l2f008147_mkp
TRANSCRIPT
![Page 1: L2F008147_MKP](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100500/557202c74979599169a410cb/html5/thumbnails/1.jpg)
1
Makalah Seminar Kerja Praktek
PERANAN RTU560 PADA SISTEM OTOMASI GARDU INDUK (SOGI) PT. PLN
(PERSERO) P3B JAWA BALI RJTD
Puguh Gambiro.¹, Budi Setiyono ST, MT.2 1Mahasiswa dan
2Dosen Jurusan Teknik elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl.Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
PT. PLN merupakan perusahan yang bergerak dibidang kelistrikan di Indonesia yang
mengatur dan pengelola asset transmisi dan operasi sistem serta penyaluran tenaga listrik tegangan
tinggi secara efisien, handal dan akrab lingkungan. PT. PLN membangun jaringan transmisi 500 kV
yang membentang sepanjang pulau Jawa sebagai tulang punggung sistem interkoneksi. Pengendalian
operasi berhubungan dengan pengendalian sistem pada operasi waktu nyata (real time operation).
Sistem Otomasi Gardu Induk(SOGI) merupakan suatu system untuk mengatur penyaluran
listrik, Otomasi terdiri dari peralatan proteksi, kontrol dan pengukuran yang dapat berkomunikasi
satu sama lain baik secara lokal maupun secara remote. Pada Sistem SOGI alat yang digunakan
adalah computer/IT (PC, monitor, server, ethernet switch, dll.) untuk memonitor dan mengontrol
pergerakan distribusi listik.
Dalam operasinya Sistem SOGI pada jaringan listrik memerlukan Remote Terminal Unit
(RTU) yang dipasang pada Pusat Pembangkit listrik dan GI. RTU merupakan unit pengawas
langsung dan juga merupakan unit pelaksana operasi dari pusat kontrol (Master Station) sehingga
dengan adanya RTU ini memungkinkan Master Station mengumpulkan data dan melaksanakan
kontrol. RTU yang dibutuhkan untuk menjalankan Sistem SOGI ini adalah dengan menggunakan
RTU560. Dengan adanya RTU560 tersebut, diharapkan dapat digunakan sebagai point masukan
digital yang digunakan untuk indikasi status, juga merupakan suatu sequence of event untuk
pengaturan tegangan secara manual atau otomatis.
Kata Kunci : Sistem Otomasi Gardu Induk, Remote Terminal Unit, Master Station
I. PENDAHULUAN
Perkembangan industri di Indonesia yang
cukup pesat membutuhkan banyak sekali
tenaga kerja yang siap pakai.Tenaga kerja yang
terampil dalam mengoperasikan alat-alat
industri, serta memiliki kemampuan adaptasi
yang cukup tinggi terhadap penggunaan
teknologi sangat dibutuhkan didunia industry
dibidang kelistrikan.
Gardu induk tegangan tinggi
konvensional mulai bergeser ke gardu induk
otomasi, saat ini peralatan yang ditawarkan
pabrikan sudah berbasis ke otomasi gardu
induk maka PT PLN (Persero) P3B JB akan
mengimplementasikan SOGI pada GI baru,
penambahan beberapa bay baru atau
rehabilitasi GI.
Sistem SOGI menggunakan RTU560
dalam proses untuk mengoperasikan gardu
induk. Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan laporan Kerja Praktek ini adalah: 1. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja
di PT. PLN P3B Jawa Bali RJTD.
2. Mengetahui sistem otomatisasi yang
digunakan di PT. PLN
3. Mengetahui cara kerja dan peranan RTU
pada sistem otomatisasi pada PT. PLN
II. PENJELASAN UMUM SISTEM
OTOMASI GARDU INDUK
Peralatan pada Gardu Induk Tegangan Ekstra
Tinggi (GITET) dan Gardu Induk (GI) harus
dapat dioperasikan dan dimonitor melalui
Sistim Otomasi Gardu Induk (SOGI) dan
memenuhi kebutuhan Tele Informasi Plan
(TIP) untuk sistim SCADA (Control Center).
