kumpul

3
 Abses peritonsil secara tradisional merupakan tonsilitis akut yang berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan komplikasi, yang dapat berkembang menjadi celulitis dan kemudian membentuk abses, penelititan terbaru mengyatakan bahwa weber gland memiliki  peran penting dalam pembentukan abses peritonsil. Webe r gland terdiri dari 20-25 mucous salivary glands yang terletak pada ruang superior dari tonsil pada palatum molle dan terhubung dengan permukaan tonsil oleh sebuah duktus. kelenjar tersebut membersihkan tonsil dari debris debris serta sisa sisa makanan yang terjebak dalam kripta, jika kelenjar weber mengalami  peradang an, dapat terjadi celulitis lokal, jika keadaan ini terus berlanju t maka duktu s pada  permu kaan tonsil akan menga lami obst ruksi yang progre sif karena inflamas i pada daerah sekitarnya. Hasil dari jaringan yang nekrosis serta pus yang terbentuk akan menimbulkan gejala klasik dari abses peritonsil. Abses ini secara umum terbentuk di areapalatum molle yng terletak  pada bagian su perior tonsil , yaitu lokasi weber gland , pada kaus abses perito nsilar yang terjad i  pada pasien yang telah menjalani tonsil ektomi, semakin memperk uat teori bahwa weber gland me mil iki per an te rha dap pa toge ne sis te rja din ya abses pe rit ons ila r. Tenaga me dis lai n men gik uts erta kan peri odo ntal dis ease yang sig nifi kan dan mer oko k seb aga i sala h satu  penye babterjad inya ab ses per itonsilar . 1  Ba kte ri ya ng se ri ngka li me nyeb abka n pe rit on sil ar ab ses adal ah bak te ri gr up A streptococcus beta hemolitycus. 2,3 namun tidak menutup kemungkinan bakteri lain juga dapat menyebabkan abses peritonsil, bakteri aerob teridri dari grup A streptococcus, staphylococcous aureus, haemophylus influenza, bakteri anaerob terdiri dari fusobacterium, peptostreptococcus,  pigme nted pre votella. 1 Tatalaksana kasus Dra inas e abs es, anti biot ik, dan sup por tiv e tera pi. Ole h kar ena peri ton sil sel ulit is merupakan kondisi transisional untuk terbentuknya abses peritonsil maka, tatalaksanan yang dibe rika n sama den ga n abs es per iton sil, kec ual i dra inas e sur gik al. Prosed ur utama bag i drainase peritonsil adalah needle aspiration, insisi, dan drainase, serta tonsilektomi segera. Drainase menggunakan salah satu metode ini dan dikombinasi dengan terapi antibiotik dapat mere sol usi abs es per iton sila r leb ih dar i 90 % kas us, ton sile ktomi seg era dap at memban tu drainase dari abses ini, tonsilektomi ditujukan pada pasien yang memiliki indikasi, ataupada  pasien yang menga lami abses perito nsil berula ng, maupu n non resolv ing periton silar abses . Ter api ant ibio tik secara emp iris mer upa kan anti mik rob ial yang efektif mel awa n gru p A streptococcus beta hemolitikus dan bakteri anaerob, beberapa penelitian menunjukkan bahwa

Upload: adinda-paramartha

Post on 20-Jul-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kumpul

5/17/2018 kumpul - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kumpul-55b07ad472a2c 1/3

 

Abses peritonsil secara tradisional merupakan tonsilitis akut yang berlangsung secara

terus menerus dan menimbulkan komplikasi, yang dapat berkembang menjadi celulitis dan

kemudian membentuk abses, penelititan terbaru mengyatakan bahwa weber gland memiliki

 peran penting dalam pembentukan abses peritonsil. Weber gland terdiri dari 20-25 mucous

salivary glands yang terletak pada ruang superior dari tonsil pada palatum molle dan terhubung

dengan permukaan tonsil oleh sebuah duktus. kelenjar tersebut membersihkan tonsil dari debris

