kreativitas guru penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan...
TRANSCRIPT
KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENGATASI KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA
PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Universitas Negeri Semarang
oleh
BAGAS ANUNG HANDHINITO 6101411132
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG 2015
i
ABSTRAK
Bagas Anung Handhinito. 2015. Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi/S1. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dra. Anirotul Qoriah, M.Pd.
Kata Kunci: Kreativitas, Guru Penjasorkes, Sarana dan Prasarana Olahraga
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen sehingga guru Penjasorkes dituntut untuk kreatif dalam mengatasi keterbatasan tersebut supaya pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei dengan teknik pengambilan data menggunakan angket sebagai data primer, serta observasi, dokumentasi, dan wawancara sebagai data sekunder. Populasi penelitian ini adalah semua guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen yang berjumlah 23 guru. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen dalam kategori Sedang (34,78%). Berdasarkan masing-masing faktor diperoleh hasil sebagai berikut: 1) faktor kemampuan melihat atau memecahkan masalah dalam kategori Sedang (52,17%), 2) faktor kemampuan menciptakan dan menerapkan ide dalam kategori Sedang (30,43%), 3) faktor sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru dalam kategori Sedang (34,78%). Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi, guru Penjasorkes sudah cukup kreatif dalam pembelajaran dan secara keseluruhan sarana dan prasarana Penjasorkes memiliki kelengkapan 66,57%. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa guru Penjasorkes mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana dengan cara memodifikasi dan memanfaatkan sarana dan prasarana Penjasorkes.
Simpulan dari hasil penelitian ini adalah secara umum kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen dalam kategori Sedang (34,78%). Saran dari peneliti adalah: 1) guru Penjasorkes perlu meningkatkan lagi kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana Penjasorkes, 2) Sekolah maupun pemerintah perlu meningkatkan lagi kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana Penjasorkes.
ii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya:
Nama : Bagas Anung Handhinito
NIM : 6101411132
Jurusan/Prodi : PJKR/PJKR
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
Judul Skripsi : “Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan
Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
Tahun Pelajaran 2015/2016”
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri dan bukan menjiplak (plagiat) karya ilmiah orang lain, baik
sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila pernyataan saya ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi
akademik dari Universitas Negeri Semarang dan sumber hukum sesuai
ketentuan yang berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia.
Semarang, Desember 2015
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi
Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran
2015/2016” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Jumat
Tanggal : 4 Desember 2015
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Yang mengajukan
Dra. Anirotul Qoriah, M.Pd. Bagas Anung Handhinito
NIP. 19650821 199903 2 001 NIM. 6101411132
Mengetahui
iv
PENGESAHAN
Skripsi atas nama Bagas Anung Handhinito NIM 6101411132 dengan judul
“Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan
Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016” telah dipertahankan
di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Semarang pada hari Rabu tanggal 23 Desember 2015.
Panitia Ujian
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Hidup adalah sebuah perjuangan” (Ahmad Dhani).
“Menuntut ilmu adalah takwa, menyampaikan ilmu adalah ibadah,
mengulang ilmu adalah dzikir, mencari ilmu adalah jihad” (Imam Al-Ghozali).
Persembahan:
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Teruntuk yang tercinta dan tersayang,
kedua orang tuaku Bapak Sutrisno Hadi
dan Ibu Nuraeni Endah Suwarni, terima
kasih atas doa, dukungan, dan
semangatnya.
Kakakku Okta Restia Kusumawati, adikku
Gusti Husnul Anami dan keponakanku
Muhammad Nur Hakim.
Sahabat-sahabatku dan teman-teman
seperjuangan Jurusan PJKR 2011.
Almamater FIK UNNES.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul "Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan
Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016". Skripsi
ini disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya
bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk memperoleh pendidikan di Universitas Negeri
Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, yang
telah memberikan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan PJKR, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan kemudahan administrasi sehingga
peneliti tidak mengalami kesulitan dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Anirotul Qoriah, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan, pengarahan, kritikan, dan petunjuk dalam
penyusunan skripsi ini.
vii
5. Bapak dan Ibu Dosen PJKR FIK UNNES, yang telah menanamkan ilmu
dan pengetahuan sebagai bekal yang bermanfaat.
6. Staf Tata Usaha PJKR FIK UNNES, yang telah memberikan bantuan
segala bentuk urusan administrasi.
7. Kepala UPTD Unit Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, yang telah
memberikan rekomendasi izin penelitian di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen.
8. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen, yang telah memberikan izin penelitian dan
pengambilan data.
9. Kedua orang tua, Bapak Sutrisno Hadi dan Ibu Nuraeni Endah Suwarni,
serta keluarga yang selalu memanjatkan doa, memberikan dukungan,
maupun motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan PJKR 2011, yang selalu memberikan
motivasi dan saran-saran yang membantu terselesaikannya skripsi ini.
11. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amalan baik
serta mendapat pahala dari Allah SWT. Akhirnya, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi diri penulis dan semua
pihak pada umumnya.
Semarang, Desember 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i ABSTRAK..................................................................................................... ii PERNYATAAN ............................................................................................. ii PERSETUJUAN ........................................................................................... iv PERNGESAHAN .......................................................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ........................................................... 9 1.3 Pembatasan Masalah ........................................................ 10 1.4 Rumusan Masalah............................................................. 10 1.5 Tujuan Penelitian............................................................... 10 1.6 Manfaat Penelitian............................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kreativitas ....................................................... 13 2.1.1 Ciri-ciri Kreativitas ............................................................. 15 2.1.2 Aspek-aspek Kreativitas .................................................... 18 2.2 Penjasorkes....................................................................... 20 2.2.1 Tujuan Penjasorkes........................................................... 22 2.2.2 Aspek-aspek Penjasorkes ................................................. 26 2.3 Kurikulum Penjasorkes ...................................................... 27 2.3.1 KTSP................................................................................. 28 2.3.2 Ruang Lingkup .................................................................. 29 2.4 Guru Penjasorkes.............................................................. 31 2.4.1 Peranan Guru Penjasorkes ............................................... 35 2.4.2 Guru Penjasorkes yang Kreatif .......................................... 36 2.4.3 Profil Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar ......................... 40 2.5 Pembelajaran .................................................................... 41 2.6 Inovasi dan Modifikasi Pembelajaran ................................ 43 2.7 Pengertian Sarana dan Prasarana Penjasorkes ................ 47 2.7.1 Standar Sarana dan Prasarana Penjasorkes..................... 50 2.7.2 Tujuan dan Manfaat Sarana dan Prasarana Penjasorkes.. 52 2.7.3 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana................................ 53 2.8 Kecamatan Prembun......................................................... 54
ix
2.8.1 Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen......................................................... 56 2.9 Kajian Penelitian yang Relevan ......................................... 59 2.10 Kerangka Berpikir .............................................................. 60
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian .............................................. 62 3.2 Variabel Penelitian............................................................. 62 3.3 Populasi dan Sampel......................................................... 63 3.3.1 Populasi ............................................................................ 63 3.3.2 Sampel .............................................................................. 64 3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................... 65 3.4.1 Observasi .......................................................................... 65 3.4.2 Dokumentasi ..................................................................... 65 3.4.3 Wawancara ....................................................................... 66 3.4.4 Angket ............................................................................... 67 3.5 Instrumen Penelitian.......................................................... 68 3.5.1 Uji Validitas Instrumen ....................................................... 72 3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen ................................................... 74 3.6 Teknik Analisis Data .......................................................... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi ................................................................ 78 4.2 Deskripsi Subjek................................................................ 79 4.3 Waktu Penelitian .............................................................. 80 4.4 Hasil Penelitian.................................................................. 81 4.4.1 Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan ........... 82 4.4.2 Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah .. 85 4.4.2.1 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum
Mengajar ........................................................................... 88 4.4.2.2 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat
Mengajar ........................................................................... 91 4.4.2.3 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah
Mengajar ........................................................................... 94 4.4.3 Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide..... 97 4.4.3.1 Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ............ 100 4.4.3.2 Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan
Prasarana.......................................................................... 103 4.4.4 Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal
Baru .................................................................................. 106 4.4.4.1 Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi ................ 109 4.4.4.2 Indikator Pengetahuan ...................................................... 112 4.5 Pembahasan ..................................................................... 115 4.5.1 Kreativitas Guru Penjasorkes ............................................ 115 4.5.1.1 Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah .. 116 4.5.1.2 Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide..... 117
x
4.5.1.3 Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal
Baru .................................................................................. 119 4.5.2 Hasil Observasi Pembelajaran Penjasorkes ...................... 121 4.5.3 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana Penjasorkes di
SD Negeri se-Kecamatan, Kabupaten Kebumen ............... 127 4.5.4 Hasil Wawancara .............................................................. 130
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................... 132 5.2 Saran ................................................................................ 132
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 134 LAMPIRAN ................................................................................................... 136
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Hasil Observasi Awal Sarana dan Prasarana Penjasorkes di Beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ....................................................................................
5
Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 3.1
Ruang Lingkup Materi Mata Pelajaran Penjas untuk Jenjang SD Standar Umum Sarana dan Prasarana Sekolah dan Olahraga atau Kesehatan .......................................................................... Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain atau Berolahraga ................................................................................ Jumlah Data Satuan Pendidikan Jenjang SD Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ............................... Jumlah Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen..................................................
29
50
52
58
64 Tabel 3.2 Bobot Skor Jawaban .................................................................. 68
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ....................................................................................
71 Tabel 3.4 Data Uji Validitas Instrumen........................................................ 73
Tabel 3.5 Instrumen Angket Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ....................................................................................
74 Tabel 3.6 Data Uji Reliabilitas Instrumen.................................................... 75
Tabel 3.7 Interval dan Kategori .................................................................. 77
Tabel 4.1 Data Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ..................................................................
79 Tabel 4.2 Waktu Pengambilan Data Penelitian........................................... 80
Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Data Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ...............................
81 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7
Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan ............................................................................... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan ............................................................................... Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ........... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ...........
82
83
85
86
xii
Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23
Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ..................................................................... Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ....................................................... Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar ............................................................................ Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar.............................................................. Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ..................................................................... Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ....................................................... Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide.............. Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide.............. Skor dan Kategori Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana................................................................................... Distribusi Frekuensi Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana................................................................................... Skor dan Kategori Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana................................................................ Distribusi Frekuensi Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana................................................................ Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ..... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ..... Skor dan Kategori Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi.................................................................................... Distribusi Frekuensi Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi....................................................................................
88
89
91
92
94
95
97
98 100
101
103
104
106
107
109
110
Tabel 4.24 Skor dan Kategori Indikator Pengetahuan .................................. 112
Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Indikator Pengetahuan................................ 113
Tabel 4.26 Kelengkapan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ....................................................................................
127
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Peta Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen .................. 56
Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6
Histogram Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan........................................................................... Histogram Kreativitas Guru Pejasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah .................. Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ................................................................. Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar........................................................................ Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ................................................................. Histogram Kreativitas Guru Pejasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide ....................
83
86
89
92
95
98 Gambar 4.7 Histogram Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana 101
Gambar 4.8 Gambar 4.9
Histogram Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ....................................................................... Histogram Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru............
104 107
Gambar 4.10 Histogram Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi ... 110
Gambar 4.11 Histogram Indikator Pengetahuan .......................................... 113
Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14
Modifikasi Lapangan Bola Voli Mini di SD Negeri 2 Pesuningan ............................................................................ Modifikasi Pemukul Kasti pada Pembelajaran Kasti di SD Negeri 2 Mulyosri ................................................................... Modifikasi Tongkat pada Pembelajaran Lari Estafet di SD Negeri Sembirkadipaten.........................................................
122 122
123
Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18
Modifikasi Gawang di SD Negeri Sembirkadipaten ................ Modifikasi Ring Basket pada Pembelajaran Basket di SD Negeri 1 Prembun .................................................................. Modifikasi Kasur Busa pada Pembelajaran Senam Lantai di SD Negeri 4 Prembun ............................................................ Modifikasi Cones pada Pembelajaran Atletik di SD Negeri 2 Tersobo..................................................................................
123 124
125
125
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing .................................... 137
Lampiran 2 Usulan Tema dan Judul Skripsi.............................................. 138
Lampiran 3 Pengesahan Proposal Skripsi ................................................ 139
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Fakultas................................................. 140
Lampiran 5 Surat Rekomendasi Izin Penelitian UPTD Unit Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen ............................................. 141 Lampiran 6 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1
Prembun ................................................................................ 142 Lampiran 7 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2
Prembun ................................................................................ 143 Lampiran 8 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 3
Prembun ................................................................................ 144 Lampiran 9 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 4
Prembun ................................................................................ 145 Lampiran 10 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1
Kabekelan.............................................................................. 146 Lampiran 11 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2
Kabekelan.............................................................................. 147 Lampiran 12 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1
Tunggalroso ........................................................................... 148 Lampiran 13 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2
Tunggalroso ........................................................................... 149 Lampiran 14 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri
Kedungwaru........................................................................... 150 Lampiran 15 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri
Bagung .................................................................................. 151 Lampiran 16 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1
Tersobo.................................................................................. 152 Lampiran 17 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2
Tersobo.................................................................................. 153 Lampiran 18 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 3
Tersobo.................................................................................. 154 Lampiran 19 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1
Sidogede................................................................................ 155 Lampiran 20 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2
Sidogede................................................................................ 156 Lampiran 21 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri
Sembirkadipaten .................................................................... 157 Lampiran 22 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri
Kedungbulus .......................................................................... 158
xv
Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25 Lampiran 26 Lampiran 27 Lampiran 28
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Mulyosri ................................................................................. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Mulyosri ................................................................................. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Pesuningan ............................................................................ Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Pesuningan ............................................................................ Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Kabuaran ............................................................................... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Pecarikan...............................................................................
159 160
161
162
163
164
Lampiran 29 Instrumen Angket Uji Coba .................................................... 165
Lampiran 30 Instrumen Angket Penelitian .................................................. 169
Lampiran 31 Tabulasi Data Uji Coba Instrumen Penelitian ......................... 173
Lampiran 32 Uji Validitas Instrumen Penelitian ........................................... 174
Lampiran 33 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ....................................... 177
Lampiran 34 Tabulasi Data Hasil Penelitian Kreativitas Guru Penjasorkes. 179
Lampiran 35 Kategorisasi Data Kreativitas Guru Penjasorkes .................... 180
Lampiran 36 Lampiran 37 Lampiran 38 Lampiran 39 Lampiran 40 Lampiran 41 Lampiran 42 Lampiran 43 Lampiran 44 Lampiran 45 Lampiran 46 Lampiran 47
Tabulasi Data Hasil Penelitian Faktor dan Indikator Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah .................. Kategorisasi Data Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ........................................................... Kategorisasi Data Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar................................................... Kategorisasi Data Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar ......................................................... Kategorisasi Data Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar................................................... Tabulasi Data Hasil Penelitian Faktor dan Indikator Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide .................... Kategorisasi Data Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide ..................................................................... Kategorisasi Data Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana .............................................................................. Kategorisasi Data Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ........................................................... Tabulasi Data Hasil Penelitian Faktor dan Indikator Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ..................... Kategorisasi Data Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru........................................................... Kategorisasi Data Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi ...............................................................................
181 182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
Lampiran 48 Kategorisasi Data Indikator Pengetahuan .............................. 193
Lampiran 49 Kelengkapan Sarana dan Prasarana Penjasorkes ................. 194
xvi
Lampiran 50 Panduan Observasi Daftar Check-list Sarana dan Prasarana 195
Lampiran 51 Transkip Observasi Daftar Check-list Sarana dan Prasarana. 196
Lampiran 52 Panduan Dokumentasi........................................................... 219
Lampiran 53 Panduan Wawancara............................................................. 220
Lampiran 54 Transkip Wawancara ............................................................. 222
Lampiran 55 Dokumentasi Penelitian ......................................................... 242
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam
kehidupan manusia. Pendidikan akan selalu ada di kehidupan manusia.
Pendidikan sebagai gejala yang universal merupakan suatu keharusan bagi
manusia, karena di samping sebagai gejala pendidikan juga sebagai upaya
memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan kebudayaan
manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang terselenggara lebih
baik, lebih teratur, dan didasarkan atas pemikiran yang matang.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu mata
pelajaran wajib di sekolah. Menurut Harsuki (2003:47) pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional
melalui aktivitas fisik. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan
bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan
berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan
moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktifitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara
sistematis dalam rangka mencapai tujuan keolahragaan nasional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional Bab II Pasal 4, terdapat tujuan keolahragaan
nasional yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran,
1
2 2
prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas,
disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan
kehormatan bangsa. Oleh karena itu, tujuan dari pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan di antaranya adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
kesehatan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit. Apabila mempunyai
kesegaran dan daya tahan tubuh yang baik diharapkan siswa dapat mencapai
prestasi belajar yang maksimal.
Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes)
dapat berjalan sukses dan lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara
lain: guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, tujuan, metode, lingkungan
yang mendukung, dan penilaian. Guru dan sarana prasarana merupakan unsur
yang paling menentukan dalam keberhasilan pembelajaran Penjasorkes. Namun,
unsur utama untuk keberhasilan tersebut adalah guru itu sendiri. Pada umumnya
jumlah siswa di sekolah lebih banyak dibandingkan dengan alat dan fasilitas
yang ada. Hal tersebut membuat siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran,
sehingga pembelajaran menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, guru
Penjasorkes harus mampu membawa siswa ke dalam situasi belajar yang
menyenangkan dalam pembelajaran dengan memunculkan dan
mengembangkan kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana Penjasorkes.
Semua unsur yang mendukung keberhasilan di dalam proses
pembelajaran Penjasorkes saling terkait satu dengan yang lainnya. Sarana dan
prasarana Penjasorkes merupakan satu di antara unsur penunjang keberhasilan
proses pembelajaran Penjasorkes yang tak jarang pula sering menimbulkan dan
3 3
menjadi masalah di beberapa sekolah di Indonesia. Soepartono (2000:13)
menyatakan bahwa fasilitas olahraga di sekolah masih merupakan masalah di
negara kita dan ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak
merata, serta masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standar minimal.
Sekolah-sekolah yang ada memiliki kecenderungan kurang memikirkan
penyediaan atau pengadaan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena
itu, Penjasorkes perlu mendapat dukungan sarana dan prasarana yang memadai
karena sarana dan prasarana mempunyai peran yang sangat penting dalam
proses pembelajaran Penjasorkes dan tanpa adanya sarana dan prasarana
proses pembelajaran akan mengalami hambatan bahkan terhenti, sehingga
tujuan dari pembelajaran tidak tercapai.
Sarana dan prasarana Penjasorkes yang ideal menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana yang dapat menunjang lancarnya proses pembelajaran pendidikan
jasmani di tingkat Sekolah Dasar meliputi tempat berolahraga yang berfungsi
sebagai tempat bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan
kegiatan ekstrakurikuler. Tempat bermain atau berolahraga memiliki rasio luas
minimum 3 m²/peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta
didik kurang dari 167, luas minimum tempat bermain atau berolahraga 500 m². Di
dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran
20 m x 15 m. Tempat berolahraga yang merupakan ruang terbuka sebag ian
ditanami pohon penghijauan. Diletakkan di tempat yang tidak mengganggu
proses pembelajaran di kelas. Tidak digunakan untuk parkir. Tempat dengan
beberapa kriteria di atas maksudnya adalah sebuah tempat atau ruang
bebas yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat
4 4
pohon, saluran air, dan benda-benda lain yang mengganggu kegiatan
olahraga.
Seiring dengan banyaknya cabang olahraga yang akan dilakukan dan telah
diprogram dalam kurikulum, ketersediaan sarana dan prasarana yang baik
sangat dibutuhkan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mencukupi dan
sesuai dengan perbandingan siswa yang ada, sangat membantu guru
Penjasorkes dalam memberikan pembelajaran. Guru akan lebih mudah dan
terarah dalam menyampaikan materi dengan berbagai variasi dan metode
pembelajaran. Begitu juga dengan siswa. Siswa menjadi lebih maksimal dalam
menerima materi pembelajaran. Siswa lebih sering dalam melakukan berbagai
keterampilan dan aktivitas di dalam proses pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran tercapai dengan baik.
Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang baik menimbulkan banyak
hambatan dalam proses pembelajaran. Akibatnya jika guru tidak kreatif, maka
dalam pembelajaran Penjasorkes guru tidak dapat menyampaikan materi
pembelajaran dengan frekuensi dan intensitas yang sesuai dengan kebutuhan.
Hal ini juga berdampak terhadap siswa. Siswa tidak dapat maksimal dalam
menerima materi pembelajaran dan tidak maksimal dalam melakukan berbagai
gerak keterampilan dalam permainan ataupun aktivitas jasmani lainnya, sehingga
tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik.
Prembun merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah yang terletak di sebelah timur Kebumen dan perbatasan langsung
dengan Kabupaten Purworejo yang sebagian besar wilayahnya merupakan
dataran rendah. Kecamatan Prembun memiliki SD Negeri yang berjumlah 23.
5 5
No Sekolah Alat Jumlah Keterangan
1. SD Negeri Pecarikan Bola sepak Net voli Tenis meja Net takraw Pemukul kasti Bola kasti Peluru Cakram Bola plastik Lapangan sepak bola
1 1
1 set 1 1 5
1 set 1 set
5 1
Baik Rusak Baik
Rusak Baik Baik Baik
Rusak Baik Baik
2. SD Negeri 2 Pesuningan Bola sepak Bola voli Net voli
2 3 1
Baik Baik Baik
Berdasarkan observasi awal kondisi dan jumlah sarana dan prasarana
olahraga pada hari Rabu, 13 Mei 2015 di beberapa SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen ternyata masih minim. Sekolah-sekolah
kebanyakan tidak mempunyai lapangan tersendiri untuk berolahraga. Halaman
sekolah yang ada untuk olahraga kurang luas, sehingga pada saat aktivitas
Penjasorkes sangat mengganggu pembelajaran siswa lain yang ada di dalam
kelas. Sarana atau alat penunjang dalam pembelajaran sangat kurang. Jumlah
bola yang diperlukan untuk bermain tidak sebanding dengan jumlah siswa yang
ada. Sebagian sarana dan prasarana di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen belum sesuai dengan standar sarana dan prasarana
menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Dengan
keadaan yang demikian, proses pembelajaran Penjasorkes tidak dapat
berlangsung secara maksimal sehingga tujuan dari pembelajaran tidak tercapai
dengan baik. Berikut hasil observasi awal dengan melihat langsung sarana dan
prasarana Penjasorkes di beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen.
Tabel 1.1 Hasil Observasi Awal Sarana dan Prasarana Penjasorkes di Beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
6 6
Lapangan voli
Bola kasti Pemukul kasti Bola kasti Cone Tongkat estafet Bola plastik Lapangan sepak bola
1 5 2 5
10 5 5 1
Baik Baik Baik Baik Baik
Rusak Baik Baik
3. SD Negeri 1 Prembun Bola sepak Bola futsal Bola voli Bola basket Tenis meja Bola takraw Pemukul kasti Bola kasti Cone Lembing Tongkat estafet Matras senam Bola plastik Lapangan sepak bola
3 2 4 2
1 set 1 3
10 10 10 6 3
10 1
Baik Baik Baik
Rusak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
4. SD Negeri Bagung Bola sepak Bola voli Bola basket Tenis meja Bola takraw Peluru Pemukul kasti Bola kasti Lembing Cakram Tongkat estafet Matras senam Bola plastik
2 1 1
1 set 2
1 set 2 5 5
1 set 5 1 5
Baik Baik
Rusak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber: Bagas Anung H, 2015.
Berdasarkan observasi pada saat pembelajaran bola voli, bola sering mati
saat permainan dan membuat pembelajaran kurang lancar. Bahkan terasa
membosankan bagi siswa karena menunggu giliran main, serta hanya
menggunakan satu lapangan bola voli. Bola yang digunakan kurang memadai
7 7
dengan jumlah siswa yang banyak, minimal sekolah mempunyai 6 buah bola,
serta bola terasa berat dan sakit saat digunakan servis. Selain itu, pada saat
pembelajaran sepak bola, para siswa kesulitan menggunakan bola. Siswa
merasa kesakitan saat menendang bola. Selain itu, bola terasa berat saat
ditendang.
Guru Penjasorkes sebaiknya memberikan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran karena siswa SD
masih senang bermain dan berlomba yang menyenangkan. Dalam hal ini, guru
harus berpikir kreatif salah satunya adalah dengan memodifikasi bola yang lebih
ringan dan lunak, misalnya: menggunakan bola plastik yang dilapisi bahan karet
tipis atau dengan membuat plastik bekas dibentuk bulat. Dengan berpikir kreatif,
maka kualitas pembelajaran bisa ditingkatkan dan diharapkan materi yang
disampaikan dapat diterima murid dengan mudah.
Berdasarkan hasil wawancara pada hari Rabu, 13 Mei 2015 dengan guru
Penjasorkes SD Negeri Pecarikan yaitu Bapak Wisnu Septyadi, S.Pd., dan guru
Penjasorkes SD Negeri 2 Pesuningan yaitu Bapak Nur Sahid, S.Pd., mengakui
bahwa sarana dan prasarana Penjasorkes masih minim, jumlah alat tidak
sebanding dengan jumlah siswa, pembelajaran kurang berjalan dengan efektif,
kesempatan siswa masih kurang dalam mempraktikkan materi pembelajaran,
guru Penjasorkes sebagian masih ada yang pasrah dan monoton dalam
memberikan materi atau pembelajaran karena keterbatasan sarana dan
prasarana tersebut.
Guru yang profesional tidak bersikap pasrah, menerima, dan pasif jika ada
masalah yang terkait dengan sarana dan prasarana Penjasorkes, tetapi
diharapkan dapat menyikapi secara kreatif untuk mengatasinya. Dengan
8 8
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah, maka
guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
hendaknya mampu memotivasi siswa-siswanya, menciptakan ide-ide baru,
kreatif memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran. Guru dapat
memodifikasi sarana dan prasarana dengan apa yang ada di sekitarnya atau
dapat pula menggunakan sarana dan prasarana lain yang fungsinya sama
sebagai pengganti sarana dan prasarana yang sebenarnya atau dengan usaha
lain yang sesuai dengan materi, tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa
demi tercapainya tujuan pembelajaran Penjasorkes yang diharapkan atau lebih
baik lagi. Seorang guru Penjasorkes harus mampu dalam pengelolaan kelas
yang baik, serta berkreasi ketika mengajar. Mengingat Penjasorkes merupakan
kajian terhadap gerak manusia yang disusun dalam muatan yang aktual.
Materi Penjasorkes disampaikan dalam rangka memberi kesempatan bagi
siswa untuk tumbuh dan berkembang secara proporsional, rasional, ranah
psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan permasalahan yang dihadapi, seorang
guru Penjasorkes harus jeli dan mampu mencari jalan keluar dari permasalahan
yang dihadapi di lapangan. Oleh karena itu, guru Penjasorkes dituntut kreatif dan
selalu mencari pemecahan dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Penjasorkes di Sekolah Dasar merupakan awal dari jenjang pendidikan. Di
Sekolah Dasar, guru Penjasorkes mempunyai tanggung jawab terhadap
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar
harus mampu membimbing dan mengembangkan kemampuan gerak,
menanamkan nilai dan sikap. Selain itu, guru Penjasorkes harus dapat memacu
dan mengarahkan siswa dalam masa pertumbuhan. Seorang guru Penjasorkes
9 9
harus mampu mengatasi persoalan dalam proses pembelajaran Penjasorkes di
sekolah, karena dalam proses pembelajaran Penjasorkes akan menemukan
berbagai faktor yang menghambat proses pembelajaran di sekolah salah satunya
keterbatasan sarana dan prasarana, sehingga perlu adanya kreativitas seorang
guru dalam mengelola pembelajaran Penjasorkes. Minimnya sarana dan
prasarana Penjasorkes yang tidak merata serta tidak sesuai dengan kondisi
murid, menuntut guru Penjasorkes lebih kreatif. Oleh karena itu, guru harus bisa
memodifikasi pembelajaran dengan memanfaatkan sarana dan prasarana
Penjasorkes yang tersedia di sekolah.
Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, mendorong penulis untuk
melakukan penelitian lebih dalam tentang bagaimana tingkat kreativitas guru
Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran
Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten
Kebumen.
1. 2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri
se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
2. Minimnya alat, perkakas, dan fasilitas Penjasorkes yang dimiliki sekolah.
3. Tidak sebandingnya antara jumlah sarana dan prasarana yang ada dengan
jumlah siswa sehingga proses pembelajaran Penjasorkes berjalan kurang
baik.
1010 1010
4. Belum diketahui seberapa tinggi tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes
di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
1. 3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu
adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Dengan keterbatasan peneliti
baik waktu maupun dana, maka peneliti hanya membatasi masalah pada
“Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan
Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen”.
1. 4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini
yaitu: “Bagaimana Tingkat Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi
Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen?”.
1. 5 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan
sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
1111 1111
1. 6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Teoritis
a. Dapat dijadikan gambaran atau informasi tentang tingkat kreativitas
guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal
yang sama.
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta
memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan keterampilan
meneliti terutama pada bidang yang dikaji.
b. Bagi Guru Penjasorkes
Dapat dijadikan masukan atau bahan evaluasi agar dapat mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes
sehingga pembelajaran tercapai dengan baik.
c. Bagi Lembaga
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen dan lembaga pendidikan
agar lebih memperhatikan keadaan sarana dan prasarana
pembelajaran Penjasorkes supaya lebih lengkap agar proses
pembelajaran Penjasorkes di sekolah lebih maksimal.
1212 1212
d. Bagi Instansi Terkait
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Dinas Dikpora, Kabupaten
Kebumen agar lebih memperhatikan kualitas dan kuantitas maupun
keadaan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kreativitas
Setiap individu pada zaman globalisasi ini dituntut untuk menciptakan
sesuatu yang baru dengan tujuan memberikan manfaat untuk diri sendiri dan
orang lain. Oleh karena itu, individu dituntut untuk menjadi pribadi yang kreatif
agar dapat bersaing di era globalisasi saat ini. Begitu juga dengan guru
Penjasorkes, dituntut kreatif dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes supaya tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Untuk menunjang pemahaman mengenai kreativitas,
berikut disajikan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kreativitas.
Menurut Conny Semiawan, dkk (1990:7) kreativitas ialah kemampuan
untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah. Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur,
data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Sedangkan, menurut Oemar Hamalik (2008:179) seseorang yang kreatif
adalah yang memiliki kemampuan kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan
apresiasi, dapat dikatakan melebihi dari seseorang yang tergolong intelegen.
Pembahasan tentang kreativitas bertalian dengan aspek-aspek abilitet kreatif,
mempelajari abilitet-abilitet itu, serta mengembangkan dan menggunakannya
dalam pemecahan masalah (problem solving). Abilitet-abilitet kreatif sebagai alat
individu untuk mengekspresikan kreativitas apa yang dia miliki, bersifat umum,
dan dapat diterapkan pada macam-macam tugas.
13
1414 1414
Selain itu, menurut Utami Munandar (2009:12) kreativitas adalah hasil dari
interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada. Dengan demikian, baik perubah
di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat
menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat
ditingkatkan melalui pendidikan. Sedangkan, menurut Clark Moustakis
sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar (2009:18) kreativitas adalah
pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam
bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, alam, dan orang lain.
Lebih lanjut, menurut Slameto (2010:145) kreativitas adalah penemuan
sesuatu mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
menggunakan sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa
perbuatan, tingkah laku, suatu bangunan, hasil-hasil kesusasteraan, dan lain-
lain.
Sedangkan, menurut Momon Sudarma (2013:18) kreativitas dimaknai
sebagai sebuah kekuatan atau energi (power) yang ada dalam diri individu.
Energi ini menjadi daya dorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu
dengan cara atau untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sedangkan menurut
Robert Franken sebagaimana dikutip oleh Momon Sudarma (2013:18) ada tiga
dorongan yang menyebabkan orang bisa kreatif, yaitu: 1) kebutuhan untuk
memiliki sesuatu yang baru, bervariasi, dan lebih baik, 2) dorongan untuk
mengomunikasi nilai dan ide, serta 3) keinginan untuk memecahkan masalah.
Ketiga dorongan itulah yang kemudian menyebabkan seseorang untuk berkreasi.
Dengan kata lain, masalah kreativitas ini dapat dimaknai sebagai sebuah energi
1515 1515
atau dorongan dalam diri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan
tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu
yang baru dan menerapkannya dalam memecahkan masalah, kemampuan
menemukan ide-ide baru dari hasil menganalisis dan dapat mengubahnya
menjadi kenyataan yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
2.1.1 Ciri-Ciri Kreativitas
Biasanya orang yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas,
dan mempunyai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Ciri-ciri perilaku yang
ditemukan pada orang-orang yang memiliki sifat kreatif menurut para ahli adalah
sebagai berikut.
Menurut Conny Semiawan, dkk (1990:7) kreativitas meliputi baik ciri-ciri
kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian
(orisinalitas) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri afektif (non-aptitude), seperti rasa
ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari
pengalaman baru. Selain itu, menurut Conny Semiawan, dkk (1990:10) ciri-ciri
mencerminkan kepribadian yang kreatif adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat.
