kristus sang pemelihara lingkungan hidup kajian eko
TRANSCRIPT
Kristus Sang Pemelihara Lingkungan Hidup
Kajian Eko-Kristologi Terhadap Pemahaman Jemaat GKJTU Sumunar
Krangkeng Kab. Semarang Tentang Kristus Sang Pemelihara Lingkungan
Hidup
Oleh
Rani Natalia Br Sitorus
712014033
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi
disusun sebagai salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Sains Teologi
(S.Si, Teol)
Program Studi Teologi
Fakultas Teologi
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
2020
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Dalam tradisi Kristen Protestan, Allah diyakini sebagai pencipta langit dan
bumi. Allah menciptakan langit dan bumi berlangsung enam hari lamanya dan
pada hari yang ketujuh Allah beristirahat. Serupa dengan itu, teologi penciptaan
juga menyakini bahwa seluruh alam semesta ini diciptakan oleh Allah seperti
tertera dalam kitab suci Kristen. Seperti dalam kitab Kejadian 1:1-31 – 2:1-4a dan
kejadian 2:4b-25 diceritakan bahwa alam semesta ini tidak terjadi begitu saja,
tetapi diciptakan oleh Allah.1
Allah tidak hanya dikenal sebagai pencipta alam semesta tetapi juga
dikenal sebagai pemelihara alam semesta. Dalam proses pemeliharaan alam
semesta, Allah bekerja sama dengan ciptaan lainnya yaitu manusia. Manusia
adalah makhluk yang dirancang secara khusus oleh Allah untuk menjaga dan
memelihara ciptaan-Nya, meskipun manusia tidak lebih tinggi atau memiliki
otoritas dari ciptaan lainnya.2 Manusia diberi tanggung jawab oleh Allah dengan
keutamaan mengurus bumi dan ciptaan lainnya sebagaimana yang dilakukan oleh
Allah sendiri.3 Dalam mengurus dan memelihara lingkungan hidup, manusia
harus memiliki kepekaan dan rasa tanggung jawab yang penuh terhadap
lingkungan hidup.4 Kepekaan yang dimulai dari rasa keperihatinan terhadap
kerusakan alam lalu berusaha untuk mencegah kerusakan alam tersebut dengan
cara melestarikan dan memelihara lingkungan hidup.
Namun pada kenyataannya manusia yang diberi tanggung jawab untuk
memelihara lingkungan hidup tersebut malah menjadi akar kerusakan lingkungan
hidup. Menurut data yang diperoleh penulis, sebagian besar kerusakan lingkungan
hidup terjadi karena kepentingan ekonomi manusia. Sebagian manusia
mengeksploitasi kawasan-kawasan produktif, seperti hutan-hutan dibabat,
1 Kasumbogo Untung dan Dwi Warsito Nugroho, Gereja & Kelestarian Lingkungan Hidup
(Yogyakarta: Kanisius, 2015), 84. 2 Ebenhaizer I Nuban Timo, Polifonik Bukan Monofonik (Salatiga: Satya Wacana
University Press, 2015), 105. 3 Louis Leahy, Horizon Manusia dan Pengetahuan ke Kebijaksanaan (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), 80. 4 Sony Keraf, Filsafat Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Kanisius, 2014), 125.
membuang limbah pabrik dengan sembarangan, membuka pertambangan dengan
menyingkirkan aspek keamanan ekologi dan lain-lain.5 Hal tersebut terjadi karena
cara pandang beberapa manusia yang cenderung bersifat anroposentris, dimana
beberapa manusia menganggap makhluk hidup selain manusia hanyalah sekedar
alat dan tidak mempunyai nilai.6 Jadi, dapat dikatakan salah satu kerusakan
lingkungan hidup akibat pola pikir antroposentrisme.
Antroposentrisme yang menjadi pola pikir mendasar perlu diubah untuk
mengatasi persoalan lingkungan hidup. Untuk mengubah pola pikir tentang alam
semesta tidak lain adalah cara pandang yang memahami alam semesta sebagai
sebuah sistem yang holistik atau sebagai sistem yang saling terhubung.7 Menurut
Sudhiarsa, antroposentrisme adalah wujud atau bentuk penolakan terhadap
keberadaan Allah.8 Secara langsung pernyataan dari Sudhiarsa ini menegaskan
pentingnya peranan keagamaan untuk mengingatkan kembali posisi manusia
sebagai bagian ciptaan. Jadi perubahan pola pikir antroposentrisme dapat dilihat
dari pemahaman terhadap semesta secara menyeluruh dan mengembalikan
kesadaran manusia sebagai ciptaan Allah.
Kehadiran gereja di tengah-tengah dunia ini tentunya memiliki peran
untuk terlibat dalam setiap pemecahan masalah-masalah yang ada dan salah
satunya masalah lingkungan hidup yang tak lepas dari Allah sebagai pencipta dan
pemelihara dunia.9 Selaras dengan itu, Kwok Pui-lan juga berpendapat bahwa
gereja merupakan tempat untuk belajar arti perjanjian penyelamatan Allah yang
meluas ke seluruh ciptaan dan gereja haruslah menjadi wadah pembawa damai
bagi seluruh ciptaan karena janji Allah untuk menyelamatkan semua ciptaan,
salah satunya lingkungan hidup dengan dimensi eco-sentris yang terdapat dalam
Alkitab.10
5 Lukas Awi Tristanto, Panggilan Melestarikan Alam Ciptaan (Yogyakarta: Kanisius,
2015), 43. 6 Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup (Jakarta: Kompas, 2010), 55. 7 Keraf, Filsafat Lingkungan Hidup, 70. 8 Raymundus Sudhiarsa, Menyapa Bumi menyembah Hyang Ilahi: Tinjauan teologis atas
Lingkungan Hidup (Yogyakarta: kanisius 2008), 184. 9 Presbyterian Eco-Justice Task Force, Keeping and Healing the Creation (U. S. A:
Louisville, 1990), 43. 10 Kwok Pui-Lan, Ecology and Christology (Los Angeles: Sage Publication, 2018), 211.
Pada penelitian ini penulis melihat salah satu gereja yang menjadi wadah
untuk belajar menjaga dan memelihara lingkugan hidup yaitu GKJTU Sumunar
Krangkeng Kab. Semarang. Gereja tersebut memiliki visi “Menjadi Komunitas
Penyembuh, Pembaharu dan Pelestari kehidupan”. Melalui visi tersebut GKJTU
Sumunar Batur-Krangkeng, bercita-cita ingin membangun lingkungan desa
mereka menjadi Desa Eden yang mana seluruh ciptaan dapat hidup dengan
nyaman dan tentram. Dalam mencapai visi tersebut, gereja melakukan beberapa
program: pertama, mengajak seluruh jemaat untuk mengumpulkan dan
memisahkan sampah organik dan an-organik. Kedua, mengajarkan dan mengajak
jemaat untuk membuat tempat sampah dari barang bekas. Ketiga, mengajarkan
dan mengajak jemaat untuk membuat pupuk organik. Keempat, mengajak jemaat
untuk menggunakan pupuk organik dalam bertani. Kelima, mengajarkan dan
membuat kerajinan tangan dari sampah an-organik. Keenam, pada minggu kedua
mewajibkan seluruh jemaat untuk tidak menggunakan kendaraan baik mobil
maupun sepeda motor untuk pergi ke gereja. Ketujuh, menanam seribu pohon
disekitar pemukiman desa. Kedelapan, setiap sebulan sekali remaja gereja
bergotong royong mengumpulkan sampah-sampah yang dibuang di sekitaran
lingkungan desa.
Melalui visi dan misi GKJTU Sumunar Krangkeng Kab. Semarang
menjadikan alasan utama penulis menjadikan tempat ini sebagai unit amatan.
