagital bibir dari luar ke dalam yaitu epidermis,

dermis, jaringan subkutaneus, m. orbicularis oris, submukosa dan mukosa. Bibir atas

yang normal mempunyai otot orbicularis oris utuh, 2 buah philthrum ridge yang

sejajar dan sama panjang dengan di tengahnya terbentuk philthrum dimple.

Disamping itu mempunyai cupid bow, dibagian permukaan mempunyai vermilion

yang simetris (milard). (4,5,6)

Vaskularisasi

Vaskularisasi berasal dari a. labialis superior dan inferior, cabang dari a.

facialis. Arteri labialis terletak antara m. orbicularis oris dan submukosa sampai zona

transisi vemlilion-mukosa.

Inervasi

Inervasi sensoris bibir atas berasal dari cabang n. cranialis V (n. trigeminus)

dan n. infraorbitalis. Bibir bawah mendapat inervasi sensoris dari n. mentalis.

Pengetahuan inervasi sensoris ini penting untuk mdakukan tindakan blok anestesi.

Inervasi motorik bibir berasal dari n. cranialis VII (n. facialis). Ramus buccalis

n.facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m. elevator labii. Ramus mandibularis

n. facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m. depressor labii. (4)

Muskulus

Muskulus utama bibir adalah m. orbkularis oris yang melingkari bibir.

Muskulus ini tidak melekat pada tulang, berfungsi sebagai sfingter rima oris. Dengan

gerakan yang kompleks, muskulus ini berfungsi untuk puckering, menghisap, bersiul,

meniup dan menciptakan ekspresi wajah. Kompetensi oris dikendalikan oleh m.

2

Page 3: Labiopalatoschizis

orbicularis oris, dengan musculus ekspresi wajah lainnya daerah otot ini dikenal

dengan istilah modiolus.

1. Muskulus elevator terdiri dari m. levator labii superior alaeque nasi, m. levator

labii superior, m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor dan m. levator

anguli oris.

2. Muskulus retraktor bibir atas disusun oleh m. zygomaticum major, m.

zygomaticum minor dan m. levator anguli oris.

3. Muskulus depresor meliputi m. depresor anguli oris dan m. depresor labii

inferior. Muskulus retraktor bibir bawah terdiri dari m. depresor anguli oris dan m.

platysma, sedangkan m. mentalis berfungsi untuk protrusi bibir. (4)

Gambar 1. Anatomi bibir

III. EMBRIOLOGI

Secara embriologik rangka dan jaringan ikat pada wajah (kecuali kulit dan

otot), termasuk palatum, berasal dari sel-sel neural crest di cranial, sel-sel inilah yang

memberikan pola pada pertumbuhan dan perkembangan wajah. Pertumbuhan fasial

sendiri dimulai sejak penutupan neuropore (neural tube) pada minggu ke-4 masa

kehamilan; yang kemudian dilanjutkan dengan rangkaian proses kompleks berupa

migrasi, kematian sel terprogram, adhesi dan proliferasi sel-sel neural crest. (4,7)

Ada 3 pusat pertumbuban fasial, yaitu :

3

Page 4: Labiopalatoschizis

1. Sentra prosensefalik,

Bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan lobus frontal otak, tulang

frontal. dorsum nasal dan bagian tengah bibir atas, premaksila dan septum nasal

(regio fronto-nasal).

2. Rombensefalik

Membentuk bagian posterior kepala, lateral muka dan sepertiga muka bagian

bawah (regio latero posterior). Ada bagian-bagian yang mengalami tumpang tindih

akibat impuls-impuls pertumbuhan yang terjadi, disebut diacephalic borders.