2. Mempunyai inisiatif.
3. Mempunyai minat yang luas.
4. Bebas dalam berpikir.
5. Bersifat ingin tahu.
6. Selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman baru.
1616 1616
7. Percaya pada diri sendiri.
8. Penuh semangat.
9. Berani mengambil risiko.
10. Berani dalam pendapat dan keyakinan.
Sedangkan, menurut Guilford sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar
(2009:10) ciri-ciri utama dari kreativitas, membedakan antara aptitude dan non-
aptitude traits. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif) meliputi
kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir. Ciri-ciri non-
aptitude (afektif) seperti kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik,
kemandirian.
Menurut Utami Munandar (2009:36) ciri-ciri pribadi yang kreatif sebagai
berikut: 1) imajinatif, 2) mempunyai prakarsa, 3) mempunyai minat luas, 4)
mandiri dalam berpikir, 5) ingin tahu, 6) senang berpetualang, 7) penuh energi, 8)
percaya diri, 9) bersedia mengambil risiko, 10) berani dalam pendirian dan
keyakinan. Sedangkan, ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang
memberikan sumbangan kreatif yang menonjol, digambarkan sebagai berikut: 1)
berani dalam pendirian, 2) ingin tahu, 3) mandiri dalam berpikir dan
mempertimbangkan, 4) bersibuk diri dengan kerjanya, 5) intuitif, 6) ulet, dan 7)
tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja. Lebih lanjut, menurut
Utami Munandar (2009:71) ciri-ciri untuk kreativitas sebagai berikut:
1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam.
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah.
4. Bebas dalam menyatakan pendapat.
5. Mempunyai rasa keindahan yang dalam.
1717 1717
6. Menonjol dalam suatu bidang seni.
7. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang.
8. Mempunyai rasa humor yang luas.
9. Mempunyai daya imajinasi.
10. Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
Menurut Sund sebagaimana dikutip oleh Slameto (2010:147) menyatakan
bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar.
2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
3. Panjang akal.
4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti.
5. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit.
6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.
7. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas.
8. Berpikir fleksibel.
9. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban
lebih banyak.
10. Kemampuan membuat analisis dan sintesis.
11. Memiliki semangat bertanya serta meneliti.
12. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.
13. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, ciri-ciri kreativitas secara
garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) memiliki kemampuan dalam
melihat masalah, 2) memiliki kemampuan menciptakan ide atau gagasan untuk
1818 1818
memecahkan masalah, 3) terbuka pada hal-hal baru serta tanggap menerima
hal-hal tersebut.
2.1.2 Aspek-aspek Kreativitas
Menurut Guilford (Nursito, 2000) aspek-aspek kreativitas adalah sebagai
berikut:
1. Fluency yaitu kesigapan, kelancaran untuk menyampaikan banyak
gagasan.
2. Fleksibilitas yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam
pendekatan dalam mengatasi persoalan.
3. Orisinalitas yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang asli.
4. Elaborasi yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail atau
terperinci.
5. Redefinition yaitu kemampuan untuk menentukan batasan-batasan
dengan melihat dari sudut yang lain daripada cara-cara yang lazim.
Sedangkan aspek-aspek kreatif menurut Utami Munandar (2009) yaitu:
1. Keterampilan berpikir lancar yaitu kemampuan mencetuskan banyak
gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.
2. Keterampilan berpikir luas yaitu kemampuan menghasilkan gagasan,
jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, serta dapat melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
3. Keterampilan berpikir orisinal yaitu kemampuan melahirkan ungkapan yang
baru, unik, dan asli.
1919 1919
4. Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu kemampuan
mengembangkan, memperkaya, atau memperinci detail-detail dari suatu
gagasan hingga menjadi lebih menarik.
5. Keterampilan menilai atau mengevaluasi yaitu kemampuan menentukan
penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan, suatu
rencana, atau suatu tindakan itu bijaksana atau tidak.
Lebih lanjut, menurut Utami Munandar (2009:20) aspek-aspek dari
kreativitas berdasarkan 4P, yaitu:
1. Pribadi.
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang mencerminkan
orisinilitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah
diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif.
2. Proses.
Untuk mengembangkan kreatif, perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri
secara aktif.
3. Produk.
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang
bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana
keduanya mendorong (press) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses
(kesibukan, kegiatan) yang kreatif.
4. Press.
Bakat kreatif akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari
lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi
internal) untuk menghasilkan sesuatu.
2020 2020
Selain itu, menurut Oemar Hamalik (2008:179) aspek khusus berpikir
kreatif adalah berpikir devergen (devergen thinking), yang memiliki ciri-ciri:
1. Fleksibilitas, menggambarkan keragaman (devergency) ungkapan atau
sambutan terhadap sesuatu stimulus.
2. Originalitas, menunjuk pada tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban,
atau pendapat terhadap sesuatu masalah, kejadian, dan gejala.
3. Fluency (keluwesan, keaslian, dan kuantitas output), menunjuk pada
kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa ada beberapa
aspek kreatif yaitu: 1) kemampuan untuk melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda,
serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran,
2) kemampuan menciptakan ide atau gagasan yang unik dan asli, jawaban-
jawaban dan pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi dalam pemecahan
masalah, 3) terbuka terhadap hal-hal yang baru.
2.2 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Menurut Abdulkadir Ateng (1992:4) pendidikan jasmani merupakan usaha
pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses
pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan
pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara
keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk
mengembangkan kawasan organik, neuromuskuler, intelektual, dan sosial.
Sedangkan, menurut Harsuki (2003:47) pendidikan jasmani merupakan
bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan meningkatkan
2121 2121
individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui
aktivitas fisik.
Selain itu, menurut E. Mulyasa (2003:90) pendidikan jasmani merupakan
proses pendidikan melalui penyedian pengalaman belajar kepada peserta didik
berupa aktivitas jasmani, bermain, dan atau berolahraga yang direncanakan
secara sistematis dengan memperhatikan tahap pertumbuhan dan
perkembangan guna merangsang perkembangan fisik, keterampilan berpikir,
emosional, sosial, dan moral. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan
untuk membina dan sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif di
sepanjang hayat. Melalui pendidikan jasmani siswa bukan hanya memperoleh
kemampuan dalam hal aktivitas, tetapi juga keterampilan dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.
Menurut Sukintaka (2004:17) pendidikan jasmani pada dasarnya adalah
bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan namun kadang sering
dianggap orang adalah sesuatu yang tidak penting dan hanya sebagai pelengkap
dari sistem pendidikan. Sebagian orang tidak menyadari bahwa sesungguhnya
pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem yang mencoba
mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial,
serta emosional bagi masyarakat dengan pendidikan jasmani sebagai
wahananya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat,
2222 2222
dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan
kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan keolahragaan nasional.
2.2.1 Tujuan Penjasorkes
Menurut Abdulkadir Ateng (1992:7) tujuan dari pendidikan jasmani adalah:
1. Pembentukan Gerak.
1) Memenuhi serta mempertahankan gerak.
2) Penghayatan ruang, waktu, dan bentuk serta pengembangan
perasaan irama.
3) Mengenal kemungkinan gerak diri sendiri.
4) Memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap.
5) Memperkaya dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan
pengalaman gerak.
2. Pembentukan Prestasi.
1) Mengembangkan kemampuan kerja optimal dengan mengajarkan
ketangkasan-ketangkasan .
2) Belajar mengarahkan diri pada pencapaian prestasi (kemauan,
konsentrasi, keuletan, kewaspadaan, kepercayaan pada diri sendiri).
3) Penguasaan emosi.
4) Belajar mengenal kemampuan dan keterbatasan diri.
5) Meningkatkan sikap tepat terhadap nilai yang nyata dari tingkat dan
bidang prestasi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat, dan
olahraga.
2323 2323
3. Pembentukan Sosial.
1) Pengakuan dan penerimaan peraturan-peraturan dan norma-norma
bersama.
2) Mengikutsertakan ke dalam struktur kelompok fungsional, belajar
bekerja sama, menerima pimpinan, dan memberikan pimpinan.
3) Pengembangan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap
orang lain sebagai pribadi.
4) Belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, memberi pertolongan,
memberi perlindungan dan berkorban.
5) Belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepas lelah
secara aktif untuk pengisian waktu senggang.
4. Pertumbuhan Badan.
1) Peningkatan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat tumbuh,
bersikap dan bergerak dengan baik, dan untuk dapat berprestasi
secaraa optimal (kuatan dan mobilitas, pelepasan ketegangan, dan
kesiapsiagaan).
2) Meningkatan kesehatan jasmani dan rasa tanggung jawab terhadap
kesehatan diri dengan membiasakan cara-cara hidup sehat.
Sedangkan, menurut Adang Suherman (2000:23) secara umum tujuan
pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Perkembangan Fisik.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas
yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang
(physical fitness).
2424 2424
2. Perkembangan Gerak.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara
efektif, efisien, halus, indah, sempurna.
3. Perkembangan Mental.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan
menginterpretasikan keseluruan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke
dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya
pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
4. Perkembangan Sosial.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan
diri pada suatu kelompok atau masyarakat.
Selain itu, menurut Rusli Lutan (2000:1-2) pendidikan jasmani adalah
wahana untuk mendidik anak. Pendidikan jasmani merupakan alat untuk
membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik
tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di
sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman
langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani. Dijelaskan pula tujuan ideal
pendidikan jasmani adalah bahwa program pendidikan jasmani itu bersifat
menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya
yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral dengan maksud
kelak anak muda itu menjadi seseorang yang percaya diri, disiplin, sehat, bugar,
dan hidup bahagia. Secara sederhana pendidikan jasmani memberikan
kesempatan kepada siswa untuk:
2525 2525
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan
dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan
sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam
aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang
optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas
jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif
dalam hubungan antarorang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan olahraga.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tujuan pendidikan jasmani secara
umum adalah pengembangan individu yang bersifat menyeluruh, sebab
mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang mencakup
aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral.
2626 2626
2.2.2 Aspek-aspek Penjasorkes
Menurut Rusli Lutan (2000:5-7) aspek-aspek pendidikan jasmani sebagai
berikut:
1. Aspek Psikomotor.
Mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual-
motorik, bahwa upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau
aktivitas jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik,
sekaligus untuk tujuan yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan
itu sendiri.
2. Aspek Kognitif.
Mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi
adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam
pendidikan jasmani tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan yang
berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta
kegiatan pengisi waktu luang, sama halnya pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
3. Aspek Afektif.
Mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang
kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu
dikembangkan, namun lebih penting di antaranya adalah konsep diri dan
komponen kepribadian lainnya seperti intelegensia emosional dan watak.
Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting yakni pengendalian diri,
kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati.
2727 2727
2.3 Kurikulum Penjasorkes
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum merupakan perangkat utama dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan formal di suatu lembaga pendidikan. Kurikulum adalah segala
kegiatan dan pengalaman belajar yang dirancang, direncanakan, diprogramkan,
dan diselenggarakan oleh lembaga bagi anak didiknya dengan maksud untuk
mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum pendidikan jasmani adalah kurikulum
yang terdiri dari semua situasi yang secara sadar dipilih dan diorganisasi dengan
maksud untuk mengembangkan kepribadian anak didik meliputi pengetahuan
atau wawasan, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, atau kemampuan-
kemampuan (Nadisah, 1992:3).
Dalam mata pelajaran Penjasorkes mengalami perubahan yaitu dari
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berubah menjadi pendidikan
jasmani, yang lebih menegaskan bahwa mata pelajaran ini menggunakan
aktivitas jasmani sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai
mata pelajaran yang menitikberatkan pada ranah jasmani dan psikomotor,
pendidikan jasmani tetap tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif. Ketiga
ranah tersebut tetap diberikan kepada siswa agar siswa mampu berkembang
dengan baik dan seimbang antara kemampuan fisik dan kemampuan berpikir.
Dalam materi pendidikan jasmani, selain dibekali dengan materi teori,
peserta didik juga dibekali dengan materi praktik. Materi yang dipelajari dapat
2828 2828
berupa permainan, atletik, maupun yang lainnya. Dalam pendidikan jasmani
mencakup materi, antara lain: kesadaran akan tubuh dan gerakan, keterampilan
motorik dasar, kesegaran jasmani, aktivitas jasmani, aktivitas pengkondisian
tubuh, modifikasi permainan dan olahraga, keterampilan mandiri di alam terbuka,
serta gaya hidup aktif dan sportif.
2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam rangka
memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan
menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23
Tahun 2006, dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. Pemahamannya adalah bahwa pada tingkat
satuan pendidikan, yaitu sekolah, harus dikembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Pemerintah hanya memberikan
rambu-rambu penyusunan atau pengembangannya. Satuan pendidikan
2929 2929
Aspek/Sub Aspek
SD/MI
Kelas
1 2 3 4 5 6
Permainan dan Olahraga
Olahraga tradisional Permainan Eksplorasi gerak Keterampilan lokomotor Keterampilan non-lokomotor Keterampilan manipulatif Atletik Kasti
v v v v v v - -
v v v v v v - -
v v v v v v - -
v v v v v v v v
v - - - - - v v
v - - - - v v v
diharapkan bisa mengembangkan KTSP sebagai dasar untuk merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran bagi siswa.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata
pelajaran atau tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar, pencapaian kompetensi
untuk penilaian.
Standar Ketuntasan Belajar Minimal adalah batas minimal yang harus
dikuasai oleh peserta didik pada setiap Kompetensi Dasar. Oleh sebab itu, bagi
peserta didik yang belum dapat mencapai batas miimal harus mengikuti remidi.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarka prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
Silabus.
2.3.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi mata pelajaran pendidikan jasmani untuk jenjang
SD/MI adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani untuk Jenjang SD/MI
3030 3030
Rounders Kippers Softball Baseball Bola tangan Sepak bola Bola basket Bola voli Tenis meja Tenis Bulutangkis Beladiri Aktivitas lainnya
- - - - - - - - - - - - v
- - - - - - - - - - - - v
- - - - - - - - - - - - v
v v v v - v v v v v v - v
v v v v - v v v v v v - v
v v v v - v v v v v v - v
Aktivitas Pengembangan
Mekanika/sikap tubuh Komponen kebugaran jasmani Aktivitas lainnya
v v v
v v v
v v v
- v v
- v v
- v v
Uji Diri/Senam
Ketangkasan sederhana Ketangkasan tanpa alat Ketangkasan dengan alat Senam lantai Aktivitas lainnya
v v v - v
v v v - v
- v v - v
- v v - v
- v v - v
- v v v v
Aktivitas Ritmik
Gerak bebas Senam pagi SKJ Senam aerobik Aktivitas lainnya
v - - - v
v - - - v
v v v - v
v v v - v
- v v - v
- v v v v
Akuatik
Permainan di air Keselamatan di air Keterampilan di air Renang Aktivitas lainnya
v v - - v
v v - - v
v v - - v
v v v v v
- v v v v
- v v v v
Pendidikan Luar Kelas
Piknik Pengenalan lingkungan Berkemah Menjelajah Mendaki gunung
v v - - -
v v - - -
v v - - -
v v - v -
v v v v -
v v v v v
Sumber: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SD dan MI. Depdiknas. 2006.
3131 3131
Ruang lingkup pendidikan jasmani terdiri dari enam aspek, yaitu: 1)
permainan dan olahraga, 2) aktivitas pengembangan, 3) uji diri/senam, 4)
aktivitas ritmik, 5) akuatik, 6) pendidikan luar kelas. Guru dapat memilih aktivitas
pembelajaran sesuai dengan kondisi lingkungan dan situasi sekolah, dan
memperhatikan faktor pertumbuhan dan perkembangan siswa. Guru diharapkan
dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia untuk pelaksanaan
pembelajaran, baik halaman sekolah, ruang kelas, atau benda-benda lain di
sekitar sekolah yang dapat digunakan sebagai alat bantu proses pembelajaran.
2.4 Guru Penjasorkes
Seorang pendidik dalam hal ini guru, merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Guru dan
Dosen Nomor 14 Tahun 2005 pada Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa guru adalah
pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Dijelaskan juga pada Bab II Pasal 4 bahwa kedudukan
seorang guru sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan
guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Selain itu, dalam Bab III Pasal 7 dijelaskan bahwa guru sebagai tenaga
profesional yang dalam pelaksanaan pekerjaannya berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
3232 3232
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar pendidikan sesuai dengan bidang
tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Menurut Oemar Hamalik (2001:118) guru adalah pekerjaan profesional
maka untuk menjadi guru memerlukan persyaratan yang berat antara lain:
1. Harus memiliki bakat sebagai guru.
2. Harus memiliki keahlian sebagai guru.
3. Harus memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi.
4. Memiliki mental yang sehat.
5. Berbadan sehat.
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
7. Guru adalah manusia yang berjiwa Pancasila.
8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.
3333 3333
Menurut Mark Sund sebagaimana dikutip oleh Guntur Talajan (2012:35)
ciri-ciri yang mempengaruhi kreativitas seorang guru adalah sebagai berikut:
1. Guru kreatif memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga mendorong
seorang guru untuk mengetahui hal-hal yang baru yang berkaitan dengan
aktivitas dan pekerjaannya sebagai guru.
