l serba-serbi

1
SERBA-SERBI L JOGJA POS DESEMBER EDISI V/ 2011 BAGI masyarakat Jogja- karta dan mungkin anda pernah berkunjung di kota Gudeg ini sudah ti- dak asing lagi ada sebuah jalan tepat di jantung kota sebuah jalan Pasar Kem- bang (Sarkem). Namun jangan anda kira disana banyak penjual kembang (bunga -red) melainkan indentik dengan dunia penjaja cinta. Padahal di kawasan ini terdapat los- men serta penginapan dan resto murah serta penduduk ramah dengan suasana khas kampung yang asri. Kawasan yang bersih, tenang meskipun gang sempit yang hanya bisa dilalui dua orang tetap memikat banyak wisa- tawan asing untuk men- ginap disini. Alasannya selain harga murah un- tuk menginap juga dise- diakan biro travel. Asal Usul Adanya Sarkem Tri Yuli / Jatmikanto Tarif losmen serta ho- tel Melati mulai dari Rp 40ribu – seratus ribu per hari. Letak yang strategis karena dekat dengan Ma- lioboro. Wilayah ini merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tengen, tepat- nya di RW Sosrowijayan Kulon. Kemudian ma- syarakat lebih mengenal dan menyebut RW Sos- rowijayan Kulon ini den- gan Sarkem atau Gang 3, karena wilayah Sarkem adalah gang ketiga dari arah Timur Jalan Pasar kembang. Menurut cerita dulu Sebelumnya, daerah ini dikenal dengan Nama Balokan, karena pada saat pembangunan rel kereta api, daerah ini jadi tempat untuk menaruh semua matrial untuk pembangu- nan rel kereta dan Stasiun Tugu. Perubahan nama dari Balokan menjadi Sarkem, belum bisa dipas- tikan kapan. Secara historis, Wilayah Sosrowijayan Kulon ini dikenal sebagai tempat praktek prostitusi kurang lebih sejak 125 tahun yang lalu, yaitu seiring dengan proses pembangunan ja- lan kereta api yang men- ghubungkan kota-kota di Jawa seperti Batavia, Bogor, Cianjur, Cilacap dan Surabaya pada tahun 1884. Seiring dengan menin- gkatnya aktivitas pem- bangunan rel kereta api, berkembang juga fasilitas seperti tempat pengina- pan dan mulai bermun- culan perempuan-perem- puan yang bekerja untuk melayani pekerja ban- gunan di setiap wilayah yang dilalui kereta api, termasuk Yogyakarta, kompleks prostitusi ini JUMLAH Pekerja Seks yang kerja di Sarkem tahun 2011 mencapai kurang lebih 200-300 jiwa, yang terbagi dua kategori, Pekerja Seks yang bekerja dan ting- gal di wilayah Sarkem dan Pekerja Seks yang tinggal di luar Sarkem tapi ‘mencari uang’ di Pasar Kembang. Den- gan jumlah, jika siang hari kurang lebih pu- luhan orang dan sore hingga dini hari kurang lebih 200 orang Pekerja Seks (data statistic yang rinci dan pasti sulit untuk didapat karena mobilitas Pekerja Seks yang tergolong tinggi). Di Sarkem banyak alasan mereka terjun disana dan masalah klasik biasanya yang melatarbelakangi mer- eka berbuat seperti itu antaralain korban perselikuhan suamin- ya , korban kdrt dijual orangtuanya serta juga masalah ekonomi yang mendominasi ketika mereka menejuni pro- fesi yang renatan den- gan bahaya kesehatan seperti HIV dan AIDS, berikut ini salah satu penesekuran Jogja Pos menemui salah satu penghuni kawasan flamboyan ini Salah satu penjaja cin- ta di Sarkem, Ita (nama samara) mengatakan, tidak