kultur masyarakat p. mandangin

11
KULTUR MASYARAKAT PULAU MANDANGIN ANTARA ADAT DAN TUNTUTAN JAMAN Sebuah upaya mengangkat citra dan martabat AMIR HAMZAH* Masyarakat Pulau Mandangin merupakan sebuah komunitas yang unik, mereka tinggal di pulau kecil sekitar perairan selat Madura, dalam administrasi pemerintahan, Pulau Mandangin berada dalam wilayah teritorial Kecamatan Sampang. Masyarakat kota biasa menyebut komunitas Pulau sebagai orang ”poloh” (orang pulau), sebuah sebutan yang memberikan stigma perbedan yang sangat jelas dengan komunitas masyarakat perkotaan, yang biasa disebut sebagai orang dataran, padahal mereka hidup dalam satu kesatuan wilayah Kecamatan Sampang. Keunikan mayarakat Pulau Mandangin bisa dilihat dari pola- pola kebudayaannya yang sangat berbeda dengan pola masyarakat kota. Namun seringkali keunikan-keunikan tersebut justru bedampak negatif dan tidak menguntungkan bagi citra dan martabat masyarakat Pulau. Hal ini akan berdampak tidak baik di masa yang akan datang apabila tidak dilakukan upaya rekonstruksi sejak dini. LATAR POKOK MASALAH Sebuah upaya mengangkat citra dan martabat merupakan antitesis dari anggapan bahwa terdapat suatau kenyataan yang

Upload: lukyaemha

Post on 20-Jun-2015

368 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sebuah upaya mengangkat harkat dan martabat.

TRANSCRIPT

Page 1: Kultur Masyarakat P. Mandangin

KULTUR MASYARAKAT PULAU MANDANGIN

ANTARA ADAT DAN TUNTUTAN JAMAN

Sebuah upaya mengangkat citra dan martabat

AMIR HAMZAH*

Masyarakat Pulau Mandangin merupakan sebuah komunitas yang unik, mereka

tinggal di pulau kecil sekitar perairan selat Madura, dalam administrasi pemerintahan,

Pulau Mandangin berada dalam wilayah teritorial Kecamatan Sampang. Masyarakat kota

biasa menyebut komunitas Pulau sebagai orang ”poloh” (orang pulau), sebuah sebutan

yang memberikan stigma perbedan yang sangat jelas dengan komunitas masyarakat

perkotaan, yang biasa disebut sebagai orang dataran, padahal mereka hidup dalam satu

kesatuan wilayah Kecamatan Sampang.

Keunikan mayarakat Pulau Mandangin bisa dilihat dari pola-pola kebudayaannya

yang sangat berbeda dengan pola masyarakat kota. Namun seringkali keunikan-keunikan

tersebut justru bedampak negatif dan tidak menguntungkan bagi citra dan martabat

masyarakat Pulau. Hal ini akan berdampak tidak baik di masa yang akan datang apabila

tidak dilakukan upaya rekonstruksi sejak dini.

LATAR POKOK MASALAH

Sebuah upaya mengangkat citra dan martabat merupakan antitesis dari anggapan

bahwa terdapat suatau kenyataan yang tidak selaras secara normatif telah terjadi dalam

tatanan sebuah masyarakat. karenanya perlu dilakukan pembenahan, penataan ulang,

bahkan pada tingkatan perombakan sebuah kemapanan pola yang sudah berlaku secara

umum dalam lingkungan sebuah masyarakat.

Upaya-upaya seperti ini tentu saja tidak begitu saja mendapatkan tanggapan yang

memadai dari komunitas masyarakat yang bersangkutan karena sangat mungkin

perubahan dianggap mengancam taradisi yang telah berlangsung secara turun temurun.

Bisa jadi upaya menuju perbaikan sudah sering dilakukan sebelumnya, misalkan oleh para

Page 2: Kultur Masyarakat P. Mandangin

tokoh agama, pendidikan di sekolah atau lembaga lain yang berkepentingan secara

nasional.

Tetapi, sampai saat ini tampaknya usaha yang ada belum membuahkan hasil yang

meggembirakan. Pesan-pesan normatif yang disampaikan melalui kegiatan-kegiatan

keagamaan, sosial kemasyarakatan, pendidikan dan bahkan politik, masih bersifat retorik

belaka. Hal itu menunjukkan bahwa usaha yang ada masih pasif dan tidak belum

mengesankan masyarakat untuk menyadari akan pentingnya tuntutan jaman. Perubahan

yang terjadi belum menunjukkan sebuah kesadaran yang menjadi bagian dalam pola

kehidupan sehari-hari.

