kti finis
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia merupakan
kebutuhan mutlak dan suatu keharusan dalam mewujudkan tujuan pembangunan
nasional serta meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Tujuan
pembangunan nasional adalah untuk membangun manusia seutuhnya dan
membangun masyarakat Indonesia sehingga bangsa Indonesia menjadi subjek dan
objek pembangunan. Membangun manusia seutuhnya berarti menjamin peningkatan
taraf hidup rakyat dari seluruh lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf
hidup terlihat dari pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu pangan, sandang, pemukiman,
pendidikan dan kesehatan (Cakrawati, 2012).
Manusia yang mampu hidup lebih lama, menikmati hidup sehat, mempunyai
kesempatan meningkatkan ilmu pengetahuan, dan hidup dengan sejahtera. Sejalan
dengan itu, tujuan dan arah pembangunan pangan dan gizi adalah perbaikan
konsumsi pangan menuju pola pangan harapan Indonesia dan status gizi untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).( Baliwati, dkk,, 2004 ).
Pelaksanaan pembangunan kesehatan secara umum bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal tersebut dapat dinilai dari sumber
daya manusia, kualitas hidup masyarakat, umur harapan hidup, kesejahteraan
keluarga dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat (Dinkes Provinsi Sumbar,
2011).
1
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat
keseimbangan dan keserasian antara fisik dan perkembangan mental orang tersebut.
Terdapat hubungan antara status gizi dengan konsumsi makanan dan tingkat status
gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan gizi seseorang terpenuhi secara optimal
(Wiryo. 2002).
Gizi sangat dibutuhkan oleh setiap orang, salah satunya untuk pekerja.
Pekerja memerlukan zat-zat sesuai dengan jenis pekerjaannya. Zat-zat yang berasal
dari makanan sehari-hari berfungsi sebagai zat tenaga, zat pembangunan, dan zat
pengatur. Kebutuhan akan zat-zat gizi tergantung dari usia, jenis kelamin, ukuran
tubuh, jenis aktivitas. Gizi pada pekerja ditujukan untuk kesehatan pekerja agar
mampu bekerja secara optimal. Zat gizi utama yang paling dibutuhkan adalah
karbohidrat sebagai sumber energi untuk kerja otot. Selain karbohidrat, pekerja tetap
memerlukan protein dan zat gizi lainnya untuk memelihara fungsi tubuh dan sebagai
sumber energi (Djunaedi, 2001).
Status gizi akan berdampak pada proses tubuh. Akibat yang terjadi apabila
seseorang mengalami gizi kurang, antara lain terganggunya proses pertumbuhan dan
perkembangan, kekurangan energi yang berfungsi untuk memproduksi tenaga,
menurunnya daya tahan tubuh, menurunnya produktivitas kerja (malas bekerja dan
lebih lambat dalam melakukan pekerjaan), dan menimbulkan perilaku yang tidak
tenang. Sedangkan akibat yang dapat terjadi apabila seseorang mengalami gizi lebih
adalah kegemukan (obesitas), dimana kegemukan merupakan salah satu faktor risiko
untuk terjadinya berbagai macam penyakit degeneratif, seperti penyakit diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, hati, dan kantung empedu (Almatsier,
2001).
2
Faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi antara lain adalah
kemiskinan/ daya beli, pengetahuan gizi yang kurang, jumlah anggota rumah tangga,
kebiasaan makan, dan faktor lainnya (Suhardjo, 1998). Pola makan orang dewasa
cenderung banyak memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur. Kebiasaan makan
merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan setiap orang dengan cara yang
berbeda-beda yaitu konsumsi makanan yang mencakup jenis makanan, jumlah,
frekuensi, distribusi makanan dalam keluarga dan cara memilih makanan.
Di Indonesia seperti negara berkembang lainnya yang menghadapi “beban
ganda masalah gizi”, yaitu kekurangan gizi dan gizi lebih. Masalah gizi lebih ini
meningkatkan risiko terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM),seperti jantung,
diabetes, darah tinggi, stroke, hipertensi, osteoporosis, asam urat, hiperusemia,
rhematoid arthritis dan kanker,” atau sering disebut dengan penyakit degeneratif.
Salah satu penyakit degeneratif prevalensinya cenderung meningkat terus adalah
penyakit diabetes, yaitu sekira 5,7%. ( Litbangkes.2010)
Masalah gizi ganda (“double burden”) ini juga tidak saja terjadi pada usia
produktif di ibu kota provinsi, akan tetapi diwilayah kumuh perkotaan maupun
perdesaan juga sudah mulai terlihat dan ada kecenderungan meningkat terutama
untuk masalah kegemukan atau kelebihan berat badan. Hasil analisis dari data HKI
1999 dan 2001 yang memisahkan dua ekstrim prevalensi kurus ( IMT < 18,5 ) dan
prevalensi obesitas / kegemukan ( IMT > 30)( Aritonang : 2011)
Di Sumatera Barat prevalensi untuk penduduk yang berjenis kelamin laki-laki
dengan usia produktif ( 20 - 45 tahun) berdasarkan kategori IMT/U yaitu berat badan
lebih 8,12% dan obesitas sebanyak 7,5%. Sedangkan menurut IMT berdasarkan jenis
kelamin laki-laki berat badan lebih 9,4% dan obesitas 12,5%. Permasalahan gizi pada
orang dewasa di usia produktif cenderung lebih dominan untuk kelebihan berat
3
badan (Litbangkes, 2010). Berdasarkan data survei status gizi penduduk dewasa usia
produktif (> 18 tahun ) menurut kategori IMT di Kota Padang tahun 2007 prevalensi
gemuk 12,7 %.
Dari survei awal yang dilakukan terhadap pekerja toko dipasar siteba
sebanyak 10 oarang pekerja, ternyata ada 4 orang pekerja yang memiliki kelebihan
berat badan, ini disebabkan karena kebiasaan makan pekerja yang kurang teratur dan
sering makan diwarung nasi Padang. Pekerja makan nasi rata-rata hanya 2x sehari,
sekali makan pekerja tersebut makan dengan porsi yang besar.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melihat Hubungan
Konsumsi Energi dan Zat Gizi Makro dan Serat Dengan Status Pekerja Toko
Laki-laki Dewasa di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara konsumsi energi dan zat gizi makro dan serat
dengan status gizi pekerja toko laki-laki dewasa di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo
Padang Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan ingin melihat hubungan konsumsi
energi dan zat gizi makro dan serat terhadap status gizi pekerja toko laki-laki dewasa
di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo Padang 2013.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya Status Gizi pekerja toko laki-laki dewasa di Pasar Siteba
Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2013
1.3.2.2 Diketahuinya komsumsi energi pekerja toko laki-laki dewasa toko di Pasar
Siteba Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2013
1.3.2.3 Diketahuinya komsumsi karbohidrat pekerja toko laki-laki dewasa di Pasar
Siteba Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2013
1.3.2.4 Diketahuinya komsumsi protein pekerja toko laki-laki dewasa di Pasar
Siteba Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2013
1.3.2.5 Diketahuinya komsumsi lemak pekerja toko laki-laki dewasa di Pasar Siteba
Kecamatan Nanggalo Padang tahun 2013
1.3.2.6 Diketahuinya konsumsi serat pekerja toko laki-laki dewasa di Pasar Siteba
Kecamatan Nanggalo Padang tahun 2013
1.3.2.7 Diketahuinya hubungan konsumsi energi dengan Status gizi pekerja toko
laki-laki dewasa di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2013
1.3.2.8 Diketahuinya hubungan konsumsi karbohidrat dengan status gizi pekerja
toko laki-laki dewasa di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo Padang Tahun
2013
1.3.2.9 Diketahuinya hubungan konsumsi protein dengan status gizi pekerja toko
laki-laki dewasa di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2013
1.3.2.10 Diketahuinya hubungan konsumsi lemak dengan status gizi pekerja toko
laki-laki dewasa di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2013
1.3.2.11 Diketahuinya hubungan konsumsi serat dengan status gizi pekerja toko laki-
laki dewasa di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2013
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti untuk memanfaatkan dan
melaksanakan penelitian serta menambah wawasan dan pengalaman peneliti
dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Bagi Pekerja Toko
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bacaan terutama bagi pekerja toko
lebih memahami tentang zat gizi dan meningkatkan status gizinya.
