ktizanuarmiskonsepsi.pdf

Upload: rizky-alfarizy

Post on 10-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    1/13

    1

    MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN SAINSDI MADRASAH IBTIDAIYAH

    Oleh : Achmad Zanuar Ansori, M.Ed.

    ABSTRAK

    Dalam praktiknya, ketika siswa belajar sains di kelas, sesungguhnya mereka telahmemiliki konsep sains. Akan tetapi, konsep yang mereka miliki ternya tidakseluruhnya benar secara ilmiah. Hal yang sama juga terjadi pada guru sains,khususnya di tingkat Madrasah Ibtidaiyah. Miskonsepsi adalah suatu bentuk konsep

    yang tidak sesuai dengan kebenaran secara ilmiah. Contoh-contoh miskonsepsi disains MI antara lain tumbuhan hanya bernapas pada malam hari, tumbuhan tidakbergerak, fotosintesis hanya terjadi pada siang hari, kelelawar termasuk dalamkelompok burung, dan lumba-lumba termasuk dalam kelompok ikan. Penyebabmiskonsepsi antara lain buku pelajaran, pengalaman sehari-hari murid, sertapengetahuan yang dimiliki guru. Adapun cara menghindari miskonsepsi antara lainmengadakan wawancara dengan murid serta menghargai pendapat mereka danmengembangkan keterampilan bertanya dan mendengarkan, mengadakan diskusikelompok untuk menjernihkan perbedaan ide-ide murid dengan ide ilmuwan,merancang percobaan untuk menguji dugaan-dugaan yang mengikuti ide murid,mempelajari bukti-bukti studi kritik untuk penyusunan kembali pengetahuan ilmiah.Cara memperbaiki miskonsepsi adalah menggunakan metode ilmiah. Selain itupembelajaran Sains diharapkan ada keterlibatan langsung antara anak denganobjek yang sedang dipelajari.

    Kata Kunci : miskonsepsi, pendidikan sains

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    2/13

    2

    Latar Belakang

    Guru mempunyai peran yang sangat besar bagi keberhasilan siswa. Sebagai

    pekerja profesional, guru dituntut untuk memiliki ilmu yang tinggi di bidangnya.

    Sebagaimana tertuang dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dimana guru

    dituntut guru memiliki beberapa kompetensi. Sebagai guru kelas, pada tingkat

    Madrasah Ibtidaiyah (MI) seorang guru Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) harus

    memiliki kemampuan untuk memahami struktur ilmu pengetahuan alam, termasuk

    hubungan fungsional antarkonsep, yang berhubungan dengan mata pelajaran Sains.

    Tuntutan yang lebih tinggi apabila guru tersebut menjadi guru mata pelajaran

    tertentu, termasuk di dalamnya guru mata pelajaran Sains. Diantara kompetensi

    tersebut adalah memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori Sains

    serta penerapannya secara fleksibel, memahami proses berpikir Sains dalam

    mempelajari proses dan gejala alam, dan menggunakan bahasa simbolik dalam

    mendeskripsikan proses dan gejala alam. Permasalahan menjadi lebih rumit untuk

    guru MI yang umumnya menjabat sebagai guru kelas. Mereka mengampu mata

    pelajaran tidak hanya satu sehingga tugas mereka menjadi berat. Hal ini merupakan

    salah satu penyebab guru MI sulit untuk mengembangkan diri secara profesional

    (Dahlia, 2000).

    Penguasaan konsep Sains secara benar mutlak harus dimiliki oleh setiap guru Sains

    MI. Apapun bentuk peran yang dimainkan seorang guru Sains di kelas, siswa akan

    belajar dari guru tentang konsep Sains yang sedang mereka pelajari. Oleh karena

    itu, guru Sains tidak boleh melakukan kesalahan sedikitpun dalam memahami suatu

    konsep, hukum maupun teori Sains. Jika seorang guru memiliki kesalahan konsep

    Sains dan hal tersebut tidak mereka sadari maka kesalahan itu akan secara tidaksengaja akan beralih kepada para siswa.