STIGMATISASI

Masyarakat Pulau Mandangin terisolir, tidak ada akses yang memadai untuk

melakukan asimilasi secara intens degan masyarakat luar. Tidak ada catatan sejarah yang

dapat menunjukkan sejak kapan pulau kecil tersebut berpenghuni dan dari mana asal-usul

penghuninya. Fakta mitospun tidak menunjukkan indikasi bahwa leluhur mereka adalah

Bangsacara dan Ragapadmi karena keduanya meninggal akibat pembunuhan pada masa

kerajaan. Sementara ini yang berkembang di kalangan masyarakat luas bahwa mereka

berasal dari komunitas “buangan” karena penyakit kusta yang sengaja diisolir oleh

pemerintah. Perlu dimaklumi bahwa penanganan penyakit tersebut pada masanya belum

sebaik sekarang.

Stigmatisasi bahwa masyarakat Pulau Mandangin adalah identik dengan penyakit

kusta masih berlanjut sampai saat ini, meskipun data pengurangan yang ditunjukkan oleh

dinas kesehatan sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Beberapa kasus yang

ditemukan lebih kepada kurang kesaadaran pada penderita untuk melakukan antisipasi

sejak dini dengan memeriksakan ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit. Kemungkinan lebih

dari 95% masyarakat Pulau Mandangin sudah terbebas dari penyakit kusta. Upaya yang

dilakukan pemerintah dalam menangani masalah tersebut sangat baik dan menjadi

prioritas, terbukti dengan dibangunnya dua Puskesmas Pembantu dengan tenaga yang

Page 3: Kultur Masyarakat P. Mandangin

didatangkan dari luar serta melibatkan masyarakat setempat guna memperlancar

perencanaan, di antaranya; secara berkala petugas mendatangi rumah-rumah penduduk

untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara gratis, juga dilakukan sensus

kesehatan secara berkala untuk mengetahui perkembangan hasil yang telah dicapai. Di

sekolah-sekolah dilakukan imunisasi rutin oleh pihak Puskesmas, juga seringkali dilakukan

penyuluhan kesehatan di balai desa. Bagaimanakah menghilangkan stigma i buruk tersebut

dan menempatkan masyarakat Pulau Mandangin sejajar dengan masyarakat luar?

Beberapa hal yang perlu dihatikan sebagai berikut:

POLA-POLA PRILAKU MASYARAKAT

Pola Prilaku Positif

a. Pelaut yang handal

Masyarakat Pulau Mandangin adalah pelaut yang handal dan suka bekerja keras,

tidak jarang mereka melaut berhari-hari sampai ke luar Madura untuk memperoleh

penghasilan yang cukup. Biasanya mereka membentuk satu tim dalam satu rombongan

kapal yang besar dengan peralatan yang dirancang sebagai teknologi tepat guna. Tidak

jarang pula yang hanya melaut sendirian dengan kapal kecil yang hanya dilengkapi oleh

mesin sederhana atau lasim disebut dengan mesin “tempel”.

Kebiasaan tersebut juga melahirkan percampuran budaya antara masyarakat

pulau yang ada di sekitar perairan selat Madura maupun selat Jawa. Hal ini memberikan

dampak positif bagi perkembangan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat, terutama

dalam hal perekonomian di mana banyak sekali terjadi transaksi ekonomi lintas pulau. Di

samping itu, hal tersebut menguntungkan bagi masyarakat kota Sampang pada umumnya.

Lalu lintas perdagangan ikan konsumsi maupun industri banyak melibatkan masyarakat

kota.

b. Kultur agama yang kuat

Nuansa religius masih sangat kental dalam komunitas masyarakat nelayan pada

umumnya, tetapi masyarkat Mandangin lebih steril dari pengaruh luar, tidak seperti

komunitas nelayan yang ada di wilayah “daratan” yang sudah terkontaminasi. Misalkan

Page 4: Kultur Masyarakat P. Mandangin

pola berpakaian mereka masih mencitrakan muslim tradisional yang sesungguhnya

sehingga tidak sulit membedakan komunitas Mandangin dalam komunitas masyarakat

yang lebih luas. Contoh lain adalah rata-rata masyarakatnya lulusan pondok pesantren dan

tidak sedikit di antara mereka yang hafidz Qur’an (mampu membaca tanpa melihat teks).