3. Diasefalik

Diacephalik borders pertama yaitu sela tursika, orbita dan ala nasi, selanjutnya ke

arah filtrum; dan filtrum merupakan penanada (landmark) satu-satunya dari

diacephalic borders yang bertahan seumur hidup. Diacephalic borders kedua

adalah regio spino-kaudal dan leher. (4)

Gambar 2. Embrio berusia 2 minggu dengan sentra pertumbuhan

Gangguan pada pusat-pusat pertumbuhan maupun rangkaian proses kompleks

sel-sel neural crest menyebabkan malformasi berupa aplasi, hipoplasi dengan atau

tanpa displasi, normoplasi dan hiperplasi dengan atau tanpa displasi.

Pembentukan bibir atas melalui rangkaian proses sebagaimana berikut. Sisi

lateral bibir atas, dibentuk oleh prominensi maksila kiri dan kanan; sisi medial

(filtrum) dibentuk oleh fusi premaksila dengan prominensi nasal. Ketiga prominensi

4

Page 5: Labiopalatoschizis

ini kemudian mengalami kontak membentuk seluruh bibir atas yang utuh. Gangguan

yang terjadi pada rangkaian proses sebagaimana diuraikan diatas akan menyebabkan

adanya celah baik pada bibir (jaringan lunak) maupun gnatum, palatum, nasal, frontal

bahkan maksila dan orbita (rangka tulang). Berdasarkan teori ini, dikatakan bahwa

bibir sumbing dan langit-langit, merupakan suatu bentuk malformasi (aplasi-

hipoplasi) yang paling ringan facial cleft, yang mencerminkan gangguan

pertumbuhan pada sentra prosensefaIik, rombensefalik dan diasefalik. (4,7)

IV. INSIDEN

Insiden celah bibir dan palatum terbanyak dalam suatu populasi sekitar 1

diantara 700 kelahiran. Paling banyak ditemukan sekitar 86% untuk dua celah, 68%

untuk satu celah. Seperti yang kita ketahui ada 14 jenis cacat bawaan pada celah

muka, namun celah bibir dan palatum yang paling sering dijumpai. Pada tipe

unilateral, lebih banyak terjadi pada kiri daripada kanan dan lebih sering mengenai

anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan, Pada populasi orang kulit putih

ditemukan 1 diantara 1000 kelahiran celah pada bibir dan palatum atau tanpa palatum.

Pada orang Asia, dua kali lebih banyak dari orang kulit putih, setengah dari orang

Asia ditemukan pada orang Afrika dan Amerika. (5,8)

V. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti.

Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari

kombinasi faktor genetik dan faktor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan

bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai

riwayat keluarga labioschisis akan mengalami labioschisis. Kemungkinan seorang

bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila keturunan garis pertama (ibu,

ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi

alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama trimester

5

Page 6: Labiopalatoschizis

pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan

bayi/ anak dengan labioschisis. (4)

Beberapa hipotesis yang dikemukakan dalam perkembangan kelainan ini

antara lain :

- Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam

hal kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi

asam folat, vitamin C, dan Zn).

- Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal.

- Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia.

- Faktor genetik (4)

VI. PATOFISIOLOGI

Gejala patologis pada celah bibir mencakup kesulitan pemberian makanan dan

nutrisi, infeksi telinga yang rekuren, hilangnya pendengaran, perkembangan

pengucapan yang abnormal dan kelainan pada perkembangan wajah. Adanya

hubungan antara saluran mulut dan hidung menyebabkan berkurangnya kemampuan

untuk mengisap pada bayi.

Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tak

terbentuk mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu

(prosesus nasalis dan maksilaris) pecah kembali, Semua yang mengganggu

pembelahan sel dapat rnenyebabkan ini: defisiensi, bahan-bahan obat sitostatik,

radiasi.

Problem yang ditimbulkan akibat cacat ini adalah psikis, fungsi dan estetik

Ketiganya saling berhubungan, Problem psikis yang mengenai orang tua dapat diatasi

dengan penerangan yang baik. Bila cacat terbentuk lengkap sampai langit-langit, bayi

tak dapat mengisap. Karena sfingter muara tuba Eustachii kurang normal lebih mudah

terjadi infeksi ruang telinga tengah. Sering ditemukan hipolplasia pertumbuhan

maksilla sehingga gigi geligi depan atas/rahang atas kurang maju pertumbuhannya.

