kti materi rahman

59
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diperlukan kepada individu baik yang sehat maupun yang sakit, yang mengalami gangguan fisik, psikis dan agar mencapai derajat kesehatan yang optimal. Diperlukan pendekatan komprehensif baik dari segi fisik maupun psikologis serta bersifat individual bagi setiap pasien. SOL ( Space Occupying Lession ) adalah sebuah lesi yang berasal dari sel-sel otak atau struktur disekelilingnya. Tumor otak terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Penderita Space Occupying Lession diseluruh dunia mencapai 400000± orang selama tahun 2005. Di Indonesia sudah banyak menderita 1

Upload: martalina-limbong

Post on 12-Aug-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kti Materi Rahman

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa

pemenuhan kebutuhan dasar yang diperlukan kepada individu baik yang

sehat maupun yang sakit, yang mengalami gangguan fisik, psikis dan agar

mencapai derajat kesehatan yang optimal. Diperlukan pendekatan

komprehensif baik dari segi fisik maupun psikologis serta bersifat

individual bagi setiap pasien.

SOL ( Space Occupying Lession ) adalah sebuah lesi yang

berasal dari sel-sel otak atau struktur disekelilingnya. Tumor otak terletak

pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Penderita

Space Occupying Lession diseluruh dunia mencapai 400000± orang

selama tahun 2005. Di Indonesia sudah banyak menderita penyakit tumor

otak sekitar 28 % penduduk Indonesia, tetapi pasien itu tidak mengetahui

itu sendiri.

Sementara itu Rumah Sakit Kariadi Semarang sudah menerima

penderita Space Occupying Lession sebanyak 34 orang selama tahun

2010, meningkat 10 % dari tahun 2009. Untuk itu penulis tertarik ingin

memberikan asuhan keperawatan dan juga menjabarkan seluas-luasnya

tentang Space Occupying Lession / tumor otak. Mulai dari pengertian,

1

Page 2: Kti Materi Rahman

penyebab, klasifikasi, patofisiologi, dan penatalaksanan supaya orang-

orang lebih tau dan waspada terhadap penyakit Space Occupying Lession.

Keperawatan medikal bedah merupakan bentuk askep pada klien

yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau

terperdiksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau

kecelakaan. Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-

langkah ilmiah. Yaitu komponen-komponen bio-pisko-sosial klien dalam

merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau

kecacatan, (Anonim, 2008).

Pentingnya dari asuhan keperawatan pasien dengan Space

Occupying Lession ini adalah dengan memberikan penyuluhan,

pengawasan, perlindungan dan pasien dengan Space Occupying Lession

itu dapat ditangani dengan baik dan diberi asuhan keperawatan. Maka dari

itu pasien Space Occupying Lession ini memerlukan perawatan yang

khusus untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

Oleh karena itu dari data-data diatas, maka penulis tertarik

membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “ Asuhan keperawatan klien

Ny. D dengan post karniotomy diruang A1 ( syaraf ) rumah sakit Dr.

Kariadi Semarang “.

2

Page 3: Kti Materi Rahman

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Dengan diambil kasus Space Occupying Lession / tumor otak,

penulis ingin memperkenalkan Space Occupying Lession / tumor

otak pada para pembaca dan masyarakat umum serta mampu

memberikan asuhan keperawatan dari klien yang menderita Space

Occupying Lession.

2. Tujuan khusus

Memberikan gambaran kepada pembaca tentang :

a. Mengkaji pasien dengan Space Occupying Lession.

b. Mendiagnosa keperawatan dalam dengan Space Occupying

Lession .

c. Memberikan intervensi keperawatan dalam dengan Space

Occupying Lession.

d. Melakukan implementasi keperawatan dalam dengan Space

Occupying Lession .

e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dalam dengan Space

Occupying Lession.

C. SISTEMATIKA PENULISAN

Karya tulis ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan

penulisan, sistematika penulisan.

3

Page 4: Kti Materi Rahman

Bab II : Konsep Dasar yang menguraikan tentang pengertian,

etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi,

pathways, komplikasi, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaan, fokus pengkajian, fokus intervensi.

Bab III : Resume Keperawatan yang terdiri dari pengkajian, analisa

data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan

evaluasi.

Bab IV : Pembahasan

Membandingkan teori dan kenyataan.

Menganalisa terjadinya gangguan tersebut.

Bab V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

Daftar pustaka

Lampiran

4

Page 5: Kti Materi Rahman

BAB II

KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam

tulang tengkorak. Tumor otak ( tumor intrakranial ) meliputi lesi benigna

dan maligna. Tumor otak dapat terjadi pada beberapa struktur area otak

dan pada semua kelompk umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan

jaringan dimana tumor itu muncul.