Di samping itu rata-rata masyarakatnya sudah menunaikan ibadah haji—

bagaimanapun caranya—dan menjadi suatu kebanggan tersendiri dalam tatanan status

sosial. Melaksanakan ibadah haji adalah cita-cita yang paling ingin dicapai oleh sebagian

besar masyarakat.

c. Sistem kekerabatan

Sistem kekerabatan yang dimaksud adalah sistem kekeluargaan mereka yang masih

terikat kuat dalam himpunan keluarga-keluarga besar. Kebanyakan dari mereka masih

hidup secara berkelompok dalam satu lingkungan rumah tangga. Banyak ditemukan dari

beberapa deret rumah dihuni oleh satu ikatan keluarga sedarah ditambah oleh orang luar

yang terikat dalam perkawinan. Hal ini memunculkan suatu kebiasaan saling bergotong-

royong antara mereka dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam hajatan yang lebih besar.

Terdapat pula kebiasaan mengambil anak angkat, baik dari kerabatnya maupun dari

orang lain dengan sistem pembagian satu hasil tangkapan untuk si pengasuh. Biasanya si

anak angkat terus menerus hidup bersama orangtua angkatnya meskipun orang tua

kandungnya tinggal tidak jauh dari mereka. Kebiasaan unik tersebut dilakukan oleh

seluruh kalangan masyarakat tanpa membedakan status sosial.

Pola Prilaku Negatif

a. Minim kebersihan

Masalah ini menjadi sangat krusial ketika sudah menyangkut kepentingan

kesehatan, suka atau tidak penyebab dari buruknya kondisi kesehatan masyarakat

disebabkan oleh buruknya kesadaran terhadap pentingnya kesehatan. Hal ini penting,

mengingat ekonomi masyarakat Pulau Mandangin rata-rata sudah jauh lebih baik dan

sejatera. Tidak ada alasan bahwa buruknya prilaku hidup sehat masyarakat disebabkan

oleh keadaan ekonomi mereka.

Page 5: Kultur Masyarakat P. Mandangin

Artinya prilaku buruk tersebut lebih disebabkan oleh tingkat kesadaran yang

rendah terhadap pentingnya kesehatan. Kebiasaan menyimpang yang menyebabkan

munculnya bibit penyakit dianggap sesuatu yang wajar. Tidak ada yang melarang atau

menganggap salah ketika ada orang yang membuang sampah ke laut dan bahkan buang

“hajat” di tepian pantai sudah menjadi pemandangan yang biasa dan dilakukan oleh semua

kalangan, tua-muda, laki-laki dan perempuan. Tentu saja pemandangan itu tidak sedap dan

bahkan menjijikan, apalagi tempat tinggal mereka berderet di sepanjang bibir pantai.

Masalah MCK (mandi, cuci dan kakus) merupakan faktor utama dan mendesak

untuk segera diselesaikan. Sudah saatnya masyarakat Pulau Mandangin sadar bahwa di

samping membuat rumah yang layak huni juga tidak kalah pentingnya memperhatikan

MCK demi menjaga kesehatan bersama. Seharusnya tidak perlu terjadi ironisasi di mana

sebuah rumah besar dan tergolong cukup bagus tidak memiliki fasilitas yang sangat fital

tersebut.

b. Minim kesadaran hukum

Penting untuk diketahui oleh seluruh masyarakat bahwa mereka hidup dalam

negara hukum sehingga apapun yang dilakukan dalam kontek bernegara dan bermsyarakat

tidak bisa lepas dari peraturan hukum yang bersifat mengikat. Fakta yang terjadi dan

dianggap sesuatu yang wajar adalah beredarnya barang-barang ilegal di tengah-tengah

masyarakat, bahkan memiliki nilai bisnis yang tidak kecil. Bagaimana tidak prihatin jika

kenyataan Pulau yang hanya berjarak sepenggal dari kota Sampang itu menjadi sarang

penggelapan barang-barang haram?

Kadangkala minimnya kesadaran hukum masyarakat tersebut juga dimanfaatkan

oleh pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan. Tidak jarang transaksi ilegal

sering terjadi terang-terangan di dalam kota untuk selanjutnya dibawa ke Pulau

Mandangin. Memang, masalah ini tidak bisa dipandang sepihak, tetapi bagaimanapun

tingkat kesaadaran masyarakatlah yang menentukan apakah mereka mau atau tidak

menaati hukum.