ada cita cita yang ingin ke tempat ini , karena keterpaksaan saja ,menurut ceritanya sambil meneteskan air mata, ia bercerita ke- pada Jogja Pos. Dulu dia pernah berja- ya dan memiliki usaha kayu terutama pemba- batan hutan di Suma- tera tahun 1998. Seman- jak adanya penengakan hukum ilegal logging maka usahanya bang- krut dan roda kehidu- pan berputar sehingga terjerat oleh hutang dan suaminya pun mening- galkannya. Saat ini anaknya satu satunya yang masih sekolah SD diasuh oleh kakaknya di Kali- mantan. Sewaktu jaya dulu ia rutin mengiri- mi kedua orangtuanya hingga membelikan ta- nah untuk lahan sawit di Kalimantan. Hingga sekarang, ia mengaku hanya mem- beritahukan jika sudah bekerja di sebuah toko tanpa menyebutkan di- mana. “ Siapa sih yang mau bercita-cita masuk sini , dan siapa juga yang baru kenal lalu mau ditiduri. Semua itu harus saya jalani. Tapi saya berada disini ti- dak selamanya, ketika tabungan saya cukup saya harus pulang ke Kalimantan, disana saya ada lahan untuk di garap akhir tahun ini,”katanya. Ita mengaku dalam satu malam bisa melay- ani 5 sampai 10 pelang- gan. Terutama Malam Minggu. Ita yang beru- mur 33 tahun, mema- sang tarif Rp 70ribu – seratus ribu. “Paling saya dapat Rp 60 ribu sampai Rp80 ribu, karena ha- rus bayar sewa kamar dan biaya rutin lain- nya, apalagi saya su- dah tidak muda lagi bagaimanapun per- saingan disini sangat ketat,” kata Ita Sementara itu Keg- iatan prostitusi di ka- wasan yang letaknya tak jauh dari stasiun Yogyakarta ini dimulai sekitar pukul 7 malam, biasanya masa-masa peak time menjelang tengah malam. Para pencari pemuas syawat pun sepertinya tak akan mengalami ke- sulitan untuk masuk ke kawasan ini, karena se- jak di mulut gang pun, para wanita itu sudah ‘berjaga’, terus berjajar hingga di sepanjang ja- lan. Biasanya, para pen- cari hasrat sex ini ting- gal mendekati gadis di sana, tawar menawar, transaksi, lalu berang- kat ke kamar yang dis- epakati. Keadaan keamanan di kawasan ini juga terk- endali. Ada beberapa pos keamanan yang dijaga warga sekitar. Walaupun suasana yang dibangun lay- aknya perkampungan umum, mereka tetap waspada, apalagi terha- dap pengunjung yang masih baru dan mencu- rigakan. Soal kebersihan para penjaja cinta ini juga mengharuskan pelang- gannya menggunakan kondom. Selain itu para wanita di sini juga rutin memeriksakan kesehat- annya ke dokter serta jika ada yang terkena Virus HIV atau Aids harus meninggalkan kawasan gang ini na- mun jika mereka sakit akibat terkena penykit kelamin wajib diperik- sa dulu. (*) Jadi PSK Bukan Cita-Cita Tri Yuli / Jatmikanto didirikan di daerah Pasar Kembang. RW Sosrowijayan Ku- lon ini terdiri dari 4 RT yaitu RT 14, 15, 16 dan 17 dengan luas wilayah 112.500m2. para Perem- puan pekerja seks di lo- kalisasi Pasar Kembang (Sarkem), Sosrowijayan, Yogyakarta rata-rata adalah pendatang, bi- asanya mereka mengon- trak sebesar Rp 5 juta per bulan untuk lima kamar, dan ada kos-kosan yang disewakan Rp 350 ribu per bulan. Tri Yuli / Jogja Pos STRATEGIS : Lokasi Sarkem yang berdekatan dengan kawasan Malioboro Jogjakarta.