Tumor otak jarang bermtastasi keluar dari dari sistem syaraf pusat

tapi menyebabkan kematian dengan cara merusak fungsi vital / terlibat

secara langsung meningkatkan intrakranial.

Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal

didalam otak, tetapi tidak ganas.

Tumor otak maligna adalah kanker didalam otak yang berpotensi

menyusup dan menghancurkan jaringan sebelahnya / yang telah menyebar

keotak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah, ( Reeves C,J. 2001.

Keperawatan medical bedah ).

B. ETIOLOGI

Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi

merupakan salah satu dari factor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma,

infeksi, dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya

5

Page 6: Kti Materi Rahman

tumor otak tetapi bahan industri tertentu seperti nitrosourea adalah

krasinogen yang paten. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang

mendapat imunosupesan seperti pada transplantasi ginjal. Sumsum tulang

dan pada AIDS, ( Reeves C,J. 2001. Keperawatan medical bedah ).

C. KLASIFIKASI

Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM ).

Terdiri dari 3 kategori, yaitu : T ( tumor primer ), N ( nodul regional,

metastase ke kelenjar limfe regional ) dan M ( metastase jauh ).

Kategori T :

Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.

Tis = Tumor in situ.

T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer.

T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm.

T2 = Tumor dengan f maksimal 2 – 5 cm.

T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm.

T4 = Tumor invasi keluar organ.

Kategori N :

N0 = Nodul regional negative.

N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ).

N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan.

N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.

6

Page 7: Kti Materi Rahman

Kategori M :

Mo = Tidak ada metastase organ jauh.

M1 = Ada metastase organ jauh.

M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.

Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut

(Lionel Ginsberg, Neurologi :117) yaitu :

1. Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen,

nervus kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi

ekstrinsik pada substansi otak.

2. Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :

a) Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia ( glioma )

tumor ini diklasifikasikan maligna karena sifat invasif

lokal, metastasis ekstrakranial sangat jarang, dan dikenali

sebagai subtipe histologi dan derajat diferensiasi.

b) Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh

lainnya.

7

Page 8: Kti Materi Rahman

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut lokasi tumor :

1. Lobus frontalis

Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi,

bingung, tingkahlaku aneh, sulit memberi argumentasi / menilai

salah atau benar, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.

2. Korteks presentalis poterior

Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.

3. Lobus parasentalis

Kelemahan ekstrimitas bawah.

4. Lobus oksipintalis

Kejang, gangguan penglihatan.

5. Lobus temporalis

Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia senorik, kelumpuhan otot

wajah.

6. Lobus parietalis

Hilang fungsi sensorik karotikalif, gangguan lokalisasi sensorik,

gangguan penglihatan.

7. Ceribulum

a) Nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperextrimitas,

sendi.

b) Tanda dan gejala umum :

8

Page 9: Kti Materi Rahman

c) Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila

batuk membungkuk.

d) Kejang.

e) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : pandangan

kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran,

perubahan TTV, afasia.

f) Perubahan kepribadian.

g) Gangguan memory.

h) Gangguan alam perasaan.

E. PATOFISIOLOGI

Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala

terjadi berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam

pemeriksaan klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap

disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi

apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada

parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor

yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.

Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi

sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan

dengan gangguan cerebrovaskuler primer.

9

Page 10: Kti Materi Rahman

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro

dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai darah

kejaringan otak.

Peningkatan intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor :

bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor

dan perubahan sirkulasi serebrospinal.

Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa

karena tumor akan mengambilkan ruang yang relatif dari ruang tengkorak

yang kaku.

Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak.

Mekanisme belum sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih

osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema yang

disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan

volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari

vantrikel laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan hidrosephalus.

Peningkatan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi

secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicaraknan

sebelumnya. Mekanisme kompensasi memrlukan waktu berhari-hari /

berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna

bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah

intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan

mengurangi sel-sel parenkim.

10

Page 11: Kti Materi Rahman

Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi

ulkus/ serebulum.herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis

bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister

otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan

menekan saraf ke tiga.

Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui

foramen magnum oleh suatu massa poterior, ( Suddart, Brunner. 2001 ).