    Dalam beberapa studi tentang kesalahan konsep atau miskonsepsi terungkap

    bahwa miskonsepsi tidak hanya terjadi pada siswa. Miskonsepsi juga dapat terjadi

    pada guru ((Widyasari, (2011) dan Boo and Ang (2004)). Miskonsepsi pada siswa

    terjadi diantaranya karena miskonsepsi yang dimiliki guru kemudian ditransfer ke

    siswa melalui kegiatan pembelajaran. Jika hal ini terjadi maka semakin banyak

    orang yang mengalami miskonsepsi tersebut.

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    3/13

    3

    Miskonsepsi Sains yang terjadi pada siswa khususnya pada tingkat MI mengandung

    resiko yang besar. Hal ini disebabkan karena usia siswa MI relatif muda dan pada

    usia ini terjadi peletakkan dasar konsep-konsep pengetahuan termasuk di dalamnya

    konsep Sains. Jika hal ini terjadi maka secara tidak sadar konsep tersebut akan

    dipegang oleh siswa selama dia belajar. Masalah akan muncul ketika siswa harus

    menggunakan konsep tersebut untuk keperluan tertentu, misalnya belajar tentang

    konsep lain yang berhubungan dengan konsep yang salah tadi. Maka yang pasti

    terjadi adalah muncul pertentangan diantara konsep-konsep tersebut. Eggen dan

    Kauchak, (2004) menyatakan bahwa masalah terbesar berkaitan dengan

    miskonsepsi adalah sekali miskonsepsi tersebut terjadi maka hal tersebut akan sulit

    untuk dirubah dan memiliki miskonsepsi akan berakibat serius pada pembelajaran.

    Pengertian Miskonsepsi

    Menurut Amien (1990) konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang didasarkan

    pada pengalaman tertentu yang relevan dan yang dapat digeneralisasikan. Lebih

    lanjut dikatakan bahwa suatu konsep akan terbentuk apabila dua atau lebih objek

    dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri umum, bentuk atau sifat-sifatnya. Bourne

    seperti dikutip oleh Amien menyatakan bahwa suatu konsep dapat dianggap sebagai

    suatu unit pikiran atau gagasan. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu konsep tidak

    berdiri sendiri tetapi saling berhubungan satu sama lain dalam suatu sistem dinamik

    yang disebut sistem konseptual. Sebagai contoh konsep ekosistem terdiri atas

    konsep-konsep tumbuhan, hewan, sinar matahari, jaring-jaring makanan, siklus

    materi, aliran energi, dan faktor-faktor lingkungan.

    Konsep tentang suatu objek diperoleh dari hasil persepsi terhadap gejala-gejala

    alam, karena dari persepsi tersebut diperoleh pemahaman konseptual tentang objek

    tersebut. Sebagai contoh, dari hasil persepsi terhadap bermacam-macam bentuk

    meja akan diperoleh pemahaman konseptual tentang meja. Semakin luas

    pengetahuan dan pengalaman yang relevan terhadap suatu objek, semakin

    berkembanglah konsep yang diperoleh tentang objek tersebut (Sund dan

    Trowbridge, 1973).

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    4/13

    4

    Konsep tentang suatu objek dapat diperoleh seseorang masih kecil. Konsep tersebut

    modifikasi atau perubahan sejalan dengan pengalaman baru yang diperoleh dalam

    kehidupan sehari-hari. Semakin luas pengetahuan dan pengalaman yang relevan

    terhadap suatu objek, semakin berkembang konsep yang diperoleh tentang objek

    tersebut (Sund dan Trowbridge, 1973).

