kti abhix (asma)
TRANSCRIPT
![Page 1: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma bronkial atau lebih populer dengan sebutan asma atau sesak napas,
telah dikenal luas di masyarakat. Namun pengetahuan tentang asma bronkial
hanya terbatas pada gejala penyakitnya saja, diantaranya dada terasa tertekan, se-
sak napas, batuk berdahak, dan napas berbunyi (mengi). (Medicastore, 2008).
Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai oleh
inflamasi, peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus, dan sumbatan sa-
luran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai.
Meskipun pengobatan efektif telah dilakukan untuk menurunkan morbiditas kar-
ena asma, keefektifan hanya tercapai jika penggunaan obat telah sesuai. Berbagai
upaya juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi asma di
masyarakat, namun tanpa peran serta masyarakat tentunya tidak akan dicapai hasil
yang optimal. (Rialita, 2007).
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan
penyakit) asma, terutama di negara-negara maju dan berkembang. di Asia seperti
Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan kenaikan prevalensi asma sangat
mencolok. Kasus asma ini meningkat insidennya secara dramatis selama lebih
dari dua puluh tahun, Beban global dari dampak buruk penyakit asma juga se-
makin meningkat yang meliputi, penurunan kualitas hidup, produktivitas yang
menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko per-
awatan di rumah sakit dan bahkan bias menyebabkan kematian. (Rialita, 2007).1
![Page 2: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/2.jpg)
2
WHO memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia adalah penyandang
asma dan diperkirakan akan terus bertambah sekitar 180.000 orang setiap tahun.
Asma termasuk kedalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di In-
donesia, hal ini tergambar dari data Studi Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2000 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada
SKRT 2002, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke-
4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. (Umar, 2009).
Data Departemen Kesehatan menunjukkan, pada 2005 prevalensi asma
2,1%. Pada 2007, prevalensinya meningkat menjadi 5,2%. Sedangkan hasil survei
pada anak sekolah di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Malang dan Denpasar pada 2008, menunjukkan prevalensi asma
anak berusia 6-12 sebesar 3,7-16,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta 5,8%.
Saat ini diprediksi 2,5 % penduduk Indonesia menderita asma. (Umar, 2009).
Dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat diperoleh data bahwa
asma bronkial berada di urutan ke 8 dari 10 penyakit terbanyak, yaitu sebanyak
14.043 orang penderita atau sekitar 4,03%. (Badan Pusat Statistik, 2009).
Kunjungan penderita asma dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Kunjungan penderita asma bronkial pada tahun 2008 di enam
puskesmas yang berada di wilayah Kota Pariaman berjumlah 399 kali kunjungan.
Dan kunjungan penderita asma terbanyak adalah di Puskesmas Padusunan yaitu
![Page 3: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/3.jpg)
3
126 kali kunjungan dengan jumlah penderita asma bronkial sebanyak 68 orang.
(Dinas Kesehatan, 2009).
Sampai saat ini, pemahaman masyarakat tentang penyakit asma belum
memadai. Akibatnya, berkembang mitos dan pengobatan yang aneh-aneh, se-
makin anehnya cara pengobatannya, malahan semakin dipercaya masyarakat.
Padahal perkembangan diagnosis dan pengobatan asma dalam kurun waktu ter-
akhir ini sudah sangat pesat dan mampu mengenali secara dini dalam mengontrol
dengan baik serangan asma. (Umar, 2009).
Diagnosis yang tidak tepat, juga dapat menyebabkan pasien asma tidak
mendapatkan tatalaksana penanganan penyakit yang cukup, selain itu pentingnya
informasi tentang penyakit asma juga belum sepenuhnya disadari oleh penderita
asma. Banyak pasien atau orang tua pasien asma yang belum memahami bahwa
asma adalah penyakit konik yang perlu dikontrol secara teratur oleh dokter agar
memperoleh pengobatan yang tepat. Padahal bila memiliki pengetahuan yang
cukup tentang asma masyarakat bisa menghindari serangan asma. Penggunaan
obat asma dapat mengendalikan gangguan akibat penyakit tersebut. (Umar, 2009).
Dari survey awal penulis pada bulan Januari 2009 yang diperoleh dari
hasil wawancara melalui 5 orang pengunjung Puskesmas yang menderita asma di
Puskesmas Padusunan Kota Padusunan, 3 orang penderita masih kurang
![Page 4: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/4.jpg)
4
memahami tentang asma bronkial dan 2 orang lagi sudah memahami tapi kurang
mengetahui tentang cara mengatasi kekambuhan asma bronkial.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Penderita Asma
Bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman Tahun
2009 .
1.2 Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana Tingkat Pengetahuan dan Sikap Penderita
tentang Asma Bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman
Tahun 2009.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Penderita tentang Asma Bronkial di
Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman Tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai :
![Page 5: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/5.jpg)
5
1.3.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pen-
derita tentang pengertian asma bronkial
1.3.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pen-
derita tentang penyebab asma bronkial
1.3.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pen-
derita tentang klasifikasi asma bronkial
1.3.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pen-
derita tentang tanda dan gejala asma bronkial
1.3.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pen-
derita tentang pola serangan asma bronkial
1.3.2.6 Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pen-
derita tentang pencegahan asma bronkial
1.3.2.7 Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pen-
derita tentang perawatan asma bronkial
1.3.2.8 Diketahuinya distribusi frekuensi sikap penderita tentang
asma bronkial
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan pengetahuan
yang diperoleh di bangku kuliah serta menambah wawasan,
pengalaman dan pengetahuan dalam penelitian.
