kuch-kuch hota hai dan pendidikan …eprints.ulm.ac.id/359/1/kuch-kuch hota hai dan...

16
KUCH-KUCH HOTA HAI DAN PENDIDIKAN PERDAMAIAN (KAJIAN CULTURAL STUDIES) (Orasi Ilmiah Disampaikan pada Inaugurasi Mahasiswa Baru Pascasarjana Unlam yang Dilaksanakan Tanggal 1 September 2012) OLEH DR. M. RAFIEK, S. PD., M. PD. Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2012

Upload: phungthien

Post on 06-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

KUCH-KUCH HOTA HAI DAN PENDIDIKAN PERDAMAIAN

(KAJIAN CULTURAL STUDIES)

(Orasi Ilmiah Disampaikan pada Inaugurasi Mahasiswa Baru Pascasarjana Unlam yang Dilaksanakan

Tanggal 1 September 2012)

OLEH

DR. M. RAFIEK, S. PD., M. PD.

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2012

Asalammualaikum Wr. Wb.

Yang terhormat Rektor Universitas Lambung Mangkurat

Yang terhormat Pembantu Rektor I, II, III, dan IV Universitas Lambung Mangkurat

Yang terhormat Direktur Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat

Yang terhormat Asisten Direktur I, II, dan III Program Pascasarjana Universitas Lambung

Mangkurat

Yang terhormat Dekan di lingkungan Universitas Lambung Mangkurat atau yang mewakili

Yang terhormat para ketua Program Studi Magister di lingkungan Program Pascasarjana

Universitas Lambung Mangkurat

Yang terhormat hadirin, tamu undangan, rekan sejawat, dan mahasiswa baru

Alhamdulillahirabbil alamiin

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi karena atas perkenan-Nya jualah

pada hari ini, kita bersama dapat hadir di ruangan ini dalam keadaan sehat wal afiat dan tak

kurang suatu apa. Shalawat dan salam mudah-mudahan senantiasa tercurah keharibaan

junjungan kita nabi besar Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan kerabatnya serta

pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang terhormat,

Izinkan saya dalam kesempatan yang berbahagia ini untuk menyampaikan orasi ilmiah dengan

judul “Kuch-Kuch Hota Hai dan Pendidikan Perdamaian”. Kuch Kuch Hota Hai (Sesuatu Terjadi)

adalah film romantik India yang dirilis di India dan Inggris pada tanggal 16 Oktober 1998. Kuch-

Kuch Hota Hai ditulis dan didirektori oleh Karan Johar dan dibintangi oleh Shahrukh Khan, Kajol,

Rani Mukerji, dan Salman Khan. Film ini sangat sukses di India dan di luar negeri, memenangkan

penghargaan utama dalam semua kategori termasuk the Best Film award at the 44th Annual

Filmfare Awards,[3] Lux Zee Cine Awards, Sansui Viewers' Choice Awards, Aashirwad Awards,

Bollywood Movie Awards dan the National Film Awards.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Kuch_Kuch_Hota_Hai). Kuch-Kuch Hota Hai adalah film India yang

berhasil mengangkat perfilman India menjadi dikenal oleh khalayak di seluruh dunia tak

terkecuali di Indonesia. Kuch-Kuch Hota Hai juga berhasil mengangkat bintang film India Shah

Rukh Khan dan Kajol menjadi idola baru perfilman India setelah era Amitab Bachchan dan Hema

Malini. Terkait dengan pendidikan perdamaian, film ini secara umum mengandung contoh

pendidikan perdamaian yang konkret dan bisa langsung dipahami oleh siapa saja yang

menontonnya. Susan Fountain mengenai Pendidikan Perdamaian di UNICEF terbitan Juli 1999

mengemukakan tiga definisi yang meliputi:

Pendekatan berdasar keilmuan

“Pendekatan multidisipliner akademik dan moral untuk mencari solusi bagi permasalahan-

permasalahan perang dan ketidakadilan dengan konsekuensi perkembangan institusi-institusi

dan pergerakan-pergerakan yang akan berkontribusi untuk perdamaian yang berdasar atas

keadilan dan rekonsiliasi” (COPRED, 1986)