Karena GKJTU Sumunar Krangkeng Kab. Semarang mampu membuktikan
sebagai umat Kristen yang menjadi gambaran Kristus sebagai pemelihara
lingkungan hidup, serta dapat mempertanggung jawabkan tugas tanggung jawab
yang diterima dari Allah.
1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan
Adapun yang menjadi titik fokus permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah apa pemahaman-pemahaman jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng Kab.
Semarang tentang Kristus pemelihara lingkungan hidup dan bagaimana kajian
Eko-Kristologi tentang Kristus Sang pemelihara lingkungan hidup menurut jemaat
GKJTU Sumunar Krangkeng Kab. Semarang Kec. Getasan. Berdasarkan rumusan
masalah tersebut yang menjadi tujuan penelitian adalah melakukan analisis
terhadap pemahaman-pemahaman jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng Kab.
Semarang tentang Kristus Sang Pemelihara Lingkungan Hidup dan melakukan
kajian Eko-Kristologi tentang Kristus Sang pemelihara lingkungan hidup menurut
jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng Kab. Semarang.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ialah yang pertama untuk memberikan
sumbangan pemikiran ilmiah bagi para pembaca khususnya dibidang Kristologi
dan Eko-Kristologi. Kedua, memberikan pemahaman yang baru bahwa Kristus
bukan saja bagian dari terciptanya lingkungan hidup melainkan juga turut dalam
memelihara lingkungan hidup. Ketiga, implikasi dari penelitan adalah mendorong
setiap gereja untuk peduli lingkungan hidup.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penulisan ini ialah penelitian
kualitatif yang pada dasarnya menggunakan data verbal dan kualifikasinya
bersifat teoritis. Metode penelitian kualitatif adalah sebuah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para
informan dan perilaku yang dapat diamati.11 Adapun teknik pengambilan atau
pengumpulan data yang penulis gunakan ialah wawancara terbuka menggunakan
jenis pertanyaan terencana dan menggunakan rekaman audio. Penulis memakai
teknik wawancara untuk menganalisis pokok-pokok bahasan melalui jawaban atau
informasi yang tidak terbatas dan mendalam dari berbagai perspektif yang
diberikan oleh informan. Bersamaan dengan melakukan wawancara, informasi
yang didapat dari responden dimuat dan disimpan dalam bentuk rekaman audio.
Rekaman audio dilakukan agar penulis dapat menangkap keseluruhan inti
pembicaraan dan informasi yang diberikan oleh informan.
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian sebanyak 2 kali, karena
pada penelitian pertama jumlah informan belum memadai kebutuhan penulis
sehingga dilakukan kembali penelitian yang kedua. Pada penelitian yang pertama
penulis melakukan penelitian kepada 8 informan dan pada penelitian yang kedua
11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakaria,
1998), 3.
penulis juga meneliti informan sebanyak 7 orang sehingga jumlah informan dalam
penelitian ini sebanyak 15 orang. Alasan penulis memilih 15 informan adalah,
dari ke 15 informan tersebut penulis sudah mendapatkan perwakilan dari setiap
kategorial persekutuan jemaat (Pendeta jemaat, majelis jemaat, kaum lansia, kaum
bapak, kaum ibu, kaum remaja, kaum anak dan jemaat berpendidikan sarjana).
Penelitian pertama penulis melakukan wawancara selama lima hari yakni pada
tanggal 14,15, 19, 20 dan 21 Oktober 2018. Hari pertama bersama dua informan,
hari kedua satu informan, hari ketiga dua informan, hari keempat satu informan
dan hari kelima dua informan di kediamannya masing-masing. Kemudian pada
penelitian yang kedua penulis melakukan penelitian kepada 8 orang informan
selama tiga hari yaitu pada tanggal 15, 21 dan 22 April 2019, hari pertama
bersama satu informan, hari kedua tiga orang informan dan hari ketiga 3 orang
informan di kediaman masing-masing.
Dalam penelitian ini penulis hanya menfokuskan kepada 15 Informan dari
153 Jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng yang terdiri dari, 1 orang Pendeta, 3
orang Majelis, 2 orang Kaum Lansia, 2 orang Kaum Bapa, 2 orang Kaum Ibu, 2
orang Pemuda/i, 1 orang kaum remaja dan 2 orang jemaat yang berpendidikan
sarjana. Data yang terkumpul akan digunakan sebagai bukti dalam menguji
kebenaran atau hipotesis, dalam pengolahan data tidak menggunakan perhitungan
matematik dengan berbagai macam rumus statistik. Pengolahan data dilakukan
secara rasional dengan menggunakan pola berpikir tertentu menurut hukum
logika.12 Selain itu dalam penelitian ini juga digunakan metode penelitian
deskriptif guna untuk mendeskripsikan pandangan jemaat GKJTU Sumunar
Krangkeng terhadap Kristus sebagai Sang Pemelihara Lingkungan Hidup dengan
menggunakan teknik pengumpulan data wawancara terhadap jemaat.13
1.5 Sistematika penulisan
Penulisan penelitian ini dideskripsikan dalam lima bagian. Pada bagian
yang pertama penulis memaparkan latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan penelitian, signifikansi (manfaat) penelitian dan sistematika
12 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1983), 32.
13 Sumardi Suryabarata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 18.
penulisan yang menjadi kerangka umum penulisan penelitian ini. Bagian kedua
memuat ajaran Kristen tentang Kristus sebagai pemelihara lingkungan hidup.
Bagian ketiga, memaparkan hasil penelitian berkaitan dengan tema Kristus Sang
Pemelihara Lingkungan Hidup menurut jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng.
Bagian keempat, berisi kajian Eko-Kristologi tentang pandangan jemaat GKJTU
Sumunar Krangkeng mengenai Kristus sebagai pemelihara lingkungan hidup dan
Bagian kelima berisikan kesimpulan dan saran.
2. Eko-Kristologi: Kristus sebagai Sang Pemelihara Lingkungan Hidup
dalam Ajaran Kristen
Dalam studi teologi, kesadaran lingkungan hidup membuat para teolog
berdialog tentang studi-studi lingkungan hidup. Para teolog sadar pada keadaan
serta problematika yang menjadi tantangan di Abab 21 ini. Maka tak heran akhir-
akhir ini makin beragamnya konstruksi-kontruksi teologis yang berakar dari
kesadaran problematika di Abad 21 dan satu di antaranya adalah lahirnya Eko-
Kristologi.
Eko-Kristologi yang lahir dari keprihatinan terhadap kondisi lingkungan
hidup makin marak dibicarakan di masa kini. Eko-kristologi lahir dari kesadaran
adanya keterhubungan antara Kristus dan lingkungan hidup. Untuk itu dalam
uraian ini penulis akan menguraikan apa itu Eko-kristologi, apa unsur-unsur di
dalamnya, dan terakhir penulis akan menutup bagian ini dengan tawaran sebuah
makna eko-kristologi, yakni Kristus sang pemelihara lingkungan hidup.
2.1 Eko-Kristologi
Istilah eko-Kristologi merupakan hal yang belum begitu populer di
kalangan umat kristiani. Secara umum eko-kristologi dipahami sebagai cabang
ilmu dari kristologi dan eko-Teologi yang mengajarkan tentang Kristus dan
lingkungan hidup. Langkah awal untuk memahami eko-Kristologi pembaca
terlebih dahulu harus memahami apa itu kristologi dan eko-Teologi. Kristologi
adalah ilmu pengetahuan tentang siapa Kristus14 sedangkan eko-Teologi adalah
14 Nico Syukur Dister OFM, Kristologi Sebuah Sketsa (Yogyakarta: Kanusius, 1987), 23.
epistemologi lingkungan yang mengkaji hubungan antara agama dan lingkungan
hidup.15
Eko-kristologi juga merupakan bentuk dari upaya komunitas Kristiani
yang peduli terhadap lingkungan hidup. Upaya tersebut terlihat dari adanya
penafsiran kembali sosok Yesus berkaitan dengan lingkungan hidup. Eko-
Kristologi memiliki potensi untuk memengaruhi cara berteologi, bergereja dan
bermasyarakat. Artinya eko-kristologi sangat dibutuhkan dalam perkembangan
kehidupan berteologi, bergereja dan bermasyarakat.