2. Guru kreatif memiliki sikap yang ekstrovert atau bersikap lebih terbuka
dalam menerima hal-hal baru dan selalu ingin mencoba untuk
melakukannya, dan dapat menerima masukan dan saran dari siapapun
yang berkaitan dengan pekerjaannya, dan menganggap bahwa hal-hal
baru tersebut dapat menjadi pengalaman dan pelajaran baru bagi dirinya.
3. Guru kreatif biasanya tidak kehilangan akal dalam menghadapi masalah
tertentu, sehingga sangat kreatif dan panjang akal untuk menemukan
solusi dari setiap masalah yang muncul.
4. Guru kreatif sangat termotivasi untuk menemukan hal-hal baru baik melalui
observasi, pengalaman dan pengamatan langsung, dan melalui kegiatan-
kegiatan penelitian.
Guru Penjasorkes adalah seseorang yang memiliki jabatan atau profesi
yang membutuhkan suatu keahlian khusus dalam pendidikan dengan jalan
memberikan pendidikan jasmani. Guru Penjasorkes sebagai orang profesional
harus memiliki kemampuan dasar setiap cabang olahraga yang diajarkan di
sekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada saat itu. Profesi guru
Penjasorkes secara umum sama dengan guru mata pelajaran yang lain pada
umumnya, namun secara khusus ada letak perbedaan prinsip dan ini merupakan
ciri khas tersendiri. Guru Penjasorkes tugasnya tidak hanya menyampaikan
3434 3434
materi yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan semua ranah harus
tersampaikan pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh.
Guru Penjasorkes merupakan tenaga kependidikan yang sangat
dibutuhkan dalam semua jenjang pendidikan yaitu dari pra sekolah hingga
sekolah menengah atas, bahkan di perguruan tinggi. Hal ini karena manfaat
pendidikan yang sudah diketahui hasilnya yaitu dalam rangka mendewasakan
siswa pada ranah afektif, kognitif, fisik, dan psikomotorik. Dalam rangka
menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan jasmani
sangat dibutuhkan pada semua jenjang pendidikan.
Sukintaka (2004:72-74) menyatakan bahwa agar mempunyai profil guru
pendidikan jasmani, maka seorang guru memiliki banyak kriteria atau setidaknya
yang harus dipenuhi antara lain:
1. Sehat jasmani, rohani, berprofil olahragawan.
2. Mempunyai kemampuan motorik.
3. Tidak gagap.
4. Tidak buta warna.
5. Pandai dan cerdas.
6. Energik dan berketerampilan motorik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, guru merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Guru adalah pendidik yang
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru Penjasorkes merupakan seseorang yang bertugas untuk
mengajarkan pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah
3535 3535
yang dibutuhkan dalam semua jenjang pendidikan untuk mendewasakan siswa
dalam ranah afektif, kognitif, fisik, dan psikomotorik, serta dalam rangka
menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional.
2.4.1 Peranan Guru Penjasorkes
Menurut Supandi (1992:48-51) peranan guru Penjasorkes sebagai berikut:
1. Guru sebagai Pemimipin.
Sudah selayaknya guru Penjasorkes menjadi pemimpin siswa-siswanya.
Sebab ditinjau dari umur, pengetahuan, pengalaman, dan nilai-nilai guru ini
melebihi siswa-siswanya. Guru sebagai pemimpin akan tampak nyata dalam
proses belajar-mengajar pendidikan jasmani. Sebagai pemimpin, guru itu berada
di depan siswanya agar keteladannya itu menjadi sumber belajar siswanya.
2. Guru sebagai Manajer Proses Belajar-Mengajar.
Dalam kesehariannya, guru Penjasorkes harus merencanakan kegiatan,
menciptakan lingkungan belajar, dan menggerakkan siswa-siswanya ke arah
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan guru ini, jelas bahwa guru Penjasorkes ini dapat digolongkan
sebagai manajer proses belajar-mengajar pendidikan jasmani. Kemampuan
manajerial tersebut dikemukakan berikut ini: 1) kemampuan menyusun rencana
pelajaran yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari kurikulum, 2)
pengorganisasian proses belajar-mengajar pendidikan jasmani, 3) pengendalian
kegiatan belajar siswa, 4) penilaian, bisa berhubungan dengan hal belajar dan
prosesnya.
3636 3636
3. Guru sebagai Fasilitator Proses Belajar-Mengajar.
Peranan ini merupakan tindak lanjut dari anggapan bahwa siswa itu
merupakan pusat proses belajar-mengajar. Dengan kata lain, fasilitator adalah
guru yang membantu dan membimbing siswa mencapai tujuan belajarnya. Guru
sebagai fasilitator merupakan paduan antara pemimpin dan manajer proses
belajar-mengajar. Secara garis besar peranan fasilitator adalah sebagai berikut:
1) menekankan pada perencanaan pelaksanaan proses pembelajaran dan bukan
pada kontrol proses tersebut, 2) membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
dan kontrol terhadap proses tersebut dilakukan bersama guru dan siswa, 3)
memberikan petunjuk-petunjuk bila diperlukan selama proses pembelajaran dan
menetapkan bahwa tujuan belajarnya telah tercapai.
Mengacu pada peranan guru yang majemuk ini, ternyata tugas guru itu
banyak sekali. Namun demikian, apapun peranannya tugas pokok guru itu dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Membina dan mengembangkan kreativitas siswa.
2. Merencanakan dan melaksanakan proses belajar-mengajar secara lebih
efektif dan efisien.
3. Membimbing siswa ke arah yang telah ditetapkan dalam rumusan tujuan
pembelajaran.
2.4.2 Guru Penjasorkes yang Kreatif
Menjadi guru Penjasorkes yang profesional tidak semudah yang
dibayangkan orang selama ini. Salah jika ada yang menganggap mereka hanya
dengan modal peluit bisa menjadi guru Penjasorkes di sekolah. Bahkan
sebaliknya, bahwa untuk menjadi guru Penjasorkes yang profesional akan lebih
3737 3737
sulit dibandingkan menjadi guru mata pelajaran yang lain. Hal ini disebabkan
karena mata pelajaran Penjasorkes lebih kompleks permasalahannya dibanding
dengan mata pelajaran yang lain. Oleh sebab itu, tidak bisa guru mata pelajaran
lain diminta untuk mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani atau sebaliknya.
Memang dirasakan cukup banyak dan kompleks syarat untuk menjadi
seorang guru Penjasorkes. Hal ini memang pantas mengingat pentingnya
Penjasorkes sebagai sebuah profesi. Sebagai seorang yang profesional, guru
harus mampu dan mau melihat masalah dan memecahkan atau mengatasinya
salah satunya dengan kreativitasnya. Kreativitas guru dapat digunakan sebagai
salah satu usaha untuk mengatasi masalah yang ada yang berhubungan dengan
sarana dan prasarana Penjasorkes. Memiliki kreativitas yang baik merupakan
suatu keharusan, terutama bagi guru Penjasorkes agar siswa lebih aktif dalam
pembelajaran Penjasorkes di sekolah. Selain itu, seorang guru harus selalu
berusaha dan bertanggung jawab untuk keberhasilan proses pembelajaran
Penjasorkes dengan memunculkan dan mengembangkan kreativitasnya sebagai
upaya mengatasi masalah dan menciptakan proses pembelajaran yang baik dan
berkualitas. Akan tetapi, untuk menjadi seorang guru Penjasorkes yang memiliki
kreativitas yang baik tidaklah mudah perlu adanya proses pembelajaran dan
kemauan yang tinggi.
Pembelajaran khususnya dalam Penjasorkes dapat dipandang sebagai
seni dan ilmu (art and science). Sebagai seni, pembelajaran hendaknya
dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improviasi, dan
ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil
keputusan dan tindakan proses pembelajaran selama dapat
3838 3838
dipertanggungjawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku.
Jadi, guru tidak harus selalu terpaku dan terikat formula ilmu mengajar.
Pembelajaran Penjasorkes dipandang sebagai seni dan ilmu, guru dituntut
harus memiliki kreativitas dan menciptakan siswa menjadi kreatif pula. Untuk
menciptakan siswa yang kreatif tidaklah mudah perlu adanya strategi atau
metode yang baik dalam pembelajaran dan didesain sedemikian rupa oleh guru
sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Guru akan
mengajar kreatif dan efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum
mengajar. Dengan persiapan mengajar guru akan mantap di depan kelas.
Perencanaan yang matang akan menimbulkan banyak inisiatif dan daya kreatif
guru waktu mengajar, dapat meningkatkan interaksi belajar mengajar antara guru
dan siswa (Slameto, 2010:93).
Dalam Penjasorkes, pembelajaran tidak hanya terbatas pada ruang kelas
saja tetapi pembelajaran dapat dilakukan di alam terbuka, lapangan, atau tempat
lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran. Maka, guru
dihadapkan pada persoalan bagaimana guru memperlakukan siswanya atau
dengan kata lain gaya mengajar yang dipakai oleh guru, sehingga siswa tetap
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, aktif, dan kreatif.
Guru yang kreatif bukan hanya pandai dalam pengambilan keputusan dan
mendominasi kelas, tetapi bagaimana mendesain suatu gaya mengajar yang
melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan sehingga membuat siswa aktif,
variatif, dan kreatif dalam setiap episode pembelajaran. Pelaksanaan dan
penerapan gaya-gaya mengajar dalam Penjasorkes perlu disesuaikan dengan
kondisi dan situasi belajar-mengajarnya. Begitu pula dengan gaya mengajar,
tidak ada gaya mengajar yang baik untuk selamanya atau berpatokan hanya
3939 3939
pada satu gaya mengajar. Dalam gaya mengajar perlu adanya sentuhan
kreativitas dari pengajar sehingga gaya mengajar yang dilakukan menjadi lebih
hidup dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Selain itu, menjadi seorang guru Penjasorkes dalam proses pembelajaran
ternyata banyak hal yang harus diperhatikan. Salah satunya tentang karakteristik
dan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Karakteristik dan tahap-
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak mutlak dimengerti bagi guru
Penjasorkes yang mana gunanya untuk menciptakan metode-metode
pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus
memiliki cara berpikir yang kreatif sehingga dapat menemukan konsep baru atau
gagasan baru yang dapat menunjang pada proses pembelajaran. Oleh karena
itu, gaya mengajar konvensional atau tradisional harus segera diubah menjadi
gaya mengajar yang modern sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak lagi
berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa dengan tidak meninggalkan guru
sebagai pengajar. Sebagai seorang guru yang profesional, guru Penjasorkes
harus selalu berusaha dan bertanggung jawab untuk keberhasilan proses
pembelajaran Penjasorkes. Salah satu wujudnya dengan memunculkan dan
mengembangkan kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana Penjasorkes sebagai upaya mengatasi masalah dan menciptakan
proses pembelajaran yang baik dan berkualitas agar siswa lebih aktif dalam
pembelajaran Penjasorkes di sekolah.
4040 4040
2.4.3 Profil Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar
Menurut Supandi (1992:52-53) kemampuan guru Penjasorkes di SD adalah
sebagai berikut:
1. Memahami karakteristik anak SD, tentang:
1) Pertumbuhan fisik.
2) Perkembangan mental.
3) Perkembangan sosial dan emosional, sesuai fase-fase pertumbuhan
dan perkembangan anak SD.
2. Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan pada anak SD untuk
berkreatif dan aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, serta
mampu menumbuhkembangkan potensi kemampuan dan keterampilan
motorik anak SD.
3. Mampu memberikan bimbingan dan pengembangan anak SD dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
4. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menilai, serta
mengoreksi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SD.
5. Memiliki pemahaman dan penguasaan keterampilan gerak.
6. Memiliki pemahaman tentang unsur-unsur kondisi jasmani.
7. Memilki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan, dan
memanfaatkan lingkungan yang sehat dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan jasmani.
8. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dalam
dunia olahraga.
9. Memiliki kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam olahraga.
4141 4141
Profil guru Penjasorkes di SD ini menunjukkan bahwa banyak hal yang
harus dikuasai guru bersangkutan baik yang bersifat pengetahuan maupun
keterampilan serta nilai-nilai. Namun yang strategis untuk menjadi bahan
menyusun strategi belajar-mengajar adalah pemahaman tentang karakteristik
pertumbuhan dan perkembangan siswa SD dan kemampuan menguraikan gerak
dasar dari keterampilan gerak yang kompleks dan memanfaatkannya dalam
menyusun suatu strategi belajar-mengajar pendidikan jasmani.
2.5 Pembelajaran
Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran
merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Pergaulan yang bersifat mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif
antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar
dilakukan oleh siswa dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan perilakunya,
sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menfasilitasi proses
belajar. Kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi
dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun di sini guru lebih berperan
sebagai pengelola, atau “director learning”. (Husdarta dan Yudha M. Saputra,
2000:1).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 20 disebutkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar di suatu lingkungan belajar.
Menurut Oemar Hamalik (2008:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
4242 4242
dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga
lainnya. Material dalam pembelajaran meliputi buku, papan tulis, kapur, fotografi,
slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang
kelas, perlengkapan audio visual, komputer. Sedangkan prosedur meliputi jadwal
dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.
Sedangkan, menurut Oemar Hamalik (2008:65-66) ada tiga ciri khas yang
terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu:
1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang
merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana
khusus.
2. Kesalingtergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.
3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang ingin
dicapai.
Selanjutnya menurut Oemar Hamalik (2008:69-70) untuk menjamin
suasana belajar yang efektif, guru dan siswa dapat melakukan beberapa upaya,
sebagai berikut:
1. Sikap guru sendiri terhadap pembelajaran di kelas. Guru harus bersikap
menunjang, membantu, adil, dan terbuka kepada peserta didik pada saat
proses pembelajaran berlangsung, karena sikap tersebut pada akhirnya
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta menciptakan sikap
antusiasme peserta didik terhadap pelajaran yang sedang berlangsung.
2. Perlu adanya kesadaran yang tinggi di kalangan siswa untuk membina
disiplin dan tata tertib yang baik di dalam kelas. Suasana disiplin ini juga
4343 4343
sebenarnya ditentukan oleh perilaku guru, kemampuan guru memberikan
pengajaran, serta suasana dalam diri siswa sendiri.
3. Guru dan siswa berupaya menciptakan hubungan dan kerja sama yang
serasi, selaras, dan seimbang dalam kelas yang dijiwai oleh rasa
kekeluargaan dan kebersamaan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang tersusun secara sistematis
antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) dalam situasi pendidikan yang
terdiri dari berbagai tujuan yang ingin dicapai, serta dilakukan untuk mencapai
perubahan ke arah yang lebih baik. Proses pembelajaran itu sendiri mempunyai
bermacam-macam komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnya.
2.6 Inovasi dan Modifikasi Pembelajaran
Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000:1) penyelenggaraan
program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program
pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu Developmentally Appropriate Prace (DAP),
artinya tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan
anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian,
tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang
sedang belajar. Tugas ajar yang sesuai ini, harus mampu mengakomodasi setiap
perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorongnya ke
arah perubahan yang lebih baik.
Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para
guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah
4444 4444
menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara
meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat
memperlancar siswa dalam belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun,
mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa,
dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi tingkat yang lebih tinggi.
Sementara itu, cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari
aktivitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal hingga akhir
pembelajaran. Beberapa aspek analisa modifikasi ini tidak terlepas dari
pengetahuan guru tentang: 1) tujuan, 2) karakteristik materi, 3) kondisi
lingkungan, dan 4) evaluasi.
Untuk lebih jelasnya beberapa analisa modifikasi yang harus
dipertimbangkan para guru tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari
mulai tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan yang paling tinggi
antara lain:
1) Tujuan Perluasan.
Maksudnya tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada
perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk dan wujud
keterampilan yang dipelajari tanpa memperrhatikan aspek efisiensi dan
efektivitas.
2) Tujuan Penghalusan.
Maksudnya tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada
perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan efisiensi gerak atau
keterampilan yang dipelajarinya.
4545 4545
3) Tujuan Penerapan.
Maksudnya tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada
perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan efektivitas gerak atau
keterampilan yang dipelajarinya.
2. Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan materi yang dipelajarinya
antara lain:
1) Komponen Keterampilan (Skill).
Guru dapat memodifikasi keterampilan yang dipelajari siswa tersebut
dengan cara mengurangi atau menambah komfleksitas dan kesulitannya.
2) Klasifikasi Materi (Skill).
Guru dapat memodifikasi materi pembelajaran tersebut dengan cara
mengurangi dan menambah tingkat kesulitan dan komfleksitas materi
pelajaran berdasarkan klasifikasi keterampilannya.