6

Page 7: Labiopalatoschizis

Insersi yang abnormal dari tensor veli palatini menyebabkan tidak

sempurnanya pengosongan pada telinga tengah. Infeksi telinga rekuren menyebabkan

hilangnya pendengaran yang dapat rnernperburuk pengucapan yang abnormal.

Mekanisme veloparingeal yang utuh penting dalam menghasilkan suara non nasal dan

sebagai modulator aliran udara dalarn produksi fonem lainnya yang membutuhkan

nasal coupling, Maniputasi anatomi yang kompleks dan sulit dari mekanisme

veloparingeal, jika tidak sukses dilakukan pada awal perkernbangan pengucapan,

dapat menyebabkan berkurangnya pengucapan normal yang dapat dicapai. (9)

VII. KLASIFIKASI

Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk:

1. Inkomplit

2. Komplit

Berdasarkan lokasi/jumlah kelainan :

1. Unilateral

2. Bilateral

Pembagian berdasarkan International Classification of the Diseases (ICD),

mencakup celah anatomis organ terlibat, lengkap atau tidaknya celah, unilateral atau

bilateral; digunakan untuk sistem pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh

World Health Organization (WHO).

Celah pada bibir dapat ditemukan tipe unilateral (saiu sisi ) atau bilateral (dua

sisi), tipe komplit atau inkomplit. Kerusakan terjadi hingga pada daerah alveolar

sehingga menjadi sebuah perencanaan dalam pembedahan sebagai perbaikan.

Umumnya kelainan celah pada kelahiran terbagi dalam 2 kategori yaitu :

1. Unilateral komplit. Jika celah sumbing yang terjadi hanya di salah satu sisi bibir

dan memanjang hingga ke hidung atau dengan kata lain unilateral komplit

memberikan gambaran keadaan dimana te1ah terjadi pemisahan pada salah satu

sisi bibir, cuping hidung dan gusi. Unilateral komplit memiliki dasar dari palatum

7

Page 8: Labiopalatoschizis

durum yang merupakan daerah bawah daripada kartilago hidung. (10)

Gambar 3. Tipe unilateral komplit

2. Unilateral Inkomplit. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan

tidak memanjang hingga ke hidung atau dengan kata lain bahwa unilateral

inkomplit memberikan gambaran keadaan dimana terjadi pemisahan pada salah

satu sisi bibir, namun pada hidung ridak rnengalami kelainan. (10)

Gambar 4. Tipe unilateral inkomplit

3. Bilateral Komplit. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang

hingga ke hidung. Dapat terlihat adanya penonjolan pada daerah premaxilla, Oleh

karena terjadi ketidakadaannya hubungan dengan daerah lateral daripada

8

Page 9: Labiopalatoschizis

palatum durum.(10)

Gambar 5. Tipe bilateral komplit

4. Bilateral Inkomplit. Jika celah ini terjadi secara inkomplit dimana kedua hidung

dan daerah kedua premaxilla tidak mengalarni pemisahan dan hanya menyertakan

dua sisi bibir. (10)

Gambar 6. Tipe bilateral inkomplit

VIII. DIAGNOSA

Pada saat dalam kehamilan, pemeriksaan celah dini pada janin dapat kita lihat

dengan menggunakan transvagina ultrasonografi pada minggu ke-l1 masa kehamilan

dan bisa juga dideteksi dengan menggunakan transabdominal ultrsonografi pada usia

9

Page 10: Labiopalatoschizis

kehamilan minggu ke-16. Jika celah pada bibir dapat dideteksi, maka janin

kemungkinan mengalami malformasi, gangguan kromosom atau kedua-duanya.

Kurang dari 25% celah pada bibir dapat teridentifikasi melalui ultrasonografi.