Dalam cabang ilmu kristologi dan eko-Teologi sangat dibutuhkan
gambaran yang utuh tentang hubungan antara Kristus dan lingkungan hidup.
Kristus digambarkan sebagai Pencipta yang melawat dan mencintai ciptaan-Nya,
jadi setelah Kristus menciptakan segala sesuatu Kristus juga turut dalam
memelihara dan merawat ciptaan-nya.16 Secara garis besar mau dikatakan bahwa
Kristus memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan hidup bukan hanya sebatas
Pencipta dengan ciptaan melainkan juga sebagai pemelihara ciptaan. Eko-
Kristologi membantu lingkungan hidup untuk mempertahankan kehidupannya dan
mengajak umat untuk memandang lingkungan hidup sebagai ciptaan yang harus
dipelihara selayaknya Kristus yang turut dalam memelihara lingkungan hidup.
Eko-Kristologi merupakan bentuk perjuangan yang dilakukan oleh orang-
orang Kristen. Perjuangan yang bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan
hidup, dengan memahami pribadi Yesus Kristus, membentuk dan merekontruksi,
serta mentransformasikan pemahamannya tentang manusia dan Tuhan dari
perspektif eko-Kristologi.
15 Fikri Mahzumi, Renungan Ekoteologi (ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman Vol. 12, No
2) (2018): 333. 16 Stephen Tong, Yesus Kristus Juruselamat Dunia (Surabaya: Momentum, 2004) 105.
2.2 Unsur-unsur Eko-Kristologi
Pada bagian ini penulis akan memaparkan unsur-unsur dari eko-Kristologi.
Unsur-unsur tersebut dapat terlihat dalam cakupan eko-Kristologi yang di
antaranya Kristologi, Ekologi dan eko-Teologi. Dalam ketiga cakupan ini penulis
akan membatasinya dalam dua aspek yakni Kristologi dan eko-Teologi.
Kesimpulan dari bagian penulis ini menunjukan hubungan antara kristologi dan
eko-Teologi dalam satu disiplin ilmu yakni eko-Kristologi.
2.2.1 Kristologi
Kristologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
Χριστός dan λόγος. Χριστός berarti "yang diurapi", kata ini digunakan sebagai
gelar untuk nama Yesus di dalam Perjanjian Baru.17Λόγος berarti ilmu
pengetahuan. Jadi kristologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
Kristus atau Yesus. Kristologi sendiri bukanlah ilmu yang berdiri sendiri tetapi
merupakan bagian bahkan sub-bagian dari Teologi khusunya di bidang Teologi
Sistematika. Pada umumnya Kristologi bertugas untuk merenungkan, menyelidiki
dan mengutarakan keyakinan beriman manusia bahwa Yesus dari Nazaret adalah
Kristus dan Tuhan.18 Selain itu, Kristologi tidak hanya membicarakan Yesus
Kristus melainkan juga pikiran umat tentang Yesus Kristus. Untuk itu Kristologi
dilihat sebagai refleksi sekunder dari refleksi umat beriman. Karena dengan iman
manusia dapat mencapai sasarannya untuk mengetahui dan memahami siapa
Yesus Kristus.19
2.2.2 Eko-Teologi
Eko-Teologi merupakan salah satu bidang studi teologi yang berkembang
saat ini. Eko-Teologi terdiri dari dua kata yaitu ekologi dan teologi. Ekologi
merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme-organisme dan hubungan antara organisme-organisme dengan
17 Gelar ini dirujuk dalam arti bahwa Yesus memiliki tiga bentuk ketuhanan, yaitu sebagai
Pencipta-Pemelihara dunia, sebagai Tuhan-Penebus gereja, dan sebagai raja atas seluruh dunia
pada akhir sejarah dunia. lihat Yusak B. Setyawan, Kristologi: Perkenalan, Pendalaman,
Pergumulan, (Bahan Kuliah Dalam Progres) (Salatiga: Fakultas Teologi UKSW, 2013), 62. 18 Dr. Nico Syukur Dister OFM, Kristologi Sebuah Sketsa (Yogyakarta: Kanusius, 1987),
23. 19 Gerald O‟Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 2006),
170.
lingkungannya.20 Teologi merupakan studi mengenai Allah.21 Secara harafiah
Eko-Teologi dapat diartikan sebagai epistemologi lingkungan yang berbasis pada
ilmu teologi. Eko-Teologi memberikan perhatian kepada persoalan lingkungan
hidup atau kepada bumi sebagai rumah bagi semua makhluk.22 Eko-Teologi juga
tidak berhenti pada persoalan epistemologi melainkan aksiologi yang menuntut
sebuah etika. Pada titik ini dapat dinyatakan bahwa eko-Teologi sebagai bagian
dari etika Kristen. Jadi secara keseluruhan eko-Teologi adalah sebuah bidang ilmu
yang membahas tentang bentuk epistemologi dan bentuk etika dari teologi
Kristen.
2.3 Eko-Kristologi: Hubungan antara Kristologi dan Eko-Teologi
Penjelasan kedua unsur-unsur di atas telah menggambarkan bahwa
kristologi dan eko-Teologi memiliki korelasi. Pertama dilihat dari orientasi eko-
Teologi untuk membentuk sebuah etika Kristen. Hal ini akan lebih dipertajam
apabila kajian terhadap Kristus menjadi inspirasi bangunan etika bagi komunitas
Kristen. Kedua kajian eko-Teologi yang juga berbicara pada aspek epistemologi
pada konteks Kristen pasti akan memiliki keterhubungan dengan pembicaraan
mengenai sosok Kristus sebagai bagian dari kajian. Hal ini serupa dengan
pernyataan Nuban Timo bahwa Eko-Teologi adalah percakapan mengenai
hubungan timbal-balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang
dihubungkan dengan iman kepada Allah di dalam Kristus.23
Kedua hal di atas yang menunjukkan korelasi antara Kristologi dan eko-
Teologi telah menunjukan sasaran dari eko-kristologi. Sasaran pertama dapat
dilihat dengan upaya dari eko-kristologi tentang bagaimana relasi Kristus dengan
lingkungan hidup. Hal ini sebagai catatan pencarian terhadap tawaran-tawaran
atau inspirasi etika lingkungan dari perenungan akan Kristus. Sasaran kedua dari
20 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2005), 182. 21 Teologi berasal dari dua kata “Teos berarti Allah/Tuhan/ Dewa & Logos berarti
Percakapan/Ilmu Pengetahuan/Studi. Ebenhaizer I Nuban Timo, Seribu Wajah Mengcengangkan
Bagi Allah (Menyelam ke Samudera God-Talk Kristen (Hand Out dan Bahan Ajar Pengantar Ilmu
Teologi (Salatiga: Fakultas Teologi UKSW)), 177. 22 Fikri Mahzumi, Renungan Ekoteologi (ISLAMICA: Jurna Studi Keislaman Vol. 12, No
2. 2018), 333. 23 Ebenhaizer I Nuban Timo, Polifonik Bukan Monofonik (Salatiga: Satya Wacana
University Press, 2015), 102.
eko-kristologi dapat dilihat dari kajian terhadap sosok Kristus dengan tiga bentuk
ketuhanan (Pencipta-Pemelihara dunia, Tuhan-Penebus gereja, dan raja atas
seluruh dunia) yang berkaitan dengan bentuk relasi-Nya dengan lingkungan
hidup.
2.4 Kristus Sang Pemelihara Lingkungan Hidup
Sasaran Eko-Kristologi di atas akan diuraikan lebih jauh dalam bagian ini.