1.4.3 Bagi Pembaca
Menambah ilmu pengetahuan, wawasan serta mengembangkan kemampuan
peneliti dalam menyusun KTI serta bahan masukan bagi penelitian
selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan Latar Belakang dan teori-teori yang mendukung penelitian ini,
maka penelitian bertujuan melihat hubungan konsumsi energi dan zat gizi makro dan
serat dengan status gizi pekerja toko laki-laki dewasa di Pasar Siteba Kecamatan
Nanggalo Padang Tahun 2013. Variabel dependen adalah status gizi pekerja toko
pada laki-laki dewasa. Sedangkan varibel independen adalah konsumsi energi, zat
gizi (karbohidrat, protein, lemak) dan serat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Status Gizi
2.1.1.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah tingkat kessehatan seseorang yang dipengaruhi oleh
makanan yang dikonsumsinya untuk memperoleh zat-zat gizi dan tingkat kesehatan
tersebut dapat dinilai dengan parameter gizi dibandingkan ddengan standar baku
(Supariasa, 2002).
Kegemukan adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak
yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh normal. Kegemukan bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya asupan zat gizi dalam hal karbohidrat,
lemak, protein dan serat.
Status gizi akan berdampak pada proses tubuh. Akibat yang terjadi apabila
seseorang mengalami gizi kurang, antara lain terganggunya proses pertumbuhan dan
perkembangan, kekurangan energi yang berfungsi untuk memproduksi tenaga,
menurunnya daya tahan tubuh, menurunnya produktivitas kerja (malas bekerja dan
lebih lambat dalam melakukan pekerjaan), dan menimbulkan perilaku yang tidak
tenang. Sedangkan akibat yang dapat terjadi apabila seseorang mengalami gizi lebih
adalah kegemukan (obesitas), dimana kegemukan merupakan salah satu faktor risiko
untuk terjadinya berbagai macam penyakit degeneratif, seperti penyakit diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, hati, dan kantung empedu (Almatsier,
2001).
7
Gizi lebih disebabkan karena konsumsi pangan yang melebihi kebutuhan
normal tubuh manusia. Gizi lebih yang sering kali diikuti dengan timbulnya penyakit
kronis diantaranya PJK, hipertensi, diabetes militus, kanker. Menurut Soekirman
(1991) dalam buku pangan dan gizi menyatakan dengan meningkatnya pendapatan
dan adanya perubahan gaya hidup sebagian penduduk akibat keberhasilan ekonomi
berpengaruh terhadap budaya global. Maka masalah gizi lebih mengancam
kehidupan penduduk golongan menengah ke atas serta kelompok usia produktif.
Yang dikhwatirkan produktifitas kerja menurun dan banyak meninggal pada usia
muda (Muchtadi, 2000).
2.1.1.2 Cara penentuan status gizi
Untuk menilai status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Penelitian status gizi secara langsung dapat dibagi
menjadi 4 penilaian status gizi secara tidak langsung yang dapat dilakukan secara
langsung yang dapat dilakukan dengan 3 cara yaittu survey konsumsi makanan,
statistik vital dan faktor ekologi ( Farida, 2004)
1. Penilaian Secara Langsung
a. Antropometri
Penilaian status gizi dilakukan dengan pengukuran antropometri yaitu
berat badan (BB) dan pengukuran tinggi Badan (TB) berdasarkan indeks
masa tubuh (IMT). Berat badan (BB) merupakan salah satu antropometri
yang memberikan gambaran tentang masa tubuh (otot dan lemak). Sedangkan
tinggi bdan (TB) merupakan parameter yang paling penting bagi keadaan
yang telah lalu dan keadaan sekarang (Supariasa, 2002).
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu :
1) Berat Badan menurut Umur ( BB/ U )
8
2) Tinggi Badan menurut Umur ( TB/ U )
3) Indeks Masa Tubuh ( IMT )
4) Tebal Lemak Bawah Kulit menurut Umur
5) Rasio Lingkar Pinggang dengan Panggul
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan
berat badan normal dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Indeks (BMI).
Di Indonesia istilah Body Mass Indeks (BMI) diterjemhkan menjadi Indeks
Masa Tubuh (IMT). Indeks masa tubuh merupakan alat yang sederhana
untuk memantau status gizi oarang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa, 2002).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
IMT =berat badan(kg)tingi badan¿¿
Tabel 2.1Klasifikasi IMT berdasarkan WHO
IMT ( Kg/m2) Klasifikasi
< 16,0 Kurang energi protein III
16,0 – 16,9 Kurang energi protein II
17,0 – 18,5 Kurang enerrgi protein I ( underweight)
18,5 – 24,9 Normal
25,0 – 29,9 Kelebihan berat badan ( overweight)
30,0 – 34,9 Obesitas I
35,0 -39,9 Obesitas II
> 40,0 Obesitas III
Sumber : Word Health Organitation
Tabel 2.2
9
Klasifikasi IMT berdasarkan Depkes RI ( 1994)
IMT (Kg/m2) Klasifikasi Kategori
< 17,0Kekurangan berat badan tingkat
beratKurus
17,0 – 18,4Kekurangan berat badan tingkat
ringan18,5 – 25,0 Normal Normal
25,0 – 27,0Kelebihan berat badan tingkar
ringan Gemuk> 27,0 Kelebihan berat badan berat
Sumber : Depkes RI 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi
Tabel 2.3Klasifikasi IMT berdasarkan Litbangkes 2010
IMT ( Kg/m2) Kategori< 18,5 Kurus
> = 18,5 – 24,5 Normal>= 25,0 - < 27-0 Berat Badan Lebih
> = 27,0 ObesitasSumber :Badan Penelitian Badan Kesehatan Masyarakat 2010
b. Klinis
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat.
Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda- tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (Sign) dan gejala (Symptom)
atau riwayat penyakit
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang di uji laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh.
10
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi fungsi (khususnya jaringan)
dan melihat penurunan struktur dan jaringan.
2. Penilaian status gizi secara tidak langsung
a. Survei konsumsi makanan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu.
b. Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c. Faktor ekologi
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, dan irigasi (Supariasa, dkk, 2002).
2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Tingkat konsumsi
Status gizi secara langsung dipengaruhi oleh tingkat konsumsi makanan.
Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhanya
(Almatsier ; 2001 )
2. Penyakit infeksi
Status juga dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penyakit infeksi.
Timbulnya gizi kurang bukan saja makanan yang kurang tetapi juga karena
penyakit.
11
3. Tingkat ekonomi
Rendahnya pendapatan juga merupakan rintangan lain yang menyebabkan
orang tidak mampu untuk membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan.
Rendahnya pendapatan itu memungkinkan karena susah memperoleh
lapangan pekerjaan.
4. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui seseorang tentang sesuatu hal yang
didapat secara formal maupun nonformal. Pengetahuan yang dimiliki akan
tercermin pada sikap dan tindakan seseorang. Semakin tinggi pengetahuan
seseorang tentang kesehatan maka semakin tinggi kesadaran untuk
berperan serta dalam pembangunan kesehatan.
2.1.2 Pekerja
2.1.2.1 Pengertian Pekerja
Tenaga Kerja atau pekerja adalah seseorang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya
maupun masyarakat. Secara umum tenaga kerja atau pekerja dapat diartikan,
manusia sebagai sumber daya yang mampu melakukan suatu kesatuan dalam
menghasilkan suatu produk dan jasa yang berguna bagi masyarakat luas (Sinungan,
1995).
2.1.2.2 Gizi Pekerja
Gizi pekerja merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Kesehatan pekerja menyangkut dua aspek, yaitu aspek kesejahteraan
dan aspek pengembangan sumber daya manusia. Dari aspek kesehatan, masalah
perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai makna yang amat penting dalam usaha
menyehatkan, mencerdaskan serta meningkatkan produktivitas kerja (Karyadi, 1992)
12
Gizi adalah makanan atau zat yang diperlukan oleh pekerja untuk memenuhi
kebutuhan makanan yang dikonsumsi tenaga kerja harus memiliki gizi yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh ( Lisdiana:1998)
Gizi untuk pekerja yaitu :
1. Untuk bekerja, memperoleh tenaga dari makanan yang dimakan.
2. Setelah 3-4 jam bekerja, daya kerja mulai menurun
3. Orang yang tidak sarapan pagi hanya memiliki sedikit cadangan energi dalam
tubuhnya, sehingga untuk bekerja perlu dibongkar dulu persediaan makanan
yang ada.