    Menurut Ausubel seperti dikutip Dahar (1988) konsep dapat diperoleh melalui dua

    cara yaitu formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept

    assimilation). Sementara itu, menurut Gagne yang dikutip oleh Dahar (1988), belajar

    merupakan suatu proses dimana suatu organisme mengalami perubahan perilaku

    karena adanya pengalaman. Pendapat senada disampaikan oleh Woolfolk dan

    McCune-Nocolich (1984) yang menyatakan bahwa proses belajar telah terjadi jika di

    dalam diri seseorang telah terjadi perubahan. Perubahan dalam diri dikatakan

    sebagai hasil proses belajar jika perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman

    sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Jadi belajar ditandai oleh dua faktor yaitu

    adanya perubahan dan pengalaman.

    Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk

    oleh seseorang dalam bentuk kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan

    yang dipelajarinya. Oleh karena seseorang sendiri yang mengkonstruksi

    pengetahuannya, maka tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam

    mengkonstruksi. Hal ini dapat disebabkan seseorang belum terbiasa mengkonstruksi

    konsep tertentu secara tepat, belum mempunyai kerangka ilmiah yang dapat

    digunakan sebagai patokan (Suparno, 2005: 30).

    Pernyataan senada diberikan oleh Van den Berg (1991) yang menyatakan

    pemahaman setiap murid terhadap suatu konsep inilah yang disebut dengan

    konsepsi. Lebih lanjut dikatakan bahwa konsepsi murid terhadap suatu konsep

    dapat benar atau salah. Jika konsepsi murid terhadap suatu konsep sama dengan

    konsepsi para ilmuwan, dikatakan murid tersebut mempunyai konsepsi yang benar.

    Jika konsepsi murid tentang suatu konsep berbeda dengan konsepsi para ilmuwan,

    dikatakan murid tersebut mengalami miskonsepsi. Biasanya miskonsepsi terjadi

    pada kesalahan dalam pemahaman hubungan antar konsep.

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    5/13

    5

    Miskonsepsi adalah konsepsi seseorang yang tidak sesuai dengan konsepsi

    ilmuwan (Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 3). Sementara itu menurut

    Suparno (2005: 4), miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep

    yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima para pakar bidang itu,

    kemudian dikatakan bahwa miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan

    yang tidak benar antara konsep-konsep.

    Martin et al., (2002) menyatakan

    misconceptions, on the other hand can be described as ideas thatprovide an incorrect understanding of such ideas, objects or events thatare constructed based on a persons experience (including such thingsas preconceived notions, nonscientific beliefs, nave theories, mixed

    conceptions or conceptual misunderstandings.

    Pernyataan di atas memaknai miskonsepsi sebagai ide-ide yang menyajikan

    pemahaman yang tidak benar seperti misalnya pernyataan, obyek atau peristiwa

    berdasarkan pengalaman seseorang (termasuk di dalamnya anggapan awal,

    kepercayaan non-ilmiah, teori awam, konsep-konsep campuran dan

    kesalahpahaman konseptual).

    Fowler dan Jaoude (1987) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan miskonsepsi

    adalah pengertian tentang suatu konsep yang tidak tepat, salah dalam

    menggunakan konsep nama, salah dalam mengklasifikasikan contoh-contoh

    konsep, keraguan terhadap konsep-konsep yang berbeda, tidak tepat dalam

    menghubungkan berbagai macam konsep dalam susunan hierarkinya atau

    pembuatan generalisasi suatu konsep yang berlebihan atau kurang jelas. Menurut

    Amien (1990) miskonsepsi dapat pula terjadi karena adanya gagasan atau ide yang

    didasarkan pada pengalaman yang tidak relevan. Beberapa contoh miskonsepsi

    dalam Sains antara lain: Katak tergolong dalam reptilia, bumi berputar mengelilingi

    matahari dan bumi beredar pada porosnya, vertebrata adalah salah satu dari

    mamalia, massa sama dengan berat, anjing laut merupakan salah satu jenis ikan

    dan sebagainya. Jika miskonsepsi terjadi pada murid, miskonsepsi tersebut

    cenderung menetap dan sulit untuk diubah serta akan berpengaruh pada proses

    belajar mengajar berikutnya (Amir dan Tamir, 1987).

