poli kultur

23
SISTEM PERTANIAN TERPADU POLIKULTUR SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANIAN BERKELANJUTAN Disusun Oleh : YOGA ANUNG ANINDITA (H0711113) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI TAHUN 2013

Upload: febriandaru

Post on 11-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bbbbbb

TRANSCRIPT

Page 1: Poli Kultur

SISTEM PERTANIAN TERPADU

POLIKULTUR SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANIAN BERKELANJUTAN

Disusun Oleh :

YOGA ANUNG ANINDITA (H0711113)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

TAHUN 2013

Page 2: Poli Kultur

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan

culture berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman

lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu

tahun. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman ini bisa dalam satu waktu

atau juga bisa dalam beberapa waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu

waktu contohnya adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah

dalam satu lahan dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu misalnya

penanaman padi pada musim pertama kemudian dilanjutkan penanaman

jagung pada musim kedua. 

Pemilihan pola polikultur dipengaruhi oleh aspek lingkungan dan juga

sosial ekonomi masyarakat pelaku usaha tani. Aspek lingkungan yang paling

berpengaruh adalah ketersiediaan air. Umumnya, pada daerah pertanian yang

curah hujan tidak merata sepanjang tahun dan irigasi teknis tidak tersedia,

pola yang digunakan adalah pola polikultur. kebutuhan air untuk setiap jenis

tanaman sangat beragam. Curah hujan yang tidak merata mungkin tidak akan

mencukupi kebutuhan air untuk tanaman yang membutuhkan banyak air

seperti padi. Untuk meminimalisir gagal panen, maka pada musim di mana

hujan sangat minim, lahan ditanami dengan tanaman yang hanya

membutuhkan sedikit air, seperti jagung atau kacang hijau. 

Dari sisi sosial ekonomi masyarakat, polikultur umunya

merupakan pola tanam yang banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan

yang tujuan usaha taninya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri

(subsisten). Pada sistem sosial yang demikian, terdapat kecenderugan bahwa

yang paling penting adalah tetap memperoleh hasil panen daripada

mendapatkan keuntungan secara ekonomi. Menanam lebih dari satu jenis

tanaman menjadi semacam penjamin untuk tetap mendapatkan hasil panen.

Ketika salah satu komoditas tidak bisa dipanen, maka masih ada komoditas

Page 3: Poli Kultur

yang lain yang bisa dipanen. Efisiensi penggunaan lahan juga digunakan

sebagai alasan untuk bertanam secara polikultur. Pada komoditas tanaman

yang jarak tanamnya renggang, masih ada ruang-ruang kosong diantara baris

pertanaman yang belum termanfaatkan. Polikultur merupakan usaha untuk

memanfaatkan tanah-tanah kosong tersebut. 

Selain efisiensi penggunaan lahan dan diperolehnya hasil panen yang

beragam, pola tanam polikultur juga memiliki beberapa keuntungan. Yang

pertama, polikultur merupakan usaha untuk mengurangi ledakan populasi

organism pengganggu tanaman. Tanaman yang beragam dalam satu lahan

membuat hama dan penyakit tidak focus menyerang pada satu komoditas,

akibatnya, organism pengganggu akan mudah dikendalikan dan tidak

mengalami ledakan. Selain itu, seringkali, suatu tanaman dapat mengusir

keberadaan hama untuk tanaman lain, misalnya adalah bawang daun yang

dapat mengusir hama aphid dan ulat pada tanaman kubis. 

Selanjutnya, polikultur seringkali mampu menambah kesuburan tanah

secara alami sehingga meningkatkan hasil komoditas utamanya. Misalnya,

penanaman kacang-kacangaan di sela-sela penanaman jagung dapat

meningkatkan kandungan N dalam tanah karena kacang-kacangan mampu

memfiksasi nitrogen dari udara. Dengan demikian, hasil tanaman jagung

dapat meningkat. 

