abstrak swot
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) telahmenjadi salah satu alat yang berguna dalam dunia industri. Namundemikian tidak menutup kemungkinan untuk digunakan sebagai aplikasialat Bantu pembuatan keputusan dalam pengenalan program-program barudi lembaga pendidikan kejuruan.
Proses penggunaan manajemen analisa SWOT menghendaki adanya suatusurvei internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses(kelemahan) program, serta survei eksternal atas opportunities(ancaman) dan threats (peluang/kesempatan). Pengujian eksternal daninternal yang terstruktur adalah sesuatu yang unik dalam duniaperencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.
Contoh pengembangan pendidikan menggunakan analisa SWOT, adalah suatucara yang berguna dalam menguji kondisi lingkungan tentang programbaru yang ditawarkan suatu lembaga pendidikan. Sebuah tinjauan atasaplikasi potensial SWOT dalam jangkauan yang luas juga merupakantujuan dari pada tulisan ini.
1. Pendahuluan
Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuahlembaga pendidikan. Selama dekade terakhir abad ke duapuluh,lembaga-lembaga ekonomi, masyarakat, struktur politik, dan bahkan gayahidup perorangan dihadapkan pada perubahan-perubahan baru. Perubahandari masyarakat industri ke masyarakat informasi dan dari ekonomi yang
berorientasi manufaktur ke arah orientasi jasa, telah menimbulkandampak yang signifikan terhadap permintaan atas program barupendidikan kejuruan yang ditawarkan (Martin, 1989).
Program kejuruan pada sekolah-sekolah menengah umumnya mencakup bidangpelayanan (area service) dalam spektrum yang luas, akan tetapiprogram-program sekolah kejuruan sekarang harus dapat menyediakanprogram yang lebih baik daripada sekolah kejuruan maupunsekolah-sekolah khusus (Weber, 1989). Program-program yang ada, danyang direncanakan untuk masa depan tanpa memandang jenis sekolah,harus didasarkan pada pertimbangan yang seksama secara cermat tentangkecenderungan (trend) dalam masyarakat di masa yang akan datang.
Para administrator atau pengelola sekolah kejuruan harus berperansebagai penggagas atau inovator dalam merancang masa depan lembagayang mereka kelola. Strategi-strategi baru yang inovatif harusdikembangkan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan akanmelaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakatmendatang khusunya pada abad 21 dan setelahnya. Untuk melakukan halini, antara lain dibutuhkan sebuah pengujian mengenai bukan sajalingkungan lembaga pendidikan itu sendiri tetapi juga lingkunganeksternalnya (Brodhead, 1991). Analisis kekuatan, kelemahan,kesempatan/peluang, dan ancaman atau SWOT (juga dikenal sebagaianalisis TOWS dalam beberapa buku manajemen), menyediakan sebuahkerangka pemikiran untuk para administrator pendidikan dalammemfokuskan secara lebih baik pada layanan kebutuhan dalam masyarakat.
Meskipun sebenarnya analisi ini banyak ditujukan untuk penerapan dalambisnis, ide penggunaan perangkat ini dalam bidang pendidikan bukanlahhal yang sama sekali baru. Sebagai contoh, Gorski (1991) menyarankanpendekatan ini untuk meningkatkan minat dalam masyarakat untukmemasuki sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan khususnya sekolahkejuruan. Perangkat manajemen yang sedianya ditujukan untuk bidangindustri seringkali bisa diolah untuk diterapkan di bidang pendidikan,karena adanya kemiripan yang fundamental dalam tugas-tugasadministratif.
SWOT adalah sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan jugabisa digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dankebijakan-kebijakan untuk pengelolaan pegawai administrasi(administrator). Sehingga, SWOT disini tidak mempunyai akhir, artinyaakan selalu berubah sesuai dengan tuntutan jaman. Tujuan daripenulisan ini adalah untuk menunjukkan bagaimana SWOT dapat digunakanoleh para administrator dalam menganalisis dan memulai pembuatanprogram baru yang inovatif untuk ditawarkan dalam pendidikan kejuruan.
2. Konteks Dewasa Ini
Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadapkekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatandan ancaman lingkungan eksternalnya. SWOT adalah perangkat umum yangdidesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatankeputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan(Johnson, dkk., 1989; Bartol dkk., 1991). Jika hal ini digunakandengan benar, maka dimungkinkan bagi sebuah sekolah kejuruan untukmendapatkan sebuah gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah itudalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yanglain, dan lapangan industri yang akan dimasuki oleh murid-muridnya.Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal, (terdiri atasancaman dan kesempatan), yang digabungkan dengan suatu pengujianmengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkansebuah visi tentang masa depan. Prakiraan seperti ini diterapkandengan mulai membuat program yang kompeten atau menggantiprogram-program yang tidak relevan serta berlebihan dengan programyang lebih inovatif dan relevan.