1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
![Page 6: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Memberikan masukan bagi petugas kesehatan untuk dapat
meningkatkan pengetahuan tentang asma bronkial.
1.4.3 Bagi Peneliti Lainnya
Sebagai bahan dasar peneliti selanjutnya dan bidang pelayanan
perawatan khususnya yang terkait dengan perawatan penderita asma
bronkial.
1.4.4 Bagi Penderita Asma Bronkial
Untuk menambah pengetahuan penderita tentang asma bronkial
tersebut dan diharapkan penderita bisa mengatasi jika terjadi serangan
mendadak
![Page 7: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/7.jpg)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dari manusia, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
![Page 8: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/8.jpg)
8
Sebagian besar pengetahuan manusia bersumber dari hal yang dilihat dan
didengar. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang
disampaikan pada seseorang. Selain itu dapat diperoleh dari kegiatan yang
menyangkut dengan kebutuhan masyarakat (Community Organization) atau
melalui metode komunikasi seperti: konsultasi, poster, dan sebagainya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behaviour).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami
7
![Page 9: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/9.jpg)
9
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
sebagian besar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi real atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.
4. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti: dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis
![Page 10: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/10.jpg)
10
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan dan dapat menyesuaikan terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo, 2003).
2.2 Sikap (Attitude)
2.2.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak, sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasan mendukung atau memihak pada objek
(Notoatmodjo, 2003).
Sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
![Page 11: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/11.jpg)
11
respon individu pada semua objek daan situasi yang berkaitan dengannya
(Widyatun, 1999).
Sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan
untuk bertindak sesuai dengan sikap, jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu
hal, tidak ada sikap tanpa objek. (Purwanto, 1999).
2.2.2 Komponen Sikap
1. Komponen efektif
Komponen ini dihubungkan dengan perasaan dan emosi tentang sese-
orang atau sesuatu.
2. Komponen Kognitif
Sikap tentunya mengandung pemikiran atau keperawatan tentang sese-
orang/objek.
3. Komponen prilaku
Sikap terbentuk dari tingkah laku seseorang dan perilakunya.
( Niven,2002 )
2.2.3 Tingkatan Sikap
2.2.3.1 Menerima (Receiving)
Menerima diartikan subjek mau memperhatikan stimulus yang
diberikan.
2.2.3.2 Menghargai (Valuing)
![Page 12: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/12.jpg)
12
Mengajak orang lain mengerjakan dan mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah.
2.2.3.3 Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan.
2.2.3.4 Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko.
( Notoadmodjo,2003 ).
2.2.4 Ciri-Ciri Sikap
Menurut Purwanto (1999) ciri-ciri adalah sebagai berikut:
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk ber-
dasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu
dalam hubungan dengan objek.
2. Sikap dapat berubah-rubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk
itu sehingga dapat dipelajari.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek
sikap.
4. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekum-
pulan/banyak objek.
5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.
![Page 13: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/13.jpg)
13
6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membe-
dakan dengan pengetahuan.
Sikap dapat bersifat positif dan negatif. Dalam sikap positif
kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan objek
tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terhadap kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu. (Purwanto, 1999).
2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
1. Faktor internal
Faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti
selektifitas.
2. Faktor eksternal
Faktor yang merupakan berasal dari luar manusia yaitu sifat objek
yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan
sesuatu pendapat.
2.3 Asma Bronkial
2.3.1 Pengertian Asma Bronkial
Asma merupakan penyakit saluran nafas yang ditandai oleh penyempitan
bronkus akibat adanya hiperreaksi terhadap sesuatu peransangan langsung / fisik
ataupun tidak langsung (Dahlan, 1998).
![Page 14: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/14.jpg)
14
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi
trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya
pengempitan luas saluran napas bagian bawah yang dapat berubah-ubah
derajatnya secara spontan atau dengan pengobatannya (Wahidayat, 2008).
Asma merupakan penyakit saluran napas yang ditandai oleh peningkatan
daya responsif percabangan trakea bronkial terhadap berbagai jenis stimulus.
Penyakit mempunyai manifestasi fisiologis berbentuk penyempitan yang meluas
pada saluran udara pernafasan yang dapat sembuh spontan atau sembuh dengan
terapi secara klinis ditandai oleh serangan mendadak dispnea, batuk serta mengi
penyakit ini bersifat episodik dengan eksoserbasi akut yang diselangi oleh periode
tanpa gejala.
2.3.2 Penyebab Terjadinya Asma Bronkial
Penyebab terjadinya Asma Bronkial menurut Widjaja (2002) adalah:
a. Debu di dalam rumah seperti debu dari kasur, kapuk, permadani, sofa,
pakaian yang disimpan lama dalam lemari, langit-langit rumah, dan
rokok.
b. Makanan, terutama jenis ikan laut, susu sapi, telur,dan coklat, makanan
pedas, dingin, bergetah, asin atau manis.