Selain terdapat beberapa keuntungan, pola tanam polikultur juga

memiliki beberapa kelemahan. Dengan semakin banyaknya populasi tanaman

dalam satu lahan, maka persaingan tanaman utnuk mendapatkan hara dan

faktor pertumbuhan lainnya juga akan semakin tinggi. Kompetisi yang tinggi

tidak jarang juga dapat mengurangi hasil tanaman. Semakin banyak tanaman

menyebabkan semakin banyak Janis hama yang menyerang. Dengan

demikian, pengendalian hama akan menjadi semakin sulit, walaupun tidak

sampai menyebabkan ledakan populasi hama. Keanekaragaman tanaman juga

akan mengurangi efisiensi dalam melakukan perawatan sehingga diperlukan

lebih banyak tenaga kerja. 

Page 4: Poli Kultur

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan jenis polikultur?

2. Apa Keuntungan dan kelemahan teknik polikultur?

3. Faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam polikultur?

4. Bagaimana keterkaitan antara polikultur dan Pertanian Berkelanjutan?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dan jenis polikultur

2. Mengetahui Keuntungan dan kelemahan teknik polikultur

3. Mengetahui factor-faktor yang harus diperhatikan dalam polikultur

4. Mengetahui keterkaitan antara polikultur dan Pertanian Berkelanjutan

Page 5: Poli Kultur

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan jenis polikultur

Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan

culture berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman

lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu

tahun. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman ini bisa dalam satu waktu

atau juga bisa dalam beberapa waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu

waktu contohnya adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah

dalam satu lahan dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu misalnya

penanaman padi pada musim pertama kemudian dilanjutkan penanaman

jagung pada musim kedua. 

Dalam hal ini, jenis pola tanam polikultur di bagi kedalam beberapa

jenis. Jenis jenis pola tanam polikultur terbagi menjadi  ke dalam beberapa

pola tanam, di antaranya sebagai berikut :

1. Tumpang sari (Intercropping)

Pengertian Tumpangsari adalah pola penanaman lebih dari satu

jenis tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam

pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem

tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman

pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif

dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat

mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma

Keuntungan tumpang sari adalah sebagai berikut:

a. Dapat mencegah dan mengurangi pengangguran musim

b. Mampu memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani

c. Adanya pengolahan tanah yang minimal sehingga tidak banyak

membuang tenaga, waktu dan fikiran

d. Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai

tambah.

Page 6: Poli Kultur

e. Mampu mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen,

dapat diperoleh tanaman yang satu lagi.

Dalam budidaya pertanian, salah satu jenis tanaman yang dapat

dijadikan sebagai tanaman sela pada tanaman jagung adalah tanaman

kedelai. Tanaman jagung dan kedelai memungkinkan untuk ditumpangsari

karena tanaman jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara kedelai

dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas akibat adanya bintil akar pada

kedelai yang di sebabkan oleh bakteri rhizobium ( bakteri pengikat N ),

sehingga kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan

nitrogen pada tanaman kedelai.

Tanaman Jagung dan kedelai yang ditanam secara tumpang sari

akan terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar

matahari. Sehingga pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk sangat

penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut.

2. Tumpang gilir (Multiple Cropping)

Pola tanam ini dapat dilakukan secara beruntun sepanjang tahun

dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan

maksimum.

Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja,

biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai

akibat terlalu sering diolah dapat dihindari

b. Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal

dan meningkatkan produktivitas lahan

c. Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas

d. Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu

mencegah terjadinya erosi

e. Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu

mencegah terjadinya erosi

f. Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai

pupuk hijau

Page 7: Poli Kultur

Sebagai contoh adalah tanaman  jagung muda, padi gogo, kedelai,

kacang tanah, dll.

3. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)

Pengertian tanaman bersisipan (Relay Cropping) adalah pola tanam

dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman

pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda).

Pada umumnya tipe ini dikembangkan untuk mengintensifikasikan lahan.

Dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan sesuatu produk

pangan semakin tergali. Oleh karena itu pengelola dituntut untuk semakin

jeli menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai

ekonomisnya dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan.

Sebagai contoh adalah tanaman jagung yang disisipkan di antara tanaman

kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.

4. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping )

Pengertian pola tanam tanaman campuran ( Mixed Cropping ) adalah pola

tanam atau  penanaman yang terdiri  dari beberapa tanaman dan tumbuh

tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu.

Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Sebagai

contoh adalah tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

5. Tanaman bergiliran (Sequential Planting)

Pengertian tanaman bergiliran ( Sequintial Planting ) adalah pola tanam

atau penanaman dengan dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan

secara bergiliran. Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru

ditanam tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut. 

6. Penanaman Lorong

Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada

suatu lahan dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan

atau lorong tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan.

B. Keuntungan dan kelemahan teknik polikultur

Setelah di uraikan lebih dalam dan mendetail tentang berbagai jenis

pola tanam dalam budidaya pertanian, perlu di ketahui bahwa pola tanam

Page 8: Poli Kultur

monokultur dan polikultur masing masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan dan kekurangan pola tanam monokultur dan

polikultur akan di sajikan dalam tabel seperti di bawah ini :

Tumpang sari Monokultur

Akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga

kerja, pemanfaatan lahan maupun

penyerapan sinar matahari),

Populasi tanaman (berbeda) dapat di atur

sesuai yang dikehendaki

Dalam satu areal diproduksi lebih dari satu

komonitas

Tetap mempunyai peluang mendapatkan

hasil manakala satu jenis tanaman yang

diusahakan gagal

Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat

menciptakan beberapa jenis tanaman dapat

menciptakan stabilitas biologis sehingga

dapat menekan serangan hama dan

penyakit serta mempertahankan

kelestarian sumber daya lahan dalam hal

ini kesuburan tanah.

Tidak terjadi peningkatan efisiensi

Tidak dapat mengatur populasi,

karena hanya terdapat satu jenis

Hanya memproduksi satu komonitas

Tidak ada peluang bila satu jenis

tanaman yang diusahakan gagal

Kombinasi beberapa jenis tanaman

dapat menciptakan beberapa jenis

tanaman dapat menciptakan

stabilitas biologis sehingga dapat

menekan serangan hama dan

penyakit serta mempertahankan

kelestarian sumber daya lahan dalam

hal ini kesuburan tanah.

Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan

beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut :

a. Mengurangi serangan OPT

Budidaya monokultur dapat menyebabkan agroekosistem menjadi

tidak stabil. Ketidakstabilan agroekosistem masih dapat diperbaiki dengan

Page 9: Poli Kultur

menambahkan keragaman tanaman pada suatu pertanaman dan lanskap

(Gillesman, 1999) yang disebut sebagai rekayasa ekologi (ecological

engineering). Keragaman tanaman yang tinggi dapat menciptakan

interaksi dan jaring-jaring makan yang mantap dalam suatu agroekosistem.

Keragaman tanaman dalam suatu agroekosistem merupakan konsep dasar

dalam pengendalian hayati (Noris dan Kogan 2006).

Peningkatan keragaman tanaman pada suatu agroekosistem dapat

dilakukan melalui praktek budidaya dengan sistem tumpangsari,

agroforestry atau dengan menggunakan tanaman pelindung atau penutup

tanah. Praktek budidaya ini telah umum dilakukan pada sistem pertanian

di Indonesia. Pada tanaman perkebunan, kapas selalu ditanam secara

tumpangsari dengan palawija (jagung, kedelai, kacang tanah atau kacang

hijau). Pada suatu agroekosistem dengan keragaman tanaman yang tinggi,

akan mempunyai peluang adanya interaksi antar spesies yang tinggi,

sehingga menciptakan agroekosistem yang stabil dan akan berakibat pada

stabilitas produktivitas lahan dan rendahnya fluktuasi populasi spesies-

spesies yang tidak diinginkan (van Emden dan Williams 1974). Pada

pertanaman kapas yang ditumpangsarikan dengan kedelai, dilaporkan

mempunyai keragaman spesies parasitoid telur penggerek buah kapas

Helicoverap armigera yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada

pertanaman kapas monokultur (Lusyana 2005). Keragaman spesies

parasitoid telur yang lebih tinggi berakibat pada peningkatan kontribusi

mortalitas H. armigera oleh faktor mortalitas biotiknya.