11

Page 12: Kti Materi Rahman

F. PATHWAY

12

Idiopatik

Tumor otak

Penekanan jaringan otak

Invasi jaringan otak

Bertambahnya massa

Nekrosis jar. otak

Kejang Gang. Neurologis

fokal

Gang. Fungsi otak

Obstruksi vena di otakHipoksia jaringan

Gang. Suplai darah

Kerusakan jar. Neuron ( Nyeri )

Penyerapan cairan otak

Gang. Perfusi

jaringan

Defisit neurologis

Aspirasi sekresi

Obs. Jln nafas

Dispnea Henti nafas Perubahan

pola nafas

Oedema

Disorientasi Peningkatan TIK

Resti. Cidera

Hidrosefalus

Cemas

Perubanah proses pikir

Ancaman kematia

Hernialis ulkus

Bradikardi progresif, hipertensi sitemik, gang.

pernafasan

Bicara terganggu, afasia

Gang. Pertukaran

gas Gang. kesadar

an

Mual, muntah, papileodema, pandangan kabur, penurunan fungsi

pendengaran, nyeri kepala

Menisefalon tekanan

Gang. Komunikasi verbal

Gang. Rasa nyaman

( Suddart, Brunner. 2001 )

Page 13: Kti Materi Rahman

G. KOMPLIKASI

1. Edema serebral.

2. Tekanan intrakranial meningkat.

3. Herniasi otak.

4. Hidrosefalus.

5. Kejang.

6. Metastase ketempat lain.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgent tengkorak

Untuk diagnostik sekurang-kurangnya diambil dari dua arah yaitu

antero poterior dan lateral.

2. Angiograf serebral.

3. EEG.

4. CT. Scan.

5. MRI.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

1. Terapi radiasi.

2. Kemoterapi.

3. Prosedur pembedahan otak.

4. Laser karbondioksida.

5. Transplantasi sumsum tulang.

13

Page 14: Kti Materi Rahman

6. Implantasi radioisotop.

7. Ganti balut.

8. Relaksasi nafas dalam.

J. FOKUS PENGKAJIAN

1. Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama : sakit kepala pagi hari, anoreksia, nyeri, diare,

muntah, papiladema, perubahan status mental dan malaise.

b) Riwayat ksehatan sekarang : kejang, gangguan berjalan, kabur

penglihatan, perubahan kepribadian, perubahan kemampuan

mengingat, kelemahan vokal, dan afasia.

c) Riwayat kesehatan masa lalu : masalah pernafasan, masalah

eliminasi dan berkemih, gangguan tidur dan integritas kulit.

2. Pemeriksaan fisik

Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,

penurunan / kehilangan memory,afek tidak sesuai,

berdesis.

Penglihatan : penurunan lapang pandangan, penglihatan kabur.

Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, hlusinasi.

Sietem pernafasan: irama nafas meningkat, dispnea, potensial

obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromaskuler.

Sistem hormonal: amenrea, rambut rontok, DM.

Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.

14

Page 15: Kti Materi Rahman

K. FOKUS INTERVENSI

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan disfungsi

neuromaskuler ( hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ).

Ditandai dengan : perubahan kedalaman nafas, dispnea,

obstruksi jalan nafas, aspirasi.

Tujuan : gangguan pertukaran gas dapat teratasi.

Tindakan :

Bebaskan jalan nafas.

Pantau vital sign.

Monitor pola nafas.

Pantau AGD.

Monitor penurunan gas darah.

Kolaborasi O2.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan

peningkatan tekanan intrakranial.

Ditandai dengan : Nyeri kepala terutama pagi hari, klien

merintih kesakitan.

Tujuan : Rasa nyeri berkurang.

Tindakan :

Pantau skala nyeri.

Berikan kompres pada area yang sakit.

Monitor tanda-tanda vital.

Berikan posisi yang nyaman.

15

Page 16: Kti Materi Rahman

Lakukan massage.

Observasi tanda nyeri non verbal.

Kaji faktor difisid, emosi dari keadaan seseorang.

Catat adanya pengaruh nyeri.

Observasi mual, muntah.

Kolaborasi pemberian analgetik, prednisan, relaksasi.

3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder

terhadap depresi sistem saraf pusat.

Ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan

penglihatan, pendengaran.

Tujuan : tidak terjadi cidera.

Tindakan :

Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien.

Pantau tingkat kesadaran.

Orientasikan pasien pada tempat, waktu, orang, dan kejadian.

Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas.

4. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis.

Ditandai dengan : disorientasi, penurunan kesadaran,sulit

konsentrasi.

Tujuan : mempertahakan orientasi mental.

Tindakan :

Kaji tentang perhatian.

16

Page 17: Kti Materi Rahman

Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian

sebelum mengalami trauma dengan respon klien sekarang.

Pertahankan bantuan yang konsisten.

Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis.

Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif.

Dengarkan klien dengan penuh perhatian semua hal yang

diungkapkan klien.

Instruksikan untuk melakukan relaksasi.

Hindari meninggalkan klien sendiri.

