kwashiorkor

23
PATOLOGI MANUSIA DASAR KASUS KWARSHIORKOR Oleh kelompok 3/ 1A: Putri Mirza C.D (1403000029) Shinta Devi P.S (1403000030) Ruthia Putri N. (1403000032) Anisa Devi I. (1403000035) Rinda K. (1403000037) Salsa Fitria A. (1403000039) ClaritaDesi (1403000041) Arma Deninta R. (1403000043) Rizqa Marita (1403000045) Laras Dwi A. (1403000047) Mikael Ardhi B. (1403000049) Andita Nur F. (1403000052)

Upload: fariz-gowad-ardiansyah

Post on 23-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Malnutrtion, Kwashiorkor.

TRANSCRIPT

Page 1: Kwashiorkor

PATOLOGI MANUSIA DASAR

KASUS KWARSHIORKOR

Oleh kelompok 3/ 1A:

Putri Mirza C.D (1403000029)

Shinta Devi P.S (1403000030)

Ruthia Putri N. (1403000032)

Anisa Devi I. (1403000035)

Rinda K. (1403000037)

Salsa Fitria A. (1403000039)

ClaritaDesi (1403000041)

Arma Deninta R. (1403000043)

Rizqa Marita (1403000045)

Laras Dwi A. (1403000047)

Mikael Ardhi B. (1403000049)

Andita Nur F. (1403000052)

Vina Itawanti (1403000056)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI MALANG

JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI

2015

Page 2: Kwashiorkor

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuhnya, ada

berbagai hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan manusia salah

satunya adalah dengan mengkonsumsi makanan – makanan yang bergizi. Zat gizi

dapat diartikan sebagai bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Makan

makanan bergizi termasuk protein sangat dianjurkan agar kebutuhan gizi dalam

tubuh terpenuhi.

Ada lima macam zat gizi yang dikenal yaitu : karbohidrat, lemak,

protein, vitamin, dan mineral. Dalam tubuh, makanan yang kita makan akan diurai

menjadi zat gizi, zat gizi ini kemudian akan diserap oleh tubuh untuk menjalankan

fungsinya masing-masing. Kebutuhan bahan makanan pada setiap individu

berbeda, karena adanya variasi genetik yang akan mengakibatkan perbedaan

dalam proses metabolisme. Proses metabolik pada anak pada dasarnya sama, akan

tetapi lebih aktif dibandingkan dengan orang dewasa. Anak membutuhkan lebih

banyak makanan untuk tiap kilogram berat badannya karena sebagian dari

makanan tersebut harus disediakan untuk pertumbuhan dan

pertukaran energi yang lebih aktif.

Jumlah zat gizi yang masuk hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan

tidak dikonsumsikan secara berlebih maupun kekurangan karena akan

menyebabkan malnutrisi. Malnutrisi adalah gizi salah yang mencakup keadaan

gizi kurang maupun gizi lebih. Di Indonesia, dengan masih tingginya angka

kejadian gizi kurang. Secara umum gizi kurang disebabkan oleh kekurangan

energi atau protein. Malnutrisi energi protein (MEP) terdiri dari marasmus,

kwashiorkor, dan marasmus kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan oleh

kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas, sedangkan

marasmus disebabkan oleh kekurangan energi dan protein. 

Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari

pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun. Apabila

pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar

organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar

Page 3: Kwashiorkor

disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar

dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk

kekurangan gizi tingkat berat atau akut.

Status gizi anak yang baik akan turut berperan dalam pencegahan

terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi dan dalam tercapainya

tumbuh kembang anak yang optimal. Oleh karena itu, keseimbangan nutrisi dalam

tubuh sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kwarshiorkor?

2. Apa yang menyebabkan terjadinya kwarshiorkor?

3. Bagaimana pathogenesis kwarshiorkor?

4. Patogenapa yang menyebabkan kwarshiorkor?

5. Bagaimana cara mencegah kwarshiorkor?

6. Bagaimana pengobatan kwarshiorkor?

7. Bagaimana inhibitor laboratorium pada penderita kwarshiorkor?

8. Bagaimanapa tofisiologi penderita kwarshiorkor?

C. Tujuan

Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan secara rinci salah satu dari

masalah gizi utama akibat kekurangan energi protein (KEP) yaitu

kwarshiorkor.