Bagaimanapun seorang dokter ahli dapat mendiagnosa sekitar 80% dari pemeriksaan

prenatal jika mereka menggunakan 3-dimensi ultrasonografi. Untuk mendeteksi celah

pada langit-langit sepertinya agak sulit jika menggunakan ultrasonografi. MRI lebih

memiliki ketelitian lebih baik dibandingkan ultrasonografi. (11)

IX. SISTEM KODE LOKASI CELAH

Ada cara penulisan lokasi celah bibir dan langit-langit yang diperkenalkan oleh

Otto Kriens, yaitu sistem LAHSHAL yang sangat sederhana dapat menjelaskan setiap

lokasi celah pada bibir, alveolar, hard palate dan soft palate. Kelainan komplit,

inkomplit, microform, unilateral atau bilateral.

Bibir disingkat sebagai L (lips), gusi disingkat sebagai A (alveolar), langit-

Iangit dibagi menjadi dua bagian yaitu H (hard palate) dan S (soft palate). Bila

norrnal (tidak ada celah) maka urutannya dicoret, celah komplit (lengkap) dengan

huruf besar, celah inkomplit (tidak lengkap) dengan huruf kecil dan huruf kecil dalam

kurung untuk kelainan microform. Pemakaian sistem LAHSHAL ini juga sesuai

dengan ICD (International Code Of Diagnosis). (2)

LAHSAL SYSTEM

L=Lip; A=Alveolus; H=Hard Palate; S=Soft Palate

S selalu di tengah

Yang mendahului S adalah bagian kanan dan sesudah S adalah bagian kiri

Huruf besar menunjukkan bentuk ce1ah total

Huruf kecil menunjukkan bentuk partial

Di dalam kurung adalah bentuk microform

Strip berarti normal atau intak.

10

Page 11: Labiopalatoschizis

Gambar 7. Sistem LAHSHAL

Contoh :

1. CLP/L-----L

Cleft Lip and Palate lokasi celah berada di bibir kanan dan kiri, celah komplit

2. CLP/-----SHAL

CLP dengan lokasi celah komplit pada soft palate, alveolus dan bibir bagian kiri.

3. CLP/ I-----

CLP celah bibir sebelah kanan inkomplit.(2)

X. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain :

- Masalah asupan makanan

Meupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis.

Adanya labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan

pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis

mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang

ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioschisis

tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat

11

Page 12: Labiopalatoschizis

menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu

proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga daapt

membantu. (12)

Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada

palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis

biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot

ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-

palatoschisis dan bayi dengan masalah pemberian makan/ asupan

makanan tertentu. (12)

- Masalah Dental

Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah

tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi

geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk. Infeksi telinga Anak dengan labio-

palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya

abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan

penutupan tuba eustachius. (12)

- Gangguan berbicara

Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas

pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole

tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan

suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech).

Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas

untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat

kembali sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk

menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, and ch", dan terapi bicara (speech

therapy) biasanya sangat membantu. (12)

XI. PENATALAKSANAAN

12

Page 13: Labiopalatoschizis

Penderita CLP mengalami berbagai permasalahan yang ditimbulkan akibat

cacat ini adalah psikis, fungsi dan estetik dimana ketiganya saling berhubungan.

Untuk fungsi dan nilai estetik baik untuk bibir, hidung dan rahangnya diperlukan

pembedahan. Disamping jasa seorang spesialis Bedah Plastik juga dibutuhkan sebuah

tim dokter lain yang terdiri dati dokter THT, dokter gigi spesialis ortodentis, dokter

anak, tim terapi bicara dan pekerja sosial. Penderita CLP paling utama terjadi

gangguan dalam berbicara, penyakit pada telinga dan mungkin saja jalan nafas

menjadi ikut terganggu. Oleh karena itu dibutuhkan seorang ahli THT untuk melihat

gangguan yang terjadi ini. (1,13)

Bayi yang baru lahir dengan CLP segera dipertemukan dengan pekerja sosial

untuk diberi penerangan agar keluarga penderita tidak mengalami stress dan

menerangkan harapan yang bisa didapatkan dengan perawatan yang menyeluruh bagi

anaknya, Selain itu dijelaskan juga masalah yang akan dihadapi kelak pada anak.