![Page 15: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/15.jpg)
15
c. Bulu binatang yang menempel di sofa, permadani, sprei atau tirai
(kelambu)
d. Perubahan cuaca dan kelembaban udara.
Menurut Mietha (2008), faktor penyebab asma diantaranya:
1) Golongan hisapan, seperti debu rumah dengan tugaunya, asap (rokok
dan obat nyamuk), kapuk, bulu binatang, kecoa (kotoran dan
serpihannya) dan minyak wangi
2) Golongan makanan, makanan yang dapat menjadi pencetus asma
seperti: kacang tanah, coklat, es, tomat, makanan dengan MSG
3) Infeksi saluran nafas, misalnya flu
4) Perubahan cuaca
5) Kegiatan jasmani, misalnya olah raga
6) Psikis, misalnya keadaan stress
2.3.3 Klasifikasi Asma Bronkial
Secara etiologi asma bronkial dibagi dalam tiga tipe yaitu:
a . Faktor Atropi atau ekstrinsik
Disebut juga asma alergi pada asma dewasa diatas 30 tahun sekitar 50%
yang alergi pada asma tipe alergi, ini jelas faktor alergen yang bertanggung jawab
![Page 16: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/16.jpg)
16
dan alergen tersebut ada lingkungan penderita dan masuk ke tubuh dengan
berbagai cara dan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a) Timbul pada masa anak
b) Pada famili ada yang menderita asma
c) Ada yang ekstrim pada waktu bayi
d) Sering menderita artritis
b. Asma tipe Non Atopi atau intrinsik
Pada golongan ini keluhan tidak ada hubungan dengan memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
a) Serangan timbul setelah dewasa
b) Pada keluarga tidak ada menderita asma
c) Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan
d) Ransangan stimulus psikis mempunyai peran untuk menimbulkan serangan
reaksi asma
e) Ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik
f) Perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan
keadaan yang peka bagi penderita
c. Asma Campuran (mixed)
![Page 17: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/17.jpg)
17
Pada golongan ini keluhan diperberat dari faktor-faktor intrinsik dan
ekstrinsik.
2.3.4 Tanda dan Gejala Asma Bronkial
Tanda dan Gejala Asma Bronkial menurut Widjaja (2002), yaitu:
a. Nafas berbunyi
b. Sesak nafas
c. Batuk
d. Nyeri dada
e. Tekanan nadi meningkat
f. Cemas/gelisah
g. Sianosis
2.3.5 Pola Serangan asma Bronkial
2.3.5.1 Pola selang-berselang
Asma yang terbanyak yaitu asma yang timbulnya jarang dan
serangannya ringan sekitar 75% penderita mempunyai tipe serangan asma
seperti ini. Serangan itu datang sampai tiga kali dalam setahun terutama
disebabkan oleh virus pada saluran pernafasan. Pencetus lain adalah
kegiatan jasmani yang berlebihan, polusi dan lain-lain. Tipe serangan ini
![Page 18: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/18.jpg)
18
dalam istilah kedokteran intermiten yaitu timbul selang berselang. Pada
saat tidak terserang asma, penderita tampak sehat seperti orang normal.
2.3.5.2 Asma Akut
Asma akut adalah asma yang timbul secara tiba-tiba dan sangat
berat. Gejala yang terbanyak ditemukan adalah sesak nafas daripada
mengeluarkan nafas. Beberapa penderita belum mengenal perubahan
obstruksi pada aliran udara dan tidak banyak mengeluh hingga mengalami
asma cukup berat. Mereka ini termasuk golongan yang amat beresiko dan
bila sesak juga tidak juga reda maka serangan asma disebut asmatikus.
2.3.5.3 Asma Kronik
Asma kronik terjadi pada penderita yang sering mendapat
serangan asma seolah-olah setiap minggu selalu ada keluhan seperti batuk
sesak dan terbangun tengah malam. Ada beberapa teori mengatakan tejadi
karena perubahan udara dingin berhubungan yang lama dengan debu
rumah dan kamar tidur,. Gejala bisa ringan dan bisa berat. Pada asma ini
perlu mendapat perhatian yang khusus.
![Page 19: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/19.jpg)
19
2.3.6 Pencegahan Serangan Asma Bronkial
1. Menghindari faktor pencetus
Penderita dan keluarga perlunya mengetahui apa penyebab,
pencegahan, dan perawatan serta bagaimana menghindari pencetus
serangan asma, dan inti dari preventif adalah menghindari alergen.
2. Relaksasi atau Kontrol Emosi
Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras, relaksasi fisik
dalam dan dibantu dengan latihan nafas.
2.3.7 Perawatan Asma Bronkial
Perawatan asma di rumah menurut Haryadi (2001) adalah:
a. Usahakan supaya penderita bertempat di kamar yang baik sirkulasi
udaranya.
b. Usahakan agar penderita menghindari segala sesuatu yang mungkin
menjadi penyebab penyakitnya itu.
c. Usahakan supaya penderita menghindari minuman yang mengandung
alkohol dan makanan yang mengandung lemak dan gula.
d. Usahakan agar penderita melatih pernafasan semampunya, minimal
saat pagi dan sore.