4. Akibat bekerja tubuh menjadi lelah dan berpengaruhi terhadap
produktifitasnya.
5. Karena itu produktif pekerja harus :
a. Sarapan pagi secukupnya
b. Istirahat dan makan makanan yang bergizi setelah 3-4 jam
c. Makan makanan sehari-hari yang memenuhi kecukupan tubuh akan zat
gizi (Depkes RI, 1990)
2.1.2.3 Faktor–faktor Lingkungan Kerja Yang Mempengaruhi Upaya Peningkatan
Tenaga Kerja
Faktor-faktor dalam lingkungan kerja menunjukan pengaruh yang jelas
terhadap keadaan gizi tenaga kerja yaitu :
1. Tekanan panas dan dingin
Pekerjaan yang dilakukan ditempat-tempat kerja dengan suhu tinggi harus
dipertahankan secara khusus dengan kebutuhan air dan garam sebagai
pengganti cairan untuk penguapan. Lingkungan kerja yang panas
mengakibatkan pekerja berat memerlukan sekurang-kurangnya 2,8 liter air
13
minum, sedangkan pekerja ringan dianjurkan 1,9 liter air minum dan kadar
garam sekitar 2,05. Untuk pekerja ditempat dingin, makanan dan minuman
hangat sangat membantu.
2. Faktor-faktor Psikologis
a. Ketegangan-ketegangan sebagai akibat ketidakserasian emosi antara
manusia dalam pekerjaan, akan menghambat dan menurunkan berat
badan serta mengurangi produktifitas tenaga kerja.
b. Hubungan kerja anatar manusia merupakan aspek yang komplek dan
tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi.
c. Pengaruh lingkungan kerja tertentu misalnya tingkat kebisingan dengan
frekuensi tenaga dapat mempengaruhi tingkat emosional seseorang.
2.1.2.4 Peranan Zat Gizi Bagi Pekerja
Gizi makanan adalah unsur terpenting didalam tubuh, disamping masukan
lain seperti air dan lingkungan hidup yang sehat. Oleh karena itu, tubuh kita
merupakan masukan makanan yaitu untuk memperoleh zat-zat yang diperlukan
tubuh. Masukan zat gizi ang cukup kuantitas dan kualitasnya diperlukan untuk
pertumbuhan dan pembangunan baik fisik maupun mental, membentuk dan
memelihara jaringan tubuh, memperoleh tenaga serta melindungi tubuh terhadap
serangan penyakit ( Depkes RI, 1991: 1)
2.1.3 Konsumsi
2.1.3.1 Pengertian Konsumsi
Konsumsi adalah permintaan sedangkan produksi adalah penawaran atau
penyediaan. Perbedaan ilmu ekonomi konvensional dan ekonomi islam dalam hal
konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang.
Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi
konvensional.
14
1. Energi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,
menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh
dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada didalam bahan makanan.
Kandungan kh, p, dan l suatu bahan makanan menentukan nilai energinya
(Almatsier, 2002)
Energi diperlukan manusia untuk bergerak atau melakukan pekerjaan
fisik dan menggerakkan proses metabolisma zat gizi dalam tubuh. Untuk
melakukan suatu pekerjaan diperlukan energi yang dihasilkan dari proses
pembakaran zat makanan dalam tubuh yang diperoleh dari makan sehari-
hari (Depkes RI, 1991)
Pada orang yang menderita kekurangan energi, akan mempengaruhi
kemampuan bekerja, dan apabila memperpanjang waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya akan menurunkan
produktifitas kerja. Walaupun zat gizi yang dibutuhkan manusia banyak
ragamnya, akan tetapi untuk pekerja jumlah energi lebih banyak berperan
karena energi lebih banyak diperlukan untuk kerja otot. Disamping itu
pemenuhan zat gizi lain tidak banyak berarti bila kebutuhan energi belum
terpenuhi. Sumber bahan makanan yang menghasilkan energi adalah,
nasi, ubi, singkong, kentang, tepung dan olahannya (Winarno, 1993)
2. Zat Gizi
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia.
Karbohidrat yang mencukupi kebutuhan tubuh akan menjamin
terlaksananya berbagai kegiatan sehari-hari dengan baik (Kartasapoetra,
2003).
15
Bila karbohidrat melebihi kebutuhan tubuh untuk berbagai kegiatan
sehari-hari, maka kelebihannya akan disimpan sebagai cadangan energi
dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen Kartasapoetra (2003).
Karbohidrat mempunyai bebrapa fungsi, antra lain yaitu:
1) Sumber energi, fungsi utama kh adalah menyediakan energi bagi
tubuh. 1 gr kh menghasilkan 4 kal
2) Pemberi rasa manis pada makanan, khusunya monosakarida dan
disakarida
3) Penghemat protein
4) Pengatur metabolisme lemak. Kh mencegah terjadinya oksidatif
lemak yang tidak sempurna.
b. Protein
Tersedianya protein dalam tubuh, mencukupi atau tidaknya sangat
tergantung dari komposisi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang
setiap harinya (Kartasapoetra, 2003).
Kebutuhan menurut FAO/WHO. 1985 “konsusmi yang diperlukan
untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan kemungkinan produkssi
protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau
menyusui“ (fungsi protein adalah sebagai sintesa protein tubuh salah satu
penghasil utama energi dan sintesa zat-zat organik lainnya (Yuliastuti.
2008).
Pekerja yang berat memerlukan pemenuhan kebutuhan energi yang
banyak disertai dengan kenaikan kebutuhan protein. Kebutuhan protein
dapat terpenuhi dari bahan nabati atau hewani.
Fungsi protein bagi tubuh yaitu ;
16
1) Protein menyediakan bahan-bahan yang penting yang peranannya
untuk petumbuhan dan memelihara jaringan tubuh.
2) Protein bekerja sebagai pengeatur kelangsungan proses didalam tubuh.
3) Memberikan tenaga jika keperluan tidak dapat dipenuhi oleh
karbohidrat dan lemak.
Protein mengandung unsur karbon yang berfungsi sebagai bahan
bakar sumber energi. Apabila tubuh tidak menerima karbohidrat dan
lemak dalam jumlah yang cukup memenuhi kebutuhaan tubuh maka
untuk menyediakan energi bagi kelangsungan aktivitas tubuh adalah
protein akan dibakar sebagai sumber energi. Sumber zat protein adalah
telur, ikan, daging, ayam, hati, susu, keju, kacang-kacangan dan hasil
olahannya (Almatsier. 2003)
c. Lemak
Lemak merupakan penghasil energi kedua setelah hidrat arang.
Asupan lemak diperoleh dari makanan yang dimakan setiap hari untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Apabila jumlah lemak yang dimakan sesuai
dengan kebutuhan tubuh maka tubuh akan bertumbuh dan berkembang
dengan baik.
Kebutuhan lemak dinyatakan secara mutlak. Sumber utama lemak
adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kacang tanah, kacang
kedelai, dan jagung) mentega, margarine dan lemak hewan (daging dan
ayam) (almatsier, 2002).
Kegemukan adalah penyakit multifactor. Pola konsumsi yang salah
menjadi salah satu penyebab yang umum terjadi kegemukan. Kita tidak
bisa menghindari kenyataan bahwa makanan berlemak memiliki andil
terjadinya obesitas. Lemak banyak mengandung kalori. konsumsi
17
makanan berlemak dalam jumlah banyak akan mengasup kalori yang
banyak pula ke dalam tubuh. Asupan kalori yang melebihi kebutuhan
tubuh merupakan persoalan pokok yang menyebabkan terjadinya
penumpukan lemak pada jaringan adipose hingga tubuh menjadi gemuk
(Lingga, 2012).
3. Serat
Serat merupakan jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dalam
saluran pencernaan manusia tidak dapat dicerna karena manusia tiddak
memiliki enzim. Meskipun demikan, dalam usus besar manusia terdapat
beberapa bakteri yang dapat mencerna serat menjadi komponen serat
sehingga produk yang dilepas dapat diserap kedalam tubuh dan dapat
digunakan sebagai sumber energi.