Untuk itu penulis akan menguraikan mulai dari pertama tentang hubungan Kristus
dan alam, kedua tentang Yesus sebagai pencipta lingkungan hidup dan yang
ketiga lebih spesifik menunjukan Kristus sebagai pemelihara lingkungan hidup.
2.4.1 Hubungan Kristus dan Alam
Hubungan Kristus dan alam yang digambarkan dalam Perjanjian Baru
bersifat paradoks. Pada satu sisi Yesus digambarkan lebih mementingkan manusia
dari pada lingkungan. Hal ini terlihat dari cerita Yesus yang mengutuk pohon ara
yang tidak berbuah (Mrk 12:12-14, 20-26) dan pengusiran setan dari manusia
kepada babi-babi (Mrk 5:1-20). Kedua hal ini dilihat sebagai bentuk
antroposentisme dari Yesus.24 Pada sisi lain Yesus juga memiliki relasi yang baik
dengan lingkungan hidup. Hal ini terlihat dari kehadiran binatang-binatang liar
selama pencobaan Yesus di Gunung Sinai (Mrk 1:13).25
Hubungan Yesus dan alam dalam konteks Kristus sebagai penebus
dimaknai sebagai otoritas Kristus terhadap alam. Menurut Louis Bouyer,
kekuasaan itu bermula dari kemenangan salib dan kebangkitan Kristus.26 Pada sisi
lain Kristus sebagai penebus dipahami oleh Thomas Berry sebagai nilai
pengorbanan. Hal itu terdapat dalam dimensi Kristus dan alam yang memiliki nilai
pengorbanan yang adalah bagian dari realitas kehidupan.27 Jadi dapat dikatakan
bahwa otoritas Kristus bukan semata-mata bersifat menguasai alam melainkan
terdapat unsur pengorbanan.
24 Celia Deane Drummond, Teologi & Ekologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 32. 25 Drummond, Teologi & Ekologi, 32. 26 Thomas Hidya Tjaya, Kosmos Tanda Keagungan Allah (Yogyakarta: Kanisius, 2002),
67. 27 Thomas Berry, Kosmologi Kristen (Maumere: Ledalero, 2013), 160.
Berkaitan dengan otoritas pengorbanan tampak juga dalam bentuk-bentuk
pengajaran Yesus Kristus. Ajaran yang paling umum dalam Perjanjian Baru
adalah mengasihi. Menurut H. Richard Niebuhr, salah satu pengajaran tentang
kasih yang diajarkan oleh Kristus ialah, tanggung jawab terhadap sesama.
Tanggung jawab tersebut tidak hanya dilihat terhadap sesama manusia melainkan
kata sesama di sini berarti dipercaya dengan kesejahteraan alam dan harta
kekayaan masyarakat demi kehidupan tanaman, manusia dan juga binatang.28
2.4.2 Kristus sebagai Pencipta Lingkungan Hidup
Ketika Allah menciptakan alam semesta Allah tidak dalam keadaan marah,
sombong dan serakah, tetapi dalam suasana hati damai dan penuh kasih sayang
sehingga terciptalah suatu karya yang sungguh amat baik.29 Hal tersebut terjadi
karena semua ciptaan-Nya menempati posisi yang sangat penting bagi Allah.
Hubungan Allah dengan bumi adalah Pencipta dan ciptaan yang Ia dandani dan
rawat dengan saksama (Maz 104). Alkitab dengan eksplisit menegaskan bahwa
cinta kasih Allah terhadap bumi sangatlah besar. Allah tidak mau membiarkan
bumi binasa, melainkan bertindak untuk menyelamatkan dan memelihara
lingkungan hidup (Yoh 3:16-17).30
Selama ini sering dipahami bahwa Allah menciptakan langit dan bumi
berlangsung selama 6 hari dan pada hari yang ke- 7 Allah beristirahat. Allah
berhenti menciptakan namun ayat itu tidak dapat diartikan setelah hari ke-7,
Tuhan tidur dan bersikap tidak perduli. Dalam kitab kejadian 2:8 “... Selanjutnya
Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah Timur, di situlah ditempatkan-
Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.”, terdapat kata “selanjutnya”. Kata
“selanjutnya” menunjukkan adanya keaktifan dan dinamika yang progresif dalam
proses penciptaan yang dilakukan oleh Allah. Proses penciptaan yang dilakukan
oleh Allah tidak berhenti pada hari ke-6 saja namun berkelanjutan. Setelah hari
28 Larry L. Rasmussen, Komunitas Bumi Etika Bumi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),
455. 29 Kasumbogo Untung dan Dwi Warsito Nugroho, Gereja & Kelestarian Lingkungan
Hidup (Yogyakarta: Kanisius, 2015), 95. 30 Ebenhaizer I Nuban Timo, Polifonik Bukan Monofonik (Salatiga: Satya Wacana
University Press, 2015), 107.
ke-7, Allah terus berkarya agar seluruh ciptaan-Nya tetap dalam keadaan yang
baik.
Dalam konteks penciptaan yang berkelanjutan, seharusnya manusia ikut
mendukung proses tersebut dengan ikut memelihara dan menjaga bumi. Karya
yang berkelanjutan merupakan cara Allah untuk menjaga dan memelihara ciptaan-
Nya. Keberlangsungan hidup ciptaan berada dibawah penguasaan Allah baik yang
ada di darat, laut dan udara. Semuanya dalam keberlanjutan karya Allah karena
Allah tidak ingin ciptaan-Nya musnah begitu saja. Yesus Kristus yang dikenal
sebagai Sang Pencipta itu juga hadir bagi semua ciptaan-Nya. kehadiran-Nya
melalui kekuatan dan potensi Roh alam semesta yang dimiliki. Kehadiran Allah
menjadi bukti bahwa Ia tidak hanya menciptakan melainkan menjadi bagian
dalam pemeliharaan semua yang telah diciptakan. Pemeliharaan yang dilakukan
oleh Allah dapat dilihat dari tindakan Allah yang mau memberkati dan
menguduskan ciptaan-Nya di hari Sabat.31
2.4.3 Kristus sebagai Pemelihara Lingkungan Hidup
Pembicaraan mengenai hubungan Kristus dan alam sampai pada predikat
Kristus sang pemelihara lingkungan hidup. Hal ini bisa dilihat dalam beberapa
kategori yang berkaitan dengan tindakan Yesus apakah sebagai manusia, pengajar
dan Tuhan penebus. Kategori pertama dari bentuk-bentuk tindakan Yesus yang
peduli terhadap semua ciptaan-Nya baik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan.
Apalagi dalam bentuk tindakan radikal Yesus sendiri yang menunjukkan
sikap pengorbanan-Nya terhadap keseluruhan ciptaan di dunia melalui jalan salib.
Bahkan bentuk tindakan radikal dari Yesus dianggap Drumond sebagai karya
perdamaian.32 Terlebih dari itu tindakan radikal Yesus dipahami oleh Thomas
Berry sebagai wujud pengorbanan yang kreatif dalam artian pengorbanan itu
terjadi demi sebuah kehidupan yang lain.
Selain dari tindakan radikal Yesus dapat dilihat juga dari sisi Ilahi Yesus
Kristus. Sisi ilahi tersebut dibuktikan dengan doktrin bahwa karena “Dia telah
31 A. Sunarko, OFM & A. Eddy Kristiyanto, OFM, Menyapa BUMI menyembah Hyang
Ilahi (Tinjaun Teologis atas Lingkungan Hidup) (Yogyakarta: Kanisius, 2012), 36-38. 32 Drummond, Teologi & Ekologi, 34.
menciptakan segala sesuatu” dan segala sesuatu yang telah diciptakan memiliki
tempat tersendirinya dalam Kristus. hal ini menunjukkan bahwa Kristus adalah
dasar dari segala sesuatu atau dasar dari keseluruhan ciptaan.33 Sebagai dasar dari
segala ciptaan dapat diandaikan bahwa keberadaan Yesus terus ada sampai saat
ini, selagi keberadaan ciptaan-Nya ada di dunia. Dari hal ini menegaskan juga
bahwa kerjaan Allah ada di dunia.