Langkah pertama dalam analisis SWOT adalah membuat sebuah lembarankerja dengan jalan menarik sebuah garis persilangan yang membentukempat kuadran, keadaan masing-masing satu untuk kekuatan, kelemahan,peluang/kesempatan, dan ancaman. Secara garis besar lembaran kerjatersebut diperlihatkan dalam lembar-1. Langkah berikutnya adalahmembuat daftar item spesifik yang berhubungan dengan masalah yangdihadapi di bawah topik masing. Dengan membatasi daftar sampai 10 poinatau lebih sedikit, untuk menghindari generalisasi yang berlebihan(Johnson, et al., 1989)
SWOT dapat dilaksanakan oleh para administrator secara individual atausecara kelompok dalam organisasi. Teknik secara kelompok akan lebihefektif khususnya dalam pengadaan struktur, objektifitas, kejelasandan fokus untuk diskusi mengenai strategi, sehingga tidak akancenderung melantur, dan bahkan akan terkena pengaruh politik ataukesenangan (interest) perseorangan yang kuat (Glass, 1991). SedangkanSabie (1991) mencatat bahwa jika bekerja secara kelompok dalam bidangpendidikan, maka akan muncul tiga sikap yang terangan-terangan daripara guru di mana tergantung masa kerja mereka masing-masing.Guru-guru yang mempunyai pengalaman 0-6 tahun cenderung menjadi yangpaling partisipatif dan receptive akan ide-ide baru.
SWOT harus mencakup semua aspek/area berikut ini, yang masing-masing dapat merupakan sumber kekuatan, kelemahan, kesempatan, atau ancaman, misalnya:
Beberapa contoh lingkungan internal lembaga pendidikan;1. tenaga kependidikan dan staf adminstrasi2. ruang kelas, laboratorium, dan fasilitas sarana prasarana
(lingkungan belajar).3. siswa yang ada4. anggaran operasional5. program riset dan pengembangan iptek6. organisasi atau dewan lainnya dalam sekolah
Bebrapa contoh lingkungan eksternal lembaga pendidikan 1. tempat kerja yang prospektif bagi lulusan
2. orang tua dan keluarga siswa3. lembaga pendidikan pesaing lainnya4. sekolah /lembaga tinggi sebagai persiapan lanjutan5. demografi sosial dan ekonomi penduduk6. badan-badan penyandang dana
3. Survei Internal tentang Kekuatan dan Kelemahan
Secara historis, para administrator berupaya menarik minat siswa agarmemasuki/memlih program yang ada pada lembaga pendidikan mereka dengancara meningkatkan promosi dan iklan tanpa memperhatikan kelemahan dankekuatan lembaga pendidikan yang mereka kelola. Apabila, keadaan auditinternal seperti ini dilaksanakan, maka akan timbul area/aspek yangmenghendaki beberapa perubahan. Lebih dari itu, potensi dankemungkinan-kemungkinan akan adanya service dan program-programinovasi baru bisa juga muncul. Dengan membuat seluruh daftar tentangkelemahan internal maka akan tampak area/aspek yang bisa diubah gunauntuk memperbaiki kinerja lembaga pendidikan, termasuk segalasesuatunya yang berada di luar jangkauan kontrol. Contoh mengenaikelemahan inheren adalah cukup banyak. Misalnya sebagai berikut: moralstaf adminstrasi dan staf pengajar yang rendah; bangunan infrastrukturyang kurang memadai; fasilitas sarana prasarana, serta laboratorium dibawah standar; langkanya sumber-sumber daya instruksional; dantermasuk lokasi lembaga pendidikan tersebut.
Sedangkan kekuatan yang ada perlu juga didaftar, sebagai contohkekuatan potensial dapat berupa: (a) pembebanan biaya pendidikan yang
rasional terhadap siswa; (b) tenaga pengajar yang berdedikasi danbermoral tinggi; (c) akses dengan lembaga pendidikan lanjutan atauuniversitas-universitas yang lain, dimana siswa dapat mentransferkredit mata pelajaran yang telah diperoleh; (d) reputasi yang baikdalam menyediakan pelatihan yang diperlukan untuk memperolehpekerjaan; dan (e) perbedaan populasi siswa.
Penaksiran kekuatan dan kelemahan juga bisa dilakukan melalui survei,kelompok-kelompok fokus, wawancara dengan murid dan bekas murid, dansumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Begitu kelemahan dan kekuatantergambar, maka akan memungkinkan untuk mengkonfirmasi item-itemtersebut. Harus dimafhumi bahwa persepsi yang berbeda-beda bisatimbul, tergantung pada kelompok-kelompok representatif yang dihubungidan dimintai pendapatnya.
