kultur feses

26
Pemeriksaan Feses Ns. Lia Mulyati, M.Kep

Upload: ayip-syarifudin-nur

Post on 17-Feb-2016

268 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

p

TRANSCRIPT

Page 1: Kultur Feses

Pemeriksaan FesesNs. Lia Mulyati, M.Kep

Page 2: Kultur Feses

Pengertian Feses Feses adalah sisa makanan yang telah dicerna dan

belum dicerna oleh usus yang dikeluarkan tubuh dalam bentuk benda padat.

Pada keadaan abnormal atau adanya kelainan di dalam saluran cerna, feses dapat menunjukkan perubahan bentuk serta hasil pemeriksaan yang abnormal.

Maka dari itu feses dapat dijadikan salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.

Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit

Page 3: Kultur Feses

Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksaan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis.

Sehingga feses merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi.

Page 4: Kultur Feses

Spesimen FecesPemeriksaan feses dilakukan untuk:

◦ Melihat ada tidaknya darah.◦ Analisa produk diet dan sekresi saluran cerna◦ Mendeteksi telur cacing dan parasit..◦ Mendeteksi virus dan bakteri.

Sebelum pengambilan spesimen, perawat perlu mengingatkan klien akan hal-hal berikut:◦ Defekasi pada bedpan yang bersih◦ Bila memungkinkan, spesimen tidak terkontaminasi

dengan urin atau darah menstruasi◦ Jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah

defekasi karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan

Page 5: Kultur Feses

Bahan pemeriksaan feses sebaiknya berasal dari defekasi spontan,

Feses hendaknya diperiksa dalam keadaan segar

Untuk pemeriksaan feses, wadah yang sebaiknya ialah yang terbuat dari kaca.

Kalau konsistensi feses keras, dos karton berlapisan parafin juga boleh dipakai dan wadah harus bermulut lebar.

Jika akan memeriksa feses, pilihlah selalu sebagian dari feses itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan, umpamanya bagian yang bercampur darah atau lendir, dsb

Page 6: Kultur Feses

Cont…..Hasil pemeriksaan mikroskopik

tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda◦ negatif (-) , ◦+, ◦++, ◦+++ saja.

Page 7: Kultur Feses

Pemeriksaan FesesPemeriksaan feses dibagi

menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu ◦pemeriksaan makroskopis, ◦mikroskopis ◦kimia.

Page 8: Kultur Feses

Pemeriksaan MakroskopisPemeriksaan makroskopis terdiri

dari ◦Pemeriksaan jumlah, ◦pemeriksaan warna, ◦pemeriksaan bau, ◦pemeriksaan konsistensi, ◦pemeriksaan lendir, ◦pemeriksaan darah, pemeriksaan

nanah, ◦pemeriksaan adanya sisa makanan.

Page 9: Kultur Feses

Pemeriksaan Kimia & MikroskopisPemeriksaan kimia meliputi

pemeriksaan darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin.

Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap protozoa, telur cacing, epitel, kristal, makrofag, amilum, lemak, sel ragi, dan jamur selain itu juga leukosit, eritrosit apabila ada perdarahan

Page 10: Kultur Feses

Alasan paling umum pengujian feses adalah untuk menentukan apakah ada satu jenis bakteri atau parasit yang menginfeksi usus.

Banyak organisme sangat kecil yang hidup di dalam usus. Hal ini normal saja karena organisme ini memang diperlukan untuk pencernaan. Tetapi, kadang usus dapat terinfeksi oleh bakteri atau parasit jahat yang menjadi penyebab beberapa macam kondisi seperti diare berdarah.

Jika begitu, mungkin akan diperlukan pemeriksaan terhadap feses di bawah mikroskop, membiakkannya (kultur), dan melakukan tes-tes lain untuk mencari penyebab dari masalah yang terjadi.

Page 11: Kultur Feses

Syarat pengumpulan feces Syrat pengumpulan feses:

◦Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30–40 menit sejak dikeluarkan.

◦Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es. ◦Ada 2 metode pengawetan tinja sebagai bahan

pemeriksaan parasitologi, yaitu: 1. Pengawetan kimiawi : Pengawet formalin 10% Yang

dapat diawetkan : kista protozoa, telur dan tempayak Helminthes, Lebih baik dipertahankan pada suhu 60oC agar telur tidak terus bertumbuh. Pengawet M.I.F(Merthiolate Iodine Formaldehyde/Formalin)

2. Pengawetan fisis Pada pengawetan metode ini, tinja diawetkan dalam lemari es dengan suhu 2-6 derajat Celsius

Page 12: Kultur Feses

Cara Pengambilan SpesimenPasien dilarang menelan barium,

bismuth, dan minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.

Paling baik dari defekasi spontan (boleh menggunakan pencahar) atau Rectal Toucher (pemeriksaan tinja sewaktu)

Page 13: Kultur Feses

Alur pemeriksaanpengumpulan bahan

Pemeriksaan, pengiriman dan pengawetan bahan tinja, pemeriksaan tinja, serta pelaporan hasil pemeriksaan.