Upload: jogja-pos

Post on 10-Mar-2016

285 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

didirikan di daerah Pasar Kembang. RW Sosrowijayan Ku- lon ini terdiri dari 4 RT yaitu RT 14, 15, 16 dan 17 dengan luas wilayah asanya mereka mengon- trak sebesar Rp 5 juta per bulan untuk lima kamar, dan ada kos-kosan yang disewakan Rp 350 ribu per bulan. 112.500m2. para Perem- puan pekerja seks di lo- kalisasi Pasar Kembang (Sarkem), Sosrowijayan, Yogyakarta rata-rata adalah pendatang, bi- Tri Yuli / Jatmikanto Tri Yuli / Jatmikanto Tri Yuli / Jogja Pos

TRANSCRIPT

Page 1: L Serba-serbi

SERBA-SERBIL JOGJA POSDESEMBER EDISI V/ 2011

BAGI masyarakat Jogja-karta dan mungkin anda pernah berkunjung di kota Gudeg ini sudah ti-dak asing lagi ada sebuah jalan tepat di jantung kota sebuah jalan Pasar Kem-bang (Sarkem). Namun jangan anda kira disana banyak penjual kembang (bunga -red) melainkan indentik dengan dunia penjaja cinta. Padahal di kawasan ini terdapat los-men serta penginapan dan resto murah serta penduduk ramah dengan suasana khas kampung yang asri.

Kawasan yang bersih, tenang meskipun gang sempit yang hanya bisa dilalui dua orang tetap memikat banyak wisa-tawan asing untuk men-ginap disini. Alasannya selain harga murah un-tuk menginap juga dise-diakan biro travel.

Asal Usul Adanya SarkemTri Yuli / Jatmikanto

Tarif losmen serta ho-tel Melati mulai dari Rp 40ribu – seratus ribu per hari. Letak yang strategis karena dekat dengan Ma-lioboro.

Wilayah ini merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tengen, tepat-nya di RW Sosrowijayan Kulon. Kemudian ma-syarakat lebih mengenal dan menyebut RW Sos-rowijayan Kulon ini den-gan Sarkem atau Gang 3, karena wilayah Sarkem adalah gang ketiga dari arah Timur Jalan Pasar kembang.

Menurut cerita dulu Sebelumnya, daerah ini dikenal dengan Nama Balokan, karena pada saat pembangunan rel kereta api, daerah ini jadi tempat untuk menaruh semua matrial untuk pembangu-nan rel kereta dan Stasiun Tugu. Perubahan nama

dari Balokan menjadi Sarkem, belum bisa dipas-tikan kapan.

Secara historis, Wilayah Sosrowijayan Kulon ini dikenal sebagai tempat praktek prostitusi kurang lebih sejak 125 tahun yang lalu, yaitu seiring dengan proses pembangunan ja-lan kereta api yang men-ghubungkan kota-kota di Jawa seperti Batavia, Bogor, Cianjur, Cilacap dan Surabaya pada tahun 1884.

Seiring dengan menin-gkatnya aktivitas pem-bangunan rel kereta api, berkembang juga fasilitas seperti tempat pengina-pan dan mulai bermun-culan perempuan-perem-puan yang bekerja untuk melayani pekerja ban-gunan di setiap wilayah yang dilalui kereta api, termasuk Yogyakarta, kompleks prostitusi ini

JUMLAH Pekerja Seks yang kerja di Sarkem tahun 2011 mencapai kurang lebih 200-300 jiwa, yang terbagi dua kategori, Pekerja Seks yang bekerja dan ting-gal di wilayah Sarkem dan Pekerja Seks yang tinggal di luar Sarkem tapi ‘mencari uang’ di Pasar Kembang. Den-gan jumlah, jika siang hari kurang lebih pu-luhan orang dan sore hingga dini hari kurang lebih 200 orang Pekerja Seks (data statistic yang rinci dan pasti sulit untuk didapat karena mobilitas Pekerja Seks yang tergolong tinggi).

Di Sarkem banyak alasan mereka terjun disana dan masalah klasik biasanya yang melatarbelakangi mer-eka berbuat seperti

itu antaralain korban perselikuhan suamin-ya , korban kdrt dijual orangtuanya serta juga masalah ekonomi yang mendominasi ketika mereka menejuni pro-fesi yang renatan den-gan bahaya kesehatan seperti HIV dan AIDS, berikut ini salah satu penesekuran Jogja Pos menemui salah satu penghuni kawasan flamboyan ini

Salah satu penjaja cin-ta di Sarkem, Ita (nama samara) mengatakan, tidak ada cita cita yang ingin ke tempat ini , karena keterpaksaan saja ,menurut ceritanya sambil meneteskan air mata, ia bercerita ke-pada Jogja Pos.