3) Kondisi Penampilan (Skill).
Guru dapat memodifikas kondisi penampilan siswa dengan cara
mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitannya.
4) Jumlah Skill.
Guru dapat memodifikasi materi pembelajaran dengan cara
mengurangi atau menambah jumlah keterampilan yang dilakukan siswa.
5) Perluasan Jumlah Perbedaan Respon.
Guru dapat menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas ajar
dengan cara menambah jumlah dan perbedaan respon terhadap konsep
yang sama.
3. Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan
pembelajarannya antara lain:
4646 4646
1) Peralatan atau Sarana dan Prasarana Olahraga.
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan
kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan
untuk melakukan skill itu.
2) Penataan Ruang Gerak dalam Berlatih.
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan
kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam berlatih.
3) Jumlah Siswa yang Terlibat.
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan
kesulitan tugas ajar dengan cara mengurangi atau menambah jumlah
siswa yang terlibat dalam melakukan tugas ajar.
4) Organisasi atau Formasi Berlatih.
Formasi belajar juga dapat dimodifikasi agar lebih berorientasi pada
curahan waktu aktif belajar.
4. Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan evaluasi pembelajaran
antara lain:
1) Self-testing (Individu atau Berpasangan).
Pada bentuk ini siswa didorong untuk mengetes secara individu atau
berpasangan tentang penguasaan materi yang sudah dipelajarinya.
2) Self-testing (Kelompok atau Grup).
Pada bentuk ini siswa didorong untuk mengetes secara kelompok
tentang penguasaan materi yang sudah dipelajarinya.
3) Pertandingan.
Pada bentuk ini siswa didorong untuk mengetes penguasaan materi
yang sudah dipelajarinya dalam bentuk variasi pertandingan.
4747 4747
Dalam memodifikasi sarana dan prasarana yang harus diperhatikan atau
menjadi perhatian oleh guru adalah: 1) mendorong partisipasi maksimal siswa, 2)
memperhatikan keselamatan, 3) efektivitas dan efisien gerak siswa, 4) memenuhi
tuntutan perbedaan kemampuan anak sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak, 5) memperkuat keterampilan yang sudah dipelajarinya, 6)
meningkatkan perkembangan emosional dan sosial.
Jadi, modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh
para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Oleh karena itu, DAP
termasuk di dalamnya “body scaling” atau ukuran tubuh siswa, harus selalu
dijadikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelajaran Penjasorkes.
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan
pembelajarannya salah satunya yaitu peralatan atau sarana dan prasarana
olahraga. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan
kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk
melakukan skill itu.
2.7 Pengertian Sarana dan Prasarana Penjasorkes
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Pasal 45 Ayat 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa setiap
satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana
yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik.
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan
suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila
4848 4848
kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan
dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.
Sarana Penjasorkes merupakan peralatan yang sangat membantu dalam
proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Sarana pendidikan jasmani pada
dasarnya merupakan segala sesuatu yang sifatnya tidak permanen, dapat
dibawa kemana-mana atau dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
Menurut Soepartono (2000:6) istilah sarana olahraga adalah terjemahan
dari “facilities”, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam
pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
1. Peralatan (apparatus).
Peralatan atau apparatus adalah sesuatu yang digunakan, contoh: peti
loncat, palang tunggal, palang sejajar, gelang-gelang, kuda-kuda, dan lain-lain.
2. Perlengkapan (device).
Perlengkapan atau device, yaitu: 1) sesuatu yang melengkapi kebutuhan
prasarana, misalnya: net, bendera untuk tanda, garis batas, dan lain-lain, 2)
sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki,
misalnya: bola, raket, pemukul, dan lain-lain.
Sedangkan, menurut Soepartono (2000:5) prasarana berarti sesuatu yang
merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha atau
pembangunan). Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang
mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif
permanen. Salah satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan. Beberapa contoh
prasarana olahraga ialah: lapangan bola basket, lapangan tenis, gedung
olahraga atau hall, stadion sepakbola, stadion atletik, dan lain-lain. Gedung
4949 4949
olahraga merupakan prasarana berfungsi serba guna yang secara berganti-ganti
dapat digunakan untuk pertandingan beberapa cabang olahraga.
Prasarana atau perkakas adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindah atau bisa semi permanen
tetapi berat atau sulit, contohnya: matras, peti lompat, kuda-kuda, palang
tunggal, palang sejajar, palang bertingkat, meja tenis meja, trampolin, dan lain-
lain. Perkakas ini idealnya tidak dipindah-pindah, agar tidak mudah rusak, kecuali
kalau memang tempatnya terbatas sehingga harus selalu bongkar pasang.
Sedangkan, fasilitas olahraga adalah semua prasarana olahraga yang
meliputi semua lapangan dan bangunan olahraga beserta perlengkapannya
untuk melaksanakan program kegiatan olahraga. Keberadaan sarana dan
prasarana Penjasorkes dalam proses pembelajaran sangat penting, karena
tanpa ada sarana dan prasarana pembelajaran tidak akan berjalan dengan
lancar dan dapat menjadi penghambat tercapainya tujuan pendidikan yang
tercapai.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian sarana, maka dapat
disimpulkan bahwa sarana Penjasorkes adalah perlengkapan yang mendukung
kegiatan pembelajaran Penjasorkes yang sifatnya dinamis, dapat berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, misalnya: bola, raket, net, pemukul,
dan lain-lain. Sedangkan, prasarana Penjasorkes adalah sesuatu yang
mempermudah atau mempelancar tugas dan memiliki sifat yang relatif
permanen, salah satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan, misalnya:
lapangan sepak bola, basket, tenis lapangan, lapangan bulutangkis, gedung
olahraga, dan lain sebagainya.
5050 5050
Jml Kelas/ Jml Siswa
Kebutuhan Prasarana Sekolah
Kebutuhan Prasarana Olahraga
Jenis Prasarana Olahraga
yang Disediakan
Min. 5 kelas (125 siswa)
1.250 m² (I) 1.100 m² Lapangan olahraga serba guna (15 x 30) m²
Atletik (500 m²)
6-10 kelas 8 m²/siswa (II) 1.400 m² (I)
Bangsal terbuka (12,5 x 25) m², tinggi 6 m
2.7.1 Standar Sarana dan Prasarana Penjasorkes
Fasilitas olahraga di sekolah masih merupakan masalah di Indonesia.
Ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak merata. Sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah sebagian besar masih terlalu
jauh dari batas ideal minimal atau standar minimal. Banyak fasilitas olahraga
yang pemakaiannya belum sesuai dengan kondisi sebenarnya dan belum sesuai
dengan kebutuhan sekolah bahkan terkesan sia-sia dalam pengadaannya
karena tidak terawat dengan baik dan pengalihan fungsi fasilitas tersebut yang
tidak tepat. Kegiatan olahraga memerlukan ruang untuk bergerak, kebutuhan
ruang untuk bergerak itu ditentukan dengan standar kebutuhan ruang.
Di Indonesia, standar minimal fasilitas olahraga untuk sekolah telah
dihasilkan oleh Ditjen Dikluspora melalui Lokakarya Fasilitas Olahraga tahun
1978-1979. Untuk fasilitas olahraga di sekolah diusulkan rata-rata 7 m²/siswa.
Dikatakan rata-rata karena memang tidak dibagi secara proporsional
penggunaannya, berapa untuk lapangan terbuka, gedung olahraga, dan kolam
renang. Standar umum prasarana sekolah dan olahraga atau kesehatan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Standar Umum Prasarana Sekolah dan Olahraga atau Kesehatan
5151 5151
11-12 kelas 8 m²/siswa (III) 2.000 m² Lapangan olahraga serba
guna dan atletik Bangsal terbuka
Lapangan voli/basket
Lapangan lain (15 x 30) m²
Di atas 20 kelas, min. 500 siswa
10 m²/siswa (IV) 2700 m² (III)
Lapangan serbaguna (20 x 40) m²
Catatan:
Angka-angka yang tercantum merupakan standar kebutuhan minimum.
Dimensi yang tercantum tidak mutlak harus diikuti disesuaikan dengan kondisi setempat
Sumber: Soepartono (2000:14).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007
tentang standar sarana dan prasarana olahraga untuk tingkat SD disebutkan:
1. Tempat bermain atau berolahraga berfungsi sebagai area bermain,
berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.
2. Tempat bermain atau berolahraga memiliki rasio luas minimum
3m²/peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik
kurang dari 167, luas minimum tempat bermain atau berolahraga 500 m².
Di dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga
berukuran 20 m x 15 m.
3. Tempat bermain atau berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian
ditanami pohon penghijauan.
4. Tempat bermain atau berolahraga diletakkan di tempat yang tidak
mengganggu proses pembelajaran di kelas.
5. Tempat bermain atau berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
6. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase
baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang
mengganggu kegiatan olahraga.
5252 5252
7. Tempat bermain atau berolahraga dilengkapi dengan sarana sebagaimana
tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain atau Berolahraga No Jenis Rasio Deskripsi
1 Peralatan Pendidikan 1.1 Tiang bendera 1 buah/sekolah Tinggi sesuai ketentuan
yang berlaku
1.2 Bendera 1 buah/sekolah Ukuran sesuai ketentuan yang berlaku
1.3 Peralatan bola voli 1 set/sekolah Minimum 6 bola
1.4 Peralatan sepak bola 1 set/sekolah Minimum 6 bola
1.5 Peralatan bola basket 1 set/sekolah Minimum 6 bola
1.6 Peralatan senam 1 set/sekolah Minimum matras, peti loncat, tali loncat, simpai, bola plastik, tongkat.
1.7 Peralatan atletik 1 set/ekolah Minimum lembing, cakram, peluru, tongkat estafet, bak loncat.
1.8 Peralatan seni budaya 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi daerah masing- masing.
1.9 Peralatan keterampilan 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi daerah masing- masing.
2 Perlengkapan lain 2.1 Pengeras suara 1 set/sekolah
2.2 Tape recorder 1 buah/sekolah
Sumber: Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana.
2.7.2 Tujuan dan Manfaat Sarana dan Prasarana Penjasorkes
Menurut Agus S. Suryobroto sebagaimana dikutip oleh Wahyu Putra
Perdana (2015:16) tujuan sarana dan prasarana adalah:
1. Memperlancar jalannya pembelajaran.
2. Mempermudah gerakan.
3. Mempersulit gerakan.
4. Memacu siswa dalam gerak.
5. Kelangsungan aktivitas.
5353 5353
6. Menjadikan siswa tidak takut melakukan gerakan.
Sedangkan, manfaat sarana dan prasarana adalah:
1. Memacu pertumbuhan dan perkembangan siswa.
2. Mempermudah dan mempersulit gerakan.
3. Sebagai tolak ukur keberhasilan siswa.
4. Menarik siswa.
Menurut Agus S. Suryobroto sebagaimana dikutip oleh Wahyu Putra
Perdana (2015) mengenai syarat sarana dan prasarana Penjasorkes yang baik,
yaitu:
1. Aman.
2. Mudah dan murah.
3. Menarik.
4. Memacu untuk bergerak.
5. Sesuai dengan kebutuhan dan tujuan.
6. Tidak mudah rusak.
7. Sesuai dengan lingkungan.
2.7.3 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Penjasorkes
Menurut Abror Hisyam sebagaimana dikutip oleh Wahyu Putra Perdana
(2015:19) prinsip-prinsip pemeliharaan adalah:
1. Kebijakan dan tata cara memelihara sarana dan prasarana olahraga harus
direncanakan untuk memperpanjang umur peralatan.
2. Pemeliharaan hendaknya direncanakan untuk menjamin keselamatan bagi
semua orang yang menggunakan alat-alat.
5454 5454
3. Hanya orang-orang yang berhak hendaknya diberi kedudukan sebagai
pemimpin kepala tata usaha.
4. Alat-alat seharusnya diawasi secara periodik untuk memperoleh
keselamatan dan kondisi alat-alat.
5. Perbaikan dan pemulihan kembali kondisi alat-alat.
6. Menutupi dan melindungi peralatan yang layak akan menolong dan
menjamin pemeliharaan secara ekonomis dan aman.
2.8 Kecamatan Prembun
Prembun adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kebumen, Provinsi
Jawa Tengah, Indonesia. Letak Kecamatan Prembun berada di paling timur
bagian geografis Kebumen dan dilalui oleh jalur nasional yaitu jalur selatan Jawa
Tengah. Kecamatan Prembun berbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Kota
Kecamatan ini terletak pada Koordinat di 7° 43’ 23” Lintang Selatan (S) dan 109°
48’ 2” Bujur Timur (E), dan berada di ketinggian 14 meter di atas permukaan laut.
Menilik letak geografisnya maka daerah ini termasuk daerah yang panas, namun
sangat diuntungkan oleh suasana pedesaan dan masih sangat banyaknya
pepohonan sehingga udara lebih terasa hangat bahkan masih terasa sejuk di
pagi hari, apalagi di pagi hari pada musim kemarau.
Luas wilayah Kecamatan Prembun adalah 2.296,00 Ha dengan jumlah
penduduk 25.935 orang, dengan rincian penduduk laki-laki 12.793 orang dan
perempuan 13.142 orang. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten
adalah 21,00 km melalui Kutowinangun-Kebumen dengan menggunakan
angkutan umum, bus, dan pedesaan. Jumlah RT di Kecamatan Prembun yaitu
5555 5555
130 dan RW sebanyak 40, yang terbagi dalam 13 Desa/Kelurahan. Berikut daftar
nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen:
1. Kelurahan/Desa Bagung (Kodepos : 54394).
2. Kelurahan/Desa Kabekelan (Kodepos : 54394).
3. Kelurahan/Desa Kabuaran (Kodepos : 54394).
4. Kelurahan/Desa Kedungbulus (Kodepos : 54394).
5. Kelurahan/Desa Kedungwaru (Kodepos : 54394).
6. Kelurahan/Desa Mulyosri (Kodepos : 54394).
7. Kelurahan/Desa Pecarikan (Kodepos : 54394).
8. Kelurahan/Desa Pesuningan (Kodepos : 54394).
9. Kelurahan/Desa Prembun (Kodepos : 54394).
10. Kelurahan/Desa Sembirkadipaten (Kodepos : 54394).
11. Kelurahan/Desa Sidogede (Kodepos : 54394).
12. Kelurahan/Desa Tersobo (Kodepos : 54394).
13. Kelurahan/Desa Tunggalroso (Kodepos : 54394).
Sebagian besar wilayah Kecamatan Prembun merupakan daerah dataran
rendah dan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian bertani dan
berkebun. Ciri khas dari Kecamatan Prembun adalah buah bengkoang yang
sering kita jumpai di pinggir jalan lintas selatan Jawa Tengah tepatnya di Kota
Prembun. Prembun juga terdapat stasiun kereta api yaitu Stasiun Prembun
(kode:PRB) yang merupakan stasiun kereta api kelas tiga. Stasiun yang terletak
pada ketinggian +9 m ini berada di Daerah Operasi V Purwokerto. Stasiun
Prembun berada di belakang Pasar Prembun. Stasiun ini memiliki 3 jalur kereta
api aktif dan 1 jalur buntu (badug).
5656 5656
Gambar 2.1 Peta Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen Sumber: http://keboemen.com/wp-
content/uploads/2014/08/kecamatan_prembun_kebumen.jpg (diakses tanggal 26/06/15).
2.8.1 Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan
meneruskan pendidikan anak menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, dan
bertingkah laku baik. Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan
oleh Negara maupun yayasan tertentu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagian institusi yang kompleks, sekolah tidak akan menjadi baik dengan
sendirinya, melainkan melalui proses peningkatan tertentu.
Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di
Indonesia. Sekolah dasar dilaksanakan dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1
sampai kelas 6. Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar
pendidikan adalah sekolah dasar. Di sekolah inilah, anak didik mengalami proses
pendidikan dan pembelajaran. Secara umum pengertian Sekolah Dasar dapat
kita katakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses
pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya. Pendidikan ini
diselenggarakan untuk anak-anak yang telah berusia tujuh tahun dengan asumsi
5757 5757
bahwa anak seusia tersebut mempunyai tingkat pemahaman dan kebutuhan
pendidikan yang sesuai dengan dirinya.
Kecamatan Prembun memiliki SD Negeri yang berjumlah 23. Sebagian
besar letak SD Negeri yang ada di Kecamatan Prembun berada di pedesaan,
antara lain: SD Negeri Pecarikan, SD Negeri Kabuaran, SD Negeri 1 dan 2
Pesuningan, SD Negeri 1 dan 2 Mulyosri, SD Negeri Kedungbulus, SD Negeri
Sembirkadipaten, SD Negeri 1 dan 2 Sidogede. Sedangkan yang letaknya
berada di kota yaitu SD Negeri 1, 2, 3, dan 4 Prembun, SD Negeri 1, 2 dan 3
Tersobo, SD Negeri Bagung, SD Negeri Kedungwaru, SD Negeri 1 dan 2
Tunggalroso, SD Negeri 1 dan 2 Kabekelan.