Mengambil sediaan feses : Tidak seperti kebanyakan tes laboraturium lain, dapat dilakukan oleh keluarga

Page 14: Kultur Feses

Alat pengumpul ini dapat dengan cepat diletakkan di atas toilet atau di dubur anak untuk mengambil feses. Menggunakan alat pengumpul seperti ini dapat mencegah feses terkontaminasi oleh air atau kotoran lain. Jika feses terkontaminasi dengan urin maka pengambilan contoh feses perlu diulang

Mengambil feses yang sudah masuk ke dalam toilet tidak memberikan sediaan tinja yang bersih untuk dianalisa

Page 15: Kultur Feses

Koleksi sample feses Minta pasien untuk mengeluarkan sampel tinja

langsung ke karton atau cangkir plastik bertutup. - Sekitar 20-40 gram

Menelan obat (Tetrasiklin, sulfonamid,antiprotozoal agen, pencahar, antasida, minyak jarak, hidroksida magnesium, barium sulfat, senyawa kaolin bismut dan garam hipertonik dll) sebelum koleksi feses dapat mengganggu deteksi parasit.

Semua spesimen harus diberi label dengan nama pasien, usia, jenis kelamin, dan tanggal pengumpulan.

Spesimen harus mencapai laboratorium dalam waktu 30 menit karena trofozoit amuba mati dan menjadi sulit dikenali setelah itu.

Page 16: Kultur Feses

Kesalahan dalam pemeriksaan fesesKesalahan-kesalahan yang mungkin

terjadi dalam pemeriksaan feses diantaranya adalah : ◦Kesalahan pemeriksa/praktikan (human

error) ◦Kesalahan yang termasuk antara lain

kesalahan saat melakukan pemeriksaan/melaksanakan praktikum, kesalahan dalam menggunakan alat dan bahan, dan kesalahan dalam pengambilan feses.

Page 17: Kultur Feses

Cont…kesalahan…Kesalahan saat awal pengambilan feses

yakni kesalahan saat pengambilan feses dari manusia/hospes, apakah diambil pada tempat pembuangan/kloset atau tidak langsung dari perianal, apakah tercampur dengan urin.

Kesalahan penyimpanan feses Kemungkinan kesalahan saat proses penyimpana feses tidak dalam suhu rendah dan ruangan yang tidak steril.

Page 18: Kultur Feses

Karakteristik FesesTinja normal mempunyai konsistensi

agak lunak dan berbentuk. Tinja yang cair seperti bubur atau

tajin selalu patologis. Juga lembek seperti spon dapat mengandung protozoa blastocyste, yeast sel dll.

jika disertai lendir dan darah menunjukkan adanya amoebiasis, thypus abdominalis, cholera. Jika cair seperti tajin dijumpai pada penyakit cholera.

Page 19: Kultur Feses

Cont…karakteristikTinja yang keras atau skibala

didapatkan pada konstipasi disebabkan karena absorbs cairan yang meningkat, intake cairan yang tidak adekuat atau karena defekasi ditahan.

Cair dan bergas dijumpai pada gastroenteritis oleh Salmonella dll.

Feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan malabsorpsi usus.

Jika seperti adonan tepung disebabkan karena lemak yang berlebihan.

Page 20: Kultur Feses

Warna TinjaNormal berwarna kuning coklat Selain urobilin warna tinja dipengaruhi

oleh berbagai jenis makanan, juga dipengaruhi oleh kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan.

Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

Page 21: Kultur Feses

Cont…warna fesesKelabu mungkin Feses disebabkan karena

tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.

Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.

Page 22: Kultur Feses

Cont..Warna Tinja Tinja yang berwarna merah dapat disebabkan oleh

perdarahan yang segar dibagian distal atau kaudal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.

Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik.

Sedangkan warna hitam seperti teer dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena ataupun akibat perdarahan usus dibagian atas.

Faeces yang berwarna abu-abu sampai putih seperti dempul atau tak berwarna menunjukkan tentang adanya sesuatu kelainan penyakit hati atau saluran empedu tersumbat

Page 23: Kultur Feses

Bau Bau Indol, skatol, H2S (asam butirat)

menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi

pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman dan ini disebabkan adanya peradangan disentri baciler.

Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian (fermentasi) zat-zat gula yang tidak dicerna seperti pada diare.

Bau amis dikarenakan penderita mengalami askariasis. Selain itu konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.

Page 24: Kultur Feses

Darah dan Nanah Perhatikan apa darah itu segar (merah muda), cokelat, atau

hitam dan apakah bercampur-baur atau hanya di bagian luar tinja saja??

Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan semakin proksimal terjadi perdarahan maka, warna merah tersebut akan semakin menghitam warnanya pada tinja tersebut.

Warna hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.

Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Pemeriksaan Nanah Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah

Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon, Fistula colon sigmoid, Lokal abses

Page 25: Kultur Feses

Parasit Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.

Sisa makanan Secara makroskopis, sisa makanan dapat dilihat berupa serat atau sayur yang tidak tercerna.

Page 26: Kultur Feses

Pemeriksaan Mikroskopi Pemeriksaan mikroskopik meliputi

pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal makrofag, sel ragi dan sisa makanan.

Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa (terutama amoeba) dan telur cacing.

Sediaan hendaknya tipis agar unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal, meskipun begitu selalu akan dijumpai unsur-unsur yang telah rusak sehingga sukar/tidak mungkin lagi diidentifikasi