17

Page 18: Kti Materi Rahman

BAB III

RESUME KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS KLIEN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Januari 2011. Jam

10.30 di ruang A1 syaraf dengan diagnosa SOL ( space occupying

lession ) di rumah sakit Dr. Kariadi Semarang. Nama Ny. D, usia 45

tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan SD, pekerjaan IRT, alamat

kendal, tanggal masuk 17 januari 2011.

Identitas penanggung jawab Tn. M. Alamat kendal, usia 33

tahun, hubungan dengan klien adalah suami.

keterangan :

: Pasien. : Pria.

: Permpuan. : Tinggal satu rumah

: Meninggal.

18

Klien Ny. D usia 45 th dengan

space occupying lession.

Page 19: Kti Materi Rahman

Dari anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti klien,

sedangkan penyakit lain seperti DM, hipertensi disangkal oleh

keluarganya. Klien tinggal serumah dengan suami dan anak-anaknya.

2. RIWAYAT KEPERAWATAN

Keluhan utama klien adalah nyeri pada kepalanya terutama

pada saat beraktivitas seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, kadang-

kadang timbul bila menoleh mendadak.

Riwayat kesehatan sekarang pada Tanggal 6 Desember 2010

pasien pernah mengalami aspirasi seroma, kemudian dilakukan aspirasi

ulang pada tanggal 27 Desember 2010. Dilakukan op. mikro neoplasma

12 November 2010.

Riwayat kesehatan dahulu, pasien tidak pernah mengalami

penyakit ini sebelumnya, hanya pusing biasa.

Riwayat keluarga, dari anggota keluarga tidak ada yang

menderita penyakit seperti klien, sedangkan penyakit lain seperti DM,

hipertensi keluarga klien tidak pernah mengalaminya.

3. KEBIASAAN SEHARI-HARI

Pengkajian pola kebiasaan sehari-hari pada Ny. D menurut “

Gordon “ diperoleh data :

Pola persepsi kesehatan, klien ,merasakan kondisi tubuhnya

dan bagaimana menyembuhkan / menguranginya.

Pola nutrisi sebelum sakit klien makan 3 kali sehari dengan

komposisi lauk, nasi dan sayuran. Klien menghabiskan 1 porsi.

19

Page 20: Kti Materi Rahman

Kadang-kadang juga makan makanan ringan ( kerupuk, snack ), kue

dan buah sebagai makanan tambahan. Klien minum 6-8 gelas perhari

(1200-1800 cc perhari) yaitu berupa air putih sedangkan minum teh

kadang-kadang. Selama sakit makan makanan yang diberi rumah sakit

selalu dimakan walaupun sedikit tapi sering. Klien juga makan buah-

buahan dan roti sebagai cemilan. Klien minum hanya pada saat makan /

ngemil saja sekitar 1000 cc.

Pola aktivitas, sebelum klien sakit sebagai ibu rumah tangga

biasanya berangat kepasar, kemudian memasak untuk seluruh anggota

keluarganya. Selama sakit klien hanya bisa tiur-tiduran ditempat tidur

sesekali miring kekiri dan kekanan. Makan, minum, BAB dan BAK

dibantu oleh keluarga.

Pola eliminasi, sebelum sakit klien BAB 1 kali sehari dengan

konsistensi lunak, BAK 6-7 kali sehari warna seperti teh dan bau khas.

Selama sakit BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak dan BAK 3-5

kali sehari warna seperti teh dan bau khas.

Pola istirahat dan tidur, sebelum sakit klien tidur selama 9

jam sehari. Selama sakit klien tidur / istirahat selama 4 jam.

Pola peran, klien adalah seorang ibu rumah tangga hubungan

dengan anggota keluarga baik.

Pola kognitif dan persepsi, klien tau dengan penyakit yang

dideritanya. Klien pasrah dengan keadaan dan hanya bisa berdoa.

20

Page 21: Kti Materi Rahman

Pola kebersihan diri, sebelum sakit klien mandi 2-3 kali

perhari, selama sakit klien hanya diseka.

Pola koping terhadap strees, klien nampak cemas.

Pola seksualitas dan reproduksi, klien mempunyai dua orang

anak.

Kepercayaan dan keyakinan, klien beragama islam. Sebelum

sakit klien menjalankan sholat lima waktusecara teratur. Selama sakit

klien hanya bisa berdoa diatas tempat tidur.

4. PEMERIKSAAN FISIK

a) Keadaan umum

Klien tampak lemah, hanya tiduran ditempat tidur.

b) Kesadaran

GCS : E4. M6. V5. 15 composmentis.

c) Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 120/90 mm/Hg. Suhu : 365 oC. Nadi : 80

kali/menit. Respirasi : 20 kali/menit.

d) Kepala

Tampak benjolan sebesar buah jeruk, warna sama dengan sekitar.

e) Mata

Tidak anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan berkurang, bola

mata nampak merah.

f) Hidung

Rongga bersih, tidak ada sekret / darah.