Pendekatan berdasar keterampilan dan tingkah laku

“istilah global yang menerapkan usaha dan aktivitas untuk semua pendidikan yang mengambil

fokus kemajuan ilmu pengetahuan perdamaian dan pembangunan perdamaian dan

perkembangannya, dalam diri pembelajar, sikap-sikap toleransi dan empati dan juga dalam

kerja sama, menghindari konflik, dan penyelesaian konflik agar para pembelajar akan

mempunyai kapasitas dan motivasi, secara individual dan kelompok, untuk hidup damai dengan

yang lain” (Cremin, 1993)

Pendekatan yang menggabungkan ilmu, ketrampilan, dan tingkah laku

“Suatu proses yang menyiapkan orang muda untuk memiliki tanggung jawab global; yang

memungkinkan mereka untuk memahami kealamian dan implikasi-implikasi keadaan saling

ketergantungan global; dan membantu mereka untuk menerima tanggung jawab untuk bekerja

pada keadilan, kedamaian, dan komunitas global yang bersemangat (Reardon, 1988)

Secara umum, ketika kita berbicara mengenai pendidikan perdamaian, ada tiga aspek yang

menyusunnya, yaitu:

1. Materi

2. Proses

3. Hubungan

Swee-Hin Toh dan Virginia Cawagas, secara sederhana, membagi enam materi dasar yang

diberikan dalam pendidikan perdamaian, yaitu:

- Pendidikan untuk menghapus budaya perang dan kekerasan

- Pendidikan untuk menjunjung hak asasi manusia dan menjadi manusia yang bertanggung

jawab

- Pendidikan untuk hidup dengan adil dan penuh kasih

- Pendidikan untuk membangun solidaritas lintas kultur

- Pendidikan untuk memelihara lingkungan

- Pendidikan untuk kedamaian pribadi

Keenam materi itu diberikan dengan tujuan akhir, yaitu untuk membangun budaya perdamaian

dalam masyarakat.

Dalam pendidikan perdamaian, proses belajar itu adalah proses yang menyenangkan.

Pembelajar belajar sesuai dengan apa yang diperlukan oleh dirinya dan diarahkan untuk

membentuk pribadi yang damai.

Ada empat prinsip dasar pedagogi pendidikan perdamaian yang dikembangkan oleh Swee-Hin

Toh dan Virginia Cawagas, yaitu:

a. Holistik atau menyeluruh

b. Melalui dialog

c. Mendorong pemikiran kritis

d. Membentuk nilai-nilai perdamaian

Di dalam hubungan ini, yang perlu diperhatikan adalah kedudukan guru dan pembelajar adalah

sama dan setara. Keduanya berfungsi sebagai sumber ilmu dan keterampilan, tetapi keduanya

juga berfungsi sebagai pembelajar. Guru lebih berfungsi sebagai fasilitator dalam proses

pembelajaran ini.

Di mata Mr Tan Sri Lee Kim Yew, Ketua Cheng Ho “Multi Culture Education Trust” mengatakan

seluruh bangsa di dunia dihadapkan pada kondisi yang hampir sama, yaitu kekerasan dalam

berbagai tingkatan mulai dari keluarga, teroris, dan kekerasan dari alam.

“Dunia dalam kondisi sakit. Jika manusia sakit, maka sudah ada dokter yang siap

menyembuhkan. Tetapi apabila dunia sakit akibat kekerasan, maka satu-satunya obat yang

tepat adalah pendidikan, yaitu pendidikan perdamaian,” katanya. (Antara, 1/7) Upaya

menumbuhkan nilai-nilai perdamaian harus dimulai dari keluarga. Ini yang digalakan Mari

Alkatiri, tokoh perdamaian Timor Leste, Ia menegaskan perlunya nilai-nilai perdamaian

ditumbuhkan mulai dari lingkungan keluarga. Berdasarkan pendapat Mari Alkatiri tersebut,

kiranya film Kuch-Kuch Hota Hai mampu dijadikan tontonan sebagai contoh dalam

penumbuhan nilai-nilai perdamaian dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu, penting bagi

kita untuk mengembangkan konsep One Humanity, One Destiny, One Responsibility sebagai

filosofi dasar pendidikan perdamaian.