Untuk mencapai tujuan tersebut maka
peralatan-peralatan yang ada di GITET/GI
harus memenuhi standar tertentu sehingga
dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam
SOGI dan dapat memenuhi kebutuhan TIP
SCADA. Setiap pembangunan gardu induk
baru untuk teleinformasi pada peralatan
tegangan tinggi (primer) harus memenuhi
Standardisasi Teleinformasi Data untuk
Pemeliharaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik
agar informasinya dapat diakusisi oleh Sistem
![Page 2: L2F008147_MKP](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100500/557202c74979599169a410cb/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Otomasi Gardu Induk (SOGI) secara maksimal
yang diperlukan untuk informasi
pemeliharaan. Spesifikasi ini hanya membahas
hal-hal yang berhubungan dengan SOGI.
2.1 Persyaratan SOGI
Persyaratan yang harus dipenuhu pada
Sistem Proteksi dengan SOGI adalah Selektif,
Andal, Sensitif, dan Cepat. Dengan
Pertimbangan, Keamanan peralatan, Keamanan
sistem dan Keamanan konsumen
2.2 Tujuan Pertimbangan Pemilihan
SOGI
Dari aspek Ekonomi adalah Penghematan
Biaya Investasi, Penghematan Biaya Operasi
dan Biaya Pemeliharaan. Sedangkan dari segi
Teknis adalah Menyediakan Informasi yang
cepat dan akurat, Mempercepat waktu
diagnosa/analisa dan pemulihan gangguan,
Pengembangan “Lebih mudah” dan
Pengawatan Sederhana
2.3 Jenis Informasi SOGI
Tele Signal Single (TSS): Alarm gangguan
dari peralatan yang dimonitor, Tele Signal,
Double : Status open-close dari peralatan yang
dimonitor, Remote Control Digital (RCD):
Perintah open-close/raise- lower dari peralatan
yang dikontrol & monitor, Remote Control
Analog (RCA): Perintah merubah keluaran
analog dari peralatan yang dikontrol &
monitor, Tele Measurement: Pengukuran
besaran listrik, tekanan dan temperature, Tap
Changer (TC): Penunjukan posisi tap pada
transformator daya/IBT.
2.4 Peralatan yang di monitor dan di
kontrol dalam SOGI
� Pemutus (CB):
a. Status & perintah open-close.
b. Counter of circuit Breaker dan Pressure
(SF6).
c. Alarm gangguan (misal: SF6 alarm)
� Pemisah (DS/isolator)
a. Status & perintah open-close
b. Alarm gangguan
� Sakelar pentanahan (Earthing Switch)
a. Status & perintah open-close
b. Alarm gangguan
� Lightning Arrester
a. Counter Arrester
� Transformator (Daya & Inter Bus
Transformator)
a.Tap position indication dari OLTC dan
Counter pengoperasian OLTC
b. Temperature winding & oil.
c.Transformer electromechanical protection
(level alarm maupun trip)
2.5 Identifikasi Assembly dan Komponen
Setiap modul harus mempunyai identifikasi
yang jelas (tipe modul dan/atau nomor seri)
yang membedakan dengan modul yang lain.
Semua tempat card dan slot harus diberi label
yang jelas. Card harus diberi kunci untuk
meyakinkan pemasangan dan untuk mencegah
pemasangan pada lokasi yang salah.
2.6 Enginering Tools
Kontraktor harus menyerahkan engineering
tools yang digunakan untuk setting, download
dan upload database, uji fungsi, diagnostik dan
simulator (berupa laptop dan software).