Kristus sebagai pemelihara juga tidak terlepas dalam bentuk konseptual
semata melainkan sebagai sebuah dorongan terhadap yang percaya kepada-Nya
Karena, sosok Yesus Kristus meninggalkan sebuah ajaran tentang sebuah
pengorbanan demi yang lain. Jadi bentuk pemeliharaan Yesus menuntut orang
percaya atau pengikutnya untuk melakukan pemeliharaan terhadap seluruh ciptaan
dengan mendasarkan pada sifat pengorbanan yang kreatif. Dari ulasan ini dapat
ditemukannya sebuah etika Kristen yakni pemeliharaan kepada seluruh ciptaan
adalah sebuah bentuk atau wujud pengorbanan yang kreatif.
3. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian mengenai Kristus Pemelihara
Lingkungan Hidup Menurut Jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng Kec.
Getasan.
GKJTU Sumunar Krangkeng merupakan salah satu gereja suku Jawa yang
berdomisili di Jawa Tengah. Secara geografis, GKJTU Sumunar Krangkeng
berada di desa Batur-Krangkeng Kecamatan Getasan. GKJTU Sumunar
Krangkeng berdiri pada tanggal 27 Agustus 1967 hingga saat ini. Pada saat ini
Gereja tersebut memiliki 2 orang pendeta (Pdt. Paini dan Pdt. Cladius) dan 153
orang jemaat. Sebagian besar jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng berprofesi
sebagai petani. Profesi ini menunjukkan hubungan GKJTU Sumunar krangkeng
memiliki hubungan yang erat dengan tumbuhan dan hewan. Hubungan ini juga
terjadi karena lingkungan gereja dan rumah jemaat yang dikelilingi oleh
tumbuhan dan juga hewan.
Kondisi di atas mendorong GKJTU Sumunar Krangkeng memiliki
program kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Adapun kegiatan tersebut ialah
33 Drummond, Teologi & Ekologi, 33.
pertama membuat tempat sampah dari barang bekas. Kedua, memisahkan sampah
organik dan an-organik. Ketiga, membuat pupuk organik dari sampah organik.
Keempat, membuat kerajinan tangan dari sampah an-organik. Kelima, pada
minggu kedua tidak menggunakan kendaraan untuk pergi ke gereja. Keenam,
pada tahun 2013, jemaat menanam seribu pohon disekitar lingkungan desa dan
membuat pakan untuk ternak dari bahan-bahan organik. Ketujuh, setiap sebulan
sekali remaja gereja bergotong royong mengumpulkan sampah-sampah yang
dibuang sekitaran lingkungan desa.
3.1 Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis hendak menyajikan analisis deskriptif terhadap
hasil penelitian yang telah penulis lakukan untuk melihat padangan jemaat
GKJTU Sumunar Krangkeng mengenai Kristus Sang Pemelihara Lingkungan
Hidup. Dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan oleh penulis kepada ke-15
informan, penulis menemukan empat poin penting yang berkaitan dengan Kristus
Pemelihara Lingkungan Hidup di Jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng. Inti dari
pemahaman dan refleksi dari ke-15 informan, dan penulis merangkumnya
kedalam empat bentuk reflektif, pertama, Kristus sang maha hadir yang
dikemukakan oleh Bapak S1, Bapak S2 dan Ibu S. Kedua, Kristus adalah petani
yang dikemukakan oleh Ibu D, Ibu T, Mba E dan Mbah Y. Ketiga, Kristus adalah
tanah yang subur yang dikemukakan oleh Bapak M, Bapak S, Ibu E dan Bapak
Pdt. C. Keempat, Kristus sang pemelihara yang dikemukakan oleh Mbah S, Bapak
S, Bapak M, Mba M dan Mba N.
3.2.1 Kristus Sang Maha Hadir
Kristus yang dikenal dan disembah oleh umat Kristen adalah Kristus yang
maha hadir, Maha hadir merupakan cara Kristus untuk tinggal bersama seluruh
ciptaan-Nya. Kehadiran-Nya tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu dan
kehadiran-Nya ditujukan kepada seluruh ciptaan-Nya tanpa terkecuali. Meskipun
terkadang kehadiran-Nya tidak terlalu dirasakan oleh ciptaan-Nya tetapi perlu
disadari bahwa Kristus selalu hadir bagi seluruh ciptaan-Nya.34 Kehadiran Kristus
di bumi membawa keselamatan bagi seluruh ciptaan baik manusia, hewan dan
tumbuhan.35 Kehadiran-Nya merupakan bukti cinta kasih Kristus kepada ciptaan-
nya. Karena melalui kehadiran-Nya, Kristus menyelamatkan seluruh ciptaan-Nya
yang diwujudkan dalam kehidupan yang nyata.36
Hal ini dapat dibuktikan melalui keselamatan hidup yang diberikan Kristus
kepada ciptaan-Nya. Menyelamatkan ciptaan adalah cinta. Cinta itu bersumber
pada cinta Sang Pencipta yang menciptakan alam ini, dari tiada menjadi ada.37
Maka dari itu penyelamatan ciptaan seharusnya dilakukan dengan penuh
kelembutan. Kristus Maha hadir adalah Kristus yang tidak pernah meninggalkan
ciptaan-Nya. Dimana pun ciptaan-Nya berada di situ Kristus pun ada, tanpa
kehadiran Kristus seluruh kehidupan ciptaan-Nya akan punah dan sia-sia.38
Kehadiran Kristus bagi ciptaan bukan hanya sekadar hadir, diam dan tinggal,
namun Kristus turut berkarya dalam seluruh kehidupan ciptaan-Nya untuk
menyelamatkan kehidupan yang semakin hari semakin punah. Kristus sungguh
mencintai ciptaan-Nya dan tidak akan pernah meninggalkan ciptaan-Nya.
3.2.2 Kristus adalah Petani
Seorang petani akan selalu berjuang untuk menghidupkan pertaniannya.
Hal yang biasa dilakukan oleh seorang petani ialah menyirami tanamannya setiap
hari, memberikan pupuk, membersihkan lingkungan, melindungi tanaman dari
hama dan lain-lain. Tujuan dari seorang petani memperjuangkan tanamannya
ialah agar petani dapat melangsungkan kehidupannya dan dapat menopang
kehidupan makhluk yang lainnya. Petani merupakan pengelola bagi tumbuhan,
tanpa seorang petani tumbuhan mungkin tidak akan bisa berkembang biak dengan
baik.
34 Perry Noble, “Tuhan Yang Maha Hadir” dalam buku What is God Really Like, ed. Craig
Groeschel (Jakarta: Benaiah Books, 2011), 103. 35 Bedasarkan hasil wawancara dengan Bapak S1, pada tanggal 14 Oktober 2018 pukul
19,20 WIB 36 Bedasarkan hasil wawancara dengan Ibu S, pada tanggal 15 Oktober 2018 pukul 19.45
WIB 37 Lukas Awi Tristanto, Hidup Dalam Realitas Alam (Sketsa-sketsa Ekoinspirasi),
(Yogyakarta: Kanisius, 2016), 16. 38 Bedasarkan hasil wawancara dengan Bapak S2, pada tanggal 22 April 2019 pukul 20.30
WIB.