21

Page 22: Kti Materi Rahman

g) Telinga

Tampak simetris da n bersih.

h) Bibir dan mulut

Tidak terjadi sianosis dan bersih.

i) Leher

Tidak terdapat kelenjar thiroid.

j) Dada

Jantung

I : ictus carotis tak tampak.

P : ictus carotis teraba di sic V.

P : konfigurasi jantung abnormal.

A : bunyi jantung I – II normal.

Paru

I : bentuk nampak simetris saat statis dan dinamis.

P : taktil formitus normal antara kanan dan kiri.

P : suara sonor pada intercostal IV – V dada kanan.

A : suara nafas vaskuler.

k) Abdomen

I : bentuk datar, tidak ada venektasi

A : peristaltik usus 18 kali / menit.

P : tidak ada nyeri tekan.

P : terdengar suara timpani.

l) Ekstrimitas

22

Page 23: Kti Materi Rahman

Atas : tidak terdapat lesi, edema, terpasang infus

disebelah kiri

Bawah : tidak terdapat lesi, oedema dan fraktur.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Laboratorium

Tanggal 18 Januari 2011.

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Ket.

Hematologi

Hematologi Paket

Hemoglobin 12.80 gr % 12.00 – 15.00

Hematokrit 39.1 % 35.0 – 47.0

Eritrosit 4.65 Juta / mmk 3.00 – 5.60

M C H 27.50 pg 27.00 – 32.00

M C V 84.20 fl 76.00 – 96.00

M C H C 32.60 g / dl 29.00 - 36.00

Lekosit 11.20 ribu / mmk 4.00 – 11.00 N

Trombosit 331.0 ribu / mmk 150.0 – 400.0

R D W 14.60 % 11.60 – 14.80

M P V 7.10 fl 4.00 – 11.00

23

Page 24: Kti Materi Rahman

Tanggal 22 januari 2011.

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Ket.

Kimia Klinik

Glukosa Sewaktu 167 mg / dl 80 – 110 H

Ureum 19 mg / dl 15 – 39

Creatinin 0.70 mg / dl 0.60 – 1.30

Natrium 124 mmol / l 136 – 145 L

Kalium 3.4 mmol / l 3.5 – 5.1 L

Chlorida 90 mmol / l 98 – 107 L

b) CT-Scan

Tanggal 19 April 2010.

Hasil

Tampak lesi slight hyperdersi dilobus temporopariletalis dextra (

HU 69, Suce 3-9 ). Bentuk membulat, ukuran 1k. 41,5 X 50,1

mm. Moderate perifokal oedema +, klasifikasi -, menimbulkan

lateralisasi kesinistra dan menyempitkan ventriculus II, cornu

anterior et poterior dextra.

Tampak lesi isoderis di sinus sphenoidalis dextra ( slice 2 ).

Gryi tumpul dan sulic tampak dangkal ; batas white matter dan

gryi matter exopthalmus.

Sistem cyrterna terbuka.

24

Page 25: Kti Materi Rahman

Canalis opticus dextra lebih besar dibandingkan senistra ; OD

tampak exopthalmus.

Kesan :

Massa lobus temporoparietalis dextra dengan lateralisasi

kesinistra.

Oedem cerebri.

Massa sinus spehniodalis curiga infiltrasi tumor.

Expothalamus OD.

6. THERAPI

B. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM TTD

S : klien mengatakan nyeri

dikepala seperti ditekan-

tekan.

O : klien tampak lemes

merasakan nyeri yang

dialami.

GCS : E4. M6. V5. 15

kompesmentis.

P : benjolan dikepala.

Peningkatan tekanan

intrakranial.

Gangguan rasa

nyaman nyeri

25

Page 26: Kti Materi Rahman

Q : seperti ditekan-tekan.

R : dikepala atas kanan.

S : 5-6.

T : saat banyak bergerak.

S : klien mengatakan klien

susah melihat, badannya

terasa lemah.

O : bola mata tampak

kemerah-merahan, lemah.

Disfungsi otot skunder Resiko tinggi

cidera

S : klien mengatakan sudah

tak semangat lagi dan takut

meninggal.

O : klien tampak lesu dan

susah tuk tidur.

Kurang informasi

tentang prosedur

Cemas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial.

2. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder.

3. Cemas berhububungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur.

26

Page 27: Kti Materi Rahman

D. RENCANA KEPERAWATAN

Hari

Tanggal

D.P Tujuan dan Krirteria

Hasil

Intervensi TTD

Kamis

28/1/11

09.00

1 Setelah dilakukan

tinndakan keperawatan

3 x 24 jam nyeri

berkurang dengan KH :

Klien dapat

mengenal nyeri.

