kti ku

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan social, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan perseorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. (Videbeck, 2008). Salah satu masalah keperawatan jiwa adalah gangguan persepsi sensori halusinasi. Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, karena halusinasi selalu di pengaruhi oleh pengalaman – pengalaman psikologis seseorang. Isi halusinasi biasanya menunjukan arti dinamisnya. Suatu keberhasilan penembusan alam sadar dalam bentuk gambaran – gambaran pengindraan sebagai jawaban terhadap situasi dan kebutuhan – kebutuhan psikologisnya. Seperti pemuasan implus – implus yang direpresi atau keinginan terhadap keyakinan yang lebih memuaskan (Baihaqi dkk, 2005). Jenis - jenis halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa diantaranya adalah halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi penciuman, halusinasi

Upload: gopieens-arifiin

Post on 26-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

GOOD

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan social, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan perseorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. (Videbeck, 2008).Salah satu masalah keperawatan jiwa adalah gangguan persepsi sensori halusinasi. Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, karena halusinasi selalu di pengaruhi oleh pengalaman pengalaman psikologis seseorang. Isi halusinasi biasanya menunjukan arti dinamisnya. Suatu keberhasilan penembusan alam sadar dalam bentuk gambaran gambaran pengindraan sebagai jawaban terhadap situasi dan kebutuhan kebutuhan psikologisnya. Seperti pemuasan implus implus yang direpresi atau keinginan terhadap keyakinan yang lebih memuaskan (Baihaqi dkk, 2005).Jenis - jenis halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa diantaranya adalah halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi penciuman, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, halusinasi kinestetik, halusinasi visceral, halusinasi hipnagogik, halusinasi hpnopompik, halusinasi histerik, depersonalisasi & derealisasi (Baihaqi dkk, 2005). Prevalensi gangguan jiwa halusinasi di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan peraba.Pasien dengan halusuinasi pendengaran, apabila tidak segera ditangani akan berisiko mencederai diri sendiri, orang lain & lingkungan. Selain menggunakan strategi pelaksanaan yang sudah terbukti keefektifannya dalam mengontrol halusinasi, halusinasi juga dapat dikontrol dengan terapi modalitas, salah satunya adalah dengan terapi seni (menggambar). Beberapa alasan menggunakan terapi seni dengan menggambar. Menggambar meningkatkan perkembangan jasmani & motorik klien, menggambar meningkatkan perkembangan emosional dan sosial, menggambar membuat klien untuk belajar kreatif ( Susana, S.A, 2007)Melihat manfaat dari terapi menggambar, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut pengelolaan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, dan pengaruh terapi menggambar dalam mengontrol halusinasi pendengaran, maka penulis membuat laporan pengelolaan asuhan keperawatan yang berjudul Pengelolaan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Dengan Terapi Menggambar Pada Tn X Di Ruang Bima RSUD Banyumas.

B. Tujuan PenulisanTujuan Umum :Menggambarkan Pengelolaan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Dengan Terapi Menggambar Pada Tn X di Ruang Bima RSUD Banyumas.Tujuan Khusus :Menggambarkan a. Pengkajian pengelolaan keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Dengan Terapi Menggambar Pada Tn X Di Ruang Bima RSUD Banyaumas.b. Masalah keperawatan yang ditemukan pada Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Dengan Terapi Menggambar Pada Tn X Di Ruang Bima RSUD Banyumas.c. Perencanaan untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Dengan Terapi Menggambar Pada Tn x Di Ruang Bima RSUD Banyumas.d. Tindakan yang dilakukan untuk pemecahan masalah pada Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Dengan Terapi Menggambar Pada Tn x Di ruang Bima RSUD Banyumas.e. Penilaian / evaluasi pencapaian tujuan pengelolaan keperawatan Gangguan Persepssi Sensori : Halusinasi Pendengaran Dengan Terapi Menggambar Pada Tn X Di Ruang Bima RSUD Banyumas.

C. Manfaat PenulisanHasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan keperawatan Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran Dengan Terapi Menggambar Pada Tn X di Ruang Bima RSUD Banyumas.

BAB II

A. Konsep Dasar Terapi Seni ( Menggambar )a. Pengertian Terapi seni ( menggambar ) adalah bagian dari terapi lingkungan dan dilihat dari aktivitasnya, juga bagian dari terapi aktivitas kelompok untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan aktivitas klien (Susana, 2007)

b. Alasan Menggunakan Terapi Seni dengan Menggambar1. Menggambar meningkatkan perkembangan jasmani dan motorik klien.2. Menggambar meningkatkan perkembangan emosional dan sosial klien.3. Menggambar merupakan permainan yang santai sehingga dapat dikerjakan dalam suasana, dan tempat yang lebih fleksibel.4. Menggambar membuat klien belajar untuk kreatif5. Menggambar artinya membuat suatu permainan, ini berarti membuat perasaan klien senang, gembira, dan akhirnya membangun motivasi hidup yang lebih semangat dan bergairah.6. Menggambar memberi kemungkinan untuk membuat ekspresi dari batin perasaan klien lewat gambar.

c. Tujuan Terapi Seni Gambar1. Memberikan kebebasan dari daya khayal klien dan membuat klien bersikap spontan dengan sarana gambar.2. Ekspresi yang terbentuk dibatin ( dunia ) klien terungkap lewat menggambar3. Mengembangkan daya kreatif klien.4. Bekerja dengan menggambar memberikan kegembiraan dan kepuasaan.5. Mengembangkan dan mengubah mengenai berkhayal diri sendiri.

d. Peserta (Klien) Dalam Terapi Seni Gambar1. Klien memiliki kemampuan dari berpikir primitive ke berpikir dengan suatu bentuk tertentu ( abstrak kongkrit ).2. Klien mempunyai kebiasaan mempergunakan tubuhnya.e. Skema Dari Terapi Kreatif Seni Gambar1. Terapi gambar diadakan satu kali seminggu diunit rehabilitasi.2. Setiap kali terapi kreatif seni gambar selama satu jam.

f. Alat dan Bahan Dalam Terapi Seni Gambar1. Pensil2. Penghapus 3. Buku gambar A34. Crayon atau pensil warna5. Sebuah meja dan kursi untuk tempat menggambar6. Sebuah ruangan yang nyaman atau taman

g. Tahapan Dalam Seni MenggambarMenurut buchalter (2009) dalam Chairani (2011), tahapan terapi menggambar adalah sebagai berikut :a. Relaksasi.b. Menggambar.c. Refleksi.

h. Isi dan Bentuk dari Terapi Kreatif Seni Gambar1. Terapi ini terdiri dari bermacam macam gambar aktivitas.2. Aktivitas ada mencat, mewarnai, menggambar.3. Klien bisa leluasa menggambar pada seni gambar.4. Terapis tidak boleh menggangu kebebasan klien.

B. Konsep Dasar Gangguan Persepsi Sensori Halusinasia. PengertianHalusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawarti & Hartono, 2011).

b. EtiologiMenurut Fitria (2010) faktor predisposisi terjadinya halusinasi disebabkan oleh :1. Faktor Predisposisi Faktor Perkembangan Faktor Sosiokultural Faktor Biokimia Faktor Psikologis Faktor Genetik2. Faktor PresipitasiMenurut Direja (2011), faktor presipitasi terjadinya halusinasi sebagai berikut: a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.c. Adanya gejala pemicu.

c. Tahapan HalusinasiMenurut Direja (2011), halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut :a. Fase comforting, yaitu fase yang menyenangkan. b. Fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan.c. Fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. d. Fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.

e. Tanda dan gejalaTanda dan gejala pasien halusinasi pendengaran (Yosep, 2007)Objektif :1. Mengarahkan telinga pada sumber suara2. Bicara atau tertawa sendiri3. Marah marah tanpa sebab4. Menutup telinga5. Mulut komat kamit6. Ada gerakan tanganSubjektif :1. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu sesuatu yang berbahaya2. Mendengar suara atau bunyi3. Mendengar suara yang mengajak bercakap cakap4. Mendengar seseorang yang sudah meninggal5. Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau suara lain yang membahayakan

f. Mekanisme Kopinga. Regresi : Malas beraktifitas.b. Proyeksi :Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.c. Menarik diri sulit mempercayakan orang lain atau asyik dengan stimulus intern.

g. Pohon Masalah Effect Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

C. Terapi Menggambar Pada Pasien halusinasi Pendengarana. Pengkajian1. Faktor predisposisia. Faktor perkembangan b. Faktor sosiokulturalc. Faktor biokimiad. Faktor psikologise. Faktor genetik2. Faktor presipitasia. Proses pengolahan informasi yang berlebihanb. Mekanisme penghantaran listrik yang berlebihanc. Adanya gejala pemicu3. Mekanisme kopinga. Regresib. Proyeksic. Menarik diri4. Perilaku halusinasia. Isi halusinasib. Waktu terjadinyac. Frekuensid. Situasi pencetuse. Respon klien saat halusinasi

b. Diagnosa KeperawatanGangguan persepsi sensori : halusinasi

c. Intervensia. Tahapan relaksaksasi. Pertama, pasien harus disuruh berdiri / duduk dengan tangan di atas meja, lalu memejamkan mata, menarik nafas perlahan - lahan dan hembuskan pelan pelan sekali 3x Instruksikan pasien untuk melemasakan jari jari tangan dengan cara menggenggam erat - erat mengepalkannya dan membukanya perlahan plahan (lakukan 3x). Kemudian pasien diminta untuk membunyikan suara dari mulut. Durasi waktunya 10 detik, aaa..... selama 10 detik lakukan 3x, kemudian bunyi ooooooo.... waktu yang sama, kemudian bunyi..uuuuuuuuuu...., kemudian bunyi mmmmm............ waktu yang sama juga 3x. Kemudian pasien diminta untuk memejamkan kedua mata dan meletakkan kedua telapak tangan pasien menutupi kedua mata pasien selama 1 menit. Tetap memejamkan mata dan minta pasien menyentuh kedua pipinya adengan telapak tangan pasien kira - kira 30 detik. Setelah itu minta pasien menutupi telinganya dengan kedua telapak tangan pasien. Terakhir minta pasien untuk mengelus - elus kepalanya sendiri dengan kedua telapak tangan 3 x.b. Tahapan menggambarPada tahap ini pasien diberi kebebasan untuk berekspresi melalui media gambar.c. Tahapan Refleksi

d. Evaluasi Setelah terapi seni kreatif gambar selesai, perawat mengisi formulir evaluasi terapi kreatif seni gambar yang berisi tentang aktivitas yang diikut pasien, motivasi dan partisipasinya. Sesudah enam kali terapi, perawat membuat evaluasi besar untuk pasien Setelah evaluasi besar, perawat menentukan apakah pasien bisa mengikuti terapi seni gambar lagi atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGCBaihaqi, MIF dkk. 2005. Buku Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan Gangguan. Bandung: Refika AditamaSusana, S.A, dkk. 2007. Terapi Modalitas Dalam Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogjakarta : Mitra Cendikia PressFitria, Nita, 2010. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba MedikaKusumawarti, F & Hartono, Yudi, 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba MedikaDireja, A.H.S, 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha MedikaYosep, Iyus, 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika AditamaChairani, 2011. Efektifitas Terapi Menggambar Untuk Meningkatkan Kebermaknaan Hidup Wraga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Yogyakarta, terdapat pada http://download.portalgaruda.org/article.php?article=122900&val=5556 (diakses pada tgl 22 Januari 2014)