1) Klasifikasi Serat
Serat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ;
a. Serat kasar (crude Fiber)
b. Serat yang terlarut (dietary fiber)
2) Sumber Serat
Peran serat dalam menjaga kesehatan sangat besar, salah satunya
adalah mencegah konstipasi. Makanan tinggi serat sangat baik
dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan. Konsusmsi serat yang kurang
atau berlebihan akan berdampak negatif terhadap kesehatan (Rusilanti,
2007)
Sumber makanan yang tinggi serat antara lain:
1) Sayur-sayuran : daun bawang, bawang prei, kecipir muda,
kangkung, tauge, tomat, lobak, kembag kol, daun kelor, brokoli,
18
buncis, kentang, kol, wortel, timun, daun singkong, daun kemangi,
dan lain-lain.
2) Buah-buahan : jambu biji, belimbing, anggur, kedondong,.
3) Sereal : oat, gandum, rye, jagung, beras, dan beras merah.
4) Biji-bijian : sunflower seed dan sesame seed.
5) Kacang-kacangan : kacang tanah, kacang hijau, kacang merah,
kacang tolo, kacang bogor (Kusharto, 2007).
Menurut Mayer dan goldberd (1990) orang dewasa sehat
mengkonsumsi serat makanan paling sedikit 10-13 gram/1000 kalori.
Konsumsi serat makanan untuk pria dewasa sebanyak 27-35 gr/hari.
(dengan rata-rata konsumsi energi 2700 kkal/hari) dan untuk wanita
dewasa 21-27 gr/hari (dengan rata-rata konsumsi energi 2100 kkal/hari)
(sulistijani, 1999).
4. Metode pengukuran konsumsi
Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi
makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan
kuantitatif (Supariasa dkk, 2002).
1) Metode Kualitatif
Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui
frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan
menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-
cara meperoleh bahan makanan tersebut.
Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif
antara lain :
a. Metode frekuensi makanan (food frequency)
19
b. Metode dietary history
c. Metode telepon
d. Metode Pendaftaran makanan (food list
2) Metode Kuantitatif
Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah
makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi
dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau
daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga
(URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan Daftar
Penyerapan Minyak.
Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitaif
antara lain:
a. Metode recall 24 jam
b. Perkiraan makanan (estimated food records)
c. Penimbangan makanan (food weighing)
d. Metode food account
e. Metode inventaris (inventory method)
f. Pencatatan (household food records)
3) Metode Kualitatif dan Kuantitatif
Beberapa metode pengukuran bahkan dapat menghasilkan data
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode tersebut antara lain:
a. Metode recall 24 jam
b. Metode dietary history
Metode pengukuran konsumsi zat gizi yaitu dengan menggunakan
metode Food recall 24 jam. Prinsip dari metode food recall 24 jam,
20
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa food recall 24 jam
data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karenaitu,
untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah kinsumsi makanan
individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT
(Ukuran Rumah Tangga) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan
sehari-hari (Supariasa, 2002)
2.1.4 Angka Kecukupan Gizi
2.1.4.1 Pengertian Angka Kecukupan Gizi
Angka kecukupan gizi dianjurkan (AKG) atau Recmmended Dietary
allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berddasarkan
pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang
sehat. Angka Kecukupan Gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi (Dietary
Requirements). Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang
dibutuhkan seseorang pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok.
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-
masing kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik. Dlam penggunaannya, bila
kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata bila berat badan yang
berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu penyesuaian bila berat badan
kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdasarkan BB
idealnya (Almatsier. 2004 )
2.1.4.2 Kegunaan Angka Kecukupan Gizi
a) Merencanakan dan menyediakan suplai pangan penduduk atau kelompok
penduduk
b) Menginterprestasikan data konsumsi makanan perorangan atau kelompok
21
c) Perencanaan pemberian makanan diinstitusi
d) Menetapkan standar bantuan pangan
e) Menilai kecukupan persediaan pangan nasional
f) Merencanakan program penyuluhan gizi
g) Mengembangkan produk pangan baru diindustri
h) Menetapkan pedoman untuk keperluan Litbang Gizi pangan.
2.1.4.3 Cara Memenuhi AKG
Karena masih kurangnya pengetahuan, AKG belum dapat ditetapkan untuk
semua zat gizi yang sudah diketahui. Akan tetapi AKG untuk zat-zat yang sudah
ditetapkan dapat dijadikan pedoman, sehingga menu bervariasi yang memenuhi
AKG untuk zat-zat gizi tersebut diharapkan cukup pula dalam zat-zat lainnya.
Oleh sebab itu dianjurkan agat menu sehari-hari terdiri atas bahan pangan
bervariasi yang diperoleh dari berbagai golongan bahan pangan. Dan diperthitungkan
pula kemungkinan kehilangan zat gizi selama pengolahan makanan. Dalam
menyusun menu, selama AKG perlu diperimbangkan akseptabilitas makanan yang
disajikan, karena selain sebagai sumber zat-zat gizi makanan juga mempunyai nilai-
nilai sosial dan ekonomi ( Almatsier, 2003)
2.1.4.4 AKG Untuk Inidividu
Apabila ingin melakukan perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan
keadaan gizi seseorang biasanya dilakukan perbandingan pencapaian konsumsi zat
gizi individu tersebut terhadap AKG.
Berhubung AKG yang tersedia bukan menggambarkan AKG individu, tetapi
untuk golongan umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan standar. Menurut
Darwin Karyadi (1996) untuk memenuhi KG individu dapat dilakukan dengan
melakukan koreksi terhadap berat badan nyata individu berat badan standar yang ada
pada tabel AKG(Terlampir ).
22
KonsumsiEnergi
Konsumsi Zat Gizi
Status Gizi Pekerja Toko
Karbohidrat ProteinLemak
Konsumsiserat
2.2 Kerangka Konsep
2.3 Definisi operasional
No VariabelDefinisi Variabel
PengukuranCara Alat Hasil Skala
1 Status gizi Keadaan kesehatan pekerja toko yang diakibatkan oleh konsumsi zat gizi,penyerapan dan penggunaan makanan yang diukur secara Antropometri
Mengukurberat badandan tinggibadan
1.Berat badan menggunakantimbangan injakdigital (bathroom Scale) 2.Tinggi badan menggunakanMicrotoise
1. Lebih IMT = > 25,0 - < 27-0
2. Normal IMT >= 18,5 – 24,5
( Litbangkes 2010)
Ordinal
2. Konsumsi energi
Jumlah energi pekerja toko yang didapatkan dari makanan yg dikonsumsi sehari
wawancara Formulir Food recall 24jam
1. Lebih dari ≥ 100 % kebutuhan individu2. Cukup < 100 % kebutuhan individu
Ordinal
3 Konsumsi Protein
Jumlah makan pekerja toko sumber protein yang dikonsumsi sehari
wawancara Formulir Food recall 24jam
1. Lebih dari ≥ 100 % dari kebutuhan individu2. Cukup < 100 % kebutuhan individu
Ordinal
4 Konsumsi karbohidrat
Jumlah karbohidrat pekerja toko yang didapatkan dari makanan yang
wawancara Formulir Food recall 24jam
Menurut PUGS:1. Lebih dari > 65 % Energi Total
Ordinal
24
dikonsumsi sehari 2. Cukup ≤ 65% Energi Total
5 Konsumsi Lemak
Jumlah makanan pekerja toko sumber lemak yang dikonsumsi sehari
Wawancara Formulir Food recall 24jam
Menurut PUGS: 1. . lebih = >25 % Energi Total 2. Cukup = ≤ 25 % Energi Total
Ordinal
6 Konsumsi Serat
Jumlah makanan pekerja toko sumber serat yang dikonsumsi sehari
Wawancara Formulir Food recall 24jam
1.kurang = < 25 gram/ hari2.cukup = 25 gram/hari (American Diet Assocition)
Ordinal
2.4 Hipotesis
2.4.1 Ada hubungan konsumsi energi dengan status gizi pekerja toko laki-laki
dewasa
2.4.2 Ada hubungan konsumsi karbohidrat dengan status gizi pekerja toko laki-laki
dewasa
2.4.3 Ada hubungan konsumsi protein dengan status gizi pekerja toko laki-laki
dewasa
2.4.4 Ada hubungan konsumsi lemak dengan status gizi pekerja toko laki-laki
dewasa
2.4.5 Ada hubungan konsumsi lemak dengan status gizi pekerja toko laki-laki
dewasa.