Klien mampu

melakukan

managemen nyeri.

Klien mengatakan

nyeri berkurang.

Pantau skala nyeri.

Monitor tanda-tanda

vital.

Berikan posisi nyaman.

Observasi non verbal.

Anjurkan relaksasi.

Catat adanya pengaruh

nyeri.

Kolaborasi pemberian

obat analgetik,

predinison.

Kamis

28/1/11

10.00

2 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 3

X 24 jam tidak terjadi

cidera dengan KH :

Klien dapat

mengidentifikasi

bahaya

Identifikasi bahaya

potensial pada

lingkungan klien.

Pantau tingkat

kesadaran.

Orientasiakan klien pada

tempat, waktu, orang,

27

Page 28: Kti Materi Rahman

Klien tidak terjadi

cidera

dan kejadian.

Anjurkan klien untuk

tidak beraktivitas.

Kamis

28/1/11

11.00

3 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 3

X 24 jam cemas

berkurang / hilang

dengan KH :

Klien mengerti

tentang penyakit dan

gejala.

Klien merasa

nyaman.

Keluarga mampu

melakukan

perawatan mandiri

Kaji status mental.

Beri penjelasan

hubungan antara proses

penyakit dan gejala.

Jawab setiap pernyataan

dengan penuh perhatian.

Libatkan keluarga dalam

perawatan.

E. IMPLEMENTASI

Hari

Tanggal

D.P Tindakan Respon TTD

Jum’at

29/1/11

1 Mengkaji skala

nyeri dengan P, Q,

S: klien mengatakan nyeri di

kepala

O: klien merasa nyeri pada

28

Page 29: Kti Materi Rahman

09.00

09.10

09.15

11.45

R, S, T.

Mengukur tanda-

tanda vital : tensi,

suhu, nadi, nafas.

Memberikan posisi

yang nyaman

dengan cara tirah

baring.

Kolaborasi

pemberian obat

saat bergerak, yang

memperparah nyeri

pada saat beraktivitas,

klien tampak meringis,

klien tampak cemas,

nyeri terasa seperti

ditekan-tekan, tampak

kesakitan, skala nyeri 5-

6.

S: klien mengatakan

bersedia.

O:

Tensi: 120/80 mmHg.

Suhu: 368 oC.

Nadi: 82 kali permenit.

Nafas: 20 kali permenit.

S: klien mengatakan mau

melakukan.

O: tampak mersa nyaman.

S: klien mengatakan mau.

O: masuk injeksi ketorolak.

29

Page 30: Kti Materi Rahman

analgetik,

predinison.

Jum’at

29/1/11

10.00

10.15

2 memantau tingkat

kesadaran.

mengorientasiakan

klien pada tempat,

waktu, orang, dan

kejadian.

menganjurkan klien

untuk tidak

beraktivitas.

S: klien mengatakan mau.

O: GCS : E4, M6, V5 = 15.

S: klien mengatakan

bersedia.

O: klien mendengarkan

dengan baik.

S: klien mengatakan mau

mengikuti anjuran.

O: klien tampak beristrahat

ditempat tidur.

Jum’at

29/1/11

11.00

11.10

10.15

3 Memberikan

penjelasan

hubungan antara

proses penyakit dan

gejala.

Menjawab setiap

pernyataan dengan

penuh perhatian.

Melibatkan keluarga

dalam perawatan.

S: klien mengatakan

bersedia.

O: klien mau mendengarkan

dengan baik.

S: klien bertanya tentang

keadaanya sekarang.

O: klien merasa puas

dengan jawaban.

S: keluarga klien

mengatakan mau terlibat.

30

Page 31: Kti Materi Rahman

O: keluarga selalu

memotivasi klien untuk

istrahat.

F. EVALUASI

Hari

Tanggal

DP Evaluasi TTD

Sabtu

30/1/11

09.00

1 S : klien mengatakan klien masih merasakan nyeri tapi

sedikit sudah berkurang.

O : Tensi : 120/80 mmHg

Suhu : 368 oC.

Nadi : 82 kali permenit.

Nafas : 20 kali permenit.

P : benjolan dikepala.

Q : seperti ditekan-tekan.

R : dikepala atas kanan.

S : 3-4.

T : saat banyak bergerak.

A : masalah teratasi sebagaian.

P : lanjutakan intervensi dengan merkomendaikan

kepada perawat ruangan :

Kaji karakteristik nyeri.

Dorong managemen motivasi klien untuk

31

Page 32: Kti Materi Rahman

melakukan posisi nyaman saat nyeri.