Sarana dan prasarana SD Negeri se-Kecamatan Prembun, khususnya
sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes secara umum masih minim.
Sekolah-sekolah kebanyakan tidak mempunyai lapangan tersendiri untuk
berolahraga. Halaman sekolah yang ada untuk olahraga kurang luas, sehingga
pada saat aktivitas Penjasorkes sangat mengganggu pembelajaran siswa lain
yang ada di dalam kelas. Sarana atau alat penunjang dalam pembelajaran
sangat kurang. Jumlah bola tidak sebanding dengan jumlah siswa. Sebagian
sarana dan prasarana di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten
Kebumen belum sesuai dengan standar sarana dan prasarana menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Dengan keadaan
yang demikian, proses pembelajaran Penjasorkes tidak dapat berlangsung
secara maksimal sehingga tujuan dari pembelajaran tidak tercapai dengan baik.
Untuk itu, bagaimana kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun sebagai salah satu upaya guru untuk menyikapi masalah
5858 5858
No
NPSN Nama Satuan Pendidikan
Alamat
Kelurahan
Status
1.
20305727
SD N 1 Prembun
Jl. Raya Kutoarjo Km. 1 Prembun
Prembun
Negeri
2. 20304852 SD N 2 Prembun Ds. Prembun Prembun Negeri
3.
20330252
SD N 3 Prembun Dk. Kranggan
Prembun
Negeri
4.
20304693
SD N 4 Prembun Dk. Wonocolo
Prembun
Negeri
5.
20305331
SD N 1 Kabekelan
Jl. Raya Kutoarjo Km. 1 Prembun
Kabekelan
Negeri
6.
20305572
SD N 2 Kabekelan
Dk. Sidodadi
Kabekelan
Negeri
7.
20305809
SD N 1 Tunggalroso
Dk. Kaibon
Tunggalroso
Negeri
8.
20304934 SD N 2 Tunggalroso
Ds. Tunggalroso
Tunggalroso
Negeri
9.
20305165 SD N Kedungwaru
Ds. Kedungwaru
Kedungwaru
Negeri
10.
20305251
SD N Bagung
Ds. Bagung
Bagung
Negeri
11.
20305780
SD N 1 Tersobo
Jln. Slamet Riyadi No. 43 Tersobo
Tersobo
Negeri
12. 20304834 SD N 2 Tersobo Ds. Tersobo Tesobo Negeri
13. 20304681 SD N 3 Tersobo Ds. Tersobo Tersobo Negeri
14.
20305846
SD N 1 Sidogede
Jl. Wadaslintang Km. 1
Sidogede
Negeri
15. 20304825 SD N 2 Sidogede Ds. Sidogede Sidogede Negeri
16.
20305232 SD N Sembirkadipaten
Ds. Sembir
Sembir
Negeri
17.
20305169 SD N Kedungbulus
Ds. Kedungbulus
Kedungbulus
Negeri
18.
20305716
SD N 1 Mulyosri
Jl. Wadaslintang Km. 3
Mulyosri
Negeri
keterbatasan sarana dan prasarana Penjasorkes sehingga pembelajaran dapat
tercapai secara optimal.
Tabel 2.4 Jumlah Data Satuan Pendidikan Jenjang Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
5959 5959
19.
20305649 SD N 2 Mulyosri
Jln. Wadaslintang Km. 3
Mulyosri
Negeri
20.
20305733 SD N 1 Pesuningan
Ds. Pesuningan
Pesuningan
Negeri
21.
20304857
SD N 2 Pesuningan
Jl. Wadaslintang Km. 5
Pesuningan
Negeri
22.
20305330
SD N Kabuaran Ds. Kabuaran
Kabuaran
Negeri
23.
20305127
SD N Pecarikan Jl. Pituruh Km. 1,5
Pecarikan
Negeri
Sumber:http://dapodik.pdkjateng.go.id/npsn_pddk_dasar/kecamatan/030500/sek olah/030509 (diakses tanggal 26/06/15).
2.9 Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Johan Prakoso (2013), Wahyu Putra Perdana
(2015).
Johan Prakoso (2013) skripsi yang berjudul “Kreativitas Guru Penjasorkes
dalam Menyikapi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Penjas di Sekolah Dasar
Negeri se-Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam menyikapi keterbatasan
sarana dan prasarana Penjas di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Pengasih,
Kabupaten Kulon Progo dalam kategori Sedang. Secara rinci terdapat 3 guru
(9,38%) dalam kategori Sangat Tinggi, 8 guru (25,00%) dalam kategori Tinggi, 10
guru (31,25%) dalam kategori Sedang, 9 guru (28,13%) dalam kategori Rendah,
2 guru (6,25%) dalam kategori Sangat Rendah.
Wahyu Putra Perdana (2015) skripsi yang berjudul “Kreativitas Guru dalam
Memodifikasi Sarana dan Prasarana Penjas se-Kabupaten Jepara”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kreativitas guru dalam memodifikasi sarana dan
prasarana dalam pembelajaran Penjas di SMP se-Kabupaten Jepara sebanyak
6060 6060
26 orang guru dengan persentase 57,64% kreativitasnya termasuk Tinggi dan
42,31% kreativitasnya termasuk Sedang. Menggunakan beberapa faktor antara
lain: 1) kemampuan dalam melihat masalah berhubungan dengan sarana dan
prasarana Penjas pada kategori Sedang, 2) kemampuan guru dalam
menciptakan dan menerapkan ide pada kategori sedang, 3) sikap terbuka
terhadap hal-hal baru pada kategori Sedang.
2.10 Kerangka Berpikir
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (Penjasorkes) tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan secara umum karena merupakan bagian dari
pendidikan secara menyeluruh yang sangat penting keberadaannya. Dalam
pembelajaran Penjasorkes tak lepas dari beberapa unsur yang sangat
berpengaruh terhadap lancar dan suksesnya pembelajaran Penjasorkes
tersebut, salah satunya sarana dan prasarana. Kebutuhan akan sarana dan
prasarana sangatlah mutlak karena bukan hanya sekadar sebagai alat bantu
semata tetapi bisa dikatakan sebagai media utama yang digunakan guru dalam
mengajar Penjasorkes.
Kebutuhan sarana dan prasarana dalam Penjasorkes sangat beragam baik
jenis maupun jumlahnya sesuai dengan materi dalam kurikulum yang ada.
Keberadaan dan kebutuhan bagi guru baik dalam memenuhi jumlahnya maupun
pemanfaatannya sebagian besar di sekolah keberadaan sarana dan prasarana
belum mencukupi untuk dapat digunakan guru Penjasorkes dalam mengajar
semua materi kepada siswanya.
Terbatasnya sarana dan prasarana, alat, dan fasilitas Penjasorkes di
sekolah menuntut guru Penjasorkes harus memiliki banyak kreativitas dalam
6161 6161
memanfaatkan sarana dan prasarana agar materi pembelajaran dapat
disampaikan dan dapat diterima dengan baik oleh siswa, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Kreativitas seorang guru
Penjasorkes tergantung pada usaha yang dilakukannya untuk mengatasi
masalah yang ada.
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau perihal berkreasi
seseorang dengan merubah terhadap hal lama menjadi sesuatu yang baru.
Kreativitas guru Penjasorkes dapat dilihat dari kemampuan yang dimilikinya.
Kemampuan tersebut dapat dimulai dari ketika guru Penjasorkes melihat sebuah
masalah yang ada, apakah ia memperhatikan atau tidak memperhatikan sama
sekali. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana prasarana Penjasorkes antara lain: 1)
kemampuan melihat atau memecahkan suatu masalah yang ada, 2) menciptakan
ide atau gagasan untuk diterapkan dalam memecahkan suatu masalah yang ada
tersebut, 3) sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal atau cara-cara baru
yang dianggapnya lebih efektif dan efisien yang digunakan untuk mengajar,
sehingga tujuan dari pembelajaran Penjasorkes dapat tercapai secara maksimal.
62
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bermaksud
untuk meneliti dan menemukan informasi sebanyak-banyaknya dari suatu
kejadian tertentu dan berusaha memberikan gambaran, informasi, data, dan
angka-angka tentang kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen.
Sugiyono (2011:8) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan teknik
pengambilan data menggunakan angket yang dibagikan kepada guru
Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
3.2 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (20011:38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sedangkan, menurut Suharsimi Arikunto (2013:161) variabel
adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
62
6363 6363
Variabel dalam penelitian ini adalah kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
Kreativitas guru Penjasorkes adalah strategi atau metode yang didesain
atau dirancang untuk menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas terdiri
dari faktor-faktor: 1) kemampuan melihat atau memecahkan suatu masalah yang
ada, 2) menciptakan ide atau gagasan untuk diterapkan dalam memecahkan
suatu masalah yang ada tersebut, 3) sikap menerima dan terbuka terhadap hal-
hal atau cara-cara baru yang dianggapnya lebih efektif dan efisien yang
digunakan untuk mengajar, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai
secara optimal. Semua faktor tersebut diukur dengan menggunakan angket yang
dibagikan kepada guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalis yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:80). Sedangkan,
menurut Suharsimi Arikunto (2013:173) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru Penjasorkes dengan
syarat memiliki latar belakang pendidikan jasmani yang mengajar di SD Negeri
se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
6464 6464
No Nama Sekolah Jumlah Guru Penjasorkes
1. SD N 1 Prembun 1 2. SD N 2 Prembun 1
3. SD N 3 Prembun 1
4. SD N 4 Prembun 1
5. SD N 1 Kabekelan 1
6. SD N 2 Kabekelan 1
7. SD N 1 Tunggalroso 1
8. SD N 2 Tunggalroso 1 9. SD N Kedungwaru 1
10. SD N Bagung 1
11. SD N 1 Tersobo 1
12. SD N 2 Tersobo 1
13. SD N 3 Tersobo 1
14. SD N 1 Sidogede 1
15. SD N 2 Sidogede 1 16. SD N Sembirkadipaten 1
17. SD N Kedungbulus 1
18. SD N 1 Mulyosri 1
19. SD N 2 Mulyosri 1
20. SD N 1 Pesuningan 1
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011:81). Sedangkan, menurut Suharsimi Arikunto
(2013:174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal
ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah
lain sampel jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan
sampel (Sugiyono, 2011:85).
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua guru
Penjasorkes yang memiliki latar belakang pendidikan jasmani di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen yang berjumlah 23. Berikut data SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen beserta jumlah guru
Penjasorkes.
Tabel 3.1 Jumlah Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun
6565 6565
21. SD N 2 Pesuningan 1
22. SD N Kabuaran 1
23. SD N Pecarikan 1
Jumlah 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu usaha untuk memperoleh data
yang hendak diteliti dengan metode yang ditentukan peneliti. Metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, sebagai berikut:
3.4.1 Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah pengamatan dan pemusatan perhatian terhadap suatu
objek dengan menggunakan semua alat indra. Dapat dikatakan observasi adalah
pengamatan secara langsung. Observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner,
rekaman gambar, rekaman suara (Suharsimi Arikunto, 2013:200).
Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah pengamatan,
pengambilan data awal dengan menyebarkan daftar check-list sarana dan
prasarana olahraga kepada guru Penjasorkes dan observasi pembelajaran.
Observasi dilakukan untuk dijadikan sebagai data sekunder yang artinya akan
digunakan sebagai data penguat dari hasil data primer yang diperoleh dari hasil
angket yang dibagikan kepada guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen.
3.4.2 Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, foto-foto dan
sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2013:201).
6666 6666
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kreativitas guru
Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran
Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dokumentasi dengan foto untuk
pengarsipan dan memperkuat alat instrumen lainnya berupa dokumentasi
pengisian angket oleh guru, sarana dan prasarana, dan pembelajaran
Penjasorkes.
3.4.3 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang mendalam dan jumlah
respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada
laporan tentang diri sendiri (self-report), atau setidak-tidaknya pada pengetahuan
dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2011:137).
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pedoman
wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2011:140) atau pedoman
wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan (Suharsimi
Arikunto, 2013:270). Wawancara dilakukan kepada beberapa guru Penjasorkes
di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen sebagai data
sekunder atau data penguat dari data primer (angket).
6767 6767
3.4.4 Angket (Kuesioner)
Menurut Sugiyono (2011:142) angket atau kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Sedangkan, menurut Suharsimi Arikunto (2013:194) angket adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Angket yang diberikan kepada responden dalam pengambilan data adalah
angket tertutup, yaitu angket yang sudah tersedia jawabannya berupa bentuk
check-list di mana responden tinggal membubuhkan tanda check-list (√) pada
kolom yang sesuai jawaban dengan tujuan agar dalam pengisian angket tidak
menyita banyak waktu tetapi mendapatkan data akurat.
Angket yang disebarkan kepada responden berbentuk skala Likert yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011:93). Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradiasi dari
sangat positif sampai sangat negatif.
Modifikasi skala Likert mempunyai lima alternatif jawaban, yaitu Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju
(TS). Alternatif jawaban Ragu-ragu dalam penelitian ini dihilangkan agar jawaban
yang dihasilkan lebih meyakinkan. Selanjutnya, data tersebut diolah dengan cara
analisis deskriptif. Untuk memudahkan tabulasi, maka jawaban tersebut diubah
secara kuantitatif dengan memberi angka (skor) pada setiap butir pernyataan.
Skor yang digunakan untuk pernyataan positif adalah 4, 3, 2, 1. Sedangkan untuk
6868 6868
pernyataan negatif 1, 2, 3, 4. Pemberian keterangan skor masing-masing
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Bobot Skor Jawaban Jawaban Positif Negatif
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Kurang setuju 2 3
Tidak setuju 1 4
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:102). Sedangkan,
menurut Suharsimi Arikunto (2013:203) instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini menggunakan
metode survei dengan pengambilan data berupa angket. Jadi, instrumen dalam
penelitian ini adalah angket atau kuesioner.
Menurut Sugiyono (2011:142) angket atau kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Sedangkan, menurut Suharsimi Arikunto (2013:194) angket adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Menurut Suharsimi Arikunto (2013:195) alasan menggunakan angket
karena terdapat beberapa keuntungan antara lain:
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
6969 6969
2. Dapat dibagi secara serentak pada banyak responden.
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan
menurut waktu senggang responden.
4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-
malu menjawab.
5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
Sedangkan, kelemahan menggunakan angket sebagai berikut: 1)
responden sering tidak teliti dalam menjawab, 2) sering sukar dicari validitasnya,
3) kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak
betul atau tidak jujur, 4) sering tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos, 5)
waktu pengambilannya tidak bersama-sama (Suharsimi Arikunto, 2013:195).
Menurut Suharsimi Arikunto (2013:219) ada tiga langkah pokok yang harus
diperhatikan dalam menyusun instrumen angket yang berupa butir-butir
pernyataan yang harus diisi oleh responden yaitu sebagai berikut:
1. Mendefinisikan Konstrak (Construct Devinition).
Konstrak dalam penelitian ini adalah variabel yang diukur dalam penelitian
ini yaitu kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen. Sedangkan kreativitas guru Penjasorkes dalam penelitian
ini yaitu 1) kemampuan dalam melihat atau memecahkan masalah yang
berhubungan dengan sarana dan prasarana pembelajaran, 2) kemampuan
dalam menciptakan dan menerapkan ide untuk memecahkan masalah melalui
modifikasi, 3) sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru untuk kemajuan
pembelajaran.
7070 7070
2. Menyidik Faktor (Identification of Factors).
Menyidik faktor adalah tahap yang bertujuan untuk menandai faktor-faktor
yang akan diteliti. Adapun faktor-faktor tersebut meliputi:
1) Kemampuan melihat atau memecahkan masalah, dijabarkan menjadi
3 indikator yaitu:
a. Melihat masalah sebelum mengajar Penjasorkes.
b. Melihat masalah pada saat mengajar Penjasorkes.
c. Melihat masalah sesudah mengajar Penjasorkes.
2) Kemampuan menciptakan dan menerapkan ide, dijabarkan menjadi 2
indikator yaitu:
a. Ide dalam memodifikasi sarana dan prasarana.
b. Penerapan ide dalam memodifikasi sarana dan prasarana.
3) Sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru, dijabarkan
menjadi 2 indikator yaitu:
a. Pemanfaatan informasi dan teknologi.
b. Pengetahuan.
3. Menyusun Butir Instrumen (Items Construction).
Langkah terakhir adalah menyusun butir instrumen berdasarkan faktor
menyusun konstrak. Butir instrumen harus merupakan penjabaran dari isi faktor-
faktor yang akan diteliti. Tiap butir pertanyaan harus spesifik untuk faktornya
sendiri.