BAB III
25
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain Cross Sectional
Study yaitu Variabel independen dan independen diteliti secara bersamaan. Variabel
independen adalah konsumsi energi, zat gizi makro dan serat sedangkan variabel
dependen adalah status gizi pekerja toko.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo
Padang pada bulan Juli 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua pekerja toko dengan jenis kelamin
laki-laki dengan usia 20 – 45 yang ada di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo Padang
Tahun 2013.
3.3.2 Sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus infinit :
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
p : Proporsi
d :Presisi = 10 %
Z : 1,96
26
n=Z1−α /2 P(1−P)
d2
Berdasarkan perhitungan dengan rumus diatas maka jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 42 orang, sampel ini diambil secara Simple Rondom Sampling.
Kemudian sampel ditambahkan 10% sebagai sampel cadangan sehingga jumlahnya
46 orang. sampel yang di ambil sesuai dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Bersedia dijadikan sampel
2. Ada pada waktu penelitian
3. Berusia 20-45 tahun
4. Pekerja toko yang bukan tukang angkat
5. Pekerja toko yang benar bekerja sebagai karyawan dan melayani konsumen
6. Bukan pemilik toko
7. Tidak menetap ditoko.
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan data
3.4.1 Data Primer
Data primer meliputi konsumsi energi dan zat gizi melalui cara wawancara
dengan menggunakan metode Food Recall yaitu dilakukan dengan mencatat jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
Status gizi ditentukan berat badan yang diukur dengan menggunakan
Batrhroom Scale dan tinggi badan menggunakan Microtoise. Sedangkan identitas
pekerja toko tersebut yaitu nama dan umur diketahui dengan wawancara langsung
kepada pekerja toko tersebut.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder mengenai gambaran umum pasar siteba yang dilihat
berdasarkan observasi dan jumlah toko berdasarkan survei yang dilakukan.
27
3.5 Teknik Pengolahan Data dan analisis data
3.5.1 Teknik Pengolahan data
3.5.1.1 Konsumsi Energi, Zat Gizi Makro dan Serat
Konsumsi energi, zat gizi makro dan serat, langkah pertama yang dilakukan
adalah melakukan pengecekan (editing) untuk setiap formulir food recall sebagai
alat ukur dalam penelitian. Tahap selanjutnya adalah kegiatan memberi kode dari
informasi yang terkumpul pada setiap pertanyaan dalam food recall. Coding
bertujuan untuk mempermudah pada saat analisis dan mempercepat pemasukan data.
Tahap entry data merupakan proses memasukkan data yang diperoleh
(ukuran rumah tangga) dikonversikan ke dalam satuan gram kemudian dihitung nilai
gizinya menggunakan program nutri survey. Hasil analisis rata-rata asupan kemudian
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) individu kemudian dikalikan
100% maka didapatkan persen tingkat konsumsi energi, zat gizi dan serat.
Cleaning data yaitu proses pembersihan data yang telah dimasukkan ke
perangkat Nutri Survey. Langkah selanjutnya adalah pengolahan data untuk masing-
masing variabel yaitu pengkategorian dengan melihat definisi operasional masing-
masing variabel.
3.5.1.2 Status Gizi
Editing yaitu yang diperoleh mengenai status gizi dengan menggunakan
Mikrotoise untuk tinggi badan dan Bathroom Scale untuk penimbangan berat badan
dapat dicek kembali apakah ada kesalahan dalam penulisan angka. Kemudian
dilakukan penghitungan IMT dengan menggunakan rumus IMT BB/(TB)2. Coding
semua variabel diedit, selanjutnya data-data yang berbentuk kalimat diberi
pengkodean. Seperti status gizi normal =1, lebih =2, agar memudahkan untuk
mengentri data. Entry Data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam program
28
komputer SPSS untuk diolah dan dimasukkan kedalam master tabel.Cleaning Data
mengenai semua variabel yang sudah dientri kedalam SPSS tersebut, dilakukan
pengecekan ulang apakah ada kesalahan kode, ketidaklengkapan dan apakah ada data
yang hilang. Selanjutnya dilakukan pembetulan/pembersihan data.
3.5.2 Analisis Data
3.5.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi konsumsi energi, zat gizi
(karbohidrat, protein dan lemak) serta serat dan status gizi pekerja toko laki-laki usia
(20-45 tahun) di Pasar Siteba Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2013.
3.5.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk melihat hubungan konsumsi energi dan zat gizi
(Kh,P,L) dengan status gizi pekerja toko dilakukan dengan uji Chi Square dengan CI
(tingkat kepercayaan) 95%. Apabila p value ≤ 0,05 maka terdapat hubungan yang
bermakna antara variabel dependen dengan independen.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pasar adalah tempat dilakukannya kegiatan jual beli berbagai macam barang
dan jasa untuk keperluan hidup sehari-hari. Dalam pengertian yang lebih luas, pasar
adalah proses berlangsungnya transaksi permintaan dan penawaran atas barang dan
jasa. Sedangkan sejarah terbentuknya pasar itu sendiri berawal dari kebiasan
masyarakat jaman dahulu yang menggunakan sistem barter atas barang yang
dibutuhkannya namun tidak diproduksi sendiri.
Pasar siteba merupakan salah satu pasar tradisional yang terletak di Padang
khususnya di kecamatan Nanggalo yang memiliki luas 8,07 km2, dengan memiliki
jumlah penduduk 53,171. Pasar Siteba ini merupakan pasar tradisional yang menjual
berbagai alat-alat atau kebutuhan manusia. Mulai dari penjualan kebutuhan rumah
tangga sampai penjualan kebutuhan lainnya.
30
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1.Gambaran Umum Sampel
Penelitian ini dilakukan di Pasar Siteba Padang dengan jumlah responden
dalam penelitian ini sebanyak 42 orang. Distribusi frekuensi pekerja toko
berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur
Umur n %20-30 Tahun 21 5031-45 Tahun 21 50
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berumur
20-31 tahun sama dengan yang berumur 31-45 tahun masing-masing sebanyak 21
orang (50%).
4.2.2 Analisis Univariat
4.2.2.1 Status Gizi Responden
Distribusi status gizi responden berdasarkan IMT dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Status Gizi Pekerja Toko di Pasar Siteba Nanggalo
Berdasarkan IMT Tahun 2013
Status gizi n %Lebih
IMT > 25,0 - < 27,028 66.7
Normal≥ 18 – 24,5
14 33.3
Total 42 100
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa status gizi responden yang
paling banyak adalah status gizi lebih dengan 28 responden (66.7%) berdasarkan
Pengukuran IMT dengan nilai rata-rata 25,1513 kg/m2.
31
4.2.2.2 Konsumsi Energi, Zat Gizi dan Serat
Tabel 4.3Distribusi konsumsi Energi Karbohidrat, Protein, Lemak dan Serat Pekerja
Toko di Pasar Siteba Nanggalo Padang tahun 2013
Variabel Mean ± SD Median Min – Max
Energi (kkal) 2083 ± 317 1973,1 1481 - 2933
Karbohidrat (g) 284 ± 7,60 283 33,50 – 481,70Protein (g) 71,9 ± 2,08 66,05 32,70 – 116,8Lemak (g) 69,1 ± 2,72 59,0 28,40 – 146,1Serat (g) 10,76 ± 2,72 11,15 6.50 – 15,50
Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa nilai Mean dari asupan
energi 2083 kkal, karbohidrat 284 gr, protein 71,9 kkal, lemak 69,1 gr dan serat
10,76 gr, sedangkan Mediannya yaitu energi 1973,1 kkal, karbohidrat 283gr, protein
66,05gr, lemak 159,0 gr dan serat 11,15 gr. Kemudian nilai minimal dan maksimal
dari asupan energi 1481 – 2933 kkal, karbohidrat 33,50– 481,70 gr, protein 32,70 –
116,8 gr, lemak 28,40 – 146,1gr, dan serat 6.50 – 15,50 gr.
4.2.2.3 Konsumsi Energi Responden
Distribusi pekerja toko berdasarkan konsumsi energi dapat dilihat pada
tabel 4.4 :
Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Pekerja Toko Menurut Konsumsi Energi Di Pasar
Siteba Nanggalo Padang Tahun 2013
Konsumsi Energi
n %
Lebih 12 28.6Cukup 30 71.4Total 42 100
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui pekerja toko yang banyak
menhgkonsumsi energi adalah tergolong cukup yaitu 71.4% dengan nilai rata-rata
2083 kkal.