2.7 Penjelasan Sistem Kontrol
a. Local Remote Gardu Induk hanya dapat
dioperasikan melalui Local HMI. Posisi
terakhir tidak boleh berubah apabila Local
HMI padam / rusak.
b. BCU mempunyai fasilitas Lokal Remote
secara software (lokal HMI) dan/atau
hardware (BCU).
c. Semua status, alarm dan pengukuran
dikirim ke local HMI dan master station
sesuai standardisasi SCADA, walaupun
dalam posisi lokal
III. DASAR TEORI
3.1 RTU (Remote Terminal Unit)
Sistem SOGI pada jaringan listrik
memerlukan Remote Terminal Unit (RTU)
yang dipasang pada Pusat Pembangkit listrik
dan GI. RTU merupakan unit pengawas
langsung dan juga merupakan unit pelaksana
operasi dari pusat kontrol (Master Station)
sehingga dengan adanya RTU ini
memungkinkan Master Station mengumpulkan
data dan melaksanakan kontrol. Pada unit-unit
modern, yang dilengkapi dengan
mikrokomputer yang disebut intellegent
remote, dapat melakukan fungsi-fungsi secara
otomatis tanpa perintah dari Master Station.
Pada garis besarnya, segala operasi yang
dilakukan akan dilaporkan ke Master Station
pada pemindaian berikutnya.
![Page 3: L2F008147_MKP](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100500/557202c74979599169a410cb/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Gambar 1 Analogi SCADA dari HMI hingga
RTU
Fungsi RTU a. Fungsi lokal, yaitu fungsi pengontrol
piranti-piranti perangkat keras yang
dihubungkan ke Lokal Proses. Fungsi lokal
ini selalu aktif selama RTU beroperasi.
b. Fungsi Telekomunikasi, yaitu fungsi
pengontrol piranti-piranti perangkat keras
yang berkenaan dengan transmisi data ke
Master Station. RTU adalah unit yang pasif
di dalam fungsi telekomunikasi, walaupun
ada perubahan informasi di lokal proses,
RTU tidak akan mengirim perubahan data
tersebut ke Master Station selama RTU
tidak menerima perintah izin pengiriman
data dari Master Station.
Modul RTU560
RTU 560 adalah pengembangan dari
RTU232 dari ABB dengan konsep komunikasi
terpusat dan sangat fleksibel. Konsepnya dibagi
menjadi 2 bagian:
1. Unit komunikasi baru yang terdapat di
subrack komunikasi.
2. Unit Input Output di subrack I/O.
Gambar 2 Modul-modul RTU560
Sebelum dipasang pada pusat pembangkit
ataupun Gardu Induk, modul-modul RTU560
perlu diset terlebih dahulu menggunakan
software RTUtil560. Modul-modul tersebut
dipasang ke dalam Subrak 23ET23.
Gambar 3 SubRak 23ET23
Gambar 4 Konsep perangkat RTU560
3.2 SISTEM SCADA (Supervisory Control
And Data Acquisition) Fasilitas SCADA diperlukan untuk
melaksanakan pengusahaan tenaga listrik
terutama pengendalian operasi secara realtime.
Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah
RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master
Station/ACC (Area Control Center), dan
jaringan telekomunikasi data antara RTU dan
ACC. RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau
Pusat Pembangkit yang hendak dipantau.
Dengan sistem SCADA maka
Dispatcher dapat mendapatkan data dengan
cepat setiap saat (real time) bila diperlukan,
disamping itu SCADA dapat dengan cepat
memberikan peringatan pada Dispatcher
bila terjadi gangguan pada sistem, sehingga
![Page 4: L2F008147_MKP](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100500/557202c74979599169a410cb/html5/thumbnails/4.jpg)
4
gangguan dapat dengan mudah dan cepat
diatasi/dinormalkan. Saat RTU melakukan operasi kontrol
seperti membuka circuit breaker, perubahan
dari lampu merah menjadi hijau pada pusat
kontrol menunjukkan bahwa operasi berjalan
dengan sukses.
Keuntungan sistem SCADA lainnya ialah
kemampuan dalam membatasi jumlah data
yang ditransfer antar Master Station dan RTU.
Hal ini dilakukan melalui prosedur yang
dikenal sebagai exception reporting dimana
hanya data tertentu yang dikirim pada saat data
tersebut mengalami perubahan yang melebihi
batas setting.
4. PERANAN RTU560 di PT. PLN
4.1 KOMUNIKASI SCADA
Saluran komunikasi pada sistem SCADA
dapat berupa kabel kawat, sistem gelombang
mikro ataupun sistem PLC. Sirkuit komunikasi
manapun dapat digunakan untuk transmisi data
sejauh mempunyai ratio sinyal-noise dan lebar
pita yang mampu dilewati oleh sinyal-sinyal
data dengan rate yang memadai.