Kolaborasi pemberian obat

Sabtu

30/1/11

10.00

2 S : klien mengatakan klien hanya tidur-tiduran karena

takut terjadi apa-apa.

O : klien hanya tidur-tiduran ditempat tidur.

GCS : E4, M6, V5 = 15.

A : masalah teratasi sebagaian.

P : lanjutakan intervensi dengan merekomendasikan

pada perawat ruangan :

Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan

klien.

Memantau tingkat kesadaran klien.

Orientasikan klien pada tempat, waktu, orang,

dan kejadian.

Sabtu

30/1/11

11.00

3 S : klien mengatakan sedikit mulai mengerti tentang

penyakit yang diderita klien.

O : klien masih terlihat cemas.

A : masalah teratasi sebagaian.

P : lanjutkan intervensi dengan merkomendasikan pada

perawat ruangan :

Kaji status mental.

Jawab setiap pernyataan dengan penuh

32

Page 33: Kti Materi Rahman

perhataian.

Libatkan keluarga dalam perawatan.

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian sampai

dengan evaluasi selama 3 hari penulis tidak mengalami kendala berarti, sehingga

penulis dapat menyeleasikan pengkajian dengan tepat waktu. Penulis mendapat

kesamaan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada kasus SOL ( Space

Occupying Lession ) yang diderita oleh Ny. D pada bab ini penulis akan

membahas kesamaan tersebut.

Diagnosa yang muncul pada kasus antara lain :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial.

Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan

adanya ketidaknyamanan berat atau sensasi tak nyaman, berakhir dari 1

detik sampai kurang dari 6 bulan, ( Linda Jual Carpenito, 2000 : 225 ).

Masalah ini muncul karena terjadi peningkatan tekanan intrakranial

karena peningakatan massa. Penyebab tumor masih sangat sedikit yang di

ketahui. Radiasi merupakan salah satu dari factor penyebab timbulnya

33

Page 34: Kti Materi Rahman

tumor otak. Karena terbentuknya oedema di sekitar tumor maka terjadi

peningkatan tekanan intrakranial.

Penulis memprioritaskan masalah nyeri sebagai prioritas pertama

karena dengan meningkatnya nyeri yang hebat dan tak tertangani maka

akan menyebabkan ansietas, yang ditandai peningkatan nadi dengan

keringat dingin sehingga dapat terjadi syok neurogenik.

Data yang menunjang klien mengatakan nyeri di area kepalanya,

skala nyeri 5-6, terdapat benjolan sebesar buah jeruk, warna sama dengan

sekitar. Akibat yang terjadi bila masalah tersebut tidak teratasi maka nyeri

akan lebih menyebar dan kondisi akan memburuk.

Rasional tindakan yang telah dilakukan antara lain :

a. Mengkaji skala nyeri dengan P, Q, R, S, T.

b. Mengukur tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, suhu, dan

pernafasan.

c. Memberikan posisi yang nyaman dengan cara tirah baring.

d. Kolaborasi pemberian obat analgetik, predinison.

Hasil evaluasi yang dicapai setelah dilakuakan tindakan

keperawatan adalah klien mengatakan klien masih merasakan nyeri tapi

sedikit berkurang sehingga masih belum teratasi, lanjutkan intervensi

dengan kaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital, berikan posisi nyaman,

dan kolaborasi dengan tim medis kemudian penulis mendelegasikan

keperawat ruangan karena terbatasnya waktu.

2. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder.

34

Page 35: Kti Materi Rahman

Resiko tinggi cidera adalah keadaan dimana ketika seseorang

individu beresiko mendapat bahaya karena defisit perseptual atau fisiologis,

kurangnya kesadaran tentang bahaya, atau lanjut usia, ( Linda Jual

Corpenito, 2000 : 247 )

Penulis prioritaskan diagnosa resiko tinggi cidera sebagai prioritas

kedua, karena penglihatan klien menurun dan klien mengalami kelemahan.

Diagnosa ini di angkat karena klien mengalami kelemahan, data

yang menunjang masalah keperawatan ini adalah klien mengatakan anggota

geraknya terasa lemah dan penglihatannya menurun, bola mata klien juga

terlihat kemerahan.

Akibat yang terjadi bila masalah tidak teratasi terhadap kelemahan

klien tersebut akan mengakibatkan cidera terhadap klien.

Rasional tindakan yang dilakukan antara lain :

a. Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien.

b. Pantau tingkat kesadaran.

c. Orientasikan klien pada tempat, waktu, orang, dan kejadian.

d. Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas.

Hasil evaluasi yang telah dicapai setelah dilakukan tindakan

keperawatan adalah klien hanya tidur-tiduran ditempat tidur, klien tampak

lemas sehingga masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi dengan pantau

tingkat kesadaran klien, orientasikan klien pada tempat, waktu, orang, dan

kejadian, dan anjurkan klien untuk tidak beraktivitas.