![Page 20: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/20.jpg)
20
e. Usahakan agar penderita dapat berjemur di pagi hari dan mandi air
hangat setiap hari.
f. Berilah air minum yang hangat bila penderita merasa haus.
g. Bila cuaca dingin gunakanlah baju yang tebal dan hangat. Bila perlu
kompres dengan botol yang berisi air panas , terutama pada bagian
dada dan punggungnya.
h. Anjurkan penderita supaya menghindari tekanan emosi dan perasaan
lelah. Usahakan agar tetap tenang dan jangan berlebihan dalam
mengungkapkan perasaan.
i. Penderita harus menghindari rokok.
j. Pada saat terjadi serangan yang lama, penghirupan uap air biasanya
akan membantu meringankan penderitaan, terutama bila diberi
benzoin tinctura.
2.4 Kerangka Konsep
Selama serangan asma mengakibatkan jalan nafas menjadi sempit,
penyempitan tersebut mengganggu keluar masuknya udara, selaput lendir bronkus
menjadi bengkak, produksi lendir jadi banyak dan kental sulit untuk dikeluarkan
sehingga penderita menjadi sesak.
![Page 21: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/21.jpg)
21
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya serangan asma seperti
faktor alergen, aktifitas fisik yang berlebihan, cuaca dan pencemaran serta faktor
psikologis. Penderita perlu mengetahui penyebab, pencegahan dan perawatan
waktu serangan terjadi faktor pengetahuan ini memegang peranan penting karena
penderita akan dapat melakukan perawatan. Jika memiliki pengetahuan tentang
asma maka penderita dapat melakukan perawatan, apabila terjadi serangan asma
di rumah.
Bagan kerangka konsep Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Penderita Asma Bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman
dapat dilihat pada bagian berikut ini:1. Pengetahuan penderita: Pengertian asma
bronkial Gejala-gejala asma
bronkial Penyebab asma
bronkial Pola serangan asma
bronkial Pencegahan asma
bronkial Perawatan asma
bronkial
2.Sikap penderita terhadap asma bronkial
Tingkat pengetahuan:
Baik Sedan
g Kuran
g
Tingkat sikap
![Page 22: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/22.jpg)
22
2.5 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Skala Alat
UkurHasil Ukur
![Page 23: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/23.jpg)
23
1.
2.
Pengetahuan
Sikap
Hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang
melakukan penginderaan
terhadap penyakit asma
bronkial yaitu :
1. Pengertian asma
bronkial
2. Penyebab asma
bronkial
3. Klasifikasi asma
bronkial
4. Tanda dan Gejala
asma bronkial
5. Pola serangan asma
bronkial
6. Pencegahan serangan
asma bronkial
7. Perawatan asma
bronkial
Respon penderita ter-
hadap asma bronkial
Ordinal
Ordinal
Kuesioner
Kuisioner
Baik 76-100%
Sedang 60-75%
Kurang < 60%
Positif
X mean
Negatif
X ≤ mean
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
![Page 24: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/24.jpg)
24
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang di dalamnya tidak ada
analisis hubungan antar variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat
umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa, dimana,
dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Hidayat, 2007).
Dengan metode deskripsi ini dapat diperoleh Gambaran Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Penderita tentang Asma Bronkial di Wilayah Kerja
Puskesmas Padusunan Kota Pariaman Tahun 2009.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan
Kota Pariaman. Penelitian ini dilakukan karena pada Wilayah Kerja Puskesmas
Padusunan Kota Pariaman tingkat prevalensinya tinggi. Penelitian ini dilakukan
mulai dari tanggal 5 April - 5 Juni 2009.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau keseluruhan
bahan yang diteliti. (Notoatmodjo, 2005).
Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang
menderita asma di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman yang
berjumlah 68 orang.
3.3.2 Sampel
22
![Page 25: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/25.jpg)
25
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara total sampling
dimana seluruh populasi dapat dijadikan sampel. Adapun pengambilan total
sampling mulai dari bulan 5 April - 5 Juni 2009.
Adapun kriteria sampel yaitu :
1. Menderita asma
2. Bersedia menjadi responden
3. Bisa membaca dan menulis
3.4 Sumber Data
Cara pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari beberapa
sumber, diantaranya:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara menanyakan langsung pada
objek yang diteliti (Responden).
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari petugas kesehatan di Puskesmas
Padusunan dan Dinas Kesehatan Kota Pariaman.
Jadi sesuai dengan jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini maka
sumber data yang diperoleh dari penderita yang mempunyai masalah penyakit
asma bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
![Page 26: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/26.jpg)
26
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan angket. Alat dalam pengumpulan data ini adalah
kusioner yang disusun berupa daftar pertanyaan. Menurut Arikunto (1993)
mengatakan bahwa angket sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pengetahuan atau hal-hal
yang dapat diketahui. Angket disebarkan paada responden kemudian diisi oleh
responden. Semua angket yang telah diisi dikumpulkan kembali oleh peneliti.