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    6/13

    6

    Bukti-bukti Adanya Miskonsepsi

    Beberapa penelitian tentang miskonsepsi pada siswa dan guru telah dilakukan baik

    di dalam negeri maupun di luar negeri. Widiasari (2011) dari penelitiannya

    melaporkan bahwa siswa dan guru masih mengalami miskonsepsi terhadap konsep-

    konsep Sains kelas V semester 1. Miskonsepsi yang dialami siswa terjadi pada

    semua konsep, yaitu konsep bernapas pada manusia, hewan dan tumbuhan

    ,konsep pencernaan, pembuluh darah, konsep fotosintesis, serta cara

    menyesuaikan diri hewan dan tumbuhan. Miskonsepsi siswa paling banyak terjadi

    pada cara udara masuk ke paru-paru, cara cacing bernapas, gangguan pencernaan:

    bagian organ yang dipotong saat operasi usus buntu, dan pembuluh darah.

    Miskonsepsi guru paling banyak terjadi untuk letak klorofil, cara udara masuk ke

    paru-paru, cara cacing bernapas , dan perbedaan ikan paus dan ikan hiu.

    Kesalahan konsep pada siswa tersebut disebabkan oleh 3 hal, yaitu dari guru, buku

    sumber belajar yang digunakan, dan pengalaman siswa. Sedangkan miskonsepsi

    yang dialami guru disebabkan oleh pengetahuan guru dan buku sumber belajar yang

    digunakan.

    Sementara itu, Kwen (2005) dalam penelitiannya tentang miskonsepsi pada guru

    Sekolah Dasar di Singapura melaporkan bahwa terdapat miskonsepsi pada guru

    mengenai fenomena sains biologi dasar. Menggunakan lembar soal yang

    digunakan oleh guru, Kwen menemukan beberapa miskonsepsi pada konsep dasar

    biologi diantaranya tentang bernapas dan respirasi, reproduksi pada tanaman,

    struktur sel dan mekanismenya dan berbagai sistem pada manusia.

    Ibrohim (2000) juga melaporkan bahwa telah terjadi miskonsepsi Sains pada guru-

    guru sekolah dasar. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep Sains guru MI

    perlu ditingkatkan dan diluruskan. Y. T dan Suryanto, A (2004) menemukan

    beberapa miskonsepsi diantaranya bernapas adalah menghirup oksigen dan

    mengeluarkan karbondioksida, tumbuhan hanya bernapas pada malam hari,

    tumbuhan tidak bergerak, tumbuhan dapat bergerak jika tertiup angin, fotosintesis

    hanya terjadi pada siang hari, kelelawar termasuk dalam kelompok burung, dan

    lumba-lumba termasuk dalam kelompok ikan.

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    7/13

    7

    Penyebab Miskonsepsi

    Dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, miskonsepsi dalam Ilmu Pengetahuan

    Alam (Sains) telah menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan. Berdasarkan

    hasil Seminar Internasional. Miskonsepsi dalam Sains dan Matematika (Novak,

    1987) ditemukan bahwa miskonsepsi terhadap konsep Sains banyak terjadi pada

    murid di berbagai negara mulai dari murid tingkat MI sampai dengan mahasiswa di

    Perguruan Tinggi (PT).

    Miskonsepsi dapat terjadi di dalam dan di luar sekolah. Guru dan buku dapat

    menjadi sumber miskonsepsi yang terjadi di sekolah. Hal ini didukung oleh penelitian

    Suryanto, dkk (1997) yang menunjukkan banyak guru yang mengalami miskonsepsi

    dan penelitian Ivowi dan Uludotun (1987) yang menemukan bahwa buku pelajaran,

    pengalaman sehari-hari murid, serta pengetahuan yang dimiliki guru merupakan

    penyebab miskonsepsi. Namun demikian, lingkungan juga dapat menjadi penyebab

    miskonsepsi yang terjadi di luar sekolah. Pendapat ini diperkuat oleh Suparno

    (2005: 29), yang menyatakan bahwa miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa,

    guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Hiller seperti dikutip Woolfolk dan

    McCune-Nicolich (1984) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara

    kualitas penjelasan dan pengetahuan guru dengan pencapaian belajar murid.