“Untuk menyukseskan program pendidikan damai, UNESCO mengajukan sepuluh dasar budaya

damai, sebagai berikut. (1) Terpenuhinya kebutuhan dasar, termasuk kebutuhan material,

politis, sosial, hukum, dan sebagainya, (2) Pendidikan bagi perubahan untuk meningkatkan nilai-

nilai yang menentukan tindakan manusia sehari-hari, (3) Terbebas dari mitos-mitos yang

menyebabkan manusia menghindari tanggung-jawab, (4) Demilitarisasi pertahanan: konflik

tidak harus diselesaikan dengan kekuatan militer. (5) Demistifikasi atas ancaman, (6) Feminisasi

budaya: ditandai otoritas sosial yang didominasi pria, (7) Ketidakpatuhan sebagai kebijakan:

kesadaran kritis untuk menyelesaikan konflik, (8) Menghargai identitas kultural, menghilangkan

kebijakan imperialisme dan kolonialisme, dan menghindari kecenderungan memaksakan

terbentuknya sebuah budaya semesta, (9) Mengatasi logika polarisasi blok, menerima dunia

yang plural, dan membangun toleransi, dan (10) Memberdayakan yang kecil

(http://www.um.ac.id/news/2008/12/92/).

Samsu Rizal, Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada

(UGM) Yogyakarta, memaparkan situasi pendidikan perdamaian di Indonesia baik dalam bentuk

pengajaran formal, pelatihan, dan program yang dilakukan berbagai lembaga dan organisasi

masyarakat. "Pendidikan perdamaian itu meliputi program resolusi konflik, pencegahan

kekerasan, pendidikan perdamaian dan pembangunan, pendidikan nirkekerasan, pendidikan

perdamaian mendunia atau global, dan pendidikan perdamaian inovatif berbasis sekolah

(http://www.csrc.or.id/berita/index.php?detail=072303021159). Menurut Kawuryan,

pendidikan perdamaian didasarkan pada filosofi untuk mengajar tanpa kekerasan, penuh cinta,

mengembangkan perasaan belas kasih, kepercayaan, kejujuran, keadilan, kerjasama dan

penghormatan kepada seluruh umat manusia dan semua kehidupan di bumi ini. Pendidikan

perdamaian adalah pendidikan budaya, pengembangan karakter, dan metanoia diri pribadi dan

masyarakat sehingga nilai-nilai seperti integrasi, tenggang rasa, saling menghargai,

menghormati dan melihat konflik sebagai yang positif dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18099).

Limas Sutanto (http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=3805&coid=1&caid=52)

menyatakan bahwa pendekatan immediate-intuitive menekankan proses eksperiensial

(pengalaman nyata, hal-hal yang sungguh teralami), yang benar-benar menumbuhkembangkan

kepekaan dan kesadaran atas perilaku pribadi lewat komunikasi verbal dan nonverbal serta

penyampaian umpan balik yang relevan dan kontekstual. Pendekatan immediate-intuitive

menggarisbawahi pengalaman riil pribadi dalam pembelajaran.