Menerangkan bagaimana memberi minum bayi agar tidak banyak yang tumpah.

Pekerja sosial membuatkan suatu record psicososial pasien dari sini diambil sebagai

bagian record CLP pada umumnya. Pekerja sosial akan mengikuti perkembangan

psikososial anak serta keadaan keluarga dan lingkungannya. (2)

1. Operasi perbaikan terhadap bibir disebut Cheiloraphy atau Labioplasty.

Dilakukan pada usia 3 bulan. Sebe1um dilakukan observasi pada penderita melihat

kondisi bayi harus sehat, tindakan pembedahan mengikuti tata cara ""rule of ten":

bayi berumur lebih 10 minggu, berat 10 pon atau 5 kg, dan memiliki hemoglobin

lebih dari 10 gr% dan tak ada infeksi lekosit di bawah 10.000. (2)

2. Perbaikan langit-langit disebut Palatorahy dilakukan pada usia 10 - 12 bulan, usia

tersebut akan memberikan hasil fungsi bicara yang optimal karena memberikan

kesempatan jaringan pasca operasi sampai matang pada proses penyembuhan luka

sehingga sebelum penderita mulai bicara dengan demikian soft palate dapat

berfungsi dengan baik. Jika operasi dilakukan terlambat sering hasil operasi dalam

hal kemampuan mengeluarkan suara normal, tak sengau, sulit dicapai. (2,14)

13

Page 14: Labiopalatoschizis

3. Speech therapy

Setelah operasi, pada usia anak dapat belajar dari orang lain, speech therapy dapat

diperlukan setelah operasi palatoraphy yang akan meminimalkan suara sengau.

Namun apabila masih saja didapatkan suara sengau, maka dapat dilakukan

phayngoplasty. Operasi ini akan membuat “bendungan" pada faring untuk

memperbaiki fonasi, biasanya dilakukan pada usia 5-6 tahun ke atas.

4. Alveolar Bone Graft

Pada usia 8-9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah

alveolar/maxilla untuk tindakan bone graft dimana ahli orthodonti yang akan

mengatur pertumbuhan gigi caninus kanan-kiri celah agar normal. Bone graft ini

diambil dari bagian spongius crista iliaca.

5. Advancement Osteotomy Le Ford I

Evaluasi pada perkembangan selanjutnya pada penderita CLP sering didapatkan

hipoplasia pertumbuhan maxilla sehingga terjadi dish face muka cekung. Keadaan

ini dapat dikoreksi dengan cara operasi advancement ostetomi Le Fort I pada usia

17 tahun dimana tulang-tulang muka telah berhenti pertumbuhannya. Hal ini

dilakukan oleh bedah ortognatik, memotong bagian tulang yang tertinggal

pertumbuhannya dan merubah posisinya maju ke depan. (1,2)

Ahli THT untuk mencegah dan menangani timbulnya otitis media dan kontrol

pendengaran. Penderita CLP mengalami gangguan pada tuba eustachia dimana akan

tetjadi kelumpuhan otot levator palatine dan tensor vili palatine yang terinsersi

dengan daerah tepi pada langit-langit keras. Dengan bertambahnya usia maka

insiden terjadi kegagalan fungsi tuba eustachia semakin tinggi pula. Evaluasi

dilakukan setiap 3-4 bulan hingga ada perbaikan. Indikasi untuk dilakukan

miringotomi dan insersi pada tuba sangat konduktif untuk mengatasi kehilangan

pendengaran dan otitis media yang tidak kunjung sembuh. (2,13)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penanganan penderita CLP

dipedukan kerjasama para spesialis dalam suatu tim yang akan diatur dalam sebuah

14

Page 15: Labiopalatoschizis

protokol CLP, yaitu: (2)