FUNGSI SISTEM SCADA
Fungsi utama sistem SCADA ada 3 macam :
1. Telecontrolling, yaitu pengoperasian
peralatan switching pada Gardu Induk
atau Pusat Pembangkit yang jauh dari
pusat kontrol. Telecontrolling digunakan
untuk: Membuka dan menutup PMT
(circuit breaker) sisi 150 kV, baik untuk
Line Feeder maupun untuk Trafo
Distribusi.
Gambar 5 Proses Telecontrol
2. Telesignaling atau teleindikasi, yaitu
mengumpulkan informasi mengenai
kondisi sistem dan indikasi operasi,
kemudian menampilkannya pada pusat
kontrol (dalam hal ini UPB). Informasi
kondisi untuk mengetahui keadaan sistem
apakah mengalami gangguan atau tidak.
Informasi yang diperoleh selalu up to date
selama 24 jam. Setiap perubahan kondisi
sistem langsung dapat diketahui tanpa
menunggu laporan dari Operator di Gardu
Induk dan pusat tenaga listrik. Informasi
indikasi perlu untuk mengetahui bahwa
operasi yang dijalankan (seperti
pemutusan Circuit Breaker) telah berhasil.
Keadaan yang dapat dipantau adalah
sebagai berikut :
a. Status PMT/PMS.
b. Alarm-alarm seperti proteksi dan
peralatan lain.
c. Posisi kontrol jarah jauh.
d. Posisi perubahan tap transformator.
e. Titik pengesetan unit pembangkit
tertentu.
Gambar 6 Proses Telesignaling
3. Telemetering, yaitu melaksanakan
pengukuran besaran-besaran sistem tenaga
listrik pada seluruh bagian sistem, lalu
menampilkannya pada Pusat Kontrol.
Besaran-besaran yang dapat diukur adalah
sebagai berikut:
a. Tegangan bus bar.
b. Daya aktif dan reaktif unit
pembangkit.
c. Daya aktif dan reaktif trafo 150/30
KV dan 150/22 KV.
d. Daya aktif dan reaktif
penghantar/penyulang.
e. Frekuensi Sistem
Besaran seperti daya, arus dan tegangan di
seluruh bagian sistem nantinya
berpengaruh pada perencanaan maupun
pelaksanaan operasi sistem tenaga. Ada
pembatasan informasi yang masuk dimana
data yang baru akan diterima bila terjadi
perubahan yang melewati batas setingnya.
![Page 5: L2F008147_MKP](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100500/557202c74979599169a410cb/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Gambar 7 Proses Telemetering
Sistem Power Line Carrier (PLC)
Sistem telekomunikasi yang menggunakan
SUTT dan SUTET sebagai saluran, biasa
disebut Power Line Carrier (PLC) dan hanya
dipakai di lingkungan perusahaan listrik. Dalam
sistem PLC, SUTT atau SUTET selain
menyalurkan energi listrik juga mengirimkan
sinyal komunikasi telekomunikasi. Sinyal
telekomunikasi yang disalurkan adalah untuk
pembicaraan dan juga untuk data. Untuk
keperluan ini harus ada peralatan khusus yang
berfungsi memasukkan (mencampur) dan
mengeluarkan (memisahkan) sinyal
telekomunikasi di ujung-ujung saluran
transmisi dari frekuensi 50 Hz yaitu frekuensi
energi listrik yang disalurkan melalui saluran
transmisi.
Pada sistem PLC, untuk mencegah
masuknya sinyal komunikasi yang berfrekuensi
tinggi ke dalam instalasi tenaga, digunakan
Wave Trap atau Line Trap. Hal ini penting agar
peralatan-peralatan meter seperti MW meter
maupun MVAR meter tidak rusak.