Di Indonesia, penelitian terhadap film Kuch-Kuch Hota Hai memang pernah dilakukan oleh

Saptyasari dan Moerdijati (2007) dengan judul Nilai-Nilai Budaya dalam Komunikasi

antarpersona di Film Drama. Dalam penelitian mereka tersebut hanya mengkaji budaya dan

komunikasi antarpersona dalam film Kuch-Kuch Hota Hai. Selain itu, terdapat juga penelitian

Rafiek (2000) yang menyoroti Representasi Perempuan dalam Film Kuch-Kuch Hota Hai. Kedua

penelitian tersebut sangat berbeda dengan penelitian yang dijadikan orasi ilmiah ini yang

difokuskan pada pendidikan perdamaian yang ada dalam film Kuch-Kuch Hota Hai. Yang

terpenting dari pengkajian ini adalah penggunaan pendekatan cultural studies yang sangat

berbeda dengan studi film. Kalau studi film lebih memfokuskan pada pemosisian

kepenontonan, analisis tekstual, makna sebagai ditentukan oleh produksi, pemirsa pasif,

ketidaksadaran, dan pesimistis, maka cultural studies lebih fokus pada membaca khalayak,

metode etnografis, makna sebagai ditentukan oleh konsumsi, pemirsa aktif, kesadaran, dan

optimistis (Storey, 2008: 86).

Hadirin yang saya hormati,

Film Kuch-Kuch Hota Hai dalam kaitannya dengan pendidikan perdamaian sangat penting

dijadikan sebagai materi pembelajaran. Film tersebut dapat dijadikan materi pembelajaran

sastra dalam kaitannya dengan studi-studi budaya (cultural studies). Menurut Barker (2006:

50), studi-studi budaya bekerja dengan konsepsi positif tentang budaya pop yang dinilai dan

dianalisis secara kritis. Studi-studi budaya menolak pandangan elitis mengenai budaya tinggi-

budaya rendah atau kritik atas budaya massa. Oleh karena itu, studi budaya atas film Kuch-Kuch

Hota Hai, sekalipun merupakan film India, tetaplah kita pandang sebagai film yang bagus dan

berbobot. Dalam film Kuch-Kuch Hota Hai bukan saja representasi perempuan India yang

dikedepankan tetapi juga pria India juga dimunculkan.

Representasi perempuan India yang semula dimunculkan pada tokoh Tina yang diperankan oleh

Rani Mukerjee disambung oleh Anjali yang diperankan oleh Kajol. Memang semula kajol terlihat

tomboy akan tetapi seiring dengan bertambah usia dan kedewasaan, ternyata Anjali mampu

menunjukkan eksistensi seorang wanita India yang tetap menjaga adat dan tradisi India.

Sementara representasi pria India diwakili oleh Rahul Khanna yang diperankan oleh Shah Rukh

Khan. Rahul Khanna mampu menunjukkan bahwa dia adalah seorang pria India yang tetap

mencintai budaya India (Rafiek, 2010: 67-68).

Hadirin yang terhormat,

Di manakah letak materi pendidikan perdamaian dalam film Kuch-Kuch Hota Hai itu? Dalam

film Kuch-Kuch Hota Hai, materi yang bisa dijadikan bahan ajar pendidikan perdamaian terletak

pada percakapan tokoh Rahul Khanna yang hormat dan patuh pada ibunya, tokoh Rahul Khanna

yang sangat mencintai istri pertamanya, tokoh Rahul Khanna yang sangat menyayangi anaknya,

tokoh Rahul Khanna yang menyayangi orang-orang di sekitarnya. Dengan munculnya

percakapan yang berisi dan menggambarkan rasa kasih sayang kepada orang lain akan

menimbulkan kehidupan yang aman dan damai. Tokoh Rahul Khanna mampu berbicara dan

bersikap sebagai seorang anak yang bakti pada ibunya, sebagai seorang ayah yang sayang pada

anaknya, dan sebagai seorang lelaki (suami) yang sayang pada istrinya.

Apa yang membuat saya pribadi sampai menyempatkan diri menonton film Kuch-Kuch Hota Hai

di rumah berulang kali bahkan hingga sekarang adalah karena di dalam film tersebut terdapat

nilai pendidikan perdamaian seperti kasih sayang, hormat-menghormati, penuh cinta, dan

sabar serta pantang menyerah. Rahul Khanna mampu membuktikan bahwa kekuatan cinta

mampu meredam amarah Aman yang diperankan oleh Salman Khan. Satu yang membuat saya

merasa salut dengan akting Shah Rukh Khan adalah kemampuan dia membuat haru penonton.