3.6 Teknik Analisa data
3.6.1 Variabel Pengetahuan
Analisa data dilakukan setelah data terkumpul. Data tersebut
diklasifikasikan menurut variabel yang diteliti dan data diolah secara manual.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden lebih dahulu dibuat kunci
jawaban pada setiap item pertanyaan. Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan salah
diberi nilai 0. Kemudian dilakukan analisa data menurut Arikunto (2002) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
= Jumlah persentase yang dicari
= Jumlah frekuensi nilai jawaban yang benar
![Page 27: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/27.jpg)
27
= Jumlah seluruh item soal atau nilai
Hasil yang masuk dalam perhitungan persentase, dimasukan ke dalam
kriteria standar obyektif , yaitu berdasarkan kriteria teori dari setiap aspek dan
kriteria standar kualitatif sebagai berikut :
Baik : Bila didapatkan hasil 76 – 100%
Cukup : Bila didapatkan hasil 60 – 75 %
Kurang : Bila didapatkan hasil < 60 %
( Arikunto, 2002)
3.6.2 Variabel Sikap
Variabel sikap diukur dengan menggunakan skala likert yang dijabarkan
menjadi komponen yang dapat diukur. Jawaban setiap item menjadi 4 alternatif,
masing-masing diberi nilai untuk sikap positif adalah Sangat Setuju (SS) nilai 4,
Setuju (S) nilai 3, Tidak Setuju (TS) nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) nilai 1.
Untuk pernyataan ysng negatif dinyatakan dalam Sangat Setuju (SS) nilai 1,
Setuju (S) nilai 2, Tidak Setuju (TS) nilai 3, Sangat Tidak Setuju (STS) nilai 4.
Dari tiap item pernyataan dianalisa secara Univariat, kemudian data
diinterpretasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
= Nilai rata-rata
= Hasil penjumlahan nilai observasi
![Page 28: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/28.jpg)
28
= Jumlah observasi mean
Selanjutnya hasil skor total responden dibandingkan dengan skor mean
dengan interpretasi sebagai berikut :
X > Mean = sikap positif
X ≤ Mean = sikap negatif
( Budiman Chandra, 1995 ).
3.7 Teknik Pengolahan Data
3.7.1 Pengolahan data
Dilakukan secara manual dan komputerisasi dengan langkah–langkah
sebagai berikut :
3.7.1.1 Pemeriksaan Data ( Editing)
Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa setiap kuesioner
berkaitan dengan kelengkapan dan kejelasan dari responden.
3.7.1.2 Pengkodean Data ( Coding)
Memberikan kode pada setiap informasi yang telah terkumpul pada
setiap pertanyaan dalam kuesioner untuk memudahkan pengolahan
data.
3.7.1.3 Pemasukan Data ( Entry)
Memproses agar data dapat di analisa dengan cara memindahkan
data dari kuesioner ke master tabel.
3.7.1.4 Pembersihan Data ( Cleaning )
Pengecekan kembali data yang telah dimasukan kedalam master
tabel atau di entry kedalam komputer untuk melihat apakah ada
![Page 29: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/29.jpg)
29
kesalahan atau tidak. Pengecekan data dilakukan dengan cara
distribusi frekuensi dari variabel yang ada.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
![Page 30: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/30.jpg)
30
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Padusunan Kota Pariaman tanggal 5 April – 5 Juni tahun 2009 dengan jumlah
responden yang sebanyak 68 orang yang disajikan dalam bentuk tabel berikut :
4.1.1 Gambaran Umum Responden
4.1.1.1 Tingkat Umur Responden
Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Padusunan Kota PariamanTahun 2009
NO Umur Frekuensi Persentase1.2.3.4.
6 – 12 tahun13 – 18 tahun19 – 59 tahun≥ 60 tahun
1023127
14,82,945,639,7
Jumlah 68 100 %
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 68 responden yang diteliti
didapat tingkat umur yang terbanyak adalah 19 - 59 tahun yaitu 31
responden (45,6%)
4.1.1.2 Tingkat pendidikan responden
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota PariamanTahun 2009
27
![Page 31: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/31.jpg)
31
NO Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase12345
Tidak tamat SDSDSMPSMAPT
141913139
20,628
19,119,113,2
Jumlah 68 100%
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bawah dari 68 responden yang diteliti,
tingkat pendidikan terbanyak adalah SD yaitu 19 orang (28%)
4.1.1.3 Pekerjaan responden
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaandi Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman
Tahun 2009
NO Pekerjaan Frekuensi Persentase123456
PelajarPNSPetaniIbu Rumah TanggaPensiunanWiraswasta
127915520
17,610,313,222,27,329,4
Jumlah 68 100%
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bawah dari 68 responden yang diteliti,
pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta yaitu 20 orang (29,4%)
4.1.2 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Asma Bronkial
4.1.2.1 Pengertian Asma Bronkial
Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
RTentang Pengertian Asma Bronkial di Wilayah KerjaPuskesmas Padusunan Kota Pariaman
![Page 32: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/32.jpg)
32
Tahun 2009
NO Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
1.2.3.
BaikSedangKurang
46-
22
67,65-
32,35
Jumlah 68 100 %
Pada tabel 4.4 didapatkan tingkat pengetahuan responden adalah
baik yaitu 46 responden (67,65%) mengetahui tentang pengertian Asma
Bronkial
4.1.2.2 Penyebab Asma Bronkial
Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tentang Penyebab Asma Bronkial di Wilayah KerjaPuskesmas Padusunan Kota Pariaman
Tahun 2009
NO Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
1.2.3.