Penambahan keragaman tanaman dalam program pengendalian

hama telah banyak dilakukan. Penambahan keragaman tersebut ditujukan

untuk meningkatkan populasi predator, misalnya dengan tata tanam strip

cropping kapas dengan sorgum (Slosser et al 2000). Tanaman kedelai yang

ditumpangsarikan dengan kapas dilaporkan dapat menarik predator, seperti

Kepik Mirid (Nabis spp.), kepik bermata besar (Geocoris spp.) dan laba-

laba (Anderson dan Yeargan 1998).

Page 10: Poli Kultur

Peningkatan keragaman vegetasi melalui sistem tanam tumpangsari

merupakan praktek budidaya yang mudah diterima oleh petani. Walaupun

demikian, pemilihan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan

sistem tanam yang tepat perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan

produktivitas lahan yang optimal dan mempunyai keuntungan sosial dan

ekonomi yang sesuai dengan lokasi setempat (spesifik lokasi). Penerapan

sistem tumpangsari hendaknya tidak menurunkan produksi secara nyata

dari tanaman-tanaman yang dipadukan. Oleh karena itu diperlukan

pengetahuan tentang pengaturan jarak tanam, populasi tanaman, serta

umur panen untuk diterapkan dengan mempertimbangkan aspek

pengendalian hama dan produktivitas lahan yang optimal.

Dalam program pengendalian hama, penambahan keragaman

vegetasi bukan merupakan suatu strategi pengendalian yang dapat berdiri

sendiri (standalone tactic) dalam menyelesaikan masalah hama yang ada.

Teknik-teknik pengendalian hama yang penekanannya adalah

pengendalian ramah lingkungan dengan pemanfaatan sumberdaya alam

yang telah ada untuk menuju sistem pertanian yang berkelanjutan, perlu

dikembangkan. Teknikteknik tersebut difokuskan pada optimalisasi peran

musuh alami sebagai faktor mortalitas biotik bagi serangga hama atau

sebagai penghambat perkembangan patogen penyakit. Misalnya bawang

daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena

mengeluarkan bau allicin.

b. Menambah kesuburan tanah, misalnya dengan menanam kacang-kacangan

kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri

Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Contoh lain dengan menanam

yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal

ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya

akan lebih gembur.

c. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini

dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT.

Page 11: Poli Kultur

d. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis

tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan

karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga

komoditas lainnya.

Akan tetapi, sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan

terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya

adalah :

a. Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.

b. Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak

atau beragam.

c. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.

C. Faktor yang perlu diperhatikan dalam Polikultur

Dalam penanaman sistem polikultur ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam dalam

penerapannnya yaitu :

1. Kebutuhan sinar matahari, pemilihan jenis tanaman yang tinggi, rindang,

berdaun lebat dan membutuhkan sinar matahari lama dengan jenis

tanaman yang pendek dan tidak membutuhkan sinar matahari lama atau

perlu naungan. Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk

menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal

mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar

tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar

tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan

cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa)

dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan.

2. Kebutuhan unsur hara, adanya jenis tanaman yang membutuhkan sedikit

unsur N dan jenis tanaman yang membutuhkan banyak unsur N dan ada

jenis tanaman yang mampu mengikat unsur N dari udara yaitu tanaman

kacang-kacangan. Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini

dimaksudkan untuk menghindari persiangan (penyerapan hara dan air)

pada satu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari

Page 12: Poli Kultur

sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai

perakaran relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif

dangkal. Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk

menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal

mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar

tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. 

3. Sistem perakaran, adanya jenis tanaman yang memiliki perakaran di

dalam tanah yang dalam, dangkal, melebar dan lainnya. Jika sudah

mengenali pola penanaman terutama pola tanam polikultur, mari memulai

untuk menerapkannya dan semoga ulasan di atas sedikit banyak berguna

bagi kita.

4. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman

sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama

pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan

produksi secara optimal. Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini

dimaksudkan untuk menghindari persiangan (penyerapan hara dan air)

pada satu petak lahan antar tanaman.

5. Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi

resiko serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari.

Sebaiknya ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun

penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit

tanaman lain yang ditumpangsarikan.