Tujuan Khusus

1. Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan kwarshiorkor.

2. Mampu menjelaskan etiologi atau penyebab terjadinya

kwarshiorkor.

3. Mampu menjelaskan secara rinci pathogenesis (perkembangan

penyakit) kwarshiorkor.

4. Mengetahui patogen yang menyebabkan kwarshiorkor.

5. Mampu menjelaskan cara pencegahan kwarshiorkor.

6. Mampu menjelaskan cara pengobatan kwarshiorkor.

Page 4: Kwashiorkor

7. Mengetahui inhibitor laboratorium pada penderita kwarshiorkor.

8. Mengetahui patofisiologi penderita kwarshiorkor.

Page 5: Kwashiorkor

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KWASIORKHOR

Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak

yang kekurangan kasih sayang ibu”. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh

Cicely, D. Williams (1935) pada rangkaian saintifik internasional melalui

artikelnya Lancet 1935. Beliau pada tahun 1933 melukiskan suatu sindrom

tersebut berhubungan dengan defisiensi dari nutrien apa. Akhirnya baru diketahui

defisiensi protein menjadi penyebabnya .Walaupun sebab utama penyakit ini ialah

defisiensi protein, tetapi karena biasanya bahan makanan yang dimakan itu juga

kurang mengandung nutrien lainnya, maka defisiensi protein disertai defisiensi

kalori sehingga sering penderita menunjukkan baik gejala kwashiorkor maupun

marasmus.

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang

disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang

normal atau tinggi. Tanda yang khas adalah adanya edema (bengkak) pada seluruh

tubuh sehingga tampak gemuk, wajah anak membulat dan sembab (moon face)

terutama pada bagian wajah, bengkak terutama pada punggung kaki dan bila

ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang, otot mengecil dan menyebabkan

lengan atas kurus sehingga ukuran Lingkar Lengan Atas LILA-nya kurang dari 14

cm, timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, tidak bernafsu makan atau kurang,

rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut

tanpa menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi, anemia dan diare, anak

menjadi rewel dan apatis perut yang membesar juga sering ditemukan akibat dari

timbunan cairan pada rongga perut salah salah gejala kemungkinan menderita

"busung lapar". (Pudjiadi, S. 2000)

Kwashiorkor paling sering terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun dapat

pula terjadi pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa

adalah sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain. (Pudjiadi, S. 2000)

B. ETIOLOGI

Page 6: Kwashiorkor

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang

berlansung kronis.Faktor yang dapa tmenyebabkan hal tersebut diatas antara lain :

Protein (danasam amino) adalahzat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh

dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup,

tidak semua makanan mengandung protein/asam amino yang memadai.Bayi yang

masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya,

namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu,

telur, keju, tahudan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. (Juntak, I. 2011)

C. PATOGENESIS

Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolisme dan

perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Pada penderita

defisiensi protein tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan

karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup

dalam dietnya. Namun kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan

kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.

Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin

akan meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum yang

jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya

asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan

albumin oleh hati, sehingga kemudian timbul edema. (Mubarok, H. 2008)

Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein

beta sehingga transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan

akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hati.

Kwarsiokor disebut sebagai malnutrisi akut yang disebabkan oleh

asupan makan yang kurang, infeksi, kelainan struktur bawaan,

prematuritas dan penyakit pada masa neonatus, gangguan metabolik,

urbanisasi, kurangnya makanan tambahan dan penyapihan terlalu dini.