BaikSedangKurang
39236
57,3533,828,83
Jumlah 68 100 %
Pada tabel 4.5 didapatkan tingkat pengetahuan responden adalah
baik yaitu 39 responden (57,35%) mengetahui tentang penyebab Asma
Bronkial.
4.1.2.3 Klasifikasi Asma Bronkial
Tabel 4.6Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tentang Klasifikasi Asma Bronkial di Wilayah Kerja
![Page 33: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/33.jpg)
33
Puskesmas Padusunan Kota PariamanTahun 2009
NO Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
1.2.3.
BaikSedangKurang
231233
33,8317,6448,53
Jumlah 68 100 %
Pada tabel 4.6 didapatkan tingkat pengetahuan responden adalah
kurang yaitu 33 responden (48,53%) kurang mengetahui tentang
klasifikasi Asma Bronkial
4.1.2.4 Tanda dan Gejala Asma Bronkial
Tabel 4.7Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Responden tentang Tanda dan Gejala Asma Bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman
Tahun 2009
NO Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
1.2.3.
BaikSedangKurang
143321
20,5948,5330,88
Jumlah 68 100 %
Pada tabel 4.7 didapatkan tingkat pengetahuan responden adalah
sedang yaitu 33 responden (48,53%) mengetahui tentang tanda dan
gejala Asma Bronkial.
4.1.2.5 Pola serangan Asma Bronkial
Tabel 4.8
![Page 34: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/34.jpg)
34
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pola Serangan Asma Bronkial di Wilayah Kerja
Puskesmas Padusunan Kota PariamanTahun 2009
NO Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
1.2.3.
BaikSedangKurang
31649
4,4123,5372,06
Jumlah 68 100 %
Pada tabel 4.8 didapatkan tingkat pengetahuan responden adalah
kurang yaitu 49 responden (72,06%) kurang mengetahui tentang pola
serangan Asma Bronkial
4.1.2.6 Pencegahan Asma Bronkial
Tabel 4.9Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Asma Bronkial di Wilayah Kerja
Puskesmas Padusunan Kota PariamanTahun 2009
NO Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
1.23.
BaikSedangKurang
82733
11,7639,7148,53
Jumlah 68 100 %
Pada tabel 4.9 didapatkan tingkat pengetahuan responden adalah
kurang yaitu 33 responden (48,53%) kurang mengetahui tentang
pencegahan Asma Bronkial.
4.1.2.7 Perawatan Asma Bronkial
![Page 35: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/35.jpg)
35
Tabel 4.10Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Responden Tentang Perawatan Asma Bronkial di Wilayah KerjaPuskesmas Padusunan Kota Pariaman
Tahun 2009
NO Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
1.23.
BaikSedangKurang
202325
29,4133,8236,77
Jumlah 68 100 %
Pada tabel 4.10 didapatkan tingkat pengetahuan responden adalah
kurang yaitu 25 responden (36,77%) kurang mengetahui tentang
perawatan Asma Bronkial.
4.1.2.8 Pengetahuan Responden secara umum tentang Asma Bronkial
Tabel 4.11Distribusi Frekuensi Responden Secara Umum Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan tentang Asma Bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman
Tahun 2009
Pada tabel 4.11, dapat dilihat bahwa dari 68 orang responden
sebagian besar memiliki pengetahuan sedang tentang asma bronkial
secara umum, yaitu 26 responden ( 38,24% ).
4.1.3 Gambaran Sikap Responden Tentang Penyakit Asma Bronkial
Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Baik 19 27,94Sedang 26 38,24Kurang 23 33,82Jumlah 68 100
![Page 36: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/36.jpg)
36
Tabel 4.12Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap tentang Asma Bronkial
di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota PariamanTahun 2009
NO
SikapFrekuensi %
1 Positif 36 52,92 Negatif 32 47,1
Jumlah 68 100
Dari table 4.12, dapat dilihat bahwa dari 68 orang responden memiliki
sikap positif terhadap penyakit Asma Bronkial adalah 36 orang (52,9%).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Umum Reponden
Pada penelitian ini responden adalah penderita asma bronkial yang tinggal
di wilayah kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman yang berjumlah 68 orang.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 5 April – 5 Juni
di wilayah kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman diperoleh data sebagian
besar penderita asma adalah yang berumur antara 19 – 59 tahun.
4.2.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita tentang Asma Bronkial di
Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman
4.2.2.1 Pengertian
Pada tabel 4.4 mengenai tingkat pengetahuan responden tentang
pengertian asma bronkial diperoleh data yaitu sebanyak 46 responden (67,65%)
mempunyai tingkat pengetahuan baik.
Menurut Wahidayat (1985), pengertian Asma Bronkial adalah penyakit
dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus oleh berbagai
macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan dua saluran nafas bagian
![Page 37: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/37.jpg)
37
bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan
pengobatannya.
Tingkat pendidikan responden memegang peranan cukup tinggi terhadap
kemampuan responden dalam memahami tentang asma bronkial. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, tingkat pendidikan tentang pengertian asma
bronkial tergolong baik karena responden sering mendapatkan informasi yang
bersumber dari media cetak, media elektronik dan penyuluhan dari petugas
Puskesmas tentang pengertian asma bronkial.
