laporan praktikum bisnis (analisis swot) pt hai

Upload: heru-dwi-setiawan

Post on 02-Mar-2016

183 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Praktikum Bisnis, Analisis Swot

TRANSCRIPT

  • LAPORAN HASIL

    PRAKTIKUM BISNIS PENERAPAN IPTEKS

    PENERAPAN PENGELOLAAN BISNIS SECARA PROFESIONAL

    PADA PT. HIJAU AGRI INDONESIACABANG JEMBER

    Disusun Oleh:

    Heru Dwi Setiawan (11.63211.001703)

    Ayunita Dian Pertiwi (11.63211.001710)

    Lutfi Mutia Sari (11.63211.001687)

    Rimala Nantiari (11.63211.001713)

    SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI PEMBANGUNAN JURUSAN

    ADMINISTRASI BISNIS

    PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

    JEMBER

    2014

  • P a g e | ii

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ucapan

    terimakasih kepada Dosen Pembimbing Mata kuliah Praktikum Bisnis II yang kami

    hormati, Bpk. Drs. Totok S, M.Si yang telah menuangkan materi dan pemikiran mengenai

    cara menganalisis situasi suatu perusahaan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan

    hasil praktikum kami. Serta kepada PT. Hijau Agri Indonesia (PT. HAI) cabang Jember

    selaku pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan praktikum ini.

    Adapun tujuan dari disusunnya laporan hasil praktikum ini adalah untuk lebih

    memberi pemahaman dan pengertian serta mengidentifikasi masalah- masalah yang ada

    dalam suatu perusahaan, khususnya kepada mahasiswa STIA PEMBANGUNAN

    Jember. Sehingga kedepan, diharapkan dengan laporan ini dapat membuka wawasan dan

    memperkaya literatur gambaran salah satu perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis

    di Kabupaten Jember.

    Akhir kata semoga laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua

    pihak terutama mahasiswa STIA PEMBANGUNAN JEMBER. Saran dan kritik yang

    membangun sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.

    Jember, Mei 2014

    Penyusun

  • P a g e | iii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul .................................................................................................... i

    Kata Pengantar ................................................................................................... ii

    Daftar Isi .............................................................................................................. iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3

    1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................... 5

    1.4 Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................ 6

    1.5 Hasil Kegiatan Yang Diharapkan ............................................... 6

    1.6 Metodologi Praktikum ................................................................. 7

    1.7 Jadwal Praktikum ........................................................................ 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pola Kemitraan ............................................................................ 10

    2.2 Konsep Kualitas Produk .............................................................. 20

    2.3 Sistem Informasi Manajemen ...................................................... 23

    2.4 Standart Operting Proseduress .................................................... 26

    2.5 Menentukan Pilihan Strategi ....................................................... 29

    BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

    3.1 Profil Umum Perusahaan ............................................................ 35

    3.3.1 Lokasi Perusahaan ............................................................ 36

    3.3.2 Jenis Usaha ........................................................................ 36

    3.3.3 Jumlah Karyawan .............................................................. 37

    3.3.4 Stuktur Organisasi Perusahaan .......................................... 37

    3.3.5 Job Describtion Karyawan ................................................ 37

    3.3.6 Fasilitas Perusahaan .......................................................... 39

    3.2 Praktek Solusi .............................................................................. 39

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44

  • P a g e | 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan Negara agraris dimana sebagian besar penduduknya

    hidup dari hasil bercocok tanam. Sehingga pertanian merupakan sektor yang

    memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia.

    Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik

    Bruto (PDB).

    Menurut suparta pembangunan pertanian penting memaksimalkan pemanfaatan

    geograf ndan kekayaan alam Indonesia nmemadukannya dengan tekhnologi agar

    mampu memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Sektor pertanian

    berperan penting dalam menyediakan bahan baku bagi industry dan untuk

    perdagangan ekspor. Hal ini diawali dengan meningkatkan kualitas sumber daya

    manusia yang baik.

    Pemerintah melancarkan dua pendekatan pembangunan pertanian. Pertama,

    pembangunan pertanian berwawasan agribisnis, kedua pembangunan pertanian tidak

    lagi dipandang sebagai pembangunan parsial pengembangan komoditas tetapi di

    dalam implementasinya sangat terkait dengan pembangungan wilayah. Dalam bidang

    agribisnis didapat berbagai istilah yang dapat digunakan secara bersamaan

    (interchangeable), misalnya pemasaran produk pertanian (agricultural product

    marketing) dan pemasaran produk makanan (food marketing), dimana untuk tujuan

    terbatas istilah tersebut dapat digunakan secara umum.

    Agribisnis dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan meliputi

    manufaktur, distribusi kebutuhan usahatani, proses produksi usahatani, penyimpanan,

    pengolahan, serta distribusi hasil atau komoditas dari usahatani dan jenis lainnya.

    Definisi lain yang dapat disebutkan mengatakan bahwa agribisnis adalah setiap

    kegiatan perusahaan yang dimaksudkan untuk mencapai laba, meliputi bahan-bahan

    pertanian atau pengolahan, pemasaran, transportasi, serta distribusi material dan

    produkproduk konsumen. Sedangkan Ewel Roy mendefinisikan agribisnis sebagai

    pengetahuan yang mengkoordinasikan masukan pertanian, input, seterusnya produksi,

    pengolahan, serta distribusi produk makanan dan serat. Definisi ini jelas menunjukkan

    betapa luasnya bidang kajian agribisnis, yang jauh lebih luas dari kajian disiplin

    pemasaran misalnya. Produk yang diamati dalam bidang agribisnis meliputi produk

  • P a g e | 2

    makanan termasuk serat (food and fiber) dan industri pendukung seperti penyedia bibit

    dan jasa keuangan. Dari pembidangan seperti ini maka kegiatan dalam agribisnis lebih

    kompleks dibandingkan dengan kegiatan manufaktur yang lebih terfokus pada

    masalah membuat barang dan jasa, menyampaikan, hingga mengevaluasi;

    sebagaimana ditemui pada pendekatan manajemen pemasaran atau pendekatan

    produksi. Kekompleksan demikian membutuhkan pemaduan antara disiplin ilmu

    ekonomi dan pertanian utamanya.

    Bidang agribisnis menjadi lebih berkembang dewasa ini karena produk-

    produknya dihasilkan dalam berbagai bentuk yang sedemikian rupa sehingga mudah

    dikonsumsi dan dapat memenuhi pola konsumsi masyarakat modern. Sepertinya

    sudah tidak mengherankan lagi ketika anda memasuki supermarket dan menyaksikan

    produk pertanian seperti buahbuahan, biji-bijian, kacang-kacangan serba tersedia; dan

    mungkin tidak perlu mempersoalkan lagi di mana semua itu dihasilkan, diangkut,

    dikemas dengan baik; sehingga bisa sampai di tempat tujuan. Konsumen menyaksikan

    ini dan merasa semuanya siap dikonsumsi. Padahal setiap industri yang terlibat di

    dalamnya dengan seksama mengelola seluruh input (mulai dari bibit, pupuk

    pemeliharaan, panen, kepakan) hingga ada pengiriman ke tempat lain. Kegiatan yang

    terdapat di dalamnya sesungguhnya menarik dan kompleks. Kegiatan ini sangat

    kompleks karena melibatkan banyak kegiatan pada satu perusahaan dan melibatkan

    Pemerintah; kebijakan pemerintah politik dalam mempertahankan dan

    mengembangkan satu komoditi.

    Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai

    peranan startegis dalam membangun pertanian dan perekonomian Indonesia.

    Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna baik untuk pangan, pakan, maupun bahan

    baku produk agro industri.

    Dalam perekonomian nasional jagung ditempatkan sebagai kontributor terbesar

    kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap

    Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun sekalipun krisis ekonomi

    sedang melanda. Upaya keras untuk meningkatkan produksi jangung nasional baik

    melalui perluasan areal tanam maupun dengan penggunaan benih hibrida dan

    komposit.

    Keberhasilan upaya peningkatan produktivitas atau produksi jagung sangat

    tergantung pada kemampuan penyediaan dan penerapan teknologi produksi yang

    meliputi varietas unggul meliputi benih berkualitas dan komponen teknologi yang

  • P a g e | 3

    digunakan pasca panen. Komponen teknologi tersebut meliputi persiapan lahan,

    penanaman, pemupukan, penyiangan, irigasi, prosesing dan hasil.

    Sebagai salah satu perusahaan nasional yang bergerak dibidang agribisnis, PT.

    Hijau Agri Indonesia yang berfokus pada proses pembenihan dan penanaman jagung,

    turut pula menggunakan varietas jagung hibrida dalam mendorong peningkatan

    produktivitas perusahaan. Tidak semua benih jagung dapat menghasilkan

    produktivitas yang ideal baik kualitas maupun kuantitasnya. Pada dasarnya benih

    jagung merupakan biji tanaman jagung yang digunakan untuk tujuan penanaman

    jagung unggul. Benih jagung unggul merupakan bibit jagung yang memiliki sifat-sifat

    lebih atau unggul dari varietas sejenisnya. Salah satu benih jagung unggul adalah

    benih jagung hibrida. Benih jagung hibrida merupakan benih yang dikembangkan

    melalui persilangan dua induk dengan ciri-ciri tertentu dan hasilnya disilangkan

    kembali diantara keturunan keturunan beberapa kali dan proses persilangan

    merupakan rahasia perusahaan.

    Sebagai perusahaan agribisnis yang tergolong sukses dalam pengembangan

    varietas jagung hibrida, PT. Hijau Agri Indonesia tidak lepas dari permasalahan yang

    dihadapi, mulai dari permasalahan produksi, kemitraan, SDM, distribusi dan lain-lain.

    Maka dengan kegiatan praktikum ini, mahasiswa berupaya untuk mengidentifikasi

    masalah-masalah yang ada di perusahaan PT. HIJAU AGRI INDONESIA guna

    menemukan alternative yang dapat dilaksanakan demi perbaikan perusahaan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dalam kegiatan praktikum di PT. Hijau Agri Indonesia (PT. HAI) selama kami

    telah berhasil mengidentifikasi beberapa permasalahan yang ada baik didalam

    perusahaan maupun diluar perusahaan atau dilapangan.

    Adapun masalah-masalah yang telah berhasil kami inventarisir adalah sebagai

    berikut:

    Bidang Administrasi

    Arsip merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pelaporan.