Lembar angket yang digunakan oleh peneliti untuk mengambil data
menggunakan pilihan jawaban yang telah tersedia. Instrumen ini dibuat dan
dikembangkan dari teori-teori kreativitas pada landasan teori sebelumnya. Untuk
7171 7171
Variabel
Faktor
Indikator Butir Soal
Positif Negatif
Kreativitas Guru Penjasorkes
Kemampuan melihat atau memecahkan masalah
Melihat masalah sebelum mengajar Penjasorkes
1, 2, 3 4, 5
Melihat masalah pada saat mengajar Penjasorkes
6, 7, 8 9, 10, 11
Melihat masalah sesudah mengajar Penjasorkes
12, 14 13
Kemampuan menciptakan dan menerapkan ide
Ide dalam memodifikasi sarana dan prasarana
15, 16, 18, 19, 20
17, 21
Penerapan ide dalam memodifikasi sarana dan prasarana
22, 24, 26, 27, 28, 29
23, 25
Sikap menerima dan terbuka terhadap hal- hal baru
Pemanfaatan informasi dan teknologi
30, 31, 32, 33, 34
Pengetahuan 35, 37, 38, 39, 40
36
Jumlah 40
memberikan gambaran mengenai angket atau kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini, maka disajikan kisi-kisi instrumen angket penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
7272 7272
3.5.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
kesasihan sesuai instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dan mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud
(Suharsimi Arikunto, 2013:211-212).
Teknik uji validitas yang digunakan adalah teknik uji validitas Product
Moment yaitu dengan rumus:
∑ − ∑ ∑ =
∑ − ∑ ∑ − ∑
Keterangan:
: koefisien korelasi bagian total
: banyaknya subjek uji coba
∑ : jumlah skor tiap butir
∑ : jumlah skor total
∑ : jumlah kuadrat skor tiap butir
: jumlah kuadrat skor total
∑ : jumlah perkalian skor tiap butir dengan jumlah skor total
(Suharsimi Arikunto, 2013:213).
Suatu butir angket dikatakan valid apabila memiliki harga >
atau dengan kata lain harga reseptor xy lebih besar dari reseptor tabel,
maka dikatakan item soal atau instrumen tersebut valid. Sebaliknya, apabila
7373 7373
harga reseptor xy lebih kecil dari reseptor tabel, maka dikatakan item soal atau
instrumen tersebut tidak valid. Setelah dilakukan uji coba instrumen dengan
bantuan Exel (lihat lampiran 32, hal: 174), diperoleh data perhitungan uji validitas
sebagai berikut:
Tabel 3.4 Data Uji Validitas Instrumen
Soal
(N 10 = 0,632)
Ket
Soal
(N 10 = 0,632)
Ket
1. 0,632 0,663 Valid 21. 0,632 0,759 Valid
2. 0,632 0,647 Valid 22. 0,632 0,743 Valid
3.
0,632
0,817
Valid
23.
0,632
0,454 Tdk valid
4. 0,632 0,834 Valid 24. 0,632 0,872 Valid
5. 0,632 0,872 Valid 25. 0,632 0,730 Valid 6. 0,632 0,663 Valid 26. 0,632 0,636 Valid
7. 0,632 0,723 Valid 27. 0,632 0,653 Valid
8. 0,632 0,754 Valid 28. 0,632 0,924 Valid
9. 0,632 0,738 Valid 29. 0,632 0,724 Valid
10 0,632 0,733 Valid 30. 0,632 0,639 Valid
11.
0,632
0,700
Valid
31.
0,632
0,576 Tdk valid
12. 0,632 0,771 Valid 32. 0,632 0,738 Valid
13. 0,632 0,699 Valid 33. 0,632 0,651 Valid 14. 0,632 0,817 Valid 34. 0,632 0,858 Valid
15. 0,632 0,736 Valid 35. 0,632 0,744 Valid
16. 0,632 0,648 Valid 36. 0,632 0,687 Valid
17. 0,632 0,784 Valid 37. 0,632 0,646 Valid
18. 0,632 0,670 Valid 38. 0,632 0,855 Valid
19. 0,632 0,794 Valid 39. 0,632 0,697 Valid
20 0,632 0,743 Valid 40. 0,632 0,730 Valid
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 2 butir soal yang
dinyatakan tidak valid atau gugur dari keseluruhan 40 butir soal yaitu butir soal
23 dan 31. Jadi, untuk angket penelitian yang digunakan tidak menggunakan 2
butir soal tersebut karena tidak valid atau gugur. Selanjutnya, butir soal angket
penelitian yang digunakan dalam pengambilan data penelitian menjadi 38 butir
soal. Berikut ini instrumen angket penelitian (lihat lampiran 30, hal: 169):
7474 7474
Variabel
Faktor
Indikator Butir Soal
Positif Negatif
Kreativitas Guru
Penjasorkes
Kemampuan melihat atau memecahkan masalah
Melihat masalah sebelum mengajar Penjasorkes
1, 2, 3 4, 5
Melihat masalah pada saat mengajar Penjasorkes
6, 7, 8 9, 10, 11
Melihat masalah sesudah mengajar Penjasorkes
12, 14 13
Kemampuan menciptakan dan menerapkan ide
Ide dalam memodifikasi sarana dan prasarana
15, 16, 18, 19, 20
17, 21
Penerapan ide dalam memodifikasi sarana dan prasarana
22, 23, 25, 26, 27, 28
24
Sikap menerima dan terbuka terhadap hal- hal baru
Pemanfaatan informasi dan teknologi
29, 30 31, 32
Pengetahuan 33, 35, 36, 37, 38
34
Jumlah 38
Tabel 3.5 Instrumen Angket Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat
keterandalan sesuatu. Reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan
(Suharsimi Arikunto, 2013:221).
7575 7575
No Faktor Hasil ( ) Keterangan
1. Kemampuan melihat atau memecahkan masalah
0,934 Reliabel
2. Kemampuan menciptakan dan menerapkan ide
0,937 Reliabel
3. Sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru
0,897 Reliabel
Dalam penelitian ini menggunakan uji reliabilitas dengan formula Alpha,
dengan rumus :
∑ = −
−
Keterangan :
: reliabilitas instrumen
: banyaknya butir pertanyaan
∑ : jumlah varians butir
: varians total (Suharsimi Arikunto, 2013:239).
Setelah dilakukan uji validitas instrumen, diperoleh item yang valid.
Selanjutnya, terhadap item yang valid diuji reliabilitas dengan menggunakan
rumus Alpha, sedangkan perhitungannya menggunakan bantuan SPSS 16.
Berdasarkan perhitungan reliabilitas diperoleh koefisien Alpha ( ) untuk
masing-masing faktor lebih besar dibandingkan 0,632, dengan ini dinyatakan
andal atau reliabel (lihat lampiran 33, hal: 177).
Tabel 3.6 Data Uji Reliabilitas Instrumen
7676 7676
3.6 Teknik Analisi Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan
persentase. Statistik deskriptif adalah statistik yang yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasinya (Sugiyono,
2011:147).
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik
deskriptif yang dituangkan dalam bentuk persentase. Untuk mencari besarnya
frekuensi relatif (persentase) dengan rumus sebagai berikut:
F
P = x 100 %
N
Keterangan:
P : angka persentase
F : frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : jumlah frekuensi/banyaknya individu (Anas Sudijono, 2004:43).
Sedangkan untuk mengetahui data tiap faktor maka dilakukan
pengkategorian. Untuk mengubah skor mentah ke dalam nilai standar atau
sesuai dengan instrumen maka dibagi menjadi lima kategori berdasarkan nilai
Mean (M) dan Standar Deviasi (SD) yaitu Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah
dan Sangat Rendah, sehingga Patokan Acuan Norma (PAN) sebagai berikut:
7777 7777
Tabel 3.7 Interval dan Kategori Interval Kategori
X ≥ Mean + 1,5 SD Sangat Tinggi
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD Tinggi
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD Sedang
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD Rendah
X < Mean -1,5 SD Sangat Rendah
Keterangan:
X : Rerata/Skor
SD : Standar Deviasi (Anas Sudijono, 2004:175).
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen. Prembun adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Letak Kecamatan Prembun berada
di paling timur bagian geografis Kebumen dan dilalui oleh jalur nasional yaitu
jalur selatan Jawa Tengah. Kecamatan Prembun berbatasan dengan Kabupaten
Purworejo. Kota Kecamatan ini terletak pada Koordinat di 7° 43’ 23” Lintang
Selatan (S) dan 109° 48’ 2” Bujur Timur (E), dan berada di ketinggian 14 meter di
atas permukaan laut. Menilik letak geografisnya maka daerah ini termasuk
daerah yang panas, namun sangat diuntungkan oleh suasana pedesaan dan
masih banyaknya pepohonan sehingga udara lebih terasa hangat bahkan masih
terasa sejuk di pagi hari, apalagi di pagi hari pada musim kemarau.
Luas wilayah Kecamatan Prembun adalah 2.296,00 Ha. Jumlah penduduk
25.935 orang, dengan rincian penduduk laki-laki 12.793 orang dan perempuan
13.142 orang. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten adalah 21,00
km melalui Kutowinangun-Kebumen dengan menggunakan angkutan umum,
bus, dan pedesaan. Jumlah RT di Kecamatan Prembun yaitu 130 dan RW
sebanyak 40, terbagi dalam 13 Desa/Kelurahan. Sebagian besar wilayah
Kecamatan Prembun merupakan daerah dataran rendah dan mayoritas
masyarakatnya bermata pencaharian bertani dan berkebun.
78
7979 7979
No Nama Sekolah Guru Penjasorkes Keterangan
1. SD N 1 Prembun Manijan, S.Pd. PNS/Sertifikasi
2. SD N 2 Prembun Muchlisudin, A.Ma. Pd. PNS/Sertifikasi
3. SD N 3 Prembun Mursinah, A.Ma. Pd. PNS/Sertifikasi
4. SD N 4 Prembun Dwi Widadi, A.Ma. Pd. PNS/Sertifikasi
5. SD N 1 Kabekelan Kasbolah, S.Pd. PNS/Sertifikasi
6. SD N 2 Kabekelan Muhajiwanto, A.Ma. Pd. PNS/Sertifikasi
7. SD N 1 Tunggalroso Sudarman, A.Ma. Pd. PNS/Sertifikasi 8. SD N 2 Tunggalroso Dwi Raharjo, S.Pd. Wiyata
9. SD N Kedungwaru Berardus Winata Budi P, S.Pd. Wiyata
10. SD N Bagung Wiyandono, A.Ma. Pd. PNS/Sertifikasi
11. SD N 1 Tersobo Agus Tiandri F, S.Pd. PNS
12. SD N 2 Tersobo Kusmiati, S.Pd. PNS/Sertifikasi
13. SD N 3 Tersobo Riski Wijanarko, S.Pd. Wiyata
14. SD N 1 Sidogede Suprapto, A.Ma. Pd. PNS/Sertifikasi 15. SD N 2 Sidogede Winarti, S.Pd. PNS/Sertifikasi
16. SD N Sembir Suratno, A.Ma. Pd. PNS/Sertifikasi
17. SD N Kedungbulus Satiman, A.Ma. Pd. PNS/Sertifikasi
18. SD N 1 Mulyosri Bunata, S.Pd. PNS/Sertifikasi
Kecamatan Prembun memiliki SD Negeri yang berjumlah 23. Sebagian
besar letak SD Negeri yang ada di Kecamatan Prembun berada di pedesaan,
antara lain: SD Negeri Pecarikan, SD Negeri Kabuaran, SD Negeri 1 dan 2
Pesuningan, SD Negeri 1 dan 2 Mulyosri, SD Negeri Kedungbulus, SD Negeri
Sembirkadipaten, SD Negeri 1 dan 2 Sidogede. Sedangkan yang letaknya
berada di kota yaitu SD Negeri 1, 2, 3, dan 4 Prembun, SD Negeri 1, 2 dan 3
Tersobo, SD Negeri Bagung, SD Negeri Kedungwaru, SD Negeri 1 dan 2
Tunggalroso, SD Negeri 1 dan 2 Kabekelan.
4.2 Deskripsi Subjek
Subjek dari penelitian ini adalah guru Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen yang mempunyai latar belakang
pendidikan jasmani dengan jumlah 23 guru dari 23 SD. Berikut data guru
Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen:
Tabel 4.1 Data Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
8080 8080
No Nama Sekolah Waktu Penelitian
1. SD N 1 Prembun 3 September2015
2. SD N 2 Prembun 3 September 2015
3. SD N 3 Prembun 5 September 2015 4. SD N 4 Prembun 4 September 2015
5. SD N 1 Kabekelan 2 September 2015
6. SD N 2 Kabekelan 2 September 2015
7. SD N 1 Tunggalroso 2 September 2015
8. SD N 2 Tunggalroso 1 September 2015
9. SD N Kedungwaru 31 Agustus 2015
10. SD N Bagung 31 Agustus 2015 11. SD N 1 Tersobo 27 Agustus 2015
12. SD N 2 Tersobo 31 Agustus 2015
13. SD N 3 Tersobo 1 September 2015
14. SD N 1 Sidogede 31 Agustus 2015
15. SD N 2 Sidogede 27 Agustus 2015
16. SD N Sembirkadipaten 26 Agustus 2015
17. SD N Kedungbulus 27 Agustus 2015 18. SD N 1 Mulyosri 26 Agustus 2015
19. SD N 2 Mulyosri 26 Agustus 2015
20. SD N 1 Pesuningan 25 Agustus 2015
21. SD N 2 Pesuningan 28 Agustus 2015
22. SD N Kabuaran 25 Agustus 2015
23. SD N Pecarikan 4 September 2015
19. SD N 2 Mulyosri Sipur, S.Pd. Wiyata
20. SD N 1 Pesuningan Puji Nuryanto, S.Pd. Wiyata
21. SD N 2 Pesuningan Nur Sahid, S.Pd. Wiyata
22. SD N Kabuaran Makmur, S.Pd. Wiyata
23. SD N Pecarikan Wisnu Septyadi, S.Pd. PNS
4.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September
2015. Adapun waktu pengambilan data pada penelitian ini di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Waktu Pengambilan Data Penelitian
8181 8181
Data
Min
Max
Mean
Median
Modus Standar Deviasi
Kreativitas guru 104 132 118 116 114 8
Kemampuan melihat atau memecahkan masalah
36
49
43
43
43
3
Kemampuan menciptakan dan menerapkan ide
40
48
43
42
42
2
Sikap menerima dan terbuka terhadap hal- hal baru
27
36
31
31
31
3
4.4 Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian tentang kreativitas guru
Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran
Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen perlu
dideskripsikan hasil secara keseluruhan serta berdasarkan masing-masing faktor
dan indikator-indikator dengan menyajikan data penelitian berdasarkan hasil
analisis statistik deskriptif meliputi hasil perhitungan skor minimum (Min), skor
maximum (Max), Mean (M), Median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi
(SD). Selanjutnya, data dikategorikan menjadi 5 kategori berdasarkan nilai Mean
(M) dan Standar Deviasi (SD) yang diperoleh. Hasil analisis statistik deskriptif
pada masing-masing data penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Data Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif
persentase. Data penelitian ini dikategorikan menjadi lima kategori yaitu Sangat
Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), dan Sangat Rendah (SR).