4. Survei Eksternal tentang Ancaman dan Kesempatan Gambaran eksternal bersifat komplementer terhadap self-study internal
di dalam analisis SWOT. Pengaruh-pengaruh nasional dan regional seperti masalah-masalah lokal dan negara adalah yang paling pentingdalam memutuskan program baru apa saja yang perlu ditambah atauprogram yang sudah ada dan perlu dimodifikasi atau diganti. Gilleydkk. (1986) menetapkan sepuluh dasar-dasar institusi yang"on-the-move" (sedang maju), salah satunya adalah kemampuan institusiatau lembaga untuk menjaga pengawasan yang lebih dekat atasmasyarakat. Tidak hanya administrator saja yang harus mengawasimasyarakatnya, namun mereka juga memainkan perananan kepemimpinandengan memberikan isu-isu itu yang berkaitan secara langsung maupuntidak.
Informasi tentang iklim dan trend bisnis yang ada, perubahan penduduk,dan jumlah pegawai serta tingkat lulusan sekolah menengah harusdipertimbangkan dalam tahap studi pengembangan ini. Sejumlah sumberinformasi harus diliput, tidak hanya terbatas kepada pengurus sekolahsaja, melainkan termasuk orang tua siswa, tokoh masyarakat, suratkabar, majalah, jurnal pendidikan, dewan penasehat, dunia industri,dan lainnya. Sehingga masing-masing dapat merupakan sumber potensialsebagai informasi yang sangat berharga.
Ancaman harus dikenali, sebab ancaman dapat berwujud dalam berbagaibentuk. Besarnya anggaran pendidikan yang terbatas dianggap suatuperaturan daripada dianggap sebagai suatu pengecualian. Anggaranpemerintah umumnya diperuntukkan pada usaha pengembangan pendidikan
yang tidak bersifat khusus, sehingga mempunyai dampak atas pelaksanaanprogram dengan anggaran-tinggi. Terbatasnya industri/dunia kerja untukmenyerap tenaga kerja sebagai keluaran pendidikan. Lembaga pendidikanlain yang sejenis atau perguruan tinggi telah lebih dulu membuat beberapa program baru untuk menarik siswa lebih banyak atas programyang sama. Di samping juga, menurunnya jumlah lulusan sekolah menengahdapat menimbulkan suatu ancaman dengan adanya berkurangnya permintaansiswa terhadap program yang telah direncanakan.
Adanya suatu perubahan kesadaran atau pola pikir masyarakat akanmenciptakan kesempatan potensial untuk memberikan isu-isu baru denganjalan memberikan layanan pendidikan yang lebih bermutu danberkualitas. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang bersifatglobal, juga mempunyai areal/aspek kesempatan. Industri atau bisnisbaru apa yang dapat muncul di masa akan datang, dengan mencari siswalulusan pendidikan kejuruan berketrampilan serta terlatih baik.
Harus dipahami juga bahwa kesempatan dan ancaman tidak absolutsifatnya. Apa yang pertama-tama nampak akan menjadi suatukesempatan/peluang, mungkin tidak muncul bila dikaitkan dengansumber-sumber daya atau harapan masyarakat. Makin banyak sumber dayaatau harapan masyarakat, maka makin besar pula tantangan dalam
menggunakan metode analisis SWOT, sehingga memungkinkan untuk membuatpenilaian yang benar dan tepat serta lebih menguntungkan baik secarainstitusi maupun lingkungan masyarakat. Dalam lembar-2 dan 3menggambarkan sebuah contoh penggunaan lembaran kerja analisis SWOT.
Lembar-2 Contoh Penggunaan Analisis SWOT Sebagai Pertimbangan Kelayakan Dalam Memulai Pembuatan Sebuah Program Teknologi Laser Menimbang: lembaga pendidikan kejuruan teknik kemasyarakatan perlu menambah beberapa program baru yang inovatif.
Mengingat: selama masa brainstorming sebelumnya, muncul beberapa idedan sebuah program dalam teknologi laser yang dikembangkan olehyayasan/lembaga pendidikan dan tenaga pengajar lain. Kerja sama dengansebuah kelompok yang dipilih dari tenaga pengajar bisa memenuhi danmelakukan analisis SWOT untuk membantu mengembangkan strategipengembangannya.
Contoh poin-poin berikut yang munkin muncul dalam lembaran kerjaPotensi Kekuatan Internal (S)
1. Perangkat elektronik yang ada dan program elektrik dapatmenyediakan beberapa dasar yang diperlukan untuk sebuah programteknologi laser.
2. Tenaga pengajar yang antusias dan berminat untuk memperoleh pengetahuan dan latihan lebih jauh dalam bidang laser. 3. Dana yang cukup untuk diinvestasikan dalam program-program teknologi tinggi.
4. Pengalaman masa lalu yang sukes dengan program baru yang dinamis,sehingga mempunyai keahlian dan pengalaman dalam menghadapiperubahan.