    Dengan adanya arsip maka setiap laporan perusahaan dapat dilihat kembali baik

    untuk keperluan monitoring dan evaluasi. Di PT. Hijau Agri Indonesia penataan

    arsip atau dokumen perusahaan belum tertata maksimal. Terdapat beberapa

    permasalahan yang diidentifikasi diantaranya:

    1. Penataan arsip atau dokumen yang kurang terstruktur

  • P a g e | 4

    2. Tidak adanya klasifikasi dokumen atau arsip berdasarkan tanggal, abjad dll

    Contoh: Admin salah mengklasifikasikan arsip dari arsip lahan di lokasi A

    dimasukkan kedalam arsip lahan di lokasi B

    Akibat yang timbulkan:

    1. Terjadi kesalahan dalam proses inputing data dari satu arsip ke arsip yang lain.

    2. Menghabiskan banyak waktu untuk menyusun kembali.

    Bidang Lahan (Lapangan)

    Petugas lapangan PT. Hijau Agri Indonesia terdiri dari Supervisor dan Field

    Assistance (FA) dimana kedua petugas ini memiliki tugas untuk merencanakan,

    melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan yang ada di lapangan dalam

    hal ini di lokasi penanaman benih.

    Adapun masalah yang dapat diidentifikasi diantaranya:

    1. Ketidak telitian pengisian data formulir, pertama dari oleh Field Assistance

    kepada Supervisor. Kedua dari supervisor ke Field Administrasi.

    2. Terjadi perbedaan pelaporan antara Field Assistance antara petugas pengukur

    luas lahan dengan Field Assistance.

    Contoh: luas lahan menurut petani 0.9 Ha dan dijadikan acuan oleh Field

    Assistance, sedangkan hasil pengukuran menggunakan Global Positioning System

    (GPS) luas lahan adalah 1 Ha. Sehingga terjadi selisih luas.

    Akibat yang timbulkan:

    1. Terjadinya kesalahan pelaporan berupa pengisian data formulir, dimana

    pengisian data tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

    2. Kesalahan penghitungan laba dan pencairan dana kelapangan.

    Kemitraan dengan Suplier

    Supplier merupakan mitra kerja yang sangat penting bagi perusahaan. Dimana

    supplier lah yang memasok segala kebutuhan benih PT. Hijau Agri Indonesia. Oleh

    karena itu hubungan kerjasama kemitraan antara supplier dan perusahaan perlu

    diperhatikan, sebab PT. Hijau Agri Indonesia sangat bergantung kepada supplier

    tunggal setiap musimnya yang sekaligus berperan sebagai konsumen dan

    pelanggan perusahaan.

  • P a g e | 5

    Adapun permasalahan yang dapat diidentifikasi diantaranya:

    1. Adanya komplain suplier dimana ini disebabkan oleh

    a. Pencabutan bunga jantan yang tidak segera dilakukan.

    b. Tejadi selisih hasil panen dari timbang lapang dan timbang pabrik dimana

    seluruh proses penimbangan diawasi oleh petugas dari supplier, petugas

    perusahaan PT. Hijau Agri Indonesia dan petani.

    Contoh: Timbangan di lapangan menurut perusahaan sebesar 200 ton, sampai

    digudang supplier menjadi 199,65 ton.

    Akibat yang timbulkan:

    1. Benih jagung betina yang akan digunakan oleh supplier kualitasnya tidak

    sesuai standar.

    2. Mengurangi kepercayaan supplier terhadap perusahaan.

    1.3 Tujuan dan Manfaat Praktikum

    Tujuan Kegiatan

    Secara garis besar tujuan manfaat kegiatan praktikum bisnis yang

    dilaksanakan di PT. Hijau Agri Indonesia (PT. HAI) adalah menambah kompetensi

    dan keahlian mahasiswa.

    Manfaat Kegiatan

    Hasil penerapan pendekatan pembelajaran experiential learning dalam

    matakuliah Praktikum Bisnis dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan

    pendidikan nasional. Adapun manfaat bagi mahasiswa Program Administrasi

    Bisnis adalah :

    1. Menanamkan kepada mahasiswa bahwa dalam pembelajaran Administrasi

    Bisnis tidak hanya melalui teori/buku saja, tapi bisa memanfaatkan berbagai

    sumber termasuk pengalaman langsung dari pengalaman nyata

    2. Mendapatkan pengalaman nyata di lapangan, bisa mendapatkan informasi

    secara langsung mengenai hambatan, kendala, dukungan terhadap

    pelaksanaan fungsi manajemen dan fungsi bisnis sebagai model praktikum

    yang relatif baru,yang nantinya mampu membangkitkan kreativitas

    mahasiswa

    3. Diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan teoritis maupun

    kepentingan praktis. Untuk kepentingan teoristis, hasil penelitian ini dapat

  • P a g e | 6

    merubah dan memperkuat teori yang sudah ada atau membangun teori baru

    dalam pembelajaran terutama di perguruan tinggi (Adm.Bisnis). Dalam

    kepentingan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

    pembelajaran alternatif dalam meningkatkan pemahaman dan kreativitas

    mahasiswa terhadap konsep, kebijakan dan implementasi Administrasi dan

    manajemen bisnis.

    4. Bagi PT. Hijau Agri Indonesia diharapkan dari hasil praktikum bisnis ini dapat

    dijadikan referensi perusahaan untuk pengembangan kedepan.

    5. Bagi pihak lain (pembaca), laporan hasil praktikum ini dapat dijadikan sebagai

    bahan referensi untuk kegiatan sejenis dimasa yang akan datang.

    1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Praktikum

    Kegiatan praktikum adalah implementasi teori teori fungsi manajemen pada

    fungsi bisnis guna meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengembangan

    sumberdaya manusia, peningkatan kualitas produk dan kelembagaan di perusahaan

    PT. HIJAU AGRI INDONESIA adalah:

    a. Mengeksplor meta permasalahan perusahaan, menemukenali dan merumuskan

    permasalahan permasalahan yang dihadapi perusahaan ditempat praktikum.

    b. Mengidentifikasi kebutuhan perbaikan yang paling mendesak (problem solving),

    sesuai konsep fungsi manajemen dan fungsi bisnis yang pernah ditekuni dalam

    teori.

    c. Melaksanakan analisis lingkungan bahan merumuskan strategi serta menjabarkan

    program dasar pengembangan bisnis profesional.

    d. Menciptakan dan meningkatkan kinerja operasional bisnis melalui inovasi atau

    kreativitas berbasis existing permasalahan.

    e. Secara teknis mendeskripsikan alur mekanisme kerja sebagai dasar

    pengembangan pengendalian kualitas proses untuk mencapai peningkatan kualitas

    kinerja (produk, sumber daya manusia, dan seterusnya)

    1.5 Hasil Kegiatan Praktikum yang diharapkan

    Hasil yang diharapkan dapat dicapai dari pelaksanaan kegiatan praktikum di

    PT. HIJAU AGRI INDONESIA Cabang Jember adalah:

    a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor dominan masalah yang berpengaruh

    pada efektivitas dan efisiensi pola bisnis perusahaan.

  • P a g e | 7

    b. Mendampingi perusahaan mewujudkan adanya perencanaan yang terstruktur

    sebagai pedoman dan alat ukur pelaksanaan operasional bisnis professional PT.

    HIJAU AGRI INDONESIA yang berisi rencana strategis (jangka panjang) dan

    rencana taktis aksi jangka pendek. Dan dihasilkannya rumusan langkah-langkah

    perbaikan dan peningkatan pengendalian kinerja

    c. Terjadinya perbaikan dan peningkatan ketrampilan mahasiswa dalam

    memahami tanda tanda kegawatan peningkatan risiko bisnis.

    d. Terjadinya perubahan perilaku pada mahasiswa terutama ditujukkan melalui

    penguasaan Manajemen Strategi dan Operasional Bisnis secara sistematik dan

    rasional, dalam upaya mengembangkan kegiatan bisnis profesional.

    e. Terjadinya perbaikan sarana teknis mekanisme pengendalian kualitas proses

    produksi berupa prosedur operasi standard (SOP)

    1.6 Metodologi Praktikum

    Dalam melaksanakan kegiatan praktikum bisnis di PT. HIJAU AGRI

    INDONESIA, kami menerapkan beberapa metode guna menghimpun data di lapangan

    yaitu:

    1. Pengamatan Lapangan atau observasi

    Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas,

    terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian

    memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan

    gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-

    informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

    2. Wawancara lebih mendalam (in-depth interview)

    Wawancara Mendalam (Indepth-Interview) merupakan metode

    pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara

    mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

    penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

    dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

    pedoman (guide) wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan

    sosial yang relative lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam

    adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

  • P a g e | 8

    3. Analisis permasalahan dan kondisi nyata perusahaan

    Mendeskripsi persoalan masalah secara terinci dengan menggunakan data

    /informasi yang jeladan spesifik. Mengembangkan sebab-sebab yang mungkin dari

    persoalan itu dengan menggunakan pengalaman dan logika dari diskripsi masalah

    tersebut.

    Menemukan sebab yang sesungguhnya dengan menguji secara kritis untuk

    membuktikan data/informasi yang ada. Terdapat beberapa langkah untuk

    mengidentifikasi permasalahan, ulai dari merumuskan masalah sampai melakukan

    ferifikasi terhadap penyebab permasalahan tersebut, dan ini akan diuraikan lebih

    lanjut.

    4. Konsultasi dan koordinasi (konfirmasi)

    Memberikan suatu petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam

    penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang

    didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang

    sebaik-baiknya.

    5. Praktek solusi

    Memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang telah berhasil

    diidentifikasi sembelumya dengan memberikan alternatif yang mungkin dapat

    dilakukan guna menyelesaikan suatu permasalahan.

  • P a g e | 9

    Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Bisnis

    Waktu

    Pelaksanaan Kegiatan

    Bahan mini lokakarya

    Minggu 1

    9 April 2014

    Pembagian kerja kelompok

    Minggu 2

    16 April 2014

    Identifikasi permaslahan 1 Pedoman wawancara

    Minggu 3

    23 April 2014

    Identifikasi permaslahan ke 2 dan

    ketiga

    Kejelasan permasalahan

    dan rinciannya

    Minggu 4

    7 Mei 2014

    Pengembangan masalah 1 tentang

    pemecahan masalah Administrasi

    Penentuan solusi

    permasalah dan

    rinciannya

    Minggu 5

    14 Mei 2014

    Pengembangan masalah 2 tentang

    pemecahan Lahan (Lapangan)

    Penentuan solusi

    permasalah dan

    rinciannya

    Minggu 6

    21 Mei 2014

    Pengembangan masalah 3 tentang

    pemecahan masalah complain

    supplier

    Penentuan solusi

    permasalah dan

    rinciannya

    Minggu 7

    14 Juni 2014

    Melakukan kunjungan ke PT

    Hijau Agri Indonesia

    Wawancara ekslusif

    kepada staff PT HAI

    Minggu 8

    14 Juni 2014

    Melakukan kunjungan ke PT

    Hijau Agri Indonesia

    Wawancara ekslusif

    kepada staff PT HAI

    Minggu 9

    25 Juni 2014

    Penyusunan laporan

    hasil praktikum

    -

    Minggu 10

    4 Juni s.d. 5 Juli

    2014

    Revisi dan penjilidan laporan -

    Minggu 11

    14 Juli 2014

    Penyerahan laporan Ujian Semeter

    Ganjil

  • P a g e | 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pola Kemitraan

    Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang pola kemitraan yaitu:

    1. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah

    dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha

    Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling

    memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

    2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai

    kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995

    tentang Usaha Kecil.