Jaringan Fiber Optik
Dengan adanya teknologi fiber optik (FO),
perusahaan listrik menggunakan saluran FO
untuk keperluan operasinya, karena bisa
dipasang dalam kawat tanah pelindung
sambaran petir dari saluran transmisi. Pada
saluran transmisi yang sudah beroperasi tetapi
belum ada saluran FO-nya, saluran FO bisa
diberikan pada kawat tanah dalam keadaan
operasi atau dipasang di bawah kawat fasa.
Kelebihan dari FO ini bila dibandingkan
dengan PLC atau radio adalah sinyal yang
dikirim bisa lebih banyak dan lebih tahan dari
interferensi sinyal lain karena media
pengirimannya berupa cahaya.
4.2 Hirarki user
Hirarki dari user: Administrator, Kontrol,
Melihat Nama user dan passwordnya dapat
dibuat/dihapus secara on line di HMI oleh
administrator. Minimal dapat didefenisikan 50
nama user. Update data terakhir harus
ditampilkan selama 48 jam agar dapat diketahui
oleh user yang lain. Password dapat
dimodifikasi online oleh user itu sendiri atau
user dengan hak sebagai administrator.
Dalam Hierarki Kontrol terdapat:
a. Manual Switch
b. Bay Control Unit (IED)
� Local � bay hanya dapat dioperasikan
dari Bay Control Unit (IED)
� Remote � bay hanya dapat dioperasikan
dari HMI (SOGI)
c. HMI (Sistem Otomasi Gardu Induk)
� Local � Substation hanya dapat
dioperasikan dari HMI (SOGI)
� Remote � Substation hanya dapat
dioperasikan dari Control Center
d. Control Center
Untuk SOGI yang master stationnya
masih menggunakan ELENAS
diperlukan sinyal Control Disable(CD).
Penjelasan Sistem Kontrolnya adalah:
� Local Remote Gardu Induk hanya dapat
dioperasikan melalui Local HMI. Posisi
terakhir tidak boleh berubah apabila Local HMI
padam / rusak.
� BCU mempunyai fasilitas Lokal Remote
secara software (lokal HMI) dan/atau hardware
(BCU).
� Semua status, alarm dan pengukuran
dikirim ke local HMI dan master station sesuai
standardisasi SCADA, walaupun dalam posisi
lokal.
4.3 Alarm
Alarm akan muncul jika terjadi perubahan
status digital, pengukuran yang melebihi batas
atau gangguan internal sistem (seperti
gangguan komunikasi, gangguan IED) sesuai
buku standar Teleinformasi Data Untuk
Pemeliharaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik.
Alarm ditampilkan lewat HMI
menggunakan tampilan window khusus:
a. Kronologis alarm.
b. N alarm terakhir dengan warna berbeda.
c. Single Line Diagram akan menampilkan
keadaan real time, status alarm untuk setiap
peralatan.
d. Setiap alarm, announsiator dapat direset dari
HMI dan alarm tersebut akan hilang apabila
kondisi normal.
![Page 6: L2F008147_MKP](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100500/557202c74979599169a410cb/html5/thumbnails/6.jpg)
6
4.4 Konfigurasi Otomasi GI
Konfigurasi Otomasi GI dapat dilakukan
dengan mengkonfigurasi diagram logic untuk
fungsi-fungsi tertentu seperti proses switching
oleh Relai Tegangan Nol (RTN), switching
oleh load shedding, dan lain-lain. Eksekusi dari
urutan otomasi harus menjamin tidak ada
kehilangan data selama proses.
Otomasi dapat dilakukan melalui:
a. Permintaan operator
b. Kejadian (perubahan status digital atau
analog). Data base dan Pengelompokan
sinyal-sinyal
c. Control Centre atau RTU lain
d. Periodik (setiap hari, minggu, atau bulan)
pada tanggal dan waktu khusus
4.5 Inverter 110 VDC ke 220 VAC
Inverter digunakan untuk mensuplai server,
local HMI, gateway dan printer. Kemampuan
setiap inverter adalah dua kali kapasitas beban
total. Inverter dipasang secara paralel. Inverter
terhubung dengan rectifier 110 VDC yang telah
tersedia di Gardu Induk.