32
4.2.2.4 Asupan Karbohidrat Responden
Distribusi pekerja toko berdasarkan asupan karbohidrat dapat dilihat pada
tabel 4.5:
Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Pekerja Toko Menurut Asupan Karbohidrat Di Pasar
Siteba Nanggalo Padang Tahun 2013
Asupan Karbohidrat
n %
Lebih 7 16.7Cukup 35 83.3Total 42 100
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pekerja toko yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat adalah tergolong kategori cukup yaitu 83.3% dengan
nilai rata-rata 283 gram.
4.2.2.5 Asupan Protein Responden
Distribusi pekerja toko berdasarkan asupan protein dapat dilihat pada
tabel 4.6 :
Tabel 4.6Distribusi Frekuensi Pekerja Toko Menurut Asupan Protein
Di Pasar Siteba Nanggalo Padang Tahun 2013
Asupan Protein n %Lebih 12 28.16Cukup 30 71.4Total 42 100
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pekerja toko tersebut didapat
yang banyak mengkonsumsi protein adalah tergolong kategori cukup yaitu 71.4%
dengan nilai rata-rata 71,97 gram.
33
4.2.2.6 Asupan Lemak Responden
Distribusi pekerja toko berdasarkan asupan lemak dapat dilihat pada tabel 4.7:
Tabel 4.7Distribusi Frekuensi Pekerja Toko Menurut Konsumsi Lemak
Di Pasar Siteba Nanggalo Padang Tahun 2013
Asupan Lemak n %Lebih 34 81.0Cukup 8 19.0Total 42 100
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pekerja toko tersebut yang
banyak mengkonsumsi lemak aadalah tergolong kategori lebih yaitu 81.0% dengan
nilai rata-rata 69,1 gram.
4.2.2.7 Asupan Serat Responden
Distribusi pekerja toko berdasarkan asupan serat dapat dilihat pada tabel 4.8 :
Tabel 4.8Distribusi Frekuensi Pekerja Toko Menurut asupan Serat
Di Pasar Siteba Nanggalo Padang Tahun 2013
Asupan Serat n%
Kurang 22 52.4Cukup 20 47.6Total 42 100
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pekerja toko yang banyak
mengkonsumsi serat adalah tergolong kategori kurang yaitu 52,4% dengan nilai
rata-rata 10,76 gram.
34
4.2.3 Analisis Bivariat
4.2.3.1 Hubungan Konsumsi Energi Dengan Status Gizi
Hubungan konsumsi energi dengan status gizi pekerja toko di Pasar Siteba
Naggalo Padang dapat dilihat pada tabel 4.9 :
Tabel 4.9Distribusi Pekerja Toko Menurut status Gizi dan Konsumsi Energi
Tahun 2013
Konsumsi Energi
Status GiziTotal
P - ValueLebih Normal
1.00
n % n % n %Lebih 8 66.7 4 33.3 12 100Cukup 20 66.7 10 33.3 30 100Jumlah 28 66.7 14 33.3 42 100
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa proporsi responden yang
mengkonsumsi energi lebih dan konsumsi energi cukup masing-masing sama yaitu
(66.7%) dengan status gizi lebih.
Dari hasil uji statistik Chi-Square didapat tidak ada hubungan yang bermakna
antara konsumsi energi dengan status gizi pekerja toko dengan nilai (P > 0,005)
yaitu 1.00
4.2.3.2 Hubungan Asupan Karbohidrat Dengan Status Gizi
Distribusi asupan karbohidrat dengan status gizi pekerja toko di Pasar Siteba
Naggalo Padang dapat dilihat pada tabel 4.10 :
Tabel 4.10Distribusi Pekerja Toko Menurut status Gizi dan Asupan Karbohidrat
Tahun 2013
Asupan Karbohidrat
Status GiziTotal
P – ValueLebih Normal
1.00n % n % n %
Lebih 5 71.4 2 28.6 7 100Cukup 23 66.7 12 34.3 35 100Jumlah 28 66.7 14 33.3 42 100
35
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan responden dengan status gizi lebih, lebih
besar pada kelompok responden dengan asupan karbohidrat lebih yaitu (71.4%) jika
dibandingkan dengan responden pada kelompok responden dengan asupan cukup.
Dari hasil uji statistik Chi-Square didapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara konsumsi karbohidrat dengan status gizi pekerja
toko dengan nilai ( P > 0.05 ) yaitu 1.00
4.2.3.3 Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi
Hubungan asupan Protein dengan status gizi pekerja toko di Pasar Siteba
Naggalo Padang dapat dilihat pada tabel 4.11 :
Tabel 4.11Distribusi Pekerja Toko Menurut status Gizi dan Asupan Protein
Tahun 2013
Asupan Protein
Status GiziTotal P – Value
Lebih Normal n % n % n %
1.00Lebih 8 66.7 4 33.3 12 100Cukup 20 66.7 10 33.3 30 100Jumlah 28 66.7 14 33.3 42 100
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa responden yang mengkonsumsi
protein lebih konsumsi protein cukup masing-masing sama yaitu (66.7%) dengan
status gizi lebih.
Dari hasil uji statistik Chi- Square didapat tidak ada hubungan yang
bermakna antara konsumsi protein dengan status gizi pekerja toko ( P > 0.05 ) yaitu
1.00
36
4.2.3.4 Hubungan Asupan Lemak Dengan Status Gizi
Hubungan asupan lemak dengan status gizi pekerja toko di Pasar Siteba
Naggalo Padang dapat dilihat pada tabel 4.12 :
Tabel 4.12Distribusi Pekerja Toko Menurut status Gizi dan Asupan Lemak
Tahun 2013
Asupan Lemak
Status GiziTotal P – Value
Lebih Normal n % n % n %
0.406Lebih 24 70.6 10 29.4 34 100Cukup 4 50.0 4 50.0 8 100Jumlah 28 66.7 14 33.3 42 100
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa responden dengan status gizi
lebih, lebih besar pada kelompok responden dengan asupan lemak lebih yaitu
(70.6%) jika dibandingkan dengan responden pada kelompok dengan asupan lemak
cukup.
Dari hasil uji statistik Chi-Square didapat tidak ada hubungan yang bermakna
antara konsumsi lemak dengan status gizi pekerja dengan nilai P = 0.406
4.2.3.5 Hubungan Asupan Serat Dengan Status Gizi
Hubungan asupan serat dengan status gizi pekerja toko di Pasar Siteba
Naggalo Padang dapat dilihat pada tabel 4.13 :
Tabel 4.13Distribusi Pekerja Toko Menurut status Gizi dan Asupan Serat
Tahun 2013
Asupan Serat
Status GiziTotal P – Value
Lebih Normal n % n % n %
0.585Kurang 16 72.7 6 27.3 22 100
Cukup 12 60.0 8 40.0 20 100
Jumlah 28 66.7 14 33.3 42 100
37
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa responden dengan status gizi
lebih,lebih besar pada kelompok responden dengan asupan serat kurang yaitu
(72.7%) jika dibandingkan dengan responden pada kelompok responden dengan
asupan serat cukup.
Dari hasil uji statistik Chi-Square didapat tidak ada hubungan yang bermakna
antara konsumsi serat dengan status gizi pekerja toko dengan nilai (P > 0.05)
yaitu 0.585.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisa univariat
4.3.1.1 Status gizi
Hasil analisis status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) diketahui
bahwa status gizi yang paling banyak adalah satus gizi lebih (66.7%).
Peneitian ini menggambarkan bahwa sebagian dari pekerja toko tersebut
mempunyai status gizi lebih. Hal ini terjadi karena pekerja toko tersebut memiliki
kebiasaan makan yang kurang baik dan memiliki kebiasaan makan 1-2 x sehari
dengan persi yang besar sehingga melebihi kebutuhan.