Kristus seorang Petani adalah Kristus yang menjaga alam semesta. Salah
satu cara Kristus menjaga alam semesta ialah dengan memberikan pertumbuhan
kepada pertanian. Hal tersebut dilakukan oleh Kristus dengan tujuan untuk
menghidupi semua ciptaan-Nya. Kristus mengetahui bahwa pertanian memiliki
manfaat yang banyak baik untuk hewan, manusia dan tumbuhan. Dalam
memberikan pertumbuhan bagi pertanian, Kristus juga bekerja sama dengan
manusia. Sebelum bekerja sama dengan manusia, Kristus terlebih dahulu
memberikan kemampuan kepada manusia untuk mengelola, menjaga dan
melindungi pertanian.39 Setelah memberikan kemampuan tersebut, barulah
Kristus bekerja sama dengan manusia. Manusia yang menanam, menyirami dan
Kristus yang memberikan pertumbuhan.40 Jauh sebelum Kristus bekerjasama
dengan manusia untuk menjaga pertanian. Kristus sudah terlebih dahulu
melakukannya, Kristus menciptakan, menjaga dan mengelola ciptaan-Nya.
Kristus merupakan sosok panutan bagi beberapa orang petani hingga masa kini.
Pengalaman hidup sebagai pemimpin jemaat sekaligus petani membuat
seorang informan percaya bahwa dalam kemampuannya bertani tidak lepas dari
campur tangan Kristus.41 Sehingga informan dapat mengelola, merawat dan
melindungi pertaniannya dengan baik. Dengan menjadi seorang petani, Kristus
dapat membuktikan bahwa Ia bukanlah pencipta yang tidak mengelola, menjaga
dan melindungi ciptaan-Nya melainkan pencipta yang mau mengelola, menjaga
dan melindungi ciptaan-Nya. Menjadi seorang petani juga merupakan cara Kristus
untuk berkarya atas ciptaan-Nya.42
3.2.3 Kristus adalah Tanah yang Subur
Tanah subur adalah salah satu unsur yang sangat vital bagi semua ciptaan,
karena jika di bumi tidak terdapat tanah yang subur maka tanaman tidak akan bisa
bertumbuh. Tanah yang subur dapat menghasilkan tumbuhan yang subur,
39 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak M dan Bapak S1, pada tanggal 20 Oktober
2018 Pukul 18.00 WIB & 19 Oktober 2018 Pukul 13.00 WIB. 40 Bedasarkan hasil wawancara dengan Ibu E, pada tanggal 21 April 2019 pukul 17.45
WIB. 41 Bedasarkan hasil wawancara dengan Bapak C, pada tanggal 22 April 2019 pukul 17.00
WIB. 42 Bedasarkan hasil wawancara dengan Bapak C, pada tanggal 22 April 2019 pukul 17.00
WIB.
tumbuhan yang subur akan menghasilkan oksigen, jika di bumi tidak terdapat
tumbuhan secara otomatis juga tidak akan ada oksigen. Ketika oksigen tidak
dihasilkan maka seluruh kehidupan ciptaan akan punah. Selain itu tumbuhan juga
menghasilkan air bagi bumi, ketika tumbuhan tidak ada maka air di bumi pun
tidak akan ada. Hal ini membuktikan bahwa tanah merupakan sumber kehidupan,
terlebih pada tanah yang memang subur dan kaya akan unsur hara dan air.43
Menurut beberapa informan Kristus adalah tanah yang subur. Tanah yang
subur digambarkan sebagai Kristus yang mampu menopang pertumbuhan
pertanian.44 Kristus menolong pertanian dengan cara menjadi tanah yang subur.
Melalui tanah yang subur, Kristus membuat tanaman menjadi sehat, terhindar dari
hama, menyimpan cadangan air lebih banyak, membantu proses pertumbuhan
tanaman menjadi lebih subur dan lain-lain.45 Informan menyakini bahwa tanpa
pertolongan Kristus para petani tidak akan mendapatkan hasil pertanian yang
baik, sekali pun dengan pupuk yang berkualitas tinggi karena pertanian tanpa
tanah yang subur tidak akan bisa hidup dan berkembang dengan baik.
Kristus adalah tanah yang subur merupakan gambaran bahwa Kristus
memberikan kehidupan kepada ciptaan-Nya. Kristus sebagai tanah yang subur
adalah Kristus yang senantiasa menunjang kehidupan ciptaan-Nya.46 Kristus tidak
hanya menciptakan ciptaan-Nya melainkan turut dalam menolong dan menunjang
kehidupan-Nya. Dalam menolong dan menunjang kehidupan ciptaan-Nya, Kristus
sangat serius melakukannya Ia rela menjadi sama seperti ciptaan-Nya demi
keberlangsungan seluruh ciptaan-Nya termaksud menjadi tanah yang subur.47
3.2.4 Kristus Sang Pemelihara
Pemeliharaan artinya tidak ada satupun yang terlepas dari perhatian
Kristus sehingga segala kebutuhan ciptaan-Nya selalu dipenuhi. Pemeliharaan
43 Lukas Awi Tristanto, Hidup Dalam Realitas Alam (Yogyakarta: Kanisius, 2016), 111. 44 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu D, pada tanggal 14 Oktober 2018 pukul 18.00
WIB. 45 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu T, pada tanggal 21 Oktober 2018 pukul 14.30
WIB. 46 Bedasarkan hasil wawancara dengan Mbah Y, pada tanggal 22 April 2019 pukul 19.00
WIB. 47 Bedasarkan hasil wawancara dengan Mba E, pada tanggal 21 April 2019 pukul 18.30
WIB.
yang dilakukan oleh Kristus merupakan bukti dari cinta kasih Kristus kepada
ciptaan-Nya.48 Pemeliharaan Kristus terhadap ciptaan-Nya dapat dilihat dari
kelebihan yang dimiliki oleh semua ciptaan-Nya, melalui kelebihan tersebut
Kristus menghendaki ciptaannya untuk saling menolong satu dengan yang
lainnya.49 Karena pada dasarnya seluruh ciptaan Kristus saling membutuhkan satu
dengan yang lain, jika satu ciptaan punah maka ciptaan lainnya pun akan punah.50
Namun banyak orang yang belum paham dengan pemeliharaan Kristus
melalui kehadiran ciptaan lainnya, sehingga banyak orang yang tidak peduli
dengan ciptaan lainnya. Contohnya membuang sampah sembarangan, bertani
dengan menggunakan pupuk an-organik, memburu hewan liar secara brutal dan
lain-lain.51 Pemeliharaan Kristus bagi dunia merupakan hal yang sangat luar biasa
dimana Kristus memelihara ciptaan-Nya dengan begitu adil dan bijaksana. Cara
Kristus memelihara ciptaan-Nya bukan saja dengan memberikan kelebihan
kepada setiap ciptaan tetapi juga dengan memenuhi segala kebutuhan ciptaan
tanpa ada pengecualian.52
Beberapa informan percaya bahwa setelah Allah menciptakan ciptaan-
Nya, Allah juga memelihara ciptaan-nya. Kristus memelihara ciptaan-Nya dengan
cara memenuhi seluruh kebutuhan ciptaan dan menghadirkan ciptaan lainnya
sebagai pelengkap kebutuhan.53 Pemeliharaan Kristus terhadap ciptaan-Nya tidak
akan pernah berhenti karena Kristus sungguh mengasihi seluruh ciptaan-Nya.
Kristus memelihara seluruh ciptaan dengan cara memenuhi seluruh kebutuhan
ciptaan.54
3.3 Kesimpulan
48 Robert P. Borrong, Etika Bumi Baru (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), 201. 49 Bedasarkan hasil wawancara dengan Mbah S, pada tanggal 21 Oktober 2018 pukul 13.30
WIB. 50 Bedasarkan hasil wawancara dengan Bapak S2, pada tanggal 15 Oktober 2018 pukul
18.00 WIB. 51 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak M pada tanggal 20 Oktober 2018 Pukul
18.00 WIB. 52 Sunarko, OFM & Kristiyanto, OFM, Menyapa BUMI menyembah HYANG ILAHI
(Tinjaun Teologis atas Lingkungan Hidup) (Yogyakarta: Kanisius, 2012), 57. 53 Berdasarkan hasil wawancara dengan Mba M pada tanggal 16 April 2019 Pukul 08.00
WIB 54 Bedasarkan hasil wawancara dengan Mba N, pada tanggal 21 April 2019 pukul 19.30
WIB.