Nilai-nilai pendidikan perdamaian terasa nyata adanya dalam film tersebut.

Menonton film ini, kita akan hanyut terbawa alur cerita yang begitu menyentuh perasaan

seperti bagaimana Rahul Khanna mendapatkan cinta Anjali, teman kuliahnya dulu. Di sinilah

tempat tokoh Rahul Khanna membangun identitas diri yang kuat untuk tetap diingat sebagai

figur idaman. Idaman sebagai tokoh yang baik, yang penyayang, yang hormat dan patuh, dan

penuh cinta. Hal ini sangat sesuai dengan komentar, Giddens (dalam Barker, 2006: 171) yang

menyatakan bahwa identitas diri terbangun oleh kemampuan untuk melanggengkan narasi

tentang diri, sehingga membangun suatu perasaan terus-menerus tentang adanya kontinuitas

biografis.

Pembentukan identitas diri Rahul Khanna terbentuk dari narasi diri sepanjang cerita dalam film

Kuch-Kuch Hota Hai. Hal ini senada dengan pandangan Giddens (dalam Barker, 2006: 183) yang

menyatakan bahwa beragamnya narasi diri bukan semata-mata hasil dari makna bahasa yang

terus berubah, melainkan juga menjadi konsekuensi bagi begitu banyaknya dan diversifikasi

hubungan sosial, konteks, dan arena interaksi (kendati dibangun di dalam dan melalui

diskursus). Rahul Khanna berusaha menumbuhkembangkan nilai kasih sayang dalam

keluarganya terutama pada istri, ibu, dan anaknya. Penumbuhkembangkan nilai kasih sayang

dalam keluarga ini akan memberikan pelajaran yang berharga kepada para penonton. Oleh

karena itu, Thwaites, Davis, dan Mules (2009: 215) memberikan komentarnya bahwa

komunitas penonton itu diimajinasikan memiliki nilai tertentu (kesatuan, kekuatan, tujuan, sifat

moral) bukan karena kualitas esensial yang mungkin dimilikinya, tetapi karena sirkulasi nilai ini

di dalam cerita dan representasinya. Dengan demikian, dengan menonton film, penonton akan

memiliki nilai tertentu itu yang pada gilirannya secara tidak langsung akan mendukung

pendidikan perdamaian.

Media film sangat baik digunakan untuk mengajarkan pendidikan perdamaian pada anak dan

orang dewasa. Dalam film Kuch-Kuch Hota Hai ada satu ungkapan yang mendasari pentingnya

perdamaian dimiliki oleh setiap orang, yaitu cinta adalah persahabatan. Cinta adalah

persahabatan mempunyai makna yang sangat dalam yang menggambarkan betapa pentingnya

rasa persaudaraan. Dengan tumbuhnya rasa persaudaraan, diharapkan setiap orang menyadari

bahwa nilai perdamaian itu penting untuk diwujudkan. Suasana hidup damai penuh rasa kasih

sayang dan kekeluargaan terbentuk dalam keluarga Rahul Khanna. Rahul Khanna pun juga

berusaha menjaga hidup damai dengan tokoh-tokoh (pemeran-pemeran) di sekitarnya hingga

sangat jarang terjadi konflik.

Hadirin yang terhormat,

Demikianlah, nilai-nilai pendidikan perdamaian dalam film Kuch-Kuch Hota Hai hendaklah dapat

kita ambil manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam keluarga,

berteman, dan bermasyarakat. Nilai-nilai pendidikan perdamaian dalam film Kuch-Kuch Hota

Hai hendaklah dapat memberi semangat baru guna menciptakan kehidupan yang aman, tertib,

dan damai.

Saya akhiri dengan ucapan

Wabillahittaufiq walhidayah, wasalammualaikum Wr. Wb.