Prevalensi status gizi lebih pada penelitian ini lebih kecl dibandingkan
dengan penelitian Iswanelly ( 1996) dimana yang termasuk status gizi lebih (66.7%).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat makanan dan minuman
peggunaan zat gizi, atau status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau
masyarakat yang dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilai dengan ukuran
atau parameter gizi (Supariasa, 2002)
Suhardjo mengemukakan status gizi merupakan salah satu faktor yang
menentukan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup. Peningkatan status
38
gizi diarahkan pada peningkatan intelektualitas, produktivitas kerja, prestasi belajar
dan prestasi olahraga serta penurunan angka gizi salah satu terutama gizi lebih. Gizi
lebih disebabkan karena konsumsi terutama zat gizi (karbohidrat, lemak dan protein)
yang melebihi kebutuhan normal tubuh manusia. Salah satu bentuk gizi lebih berupa
kegemukan yang sering kali diikuti dengan timbulnya penyakit degeneratif seperti
jantung, Diabetes melitus, tekanan darah tinggi, dan kanker (Suhardjo.2001).
4.3.1.2 Asupan Zat gizi
a. Asupan Energi
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa sebagian besar pekerja
toko banyak mengkonsumsi energi dengan kategori cukup (71.4%).
Pekerja toko laki-laki lebih memerlukan energi, ini disebabkan karena
secara fisik laki-laki lebih banyak bergerak sehingga memerlukan energi
lebih. Semakin tinggi dan semakin berat badan seseorang maka kebutuhan
energinya juga lebih besar.
Kecukupan energi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat
badan dan tinggi badan. Asupan energi yang diperlukan tubuh digunakan
proses pembakaran zat makanan dalam tubuh. Makanan sebagai sumber
energi tidak semuanya dapat diubah menjadi sumber tenaga. Pekerjaan yang
berat memerlukan energi yang lebih banyak karena lebih banyak diperlukan
untuk kerja otot (Winarno 1993).
Zat gizi yang dikonsumsi (karbohidrat, protein, lemak) kemudian
dicerna dan diserap menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk proses
metabolisme. Energi merupakan bahan bakar utama manusia untuk
melakukan aktivitas fisik (Nurachman, 2001).
39
b. Asupan Karbohidrat
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja
toko mengkonsumsi karbohidrat dalam kategori cukup yaitu (83.3%).
Menurut penelitian Fanny ( 2010) tentang konsumsi karbohidrat yang
lebih (1.8%) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian yang
didapatkan yaitu konsumsi karbohidrat lebih (81%). Hal ini disebabkan
karena pola makan pekerja toko tersebut kurang baik karena pekerja toko
tersebut tidak membawa bekal saat bekerja, kebanyakan pekerja toko tersebut
makan di warung nasi saat jam istirahat dengan porsi makan yang cukup
besar.
Simpanan energi di dalam otak dan hati terdapat sebagai glikogen, salah
satu bentuk karbohidrat yang mudah dimobilisasi bila tubuh memerlukan
banyak energi. Cadangan karbohidrat ini tidak begitu besar sehingga cepat
berkurang (Sediaoetama, 2000).
Hal ini disebabkan jika konsumsi karbohidrat kurang maka akan
mengakibatkan berkurangnya asupan energi menurun dalam tubuh dan akan
menggangu aktifitas dan tubuh tidak bisa bekerja secara optimal.
c. Asupan Protein
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa konsumsi Protein pekerja
toko tersebut didapat yang banyak adalah kategori cukup 71.4% berbeda
dengan hasil penelitian Desi Mulyatni (2007) bahwa konsumsi protein
responden tergolong cukup (87.1%).
Bagi orang dewasa protein berguna untuk menggantikan dan
memelihara sel tubuh yang rusak, untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal maka diperlukan zat gizi dari makanan dalam jumlah yang sesuai
dengan anjuran makan sehari (Almatsier. 2003)
40
Protein digunakan untuk menghasilkan tenaga terutama bila jumlah
karbohidrat dan lemak tidak cukup. Energi yang dihasilkan diperlukan untuk
aktifitas didalam tubuh yaitu pencernaaan makanan, pernapasan dan
peredaran darah. Asupan protein dikatakan memadai bila minimal
mengandung 8-1 jenis asam amino esensial dalam jumlah cukup sebagai
sumber nitrogen yang baik dan jumlah kalorinya cukup ( Hui :1995).
Kebutuhan energi dan protein yang berlebihan akan membuat badan
menjadi gemuk yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Karena itu
untuk mencapai derajat kesehatan seseorang yang optimal maka diperlukan
sejumlah zat gizi yang didapatkan dari makanan dalam jumlah yang sesuai
dengan anjuran makan sehari (Karyadi, 1990).
Menurut teori yang ada dalam keadaan berlebihan, protein akan
mengalami deaminase. Nitrogen dikeluarkan daari dalam tubuh dan sisa-sisa
ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan didalam tubuh.
Dengan demikian protein secra berlebihan dapat menyebabkan kegemukan
(Almatsier, 2004).
d. Konsumsi Lemak
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa konsumsi Lemak pekerja
toko tersebut yang banyak tergolong kategori lebih yaitu (81%) .
Adanya kecenderungan makanan yang dikonsumsi oleh responden dan
mengakibatkan lebihnya konsumsi lemak tiap-tiap responden. Lemak
merupakan zat gizi yang dikonsumsi apabila lemak tersebut dikonsumsi
dalam jumlah yang berlebihan maka akan mengakibatkan penyakit
degeneratif seperti obesitas.
41
Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan meningkatnya
simpanan energi didalam tubuh. Sebagai simpanan, lemak merupakan
cadangan energi tubuh yang paling besar, yang berasal dari asupan berlebihan
dari salah satu atau kombinasi dari zat-zat gizi. Lemak tubuh pada umumnya
disimpan sebagai zat berikut: 50% jaringan bawah kulit (subkutan), 45%
disekeliling organ dalam rongga perut dan 5% jaringan intramuskuler
(Moehji, 1986).
e. Asupan Serat
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa konsumsi serat pekerja
toko yang banyak adalah kategori kurang yaitu 52,4%.
Serat makanan adalah komponen makanan yang berasal dari
tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Serat
makanan total terdiri dari komponen serat makanan yang larut (misalnya:
pektin, gum) dan yang tidak dapat larut dalam air (misalnya selulosa,
hemiselulosa, lignin). Kadar serat makanan berkisar 2-3 kali serat kasar.
Dalam sebuah penelitian Harvard terhadap lebih dari 40.000 laki-laki,
para peneliti menemukan bahwa asupan serat tinggi berpengaruh terhadap
penurunan sekitar 40% risiko penyakit jantung koroner, dibandingkan dengan
asupan rendah serat. Studi lain pada lebih dari 31.000 orang menemukan
bahwa terjadi penurunan risiko penyakit jantung koroner nonfatal sebesar
44% dan mengurangi resiko penyakit jantung koroner fatal sebesar 11% bagi
mereka yang makan roti gandum dibandingkan dengan mereka yang makan
roti putih. Salah satu perubahan kecil dalam diet mereka memberikan efek
perlindungan yang bisa menyelamatkan nyawa mereka.
42
4.3.2 Analisis Bivariat
4.3.2.1 Hubungan Konsumsi Energi Dengan Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara konsumsi energi dengan status gizi. Sejalan dengan penelitian
penelitian Deswita Putri Yuni (2007) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara asupan energi dengan status gizi.
Asupan zat gizi yang diperlukan didalam tubuh diprlukan untuk proses
pembakaran zat makanan dalam tubuh. Makanan sebagai sumber energi
berpengaruhi terhadap aktivitas sehari-hari namun tidak semua energi terkandung
didalamnya dapat diubah menjadi sumber tenaga.
Menurut Voit, buruh-buruh di Jerman yang melakukan pekerjaan biasa
memerlukan energi sebesar 3055 kalori/ hari dari makanan yang dikonsumsi. Dalam
standar Atwater, sebanyak 3500 kalori cukup untuk orang dewasa laki-laki yang
diasumsikan kerja sedang 10 jam/ hari. Pada standar Luks, kecukupan energi rata-
rata sesorang laki-laki dewasa melakukan kerja sedang 8 jam/hr ditaksir sebesar 3000
kalori.
Kebutuhan energi pada dasarnya tergantung pada faktor kegiatan fisik,
ukuran dan komposisi tubuh, umur dan lainnya. Energi total yang digunakan untuk
kegiatan sehari-hari dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu untuk tidur, bekerja
dan kegiatan diluar pekerjaan.