    3. Usaha Menengah dan atau Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki

    kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada

    kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan Usaha Kecil.

    4. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk

    membina dan mengembangkan pelaksanaan kemitraan dalam sektor kegiatan yang

    menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

    5. Menteri adalah Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.

    6. Pola kemitraan adalah bentuk-bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam Undang-

    undang Nomor 9 Tahun 1995.

    Sedangkan mengenai jenis jenis kemitraan usaha Mohammad Jafar Hafsah

    membaginya menjadi:

    a. Pola Inti Plasma

    Pola ini merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha

    sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Dalam hubungan ini

    perusahaan inti mempunyai kedudukan yang lebih dominan dan lebih kuat

    dibanding dengan posisi plasma, khususnya dalam bidang pemasaran hasil.

    Namun demikian langkah positif dari kemitraan ini memberikan motivasi kepada

    kelompok mitra usaha untuk berusaha lebih profesional dalam menangani jenis

    usahanya, guna menghadapi mitra usaha yang lebih kuat.

  • P a g e | 11

    b. Pola Subkontrak

    Pola ini merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha

    dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan

    oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari

    kemitraan subkontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan

    volume, harga dan waktu.

    c. Pola Dagang Umum

    Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1997, pola dagang umum

    merupakan pola hubungan kemitraan usaha yang memasarkan hasil dengan

    kelompok usaha yang mensuplai kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan.

    d. Pola Keagenan

    Pola keagenan merupakan salah satu bentuk kemitraan dimana usaha kecil

    diberi hak khusus dari barang dan jasa dari usaha menengah atau usaha besar

    sebagai mitranya. Disini usaha menengah atau usaha besar bertanggung jawab

    terhadap produk yang dihasilkan, sedangkan usaha kecil sebagai kelompok mitra

    diberi kewajiban untuk memasarkan hasil pproduknya tersebut, bahkan disertai

    dengan target-target yang harus dipenuhi, sesuai dengan ketentuan yang telah

    disepakati.

    Sedangkan mengenai keuntungan yang diperoleh, dapat berupa komisi

    atau fee yang diusahakan oleh perusahaan menengah atau perusahaan besar

    sebagai mitra kerja.

    e. Waralaba

    Pola waralaba merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra

    usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi, merek

    dagang saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai

    penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen. Dalam

    pola ini perusahaan mitra usaha sebagai pemilik waralaba, bertanggung jawab

    terhadap sistem operasi, pelatihan, program pemasaran, merek dagang dan hal-

    hal lainnya, kepada mitra usahanya sebagai pemegang usaha yang diwaralabakan.

    Sedangkan pemegang usaha waralaba hanya mengikuti pola yang telah

    ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan sebagian dari pendapatannya

    berupa royalti dan biaya lainnya yang terkait dari kegiatan usaha tersebut.

    (2000:68-80)

  • P a g e | 12

    Sedangkan berdasarkan tahap tahap pelaksanaannya, Mohammad Jafar

    Hafsah membagi pola kemitraan menjadi:

    a. Pola Kemitraan Sederhana (Pemula)

    Dalam hubungan kemitraan yang paling sederhana adalah adanya

    peningkatan dari hubungan bisnis biasa menjadi hubungan bisnis dengan ikatan

    tanggung jawabmasing-masing pihak yang bermitra dalam mewujudkan

    kemitraan usaha yang saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling

    memperkuat.

    Pada pola kemitraan sederhana ini, perusahaan besar mempunyai tanggung

    jawab dalam hal kemudahan pemberian permodalan, penyediaan sarana produksi,

    teknologi, dan manajemen. Sedangkan perusahaan kecil bertanggung jawab

    dalam hal penyediaan tenaga kerja, dan berkewajiban untuk memasok hasil

    produksinya ke perusahaan mitra kerjanya sesuai dengan standar mutu yang telah

    disepakati bersama.

    Gambar 1: Pola Kemitraan Sederhana

    Sumber: Hafsah, Mohamad Jafar (2000: 90)

    b. Pola Kemitraan Tahap Madya

    Pada tahap ini perusahaan kecil telah mampu melakukan pengadaan

    terhadap sarana produksi, penanganan manajemen dan permodalannya sendiri.

    Sedangkan perusahaan besar atau menengah sebagai mitra kerjanya bertanggung

    jawab terhadap pengadaan bantuan teknologi terutama dalam hal teknologi mesin

    untuk peningkatan mutu produksi, industri pemasaran dan jaringan pemasaran.

    Pembina /

    Fasilitator

    Kemitraan

    Perusahaan Besar

    Manajemen

    Sarana Produksi

    Alat dan mesin

    Teknologi

    Manajemen

    Perusahaan kecil

    Tenaga Kerja

  • P a g e | 13

    Gambar 2: Pola Kemitraan Tahap Madya

    Sumber: Hafsah, Mohamad Jafar (2000: 91)

    c. Pola Kemitraan Tahap Utama

    Dalam pola ini pihak pengusaha kecil secara bersama-sama menanamkan

    modalnya pada usaha besar mitranya dalam bentuk saham. Dengan pemilikan

    saham dari pengusaha kecil ini diharapkan adanya rasa memiliki terhadap

    perkembangan usaha dari perusahaan besar mitranya.Demikian pula pihak

    perusahaan besar memiliki tanggung jawab yang besar untuk turut

    mengembangkan usaha kecil mitranya agar usaha yang dijalankannya dapat

    berkembang lebih pesat. Disamping itu adanya beban resiko bersama dalam pola

    ini menjadikan kemitraan dapat terwujud dengan sinergi saling membutuhkan,

    saling menguntungkan dan saling memperkuat sebagaimana yang

    diharapkan.(2000:88-92)

    Gambar 3 : Pola Kemitraan Tahap Utama

    Sumber: Hafsah, Mohamad Jafar (2000: 92)

    Pembina /

    Fasilitator

    Kemitraan

    Perusahaan Besar

    Alat dan mesin

    Agroindustri

    Pemasaran

    Teknologi

    Perusahaan kecil

    Saprodi

    Manajemen

    Kemitraan Saham

    Pembina /

    Fasilitator

    Perusahaan

    Besar

    Perusahaan

    kecil

    Konsultan

  • P a g e | 14

    Menurut Tri Pranadji (1995:340), dewasa ini paling tidak terdapat tiga pola

    kemitraan yang berkembang pada kegiatan bisnis pertanian, yaitu:

    a. Pola kemitraan tradisional

    Pada kemitraan ini pola yang berkembang adalah hubungan patron-client.

    Dimana yang berperan sebagai patron adalah pemilik modal atau peralatran

    produksi strategis (seperti lahan atau peralatan pertanian) dan yang berperan

    sebagai client adalah petani penggarap, peternak atau nelayan pekerja. Pada pola

    patron-client seperti ini kemitraan agribisnis yang berkembang lebih bersifat

    horisontal, yaitu agribisnis yang bergerak dibidang produksi atau usahan tani.

    Selain itu pada pola ini kurang kondusif untuk pengadopsian hasil inovasi di

    bidang iptek, permodalan dan kelembagaan ekonomi mutakhir. Hal ini

    dikarenakan pada pola ini lebih cenderung pada ciri usaha yang padat karya

    (labour intensive). Sebab lain adalah karena pada pola ini hampir tidak dijumpai

    adanya kompetisi ekonomi yang bersifat terbuka, sehingga kreatifitas pelaku-

    pelaku agribisnisnya sukar sekali tumbuh.

    b. Pola kemitraan pemerintah

    Pada pola ini cenderung pada pengembangan kemitraan secara vertikal,

    dimana model umum yang dianut adalah hubungan bapak anak angkat yang

    pada agribisnis perkebunan dikenal sebagai pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat)

    Dilihat dari kemampuan mengadopsi inovasi di bidang iptek, permodalan dan

    kelembagaan ekonomi mutakhir maka pola ini dapat dinilai sedikit lebih maju

    daripada pola kemitraan patron-client.Namun pada pola ini masih diwarnai

    dengan adanya interdependensi yang bersifat asimetris antara yang kuat atau

    pemilik modal (bapak angkat), dan yang lemah atau petani pekerja (anak

    angkat).

    c. Pola kemitraan pasar

    Pola ini berkembang dengan melibatkan petani, sebagai pemilik aset

    tenaga kerja dan peralatan produksi, dan pemilik modal besar yang bergerak

    dibidang industri pengolah dan pemasaran hasil Dua pelaku ekonomi ini, petani

    dan pemilik modal, menggalang kerja sama (kemitraan) karena adanya

    kepentingan (mutually beneficial) untuk berbagi manfaat ekonomi. Dari segi

    pengadopsian atas hasil inovasi di bidang iptek, permodalan, dan kelembagaan

    ekonomi modern, pola ini mempunyai kelebihan yang relatif lebih tinggi

    dibanding dua pola yang disebutkan terdahulu.

  • P a g e | 15

    Lebih lanjut Tri Pranadji menyebutkan bahwa ciri dari kemitraan agro bisnis

    masa depan adalah:

    a. Petani atau produsen haruslah menjadi pemilik saham keseluruhan dari jaringan

    agribisnis, sehingga petani secara kolektif adalah penguasa tubuh agribisnis.

    Atau petani menjadi penguasa modal pada seluruh tubuh organisasi agribisnis.

    b. Keorganisasian petani haruslah tidak dibatasi hanya pada kegiatan produksi

    bahan baku, namun pada keseluruhan jaringan tubuh agribisnis.

    c. Output suatu usaha pertanian atau agribisnis bukanlah bahan mentah yang tidak

    stabil, melainkan komoditas olahan (akhir) yang telah memperoleh sentuhan

    iptek dan bernilai tambah tinggi, berciri spesifik, serta berstandar mutu tinggi.