Daftar Pustaka

Barker, Chris. 2006. Cultural Studies, Teori dan Praktik. Terjemahan oleh Nurhadi. Yogyakarta:

Kreasi Wacana.

http://agama.kompasiana.com/2010/07/03/world-peace-forum-iii-wujudkan-pendidikan-

perdamaian/ diakses 20 Mei 2011

http://en.wikipedia.org/wiki/Kuch_Kuch_Hota_Hai diakses 9 Agustus 2012

http://namakudodie.wordpress.com/2008/01/03/apa-itu-pendidikan-perdamaian/ diakses 20

Mei 2011

http://www.csrc.or.id/berita/index.php?detail=072303021159 diakses 20 Mei 2011

http://www.um.ac.id/news/2008/12/92/ diakses 20 Mei 2011

http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=3805&coid=1&caid=52 diakses 20 Mei 2011

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18099 diakses 20 Mei 2011

Rafiek, M. 2010. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Refika Aditama.

Saptyasari, Andria dan Moerdijati, Sri. 2007. Nilai-Nilai Budaya dalam Komunikasi Antarpersona

di Film Drama. Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, XX (2): 53-75.

Storey, John. 2008. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian

Budaya Pop. Terjemahan oleh Layli Rahmawati. Yogyakarta-Bandung: Jalasutra.

Thwaites, Tony, Davis, Lloyd, dan Mules, Warwick. 2009. Introducing Cultural and Media

Studies, Sebuah Pendekatan Semiotik. Terjemahan oleh Saleh Rahmana. Yogyakarta dan

Bandung: Jalasutra.

BIOGRAFI

Nama : Dr. M. Rafiek, S. Pd., M. Pd. (34 Tahun)

Agama : Islam

NIP : 197808062002121002

TTL : Sampit, 6 Agustus 1978

Golongan : IV/a tmt 1 April 2012

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala (550 Ak.kum).

Keahlian : Sastra, kekhususan Teori Sastra, Aliran Sastra, dan Cultural Studies

Istri : Raudhatun Nisa, M. Pd.

Anak : 1. Fatimah Az Zahra (4 Tahun)

2. Muhammad Zaini (4 Bulan)

Orang Tua : H. Rusbandi (Alm., Ayah)

Hj. Siti Aminah (Ibu)

Riwayat Pendidikan:

S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Unlam (Lulus 2001)

S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Unlam (Lulus 2005)

S3 Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Malang (Lulus Januari 2010)

Disertasi : Mitos Raja dalam Hikayat Raja Banjar (Tebal 1345 halaman)

Jabatan Struktural:

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unlam (2011-2015)

Kabid Akademik Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs Unlam (2010-

2014)

Sekretaris Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia Unlam kerja sama dengan UM (2012-

2016)

Kegiatan lain

Ketua Penyunting Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya PSM PBSI PPs Unlam (2011-2015)

Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia Cabang Universitas Lambung Mangkurat (2012-2016)

Prestasi dan Penghargaan:

Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Utama FKIP Unlam tahun 2001

Juara 1 Dosen Berprestasi FKIP Unlam tahun 2011

Juara 1 Dosen Berprestasi Unlam tahun 2011

Penerima Insentif Buku Ajar DP2M Dikti tahun 2008

Penerima Insentif Buku Ajar DP2M Dikti tahun 2012

Pengalaman Publikasi di Berkala Ilmiah 10 Tahun Terakhir

Nama (-nama Penulis)

Tahun Terbit

Judul Artikel Nama Berkala Volume dan Halaman

Status Akreditasi Institusi

M. Rafiek 2003 Realitas Imajinatif Versus Realitas Objektif dalam Cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam

Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran Metafor ISSN 1411-0407

Tahun VI, Nomor 2, Desember 2003 Halaman 92-101

Nasional Belum Terakreditasi

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Unlam

M. Rafiek 2004 Eksistensi Wiramartas dalam Hikayat Banjar

Jurnal Sosial dan Pendidikan Wiramartas

Tahun 1, Nomor 1, November 2004 Halaman 1-10

Belum Terakreditasi

Jurusan IPS FKIP Unlam

M. Rafiek 2004 Rekonstruksi Strukturalisme Hermeneutik terhadap Novel Fofo karya Budi Darma

Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan Vidya Karya ISSN 0215-9619