    Kurangnya pengetahuan guru akan menyebabkan tidak jelasnya penyajian pelajaran

    yang dapat menimbulkan miskonsepsi.

    Bentuk-bentuk pengalaman sehari-hari yang dibawa murid ke sekolah antara lain

    suatu benda dikatakan bergerak jika keseluruhan atau sebagian benda tersebut

    dapat bergerak berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

    Berdasarkan pengalaman sehari-hari pula murid melihat bahwa hewan yang dapat

    terbang adalah hewan yang mempunyai sayap dan hewan yang demikian termasuk

    kelompok burung. Pengalaman sehari-hari yang lain juga menunjukkan bahwa

    hewan yang hidup di air dan bentuknya seperti ikan adalah kelompok ikan.

    Penyebab ini diperkuat oleh pendapat Osborne, Bell, dan Gilbert seperti dikutip oleh

    Osborne dan Wittrock (1983) yang menyatakan bahwa miskonsepsi yang terjadi

    pada seseorang antara lain disebabkan karena ia cenderung melihat suatu benda

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    8/13

    8

    dari pandangan dirinya sendiri dan cenderung untuk menentukan keberadaan dan

    bentuk suatu benda tersebut berdasarkan pengalaman sehari-hari. Lebih lanjut

    dikatakan bahwa miskonsepsi dapat pula disebabkan karena dalam memahami

    suatu konsep anak tidak dilibatkan langsung dalam situasi percobaan.

    Pada kenyataannya masih banyak ditemukan proses pembelajaran Sains yang

    terjadi di lapangan dilakukan tanpa melibatkan langsung siswa dengan situasi

    percobaan. Pembelajaran Sains hanya dilakukan dengan metode ceramah. Secara

    teoritis miskonsepsi yang terjadi pada murid juga dapat disebabkan karena adanya

    miskonsepsi pada guru dan atau buku. Suryanto (1997) menemukan banyak guru MI

    yang mengalami miskonsepsi dalam Sains dan Ivowi dan Uludotun (1987)

    menemukan bahwa buku yang digunakan untuk mengajar, pengalaman murid

    sehari-hari, dan pengetahuan yang dimiliki guru merupakan penyebab miskonsepsi.

    Menghindari Terjadinya Miskonspsi

    Agar pengajaran Sains dapat memberikan hasil yang baik maka guru harus

    mempunyai persiapan yang matang, dan mampu memilih tujuan, isi dan metode

    yang tepat. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kemampuan dalam memilih

    metode dan media mengajar yang tepat akan berpengaruh terhadap efektifitas

    proses belajar mengajar. Sementara itu Winkel (1991) mengemukakan bahwa

    penguasaan guru tentang bidang studi merupakan hal yang sangat mendasar dalam

    kegiatan proses belajar mengajar. Dengan dikuasainya materi pelajaran, guru tidak

    akan ragu-ragu untuk menggunakan berbagai variasi metode mangajar.

    Dalam kaitannya dengan penggunaan metode mengajar, persoalannya bukan pada

    penting atau tidaknya metode mengajar untuk menyampaikan materi tetapi lebih

    pada alasan fungsional, yaitu bagaimana guru dapat memilih metode yang dapat

    berfungsi secara maksimal untuk mendorong aktivitas belajar murid (Zuchdi dan

    Soeninggjo, 1982). Lebih lanjut dikatakan bahwa metode apapun yang akan

    digunakan, guru harus dapat menciptakan aktivitas belajar yang sebagian besar

    dilakukan murid. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar guru harus

    menciptakan lingkungan belajar yang positif. Jika dalam proses belajar mengajar

    diciptakan iklim yang positif maka guru akan dapat mengajar dengan lebih baik dan

    murid akan belajar lebih banyak (Hayman, 1980). Bruner seperti dikutip lvowi dan

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    9/13

    9

    Oludotun (1987) berpendapat bahwa murid akan siap belajar apabila guru siap untuk

    mengajar, dan keefektifan guru dalam mengajar merupakan faktor penting untuk

    pembentukkan konsep pada murid.