    Target pasarnya relatif bervariasi meliputi jaringan pasar lokal, regional dan

    global.

    d. Hubungan kemitraan antar pelaku agribisnis harus juga dimuati rasionalitas

    ekonomi dan spesialisasi pembagian kerja secara organik. Asas keterbukaan dan

    demokrasi diterapkan dalam sistem pengambilan keputusan, melalui

    musyawarah.(1995:341)

    Banyak orang memahami bahwa manfaat kemitraan secara umum adalah

    sebagai berikut:

    a. Produktivitas

    Bagi perusahaan kecil atau petani secara individu, peningkatan

    produktivitas biasanya dicapai secara simultan yaitu dengan cara menambah

    unsur input baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu, tetapi akan

    diperoleh output dalam jumlah yang berlipat. Hal ini akan dapat dengan mudah

    dicapai bila dilakukan secara berkelompok, dimana faktor input dapat ditekan

    karena ditanggung dan digunakan secara bersama. Misalnya alat pengolahan

    tanah yang menggunakan traktor milik kelompok, biaya pemeliharaan irigasi,

    biaya pengangkutan sarana pertanian, dan lain sebagainya.

    b. Efisiensi

    Mekanisasi pertanian dalam penyiapan lahan yang dimiliki oleh petani

    dimana perusahaan inti menyediakan alat mesin pertanian sehingga petani dapat

    mempercepat dan memperluas areal tanam dengan tenaga yang tersedia. Hal ini

    tentunya akan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi.

  • P a g e | 16

    c. Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas

    Adanya kemitraan usaha antara petani atau kelompok tani dengan

    perusahaan tentunya akan tercipta suatu transfer inovasi dan teknologi,

    khususnya dalam bidang pertanian. Dengan adanya transfer teknologi yang

    disertai dengan dukungan perusahaan tersebut diharapkan akan terjadi

    peningkatan kualitas dan kuantitas terhadap hasil produksi petani. Hal ini

    tentunya akan menciptakan suatu jaminan kualitas dan kuantitas bahan baku bagi

    perusahaan. Dan apabila kondisi tersebut dapat dipertahankan, tentunya akan

    dapat menjaga kelangsungan pelaksanaan kemitraan antara petani atau kelompok

    tani dengan perusahaan kearah kesempurnaan.

    d. Risiko

    Dengan adanya kemitraan ini diharapkan akan ada suatu pembagian resiko

    (risk sharing) secara proporsional antara pihak-pihak yang bermitra. Proporsional

    artinya besar kecilnya resiko yang ditanggung sesuai dengan besar kecilnya

    jumlah penyertaan modal dan keuntungan yang didapat.

    Petani sebagai Pemasok perusahaan

    Pemasok merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan oleh suatu

    perusahaan. Hal ini dikarenakan pemasok mempunyai peranan yang cukup penting

    terhadap kelancaran proses produksi, mengingat bahan baku yang dibutuhkan untuk

    proses produksi diperoleh dari pemasok. Pemasok menurut Supriyono adalah pihak

    luar yang memasok barang dan jasa pada perusahaan sebagai bahan, bagian produk

    atau komponen untuk memperlancar kegiatan produksidan operasi dengan efisien

    (1990:342) Menurut Kotler pemasok adalah perusahaan bisnis dan individu individu

    yang menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan dan para pesaing

    untuk memproduksi barang dan jasa. (1993 : 177)

    Jadi secara sederhana pemasok adalah perusahaan atau individu yang memiliki

    hubungan dengan perusahaan lain dalam penyediaan bahan baku atau bahan pembantu

    untuk proses produksinya. Berarti pemasok adalah salah satu stake holders perusahaan

    yang mendapat perhatian khusus yang perlakuan terhadap mereka memerlukan etika

    bisnis tertentu untuk agar saling menguntungkan sehingga terjamin kontinyuitas

    jangka panjang.

  • P a g e | 17

    Aspek bisnis dalam Perusahaan

    Dalam proses produksi, bagi perusahaan bahan baku merupakan salah satu hal

    yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak manajemen perusahaan, terutama dalam

    hal pengadaan bahan baku. Salah satu cara yang saat ini banyak digunakan oleh

    perusahaan dalam hal pengadaan bahan baku adalah dengan pola sistem kemitraan.

    Produksi sebenarnya adalah suatu cara, metode maupun teknik bagaimana

    penambahan manfaat atau penciptaan faedah baru, dilaksanakan dalam perusahaan.

    Atau cara, metode atau teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu

    barang atau jasa dengan menggunakan faktor faktor produksi yang ada atau secara

    sederhana bahwa proses produksi adalah suatu kegiatan untuk mengolah input (modal,

    bahan baku tenaga kerja teknologi dan informasi) menjadi output yaitu barang hasil

    produksinya. Jadi dalam hal ini input yang akan diolah juga mempunyai pengaruh

    yang sangat besar terhadap output, karena untuk menghasilkan output yang cukup

    berkualitas dan dapat bersaing di pasar maka tentunya juga dibutuhkan input yang

    berkualitas pula.

    Penyediaan Bahan Baku

    Setiap perusahaan, baik itu perusahaan dagang, manufakturing ataupun

    perusahaan jasa selalu mengadakan persediaan. Tanpa adanya persediaan, maka

    perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu

    tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan atau pasar karena kekurangan bahan baku

    untuk proses produksinya.

    Persediaan menurut Assauri (1993:176) adalah

    suatu aktiva yang meliputi barang barang milik perusahaan dengan

    maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal, atau persediaan barang

    barang yang masih dalam proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang

    menunggu penggunaannya untuk proses.

    Dengan demikian persediaan terdiri dari:

    1. Persediaan barang dagangan, yaitu barang yang dibeli untuk dijual lagi tanpa

    melalui proses lebih lanjut dalam suatu periode operasi perusahaan.

    2. Persediaan barang jadi, yaitu barang yang sudah diproses dan siap untuk dikirim

    kepada para langganan atau para pembeli.

  • P a g e | 18

    3. Persediaan bahan baku, yaitu semua bahan bahan yang digunakan dalam suatu

    proses produksi.

    Di dalam kebijaksanaan tentang persediaan bahan baku, maka sudah selayaknya

    apabila faktor faktor yang mempengaruhi persediaan itu sendiri diperhitungkan

    terlebih dahulu. Faktor faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku itu sendiri

    ada beberapa macam, dimana antara satu dengan yang lain mempunyai kaitan yang

    erat.

    Faktor faktor yang dapat mempengaruhi persediaan bahan baku tersebut antara

    lain:

    a. Perkiraan pemakaian

    Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan, maka pihak management

    harus dapat membuat perkiraan tentang berapa besar atau jumlah bahan baku

    yang akan dipergunakan didalam proses produksi padsa periode yang akan

    datang. Perkiraan kebutuhan bahan baku tersebut dapat diketahui dari

    perencanaan produksi pada periode yang bersamaan. Sedangkan perencanaan

    produksi perusahaan dapat ditelusuri dari perencanaan penjualan perusahaan,

    berikut tingkat persediaan barang jadi yang dikehendaki pihak management.

    b. Harga bahan baku

    Harga dari bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula

    dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan dasar

    penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan

    untuk investasi dalam persediaan bahan baku ini.

    c. Biaya biaya persediaan

    Biaya biaya untuk mengadakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya

    diperhitungkan pula dalam penentuan besarnya persediaan bahan baku.

    d. Kebijaksanaan pembelian

    Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan,

    tergantung pada kebijaksanaan pembelanjaan perusahaan. Apakah perusahaan

    memberikan fasilitas yang pertama, kedua atau yang terakhir bagi persediaan

    bahan baku ini. Disamping itu juga dilihat apakah dana yang disediakan tersebut

    cukup untuk pembayaran semua bahan yang diperlukan perusahaan, ataukah

    hanya sebagian saja.

  • P a g e | 19

    e. Pemakaian senyatanya

    Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode yang lalu (actual demand),

    merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Seberapa besar penyerapan

    bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya

    dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun senantiasa harus dianalisa.

    Dengan demikian maka akan dapat disusun perkiraan kebutuhan bahan baku

    mendekati kenyataan

    f. Waktu tunggu

    Waktu tunggu (lead time) adalah tenggat waktu yang diperlukan atau yang terjadi

    antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri.

    Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh karena hal ini sangat erat

    hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (reorder point). Dengan

    diketahuinya waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli di

    saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan dapat ditekan

    seminimal mungkin.

    Hal lain yang juga perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah kualitas dari

    bahan baku yang tersedia. Bagi beberapa perusahaan yang memproduksikan suatu

    produk di mana karakteristik bahan baku sangat berpengaruh pada karakteristik

    produk perusahaan, maka di dalam hal ini pengendalian kualitas bahan baku akan

    menjadi hal yang sangat penting di dalam perusahan. Baik buruknya kualitas produk

    perusahaan dalam perusahaan tersebut akan sangat ditentukan oleh baik buruknya

    kualitas bahan baku yang dipergunakan.

    Dalam pendekatan bahan baku untuk pengendalian kualitas, terdapat beberapa

    hal yang sebaiknya dikerjakan oleh manajemen perusahaan agar bahan baku yang

    diterima perusahaan dapat dijaga kualitasnya. Menurut Ahyari hal-hal tersebut antara

    lain adalah seleksi sumber bahan, pemeriksaan dokumen pembelian, pemeriksaan

    penerimaan bahan, dan penjagaan gudang bahan baku perusahaan. (1990:264).

    Pada tahap seleksi sumber bahan, perusahaan hendaknya dapat melaksanakan

    seleksi ini dengan menggunakan beberapa kriteria dasar yang disesuaikan dengan

    kepentingan perusahaan yang bersangkutan. Beberapa kriteria dasar tersebut antara

    lain harga bahan baku yang diperlukan, kualitas bahan baku yang dikirimkan,

    kemampuan pengiriman bahan baku dari segi waktu maupun jumlah yang dikirimkan,

    serta kontinyuitas pengiriman bahan baku dalam jangka panjang.

  • P a g e | 20

    Sedangkan pelaksanaan seleksi bahan baku ini dapat dilakukan antara lain

    dengan cara melihat kepada pengalaman-pengalaman hubungan perusahaan dengan

    pemasok (petani) pada waktu-waktu yang telah lalu, dengan mengadakan evaluasi

    pada perusahaan-perusahaan pemasok dengan menggunakan daftar pertanyaan, atau

    dapat lebih teliti lagi dengan mengadakan penelitian kualitas perusahaan pemasok

    tersebut. Beberapa cara tersebut dipilih salah satu atau dilakukan bersama, tergantung

    kepada kebijaksanaan manajemen perusahaan yang bersangkutan dan tersedianya

    dana untuk kepentingan hal tersebut.

    Definisi Operasional

    Sistem kemitraan yang menguntungkan adalah system kerjasama yang hasilnya

    saling memuaskan kedua belah pihak. Pihak kelompok petani memperoleh perhatian

    kesejahteraannya, memadai mnurut kesejahteraan ekonominya seauai pengorbanan

    dan perjanjian yang disepakati secara terbuka. Bagi perusahaan jelas tercapai

    kelancaran bisnis secara berkesinambungan.

    Ukuran saling menguntungkan akan dilihat dari butir-butir dokumentasi

    kerjasama yang telah ditetapkan dikonfirmasi kembali dengan petani-petani yang

    terlibat dalam perjanjian kemitraan tersebut. Sehingga akhir penelitian ini diharapkan

    menghasilkan pola kemitraan baru yang lebih menguntungkan kedua belah pihak.