Potensi Kelemahan Internal (W) 1. Tenaga pengajar yang ada kurang teram-pil dalam penguasaan teknologi laser. 2. Kurangnya ruangan untuk menampung peralatan ekstra tambahan yang dibutuhkan. 3. Situasi keselamatan, tidak cocok untuk mengatasi potensi bahaya seperti laser. 4. Sebuah faksi di dalam lembaga lebih menginginkan sebuah program teknologi mikroprosessor daripada teknologi laser
Potensi Kesempatan Eksternal (O)1. Beberapa rumah sakit, industri logam, dan perusahaan komunikasi mengalami kekurangan akan teknologi laser. 2. Permintaan dunia usaha dan negara secara keseluruhan akan
teknologi laser diperkirakan meningkat dalam 10 tahun ke depan.3. Antusiasme guru-guru dan siswa sekolah menengah tentang programyang ditawarkan dan sangat memungkinkan dilakukannya pemilihan
atau penyaringan terhadap siswa terbaik. 4. Teknolog laser dalam bidang rumah sakit dan industri telah menawarkan keahlian mereka secara part-time. Potensi Ancaman Eksternal (T)
1. Lembaga pendidikan sejenis di negara tetangga telah memimpin danmemiliki infrastruktur untuk memulai sebuah program teknologilaser lebih cepat.
2. Program dimungkinkan tidak mendapat persetujuan dari dewan karenamengingat pengalaman sebelumnya tentang 'kegagalan' yang pernahterjadi.
3. Beberapa alternatif lebih murah dan efi-sien dari perangkat laseryang muncul akan memberikan masa depan yang tidak prospektif bagiteknolog laser.
4. Siswa sekolah lebih menunjukkan preferensi pada program-program bisnis daripada program-program teknik. 5. Kelemahan SWOT
Pada umumnya SWOT hanya mencerminkan pandangan seseorang ataukelompok, dimana hanya mencerminkan keberpihakan dalam menilaitindakan yang telah ditentukan sebelumnya, daripada digunakan sebagaialat untuk menemukenali kemungkinan-kemungkinan peluang baru. Halpenting yang perlu perhatikan bahwa kadang-kadang ancaman juga dapatdipandang sebagai kesempatan, tergantung orang atau kelompok yangterlibat. Ada pepatah yang menyatakan, "Seorang yang pesimis adalahorang yang melihat kegagalan di dalam suatu kesempatan, dan seorangyang optimis adalah orang yang melihat kesempatan di dalam suatukegagalan." Dalam contoh lembar-2, kesempatan yang diberikan para ahlidalam industri untuk melatih siswa, mungkin dianggap oleh sebagiananggota lembaga pendidikan (pengajar dan staf) sebagai suatu ancamanterhadap posisi atau pekerjaan mereka sendiri.
SWOT memungkinkan sebuah institusi untuk mengambil cara yang singkatdaripada melakukan sebuah penelitian khusus kekuatannya yang sesu
sesuaidengan kesempatan, sehingga mengabaikan kesempatan yang tidakdirasakan. Metode yang lebih pro-aktif dalam identifikasikesempatan/peluang adalah paling menarik, baru kemudian merencanakan
dan menemukembangkan strategi institusi untuk memenuhikesempatan-kesempatan tersebut. Hal ini akan menciptakan strategiefektif, menurut Glass (1991), dalam menghadapi tantangan, daripadasekedar menemukan kekuatan yang ada dan kesempatan yang dipilih untukdikembangkan kemudian.
6. Penutup
Analisa SWOT merupakan sebuah alat analisis yang cukup baik, efektif,dan efisien serta sebagai alat yang cepat dalam menemukenali
kemungkinan-kemungkinan yang berkaitan dengan pengembangan awalprogram-program inovasi baru di dalam sekolah kejuruan, disampingdapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dalam organisasiatau komite bahkan individu. Juga sebagai alat bantu untuk memperluasdan mengembangakan visi dan misi suatu organisasi. Analisa SWOT dapatmelihat seluruh kemungkinan perubahan masa depan sebuah institusimelalui pendekatan sistematik melalui proses instropeksi dan mawasdiri ke dalam, baik bersifat positif maupun negatif.
Makna dan pesan yang paling mendalam dari analisa SWOT adalah apapuncara-cara serta tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusanharus mengandung dan mempunyai prinsip berikut ini; kembangkankekuatan, minimalkan kelemahan, tangkap kesempatan/peluang, danhilangkan ancaman.
Penggunaannya agar lebih efektif hendaknya analisa SWOT harus bersifatfleksibel. Mengingat situasi dan kondisi yang cepat berubah seiringdengan berjalannya waktu, maka analisis harus sesering mungkin dibuatdan disesuaikan. SWOT sangat praktis dan tidak boros terhadap waktu,serta efektif karena kesederhanaannya. Dapat digunakan secara kreatif,sehingga membentuk dan membangun fondasi, dimana dapat menciptakansejumlah rencana strategis untuk pengembangan program-program baru disekolah kejuruan khususnya, semoga.
DAFTAR PUSTAKA Bartol, K.M., & Martin, D.C., (1991), Management, New York: McGraw Hill, Inc.
Broadhead, C.W., (1991), Image 2000: A Vision for VocationalEducation. To Look Good, We've got to Be Good. Vocational EducationJournal, 66(1), 22-25.