1. Pasien umur 3 bulan (the over tens)

a. Operasi bibir dan hidung

b. Pencetakan model gigi

c. Evaluasi telinga

d. Pemasangan grommets bila perlu

2. Pasien umur 10 - 12 bulan

a. Operasi palatum

b. Evaluasi pendengarann dan telinga

3. Pasien umur 1 - 4 tahun

a. Evaluasi bicara, dimulai 3 bulan pasca operasi, follow up dilakukan oleh

speech pathologist.

b. Evaluasi pendengaran dan telinga

4. Pasien umur 4 tahun

Kalau bicara tetap jelek dipertimbangkan repalatografy atau pharyngoplasty.

5. Pasien umur 6 tahun

a. Evaluasi gigi dan rahang, pembuatan model

b. Melakukan nasoendoskopi bagi yang memerlukan

c. Evaluasi pendengaran

6. Pasien umur 9-10 tahun

Alveolar bone graft

7. Pasien umur 12 -13 tahun

a. Final touch untuk operasi-operasi yang dulu pemah dilakukan, bila masih ada

kekurangannya.

8. Pasien umur 17 tahun

a. Evaluasi tulang-tulang muka

b. Operasi advancement osteotomy Le Fort I

Teknik Pembedahan Celah Bibir

15

Page 16: Labiopalatoschizis

1. Teknik untuk unilateral cleft lip

Beberapa prosedur bedah untuk memperbaiki unilateral cleft lip telah

dikemukakan dengan variasi yang beragam antara lain "Rose-Thompson Straight

Line Closure, Randall-Tennison triangular flap repair, Mulard rotation-advancement

repair, LeMesurier quadrilateral flap repair, Lip adhesion, and Skoog dan

Kernahan-Bauer upper dan lower lip Z-plasty repair. Dan masih banyak lagi teknik-

teknik yang lain seperti teknik Delaire dan teknik Poole. Setiap teknik tersebut

bertujuan untuk mengembalikan kontuinitas dan fungsi dari musculus orbicularis dan

menghasilkan anatomis yang simetris. Kesemuanya mencoba untuk memperpanjang

pemendekan philtrum pada bagian bercelah dengan melekatkan jaringan dari elemen

bibir lateral ke elemen bibir medial, dengan menggunakan berbagai kombinasi antara

lain merotasi, memajukan. dan mentransposisikan penutup. (10)

Teknik Rose-Thompson straight line closure merupakan teknik untuk

penyambungan linear defek minimal tanpa distorsi lantai nostril diawali dengan

pertimbangan mengenai titik anatomis yang ada.

Dua teknik yang sering digunakan yaitu teknik rotasi Millard dan teknik

triangular. Teknik Millard membuat dua flap yang berlawanan di mana pada sisi

medial dirotasi ke bawah dari kolumella untuk menurunkan titik puncak ke posisi

normal dan sisi lateral dimasukkan ke arah garis tengah untuk menutupi defek pada

dasar kolumella. (10)

Keuntungan dari teknik rotasi Millard adalah jaringan parut yang terbentuk

berada pada jalur anatomi normal dari collum philtral dan batas hidung Teknik

triangular dikembangkan oleh Tennison dan kawan-kawan dengan menggunakan flap

triangular dari sisi lateral, dimasukkan ke sudut di sisi medial dari celah tepat di atas

batas vermillion, melintasi collum philtral sampai ke puncak cupid. Triangle ini

menambah panjang di sisi terpendek dari bibir. Teknik ini menghasilkan panjang

bibir yang baik tetapi jaringan parut yang terbentuk tidak terlihat alami. (10)

Teknik Milliard Rotation Advancement adalah teknik yang dikembangkan oleh

16

Page 17: Labiopalatoschizis

Milliard dengan perbaikan bertahap cocok untuk memperbaiki baik cleft lip komplit

maupun inkomplit. Teknik ini sederhana, tapi diperlukan mata yang baik dan tangan

yang bebas karena merupakan teknik-teknik 'cut as you go' bagian nasal rekonstruksi

harus didudukkan pada posisi anatomi sphincter oral, rotasi seluruh crus lateral +

medial dari kartilago lateral, rekonstruksi dasar hidung (baik lebar dan tingginya)

dengan koreksi asimetris maksila yang hipoplastik untuk meninggikan ala bawah

yang mengalami deformitas dan penempatan kolumella dan septum nasi ke midline

untuk memperoleh nostril yang simetris.