Tahun XXII, Nomor 3, Oktober 2004, Halaman 225-233

Nasional Terakreditasi

FKIP Unlam

M. Rafiek 2005 Gangguan Berbahasa pada Masyarakat Banjar

Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan Vidya Karya ISSN 0215-9619

Tahun XXIII, Nomor 3, Oktober 2005, Halaman 267-274

Nasional Terakreditasi

FKIP Unlam

M. Rafiek 2006 Poligami dalam Hikayat Banjar

Kalimantan Scientiae, Majalah Ilmiah Universitas

Nomor 67 Tahun XXIV Volume April

Nasional Belum Terakreditasi

Lemlit Unlam

Lambung Mangkurat Sosial dan Humaniora ISSN 0216-2601

2006 Halaman 58-67

M. Rafiek 2006 Claude Levi-Strauss di Tengah-Tengah Para Tokoh Mitologis Banjar, Lambu Mangkurat, Putri Junjung Buih, dan Raden Putra (Pangeran Suryanata) yang Takkan Pernah Terlupakan Versus Wiramartas yang Terlupakan (Sebuah Kajian Strukturalisme Hermeneutik atas Naskah Hikayat Banjar, Suatu Historiografi Etnik)

Jurnal Pendidikan dan Humaniora ISSN 1412-5706

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2006, Halaman 263-279

Nasional Belum Terakreditasi

FKIP Universitas Pattimura Ambon

M. Rafiek 2006 Pembacaan Levi-Strauss atas Resep Masakan Padang

Ansos, Jurnal Analisis Sosial ISSN 1693-3184

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2006 Halaman 39-53

Nasional Belum Terakreditasi

Forum Ilmu Sosial Universitas Pattimura Ambon

M. Rafiek 2007 Terapi Wicara pada Anak Autis dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa

Jurnal Pendidikan dan Humaniora ISSN 1412-5706

Volume 6, Nomor 1, April 2007 Halaman 347-368

Nasional Belum Terakreditasi

FKIP Universitas Pattimura Ambon

M. Rafiek 2007 Madihin Banjar: Suatu Tinjauan Etimologi dan Struktur Pementasannya di Kalimantan Selatan

Ansos, Jurnal Analisis Sosial ISSN 1693-3184

Volume 5, Nomor 1, Tahun 2007 Halaman 69-80

Nasional Belum Terakreditasi

Forum Ilmu Sosial Universitas Pattimura Ambon

M. Rafiek 2007 Pemertahanan Bahasa: Studi Kasus Bahasa

Jurnal Tahuri ISSN 1693-7481

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2007

Nasional Belum Terakreditasi

Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Banjar di Kalimantan Tengah

Halaman 93-107

Seni, FKIP Universitas Pattimura Ambon

M. Rafiek 2007 Teori Tindakan Komunikatif Jurgen Habermas dalam Analisis Wacana Interaksi Kelas

Jurnal Pendidikan dan Humaniora ISSN 1412-5706

Volume 6, Nomor 2, Oktober 2007 Halaman 450-465

Nasional Belum Terakreditasi

FKIP Universitas Pattimura Ambon

M. Rafiek 2011 Hikayat Raja Banjar: Kajian Jenis, Makna, dan Fungsi Mitos Raja

Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, ISSN 2089-0117

Jilid 1 Nomor 1 Halaman 3-27

Nasional Belum Terakreditasi

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs Unlam

M. Rafiek 2011 Mitos Dampuawang di Nusantara: Kajian Sastra dan Sejarah

Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, ISSN 2089-0117

Jilid 1 Nomor 2 Halaman 79-86

Nasional Belum Terakreditasi

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs Unlam

M. Rafiek 2011 Kapal dan Perahu dalam Hikayat Raja Banjar: Kajian Semantik (Ships and Boats in The Story of King Banjar: Semantic Studies)