Crispell, D., (1990), Wokers in 2000, American Demographics, 12(3), 36-40.
Gilley, J.W., Fulmer, K.A., & Reithlingschoefer, S.J., (1986),Searching for Academic Excellence: Twenty Colleges and Universities onthe Move and Their Leaders. New York: ACE/Macmillan.
Glass, N.M., (1991), Pro-active Management: How to Improve Your Management Performance. East Brunswick, NJ: Nichols Publishing. Gorski, S.E., (1991), The SWOT Team-Focusing on Minorities. Community, Technical, and Junior College Journal, 61(3), 30-33. Johnson, G., Scholes, K., & Sexty, R.M., (1989), Exploring Strategic
Management, Scarborough, Ontario: Prentice Hall. Martin, W.R., (1989), Handbook on Marketing Vocational Education. Westerville: Ohio State Council on Vocational Education. Sabie, A., (1991), The Industrial Arts/Technology Education: A Supervisor's Perspective. The Technology Teacher, 51(2), 13-14.
Weber, J.M., (1989). Variation in Selected Characteristics AcrossThree Type of High Schools that Offer Vocational. Journal ofindustrial Teacher Education, 26(4), 5-37.
Suatu lembaga dinilai mempunyai kinerja yang baik jika lembaga tersebut menghasilkan keluaran yang ditargetkan berupa barang atau jasa yang bermutu secara efektif, efisien, dan berkelanjutan. Untuk mencapai kinerja seperti ini banyak faktor yang berpengaruh yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut pada prinsipnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam madrasah itu sendiri, dan faktor eksternal yang berasal dari luar madrasah. Dengan menganalisis dan mengevaluasi berbagai faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja suatu madrasah, diharapkan madrasah dapat mengetahui kapasitas kemampuannya saat ini, dan menentukan strategi untuk meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.
Pada prinsipnya hal-hal yang termaksud ke dalam faktor internal yang mempengaruhi kinerja madrasah adalah hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses). Sedangkan, hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal adalah yang berkaitan dengan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang dapat mempengaruhi kinerja madrasah tersebut. Dengan menganalisis kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang di ada, serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang harus di hadapi, maka Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang menentukan strategi agar dapat mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitasnya secara optimal. Dalam sistem pendidikan dasar dan menengah, acuan untuk melihat hal-hal yang menjadi kondisi internal didasarkan pada delapan (8) standar nasional pendidikan yang sekaligus merupakan acuan dalam melakukan evaluasi diri. Sedangkan kondisi eksternal didasarkan pada kondisi yang ada diluar lembaga yang berupa peluang dan tantangan, termasuk tuntutan pemangku kepentingan (stackholder) yang terkait dengan pendidikan dasar dan menengah. Kondisi Internal (Kekuatan dan Kelemahan)1. Standar Isi
Kekuatan: Adanya komitmen MAN 3 Malang untuk melaksanakan kurikulum berdasarkan
standar BSNP Beban belajar siswa sudah sesuai dengan standar BSNP. Untuk meningkatkan mutu lulusan yang didasarkan atas UN, siswa diberi
tambahan pengayaan belajar mulai dari kelas X sampai kelas XII. Adanya muatan lokal yang berupa pengembangan Information and
Communication Technology (ICT) Pengembangan diri diberikan dalam bentuk Bimbingan Konseling, klub bidang
studi, klub pengembangan keterampilan (teater, pramuka, dakwah, BDI, musik, English Conversation Club, jurnalistik, PMR, KIR, club olimpiade, broadcasting, paduan suara, nasyid dll)
Kalender pendidikan di MAN 3 Malang mengacu kepada kalender Pendidikan Nasional
Kelemahan: Kerangka dasar kurikulum masih menggunakan standar minimal dari BSNP
(belum ada peningkatan/pengembangan) KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) masing-masing bidang studi belum semuanya
sesuai dengan standart BSNP (beberapa masih di bawah nilai 70) Untuk program akselerasi belum mempunyai kurikulum yang baku Beban mengajar guru belum semuanya sesuai dengan BSNP (24 jam) Program responsi untuk materi agama dan jurusan, belum mempunyai panduan
Belum ditemukan sistem (model) pembelajaran yang cocok untuk sistem fullday school (> jam 14.00)
Dalam penyusunan jadwal pelajaran masih belum mengikut sertakan rumpun bidang studi
Jadwal pelajaran masih sering dilakukan perubahan ketika proses pembelajaran sudah berjalan
2. Standar ProsesKekuatan: Perangkat Pembelajaran masing-masing bidang studi sudah lengkap Mengadakan workshop setiap awal tahun ajaran untuk pengembangan
perangkat pembelajaran (silabus, RPP, dan Sistem Penilaian). Fasilitas pembelajaran sudah cukup memadai (buku, ruang kelas, multimedia,