Bagian bibir yang normal disiapkan untuk menerima bagian sisi yang sumbing

pada teknik Miliard, untuk itu maka sisi yang sehat dengan cupid’s bow. harus diiris

sepanjang bawah kolumella dan dibebaskan ke bawah, ke arah estetika normal.

Bagian bibir yang sumbing harus diiris sedemikian rupa untuk mengisi gap celah

yang telah disiapkan pada bibir yang sehat. (10)

2. Teknik untuk complit dan incomplit bilateral cleft lip

Apabila celah bilateral komplit pada satu sisi dan inkomplit pada sisi yang

lain tidak hanya terjadi defisiensi bilateral tapi juga asimetris dari distorsi. Adaptasi

prinsip rotation advancement terbagi kepada dua tahap, cleft komplit dirotasi dan

diangkat untuk menutupi supaya suplai darah ke prolabium dialirkan deft incomplete.

lika kolurnella terdapat pemendekan unilateral flap c digunakan untuk pemanjangan.

Satu bulan lebih kemudian, sisi yang kedua dirotasi dan ditarik supaya simetris. (12)

3. Teknik untuk complete bilateral cleft lip

Complit bilateral cleft terdapat tiga masalah tambahan yang biasanya tidak

terdapat di incomplete cleft (1) premaksilla yang menonjol. (2) kolumella yang

inadekuat atau tidak ada (3) satu-satunya suplai darah ke prolabium adalah melalui

kolumella dan premaksilla. (10)

17

Page 18: Labiopalatoschizis

DAFTAR PUSTAKA

1. Reksoprodjo S. Plastik. Kumpulan kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Fakultas

kedokteran Universitas Indonesia. Hal 415-422

2. Marzoeki J. Teknik pembedahan celah bibir dan langit-langit. Jakarta: Sagung

Seto; 2001. Hal. 9-18

3. Anonim. Cleft lip and Cleft palate. Plastic surgery reconstructive. Available on :

http://www.umm.edu/plassurg/cleft.htm

4. Anonymous. Labio Gnato Palatoschisis. Available on :

http://bedahugm.net/Bedah-Plastik/Labio-Gnato-Palatoschisis.html

5. Debra SJ, Michael DJ. Neonatal Cleft Lip and Cleft Palate Repair. Goliath. July

2011

6. Hendrik PJ. Anatomy of nose and mouth. Educypedia. July, 2011

7. Quinn FB. Cleft lip and Palate. UTMB Dept. of Otolaryngology Grand Rounds.

July 2011

8. Tolarova, MM. Pediatric cleft lip and palate. July 2011. Available on :

http://emedicine.medscape.com/article/995535-overview

9. Karmacharya J. Cleft Lip. July 2011. Available on :

http://emedicine.medscape.com/article/877970-overview#showall

10. Thorne CH. Congenital Anomalies and Pediatric Plastic Surgery. At : Grabb and

Smith’s Plastic surgery. 6th edition. 2007: p.201-8

11. Mulliken JB. The Changing Faces of Children with Cleft Lip and Palate. NEJM.

Vol:351. August 2004. P. 745-7

12. Kurniawan L. Labioschisis. Pekanbaru : Fakultas kedokteran universitas riau.

2009. Hal 5-6

13. Anonim. Cleft lip and Palate. Available on:

http://www.healthofchildren.com/C/Cleft-Lip-and-Palate.html

14. Anonim. Cleft lip and palate. Available on :

18

Page 19: Labiopalatoschizis

http://en.wikipedia.org/wiki/Cleft_lip_and_palate

19