    2.2. Kualitas Produk

    2.2.1 Kualitas Produk

    Berbicara mengenai produk maka aspek yang perlu diperhatikan adalah

    kualitas produk. Menurut American Society for Quality Control, kualitas

    adalah the totality of features and characteristics of a product or service that

    bears on its ability to satisfy given needs, artinya keseluruhan ciri dan

    karakter-karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan

    kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Definisi ini

    merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga dapat

    dikatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau

    pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

    Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang

    ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh

    produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan berusaha memfokuskan pada

  • P a g e | 21

    kualitas produk dan membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh

    perusahaan pesaing. Akan tetapi, suatu produk dengan penampilan terbaik

    atau bahkan dengan tampilan lebih baik bukanlah merupakan produk dengan

    kualitas tertinggi jika tampilannya bukanlah yang dibutuhkan dan diinginkan

    oleh pasar.

    Menurut Kotler and Armstrong (2004, p.283) arti dari kualitas produk

    adalah the ability of a product to perform its functions, it includes the

    products overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair,

    and other valued attributes yang artinya kemampuan sebuah produk dalam

    memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas,

    reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga

    atribut produk lainnya.

    2.2.2 Dimensi Kualitas Produk

    Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2005, p.422) apabila

    perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar,

    perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh

    konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan

    produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari :

    1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar

    dari sebuah produk

    2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang

    bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin

    besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin

    besar pula daya tahan produk.

    3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu

    sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi

    spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada

    produk.

    4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk

    menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen

    terhadap produk.

    5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja

    dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin

  • P a g e | 22

    kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat

    diandalkan.

    6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk

    bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.

    7. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari

    penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena

    terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan

    informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen

    terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan

    Negara asal.

    Menurut Tjiptono (1997, p.25), dimensi kualitas produk meliputi:

    1) Kinerja (performance)

    Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang

    dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang

    yang dapat diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan

    sebagainya.

    2) Keistimewaan tambahan (features)

    Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan

    interior dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock

    system, power steering, dan sebagainya.

    3) Keandalan (reliability)

    Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai,

    misalnya mobil tidak sering ngadat/macet/rewel/rusak.

    4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)

    Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-

    standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan

    emisi terpenuhi, seperti ukuran as roda untuk truk tentunya harus lebih

    besar daripada mobil sedan.

    5) Daya tahan (durability)

    Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.

    Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan

    mobil.

  • P a g e | 23

    6) Estetika (asthethic)

    Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik

    mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan

    sebagainya.

    2.3. Sistem Informasi Manajemen

    2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIM)

    (Robert G. Murdick, Sistem Informasi Uuntuk Mnaajemen Modern,

    hal.16) Sistem informasi manajemen adalah suatu kelompok orang,

    seperangkat pedoman dan petunjuk, peralatan pengolah data (seperangkat

    elemen) memilih, menyimpan, mengolah dan mengambil kembali data

    (mengoperasikan data dan barang) untuk mengurangi ketidakpastian pada

    pengambilan keputusan (mencari tujuan bersama) dengan menghasilkan

    informasi untuk manajer pada waktu mereka dapat menggunakannya dengan

    paling efisian (menghasilkan informasi menurut waktu rujukan).

    Gordon B. Davis mengemukakan beberapa-beberapa istilah mengenai

    sistem informasi manajemen (Management Information System) seperti

    sistem informasi / keputusan dan sistem informasi. Dalam beberapa buku

    disebut Sistem Informasi bagi pimpinan, dan sebagainya. Walaupun

    demikian, dari beberapa pengertian dapat ditarik suatu pengertian bahwa

    didalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) terkandung pengertian sistem

    pengolahan informasi dalam menunjang pelaksanaan manajemen.

    Beberapa pendapat tentang Sistem Informasi Manajemen (SIM)

    dikemukakan oleh Burt Scanland dan J. Bernard Eys menyatakan bahwa

    Sistem Inforamsi Manajemen (SIM) merupakan suatu sistem formal

    mengenai hal melaporkan, menggolongkan, dan menyebarkan informasi

    kepada orang-orang yang tepat dalam suatu organisasi.

    The Laing Gie berpendapat bahwa Sistem Informasi Manajemen (SIM)

    sebagai jalinan hubungan dan lalu lintas keterangan dalam suatu organisasi

    melalui proses pengumpulan, pengolahan, pemahaman, dan penyebaran

    kepada pejabat yang berkepentingan.

    Dalam Encyclopedia Of Management disebutkan bahwa sistem

    Informasi manajemen (SIM) merupakan suatu proses pendekatan yang

  • P a g e | 24

    direncanakan dan disusun untuk memberikan bantuan kepada pimpinan dalam

    proses Manajerial.

    Dari beberapa pengertian Sistem informasi manajemen (SIM) diatas

    dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi manajemen (SIM) merupakan

    jaringan prosedur penngolahan data yang dikembangkan dalam suatu

    organisasi dan disahkan bila diperlukan untuk memberikan data kepada

    manajemen untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai

    tujuan. Data-data tersebut diolah untuk menjadi sebuah informasi.

    Sistem informasi manajemen (SIM) mempunyai pengertian sebagai

    suatu metode formal untuk menyediakan informasi yang akurat dan tepat

    waktu bagi manajemen, yang diperlukan untuk mempermudah proses

    pengambilan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan,

    pengendalian dan operasional organisasi yang bersangkutan dapat dilakukan

    secara efektif. (Stoner JAF., 1991)

    Menurut Robert K. Wysocki dan James Young (New York: Wiley,

    1990, pp. 123-34) menyatakan bahwa dengan sistem informasi yang

    memainkan peran yang penting dalam mengelola organisasi, manajer harus

    memahami bagaimana sistem ini harus didesain, diimplementasikan, dan

    dikelola.

    2.3.2 Pokok-pokok sebuah Sistem Informasi Manajemen (SIM)

    Menurut Gordon B.Davis (Sistem Informasi Manajemen, hal. 15)

    Sebuah sistem informasi manajemen mengandung elemen-elemen fisik

    sebagai berikut:

    1. Perangkat keras komputer

    2. Perangkat lunak

    a) Perangkat lunak sistem umum

    b) Perangkat lunak terapan umum

    c) Program apikasi

    3. Data base (data yang tersimpan dalam media penyimpanan komputer)

    4. Prosedur

    5. Petugas pengoperasian

    2.3.3 Tinjauan Tentang Sistem Informasi Manajemen

  • P a g e | 25

    Menurut Asep Jalaludin, S.T., M.M (Modul Sistem Infomasi

    Manajemen, SIM-sevz@2007 12). Sistem informasi manajemen dapat

    dijelaskan dengan memberikan penjelasan yang didasarkan pada tiga macam

    tinjauan yaitu berdasarkan komponen fisik, fungsi pengolahan, dan fungsi

    keluaran. Berdasarkan komponen fisik penyusunnya, Sistem Informasi

    Manajemen dapat terdiri atas komponen:

    a) Perangkat keras (hard ware)

    b) Perangkat lunak (soft ware)

    c) Berkas (file)

    d) Procedure (prosedur)

    e) Manusia (brain ware)

    Sistem Informasi Manajemen mempunyai tugas utama melakukan

    transformasi data menjadi informasi. Hal ini berarti Sistem Informasi

    Manajemen bertugas menerima data masukan, mengolah data masukan,dan

    menghasilkan keluaran berupa informasi.

    Berdasarkan fungsi pengolahan Sistem Informasi Manajemen terdiri

    atas:

    a) Mengolah transaksi

    b) Memelihara file historis

    c) Menghasilkan keluaran

    d) Interaksi user-pengolah

    Berdasarkan fungsi keluaran, Sistem Informasi Manajemen dapat

    menghasilkan keluaran berikut:

    a) Dokumen transaksi

    b) Laporan terjadwal/rutin

    c) Jawaban atas pertanyaan terjadwal

    d) Laporan tidak terjadwal

    e) Jawaban atas pertanyaan tidak terjadwal

    f) Dialog user-machine

    2.2.4 Unsur Penting agar Sistem Informasi Manajemen (SIM) Efektif

    Menurut Asep Jalaludin, S.T., M.M (Modul Sistem Infomasi

    Manajemen, SIM-sevz@2007 12). Agar Sistem Informasi Manajemen dalam

  • P a g e | 26

    suatu organisasi dapat beroperasi secara efektif, maka perlu diperhatikan

    tentang beberapa unsur penting berikut:

    a) Data yang dibutuhkan

    b) Kapan data dibutuhkan

    c) Siapa yang membutuhkan

    d) Dimana data dibutuhkan

    e) Dalam bentuk apa data dibutuhkan

    f) Prioritas yang diberikan dari bermacam data

    g) Prosedur/mekanisme yang digunakan untuk memproses data

    2.4. SOP (Standard Operating Proceduress)

    Di dalam organisasi terdapat prosedur yang harus dipatuhi oleh setiap anggota

    organisasi. Untuk mencapai tujuan yang sama, maka anggota organisasi terikat pada

    prosedur tertentu yang harus diikuti dan dipatuhi. Inilah yang sering disebut bahwa

    untuk melakukan kegiatan-kegiatannya dengan efektif dan efisien, organisasi

    membutuhkan suatu prosedur operasi standar atau apa yang sering disebut dengan

    Standard Operating Procedures atau SOP.

    Menurut Tambunan (2008 : 3) menyatakan bahwa:

    SOP adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang

    ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap

    keputusan, langkah, atau tindakan, an penggunaan fasilitas pemrosesan yang

    dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi telah berjalan secara

    efektif, konsisten, standar, dan sitematis.

    Dari definisi di atas, empat hal yang disebutkan pada akhir kalimat yaitu efektif,

    konsisten, standar, dan sistematis merupakan ciri-ciri atau syarat SOP yang

    bermanfaat bagi organisasi. Dengan dipenuhinya empat syarat tersebut, maka SOP

    akan menjadi bagian dari sistem organisasi yang dapat bergerak seirama dan harmonis

    dengan keputusan dan kegiatan organisasi sehingga tujuan pelaksanaan SOP dapat

    terpenuhi.

    2.4.1 Peran dan Manfaat SOP

    Peran dan manfaat SOP sebagai pedoman di dalam suatu organisasi

    sebagaimana yang dikemukakan oleh Tambunan (2008: 97) adalah:

  • P a g e | 27

    a. Menjadi pedoman kebijakan yang menjadi dasar dari semua kegiatan-

    kegiatan organisasi, operasional dan administratif (Pedoman Kebijakan)

    b. Menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan organisasi, baik operasional

    maupun administratif (Pedoman Kegiatan)

    c. Menjadi pedoman validasi langkah-langkah kegiatan dalam organisasi

    (Pedoman Birokrasi)

    d. Menjadi pedoman penggunaan formulir, dokumen, blanko, dan laporan-

    laporan yang terkait dengan kegiatan-kegiatan dalam organisasi (Pedoman

    Administrasi)

    e. Menjadi pedoman penilaian efektifitas kegiatan organisasi (Pedoman

    Evaluasi Kerja)

    f. Menjadi pedoman pengintegrasian kegiatan-kegiatan dalam organisasi

    yaitu dalam konteks mencapai tujuan orgnanisasi (Pedoman Integrasi).