Page 6: Kultur Masyarakat P. Mandangin

c. Praktek klenik dan perdukunan

Salah satu ciri dari masyarakat terbelakang adalah percaya terhadap mitos dan

tahayul. Mereka lebih mengedepankan kepercayaan terhadap klenik dan perdukunan

daripada logika dan nalar sehat. Sebenarnya keadaan semacam itu merupakan manifestasi

dari ketidak berdayaan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan hidup yang rumit.

Mereka lebih memilih jalan pintas dan percaya terhadap kabar angin tanpa pertimbangan

logika yang sehat.

Praktek klenik dan perdukunan di Pulau Mandangin tidak sekedar upaya alternatif

ketika menemui jalan buntu tetapi menjadi pilihan utama dan sekaligus menjadi

stigmatisasi yang semakin memperburuk keadaan. Pulau Mandangin selalu identik dengan

sihir, santet, teluh dan sejenisnya. Padahal kenyataan yang terjadi hanya sekedar kabar

burung, hanya desas-desus yang kemudian berkembang luas di tengah-tengah masyarakat

bahkan meluas ke luar wilayah. Tidak jarang keadaan ini berakibat fatal ketika masyarakat

terprovokasi oleh isu, kemudian main hakim sendiri. Banyak kasus penyerangan dan

pembantaian oleh massa yang dilatarbelakangi oleh isu yang tidak jelas sumbernya.

d. Minim pendidikan

Pendidikan merupakan kunci dari segala permasalahan. Dapat dipastikan jika

tingkat pendidikan suatu masyarakat tinggi, maka tingkat kesadaran mereka terhadap

tatanan normatif kehidupan juga menjadi tinggi dan sebaliknya. Pemerintah sudah

berupaya keras untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan di Pulau

Mandangin. Terhitung sembilan sekolah dasar negeri, satu sekolah menengah negeri dan

satu SLTA swasta serta program-program informal terus diberdayakan. Belum lagi

pendirian yayasan-yayasan pendidikan yang juga didanai oleh pemerintah serta yayasan

pendidikan informal yang juga mendapatkan bantuan yang tidak sedikit, begitupula

pemberanasan buta huruf dan kejar paket terus digalakkan. Tetapi sampai saat ini segala

upaya tersebut belum mampu mendongkrak kesadaran masyarakat terhadap tuntutan

jaman yang makin terbuka.

Kenyataan ini memang terasa pahit, terutama bagi para guru yang mengabdi di

Pulau Mandangin. Meskipun bukan berarti upaya mereka sia-sia, tetapi fakta berbicara

bahwa keadaan masyarakat masih jauh dari yang diharapkan. Kesadaraan masyarakat

Page 7: Kultur Masyarakat P. Mandangin

terhadap pentingnya pendidikan masih belum terbentuk. Dikotomi sekolah agama

(pesantren) dan sekolah umum masih menjadi pemehaman yang perlu diluruskan. Lebih

dari 70 % lulusan SD melanjutkan ke pesantren, menikah atau berhenti samasekali,

sisanya melanjutkan ke SMP. Artinya perlu ditingkatkan lagi upaya-upaya yang mengarah

kepada hal-hal yang bersifat praktis daripada teoritis. Hal-hal yang lebih memiliki nilai

manfaat dan langsung dirasakan oleh masyarakat bahwa pendidikan itu penting dalam

kehidupan sehari-hari dan bukan alat untuk mencari kerja.

UPAYA MENGANGKAT CITRA DAN MARTABAT

Masalah ini adalah masalah bersama, baik pemerintah maupun masyarakat. Dalam

hal ini tidak mungkin terjadi perbaikan jika tidak terjadi sinergi antara keduanya.

Pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh pendidikan dan masyarkat awam harus

bekerjasama. Perlu diperhatikan bahwa pondasi menuju masyarakat yang bermartabat

sekarang sudah terbentuk. Jumlah anak masuk sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang

lebih tinggi tiap tahun semakin bertambah. Terlepas apakah latar belakang motifasi

mereka melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yang penting kwantitas lulusan SMA dan

yang sederajat semakin bertambah, tinggal bagaimana memoles kwalitasnya. Hal tersebut

merupakan modal dasar yang sangat baik dan cukup untuk membangun sebuah tatanan

masyarakat yang berbudaya dan berwawasan nasional, tinggal bagaimana pendidikan

dijadikan sebagai pola hidup masyarakat secara lebih luas tanpa meninggalkan prilaku

yang agamis.

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam pasal 3 UU No. 20

tahun 2003, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

*Penulis adalah guru SDN P. Mandangin Sedang menyelesaikan Program Masteral

di Ateneo deNaga University The Philippines