perpustakaan, dll) Pemanfaatan sumber belajar bervariasi dan meningkat Guru telah mengalokasikan waktu sesuai dengan prosem Program remidi dan pengayaan sudah terlaksana pada semua bidang studi. Pengembangan muatan local (ICT) sudah berjalan dengan baik Pemanfaatan ICT dalam melaporkan hasil belajar siswa Laporan hasil belajar siswa sudah bisa diakses lewat internet Aturan pengawasan KBM sudah ada KBM sudah relative menyenangkan Pelaksanaan KBM pada hampir semua mata pelajaran UN sudah dilaksanakan
secara team teachingKelemahan: Instrumen Penilaian masih belum lengkap Media pembelajaran masih belum lengkap Belum semua siswa dapat mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minatnya Dimungkinkan masih ada guru yang belum menggunakan strategi pembelajaran
yang bervariasi. Masih ada guru yang belum memiliki kompetensi dibidang ICT Masih ada guru yang belum menginternalisasikan life skill secara universal dalam
KBM Kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran yang tersedia oleh guru Belum ada program akselerasi bidang studi Belum optimalnya pelaksanaan program pengembangan diri (termasuk
perekrutan Pembina) Madrasah belum mempunyai standar proses belajar mengajar Belum optimalnya peran komite dalam pengembangan standar proses
pembelajaran Dimungkinkan pelaksanaan penilaian berbasis kelas belum optimal Pelaksanaan laporan hasil belajar siswa setiap dua bulan sekali belum terlaksana
secara optimal (belum tepat waktu) Pengelolaan laporan hasil belajar siswa belum optimal Pelaksanaan aturan pengawasan KBM belum optimal Sosialisasi tentang aturan pengawasan KBM kepada siswa kurang optimal Pengisian jurnal KBM di kelas belum optimal
3. Standar Kompetensi LulusanKekuatan: SKL materi Ujian Madrasah (UM) di buat bersama-sama team guru bidang studi
se Jawa Timur yang dikoordinir Mapenda Kanwil Jatim Soal UM dibuat oleh team guru bidang studi bersama dengan KKM.
Upaya meningkatkan kualitas lulusan di setiap tahun Upaya mewujudkan lulusan yang kompetitif di tingkat nasional Lulusan MAN 3 Malang sudah banyak diterima di PTN/PTS terkemuka di
Indonesia dan di beberapa perguruan tinggi di luar negeri seperti Mesir, Saudi Arabia, Malaysia, Australia, Sudan, Jepang, dll
Adanya organisasi ikatan alumniKelemahan: Belum memiliki standar mutu lulusan yang kompetitif di tingkat Asia Belum mempunyai standar mutu lulusan yang berstandar internasional Belum mempunyai program untuk mencetak lulusan yang ahli dibidangnya dan
mampu bersaing di era global Kompetensi lulusan yang siap melanjutkan ke luar negeri masih rendah Ada indikasi life skill siswa masih rendah Belum semua lulusan memiliki akhlak mulia sesuai ajaran Islam Indentifikasi profil alumni masih belum optimal Daya saing lulusan MAN 3 Malang masih kurang
4. Standar Pendidikan dan Tenaga KependidikanKekuatan: Rasio jumlah guru dan bidang studi sudah sesuai (sebanding) Kualifikasi tenaga pendidik sudah sesuai dengan tuntutan BSNP (minimal S1) Semua guru telah menentukan tujuan pembelajaran yang dibimbing Semua guru telah menghargai peserta didik tanpa membedakan suku, adat,
daerah asal, dan gender Guru dapat berkomunikasi secara santun dengan teman sejawat, orang tua, dan
siswa Beberapa guru sudah menyelesaikan pendidikan tingkat master (S2) baik di
dalam maupun di luar negeri Beberapa guru sudah mengisi pelatihan di tingkat sekolah, kota, propinsi, dan
nasional.Kelemahan: Jumlah guru GTT masih cukup banyak Masih sedikit guru yang memiliki karya pengembangan profesi. Masih sedikit guru yang berprestasi dibidang akademik maupun non akademik Belum ada program beasiswa guru yang melanjutkan jenjang S-2 dari lembaga Ada indikasi bahwa belum semua tenaga pendidik melakukan identifikasi potensi
peserta didik (kemampuan dan kesulitan dalam mata pelajaran yang dibimbing) Belum semua guru memahami teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang terkait dengan mata pelajaran yang dibimbing Belum semua guru menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam matapelajaran yang dibimbing
Belum semua guru mampu memilih materi pembelajaran sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik
Belum semua guru mampu menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di kelas, di laboratorium, maupun di luar kelas
Belum semua guru mampu mengembangkan instrumen penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar
Belum semua guru mampu melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan
Ada indikasi bahwa perilaku kepala madrasah, guru, dan karyawan belum dapat dapat diteladani secara menyeluruh oleh pesereta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya
Ada indikasi bahwa kepala madrasah, guru, dan karyawan belum menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang baik.