Gambar 8 Inverter 110 VDC ke 220 VAC
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Selama melaksanakan kerja praktek di
PT. PLN P3B Jawa-Bali RJTD Divisi
Pemeliharaan dan Operating System dan dari
hasil data-data yang diperoleh dari pengamatan
yang dilakukan selama melakukan kerja
praktek di PT PLN (PERSERO) Penyaluran
dan Pengaturan Beban (P3B) Unit Pengaturan
Bebean (UPB) Ungaran, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam mengendalikan sistem tenaga listrik
harus diusahakan agar sistem selalu dalam
keadaan normal, sehingga aspek
pengoperasian sistem tenaga listrik yang
meliputi keandalan, kualitas, dan
ekonomis dapat dicapai dan memperoleh
hasil yang maksimal.
2. PT. PLN (PERSERO) P3B Region III
Ungaran berfungsi sebagai pusat
penyaluran dan pengaturan sistem
ketenagalistrikan di wilayah Jawa Tengah
dan DIY. Sistem pengaturan Gardu Induk
yang digunakan adalah SOGI (System
Otomasi Gardu Induk).
3. Sistem SCADA terdiri dari Master Station
(MS), Remote Terminal Unit (RTU) dan
Saluran Komunikasi antar Master Station
dan RTU. Sistem SCADA mempunyai
fungsi utama sebagai telecontrolling,
telesignalling, dan telemetering.
4. Remote Terminal Unit (RTU) berfungsi
untuk mengupulkan data status dan
pengukuran peralatan tenaga listrik,
kemudian mengirimkan data dan
pengukuran tersebut ke Master Station
(pusat control) setelah diminta oleh
Master. Disamping itu RTU berfungsi
melaksanakan perintah dari master station
(remote control).
5. Salah satu jenis RTU yang ada di PT PLN
P3B Region III adalah RTU560 yang
mulai dioperasikan pada tahun 2006.
RTU560 dioperasikan di 3 tempat yaitu:
Tanjung Jati B, PLTU Cilacap, dan GI
Lomanis. Masing-masing RTU
mempunyai beberapa modul yang berbeda
fungsi.
6. Secara garis besar modul-modul yang
menyusun RTU560 adalah: modul CPU &
Memory, modul Digital Input, modul
Digital Output, modul Analog Input,
modul Analog Output, modul Watchdog,
modul Modem, dan modul Power Supply.
7. RTU merupakan perangkat penting dalam
kinerja sebagai pencari informasi didalam
menjalankan perintah dari Master Station.
8. RTU dapat mengakusisi data-data analog
maupun sinyal-sinyal digital, dan
meneruskan hasil-hasil pengukuran (daya
aktif, daya reaktif, frekuensi, arus
tegangan, energy) dan sebagainya ke pusat
kendali (Control Centre).
![Page 7: L2F008147_MKP](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100500/557202c74979599169a410cb/html5/thumbnails/7.jpg)
7
5.2 Saran
Setelah pelaksanaan Kerja Praktek di PT.
PT. PLN (PERSERO) Penyaluran dan
Pusat Pengatur Beban Jawa Bali RJTD khususnya di Divisi Opetaring Sistem dan
Pemeliharaan, penulis banyak mendapatkan
pelajaran dan ilmu yang berharga, serta
pengalaman baru di dunia kerja yang
InsyaAllah bermanfaat di kemudian hari.
Penulis juga mengharapkan adanya kerja sama
antara pihak industri dan pihak kampus baik
dalam hal akademis maupun non akademis.
VI. DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.rifqion.com/menulis/scada
dan-plc/
[2]jjjjjhttp://codingjuve.wordpress.com/201
1/07/24/scada-supervisory-control-
and-data-acquisition-systems/
[3]jjjjjhttp://paladinjogja.web.id/index.php/
produk/hardware/rtu.html [4] Literatur Laporan Kerja Praktek dari
perpustakaan PT. PLN
BIODATA
Puguh Gambiro, dilahirkan
di Bekasi, 24 Agustus 1990.
Saat ini masih menempuh
studi S1 di Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro
angkatan 2008 mengambil
konsentrasi Kontrol.
Semarang, Desember 2011
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Budi Setiyono, ST, MT NIP. 197005212000121001