Dulu dia pernah berja-ya dan memiliki usaha kayu terutama pemba-

batan hutan di Suma-tera tahun 1998. Seman-jak adanya penengakan hukum ilegal logging maka usahanya bang-krut dan roda kehidu-pan berputar sehingga terjerat oleh hutang dan suaminya pun mening-galkannya.

Saat ini anaknya satu satunya yang masih sekolah SD diasuh oleh kakaknya di Kali-mantan. Sewaktu jaya dulu ia rutin mengiri-mi kedua orangtuanya hingga membelikan ta-nah untuk lahan sawit di Kalimantan.

Hingga sekarang, ia mengaku hanya mem-beritahukan jika sudah bekerja di sebuah toko tanpa menyebutkan di-mana.

“ Siapa sih yang mau bercita-cita masuk sini

, dan siapa juga yang baru kenal lalu mau ditiduri. Semua itu harus saya jalani. Tapi saya berada disini ti-dak selamanya, ketika tabungan saya cukup saya harus pulang ke Kalimantan, disana saya ada lahan untuk di garap akhir tahun ini,”katanya.

Ita mengaku dalam satu malam bisa melay-ani 5 sampai 10 pelang-gan. Terutama Malam Minggu. Ita yang beru-mur 33 tahun, mema-sang tarif Rp 70ribu – seratus ribu.

“Paling saya dapat Rp 60 ribu sampai Rp80 ribu, karena ha-rus bayar sewa kamar dan biaya rutin lain-nya, apalagi saya su-dah tidak muda lagi bagaimanapun per-

saingan disini sangat ketat,” kata Ita

Sementara itu Keg-iatan prostitusi di ka-wasan yang letaknya tak jauh dari stasiun Yogyakarta ini dimulai sekitar pukul 7 malam, biasanya masa-masa peak time menjelang tengah malam.

Para pencari pemuas syawat pun sepertinya tak akan mengalami ke-sulitan untuk masuk ke kawasan ini, karena se-jak di mulut gang pun, para wanita itu sudah ‘berjaga’, terus berjajar hingga di sepanjang ja-lan. Biasanya, para pen-cari hasrat sex ini ting-gal mendekati gadis di sana, tawar menawar, transaksi, lalu berang-kat ke kamar yang dis-epakati.

Keadaan keamanan di

kawasan ini juga terk-endali. Ada beberapa pos keamanan yang dijaga warga sekitar. Walaupun suasana yang dibangun lay-aknya perkampungan umum, mereka tetap waspada, apalagi terha-dap pengunjung yang masih baru dan mencu-rigakan.

Soal kebersihan para penjaja cinta ini juga mengharuskan pelang-gannya menggunakan kondom. Selain itu para wanita di sini juga rutin memeriksakan kesehat-annya ke dokter serta jika ada yang terkena Virus HIV atau Aids harus meninggalkan kawasan gang ini na-mun jika mereka sakit akibat terkena penykit kelamin wajib diperik-sa dulu. (*)

Jadi PSK Bukan Cita-CitaTri Yuli / Jatmikanto

didirikan di daerah Pasar Kembang.

RW Sosrowijayan Ku-lon ini terdiri dari 4 RT yaitu RT 14, 15, 16 dan 17 dengan luas wilayah

112.500m2. para Perem-puan pekerja seks di lo-kalisasi Pasar Kembang (Sarkem), Sosrowijayan, Yogyakarta rata-rata adalah pendatang, bi-

asanya mereka mengon-trak sebesar Rp 5 juta per bulan untuk lima kamar, dan ada kos-kosan yang disewakan Rp 350 ribu per bulan.

Tri Yuli / Jogja PosSTRATEGIS : Lokasi Sarkem yang berdekatan dengan kawasan Malioboro Jogjakarta.