Melalui pengalaman iman dan refleksi masing-masing informan, terdapat
gambaran Kristus yang baru. Informan menyakini bahwa Kristus bukan saja
menciptakan lingkungan hidup melainkan juga memelihara dan menghidupkan,
memberikan perlindungan serta menyediakan keselamatan bagi lingkungan hidup.
Berkaitan dengan hasil analisa yang ada, gambaran Kristus sebagai pemelihara
lingkungan hidup dari para informan sangat dipengaruhi oleh pengalaman iman
dan pengalaman hidup sehari-hari. Sehingga muncul berbagai macam gambaran
Kristus yang memelihara lingkungan hidup yaitu: Kristus sang maha hadir,
Kristus adalah petani dan Kristus adalah tanah yang subur dan kristus sang
pemelihara. Gambaran Allah dalam Yesus Kristus tidak bisa dipahami lagi, hanya
sebagai pencipta lingkungan hidup. Sebab Kristus juga memelihara lingkungan
hidup. Kristus Pemelihara bukanlah Kristus yang “deisme” dimana setelah Kristus
menciptakan ciptaan-Nya, Ia lalu pergi dan tidak campur tangan lagi.
4. Kajian Eko-Kristologi tentang Kristus Sang Pemelihara Lingkungan
Hidup menurut Jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng Kec. Getasan.
Pada bagian ini penulis akan melakukan kajian Eko-Kristologi tentang
pandangan jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng mengenai Kristus Sang
Pemelihara Lingkungan Hidup.
4.1 Kristologi Umum dan Eko-Kristologi
Kristologi secara umum adalah ilmu pengetahuan tentang Kristus, yang
secara sistematis menyelidiki siapa Kristus di dalam diri-Nya sendiri dan di dalam
diri orang-orang yang percaya kepada-Nya. Menyelidiki Kristus dalam kehidupan
setiap orang percaya adalah bentuk perenungan iman yang didorong oleh
keingintahuan untuk mengenal Allah. Dengan demikian Kristologi bukanlah
sekedar perbincangan tentang Yesus Kristus, tetapi penghayatan serta pengalaman
orang kristen dalam berbagai perjumpaan dengan-Nya khususnya pergumulan
iman umat tentang diri-Nya. Gronen menjelaskan bahwa Kristologi merupakan
buah pikiran umat tentang Kristus berdasarkan hubungan pribadi, serta
pengalaman umat dalam perbagai perjumpaan dengan-Nya. Melalui pengertian
tersebut lahirlah berbagai pandangan tentang sosok Kristus.
Eko-Kristologi merupakan salah satu hasil refleksi umat beriman terhadap
Kristus. Bermula dari keprihatinan umat kristen terhadap lingkungan hidup yang
semakin hari semakin punah. Eko-Kristologi merupakan bentuk perjuangan yang
dilakukan oleh orang-orang Kristen untuk menggambarkan hubungan antara
Kristus dan lingkungan hidup. Dimana secara garis besar mau dikatakan bahwa
Kristus memiliki kaitan yang sangat erat dengan lingkungan hidup. Perjuangan ini
bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan hidup dan memahami pribadi Yesus
Kristus yang turut dalam menjaga dan memelihara lingkungan hidup.
4.2 Kajian Eko-Kristologi: Kristus Sang Pemelihara Lingkungan Hidup di
mata Jemaat GKJTU Sumunar Krangkeng Kec. Getasan.
4.2.1 Kristus yang “Bertanggung jawab” Hadir di Dalam Ciptaan.
Saat Kristus dikenal hanya sebagai pencipta, disitulah Kristus terlihat tidak
bertanggung jawab terhadap ciptaan-Nya. Ciptaan-Nya berkembang biak dengan
sendirinya tanpa pertolongan tangan Kristus. Namun hal ini tidaklah demikian,
setelah Kristus di dalam Allah menciptakan semua ciptaan-Nya, Allah berhenti
dengan pekerjaan-Nya itu lalu pada hari yang ketujuh Kristus hadir dan tinggal di
dalam ciptaan-Nya. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian kedua tulisan ini.
Kristus tidak pernah meninggalkan ciptaan-Nya, Ia selalu bersama-sama dengan
ciptaan-Nya.55
Kehadiran Kristus di dalam ciptaan-Nya merupakan bentuk tanggung
jawab Kristus dalam memelihara ciptaan-Nya. Kristus tidak menghendaki
ciptaan-Nya punah begitu saja sehingga Kristus turut dalam memelihara ciptaan-
Nya. Kristus merupakan sang pencipta yang bertanggung jawab terhadap ciptaan-
Nya, Ia rela hadir dan tinggal bersama ciptaan-Nya agar ciptaan dapat
berkembang biak dengan baik. Kehadiran Kristus untuk memelihara ciptaan
tertuju kepada seluruh ciptaan tanpa terkecuali.
4.2.2 Kristus Sang Guru dan Teladan juga Pemelihara Lingkungan Hidup
55 A. Sunarko & A. Eddy Kristiyanto, Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi (Tinjaun
Teologis atas Lingkungan Hidup) (Yogyakarta: Kanisius, 2012), 36-38.
Seseorang dapat dikatakan sebagai guru jika ia memiliki kemampuan
tertentu, memiliki murid, bisa mengajar dan lain-lain. Yesus Kristus merupakan
guru yang memiliki kemampuan lebih dan memiliki murid yang banyak. Ia selalu
memberikan pengajaran kepada murid-muridnya baik secara langsung maupun
melalui simbol-simbol. Yesus Kristus bukan saja seorang guru tetapi juga seorang
teladan bagi para muridnya, Ia tidak hanya mengajar tetapi mempraktekan
pengajaran yang diberikan. Kristus memberikan pengajaran kepada setiap orang
yang ditemuinya baik secara langsung maupun tidak.
Di dalam keseharian-Nya Kristus sering disebut Rabi oleh para murid-
Nya, Rabi artinya “guru”, guru yang memberikan teladan bagi para murid.
Keteladanan Kristus dapat dilihat dari sikap hidup Kristus setiap hari, seperti tidak
terobsesi untuk memiliki harta duniawi, rendah hati untuk bergaul dengan siapa
saja, berlaku adil, berkarakter baik dan meninggalkan kehormatan diri demi
mewartakan kerajaan Allah.
Keteladanan Kristus juga dapat dilihat dari sikap Kristus yang mau
memelihara ciptaan-Nya. Sebelum Kristus memberikan tugas kepada manusia
untuk mengurus bumi agar alam semesta tetap subur dan indah, Kristus terlebih
dahulu telah melakukan tugas yang diberikan kepada manusia itu.56 Kristus adalah
guru dan teladan bagi semua murid-Nya, dalam pengajaran-Nya Ia bukan saja
berteori melainkan juga mempraktekkan pengajaran-Nya itu.
4.3 Kristus Sang Pemelihara bagi kehidupan Jemaat GKJTU Sumunar
Krangkeng Kec. Getasan.
Kristus Sang Mahahadir: artinya di mana pun ciptaan berada di situ
Kristus berada, Kristus tidak pernah meninggalkan ciptaan-Nya. Ia selalu berada
di dalam diri ciptaan, mulai dari diciptakannya ciptaan sampai dengan saat ini dan
berlaku bagi seluruh ciptaan. Kristus adalah Tanah yang Subur: Kristus tanah
yang subur merupakan gambaran Kristus yang menunjang kehidupan lingkungan
hidup khususnya dalam pertanian karena dengan menjadi tanah yang subur
Kristus dapat membantu pertumbuhan pertanian dari dalam. Kristus adalah
56 Ebenhaizer I Nuban Timo, Polifonik Bukan Monofonik (Salatiga: Satya Wacana
University Press, 2015), 105.