4.2.2.2 Penyebab
Pada tabel 4.5 mengenai tingkat pengetahuan klien tentang penyebab asma
bronkial di peroleh data sebanyak 39 responden (57,35%) dengan tingkat
pengetahuan baik.
Penyebab dari asma bronkial menurut Mietha (2008), yaitu terdiri dari
beberapa golongan, diantaranya: golongan hisapan (debu, asap, bulu binatang),
golongan makanan (es, makanan yang mengandung MSG, coklat), infeksi saluran
nafas, perubahan cuaca, kegiatan jasmani dan psikis.
Tingginya pengetahuan responden tentang penyebab dari asma bronkial
adalah karena responden mengerti dan memahami bahwa asma bronkial
disebabkan oleh terkontaminasinya penderita dengan hal-hal yang dapat
menimbulkan alergi. Debu, perubahan cuaca dan aktifitas yang terlalu berat
adalah hal yang paling sering memicu timbulnya serangan asma pada penderita.
4.2.2.3 Klasifikasi
![Page 38: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/38.jpg)
38
Pada tabel 4.6 mengenai tingkat pengetahuan tentang klasifikasi asma
bronkial diperoleh data yaitu sebanyak 33 responden (48,53%) memiliki
pengetahuan kurang baik.
Menurut Mietha (2008), asma bisa diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu:
tipe ekstrinsik (dipengaruhi oleh faktor alergen yang berasal dari luar tubuh), tipe
intrinsik (disebabkan oleh ransangan psikis, aktifitas fisik yang terlalu berat) dan
tipe mixed yang merupakan gabungan dari tipe ekstrinsik dan intrinsik.
Masih kurangnya pemahaman responden tentang klasifikasi asma bronkial
disebabkan oleh responden kurang mendapatkan informasi yang jelas mengenai
klasifikasi asma bronkial. Informasi yang diperoleh hanya terbatas pada
pembahasan asma secara umum, tidak menjelaskan secara spesifik tentang
klasifikasi asma. Pada dasarnya penyakit ini diklasifikasikan berdasarkan
penyebab serangan. Biasanya pada tipe asma yang dipicu oleh lingkungan, faktor
alergen sangat mendominasi. Pada tipe asma yang berasal dari dalam, aktifitas
fisik yang terlalu berat dan stress dapat menimbulkan serangan asma.
4.2.2.4 Tanda dan Gejala
Berdasarkan tabel 4.7 mengenai tingkat pengetahuan tentang tanda dan
gejala asma bronkial diperoleh data yaitu sebanyak 33 responden (48,53%)
memiliki pengetahuan sedang.
Menurut Widjaja. M.C (2002), mengetahui tentang asma bronkial ini
adalah nafas berbunyi, sesak nafas, batuk, nyeri dada, tekanan darah meningkat,
gelisah, dan sianosis.
![Page 39: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/39.jpg)
39
Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebagian responden sudah cukup
memahami tanda dan gejala asma bronkial. Serangan asma bronkial pada
penderita menunjukkan tanda dan gejala yang paling khas yaitu sesak nafas dan
nafas yang berbunyi menciut. Penderita biasanya mengalami hal tersebut setelah
kontak dengan yang memicu alergi.
4.2.2.5 Pola Serangan
Pada tabel 4.8 mengenai tingkat pengetahuan tentang pola serangan asma
bronkial diperoleh data yaitu 49 responden (72,06%) dengan tingkat pengetahuan
kurang.
Pola serangan asma bronkial menurut Widjaja.M.C yaitu pola serangan
selang berselang (asma yang timbulnya jarang dan serangannya ringan, biasanya
disebabkan oleh virus saluran pernafasan), asma akut (asma yang timbul secara
mendadak dan serangannya sangat berat), dan asma kronik (asma yang sudah
menahun yang menyebabkan penderita sering sekali kambuh, gejala yang
ditimbulkan bisa berat dan bisa pula ringan).
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden belum memahami tentang pola serangan asma bronkial. Karena pada
penderita asma biasanya muncul secara mendadak dan tingkat keparahannyapun
berbeda sesuai dengan hal yang memicu serangan asma tersebut. Sedangkan
penyakit asma yang sudah menahun menyebabkan penderita lebih sering
merasakan serangan walaupun tingkat keparahannya bervariasi. Berbeda dengan
seragan asma akut, muncul secara tiba-tiba dan biasanya sangat berat.
![Page 40: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/40.jpg)
40
4.2.2.6 Pencegahan
Pada tabel 4.9 mengenai tingkat pengetahuan tentang pencegahan
asma bronkial diperoleh data yaitu sebanyak 33 responden (48,53%) tingkat
pengetahuan kurang.
Pencegahan serangan asma bronkial menurut Widjaja.M.C yaitu dengan
cara menghindari faktor pencetus yaittu hal-hal yang dapat menyebabkan alergi
(misalnya debu, makanan, perubahan cuaca), relaksasi fisik (nafas dalam) dan
menghindari stress serta mengontrol emosi.
Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang pencegahan asma bronkial masih sangat kurang. Hal tersebut dikarenakan
responden kurang mendapatkan informasi yang jelas tentang cara mencegah agar
serangan asma tidak terjadi. Padahal penderita asma dapat mencegah timbulnya
serangan dengan menghindari hal-hal yang membuat alergi serta tidak membebani
fisik dengan aktifitas yang terlalu berat serta stress. Jika penderita tidak mampu
mengontrol, maka serangan asma akan lebih sering muncul.
4.2.2.7 Perawatan
Pada tabel 4.9 mengenai tingkat pengetahuan tentang pencegahan asma
bronkial diperoleh data yaitu 25 responden (38,23%) tingkat pengetahuan kurang.
Perawatan Asma Bronkial menurut Haryadi Slamet (2001) yaitu usaha
agar penderita menghindari segala sesuatu yang mungkin menjadi penyebabnya,
menghindari minuman yang mengandung alkohol, menghindari rokok, berilah air
minum yang hangat bila penderita haus dan menggunakan baju tebal jika cuaca
dingin.
![Page 41: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/41.jpg)
41
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden kurang memahami
cara perawatan asma yang baik. Informasi yang kurang jelas serta kurangnya
kedisiplinan dan pengawasan menyebabkan perawatan terhadap asma tidak
optimal. Respondenpun menyadari bahwa menjadi kendala adalah bagaimana
merawat agar asma tetap terkontrol. Perawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi timbulnya serangan asma sebenarnya tidaklah sulit. Penderita dapat
menggunakan baju tebal saat cuaca dingin, meminum minuman hangat saat
penderita haus dan mencoba untuk berhenti merokok. Selain itu penderita asma
juga bisa berlatih melakukan gerakan-gerakan ringan untuk melatih otot
pernafasan. Dan hal yang tidak boleh dilupakan tentu saja konsumsi obat dan
kontrol ke pusat pelayanan kesehatan secara teratur.
4.2.3 Sikap
Pada penelitian yang dilakukan, dari 68 responden yang memiliki sikap
positif berjumlah 36 orang (59,02%) tentang asma bronkial.
Berdasarkan analisis fungsi dari sikap, menurut Katz (1994), sikap dapat
berfungsi sebagai penyesuaian karena sikap yang diambil seseorang, orang
tersebut akan dapat menyesuaikan diri secara baik terhadap sekitarnya, dengan
sikap tersebut orang yang bersangkutan akan mudah diterima oleh kelompoknya.
Pada penelitian ini jumlah responden yang memiliki sikap positif lebih
tinggi sedangkan tingkat pengetahuan responden termasuk dalam kategori sedang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa terbentuknya perilaku
baru yaitu sikap dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek atau individu
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek
![Page 42: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/42.jpg)
42
diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada induvidu tersebut
sehingga akan terbentuk respon bathin dalam bentuk sikap individu terhadap
objek yang diketahui dan didasari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon
lebih jauh lagi berupa tindakan (action) nantinya terhadap stimulus itu.
![Page 43: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/43.jpg)
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa tingkat pengetahuan dan sikap penderita tentang asma bronkial di wilayah
kerja Puskesmas Padusunan tahun 2009
5.1.1 Sebanyak 46 responden (67,65 %) memiliki pengetahuan baik
tentang pengertian asma bronkial
5.1.2 Sebanyak 39 responden (57,35%) memiliki pengetahuan baik
tentang penyebab asma bronkial
5.1.3 Sebanyak 33 responden (48,53%) memiliki pengetahuan
kurang tentang klasifikasi asma bronkial
5.1.4 Sebanyak 33 responden (48,53%) memiliki pengetahuan
sedang tentang tanda dan gejala asma bronkial
5.1.5 Sebanyak 49 responden (72,06%) memiliki pengetahuan
kurang tentang pola serangan asma bronkial
5.1.6 Sebanyak 33 responden (48,53%) memiliki pengetahuan
kurang tentang pencegahan asma bronkial
5.1.7 Sebanyak 25 responden (36,77%) memiliki pengetahuan
kurang tentang perawatan asma bronkial
5.1.8 Sebanyak 36 responden (59,02%) memiliki sikap positif
tentang asma bronkial
![Page 44: KTI Abhix (asma)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062513/5571fabb497959916992f3d3/html5/thumbnails/44.jpg)
44
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Petugas Kesehatan Puskesmas Padusunan
Diharapkan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan
informasi dan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya penderita Asma
Bronkial secara menyeluruh mulai dari pengertian, penyebab, klasifikasi,
tanda dan gejala, pola serangan, pencegahan dan perawatan yang tepat.
5.2.2 Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat, apabila ada anggota keluarga yang
menderita Asma Bronkial agar dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
dan mengontrol pengobatan Asma Bronkial secara teratur.
5.2.3 Bagi Penderita Asma Bronkial
Diharapkan bagi penderita lebih meningkatkan sikap terhadap penyakit
Asma Bronkial ke arah yang lebih baik dan menghindari hal-hal yang
dapat memicu timbulnya serangan asma.
5.2.4 Bagi Peneliti Lainnya
Sebagai dasar peneliti selanjutnya dan bidang pelayanan perawatan
khususnya yang terkait dengan perawatan penderita asma bronkial