Apabila kwarsiokor atau malnutisi akut masih dapat beradaptasi akan

menyebabkan marasmus atau malnutrisi kronik. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Page 7: Kwashiorkor

Sumber gambar : josephinewidya.wordpress.com

D. PENGERTIAN PATOGEN

Patogen adalah mahkluk hidup atau virus yang menyebabkan timbulnya

penyakit. Jenis patogen contohnya kuman, bakteri, jamur, dan protozoa. Jamur

adalah organisme sederhana yang terdiri dari satu sel atau lebih. Protozoa

adalah organisme bersel satu dengan inti. Salah satu penyakit akibat protozoa

adalah diare. Sedangkan virus adalah zat tak hidup kumpulan protein dan

DNA yang harus memproduksi dalam sel-sel hidup. Salah satu akibat dari

kwashiorkor adalah patogen yang menyebabkan infeksi. Kwashiorkor paling

seringnya terjadi pada bayi, sedangkan pada orang dewasa adalah sebagai

komplikasi dari parasit atau infeksi lain atau penyakit penyerta. (sumber)

Faktor infeksi dan penyakit ini telah lama diketahui bahwa terdapat

interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat

memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat

ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

Selain itu, keadaan higiene yang buruk membuat mereka mudah

dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan timbulnya diare mempercepat atau

merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini.

Page 8: Kwashiorkor

Penyakit penyerta pada kasus kwashiorkor akibat infeksi patogen adalah:

1. Diarepersisten: sebagai berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau

lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri).

Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan

infeksi non intestinal. Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau

diare berulang.

2. Tuberkolosis

Adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis, yaitu

kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu atau di berbagai organ

tubuh hidup lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi.

3. HIV/AIDS

Virus ini akan menghancurkan atau menganggu fungsi kekebalan tubuh.

Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan

yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.

Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi

menjalankan fungsinya memerang iinfeksi dan penyakit.

Jadi, patogen kwashirkor itu terjadi setelah kwashiorkor terjadi karena

kekurangan protein dan kalori. Akibat itu, imunitas menurun sehingga mudah

dimasuki agen seperti patogen infeksi sehingga muncul penyakit penyerta.

E. PENYEBAB

Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun ,namun

dapat pula terjadi pada bayi .Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang

dewasa adalah sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain.

Penyakit ini banyak terdapat anak dari golongan penduduk yang berpenghasilan

rendah. Ini dapat dimengerti karena protein yang bermutu baik terutama pada

bahan makanan yang berasal dari hewan seperti protein, susu, keju, telur, daging,

dan ikan. Bahan makanan tersebut cukup mahal , sehingga tidak terjangkau oleh

mereka yang berpenghasilan rendah. Akan tetapi faktor ekonomi bukan

merupakan satu-satunya penyebab penyakit ini. Ada berbagai protein nabati yang

bernilai cukup baik, misalnya kacang kedele, kacang hijau, dan sebagainya, akan

tetapi karena tidak diketahui atau tidak disadari, bahan makanan tersebut tidak

Page 9: Kwashiorkor

digunakan sebagaimana mestinya. Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan

makanan, cara pemeliharaan anak, disamping ketakhyulan merupakan faktor

tambahan dari timbulnya penyakit kwashiorkor. Keadaan higiene yang buruk,

sehingga mereka mudah dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan timbulnya

diare mempercepat atau merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini.

Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor

adalah menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau

tidak seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih ,kwashiorkor dapat muncul

bahkan ketika kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi

kebiasaan adat atau ketidak tahuan (kurang nya edukasi) yang menyebabkan

penyimpangan keseimbangan nutrisi yang baik. (Nurhayati, I. 2009)

Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain

memepersulit pola-pola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama malnutrisi

protein disebabkan oleh kekurangan pemasukan protein yang mempunyai nilai

biologik yang baik.Bisa juga terdapat gangguan penyerapan protein,misalnya

yang dijumpai pada keadaan diare kronik,kehilangan protein secara tidak normal

pada proteinuria (nefrosis), infeksi,perdarahan atau luka-luka bakar serta

kegagalan melakukan sintesis protein , seperti yanga didapatkan pula pada

penyakit hati yang kronis. (Davies, J. N. P. 2008)

F. PENCEGAHAN

Pencegahan dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari

karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total energi), dan protein (12% dari total

energi). Memberikan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat,

cukup lemak dan protein bisa mencegah terjadinya kwashiorkor. Untuk

mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein

hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan protein

dari protein nabati seperti kacang hijau dan kacang kedelai. (Pudjiadi, S. 2000)

G. PENGOBATAN KWASHIORKOR

1) Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologik

tinggi, tinggi energi, cukup cairan, vitamin dan mineral

Page 10: Kwashiorkor

2) Makanan harus dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan diserap

3) Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat

rendah.

4) Penanganan terhadap penyakit penyerta.

5) Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi

terhadap keluarga.

Segera dilakukan pengobatan jika sudah terdapat gejala. Sesudah pengobatan

dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa minggu kare

na menghilangnya edem. Enzim serum dan usus kembali ke normal, penyerapan

lemak dan usus kembali membaik. Diet berenergi tinggi dan protein tinggi tidak

diberikan terlalu cepat karena hati dapat menjadi besar, abdomen menjadi sangat

kembung dan anak membaiknya lebih lambat.Penderita perlu mendapatkan lebih

banyak kalori dan protein. Namun, anak-anak yang memiliki kondisi ini tidak

akan pernah mencapai pertumbuhan maksimal. Perawatan tergantung pada

keparahan kondisi. Orang-orang yang shock perlu penanganan segera untuk

memulihkan volume darah dan menjaga tekanan darah. energi pertama diberikan

dalam bentuk karbohidrat, gula, dan lemak. Protein adalah dimulai setelah

sumber-sumber energi lainnya sudah menyediakan energi. Suplemen vitamin dan

mineral penting.Karena orang akan telah tanpa banyak makanan untuk jangka

waktu lama, makan dapat menyebabkan masalah, terutama jika energi yang terlalu

tinggi pada awalnya. Makanan harus diperkenalkan kembali perlahan-lahan.

Karbohidrat pertama diberikan untuk memasok energi, diikuti oleh makanan yang

mengandung protein. (Sumber)

H. INHIBITOR LABORATORIUM

Pemeriksaan Fisik 

1. Perubahan mental sampai apatis.

2. Anemia.

3. Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut / rontok .

4.  Gangguan sistem gastro intestinal.

5.  Pembesaran hati.

6.  Perubahan kulit (dermatosis).

7.  Atrofiotot.

Page 11: Kwashiorkor

8.  Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh

Pemeriksaan Laboratorium

1. Hampir semua kasus kwasiokor memperlihatkan penurunan kadar

albumin, kolesterol, dan glukosa dalam serum.

2. Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan

albumin dan globulin serum dapat terbalik, yaitu kurang dari satu.

3. Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada

asam amino non esensial.

4. Umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.

Meskipun kadar IgA serum normal, namun kadar IgA sekretori merendah.

5. Gangguan imunitas selular, khususnya jumlah populasi sel T, merupakan

kelianan imunologik yang paling sering dijumpai pada MEP berat.

Penetapan komplemen menunjukkan penuruna kadar beberapa jenis

komplemen dalam serum.

6. Uji toleransi glukosa menunjukkan gambaran tipe diabetik.

7. Begitu pula terdapat penurunan kadar berbagai enzim dalam serum, seperti

amilase, esterase, kolin esterase, transaminase, dan fosfatase alkali;

aktivitas enzim pankreas dan xantin oksidase juga berkurang karena

seringkali disertai defisiensi vitamin dan mineral, maka kadar vitamin dan

mineral dalam serum merendah, diantaranya vitamin A, asam folat,

riboflavin, fosfor, magnesium, besi dan kalium.

8. Anemia yang timbul dapat disebabkan oleh defisiensi besi, protein, atau

asam folat dengan jenis yang paling sering ditemukan adalah anemia

normokromik normositik.

9. Pertumbuhan tulang juga mengalami hambatan, sedangkan sekresi hormon

pertumbuhan meningkat.

10. Pemeriksaan air kemih menunjukkan peningkatan ekskresi hidroksiprolin

dan adanya amino asidulia.

11. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis,

nekrosis, dan infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir

semua sel hati mengandung vakuol lemak yang besar.

Page 12: Kwashiorkor

12. Pemeriksaan autopsi penderita kwashiorkor menunjukkan kelainan pada

hampir semua organ tubuh, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis

tulang, atrofi vilus usus, atrofi sistem limfoid, dan atrofi kelenjar timus.

I. PATOFISIOLOGI

Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat

lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.

Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang

menyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet,

akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang

diperlukan untuk sentesis dan metabolism. Makin kekurangan asam amino dalam

serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang

kemudian berakibat edem. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan

beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan

akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati. (sumber)

Page 13: Kwashiorkor

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kwashiorkor adalah penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh

rendahnya asupan protein dalam makanan sehari-hari. Kwashiorkor salah satu

bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang

inadekuat dengan intake karbohidrat yang tinggi.

Penyebab kwarshiorkor adalah intake protein yang sangat kronis. Faktor

yang mempengaruhi intake protein yang berlangsung kronis yaitu pola makan,

faktor sosial, faktor ekonomi, dan faktor infeksi. Kwarshiorkor sering terjadi pada

anak berusia 1-4 tahun.

Pencegahan dini pada kasus-kasus kwarshiorkor memberikan hasil yang

baik. Penanganan yang terlambat mungkin dapat memperbaiki status kesehatan

yang secara umum, namun dapat juga mengalami gangguan fisik yang permanen.

Kasus- kasus kwarshiorkor yang tidak segera ditangani memberikan akibat yang

fatal.

Page 14: Kwashiorkor

Lampiran

Berikut ini adalah beberapa gambar yang menunjukkan anak-anak penderita

kwashiorkaor.

Page 15: Kwashiorkor

DAFTAR PUSTAKA

Juntak, I. 2011. Malnutrisi Kwashiorkor, (online), (http://Malnutrisi -Kwashiorkor

_ KREATIVITAS.htm), diakses 7 Maret 2015.

Arisma, T. 2011. Kwashiorkor dan Marasmus, (online), (http://Kwashiorkor dan

Marasmus ~ Blog si caLon Bidan.htm), diakses 7 Maret 2015.

Albantury, K. 2014. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein

“kwashiorkor”,(http://kholilalbantury.blogspot.com/2014/04/penyakit-

yang-disebabkan-oleh.html), diakses pada 08 Maret 2015.

Anisa, D.2011. Kwashiorkor, (http://www.academia.edu/9028011/Kwasiorkos),

diakses pada 8 Maret 2015

Kusumadai, A. 2015. Kwashirkor dan Metabolisme Protein, (online),

(http://frogdani.blogspot.com/2012/06/kwashiorkor-dan-metabolisme-

protein.html), diakses 10 Maret 2015.

Aprilia, A. 2011. Obesitas, Marasmus, Kwarshiorkor, (online),

(http://areaqu.blogspot.com/2011/11/obesitasmarasmuskwashiorkor.html),

diakses 10 Maret 2015.

Ruditrisantoso. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Dengan KKP I Konsep Dasar,

(Online), (ruditrisantoso.wordpress.com), diakses 10 Maret 2015.

Nurhayati, I. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dengan Malnutrisi (Nutrisi dan

Protein), (Online),

(http://www.jurnal.akpermus.ac.id/index.php/jkemu/article/view/7),

diakses 10 Maret 2015.

Davies, J. N. P. 2008. The Essential Pathology of Kwashiorkor. (Online),

(http://www.sciencedirect.com/science/journal/01406736/251/6496),

diakses 10 Maret 2015.

Verzeichnis, J. W. 2013. Patogenesis Patofisiologi Gejala Klinis Marasmus.

(Online), (https://josephinewidya.wordpress.com/tag/patogenesis-

patofisiologi-gejala-klinis-marasmus/), diases 8 Maret 2015.

Mubarok, H. 2008. Kwarsiokor. (Online),

(http://cetrione.blogspot.com/2008/05/kwarsiokor.html), diakses 8 Maret

2015.

Page 16: Kwashiorkor

Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta. FKUI Gaya Baru.