    Kebijakan-kebijakan ini menjadi sumber dari prosedur operasi standar

    yang menjadi bentuk praktis dari sebuah kebijakan. Kebijakan hanya dapat

    diterapkan dengan benar jika didukung dengan prosedur operasi standar yang

    efektif.

    2.4.2 Kriteria SOP

    Kriteria yang menyebabkan SOP suatu organisasi berbeda dengan SOP

    organisasi lain menurut Tambunan (2008: 109) terdiri atas:

    a. Khas atau spesifik (specific)

    b. Lengkap prosedur (complete)

    c. Jelas dan mudah dipahami (understandable)

    d. Layak terap (applicable)

    e. Layak kontrol (controllable)

    f. Layak audit (auditable)

    g. Layak ubah (changeable)

    Penyusunan SOP harus khas dan spesifik sesuai dengan kebutuhan

    organisasi masing-masing. Di samping itu prosedur yang akan diterapkan

    harus lengkap, mudah dipahami serta jelas sehingga mudah untuk

    dilaksanakan. SOP juga harus layak diterapkan, dikontrol, diaudit, dan diubah

  • P a g e | 28

    karena SOP harus disusun dan disajikan berdasarkan kebutuhan terkini

    organisasi. SOP disusun untuk dapat mengantisipasi perubahan-perubahan

    organisasi paling tidak untuk tiga sampai lima tahun ke depan.

    2.4.3 Prosedur penyusunan rancangan sistem informasi (membuat SOP)

    Penyusunan rancangan sistem informasi, merupakan langkah awal yang

    harus dilakukan sabelum melaksanakan pengembangan sistem informasi.

    Aktivitas ini berkaitan dengan hirarki serta keterkaitan antar subsistem.

    Selanjutnya dalam menyusun rancangan, hal-hal berikut harus sudah

    dipahami/ disiapkan lebih dahulu:

    (1) Tugas dan fungsi unit kerja

    (2) Obyek garapan unit kerja

    (3) Pendukung dan penyelenggara tugas dan fungsi unit itu

    (4) Prosedur yang digunakan unit kerja dalam menyelenggarakan tugas dan

    fungsi.

    2.4.4 Proses pelaksanaan pembangunan pangkalan data (perlu membuat SOP).

    Prosedur pelaksanaan pembangunan pangkalan data berkaitan dengan

    jenis atau variasi kerja di suatu unit kerja. Karena itu, pembangunan pangkalan

    data biasanya dilakukan secara bertahap. Tetapi, setiap tahap harus

    menghasilkan produk yang tuntas dan utuh.

    Tahapan yang harus dilakukan dalam pembangunan pangkalan data

    antara lain:

    (1) melakukan studi kelayakan, secara tuntas dan utuh

    (2) menyediakan perangkat keras secara tuntas (st)

    (3) menyusun perangkat lunak (st)

    (4) menyediakan data awal (data apa yg tersedia, dlm bentuk apa (st)

    (5) menyusun petunjuk operasi (st)

    (6) menyediakan dokumentasi program (st)

    (7) melatih tenaga operator dan apresiasi pimpinan (st)

    (8) menyusun mekanisme peremajaan data dan pendayagunaan informasi

    (perangkat lunak apa yg paling efektif untuk mendukung operasi tersebut

    dan dlm bentuk apa informasi disajikan (st)

    (9) mengoperasionalkan pangkalan data.

  • P a g e | 29

    Untuk dapat menjalankan sistem informasi manajemen dengan

    baik (agar penyelenggaraan administrasi organisasi bisnis/ lembaga/ dinas

    berjalan dengan baik (cepat, efektif dan effisien, berkembang dan

    suistainability), ada 7 (tujuh) hal yang harus diperhatikan:

    (1) dalam perencanaan, perlu menggunakan pendekatan sistem

    (2) dalam menilai, harus beriorientasi pada hasil (Output oriented)

    (3) dalam bekerja, harus mendasarkan pada struktur program kegiatan yang

    baku (SOP)

    (4) harus ada keseimbangan antara otonomi-otonomi kewenangan yang baku

    (5) harus ada keseimbangan antara otonomi yang diberikan dengan

    pengarahan dari pemberi wewenang

    (6) bekerja berdasarkan rencana bergulir (rolling plan)

    (7) melakukan pendekatan masalah secara sistematis

    2.5. Menentukan Pilihan Strategi

    Gambar Proses strategi bisnis

    2.5.1 Macam macam strategi

    Strategi formulasi

  • P a g e | 30

    Pimpinan organisaasi dapat menilai kecendrungan yang terjadi pada saat

    ini dan yang akan datang baik dari segi eksternal mulai dari pasar

    percetakan,persaingan,regulasi, juga dari segi internal mulai dari nilai

    organisasi,keunggulan percetakan,kemampuan percetakan, hasil produk

    dan pasar,kebijakan strategis. Didalam perusahaan percetakan digunakan

    metode manajeman proyek dimana rencana yang disusun,dijelaskan,

    diprioritaskan,ditahapkan,dijadwalkan,disumbedayakan dan

    diimplementasikan serta dipantau oleh karena itu proyek dapat

    dioptimalkan hasilnya oleh perusahaan.

    Strategy implementation

    Perusahan diharapkan menetapkan atau merumuskan tujuan perusaahaan

    tahunan,memikirkan dan merumuskan kebijakan,memotifasi

    karyawan,serta mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah

    diformulasikan dapat dilaksanakan,menggerakkan para karyawan dan

    menager untuk melaksanakan formulasi menjadi tindakan nyata.

    Karyawan harus distimulir melalui organisasi agar dapat bekerja dengan

    penuh kebanggaan dan antusias kearah pencapaian tujuan yang telah

    ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi.

    Strategy evaluation

    Mengevaluasi faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar bagi

    strategi yang sedang berlangsung.

    Mengukur kinerja perusahaan yang telah dilakukan.

    Mengambil tindakan perbaikan pada perusahaan apabila diperlukan

    agar kedepannya perusahaan semakin maju.

    2.5.2. Strategi Mempertahankan Usaha

    Kondisi perekonomian sulit seperti saat ini bagi pengusaha kecil

    umumnya UKM, hanya mampu mempertahankan diri untuk tetap dapat

    hidup menopang kehidupan keluarga, betapa tidak seperti kebanyak IKM

    mikro posisi tempat yang belum mapan, lemah modal, lemah manajemen

    dan lemah teknologi harus bersaing dengan pengusaha yang sudah mantap,

    apalagi disisi lain di Kabupaten Jember semakin menjamurnya dibanyak

    tempat bisnis modern orientasi perbenihan seperti PT Branita Sanchini dan

  • P a g e | 31

    PT Jagung Hibrida Sulawesi menambah satu deretan daftar sulitnya untuk

    mempertahankan apalagi mengembangkan usaha.

    Upaya mempertahankan usaha dapat dikatagorikan pada strategi

    bertahan hidup, strategi stabilitas atau disebut juga adaptasi atau defensif

    atau bertahan hidup disisi lain ada strategi ekspansi atau disebut juga

    perluasan atau pertumbuhan. (Gluck & Jauch, 1984; Certo et.al: 1984,

    Wright et.al., 1996; David, 1998)

    Glueck & Jauhch (1984) menjelaskan bahwa perusahaan bisa

    disebut menjalankan strategi bertahan hidup bilamana: perusahaan tetap

    melayani masyarakat dalam sektor produk atau jasa yang serupa, sektor

    pasar dan sektor fungsi sebagaimana yang diteeetapkan dalam definisi

    bisnisnya, atau dalam sector yang sangat serupa; serta keputusan strategis

    utamanya difokuskan pada penambahan perbaikan terhadap pelakanaan

    fungsinya. Lebih jauh ia menjelaskan ciri-ciri perusahaan menerapkan

    strategi ini.

    1. Perusahaan berjalan dengan baik atau menganggap dirinya berhasil baik.

    Pimpinan biasanya tidak terlalu memahami kombinasi keputusan apa

    yang menyebabkannya berhasil. Makanya kita meneruskan cara yang

    selalu kita lakukan disini.

    2. Perusahaan tidak berani mengambil risiko bisnis

    3. Operasi perusahaan bersifat reaktif terhadap perubahan lingkungan

    bisnis dan itupun akan dilakukan jika benar-benar akan mengganggu

    eksistensinya

    4. Lingkungan bisnis relatif dianggap stabil

    5. Terlampau banyak ekspansi dapat menimbulkan ketidak-efisiensienan.

    6. Orentasi perusahaan jangka pendek, bukan jangka panjang.

    Kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi industri

    bergantung pada kondisi internalnya. Cara yang biasa dilakukan untuk mengkaji

    kondisi internal adalah dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.

    Arthur Thompson, Jr dan A.j Strickland (1995 dalam Usahawan 2003: 32)

    memberikan suatu pedoman mengenai apa-apa yang dapat menjadi kekuatan dan

    kelemahan perusahaabn. Beberapa diantaranya dapat dilihat dalam tabel berikut

  • P a g e | 32

    Tabel 1: Analisis kekuatan dan kelamahan dalam Bisnis

    Kekuatan Kelemahan

    Memiliki kompetensi-kompetensi inti/

    pokok (core competences)

    Pertumbuhan pendapatan didbawah

    rata-rata industri

    Memiliki pangsa pasar yang besar Keterbatasan sumberdaya keuangan

    Memiliki pelanggan-pelanggan yang

    loyal

    Reputasi yang kurang baik di mata

    konsumen

    Produk-produknya terdeferensiasi

    secara efektif

    Tertinggal dalam pengembangan

    produk

    Pemakaian dana terkendali secara baik Banyak terjadi pemborosan biaya

    Tingkat laba berada diatas rata-rata

    industri

    Tergolong perusahaan berskala kecil

    di dalam industri

    Menguasai teknologi produksi yang

    canggih

    Kualitas produk sangat rendah

    Manajemennya memiliki jiwa

    kewirausahaan yang tinggi

    Tingkat keterampilannya sumberdaya

    manusianya sangat rendah

    Ada satu pendekatan lainnya, dikenal sebagai pendekatan berbasis sumberdaya,

    yuang memusatkan pengkajian kondisi internal perusahaan pada kepemilikan

    sumberdaya yang berkualitas. Sumberdaya fisik (teknologi, peralatan, perlengkapan,

    letak dan akses ke bahan baku), sumberdaya manusia dan sunmberdaya oganisasi

    seperti sistem dan tata cara yang berlaku didalam perusahaan baik formal maupun

    informal. (Bemey, 1991, h.:101, dalam usahawan: 32 2003).

    Apakah dengan mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki, perusahaan

    berkemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang terdapat didalam

    lingkungan dan atau menetralisisasi ancaman-ancaman yang datang dari lingkungan ?

    Indikasi bahwa perusahaan memiliki kemampuan seperti yang disebutkan dalam

    pertanyaan diatas adalah semakin meningkatnya pendapatan sejalan dengan semakin

    didayagunakan sumberdaya yang dimiliki. Sedangkan cara yang lain adalah

    mengusahakan peningkatan efektifitas dan efesiensi dalam semua aspek operasinya.

    Definisi Ketahanan Usaha, adalah menyangkut kontinyuitas atau tidaknya

    dalam melakukan aktivitas pekerjaan, apakah pernah berhenti atau tidak melakukan

  • P a g e | 33

    pekerjaan tersebut, dengan mengembangkan item pekerjaan dalam bisnis sebagai

    berikut:

    Tabel 2: Analisis Ketahanan usaha

    Cover term

    Strategi bertahan hidup usaha bisnis

    Faktor modal Faktor produksi Proses Produksi

    Keadaan dan upaya detil

    pengadaan modal usaha

    Keadaan dan upaya detil

    pengadaan bahan-tenaga

    kerja dan peralatan

    Tempat proses

    produksi

    Upaya dan alasan memilih

    sumber modal kerja saat

    ini

    Upaya dan alasan membuat

    jaringan kerja

    Keterbatasan lahan

    proses produksi

    Upaya menjamin

    kelancaran-kelancaran

    menarik modal asing

    Upaya menjamin

    kelancaran pasokan faktor

    produksi

    Penjagaan proses

    produksi lancar

    Apa saja cara memenuhi

    mendapatkan modal usaha

    yang murah

    Apa saja cara memenuhi

    mendapatkan kualitas

    pasokan faktor produksi

    Pencapaian Kualitas

    proses produksi

    Apa saja tanggung jawab

    pengadaan pasokan/

    pemupukan modal usaha

    Apa saja tanggung jawab

    pengadaan pasokan faktor

    produksi

    Tanggung jawab

    proses dan urutan

    produksi

    Apa saja karakteristik

    atribut faktor pasokan

    modal kerja yang

    diharapkan

    Apa saja karakteristik

    atribut faktor pasokan

    produksi yang diharapkan

    Karakter proses

    produksi yang

    diharapkan

    Tabel 3: Analisis taksonomi ketahanan hidup unsur pasar dan faktor produksi.

    Apa saja keseluruhan jenis

    produk akhir/ jasa yang

    dijual

    Keseluruhan upaya apa saja yang dilakukan untuk

    mencapai kualitas, pengadaan. Serta bagaimana

    upaya memahami kekuatan, kelemahan, tantangan

    dan peluang membangun jaringan berkelanjutan

    untuk mendapatkan kemantapan usaha.

  • P a g e | 34

    Apa saja keseluruhan

    tempat yang dipakai untuk

    pemajangan produk / jasa

    Keseluruhan upaya apa saja yang dilakukan dalam

    rangka memenuhi ruangan ,konsentrasi usaha,

    keamanan penyimpanan faktor produksi, kekuatan,

    kelemahan, peluang dan tantangan untuk

    mendapatkan ruangan yang lebih besar

    Upaya dan alasan membuat

    / menciptakan jaringan

    pasar

    Keseluruhan keberhasilan/ kegagalan-keterbatasan

    upaya membangun jaringan termasuk memahami

    kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluangnya

    Upaya menjamin

    kelancaran/ keberlanjutan

    pemasaran

    Tantangan menciptakan keberlanjutan jaringan atas

    produksi/ jasa, tantangan dan peluang mendapatkan

    manfaat kemantapan serta kekuatan dan kelemahan

    upaya yang telah dilakukan

    Apa saja cara memenuhi

    agar pemasaran produk/

    jasa meningkat

    Tantangan mendapatkan kualitas produksi/ jasa

    yang memenuhi syarat, serta apa kekuatan dan

    kelemahan terhadap upaya yang telah dilakukan.

    Apa saja tanggung jawab

    dari aspek pemasaran

    Tantangan penyesuaian sesuai target, setiap urutan/

    bagian pekerjaan

    Kesesuaian keseluruhan karakteristik faktor

    produksi/ jasa serta kekuatan dan kelemahan upaya

    yang telah dilakukan.

  • P a g e | 35

    BAB III

    PELAKSANAAN KEGIATAN

    3.1 Profil Umum Perusahaan

    PT. HIJAU AGRI INDONESIA (PT.HAI) yang berbadan hukum usaha secara

    resmi didirikan di tahun 2013, merupakan salah satu perusahaan Agri Bisnis yang

    dikenal mempunya tingkat pertumbuhan usaha yang tinggi. Dimulai pada tahun 2010,

    sebagai perusahaan perseorangan yang terus berkembang PT HAI tidak berpuas diri

    tetapi selalu melihat peluang yang cukup terbuka pada bidang penanaman bibit jagung

    Hibrida. Sampai saat ini bibit jagung hibrida menjadi salah satu bidang usaha utama

    yang digeluti PT HAI dengan tidak menutup kemungkinan pengembangan bisnis di

    penanaman lainnya.

    Saat ini, didukung oleh Sumber daya manusia profesional dan berpengalaman

    yang direkrut serta didukung oleh sistem manajemen yang kuat. PT Hijau agri telah

    memperoleh kepercayaan untuk menjadi mitra grower dari pabrik multinasional yang

    ada di Jawa Timur. Saat ini PT Hijau Agri Indonesia (PT.HAI) memfokuskan diri pada

    bidang usaha utamanya yaitu penanaman Bibit Jagung Hibrida. Mengambil posisi

    sebagai Grower yang merupakan partner kerja dari perusahaan multinasional pengolah

    bibit Jagung Hibrida.

    Posisi Grower secara singkat dapat digambarkan sebagai sub-kontraktor dari

    pabrik untuk melakukan penanaman secara mandiri atau berpartner dengan petani

    dengan benih yang diberikan oleh pabrik untuk selanjutnya hasilnya dijual kembali ke

    pabrik. Wilayah kerja atau lahan lokasi penanaman PT Hijau Agri Indonesia tersebar

    di wilayah Jawa Timur seperti di wilayah Tulungagung, Kediri, Blitar, Lamongan,

    Malang, Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, Jember, Situbondo dan Banyuwangi.

    Seperti organisasi lainnya, sebagai perusahaan swasta PT. HIJAU AGRI

    INDONESIA memiliki tujuan yang ingin dicapai dan ini tercermin lewat visi dan misi

    perusahaan. Visi merupakan pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan

    perusahaan melalui pengembangan potensi. Sedangkan misi merupakan tujuan dan

    target yang ingin dicapai suatu organisasi. adapun visi dan misi PT. HIJAU AGRI

    INDONESIA adalah sebagai berikut:

  • P a g e | 36

    Visi Perusahaan

    1. Menjadi perusahaan agribisnis yang terkemuka dan menciptakan nilai lebih

    bagi stakeholders

    Misi Perusahaan

    1. Mengantisipasi kecenderungan pasar dan kebutuhan pelanggan.

    2. Mengutamakan manajemen yang profesional dan berintegritas.

    3. Mengembangkan sumber daya manusia serta memberi penghargaan atas

    prestasi kerja.

    4. Mengembangkan budaya inovatif.

    5. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

    3.3.1 Lokasi Perusahaan

    PT. HIJAU AGRI INDONESIA bertempat di wilayah Kabupaten Jember,

    tepatnya berlokasi di pergudangan Rejo Agung Komplek Brawijaya Mangli.

    3.3.2 Jenis Usaha

    PT. HIJAU AGRI INDONESIA merupakan salah satu perusahaann swasta

    yang bergerak dibidang agribisnis (agroindustri) dengan spesifikasi

    pembenihan dan penanaman jagung hibrida di wilayah Jawa Timur, seperti

    wilayah Tulungagung, Kediri, Blitar, Lamongan, Malang, Pasuruan,

    Lumajang, Probolinggo, Jember, Situbondo dan Banyuwangi.

    3.3.3 Jumlah Karyawan

    PT. Hijau Agri Indonesia Cabang Jember adalah 65 orang karyawan meliputi:

    1. Production Manager 1 orang

    2. Field Manajer 2 orang

    3. Supervisor 12 orang

    4. Field Assistance 37 orang

    5. Admin Finance 1 orang

    6. Accounting 1 orang

    7. Warehouse Logistic 1 orang

    8. Administration 1 orang

    9. Staf accounting 3 orang

    10. Staf Warehouse Logistic 2 orang

    11. Staf administration 4 orang

  • P a g e | 37

    3.3.4 Struktur Organisasi Perusahaan

    3.3.5 Job Description Karyawan

    PT. Hijau Agri Indonesia memiliki deskripsi pekerjaan (Job

    describtion) yang berisi tugas dan kewajiban karyawan di masing-masing

    jabatan dengan tujuan mempermudah serta memperjelas proses kerja dan

    Berikut ini adalah pemaparan job describtion karyawan PT. Hijau Agri

    Indonesia:

    Production Manager (Manajer Produksi)

    1. Bertanggungjawab terhadap keseluruhan proses produksi

    pembenihan dari perencanaan tanam hingga panen yang dilaporkan

    oleh manager

    2. Membuat rencana penjadwalan kerja untuk team lapangsn

    3. Bertanggung jawab atas kualitas, kelancaran acara serta operasional

    seluruh kegiatan dari bagian lapang

    4. Bertanggungjawab terhadap pengaturan man power produksi

    Field Manager (Manajer Lapangan) :

    1. Bertanggungjawab terhadap keseluruhan proses produksi

    pembenihan dari perencanaan tanam hingga panen.