Petani: Kristus menjadi panutan dan rekan sekerja manusia dalam mengelola
pertanian. Kristus memberikan kemampuan kepada manusia untuk bertani dan
mengajak manusia untuk berkerja sama. Manusia yang menanam, menyirami lalu
Kristuslah yang mmberikan pertumbuhan bagi pertanian. Kristus Sang
Pemelihara: lahir di dalam lingkungan yang beragam membuat beberapa
informan percaya bahwa semua ciptaan tidak dapat hidup seorang diri saja tanpa
pertolongan ciptaan lainnya. Setiap ciptaan memiliki kekurangan dan kelebihan,
melalui kekurangan tersebut ciptaan dituntut untuk meminta pertolongan dari
ciptaan lainnya. Sehingga tidak ada satu pun ciptaan yang dapat hidup seorang
diri saja. Kelebihan dan kehadiran ciptaan lainnya merupakan bukti pemeliharaan
Kristus bagi ciptaan, Kristus memenuhi kebutuhan ciptaan dengan cara
menghadirkan ciptaan lainnya.
Pemahaman para responden mengenai sosok Kristus sang pemelihara
lingkungan hidup dapat dibenarkan mengingat pandangan mereka lahir atas
refleksi iman dan pengalaman hidup mereka. Hal ini dapat dibuktikan melalui
paparan pada bagian sebelumnya bahwa Kristologi adalah usaha yang dilakukan
oleh informan dalam merefleksikan iman kepercayaannya kepada Kristus sang
pemelihara lingkungan hidup maka pemahaman mereka dibenarkan.
4.4 Kesimpulan
Melalui pekerjaan dan tempat tinggal yang dikelilingi oleh pertanian,
mampu membuat responden merefleksikan Kristus Sang Pemelihara Lingkungan
Hidup sesuai pengalaman iman dan tentu saja kontekstual. Awalnya memang
sedikit sulit bagi informan memahami Kristus Sang pemelihara lingkungan hidup
namun setelah diberikan penjelasan tentang Kristus Sang Pemelihara Lingkungan
Hidup, informan dengan mudahnya menceritakan pengalaman imannya tentang
Kristus Sang Pemelihara Lingkungan Hidup. Para informan kini telah memahami
bahwa Kristus di dalam Allah bukan saja menciptakan lingkungan hidup
melainkan juga turut dalam memelihara lingkungan hidup.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Kristologi merupakan buah penghayatan serta pengalaman iman orang
Kristen dalam berbagai perjumpaan dengan Kristus. Eko-Kristologi sendiri adalah
penghayatan iman jemaat yang mencintai lingkungan hidup dan yang peduli
terhadap lingkungan hidup kepada Kristus sang pemelihara lingkungan hidup.
Para teolog ekologi memahami Kristus adalah pencipta yang tidak pernah
meninggalkan ciptaan-Nya, Ia sungguh mencintai dan memelihara lingkungan
hidup. Sama halnya dengan ciptaan lainnya, yang juga diciptakan dan dipelihara-
Nya dengan cinta kasih. Kristus tidak dipandang hanya sebagai pencipta alam
semesta saja namun juga dipandang sebagai Tuhan yang memelihara ciptaan-Nya.
Kristus tidak menghendaki ciptaan-Nya punah begitu saja sehingga Ia juga turut
dalam pemeliharaan ciptaan-Nya termasuk lingkungan hidup.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Gereja
Dalam kehidupan sosial khususnya di dalam komunitas bergereja saat ini,
masih banyak gereja yang terlalu fokus terhadap pembangunan gedung gereja dan
administrasi gereja ketimbang fokus pada lingkungan hidup. Gereja sebagai
lembaga perpanjangan tangan Tuhan dalam memberitakan dan mengajarkan kasih
harusnya mampu menjadi komunitas yang juga mengasihi lingkungan hidup.
Lingkungan hidup merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan bergereja
karena lingkungan hidup merupakan sumber kehidupan.
5.2.2 Bagi Masyarakat
Hidup dalam lingkungan hidup, seharusnya membuat masyarakat lebih
menghargai lingkungan hidup, menghargai lingkungan hidup dengan cara
menjaga dan memeliharanya. Masyarakat harus sadar bahwa hidupnya tergantung
dengan lingkungan hidup. Jika masyarakat ingin hidupnya sehat dan baik maka
lingkungan hidupnya juga harus sehat dan baik. Keberadaan lingkungan hidup
berada di tangan masyarakat, jika masyarakat tidak perduli dengan lingkungan
hidup maka semakin lama lingkungan hidup pun akan punah. Punahnya
lingkungan hidup akan mengancam kehidupan masyarakat, jadi perlu bagi
masyarakat untuk menjaga dan memelihara lingkungan.
Daftar Pustaka
A. Buku
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 2005.
Berry, Thomas. Kosmologi Kristen, Maumere: Ledalero, 2013.
Borrong, Robert P. Etika Bumi Baru, Jakarta: Gunung Mulia, 2000.
Drummond, Celia Deane. Teologi & Ekologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Keraf, Sonny. Etika Lingkungan Hidup, Jakarta: Kompas, 2010.
___________. Filsafat Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2014.
Leahy, Louis. Horizon Manusia Dan Pengetahuan ke Kebijaksanaan,
Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Remaja
Rosdakaria, 1998.
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1983.
Noble, Perry. “Tuhan Yang Maha Hadir” dalam buku What is God Really Like,
ed. Craig Groeschel, Jakarta: Benaiah Books, 2011.
O‟Collins, Gerald dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, Yogyakarta:
Kanisius, 2006.
OFM, Nico Syukur Dister. Kristologi Sebuah Sketsa, Yogyakarta: Kanusius,
1987.
OFM, Sunarko & Kristiyanto, OFM, Menyapa BUMI menyembah HYANG ILAHI
(Tinjaun Teologis atas Lingkungan Hidup), Yogyakarta: Kanisius, 2012.
Rasmussen, Larry L. Komunitas Bumi Etika Bumi, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2010.
Sudhiarsa, Raymundus. Menyapa Bumi menyembah Hyang Ilahi: Tinjauan
teologis atas Lingkungan Hidup, Yogyakarta: kanisius 2008.
Sunarko A & Kristiyanto A. Eddy. Menyapa BUMI Menyembah Hyang Ilahi
(Tinjaun Teologis atas Lingkungan Hidup), Yogyakarta: Kanisius, 2012.
_______. Gereja & Kelestarian Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Kanisius,
2015,
Suryabarata, Sumardi. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998.
Timo, Ebenhaizer I Nuban. Polifonik Bukan Monofonik, Salatiga: Satya Wacana
University Press, 2015.
Tristanto, Lukas Awi. Panggilan Melestarikan Alam Ciptaan, Yogyakarta:
Kanisius, 2015,
Tristanto, Lukas Awi. Hidup dalam Realitas Alam (Sketsa-sketsa Ekoinspirasi),
Yogyakarta: Kanisius, 2016.
Tjaya, Thomas Hidya. Kosmos Tanda Keangungan Allah, Yogyakarta: Kanisius,
2002.
Tong, Stephen. Yesus Kristus Juruselamat Dunia, Surabaya: Momentum, 2004.
Untung, Kasumbogo dan Dwi Warsito Nugroho, Gereja & Kelestarian
Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2015.
B. Jurmal
Mahzumi, Fikri. Renungan Ekoteologi (ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman Vol.
12, No 2, 2018).
Presbyterian Eco-Justice Task Force, Keeping and Healing the Creation (U. S. A:
Louisville, 1990).
Pui-Lan, Kwok. Ecology and Christology (Los Angeles: Sage Publication, 2018).