    Jika murid memiliki pemahaman tentang suatu konsep yang berbeda dengan

    konsep guru atau konsep ilmuwan maka untuk menghilangkan perbedaan tersebut,

    dalam proses belajar mengajar dapat dibuat variasi aktivitas pembelajaran sebagai

    berikut (Oborne dan Wittrock, 1983):

    1) Mengadakan wawancara dengan murid serta menghargai pendapat mereka

    dan mengembangkan keterampilan bertanya dan mendengarkan.

    2) Mengadakan diskusi kelompok untuk menjernihkan perbedaan ide-ide murid

    dengan ide ilmuwan.

    3) Merancang percobaan untuk menguji dugaan-dugaan yang mengikuti ide

    murid.

    4) Mempelajari bukti-bukti studi kritik untuk penyusunan kembali pengetahuan

    ilmiah.

    5) Mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan alasan mengapa murid tetap

    memegang teguh pandangan khusus atau mempunyai arti khusus tentang

    sesuatu yang berbeda dengan ide ilmuwan.

    Jika beberapa potong es batu dimasukkan ke dalam sebuah gelas yang kering maka

    setelah beberapa saat kemudian akan ditemukan titik air yang menempel di

    permukaan luar gelas. Menurut para ilmuwan munculnya titik air yang menempel di

    permukaan gelas tersebut berasal dari uap air berada di udara sekitar gelas. Pada

    saat udara yang mengandung air tersebut menyentuh permukaan gelas yang dingin

    maka uap air akan mengembun dan menempel pada permukaan gelas. Jika situasi

    percobaan tersebut dihadapkan kepada murid mungkin akan ditemukan beberapa

    murid yang mempunyai pemahaman yang berbeda satu sama lain tentang konsep

    mengembun tersebut.

    Cara Memperbaiki Miskonsepsi

    Cara paling objektif untuk memperoleh kebenaran suatu konsep adalah dengan

    menggunakan metode ilmiah (Djohar, 1993). Suatu konsep dikatakan objektif jika

    dapat dikonfirmasikan dengan kenyataannya, artinya simbol yang ada dalam konsep

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    10/13

    10

    tersebut dapat ditelusuri keberadaannya di alam nyata. Oleh karena itu konsep

    dapat diartikan sebagai buah pikir manusia tentang alam nyata yang dinyatakan

    dengan simbol atau bahasa.

    Menurut Fisher seperti dikutip oleh Amien (1990), Sains merupakan kumpulan

    pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang

    berdasarkan observasi. Dengan demikian dalam pembelajaran Sains diharapkan

    ada keterlibatan langsung antara anak dengan objek yang sedang dipelajari.

    Seorang anak yang mempelajari Sains akan menemukan pengertian-pengertian

    tentang sejumlah gejala melalui pengetahuan panca inderanya.

    Lebih jauh, Brody (1987) menyatakan bahwa konsep terpenting dalam pembelajaran

    Sains adalah pembelajaran bermakna (meaningful learning). Menurut Ausubel

    seperti dikutip Dahar (1988) belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya

    informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif

    seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa informasi yang diterima dari luar akan

    disimpan di dalam otak. Dengan berlangsungnya belajar akan dihasilkan perubahan

    dalam sel otak terutama sel yang menyimpan informasi yang mirip dengan informasi

    yang sedang dipelajari. Dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada

    subsumer yang relevan yang telah ada dalam struktur kognitif. Belajar bermakna

    yang baru dapat mengakibatkan pertumbuhan dan modifikasi pada subsumer

    relevan yang telah ada. Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep

    atau subsumer - subsumer yang relevan yang menyebabkan tidak terjadinya proses

    asimilasi pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam

    struktur kognitif maka informasi baru tersebut akan dipelajari secara hafalan.

    Kesimpulan

    Beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil antara lain:

    1. Miskonsepsi adalah konsep yang tidak sesuai dengan kebenaran secara ilmiah

    misalnya kelelawar termasuk burung dan lumba-lumba termasuk kelompok ikan.

    2. Miskonsepsi terjadi karena pemahaman siswa yang kurang, informasi dari buku

    dan pengetahuan yang dangkal dari guru

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    11/13

    11

    3. Miskonsepsi bisa diperbaiki dengan menerapkan pembelajaran yang melibatkan

    siswa secara langsung dengan objek belajar melalui serangkaian kegiatan

    percobaan menggunakan metode ilmiah.

    4. Guru merupakan faktor utama dalam mencegah sekaligus meluruskan

    miskonsepsi yang terjadi pada siswa, oleh karena itu guru sains MI harus

    menjadi orang pertama yang memiliki dan menguasai konsep sains dengan

    benar.

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    12/13

    12

    DAFTAR PUSTAKA

    Amien, M. (1990). Pemetaan konsep: Suatu tehnik untuk meningkatkan belajar yangbermakna. Mimbar Pendidikan.Volume 2. Tahun IX, hal. 55-69.

    Brody, M. J. (1987). A programmatic approach to teaching and learning aboutstudent understanding of science and natural resource concepts related toenvironmental issues. Dalam Novak, J.D. (Ed). Proceeding of the secondinternational seminar misconcepsition and educational strategies in Scienceand Mathematics,Ithaca, New York: Cornell University.

    Dahar, R. W. (1988). Teori-teori belajar. Jakarta: Proyek Pembangunan LembagaPendidikan Tenaga Kependidikan.

    Djohar. (1993). Analisis hubungan antara konsep dengan unsur-unsurpenyusunannya sebagai pendekatan untuk deskripsi kesulitan memahami

    konsep dan proses konseptualisasi Bidang Ilmu Pengetahuan Alam (Sains).Laporan penelitian. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: FPMSAINS IKIPYogyakarta.

    Eggen, P. and Kauchak, D. 2004, Educational Psychology: Windows, Classrooms.Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.

    Hewindati, Y. T dan Suryanto, A., 2004, Pemahaman Murid Sekolah DasarTerhadap Konsep Sains Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis AdanyaMiskonsepsi, Jurnal Pendidikan, Volume.5, No. 1, Maret 2004, hal. 61-72.

    Ibrohim.2000. Miskonsepsi SAINS-Biologi di Kalangan Guru Sekolah Dasar.Proceeding National Science Education Seminar on The Problem ofMathematics and Science Education and Alternatives to Solve The Problems.February 23, 2000. Malang: FPMSAINS, State University of Malang (UM).

    Kimball, J.W., 1992, Biologi (Jilid I), Jakarta: Erlangga.

    Krisno, M. A dkk, 2008, Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Pusat PerbukuanDepartemen Pendidikan Nasional.

    Kwen, Boo Hong, Google, Teachers Misconceptions of Biological ScienceConcepts as Revealed in Science Examination Papers (http://www.aare.edu.au/05pap/boo05099.pdf )

    Sund, R. B., dan Trowbridge, L. M. (1973). Teaching Science by inquiry in thesecondary school 2nd

    ed. Columbia, Ohio: Charles E. Merril PublishingCompany.

    Widyasari, R. 2011. Identifikasi Miskonsepsi Siswa dan Guru Terhadap Konsep-konsep SAINS Kelas V Semester 1 di Gugus II Kecamatan KartoharjoKabupaten Magetan. Skripsi (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KMIP/

    article/view/16940 ).

  • 7/22/2019 ktizanuarmiskonsepsi.pdf

    13/13

    13

    Thompson, F., An exploration of common student misconceptions in science Schoolof Education, International Education Journal, 2006, Vol. 7, Edisi (4), hal. 553-559.

    Wasis dan Irianto, S. Y., 2008, Ilmu Pengetahuan Alam,Jakarta: Pusat Perbukuan

    Departemen Pendidikan Nasional