Belum semua tenaga pendidik mengikutkan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik
Belum semua guru menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang dibimbing
Belum semua tenaga pendidik mampu mengembangkan materi pembelajaran yang dibimbing secara kreatif
Ada indikasi bahwa kepala madrasah, guru, dan karyawan belum dapat melakukan refleksi terhadap kinerja diri secara jujur dan berkesinambungan
Belum semua tenaga pendidik dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang dibimbing
Belum adanya uji kompetensi guru. Rasa kekeluargaan di lingkungan civitas akademika masih kurang kompak. Belum adanya indikator yang jelas untuk mengukur tingkat keberhasilan guru . Ada indikasi bahwa kepala madrasah, guru, dan karyawan kurang memiliki rasa
empati (kepekaan dan kepedulian) yang mendalam kepada siswa. Ada indikasi bahwa dedikasi kepala madrasah, guru dan karyawan dalam
melaksanakan tugas masih belum optimal. Ada indikasi bahwa kepekaan kepala madrasah terhadap aspirasi guru,
karyawan dan siswa masih belum optimal. Kurangnya komitmen kepala madrasah dan guru dalam mengaplikasikan hasil
pelatihan atau work shop. Rekruitmen guru dan pegawai yang masih belum melalui prosedur
profesionalisme kelembagaan. Belum adanya panduan program pada masing-masing rumpun bidang studi. Penyusunan dan supervisi program madrasah belum optimal
5. Standar Sarana dan PrasaranaKekuatan: Madrasah memberikan fasilitas yang bagus terhadap pengembagan
pengetahuan ICT guru melalui Hot Spot Area dan peminjaman tanpa bunga untuk pembelian lap top para guru dan karyawan
Sarana kelas, perpustakaan, laboratorium, sanitasi, dan ICT sudah cukup memadai.
Lokasi yang cukup startegis untuk menjadikan sekolah yang unggul dan diminati oleh masyarakat.
Pemeliharaan fasilitas bangunan secara rutinKelemahan: Belum optimalnya perawatan dan pengamanan terhadap fasilitas madrasah
terutama alat-alat elektronik pembelajaran. Ada indikasi belum adanya perencanaan yang matang terhadap pengadaan
sarana dan prasarana madrasah Belum tertibnya administrasi fasilitas yang dimiliki madrasah Belum tertibnya penempatan barang-barang inventaris madrasah Belum optimalnya fungsi komite dalam pengadaan dan pengembangan sarana
madrasah.6. Standar Pengelolaan
Kekuatan: Sekolah telah memiliki KTSP. Untuk kepentingan bahan ajar, disamping menggunakan LKS dan buku paket
yang tersedia di perpustakaan, juga banyak guru yang sudah memanfaatkan edukasi-net dari JARDIKNAS ( lewat ICT ).
Adanya Team teaching pada bidang studi UN. Penggunaan media pembelajaran (laboratorium,LCD, dan internet ) dalam PBM Setiap awal tahun ajaran baru, sekolah mengadakan penyegaran lewat
workshop pengembangan pembelajaran. Kalender akademik MAN 3 Malang sudah menunjukkan seluruh aktivitas KBM
beserta evaluasinya. Sarana UKS, BK, dan PSB sudah memadai. Rapot siswa sudah online dan computerized Penempatan SDM sudah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Penyebaran informasi timbal balik dari dan ke madrasah sudah cukup bagus
antara lain lewat situs internet. Pembagian tugas diantara pendidik sebagian besar sudah merata meskipun
masih perlu terus ditingkatkan dan dievaluasi. Sudah adanya tata tertib yang baik bagi siswa, guru, dan karyawan Rapat koordinasi guru, staf, dan karyawan sudah berjalan dengan baik. Pengadaan, penggunaan, dan persediaan bahan habis pakai sudah bagus. Adanya dukungan sekolah terhadap acara pelatihan guru, baik yang ada di MAN
3 Malang maupun diluar madrasah Kelemahan: Pelaksanaan KTSP masih belum berjalan secara optimal Program responsi untuk materi agama dan bidang studi lain belum mempunyai
panduan Belum ditemukan sistem (model) pembelajaran yang cocok untuk sistem fullday
school (> jam 14.00) Pelaksanaan remidi belum tersusun dengan baik. Kurikulum akselerasi belum tersusun secara pasti. Materi program responsi belum tersusun secara bersama oleh masing-masing
klub bidang studi. Strategi Pembelajaran yang dilakukan guru belum semua mengacu pada
pembelajaran PAKEM. Belum ada aturan yang jelas terhadap penilaian kinerja guru setiap tahun sekali
(DP3) oleh kepala madrasah Pengelolaan pada kesiswaan perlu di optimalkan. Pembinaan dan pengelolaan asrama belum optimal. Kedisiplinan input nilai oleh guru masih perlu dioptimalkan Belum adanya sistem penerimaan guru dan karyawan yang baik melalui
prosedur profesional kelembagaan. Belum adanya program pengembangan guru secara berencana dan
berkesinambungan Belum semua bidang studi mempunyai program MGMP yang melakukan
kegiatan secara reguler Masih kurang tertibnya administrasi kegiatan penunjang profesi pendidik dalam
rangka mendukung proses sertifikasi. Belum ada aturan tentang sertifikat penghargaan bagi siswa, guru, dan karyawan
pada setiap kegiatan lomba atau kejuaraan. Pemeliharaan fasilitas madrasah masih belum optimal.