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur.

35

Page 36: Kti Materi Rahman

Cemas adalah keadaan dimana individu mengalami perasaan

gelisah, ( Linda Jual carpento, 2000 : 130 ).

Penulis prioritaskan diagnosa cemas sebagai prioritas ke tiga,

karena kurangnya pengetahuan klien terhadap penatalaksanannya. Dimana

klien selalu memikirkan kematian.

Diagnosa ini diangkat karena adanya reaksi emosional individu

terhadap penilaian yang subyektif, yang disebabkan oleh karena kurangnya

informasi tentang tindakan yang telah dilakukan oleh individu tersebut. Data

yang menunjang masalah keperawatan ini adalah klien mengatakan takut

meninggal dan cemas.

Akibat yang terjadi bila masalah tidak teratasi reaksi emosional

individu terhadap penilaian yang hanya subyaktif akan mengakibatkan

gelisah, tidak tentram, dan takut.

Rasional tindakan yang telah dilakukan antara lain :

1. Kaji status mental.

2. Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala.

3. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian.

4. Libatkan keluarga dalam perawatan.

Hasil evaluasi yang telah dicapai setelah dilakukan tindakan

keperawatan adalah klien dan keluarga mengatakan tentang penyakit itu

(tumor otak), klien masih tampak cemas sehingga masalah teratasi

sebagian, lanjutkan intervensi dengan jawab pertanyaan dengan penuh

36

Page 37: Kti Materi Rahman

perhatian dan melibatkan keluarga dalam perawatan kemudian penulis

mendeligasikan keperawat ruangan karena terbatasnya waktu.

37

Page 38: Kti Materi Rahman

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam

tulang tengkorak. Tumor otak ( tumor intrakranial )meliputi lesi

benigna dan maligna. Tumor otak dapat terjadi pada beberapa

struktur area otak dan pada semua kelompk umur. Tumor otak

dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.

2. Tanda dan gejala dari SOL itu sendiri yaitu gangguan kepribadian

ringan, kelemahan otot wajah, kelemahan ekstrimitas bawah,

kejang, gangguan penglihatan, dan nyeri kepala.

3. Komplikasi yang terjadi pada SOL adalah edema serebral, tekanan

intrakranial meningkat, herniasi otak, hidrosefalus, kejang dan

metastase ketempat lain.

4. Penatalaksanaannya yaitu terapi radiasi, kemoterapi, prosedur

pembedahan otak, laser karbondioksida, transplantasi tulang

sumsum dan implantasi radioisotop.

5. Pengalaman nyata yang penulis dapatkan dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada klien dengan SOL adalah adanya

kesamaan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.

38

Page 39: Kti Materi Rahman

6. Dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien, penulis

menemui beberapa hambatan – hambatan seperti dalam melakukan

implementasi dan intervensi pada klien ternyata sesuai dengan teori

yang ada, yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut di dalam

evaluasi yang telah di lakukan sehingga masalah dapat di atasi

melalui pendekatan proses keperawatan.

B. SARAN

1. Instansi atau Rumah sakit

Untuk meningkatkan rasa nyaman dan menghindari bakteri

nasokomial pada klien, sebaiknya pihak rumah sakit lebih

memperhatikan kebersihan dan mencuci tangan sebelum dan

setelah melakukan tindakan keperawatan.

2. Pelaksana pelayanan di Rumah sakit

a. Pelayanan yang di berikan lebih di tingkatkan lagi agar

pengguna jasa kesehatan merasa puas dan bisa mewujudkan

Indonesia Sehat.

b. Pelayanan kesehatan sebaiknya lebih terbuka dalam

memberikan informasi tentang keadaan pasien pada

keluarga.

3. Ilmu atau Profesi Keperawatan

39

Page 40: Kti Materi Rahman

a. Untuk mewujudkan Indonesia pandai maka sebagai senior

wajib mendidik para juniornya agar tidak melakukan

kesalahan dalam memberikan Asuhan keperawatan.

b. Tingkatkan pengetahuan ilmu keperawatan agar terbebas

dari penyakit yang mematikan.

4. Institusi Pendidikan

a. Bagi pembimbing akademik lebih sering dalam

memberikan bimbingan agar tidak di rendahkan oleh

profesi lain.

b. Bekali keterampilan mahasiswa yang banyak sebelum

terjun dalam proses keperawatan di Rumah Sakit.

5. Bagi keluarga

Di harapkan keluarga dapat memberikan dorongan kepada

pasien agar dapat cepat sembuh.

40