debris serta sisa sisa makanan yang terjebak dalam kripta, jika kelenjar weber mengalami

 peradangan, dapat terjadi celulitis lokal, jika keadaan ini terus berlanjut maka duktus pada

 permukaan tonsil akan mengalami obstruksi yang progresif karena inflamasi pada daerah

sekitarnya. Hasil dari jaringan yang nekrosis serta pus yang terbentuk akan menimbulkan gejala

klasik dari abses peritonsil. Abses ini secara umum terbentuk di areapalatum molle yng terletak 

 pada bagian superior tonsil, yaitu lokasi weber gland, pada kaus abses peritonsilar yang terjadi

 pada pasien yang telah menjalani tonsilektomi,semakin memperkuat teori bahwa weber gland

memiliki peran terhadap patogenesis terjadinya abses peritonsilar. Tenaga medis lain

mengikutsertakan periodontal disease yang signifikan dan merokok sebagai salah satu

 penyebabterjadinya abses peritonsilar.1 

Bakteri yang seringkali menyebabkan peritonsilar abses adalah bakteri grup A

streptococcus beta hemolitycus.2,3 namun tidak menutup kemungkinan bakteri lain juga dapat

menyebabkan abses peritonsil, bakteri aerob teridri dari grup A streptococcus, staphylococcous

aureus, haemophylus influenza, bakteri anaerob terdiri dari fusobacterium, peptostreptococcus,

 pigmented prevotella.1

Tatalaksana kasus

Drainase abses, antibiotik, dan supportive terapi. Oleh karena peritonsil selulitis

merupakan kondisi transisional untuk terbentuknya abses peritonsil maka, tatalaksanan yang

diberikan sama dengan abses peritonsil, kecuali drainase surgikal. Prosedur utama bagi

drainase peritonsil adalah needle aspiration, insisi, dan drainase, serta tonsilektomi segera.

Drainase menggunakan salah satu metode ini dan dikombinasi dengan terapi antibiotik dapat

meresolusi abses peritonsilar lebih dari 90% kasus, tonsilektomi segera dapat membantu

drainase dari abses ini, tonsilektomi ditujukan pada pasien yang memiliki indikasi, ataupada

 pasien yang mengalami abses peritonsil berulang, maupun non resolving peritonsilar abses.

Terapi antibiotik secara empiris merupakan antimikrobial yang efektif melawan grup A

streptococcus beta hemolitikus dan bakteri anaerob, beberapa penelitian menunjukkan bahwa

Page 2: kumpul

5/17/2018 kumpul - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kumpul-55b07ad472a2c 2/3

 

 penggunaan penicillin intravena saja sama efektifnya dengan penggunaan antibiotik spektrum

luas,pada penelitian ini jugadinyatakan bahwa, apabila respon klinis terhadap penggunaan

 penicillin inadekuat pada 24 jam pertama, maka penggunaan antibiotik broad spektrum dapat

dijadikan pengganti, beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa abses peritonsil yang

disebabkan oleh bakteri anaerob dapat di berikan antibiotik spektrum luas sebagai first line

terapi. Walaupun penggunaan steroid biasa digunakan untuk mengatasi edema dan inflamasi

 pada penyakit penyakit otolaring lain, namun penggunaanya dalam terapi abses peritonsilar 

 belum diteliti lebih lanjut,sehingga dapat digunakan sebagai terapi rutin bagi abses peritonsilar.

PCN Allergic ––––>Erythromycin 500 mg P.O. qidClindamycin 600 mg IV drip, followed by clindamycin 300 mg p.o. q 6 h is an

alternative to the above and is a second line drug if the above fails.

Page 3: kumpul

5/17/2018 kumpul - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kumpul-55b07ad472a2c 3/3

 

Komplikasi

1. Abses pecah spontan perdarahanaspirasi paru(pyemia)/aspirasi pneumoni

2. Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaringabses parafaring

3. Bila menjalar sampai intrakranialtrombosis sinus kavernosus, meningitis, dan abses

otak 

4. Septikemia