Belum ada tempat penyimpanan dan sistem peminjaman alat-alat inventaris madrasah secara terpusat dan tertib
Belum ada pendataan ulang secara reguler terhadap sarana madrasah (bisa lewat wali kelas atau penanggung jawab ruang ).
Perlunya pengadaan laboratorium matematika dan IPS Belum meratanya fasilitas yang ada dikelas dan di asrama. Belum ada sistem dan panduan yang jelas pada system penganggaran semua
program madrasah Perlu ada peninjauan ulang pada insentif guru akselerasi dan guru team
teaching. Gaji guru GTT dan PTT belum memenuhi standar UKM. Belum ada ketua program akselerasi. Lembaga Litbang belum terbentuk dan berperan secara optimal Masih perlunnya sosialisasi dan evaluasi yang optimal dari peraturan akademik
yang ada. Belum adanya tata tertib pendidik,tenaga kependidikan serta penggunaan
sarana dan prasarana. Belum adanya kode etik hubungan antara sesama warga didalam lingkungan
madrasah dan hubungan antara warga madrasah dengan masyarakat. Biaya operasional madrasah masih belum tersosialisasi secara baik Rencana tahunan madrasah belum terkomunikasikan secara transparan kepada
guru dan karyawan. Guru dan karyawan belum dilibatkan dalam penyusunan program madrasah. Sosialisasi KTSP belum optimal. Program konsultasi madrasah dengan orang tua/wali peserta didik belum
terjadwal setiap tahun. Belum ada program rapat madrasah dengan komite madrasah secara reguler
dan terjadwal. Akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan belum teridentifikasi setiap tahun. Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan belum terprogram secara
baik. Pelaksanaan dari keputusan-keputusan rapat yang ada belum berjalan dengan
baik. Istrumen penjamin mutu madrasah belum ada Sistem pengawasan, pemantauan, supervisi, evaluasi dan pelaporan belum
optimal. Belum ada buku panduan yang jelas dari masing-masing staf kepala bidang
kurikulum, kesiswaan, humas, keagamaan, sarana dan prasarana, administrasi, litbang, dan keuangan,.
Kebijakan yang masih belum mencerminkan bottom-up process (masukan dari bawah)
7. Standar Pembiayaan Kekuatan: Adanya subsidi orang tua/wali siswa baru berupa dana infak Dana kontrak prestasi yang sangat membantu dalam proses pengembangan
keterampilan guru Adanya dana dari hasil penyewaan fasilitas madrasah seperti aula dan asrama
PSBBKelemahan: Kondisi biaya investasi belum tersosialisasikan dengan baik Kondisi biaya operasional setiap bulan belum tersosialisasikan dengan baik
Dukungan komite madrasah terhadap biaya penyelenggaraan pendidikan di madrasah selama kurun 3 tahun terakhir belum optimal
8. Standar Penilaian Kekuatan: Pemberlakuan raport berkala setiap 3 bulan. Ujian blok bersama setiap 1 semester sekali. Try-out mata pelajaran UN bersama, bekerjasama dengan Diknas Kota Malang
maupun Depag propinsi Jawa Timur Pelaksanaan sistem remidi dan pengayaan oleh masing-masing guru bidang studiKelemahan: Madrasah belum memiliki sistem dan prosedur penilaian baku meliputi tehnik,
jenis dan bentuk penilaian sesuai dengan standar penilaian pendidik. KKM masih belum sesuai dengan standar yang ada. Monitoring dan evaluasi dari kepala dan wakil kepala belum optimal Komite madrasah belum terlibat secara optimal dalam mengontrol pelaksanaan
standar penilaian pendidikan. Penanganan dan pembinaan guru dan karyawan yang disinyalir bermasalah
belum berjalan dengan baik.B. Faktor EksternalB.1 Peluang
1. Adanya ruang gerak yang terbuka bagi lembaga pendidikan untuk mengembangkan diri secara maksimal
2. Dukungan Departemen Agama Republik Indonesia baik berupa kebijakan maupun finansial yang semakin baik
3. Apresiasi masyarakat terhadap madrasah semakin meningkat4. Terbuka kesempatan lulusan madrasah melanjutkan baik ke perguruan tinggi
bergengsi baik di dalam maupun di luar negeriB.2 Ancaman
1. Bermunculan sekolah unggul sebagai kompetitor2. Lingkungan di luar sekolah yang kurang edukatif3. Kebijakan publik yang belum menempatkan pendidikan sebagai prioritas dalam
pembangunan4. MAN 3 Malang belum menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat5. Inkonsistensi kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan