kurikulum ku
DESCRIPTION
masih belum diperbaiki bosTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan
pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no.
19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional
pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar
kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar
sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h)
standar penilaian pendidikan.
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada
pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan
kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa.
Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana.
Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan
pengalaman yang dialami secara langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata
pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam
pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya
dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang
berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan
anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir
holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan
menyebabkan kurang mengembangkan anak untukberpikir holistik dan
membuat kesulitan bagi peserta didik.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul
permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka
mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus
sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang
lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu
sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat
4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka
putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%,
dan kelas enam 1,78%.
Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-
masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman kanak-kanak. Hal itu
terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas
satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun
1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun
yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada pada
pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar
peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu,
hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk taman kanak-
kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik
yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu, perbedaan
pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas awal sekolah
dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang
telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau
bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang
termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat
penting untuk dilaksanakan di tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas
tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu?
2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu?
3. Apakah ciri-ciri dari pembelajaran terpadu?
4. Apakah kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu?
5. Mengapa pembelajaran terpadu penting untuk diterapkan di tingkat sekolah
dasar?
C. Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran terpadu.
2. Untuk mendeskripsikan prisip-prinsip dari pembelajaran terpadu.
3. Untuk menidentifikasi ciri-ciri dari pembelajaran terpadu.
4. Untuk menidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu.
5. Untuk menguraikan alasan pentingnya pembelajaran terpadu untuk
diterapkan di tingkat sekolah dasar.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan mahasiswa calon guru SD.
2. Dapat menunjang bahan mata kuliah Pembelajaran Terpadu.
3. Dapat memberikan pengetahuan bagi pendidik khusunya untuk guru SD
tentang model pembelajaran terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa
orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :
1) menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga
kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan
yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu
(integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu
(integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan
berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk
suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi
tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan
kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau
mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu,
pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan
secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran
tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);
2) menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses
pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada
dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari
pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan
IPA terpadu.
Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar
seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna
kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran
terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep
yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang
memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik
(Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori
pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan/
pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak
didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema
tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran
dan pembuatan keputusan.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan
dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala
penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari
penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal
tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang
melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan
untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan
kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik
dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran
abstrak (Prabowo, 2000:3).
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu
Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu
meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran
terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip reaksi.
1. Prinsip penggalian tema antara lain : a). Tema hendaknya tidak terlalu luas,
namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi,
b). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya c). Tema harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. d). Tema yang
dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak, e).
Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik
yang terjadi dalam rentang waktu belajar, f) Tema yang dipilih hendaknya
mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat,
g). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan
sumber belajar.
2. Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya : a) guru hendaknya jangan
menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses
belajar mengajar, b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok
harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok,
c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam poses perencanaan.
3. Prinsip evaluatif adalah : a). memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya, b) guru perlu
mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati
dalam kontrak.
4. Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku
secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.
Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak
diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan
bermakna.
Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu : a)
pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila
materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu; b)
Pembelajaran terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat
situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur,
pelaksanaan pembalajaran terpadu secara spontan memiliki karakteristik
dengan kegiatan belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak
berdasarkan mata pelajaran. Walaupun demikian guru tetap harus
merencanakan keterkaitan konseptual atau antar pelajaran, dan model
jaring laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan pembelajaran terpadu
secara spontan (tim pengembang PGSD, 1996); c) Ada pula yang
melaksanakan pembelajaran terpadu secara periodik, misalnya setiap akhir
minggu, atau akhir catur wulan. Waktu-waktunya telah dirancang secara
pasti; d) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu sehari penuh.
Selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar
dengan yang diinginkan. Siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.
Pembelajaran ini dikenal dengan istilah “integrated day “ atau hari terpadu.
Diawali dengan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek
kegiatan belajar, alat-alat, media dan peralatan lainnya yang dapat menunjang
terlaksananya pembelajaran terpadu. Dalam tahap perencanaan guru memberikan
arahan kepada murid tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, cara pelaksanaan
kegiatan, dan cara siswa memperoleh bantuan guru.
Implikasi dari pembelajaran terpadu, bentuk hari terpadu, guru harus menentukan
waktu maupun jumlah hari untuk pelaksanaan kegiatan tersebut dan dapat diisi
dengan kegiatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba; (4) Pembelajaran
terpadu yang terbentuk dari tema sentral.
Implementasinya menuntut dilakukannya pengorganisasian kegiatan yang telah
terstruktur. Pengorganisasian pada awal kegiatan mencakup penentuan tema
dengan mempertimbangkan alat, bahan, dan sumber yang tersedia, jenis kegiatan
serta cara guru membantu siswa. Untuk pelaksanaanya guru bekerjasama dengan
guru kelas lainnya dalam merancang kegiatan belajar mengajar dengan memilih
tema sentral transportasi dalam kehidupan.
C. Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu
Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran
terpadu, yaitu sebagai berikut:
1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran
terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu
fenomena dari segala sisi.
2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah
kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu
menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah
nyata di dalam kehidupannya.
3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-
inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang
secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.
Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977:7) mengemukakan bahwa
pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini.
1. Berpusat pada anak
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
4. Memyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran.
5. Bersikap luwes
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak.
D. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan
konvensional, yaitu sebagai berikut.
1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak.
2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
peserta didik.
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil
belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan
sosial peserta didik.
5. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan
permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta
didik.
6. Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja
sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta
didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber;
sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan
dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping ada kelebihan di atas, pembelajaran terpadu memiliki kelemahan,
terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan
evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan
tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang
Diknas (ttg:9) mengidentifikasi beberapa kelemahan pembelajaran terpadu antara
lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
1. Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali
informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan
dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada
bidang kajian tertentu saja.
2. Aspek Peserta Didik
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang
cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan
menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila
sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan
terlambat.
3. Aspek Kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman
peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu
diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
4. Aspek Penilaian
Pembelajaran terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari
beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
5. Aspek Suasana Pembelajaran
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian
dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan
sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan
substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar
belakang pendidikan guru itu sendiri.
E. Pentingnya Pembelajaran Terpadu Diterapkan Di Tingkat Sekolah
Dasar
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan:
(a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional konkrit, dan (d) operasional
formal. Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan
operasional konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik
pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan
anak pada tahapan ini. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak
mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik;
perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu
terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik
tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun
sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan,
dan lingkungannya.
Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam
pembelajaran di jenjang SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan
pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak (DAP
atau Developmentally Appropiate Practice). Penggunaan pendekatan DAP ini
mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:
1. asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau
oleh anak,
2. asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual
(konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak),
3. asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah
topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari
anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu,
4. asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan
menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.
Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini,
namun bisa juga digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs
dan SMA/MA, karena pada hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud: 1996:3).
Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai
berikut.
1. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak.
Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya
secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian
yang satu dengan yang lain.
2. Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru
mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu
melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa
berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala
pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan
dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di
masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang
manusia secara utuh.
Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum
terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning
(pembelajaran). Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau
pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan, seperti
dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah
Wiryawan, M.Pd.(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah suatu
pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis
batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu
merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa
bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan
pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran
berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan
atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak
(Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan
siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa.
Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok
dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991:6 dalam
Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated
learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving
force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak
dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa
belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan
perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan
meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan
yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan
belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp
(1992:7) dalam Ahmad, pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan
berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi
siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun
mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri,
melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.
Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk
mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta,
dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya
agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak
digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang
utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu :
berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan
pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak
terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari
berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat
luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat berkembang
sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Salah satu keterbatasan yang menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada
faktor evaluasi. Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya
pada produk, tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya
berorientasi pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada
proses dampak pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian
pembelajaran terpadu menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya.
Jadi, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari,
menggali dan mengemukakan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna, dan otentik.
B. Saran
Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks.
Untuk itu para pendidik khususnya para guru di SD diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan
mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya
proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/model-pembelajaran-tematik-
pembelajaran-terpadu-latar-belakang-mengapa-disarankan-untuk-digunakan-di-sd-
dan-mi/
http://rbaryans.wordpress.com/2007/04/19/mengapa-memilih-pembelajaran-
terpadu/
http://www.p4tkipa.org/data/pembelajaranterpadu.pdf
http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/prinsip-prinsip-pembelajaran-
terpadu/
Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2
Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
MAKALAH SISTIM PEMBELAJARAN TERPADU
BAB IPENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran
dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa
Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran
yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan
tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir
holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang
mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas
rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka
mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu
sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima
3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%,
masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat
2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.
Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi
terutama yang hanya memiliki sedikit taman kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah
terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti
pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta
didik usia 4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada
pada pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas
awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa
peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu,
perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas awal sekolah dasar
dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti
pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam
Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting untuk dilaksanakan di
tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna
bagi kehidupan peserta didik.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
yaitu:a. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu?
b. Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu?
c. Mengapa pembelajaran terpadu penting untuk diterapkan di tingkat sekolah dasar?
3. Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:a. Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran terpadu.
b. Untuk mendeskripsikan prisip-prinsip dari pembelajaran terpadu.
c. Untuk menguraikan alasan pentingnya pembelajaran terpadu untuk diterapkan di tingkat sekolah
dasar.
BAB IIPEMBAHASAN
1. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Terdapat dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang saling terkait dan
ketergantungan satu dan lainnya, yaitu integrated curriculum (kurikulum terpadu) danintegrated
learning (pembelajaran terpadu).
Kurikulum terpadu adalah kurukulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui
pemaduan isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133).
Rasional pemaduan itu antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut,
1. Kebanyakan masalah dan pengalaman (termasuk pengalaman belajar) bersifat interdisipliner,
sehingga untuk memahami, mempelajari dan memecahkannya diperlukan multi-skill.
2. Adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam memecahkan berbagai masalah.
3. Memudahkan anak membuat hubungan antarskemata dan transfer pemahaman antarkonsteks.
4. Demi efisiensi.
5. Adanya tuntutan keterlibatan anak yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Pemebalajaran terpadu banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topic yang ada di dalam kurikulum
sehingga anak dapat belajar menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas disiplin
dalam waktu yang bersemaan.
Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu terletak
pada segi perencanaan dan pelaksanaannya.
Idealnya, pembelajaran terpadu harus bertolak dari kurikulum terpadu, tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa banyak kurikulum yang memisahkan mata pelajaran satu dengan
lainnya (separated subject curriculum) menuntut pembelajaran yang sifatnya terpadu (integrated
learning).
Selain pendapat diatas, nampaknya ada juga pihak yang menyamakan antara konsepsi
pembelajaran terpadu dengan kurikulum terpadu. Landasan pemikiran yang digunakan adalah
bahwa pusat perhatian kurikulum terpadu terletak pada proses yang ditempuh seoarang siswa pada
saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus
dikembangkannya. Atas dasar itu, pembelajran terpadu disikapi sebagai sebuah wawasan dan
aktivitas berpikir dalam merancang pembelajran yang di tujukanuntuk menghubungkan tema, topic
maupun pemahaman dan keterampilan yang diperoleh siswa secara utuh/terpadu.
Pemeblajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada
siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep
lain yang sudah mereka pahami.
Focus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa pada saat
berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus
dikembangkannya (Aminuddin, 1994). Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian pembelajran
terpadu dapat dilihat sebagai :
a. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang
mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak;
b. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara
serempak (simultan);
c. Merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dalam bebrapa mata pelajaran yang berbeda,
dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pemebalajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of
interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari
mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya.
Pemebelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktek
pembelajran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pendekatan ini berangkat dari teori
pembelajran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan
dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori pada tokoh Psikologi Gestalt,
(termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajran itu haruslah bermakna dan
menekankan juga pentingnya program pembelajran yang berorientasi pada kebutuhan
perkembangan anak.
Pelaksanaan pendekatan pembelajran terpadu inibertolak dari suatu topic atau tema yang dipilih
dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk
menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait
dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topic atau tema tersebut. Jika
dibandingkan dengan pendekan konvensional, maka pembelajran terpadu tampaknya lebih
menekankanpada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif pada
keterlibatan dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajran terpadu
ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by
doing).
2. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Terpadu
Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi :
1. Prinsip penggalian tema,
2. Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu,
3. Prinsip evaluasi dan
4. Prinsip reaksi.
Prinsip penggalian tema antara lain :
1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak
bidang studi,
2) Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi
siswa untuk belajar selanjutnya
3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4) Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak.
5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam
rentang waktu belajar.
6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari
masyarakat
7) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya :
1) Guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses
belajar mengajar.
2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut
adanya kerjasarna kelompok
3) Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses
perencanaan.
Prinsip evaluatif adalah :
1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi
lainnya,
2) Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan
kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
Prinsip reaksi
Dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh
guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus
bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit
tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.
3. Tujuan Pengembangan Model Pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat:
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
2. Mengembangkan ketrampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi.
3. Menumbuhkembangkan sifat positif, kebiasaan baik dan nilai nilai luhur yang diperlukan dalam
kehidupan
4. Menumbuhkembangkan ketrampilan sosial seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, serta
menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatkan gairah dalam belajar.
4. Urgensi Pengembagan Model Pembelajaran Terpadu Pada Pendidikan Sekolah Dasar
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan:
1. Sensori-motor,
2. Pra operasional,
3. Operasional konkrit, dan
4. Operasional formal.
Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit,
sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru
memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini.
Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan
anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan
yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak
bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan
perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.
Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang
SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan
perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice).
Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh
guru, yaitu:
1. Asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,
2. Asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada
konseptual (abstrak),
3. Asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru
harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan
terpadu,
4. Asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses
manipulatif sambil bermain.
Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga
digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada
hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud: 1996:3).
Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai berikut.
1. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf
perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat
memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.
2. Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak
dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai
sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala
pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan
permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang
sehat dalam memandang manusia secara utuh.
Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau
integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning (pembelajaran). Pada
pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat
dipertukarkan, seperti dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd.
(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk
mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-
pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang
menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan
pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan
pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses
pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad).
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry,
yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa.
Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari
hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang
pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic event or
exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian,
siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya
yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun
emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat
menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp (1992:7) dalam
Ahmad, pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan
yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan
kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri,
melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran
terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema
yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran
terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar
tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara
belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Jadi, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan
mengemukakan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
b. Prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi :
Prinsip penggalian tema,
Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu,
Prinsip evaluasi dan
Prinsip reaksi.
c. Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga
digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada
hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud: 1996:3).
5. Saran
Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks. Untuk
itu para pendidik khususnya para guru di SD diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan mengembangkan model-
model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya proses belajar mengajar di kelas
yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, (1994). Pemebelajran Terpadu sebagai Bentuk Penerapan Kurikulum 1994
Mata pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah dalam seminar JPBS IKIP Malang, 26
November 1994.
Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
BAB IIPEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM
Hal terpenting untuk mengetahui Kurikulum Terpadu yaitu kita terlebih dahulu harus
mengetahui definisi kurikulum terpadu. Berikut ini konsepsi kurikulum terpadu yang
dikemukakan oleh Susan dan Rebecca. secara sederhana kurikulum terpadu yaitu it is
about making connections (ini tentang suatu hubungan1. Untuk membantu
menjelaskan itu semua bisa dilihat dari definisi correlation atau integration yang
terdapat pada the National Council of Teachers of English (NCTE) tahun 1935
Correlation may be as slight as casual attention to related materials in other subject areas . . . a bit more intense when teachers plan it to make the materials of one subject interpret the problems or topics of another. Fusion designates the a combination of two subjects, usually under the same instructor or instructors. Integration: the unification of all subjects and experiences.
Untuk mempermudah memahami kurikulum terpadu Susan dan Rebecca
membuat pendekatan cara pengintegraisan dalam kurikulum terpadu. Ada 3 (tiga)
pendekatan pengintgrasian kurikulum terpadu menurut mereka yaitu pendekatan
multidisipliner (multidisciplinary approach), pendekatan interdisipliner (interdisciplinary
approach), dan pendekatan transdisipliner (intransdisciplinary approach). Berikut ini
penjelasan dari ketiga pendekatan tersebut:
1. Pendekatan Multidisipliner2 (multidisciplinary approach) merupakan suatu
pendekatan yang fokus utamanya yaitu pada disiplin ilmu. Guru yang
menggunakan pendekatan ini mengatur standar dari disiplin ilmu di sekitar
tema. Pendekatan ini hampir sama dengan model webbed (model jaring laba-
laba) dari Fogarty. Berikut ini gambar dari pendekatan multidispliner:
1 . Susan M. Dulisarake dan Rebecca C.Burns. Meeting Standards Through Integrated Curriculum.
Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD), 2004. hal 7
2 . susan M. Dulisarake dan Rebecca C.Burns. Meeting Standards Through Integrated Curriculum. Hal
8
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat beberapa disiplin ilmu merujuk pada satu tema. Ini artinya bahwa tema menjadi sentral dalam pendekatan multidisiipliner ini. Tema menjadi perekat dalam mengambil setiap standar yang ada pada setiap disiplin ilmu.
2. Pendekatan Interdisipliner (interdisciplinary approach) merupakan pendekatan yang mengintegrasikan subdisiplin ilmu kedalam suatu mata pelajaran. Misalnya mengintegrasikan materi membaca, menulis dan berbicara kedalam pelajara bahasa dan sastra. Atau juga mengintegrasikan pelajaran sejarah, geografi, ekonomi menjadi satu mata pelajaran yaitu ilmu pengetahuan sosial. Atau bisa juga mengintegrasikan pelajaran biologi, fisika dan kimia menjadi satu mata pelajaran yaitu ilmu pengetahuan alam. Berikut ini gambar dari pendekatan interdisipliner:
3. Pendekatan Transdisipliner (intransdisciplinary approach). Pengintegrasian pada pendekatantransdisciplinary yaitu dengan cara guru mengatur kurikulum dimana fokuskan ada pada masalah-masalah ataupun hal-hal yang menarik perhatian siswa. Pada pendekatan ini siswa dapat mengembangkan berbagai macam keterampilan hidup dengan cara menerapkan interdisipliner dan keterampilan disipliner kedalam suatu kehidupan yang nyata (real). Agar pendekatan transdisipliner dapat dilakukan dengan baik maka harus diperhatikan model pembelajran yang digunakan. Cara yang dapat ditempuh dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan transdisipliner yaitu dengan cara project-based learning atau biasa disebut dengan istilah problem based leraning. Menurut Chard ada 3 (tiga) langkah dalam merencanakan pembelajaran berbasis masalah (probelm based learning)a) Guru dan siswa memilih topik penelitian yang didasarkan pada minat siswa, standar
kurikulum, dansumber daya lokal.b) Guru mencari tahu apa yang siswa sudah ketahui dan membantu mereka untuk
memunculkanpertanyaan untuk mengeksplorasi. Guru juga menyediakan sumber daya bagi siswa dan kesempatan untuk bekerja di lapangan.
c) Siswa berbagi pekerjaan mereka dengan orang lain pada kegiatan terakhir. Siswa menampilkan hasil eksplorasi dan review serta mengevaluasi proyek yang telah mereka kerjakan
Berikuit ini adalah gambar dari pendekatan Transdisipliner
Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function).Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap pebedaan di antara setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidaf berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.Diferensiasi berarti bahwa suatu produk atau jasa memiliki tidak saja keberbedaan dengan produk atau jasa yang sudah ada, melainkan juga merupakan titik keunggulan dibandingkan yang lainnya itu. Tetapi, diferensiasi tidak berarti ‘asal berbeda’, sehingga kalau sudah berbeda berarti pasti memiliki titik keunggulan yang dimaksud.===== 5. Kurikulum Diferensiasi (a) Kurikulum diferensiasi adalah kurikulum yang memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa (Ward, 1980). (b)Kurikulum diferensiasi adalah kurikulum yang menantang sesuai dengan kemampuan siswa. Kurikulum yang mempunyai karakter cepat belajar, mampu menyelesaikan problem lebih cepat maupun keunggulan lain. (c). Kurikulum berdiferensiasi adalah kurikulum nasional dan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem eskalasi yang dapat memacu dan mewadahi secara integrasi pengembangan potensi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Susan M. Dulisarake dan Rebecca C.Burns. Meeting Standards Through Integrated Curriculum. Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD), 2004
2. Kurikulum TerpaduKetika berusaha untuk mendefinisikan kurikulum terpadu, kita harus melihat beberapa istilah-istilah yang berkaitan dengan Kurikulum terpadu. Beberapa istilah yang sering ditemukan adalah pengajaran interdisipliner, pengajaran tematis,dan pengajaran sinergis. Beberapa definisi akan dikemukakan di sini, namun hanya melingkupi kurikulum terpadu bagi siswa SD.Definisi mendasar mengenai kurikulum terpadu diberikan oleh Humphreys (Humphreys, Post, and Ellis 1981) ketika ia menyatakan, “Studi terpadu adalah studi di mana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka” (h.11). Ia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, musik, dan seni. Keterampilan dan pengetahuan dikembangkan dan diterapkan di lebih dari satu wilayah studi. Dengan berpegang pada definisi tematis ini, Shoemaker mendefinisikan kurikulum terpadu sebagai:“...pendidikan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga melintasi batas-batas mata pelajaran, menggabungkan berbagai aspek kurikulum menjadi asosiasi yang bermakna untuk memfokuskan diri pada wilayah studi yang lebih luas. Kurikulum ini memandang pembelajaran dan pengajaran dalam cara yang menyeluruh dan merefleksikan dunia nyata, yang bersifat interaktif” (1989; h.5)
Dalam kerangka ini, terdapat berbagai tingkat integrasi, sebagaimana digambarkan oleh Palmer (1991, h. 59), yang mendeskripsikan praktik-praktik sebagai berikut.• Mengembangkan subtujuan lintas-kurikulum di dalam panduan kurikulum yang telah ada.• Mengembangkan model pembelajaran yang mencakup aktivitas dan penilaian lintas-kurikulum.• Mengembangkan pengayaan dan peningkatan aktivitas dengan fokus lintas-kurikulum yang mencakup saran “kontak” lintas-kurikulum di setiap tujuan.• Mengembangkan aktivitas penilaian yang bersifat lintas-kurikulum, mencakup roda perencanaan sampel dalam seluruh panduan kurikulum.
Deskripsi lebih lanjut disediakan oleh Glatthorn (1994, pp. 164-165). Definisi Dressel beranjak dari pertautan antara lingkup dalam mata pelajaran menuju penciptaan model-model baru untuk memahami dunia. Dalam kurikulum terpadu, pengalaman pembelajaran yang telah direncanakan tidak hanya membekali siswa dengan pandangan terpadu mengenai pengetahuan umum (melalui pembelajaran model, sistem, dan struktur kebudayaan), tapi juga memotivasi dan mengembangkan kekuatan pembelajar untuk memahami hubungan-hubungan baru dan menciptakan model, sistem, dan struktur baru (1958, hh. 3-25).Istilah lain yang seringkali digunakan untuk menyebut kurikulum terpadu adalah
kurikulum interdisipliner. Kurikulum interdisipliner didefinisikan dalam Kamus Pendidikan sebagai “organisasi kurikulum yang melintasi batas-batas mata pelajaran untuk berfokus pada permasalahan kehidupan yang komprehensif atau area studi luas yang menggabungkan berbagai segmen kurikulum ke dalam asosiasi yang bermakna” (Good 1973). Persamaan di antara definisi tersebut dan definisi kurikulum terpadu sangat jelas. Jacobs mendefinisikan kurikulum interdisipliner sebagai “pandangan mengenai pengetahuan dan pendekatan kurikula yang menerapkan metodologi dan bahasa dari lebih dari satu disiplin ilmu untuk mengkaji tema, isu, permasalahan, topik, atau pengalaman sentral.” (1989, h.8). Pandangan ini didukung oleh Everett, yang mendefinisikan kurikulum interdisipliner sebagai kurikulum yang “mengombinasikan beberapa mata pelajaran ke dalam sebuah proyek aktif karena dengan cara itulah siswa menemukan mata pelajaran yang digabungkan dengan dunia nyata dalam satu aktivitas.”Definisi di atas mendukung pandangan bahwa kurikulum terpadu adalah pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa untuk menghadapi pembelajaran seumur hidup. Terdapat kepercayaan yang kuat di antara mereka yang mendukung integrasi kurikulum bahwa sekolah harus memandang pendidikan sebagai proses mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan di abad ke-21, bukan mata pelajaran diskrit yang terbagi-bagi dalam departemen-departemen yang berbeda. Secara umum, seluruh definisi kurikulum terpadu atau kurikulum interdisipliner mencakup:• Kombinasi mata pelajaran• Penekanan pada kegiatan• Sumber di luar buku teks• Keterkaitan antarkonsep• Unit-unit tematis sebagai prinsip-prinsip organisasi• Jadwal yang fleksibel• Pengelompokkan siswa yang fleksibel
KURIKULUM TERPADU, KBK
DAN KTSPBAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini perbincangan mengenai Kurikulum masih
merupakan topik terhangat dalam dinamika pendidikan
di Tanah Air. Diujicobakannya konsep baru Kurikulum
Terpadu, Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK) dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sedikit
mengagetkan dan menyita perhatian para guru,
termasuk pengamat dan pemerhati pendidikan.
Seminar, diskusi, dan berbagai bentuk penataran
berkaitan akan diberlakukannya konsep ini ramai
dilakukan banyak kalangan. Dari sejumlah kegiatan itu
muncul satu kesimpulan bahwa alasan utama lahirnya
konsep ini karena selama ini guru dipandang tidak
memiliki kompetensi, tidak profesional, dan tidak
memenuhi kriteria sebagai guru (digugu lan ditiru)
termasuk menjadi penyebab rendahnya mutu
pendidikan. Dengan konsep ini, ada setitik harapan
untuk terjadinya peningkatan mutu pendidikan di Tanah
Air pada masa yang akan datang.
Sebagai bagian dari Kurikulum Terpadu, KBK dinilai oleh
sebagian guru sebagai konsep yang tidak menyentuh
persoalan dasar para guru sebagai pelaksana
pendidikan di lapangan, sehingga belum tentu akan
mengangkat citra pendidikan. Dari sejumlah kegiatan
yang diikuti para guru selama ini, seperti melalui
Kelompok Kerja Guru (KKG), justru “menggiring” para
guru untuk terus terbentur pada hal-hal yang keliru,
yaitu bagaimana menyiapkan dan mengerjakan
administrasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang baik
dan lengkap.
Memperhatikan hal tersebut serta mengacu pada
berbagai usulan mengenai usaha perbaikan sistem
pendidikan nasional, Pusat Kurikulum Balitbang Diknas
melakukanpilot study pengembangan model pendidikan
hak asasi manusia khusus di tingkat SD di Sektor
pendidikan pun tak luput dari gerakan reformasi.
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dan berbagai praktik pendidikan
dikritik tajam dan dituntut untuk direformasi. Salah satu
tuntutan menonjol yaitu kurikulum 1994 dan
suplemennya harus ditinjau kembali. Pelajaran Budi
Pekerti dipertanyakan mengapa dihilangkan. Kehidupan
berbangsa dan bernegara pada masa Orde Baru yang
sentralistis, tertutup dan represif harus direformasi
menjadi pendidikan yang demokratis, terbuka dan
memberikan otonomi yang luas bagi daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah,
sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, setiap sekolah/madrasah harus
mengembangkan kurikulum tersebut berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI)
dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Satuan Pendidikan yang telah melakukan uji coba
kurikulum 2004 secara menyeluruh diperkirakan
mampu secara mandiri mengembangkan kurikulumnya
berdasarkan SKL, SI dan Panduan Umum. Panduan
Umum yang diterbitkan oleh Depdiknas, dalam hal ini
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
memungkinkan satuan pendidikan tersebut, dan juga
sekolah/madrasah lain yang mempunyai kemampuan,
untuk mengembangkan kurikulum mulai tahun ajaran
2006/2007.
Kenyataan di lapangan pemberlakuan KTSP tidak
seperti yang diharapkan oleh pemerintah, banyak
kendala dan permasalahan-permasalahan yang ditemui
oleh para guru dan pelaku pendidikan di sekolah. Sejak
kemunculannya, KTSP telah mengundang pro dan
kontra di kalangan akademisi dan praktisi pendidikan.
Menurut pengamatan penulis, pemberakuan KTSP
merupakan paling banyak mengundang perhatian
masyarakat Indonesia dibanding kurikulum-kurikulum
yang lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian-uraian ermasalahan di
atas, penulis dapat merumskan beberapa masalah,
sebagai berikut:
1. Apakah Kurikulum Terpadu untuk Pendidikan
Dasar?
2. Apa dan bagaimana pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dasar?
3. Apa dan bagaimana pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Dasar?
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. KURIKULUM TERPADU
a. 1. Pengertian dan latar belakang kurikulum
terpadu.
Siswa di sekolah dasar khususnya di kelas-kelas
rendah menghayati pengalaman belajarnya secara
holistik. Siswa mengalami kesulitan dengan adanya
pemisahan pengalaman belajar seperti penyajian
pelajaran dalam bentuk mata pelajaran terpisah-pisah.
Hal ini sesuai dengan konsep belajar Gestalt yang
mengutamakan pengetahuan yang dimiliki siswa
dimulai dari keseluruhan baru kemudian menuju
bagian-bagian. Artinya dimata siswa melihat dirinya
sebagai pusat lingkungan yang merupakan keseluruhan
yang belum jelas unsur-unsurnya dengan pemaknaan
secara holistik yang berangkat dari yang bersifat
konkrit.
Kurikulum terpadu merupakan bentuk kurikulum
yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam
bentuk unit atau keseluruhan (Hamalik, l993:32).
1. Komponen-komponen kurikulum terpadu
Kurikulum terpadu menyediakan kesempatan dan
kemungkinan belajar bagi para siswa. Kesempatan
belajar tersebut dirancang dan dilaksanakan secara
menyeluruh dengan mempertimbangkan hal-hal yang
berpengaruh,oleh karena itu diperlukan pengaturan,
kontrol, bimbingan agar proses belajar terarah
ketercapaian tujuan-tujuan kemampuan yang
diharapkan. Kurikulum dirancang berdasarkan sistem
keterpaduan yang mempertimbangkan komponen-
komponen masukan, proses dan produk secara
seimbang dan setaraf.
Pada komponen masukan, kurikulum dititikberatkan
pada mata mata pelajaran logis dan sistematis agar
siswa menguasai struktur
pengetahuan tertentu.Pada komponen proses,
kurikulum dititikberatkan pada pembentukan konsp
berfikir dan cara belajar yang diarahkan kepada
pengembangan peta kognitif. Pada komponen produk,
kurikulum dititikberatkan pada pembentukan tingkah
laku spesifik.
Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam
kurikulum secara terpadu, sehingga tujuan kurikulum
terpadu untuk mengembangkan kemampuan yang
merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman
belajar. Tingkah laku yang diterapkan adalah integrasi
atau behavior is the better integrated, terjadi
dikarenakan pengalaman-pengalaman dalam situasi
tertentu, bukan karena kecenderungan alami atau
kematangan kondisi temporer, sehingga perubahan
tingkah laku bersifat permanen dan bertalian dengan
situasi tertentu (Hilgard & Bower, l977:17).
Untuk mencapai perubahan-perubahan perilaku,
sistem keterpaduan dikembangkan berdasarkan prisip-
prinsip sebagai berikut: suasana lapangan (field setting)
yang memungkinkan siswa menampilkan
kemampuannya di dalam kelas, pengembangan diri
sendiri (self development), pengembangan potensi
yang dimiliki masing-masing individu (self
actualization), proses belajar secara kelompok (social
learning), pengulangan dan penguatan (reinforcement),
pemecahan masalah-masalah (heuristik learning), dan
sikap percaya diri sendiri (self confidence).
1. Karakteristik kurikulum terpadu
Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu
(Integrated Curriculum) diantaranya adalah: (a)
berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi Pancasila,
(b) berdasarkan psikologi belajar Gestalt dan field
theory (c) berdasarkan landasan sosiologis dan
sosiokultural, (d) berdasarkan kebutuhan, minat dan
tingkat perkembangan pertumbuhan peserta didik, (e)
ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi
yang ada, (f) sistem penyampaiannya dengan
menggunakan sistem pengajaran unit yakni unit
pengalaman dan unit mata pelajaran dan (g) peran
guru sama aktifnya dengan peran peserta didik, bahkan
peran siswa lebih menonjol dan guru cenderung
berperan sebagai pembimbing atau fasilitator.
Keunggulan atau manfaat kurikulum terpadu
diantaranya, adalah:
(a) segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian
erat, (b) kurikulum ini sesuai denganpendapat-pendapat
modern tentang belajar, (c) memungkinkan hubungan
yang erat kaitannya antara sekolah dengan
masyarakat, (d) sesuai dengan faham domakratis,
(e)mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan, dan
kematangan pesera didik.
1. Model pembelajaran terpadu.
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan,
topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang
bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara
atau model dalam merencanakan pembelajaran
terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah:
(1) fragmented, (2) connected, (3) nested,
(4) sequenced, (5) shared, (6)webbed, (7) threaded,
(8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked.
Secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut. Gambar atau ilustrasi
digunakan untuk memebantu memehami uraian dari
setiap model.
1.Model Penggalan (Fragmented)
Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang
hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja.
Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia,
materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi
pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses
pembelajarannya, butir-butir materi tersebut
dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang
berbeda-beda.
2. Model Keterhubungan (Connected)
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa
butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk
mata pelajaran tertentu.
Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur,
membaca dan mengarang misalnya, dapat
dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran
tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk
kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja
pembentukan pemahaman, keterampilan dan
pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung
secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-
butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara
terpadu.
3. Model Sarang (Nested)
Model nested merupakan pemaduan berbagai
bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui
sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan
jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan
pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata,
makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan
keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi,
daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna
kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis
puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan
konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak
harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi
dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk
keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-
kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi.
Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal
ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam
membuat ungkapan dan mengarang puisi.
4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model sequenced merupakan model pemaduan
topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara
paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik
pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang
sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah
perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial
masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang
menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik
tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada
alokasi jam yang sama.
5. Model Bagian (Shared)
Model shared merupakan bentuk pemaduan
pembelajaran akibat adanya “overlapping” konsep atau
ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir
pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN
misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir
pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan
sebagainya.
6. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Selanjutnya, model yang paling populer adalah
model webbed. Model ini bertolak dari pendekatan
tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan
pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat
mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata
pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.
7. Model Galur (Threaded)
Model threaded merupakan model pemaduan
bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan
estimasi dalam matematika, ramalan terhadap
kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam
novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus
pada apa yang diesbut meta-curriculum.
8. Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah
topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi
esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik
evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran
Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan
Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan
kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata
pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh
lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian
mata pelajaran. Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan
butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan
Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya.
Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang
lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk
menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari
berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut.
9. Model Celupan (Immersed)
Model immersed dirancang untuk membantu siswa
dalam menyaring dan memadukan berbagai
pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan
medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman
dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran.
10. Model Jaringan (Networked)
Terakhir, model networked merupakan model
pemaduan pembelajaran yang mengandaikan
kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk
pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk
keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi
lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang
berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang
berlangsung secara terus-menerus karena adanya
hubungan timbal balik antara pemahaman dan
kenyataan yang dihadapi siswa.
1. B. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK
2004)
1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002)
mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis kompetensi
merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah.
Kurikulum ini berorientasi pada: (1) hasil dan dampak
yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan
(2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Ciri-Ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi
KBK berupaya mengkondisikan setiap peserta
didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Penyampaiannya harus bersifat
kontekstual dengan mempertimbangkan faktor
kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma,
integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja.
Dengan demikian KBK berorientasi pada pendekatan
konstruktivisme. Hal ini terlihat dari ciri-ciri KBK
sebagai berikut:
a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa,
baik secara individual maupun klasikal
b) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi
d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga
sumber belajar yang lain yang memenuhi unsur edukasi
e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
3. Prinsip – Prinsip KBK
Dalam Pelayanan Profesional Kurikulum 2004
“Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK) yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
(2003) dijelaskan bahwa prinsip-prinsip implementasi
meliputi:
1) kegiatan belajar mengajar,
2) penilaian berbasis kelas, dan
3) pengelolaan kurikulum berbasis.sekolah.
Pengembangan kurikulum 2004 harus berkaitan
dengan tuntutan standar kompetensi, organisasi
pengalaman belajar, dan aktivitas untuk
mengembangkan dan menguasai kompetensi seefektif
mungkin. Proses pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi juga menggunakan asumsi bahwa siswa
yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan
keterampilan awal yang dibutuhkan untuk menguasai
kompetensi tertentu. Oleh karenanya pengembangan
Kurikulum 2004 perlu memperhatikan prinsip-prinsip
berikut:
1. Berorientasi pada pencapaian hasil dan dampaknya
(outcome oriented)
2. Berbasis pada Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar
3. Bertolak dari Kompetensi Lulusan
4. Memperhatikan prinsip pengembangan kurikulum
yang berdifferensiasi
5. Mengembangkan aspek belajar secara utuh dan
menyeluruh (holistik), serta
6. Menerapkan prinsip ketuntasan belajar (mastery
learning).
4. Komponen – Komponen Kurikulum Berbasis
Kompetensi
1) Kurikulum Hasil Belajar (KHB)
2) Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
3) Kegiatan Belajar Mengajar
4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah
5. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Berbasis
Kompetensi
a. Kelebihan KBK
1. Mengembangkan kompetensi siswa pada setiap
aspek mata pelajaran
2. Mengembangakan pembelajaran berpusat pada
siswa (student oriented).
3. Guru berwenang menyusun silabus yan sesuai
dengan kondisi sekolah
4. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan
setiap aspek
5. Penilaian yang menekankan pada proses
b. Kelemahan KBK
1. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih
teacher oriented.
2. Kualitas SDM urutan 109 dari 179 negara Human
Development Index.
3.Tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif
karena kurang sarana
4. Tidak ada payung hukum tentang pelaksanaan KBK
5. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah
disusun.
6. Urutan standar kompetensi dan kompetensi dasar
berubah-ubah.
1. C. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP 2006)
1. 1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri
atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari
kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP
jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh
satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL
serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari
itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan
lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan
PP 19/2005.
Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menyusun
Panduan Penyusunan KTSP yang terdiri dari dua
bagianpertama, Panduan Umum yang memuat
ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat
diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu
pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan
umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003
dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah
yang harus diacu dalam pengembangan KTSP, kedua,
model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir
pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL
dengan berpedoman pada Panduan Umum yang
dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak
dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
hendaknya digunakan sebagai referensi.
Panduan pengembangan kurikulum tersebut disusun
antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta
didik untuk :
1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa,
2. belajar untuk memahami dan menghayati,
3. belajar untuk mampu melaksanakan dan
berbuat secara efektif,
4. belajar untuk hidup bersama dan berguna
untuk orang lain, dan
5. belajar untuk membangun dan menemukan jati
diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan.
1. 2. LANDASAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN
Landasan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah :
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP,
adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4);
Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36
ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38
ayat (1), (2).
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP,
adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1),
(2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5),
(6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1),
(2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1),
(2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1),
(2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1),
(2), (3); Pasal 20.
3) Standar Isi
SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah :
kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap
mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis
dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI
ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.
4) Standar Kompetensi Lulusan
SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan
sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas
No. 23 Tahun 2006.
1. 3. Prinsip-Prinsip Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh
setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan
dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan
berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum
yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan
pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan
KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan
disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan
berpedoman pada SI dan SKL serta panduan
penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral
berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta
didik.
2) Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,
jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan
tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat
dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin
relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan
berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6) Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal, dan informal dengan memperhatikan
kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan
daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
1. 4. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut.
1) Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi
dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara
utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua
mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman
dan takwa serta akhlak mulia.
2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk
meningkatkan martabat manusia secara holistik yang
memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif,
psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan
dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan
potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan
intelektual, emosional dan sosial, spritual, dan
kinestetik peserta didik.
3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan
lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan
keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing
daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan
karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman
tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan
dengan kebutuhan pengembangan daerah.
4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk
mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis
perlu memperhatikan keragaman dan mendorong
partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan
wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus
ditampung secara berimbang dan saling mengisi.
5) Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung
tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa
kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh
sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup
untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja.
Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan
kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
6) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang
membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana
IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama
perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan
adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS
sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan
perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus
dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
7) Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung
peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan
tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat
beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua
mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan
iman, taqwa dan akhlak mulia.
8) Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada
individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika
dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan
antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu
yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai
kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku
dan bangsa lain.
9) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan
wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi
landasan penting bagi upaya memelihara persatuan
dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh
karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya
wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan
nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam
wilayah NKRI.
10) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan
menunjang kelestarian keragaman budaya.
Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat
harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum
mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
11) Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya
pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan
kesetaraan jender.
1. 12. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi,
misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
1. 5. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
1) Tujuan Pendikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum
pendidikan berikut.
1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya.
2) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi
lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga
dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana
diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7.
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang
keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar
bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping
itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan
diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
1. a. Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu masing-masing
tingkat satuan pendidikan berpedoman pada struktur
kurikulum yang tercantum dalam SI
1. b. Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian
dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak
sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.
Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran,
sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap
jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata
pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti
bahwa dalam satua tahun satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
1. c. Kegiatan pengembangan diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik
sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh
konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara
lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan
sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik
serta kegiatan keparamukaan, kepemimpinan, dan
kelompok ilmiah remaja.
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan
pengembangan diri terutama ditujukan untuk
pengembangan kreativitas dan bimbingan karier.
Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus
menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan
kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta
didik.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran.
Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara
kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
1. d. Pengaturan beban belajar
1) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh
tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
baik katagori standar maupun mandiri.
2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada
sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk
setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester
ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat
dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar
yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan
menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam
pembelajaran tambahan mempertimbangkan
kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi,
di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain
yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam
struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.
3) Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket
untuk SD/MI/SDLB 0% – 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% – 50%
dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% – 60% dari waktu
kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut
mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi.
4) Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan
praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu
jam tatap muka.
1. e. Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar
antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-
masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik serta kemampuan sumber daya
pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria
ketuntasan belajar secara terus menerus untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal.
1. f. Kenaikan kelas dan kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun
ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-
masing direktorat teknis terkait.
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1),
peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan
pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
2) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir
untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan
dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan;
3) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
4) lulus Ujian Nasional.
1. g. Penjurusan
Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII SMA/MA
dengan kriteria tertentu, sedangkan di sekolah dasar
tidak ada penjurusan
1. h. Pendidikan kecakapan hidup
1) Kurikulum untuk
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB,
SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan
hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan
sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan
vokasional.
2) Pendidikan kecakapan hidup
dapat merupakan bagian integral dari pendidikan
semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul
yang direncanakan secara khusus.
3) Pendidikan kecakapan hidup
dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan
formal lain dan/atau nonformal.
1. i. Pendidikan berbasis keunggulan lokal
dan global
1) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan
lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek
ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya
bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta
didik.
2) Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan
dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan
lokal dan global.
3) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran
dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
4) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat
diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal
lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh
akreditasi.
1. 6. Pelaksanaan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
1) Analisis Konteks
1. Mengidentifikasi SI dan SKL sebagai acuan
dalam penyusunan KTSP.
2. Menganalisis kondisi yang ada di satuan
pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan
program-program.
3. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada
di masyarakat dan lingkungan sekitar: komite
sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan,
asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja,
sumber daya alam dan sosial budaya.
2) Mekanisme Penyusunan
1. a. Tim Penyusun
Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri
atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun
melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta
pihak lain yang terkait. di Supervisi dilakukan oleh
dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan
tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat
provinsi untuk SMA dan SMK.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI,
MTs, MA dan MAK terdiri atas guru, konselor, dan kepala
madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam
kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan
nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi
dilakukan oleh departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan
khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru,
konselor, kepala sekolah sebagai ketua merangkap
anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan
komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang
terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas provinsi yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan.
1. b. Kegiatan
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan
perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat
berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya
sekolah/madrasah dan/atau kelompok
sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka
waktu sebelum tahun pelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar
meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan
revisi, serta finalisasi, pemantapan dan penilaian.
Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan
diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.
1. c. Pemberlakuan
Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK
dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah
mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan
diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan
SMP, dan tingkat propinsi untuk SMA dan SMK.
Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan
berlaku oleh kepala madrasah setelah mendapat
pertimbangan dari komite madrasah dan diketahui oleh
departemen yang menangani urusan pemerintahan di
bidang agama.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB,
SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala
sekolah serta mendapat pertimbangan dari komite
sekolah dan diketahui dinas provinsi yang bertanggung
jawab di bidang pendidikan.
BAB III
PENUTUP
1. A. KESIMPULAN
a. 1. Kurikulum terpadu merupakan bentuk
kurikulum yang meniadakan batas-batas antara
berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.
2. Ada tiga macam komponen dalam kurikulum terpadu
yaitu, komponen masukan, proses dan produk yang
dilaksanakan secara seimbang dan setaraf
3. Ciri-ciri kurikulum terpadu yaitu, berdasarkan (a)
berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi Pancasila,
(b) psikologi belajar Gestalt dan field theory (c)
landasan sosiologis dan sosiokultural, (d) kebutuhan,
minat dan tingkat perkembangan pertumbuhan peserta
didik, (e) ditunjang oleh semua mata pelajaran, (f)
menggunakan sistem pengajaran, (g) peran guru sama
aktifnya dengan peran peserta didik.
4. Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK)
mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Pemberdayaan sekolah dan daerah
2) Memuat Standar Kompetensi
3) Kegiatan pembiasaan perilaku terintegrasi dan
terprogram
4) Pengenalan mata pelajaran TIK
5) Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
6) Pendekatan tematik di kelas I dan II SD/MI untuk
memperhatikan
kelompok usia
7) Kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan
kajian dari kelas I
sampai kelas XI.
8) Pendidikan dasar 9 tahun
9) Penekanan pada kemampuan Membaca, Menulis,
dan Berhitung
10) Konsep-konsep dan materi pokok (esensial) pada
setiap mata
pelajaran untuk mencapai kompetensi
11) Adanya muatan lokal
12) Alokasi waktu setiap jam pelajaran tetap 35 menit
untuk SD
1. KTSP adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus.
2. Landasan KTSP adalah UU nomor 20 tahun
2003 tentang SPN, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL).
3. Pengembangan KTSP harus mengikuti 7 prinsip
pengembangan KTSP.
4. KTSP mengacu pada Acuan opersional yang
terdiri dari 12 butir acuan operasional.
5. Komponen KTSP terdiri dari Tujuan Pendidikan
Tingkat Satuan Pendidikan serta Stuktur dan Muatan
Kurikulum.
6. Silabus sebagai bagian dari KTSP harus
dikembangkan berdasarkan prinsip dan langkah-
langkah pengembangan silabus.
7. Pelaksanaan KTSP melalui prosedur analisis
konteks dan mekanisme penyusunan yang terdiri
dari pembentukan tim penyusun, kegiatan
penyusunan dan pemberlakuan KTSP.
1. B. SARAN
Mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan Dasar PPS
yang berkecimpung langsung di dunia pendidikan,
harus memahami, mampu menyusun dan
melaksanakan Kurikulum yang telah diberlakukan
secara baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2007. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta:BSNP
Efendi, Mohammad. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran:
Penantar ke Arah Pemahaman KBK, KTSP, dan SBI.
Malang. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang.
http://file.upi.edu/direktori/ DUAL-MODES/ INOVASI
PENDIDIKAN/ Modul 4 inovasi kurikulum. Diakses 11 Juli
2012
Puskur. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
______________. Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Sinar Grafika
_____________. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.