Kebutuhan energi pada dasarnya tergantung pada faktor kegiatan fisik,
ukuran dan komposisi tubuh, umur dan lainnya. Energi total yang digunakan untuk
kegiatan sehari-hari dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu untuk tidur, bekerja
dan kegiatan diluar pekerjaan.
43
Panitia kebutuhan energi FAO menganjurkan suatu penurunan sebesar 5%
setiap umur bertambah 10 tahun antar 40-59 tahun sebesarnya 10% untuk usia 60-69
tahun keatas. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dkonsumsi
dalam jangka waktu yang cukup lama ( Karyadi,1990).
4.3.2.2 Hubungan Asupan Karbohidrat Dengan Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada kecenderungan antara
responden dengan status gizi lebih dengan responden yang mengkonsumsi
karbohidrat lebih dibandingkan dengan responden dengan yang mengkonsumsi
karbohidrat cukup.
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi, salah satunya adalah konsumsi
makanan. Ini merupakan salah satu faktor langsung yang mempengaruhi status gizi
seseorang, jika asupan makanan cukup maka status gizi juga akan baik, begitu juga
jika asupan berlebih maka akan mengakibatkan status gizi seseorang akan lebih dan
akan berisiko terhadap penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes melitus,
kolesterol dan lain-lain (Tarwojo, 1987).
4.3.2.3 Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak hubungan yang
bemakna antara konsumsi protein dengan status gizi. Berbeda dengan hasil penelitian
Deswita Putri Yuni bahwa adanya hubungan yang bermakna antara asupan protein
dengan status gizi. Ketersediaan pangan sumber protein dapat mempengaruhi
kebutuhan protein dalam tubuh.
Orang yang berat badan lebih maka memerlukan protein lebih banyak
dibandingkan pada orang yang berat badan lebih ringan. Berat badan sangat
menentukan banyak sedikitnya protein yang diperlukan. Kebutuhan protein laki-laki
berbeda dengan wanita, hal ini disebabkan adanya jumlah jaringan aktif dan
perbedaan perkembangan fisiologis (Suhardjo, 1990).
44
4.3.2.4 Hubungan Asupan Lemak Dengan Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada kecenderungan antara
asupan lemak lebih dalam kelompok status gizi lebih dengan asupan lemak cukup
dalam kelompok status gizi lebih, ini menunjukan bahwa asupan lemak
mempengaruhi status gizi seseorang.
Lemak merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan aktifitas
fisik bagi anak. Didalam tubuh, simpanan lemak terutama dalam bentuk trigliserida
akan berada di jaringan otot serta jaringan adipose. Lemak merupakan zat gizi yang
dikonsumsi apabila lemak tersebut dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan maka
akan mengakibatkan penyakit degeneratif seperti obesitas.
Ketika sedang berolahraga, simpanan trigliserida akan dipecah menjadi
gliserol dan asam lemak bebas untuk kemudian dimetabolisir sehingga menghasilkan
energi. Pembakaran lemak memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan
dengan pembakaran karbohidrat terutama pada olahraga dengan intensitas rendah
(jalan kaki, jogging dan sebagainya) dan kontribusinya akan semakin menurun
seiring dengan meningkatnya intensitas olahraga. Untuk membantu menjaga
kecukupan energi dan asupan nutrisi, konsumsi lemak adalah sekitar 20-35% dari
total kebutuhan energi. Salah satu fungsi penting lemak antara lain sumber energi
untuk kontraksi otot (Koswara, 2008).
Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan meningkatnya
simpanan energi didalam tubuh. Sebagai simpanan, lemak merupakan cadangan
energi tubuh yang paling besar, yang berasal dari asupan berlebihan dari salah satu
atau kombimasi dari zat-zat gizi. Lemak tubuh pada umumnya disimpan sebagai zat
berikut: 50% jaringan bawah kulit (subkutan), 45% disekeliling organ dalam rongga
perut dan 5% jaringan intramuskuler (Moehji, 1986).
45
4.3.2.5 Hubungan Asupan Serat Dengan Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara konsumsi serat dengan status gizi. Berbeda dengan hasil penelitian
Gemelli Setyo Nurani (2004) bahwa adanya hubungan serat dengan status gizi
pekerja. Tetapi terlihat ada kecenderungan antara asupan serat kurang dengan status
gizi lebih dengan responden yang asupannya cukup yang memiliki status gizi lebih.
Dalam sebuah penelitian Harvard terhadap lebih dari 40.000 laki-laki, para
peneliti menemukan bahwa asupan serat tinggi berpengaruh terhadap penurunan
sekitar 40% risiko penyakit jantung koroner, dibandingkan dengan asupan rendah
serat. Studi lain pada lebih dari 31.000 orang menemukan bahwa terjadi penurunan
risiko penyakit jantung koroner nonfatal sebesar 44% dan mengurangi resiko
penyakit jantung koroner fatal sebesar 11% bagi mereka yang makan roti gandum
dibandingkan dengan mereka yang makan roti putih. Salah satu perubahan kecil
dalam diet mereka memberikan efek perlindungan yang bisa menyelamatkan nyawa
mereka.
Jika konsumsi serat kurang, maka akan mengakibatkan tingginya kadar lemak
dalam tubuh, sehingga meningkatkan kolesterol dalam darah. Ini menyebabkan berat
badan meningkat dan akan berisiko terhadap penyakit degeneratif seperti kolesterol,
diabetes melitus, jantung, dan kanker.
46
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
4.1.1 Sebagian besar pekerja toko laki-laki berstatus gizi lebih (66.7%).
4.1.2 Konsumsi Energi Pekerja Toko Laki-Laki di Pasar Siteba Padang sebagian
besar cukup (71.4%).
4.1.3 Konsumsi Karbohidrat Pekerja Toko Laki-Laki di Pasar Siteba Padang
sebagian besar cukup (83.3%)
4.1.4 Konsumsi Protein Pekerja Toko Laki-Laki di Pasar Siteba Padang sebagian
besar cukup (71.4%)
4.1.5 Konsumsi Lemak Pekerja Toko Laki-Laki di Pasar Siteba Padang sebagian
besar lebih (81.0%)
4.1.6 Konsumsi Serat Pekerja Toko Laki-Laki di Pasar Siteba Padang sebagian
besar masih kurang (52.4%)
4.1.7 Tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi energi dengan status gizi
Pekerja Toko di Pasar Siteba Nanggalo Padang
4.1.8 Tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi karbohidrat dengan status
gizi Pekerja Toko di Pasar Siteba Nanggalo Padang. Tetapi terlihat
kecenderungan antara responden dengan status gizi lebih dengan responden
yang mengkonsumsi karbohidrat lebih dibandingkan dengan responden
dengan yang mengkonsumsi karbohidrat cukup.
47
4.1.9 Tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi protein dengan status gizi
Pekerja Toko di Pasar Siteba Nanggalo Padang
4.1.10 Tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi lemak dengan status gizi
Pekerja Toko di Pasar Siteba Nanggalo Padang. Tetapi adanya
kecenderungan antara asupan lemak lebih dalam kelompok status gizi lebih
dengan asupan lemak cukup dalam kelompok status gizi lebih, ini
menunjukan bahwa asupan lemak mempengaruhi status gizi seseorang .
4.1.11 Tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi serat dengan status gizi
Pekerja Toko di Pasar Siteba Nanggalo Padang. Akan tetapi adanya
kecenderungan antara asupan serat kurang dengan status gizi lebih dengan
responden yang asupannya cukup yang memiliki status gizi lebih.
4.2 Saran
4.2.1 Disarankan kepada pekerja untuk membawa bekal saat bekerja sebab akan
memudahkan pekerja saat bekerja, dan tidak makan diwarung nasi, karena
jika makan diwarung setiap hari makan pekerja akan sering mengkonsumsi
makanan yang bersantan atau yang berminyak, ini akan mengakibatkan berat
badan pekerja akan bertambah dan akan meningkatkan kadar lemak dalam
tubuh meningkat yang akan berisiko terhadap penyakit degeneratif seperti
kolesterolimia dan diabetes melitus.
4.2.2 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa asupan lemak pekerja toko
berlebih dari kebutuhan yang seharusnya. Untuk itu disarankan kepada
pekerja toko agar mengurangi konsumsi makanan yang berminyak atau yang
bersantan karena menyebabkan lemak tinggi sehingga akan berisiko terhadap
penyakit degeneratif seperti kolesterol, obesitas dan diabetes melitus
48