    2. Bertanggungjawab terhadap target luasan lahan

  • P a g e | 38

    3. Bertanggungjawab terhadap hasil mutu tanam

    4. Bertanggungjawab terhadap pengaturan man power produksi

    Supervisor

    1. Melakukan pencarian lahan

    2. Bertanggungjawab terhadap suatu luasan lahan tanam

    3. Mengontrol dan mengawasi tanaman dari awal tanam sampai akhir

    4. Mendampingi petani selama proses tanam sampai panen

    5. Momonitor dan mengawasi beberapa Field Assistance

    6. Membuat laporan ke Field Manager

    Field Assistance :

    1. Melakukan pencarian lahan

    1. Bertanggungjawab terhadap suatu luasan lahan tanam

    2. Memastikan penanaman benar

    3. Mengontrol dan mengawasi tanaman dari awal tanam sampai akhir

    4. Mendampingi petani selama proses tanam sampai panen

    5. Memastikan perawatan aplikasinya tepat waktu

    6. Memastikan hasil panen dikirim ke perusahaan

    7. Membuat laporan ke supervisor

    Field Administration

    1. Menerima, menverifikasi dan menginput data laporan tanam,

    perawatan sampai dengan panen yang dari supervisor

    2. Mengajukan pengajuan tenaga kerja yang direquestkan oleh

    supervisor

    3. Memastikan kebenaran dan kelengkapan laporan yang diajukan oleh

    supervisor

    4. Mengarsip dokumen

    Warehouse logistic

    1. Bertanggung jawab atas penerimaan benih dari supplier.

    2. serta semua fasilitas yang ada digudang

    Administrasi :

    1. Menerima semua data dari semua field admin untuk dicek untuk

    kebenaran data dan diajukan ke bagian aaccounting

    2. Bertanggung jawab penuh tugas field admin

  • P a g e | 39

    Accounting :

    1. Menerima semua data dari administrasi untuk dicek kembali dan

    diajukan ke bagian finace agar segera terealisasikan

    2. Menghitung semua pajak yang akan dikeluarkan

    3.3.6 Fasilitas Perusahaan

    Dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan maka

    diperlukan adanya fasilitas penunjang kegiatan tersebut. Fasilitas diartikan

    sebagai sarana dan prasarana yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka

    mempermudah pekerjaan baik fasilitas fisik maupun fasilitas non fisik.

    Fasilitas fisik yang dimiliki oleh PT. HIJAU AGRI INDONESIA diantaranya:

    1. Fasilitas Komputer yang digunakan untuk inputing dan pengolahan data

    (processing data) perusahaan

    2. Diesel yang digunakan untuk preventif apabila terjadi pemadaman listrik

    dari PT. PLN yang dapat menggangu kinerja perusahaan.

    3. Tanki, disediakan untuk mengangkut air yang digunakan untuk mengairi

    lahan selama proses tanam.

    4. Paralon, yang digunakan untuk melakukan perawatan tanaman berupa

    pengairan atau irigasi selama masa tanam benih hingga tanaman siap

    panen guna menjaga kualitas hasil produk.

    5. Global Positioning System yang digunakan untuk mengukur luas lahan

    yang akan disewa oleh perusahaan.

    3.2 Praktik Solusi

    Setiap perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan yang perlu dilakukan

    identifikasi dimana keunggulan dan kelemahan tersebut dapat diidentifikasi dengan

    menginventarisir apa saja yang kekuatan, kelemahan yang dimiliki perusahaan PT.

    Hijau Agri Indonesia dapat dilihat melalui tabel anlisis SWOT berikut ini :

  • P a g e | 40

    Internal

    Eksternal

    Kekuatan (Strong / S) Kelemahan (Weakness)

    1. Pengalaman petani sebagai mitra

    perusahaan dalam menanam jagung

    hibrida

    2. Perolehan bahan baku atau benih

    jagung hibrida yang sudah

    tersedia

    3. Ketersediaan hasil produksi

    jagung hibrida

    4. Sarana dan prasarana yang

    dimiliki perusahaan serta

    produksi jagung hibrida dapat

    memenuhi target

    1. Kurangnya tenaga kerja

    untuk mengurus lahan

    pertanian jagung hibrida

    2. Terikat dengan satu

    supplier

    3. Keterbatasan sarana

    produksi disekitar lokasi

    tanam

    4. Kualitas jagung hibrida

    yang tidak konsisten

    Peluang (Opportunity) Threat (Ancaman)

    1. Penetapan jagung sebagai

    komoditas unggulan Jawa Timur

    2. Kualitas benih jagung yang

    dihasilkan

    3. Brand (Image) produk jagung

    hibrida PT. Hijau Agri Indonesia

    4. Standarisasi harga jagung hibrida

    untuk ekspor

    1. Persaingan antara

    perusahaan pembenihan

    dan penanaman jagung

    hibrida dalam satu

    wilayah.

    2. Tingginya biaya

    pungutan dalam

    pengangkutan

    3. Iklim yang tidak dapat

    dikendalikan.

    4. Hama tamanan yang

    merusak.

    Pada praktek solusi ini akan dibahas lebih lanjut mengenai permasalahan yang

    muncul pada latar belakang sebelumnya. Dimana masalah tersebut akan dijabarkan

    lebih detail beserta contoh pemberian kongkritnya. Sehingga dapat diidentifikasi dan

    ditemukan solusi yang tepat guna memperbaiki hal-hal yang dianggap masih kurang

    maksimal dari suatu permasalahan yang ditemukan selama proses kegiatan praktikum.

  • P a g e | 41

    Bidang Administrasi

    1. Penataan arsip atau dokumen yang kurang terstruktur

    2. Tidak adanya klasifikasi dokumen atau arsip berdasarkan tanggal, abjad dll

    3. Terjadi kesalahan dalam proses inputing data dari satu arsip ke arsip yang lain

    Contoh permasalahan yang sering terjadi digambarkan sebagai berikut:

    Berdasarkan gambar diatas dijabarkan bahwa seringkali penataan arsip

    kurang terstruktur, hal ini disebabkan karena tidak adanya pengklasifikasian yang

    dilakukan oleh admin terhadap semua dokumen. Dimana seluruh dokumen

    dijadikan satu penyimpanan. Sehingga resiko tertukar tempat terhadap arsiparsip

    tersebut sangat sering terjadi. Ditambah lagi apabila administrasi yang tidak selalu

    teliti terhadap arsip- arsip tersebut. Hal ini mengakibatkan keterlambatan terhadap

    kinerja administrasi.

    Solusi Permasalahan.

    Berdasarkan penjabaran mengenai masalah yang sering terjadi diatas dapat

    dihasilkan beberapa solusi terkait masalah tersebut diantaranya:

    1. Administrasi perlu membuat sistematika pengarsipan dokumen. Dimana

    dokumen-dokumen yang telah ada dikelompokkan atau diklasifikasikan

    berdasarkan abjad, tanggal, lokasi dan kriteria lainnya yang memudahkan

    penempatan dokumen pada file arsip yang tepat. Sehingga administrasi

    dapat dengan mudah menentukan dimana ia mengarsipkan dokumen-

    dokumen tersebut.

    2. Administrasi perlu membuat petunjuk penataan berupa sistematika

    penempatan dokumen maupun pengambilan pengambilan dokumen dari

    lemari arsip.

    3. Memerlukan formulir untuk mempunyai data base baru

  • P a g e | 42

    4. Perbaikan setelah terjadi kesalahan (kuratif) terkait input data

    administrasi.

    5. Administrasi perlu meningkatkan ketelitian dalam mengarsipkan

    dokumen-dokumen yang telah dilaporkan.

    Bidang Lahan

    1. Terjadinya kesalahan pelaporan berupa pengisian data formulir, pertama

    dari oleh Field Assistance kepada Supervisor. Kedua dari supervisor ke

    Field Administrasi dimana pengisian data tidak sesuai dengan standar yang

    ditetapkan.

    2. Formulir sudah baku akan tetapi penulisan yang kurang tepat sehingga

    menyebabkan kesalahan pelaporan.

    3. Terjadi perbedaan pelaporan antara Field Assistance antara petugas

    pengukur luas lahan dengan Field Assistance.

    Contoh konkritnya dimana terdapat perbedaan pelaporan antara field

    assistance dengan hasil observasi supervisor. Dimana field assistance

    menyatakan bahwa luas lahan siap tanam yang disewa oleh perusahaan

    adalah 0.9 Ha. Ini berdasarkan keterangan dari petani selaku pemilik lahan

    yang mengetahui luas lahannya. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran

    GPS luas lahan siap tanam mencapai 1 Ha. Maka disinilah terdapat selisih

    antara pelaporan oleh Field assistance dengan supervisor.

    Solusi

    Adapun solusi dari permasalahan yang telah diuraikan diatas ialah sebagai

    berikut:

    1. Pencatatan hasil pengukuran dilakukan bersama- sama antara supervisor

    dan field admin. Di waktu yang bersamaan, sehingga data yang diperoleh

    lebih valid dan tidak ada perbedaan pelaporan.

    2. Menetapkan aturan bahwa hasil pelaporan yang baku dan diterima

    manajemen adalah laporan berdasarkan hasil observasi atau pengukuran

    supervisor.

    3. Perlu adanya peningkatan kerjasama antara supervisor dan field

    assistance.

  • P a g e | 43

    4. Perlu dilaksanakan training atau seminar kepada seluruh field assistance

    tentang form pengisian data yang baku dan sesuai dengan kebutuhan

    perusahaan. Sehingga format dan hasil yang dilaporkan adalah sama.

    5. Memberi evaluasi sejak awal pencatatan atau laporan

    Kemitraan dengan supplier

    Adanya komplain supplier dimana ini disebabkan oleh:

    1. Perawatan tanaman yakni pencabutan bunga jantan tidak segera dilakukan,

    sehingga kualitas yang dihasilkan tidak sesuai standar.

    2. Tejadi selisih hasil panen dari timbang lapang dan timbang pabrik dimana

    seluruh proses penimbangan diawasi oleh petugas dari supplier, petugas

    perusahaan PT. Hijau Agri Indonesia dan petani.

    Contoh konkretnya dimana hasil timbangan antara timbangan lapang

    perusahaan dengan hasil timbangan supplier berbeda volumenya. Terdapat

    selisih antara berat dilapangan dengan berat di gudang supplier. Selain itu

    ketika masa tanam petik bunga jantan untuk mempercepat pembuahan

    demi mencapai target masa panen dan kualitas jagung yang sesuai standar

    supplier, perusahaan tidak segera melakukan pemetikan bunga jantan

    dikarenakan tenaga pengawas yang terbatas dan overload lahan yang harus

    diawasi.

    3. Penerimaan target diluar kemampuan perusahaan sehingga menyebabkan

    hasil pekerjaan tidak maksimal.

    Solusi

    Berdasarkan uraian permasalahan tersebut diatas, maka altenatif yang dapat

    diberikan adalah:

    1. Pengawasan distribusi yang perlu ditingkatkan oleh perusahaan dimana

    terdapat tahap persiapan awal, perjalanan dan sampai di gudang supplier

    2. Perusahaan perlu merekrut tenaga kerja baru untuk memenuhi volume

    kerja standar tiap karyawan lapangan. Sehingga pekerjaan dapat

    dilakukan maksimal.

    3. Diperlukan analisis beban kerja karyawan lapangan. Dimana setiap field

    assistance diberikan pengawasan lahan maksimal seluas sekian Ha yang

    telah ditentukan oleh perusahaan.

  • P a g e | 44

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahyari, A, 1987, Manajemen Produksi, Pengendalian Produksi, Buku II,

    BPFE, Yogyakarta.

    Glover,