Borneo Research Journal ISSN 1985-5443

Volume 5 December 2011 Halaman 187-200

Internasional Universitas Malaya

M. Rafiek 2012 Hikayat Raja Banjar, Tutur Candi, dan Pararaton: Suatu Perbandingan

Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, ISSN 2089-0117

Jilid 2 Nomor 1 Halaman 5-17

Nasional Belum Terakreditasi

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs Unlam

M. Rafiek 2012 Kearifan Lokal dalam Hikayat Raja Banjar

International Journal of the Malay World and Civilization, ISSN Cetak 0127-2721 dan ISSN Elektronik 2231-9530

Jilid/Volume 30 No. 1 Halaman 67-104

Internasional Bereputasi SJI=Singapore Journal Index, SASI=Southeast Asia Serial Index (Excerpta

Institut Alam dan Tamadun Melayu, Universitas Kebangsaan Malaysia

Indonesica-Leiden), MyAis=Malaysian Abstracting and Indexing System, MO=Melayu Online, SM=Siri Malaysia

M. Rafiek 2012 Pantun Madihin: Kajian Ciri, Struktur Pementasan, Kreativiti Pemadihinan, Pembangunan dan Pembinaannya di Kalimantan Selatan (Madihin Poem: Study of Characteristic, Performance Structure, Creativity Players, Design and Development in South Kalimantan)

Jurnal Pendidikan Bahasa Melayu Universitas Kebangsaan Malaysia (Malay Language Education Journal-MyLEJ, ISSN 2180-4842

Volume 2 Bilangan 2 Halaman 106-117

Internasional Fakulti Pendidikan Universitas Kebangsaan Malaysia

M. Rafiek 2012 Bahasa Perumpamaan dalam Hikayat Raja Banjar

Jurnal Bahasa dan Sastra, ISSN 2089-0117

Jilid 2 Nomor 2 Halaman

Nasional Belum Terakreditasi

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs Unlam

Pengalaman Penerbitan Buku 10 Tahun Terakhir

Nama Judul Buku Tahun Penerbit ISBN

M. Rafiek Sosiologi Bahasa, Pengantar Dasar Sosiolinguistik

2007 LKiS Yogyakarta 979-17094-3-2

M. Rafiek Sosiolinguistik: 2009 Universitas Negeri 979-495-660-0

Kajian Multidisipliner

Malang Press

M. Rafiek Psikolinguistik: Kajian Bahasa Anak dan Gangguan Berbahasa

2010 Universitas Negeri Malang Press

979-495-913-8

M. Rafiek Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

2010 Universitas Negeri Malang Press

979-495-914-6

M. Rafiek Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik

2010 Refika Aditama Bandung

978-602-8650-12-0

M. Rafiek Dasar-Dasar Sosiolinguistik

2010 Pustaka Prisma Yogyakarta

979-17082-9-0

M. Rafiek Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

2011 Pustaka Prisma Yogyakarta

979-17085-3-3

M. Rafiek Transformasi Kisah Nabi dan Rasul dalam Hikayat Raja Banjar dan Kota Waringin

2011 Aswaja Pressindo Yogyakarta

979-26-8575-8

M. Rafiek Ipit: Kisah Hilangnya Gagap Anak Banjar, Indonesia (Kajian Jenis, Pola, Faktor Penyebab, dan Strategi Menghilangkan Gagap pada Anak Usia Sekolah Dasar)

2012 Aswaja Pressindo Yogyakarta

979-26-8546-4

M. Rafiek Menyelami Rahasia Kata-Kata, Kajian dan Apresiasi Puisi Indonesia

2012 Pustaka Pelajar Yogyakarta

M. Rafiek Pengkajian Sastra: Kajian Praktis

2013 Refika Aditama Bandung

M. Rafiek Hikayat Raja Banjar, Tutur Candi, dan Hikayat Hang Tuah: Suatu Perbandingan

2013 Aswaja Pressindo Yogyakarta