D. Keterkaitan Polikultur dengan Pertanian Berkelanjutan

Pertanian berlelanjutan menitikberatkan pada penggunaan sumber

daya yang efektif dan efisien tanpa mengganggu lingkungan. Pertanian

berkelanjutan diharapkan dapat menjadikan keseimbangan lingkungan

tercapai. Penggunaan sumber daya dari alam diutamakan untuk

mengurangi kerusakan lingkungan.

Teknik polikultur dapat dikatan sebagai bagian dari pertanian

berkelanjutan. Pengendalian hama yang menggunakan pergiliran tanaman

Page 13: Poli Kultur

dan pengurangan masukan unsur hara dapat menjadi alas an polikultur

termasuk pertanian berkelanjutan.

Page 14: Poli Kultur

BAB III

KESIMPULAN

Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan

culture berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman lebih

dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun.

Penanaman lebih dari satu jenis tanaman ini bisa dalam satu waktu atau juga bisa

dalam beberapa waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu waktu contohnya

adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah dalam satu lahan

dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu misalnya penanaman padi pada

musim pertama kemudian dilanjutkan penanaman jagung pada musim kedua. 

Dalam hal ini, jenis pola tanam polikultur di bagi kedalam beberapa

jenis. Jenis jenis pola tanam polikultur terbagi menjadi  ke dalam beberapa pola

tanam, di antaranya sebagai berikut : Tumpang sari (Intercropping), Tumpang

gilir (Multiple Cropping), Tanaman Bersisipan (Relay Cropping), Tanaman

Campuran ( Mixed Cropping ), Tanaman bergiliran (Sequential Planting),

Penanaman Lorong

Beberara keuntungan polikultur adalah Mengurangi serangan OPT, Menambah

kesuburan tanah, Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, Memperoleh

hasil panen yang beragam. Teknik polikultur dapat merupakan bagian dari

pertanian yang berkelanjutan terutama jika dilihat dari aspek pengendalian hama

dan siklus unsur hara.

Akan tetapi, sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan

terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya adalah :

a. Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.

b. Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau

beragam.

c. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.

Dalam penanaman sistem polikultur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam dalam penerapannnya yaitu :

Kebutuhan sinar matahari, kebutuhan unsur hara, Sistem perakaran, ketersediaan

air, Antisipasi adanya hama penyakit

Page 15: Poli Kultur

DAFTAR PUSTAKA

Ajibefun, I.A., Battese, G.E., Daramola: Determinants Of Technical Effi ciency In Smallholder Crop Farming In Oyo State. Nigeria. Quarterly Journal of International Agriculture(2002) 41(3):226-240.

Anderson, A. C. dan Yeargan, K. V. 1998. Influence of soybean canopy closure on predator abundances and redation on Helicoverpa zea (Lepidoptera: Noctuidae) eggs. Environmental Entomology 27: 1488-1495.

Gillesman, S. R. 1999. Agroecology: Agroecological Processes in Agriculture. Ann Arbor Press, Michigan.

Lusyana, N. R. 2005. Keragaman parasitoid telur Helicoverpa armigera pada tanaman kapas (Gossypium irsutum L.) monokultur dan tumpangsari di Asembagus, Kabupaten Situbondo. Skripsi, Universitas Negeri Malang.

Noris, R. F. dan Kogan, M. 2006. Ecology of interactions between weeds and arthropods. Annual Review of Entomology 50: 479 – 503.

Nweke, F. New Challenges In The Cassava Transformation In Nigeria And Ghana. EPTD Discussion Paper No. 118. Environment And Production Technology Division(2004) .International Food Policy Research Institute 2033 K Street, NW. Washington, D.C. 2006 USA.

Ogunsumi, L.O, S.O. Ewuola and A. G Daramola. Socio-economic impact assessment of maize production technology on farmers’ welfare in Southwest, Nigeria. Journal of Central European Agriculture ( 2005) .6 (1): 15-26

Slosser,J. E., Parajulee, M. N. and Bordovsky, D. G. 2000. Evaluation of food sprays and relay strip crops for enhancing biological control of bollworms and cotton aphids in cotton. International-Journal-of-Pest-Management 46: 267-275.

Van Emden, H.F. and Williams, G. F. 1974. Insect stability and diversity in agroecosystems. Annual Review of ntomology 19: 455 – 475.