Kategorisasi data penelitian ini menggunakan Patokan Acuan Norma (PAN) dari
8282 8282
Responden Kreativitas Guru Penjasorkes
Skor Kategori
R-1 130 ST
R-2 120 S
R-3 104 SR
R-4 116 S
R-5 122 T
R-6 112 R
R-7 114 S R-8 121 S
R-9 114 S
R-10 114 S
R-11 113 R
R-12 113 R
R-13 126 T
R-14 119 S R-15 108 R
R-16 123 T
R-17 114 S
R-18 122 T
R-19 110 R R-20 132 ST
R-21 124 T
Anas Sudijono (lihat BAB III, hal: 77) yang didasarkan pada nilai Mean (M) dan
Standar Deviasi (SD). Secara lebih terperinci untuk melihat hasil analis deskriptif
tentang kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen serta berdasarkan masing-masing faktor dan indikator-
indikator yang mendasarinya adalah sebagai berikut:
4.4.1 Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes secara
keseluruhan (lihat lampiran 34-35, hal: 179) diperoleh data skor terendah (Min)
=104; skor tertinggi (Max) = 132; Mean (M) = 118; Median (Me) = 116; Modus
(Mo) = 114; dan SD = 8. Secara lebih terperinci skor dan kategori kreativitas guru
Penjasorkes secara keseluruhan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan
8383 8383
Pers
en
tas
e
R-22 131 ST
R-23 111 R
Jumlah 2713 S
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana
dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 129 Sangat Tinggi 3 13,04%
122 - 128 Tinggi 5 21,74%
114 - 121 Sedang 8 34,78%
107 - 113 Rendah 6 26,09%
< 107 Sangat rendah 1 4,35%
Jumlah 23 100,00%
35,00%
Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan
34,78%
30,00%
25,00%
21,74%
26,09%
20,00%
15,00%
13,04%
10,00% 4,35%
5,00%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.1 Histogram Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan
8484 8484
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa secara keseluruhan kreativitas guru Penjasorkes
dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes
di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen terdapat 3 guru
(13,04%) dalam kategori Sangat Tinggi dengan skor ≥129, yaitu guru di SD
Negeri 1 Prembun skor 130, SD Negeri 1 Pesuningan skor 132, dan SD Negeri
Kabuaran skor 131. 5 guru (21,74%) dalam kategori Tinggi dengan skor 122-128,
yaitu guru di SD Negeri 1 Kabekelan skor 122, SD Negeri 3 Tersobo skor 126,
SD Negeri Sembirkadipaten skor 123, SD Negeri 1 Mulyosri skor 122, dan SD
Negeri 2 Pesuningan skor 124. 8 guru (34,78%) dalam kategori Sedang dengan
skor 114-121, yaitu guru di SD Negeri 2 Prembun skor 120, SD Negeri 4
Prembun skor 116, SD Negeri 1 Tunggalroso skor 114, SD Negeri 2 Tunggalroso
skor 121, SD Negeri Kedungwaru skor 114, SD Negeri Bagung skor 114, SD
Negeri 1 Sidogede skor 119, dan SD Negeri Kedungbulus skor 114. 6 guru
(26,09%) dalam kategori Rendah dengan skor 107-113, yaitu guru di SD Negeri
2 Kabekelan skor 112, SD Negeri 1 Tersobo skor 123, SD Negeri 2 Tersobo skor
113, SD Negeri 2 Sidogede skor 108, SD Negeri 2 Mulyosri skor 110, dan SD
Negeri Pecarikan skor 111. 1 guru (4,35%) dalam kategori Sangat Rendah
dengan skor <107, yaitu guru di SD Negeri 3 Prembun skor 104. Frekuensi
terbanyak pada kategori Sedang yaitu 8 guru (34,78%), sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen adalah kategori Sedang.
8585 8585
Responden
Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah
Skor Kategori
R-1 48 ST R-2 46 T
R-3 36 SR
R-4 43 S
R-5 47 T
R-6 42 S
R-7 42 S
R-8 44 S R-9 43 S
R-10 41 R
R-11 43 S
R-12 43 S
R-13 43 S
R-14 42 S
R-15 38 R R-16 45 T
R-17 43 S
R-18 44 S
R-19 37 SR
R-20 49 ST
R-21 47 T
R-22 48 ST R-23 42 S
Jumlah 996 S
4.4.2 Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan
Melihat atau Memecahkan Masalah
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan faktor kemampuan melihat atau memecahkan masalah (lihat
lampiran 36-37, hal: 181) diperoleh data skor terendah (Min) = 36; skor tertinggi
(Max) = 49; Mean (M) = 43; Median (Me) = 43; Modus (Mo) = 43; dan SD = 3.
Secara lebih terperinci skor dan kategori kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan faktor kemampuan melihat atau memecahkan masalah diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.6 Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah
8686 8686
Pers
en
tas
e
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan faktor kemampuan melihat
atau memecahkan masalah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 48 Sangat Tinggi 3 13,04%
45 – 47 Tinggi 4 17,39%
42 – 44 Sedang 12 52,17%
38 – 41 Rendah 2 8,70%
< 38 Sangat Rendah 2 8,70%
Jumlah 23 100,00%
Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah
60,00% 52,17%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
13,04% 17,39%
8,70% 8,70%
10,00%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.2 Histogram Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor
Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah
8787 8787
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan faktor kemampuan
melihat atau memecahkan masalah terdapat 3 guru (13,04%) dalam kategori
Sangat Tinggi dengan skor ≥48, yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun skor 48, SD
Negeri 1 Pesuningan skor 49, dan SD Negeri Kabuaran skor 48. 4 guru (17,39%)
dalam kategori Tinggi dengan skor 45-47, yaitu guru di SD Negeri 2 Prembun
skor 46, SD Negeri 1 Kabekelan skor 47, SD Negeri Sembirkadipaten skor 45,
dan SD Negeri 2 Pesuningan skor 47. 12 guru (52,17%) dalam kategori Sedang
dengan skor 42-44, yaitu guru di SD Negeri 4 Prembun skor 43, SD Negeri 2
Kabekelan skor 42, SD Negeri 1 Tunggalroso skor 42, SD Negeri 2 Tunggalroso
skor 44, SD Negeri Kedungwaru skor 43, SD Negeri 1 Tersobo skor 43, SD
Negeri 2 Tersobo skor 43, SD Negeri 3 Tersobo skor 43, SD Negeri 1 Sidogede
skor 42, SD Negeri Kedungbulus skor 43, SD Negeri 1 Mulyosri skor 44, dan SD
Negeri Pecarikan skor 42. 2 guru (8,70%) dalam kategori Rendah dengan skor
38-41, yaitu guru di SD Negeri Bagung skor 41 dan SD Negeri 2 Sidogede skor
38. 2 guru (8,70%) dalam kategori Sangat Rendah dengan skor <38, yaitu guru
di SD Negeri 3 Prembun skor 36 dan SD Negeri 2 Mulyosri skor 37. Frekuensi
terbanyak pada kategori Sedang yaitu 12 guru (52,17%), sehingga dapat
disimpulkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan
sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan faktor kemampuan melihat atau
memecahkan masalah adalah kategori Sedang.
8888 8888
Responden
Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar
Skor Kategori
R-1 17 T
R-2 17 T R-3 13 R
R-4 16 T
R-5 17 T
R-6 16 T
R-7 15 S R-8 16 T
R-9 15 S R-10 14 R
R-11 16 T
R-12 16 T
R-13 14 R
R-14 16 T R-15 12 SR
R-16 16 T
R-17 17 T
R-18 16 T
R-19 13 R
R-20 18 ST
R-21 15 S R-22 19 ST
R-23 16 T
Jumlah 360 T
4.4.2.1 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator melihat atau memecahkan masalah sebelum mengajar
(lihat lampiran 38, hal: 183) diperoleh data skor terendah (Min) = 12; skor
tertinggi (Max) = 19; Mean (M) = 16; Median (Me) = 16; Modus (Mo) = 16; dan
SD = 2. Secara lebih terperinci skor dan kategori kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator melihat atau memecahkan masalah sebelum mengajar
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.8 Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar
8989 8989
Pers
en
tas
e
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan indikator melihat atau
memecahkan masalah sebelum mengajar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 18 Sangat Tinggi 2 8,70%
16 - 17 Tinggi 13 56,52%
15 Sedang 3 13,04%
13 - 14 Rendah 4 17,39%
< 13 Sangat Rendah 1 4,35%
Jumlah 23 100,00%
Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar
60,00% 56,52%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
8,70%
13,04%
17,39% 4,35%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.3 Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar
9090 9090
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator melihat atau
memecahkan masalah sebelum mengajar terdapat 2 guru (8,70%) dalam
kategori Sangat Tinggi dengan skor ≥18, yaitu guru di SD Negeri 1 Pesuningan
skor 18 dan SD Negeri Kabuaran skor 19. 13 guru (56,52%) dalam kategori
Tinggi dengan skor 16-17, yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun skor 17, SD
Negeri 2 Prembun skor 17, SD Negeri 4 Prembun skor 16, SD Negeri 1
Kabekelan skor 17, SD Negeri 2 Kabekelan skor 16, SD Negeri 2 Tunggalroso
skor 16, SD Negeri 1 Tersobo skor 16, SD Negeri 2 Tersobo skor 16, SD Negeri
1 Sidogede skor 16, SD Negeri Sembirkadipaten skor 16, SD Negeri
Kedungbulus skor 17, SD Negeri 1 Mulyosri skor 16, dan SD Negeri Pecarikan
skor 16. 3 guru (13,04%) dalam kategori Sedang dengan skor 15, yaitu guru di
SD Negeri 1 Tunggalroso, SD Negeri Kedungwaru, dan SD Negeri 2
Pesuningan. 4 guru (17,39%) dalam kategori Rendah dengan skor 13-14, yaitu
guru di SD Negeri 3 Prembun skor 13, SD Negeri Bagung skor 14, SD Negeri 3
Tersobo skor 14, dan SD Negeri 2 Mulyosri skor 13. 1 guru (4,35%) dalam
kategori Sangat Rendah dengan skor <13, yaitu guru di SD Negeri 2 Sidogede
skor 12. Frekuensi terbanyak pada kategori Tinggi yaitu 13 guru (56,52%),
sehingga dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator
melihat atau memecahkan masalah sebelum mengajar adalah kategori Tinggi.
9191 9191
Responden
Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar
Skor Kategori
R-1 21 ST
R-2 18 T R-3 15 R
R-4 18 T
R-5 20 ST
R-6 16 R
R-7 18 T R-8 19 T
R-9 17 S R-10 17 S
R-11 17 S
R-12 16 R
R-13 19 T
R-14 15 R R-15 16 R
R-16 19 T
R-17 17 S
R-18 18 T
R-19 15 R
R-20 20 ST
R-21 20 ST R-22 18 T
R-23 16 R
Jumlah 405 T
4.4.2.2 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator melihat atau memecahkan masalah saat mengajar (lihat
lampiran 39, hal: 184) diperoleh data skor terendah (Min) = 15; skor tertinggi
(Max) = 21; Mean (M) = 18; Median (Me) = 18; Modus (Mo) = 18; dan SD = 2.
Secara lebih terperinci skor dan kategori kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator melihat atau memecahkan masalah saat mengajar
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.10 Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar
9292 9292
Pers
en
tas
e
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan indikator melihat atau
memecahkan masalah saat mengajar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 20 Sangat Tinggi 4 17,39%
18 - 19 Tinggi 8 34,78%
17 Sedang 4 17,39%
15 - 16 Rendah 7 30,43%
< 15 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar
35,00%
30,00%
34,78%
30,43%
25,00%
20,00% 17,39% 17,39%
15,00%
10,00%
5,00% 0,00%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.4 Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat
Mengajar
9393 9393
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator melihat atau
memecahkan masalah saat mengajar terdapat 4 guru (17,39%) dalam kategori
Sangat Tinggi dengan skor ≥20, yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun skor 21, SD
Negeri 1 Kabekelan skor 20, SD Negeri 1 Pesuningan skor 20, dan SD Negeri 2
Pesuningan skor 20. 8 guru (34,78%) dalam kategori Tinggi dengan skor 18-19,
yaitu guru di SD Negeri 2 Prembun skor 18, SD Negeri 4 Prembun skor 18, SD
Negeri 1 Tunggalroso skor 18, SD Negeri 2 Tunggalroso skor 19, SD Negeri 3
Tersobo skor 19, SD Negeri Sembirkadipaten skor 19, SD Negeri 1 Mulyosri skor
18, dan SD Negeri Kabuaran skor 18. 4 guru (17,39%) dalam kategori Sedang
dengan skor 17, yaitu guru di SD Negeri Kedungwaru, SD Negeri Bagung, SD
Negeri 1 Tersobo, dan SD Negeri Kedungbulus. 7 guru (30,43%) dalam kategori
Rendah dengan skor 15-16, yaitu guru di SD Negeri 3 Prembun skor 15, SD
Negeri 2 Kabekelan skor 16, SD Negeri 2 Tersobo skor 16, SD Negeri 1
Sidogede skor 15, SD Negeri 2 Sidogede skor 16, SD Negeri 2 Mulyosri skor 15,
dan SD Negeri Pecarikan skor 16. 0 guru (0,00%) dalam kategori Sangat
Rendah. Frekuensi terbanyak pada kategori Tinggi yaitu 8 guru (34,78%),
sehingga dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator
melihat atau memecahkan masalah saat mengajar adalah kategori Tinggi.
9494 9494
Responden
Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar
Skor Kategori
R-1 10 S
R-2 11 T R-3 8 SR
R-4 9 R
R-5 10 S
R-6 10 S
R-7 9 R R-8 9 R
R-9 11 T R-10 10 S
R-11 10 S
R-12 11 T
R-13 10 S
R-14 11 T R-15 10 S
R-16 10 S
R-17 9 R
R-18 10 S
R-19 9 R
R-20 11 T
R-21 12 ST R-22 11 T
R-23 10 S
Jumlah 231 S
4.4.2.3 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator melihat atau memecahkan masalah sesudah mengajar
(lihat lampiran 40, hal: 185) diperoleh data skor terendah (Min) = 8; skor tertinggi
(Max) = 12; Mean (M) = 10; Median (Me) = 10; Modus (Mo) = 10; dan SD = 1.
Secara lebih terperinci skor dan kategori kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator melihat atau memecahkan masalah sesudah mengajar
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.12 Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar
9595 9595
Pe
rse
nta
se
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan indikator melihat atau
memecahkan masalah sesudah mengajar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 12 Sangat Tinggi 1 4,35%
11 Tinggi 6 26,09%
10 Sedang 10 43,48%
9 Rendah 5 21,74%
< 9 Sangat Rendah 1 4,35%
Jumlah 23 100,00%
Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar
45,00% 43,48%
40,00%
35,00%
30,00%
25,00%
26,09%
21,74%
20,00%
15,00%
10,00%
4,35%
4,35%
5,00%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.5 Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar
9696 9696
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator melihat atau
memecahkan masalah sesudah mengajar terdapat 1 guru (4,35%) dalam
kategori Sangat Tinggi dengan skor ≥12, yaitu guru di SD Negeri 2 Pesuningan
skor 12. 6 guru (26,09%) dalam kategori Tinggi dengan skor 11, yaitu guru di SD
Negeri 2 Prembun, SD Negeri Kedungwaru, SD Negeri 2 Tersobo, SD Negeri 1
Sidogede, SD Negeri 1 Pesuningan, dan SD Negeri Kabuaran. 10 guru (43,48%)
dalam kategori Sedang dengan skor 10, yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun, SD
Negeri 1 Kabekelan, SD Negeri 2 Kabekelan, SD Negeri Bagung, SD Negeri 1
Tersobo, SD Negeri 3 Tersobo, SD Negeri 2 Sidogede, SD Negeri
Sembirkadipaten, SD Negeri 1 Mulyosri, dan SD Negeri Pecarikan. 5 guru
(21,74%) dalam kategori Rendah dengan skor 9, yaitu guru di SD Negeri 4
Prembun, SD Negeri 1 Tunggalroso, SD Negeri 2 Tunggalroso, SD Negeri
Kedungbulus, dan SD Negeri 2 Mulyosri. 1 guru (4,35%) dalam kategori Sangat
Rendah dengan skor <9, yaitu guru di SD Negeri 3 Prembun skor 8. Frekuensi
terbanyak pada kategori Sedang yaitu 10 guru (43,48%), sehingga dapat
disimpulkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan
sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator melihat atau memecahkan
masalah sesudah mengajar adalah kategori Sedang.
9797 9797
Responden
Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide
Skor Kategori
R-1 48 ST
R-2 43 S R-3 40 R
R-4 42 S
R-5 44 T R-6 41 R R-7 41 R R-8 42 S
R-9 41 R
R-10 42 S R-11 40 R R-12 41 R R-13 47 ST R-14 44 T
R-15 42 S
R-16 45 T R-17 42 S
R-18 45 T R-19 44 T
R-20 47 ST
R-21 45 T R-22 47 ST R-23 42 S
Jumlah 995 S
4.4.3 Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan
Menciptakan dan Menerapkan Ide
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan faktor kemampuan menciptakan dan menerapkan ide (lihat lampiran
41-42, hal: 186) diperoleh data skor terendah (Min) = 40; skor tertinggi (Max) =
48; Mean (M) = 43; Median (Me) = 42; Modus (Mo) = 42; dan SD = 2. Secara
lebih terperinci skor dan kategori kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan faktor
kemampuan menciptakan dan menerapkan ide diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.14 Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide
9898 9898
Pers
en
tas
e
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan faktor kemampuan
menciptakan dan menerapkan ide adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 47 Sangat Tinggi 4 17,39%
44 - 46 Tinggi 6 26,09%
42 - 43 Sedang 7 30,43%
40 - 41 Rendah 6 26,09%
< 40 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
35,00%
Faktor Kemampuan Menciptakan dan
Menerapkan Ide
30,43%
30,00% 26,09% 26,09%
25,00%
20,00%
17,39%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.6 Histogram Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide
9999 9999
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan faktor kemampuan
menciptakan dan menerapkan ide terdapat 4 guru (17,39%) dalam kategori
Sangat Tinggi dengan skor ≥47, yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun skor 48, SD
Negeri 3 Tersobo skor 47, SD Negeri 1 Pesuningan skor 47, dan SD Negeri
Kabuaran skor 47. 6 guru (26,09%) dalam kategori Tinggi dengan skor 44-46,
yaitu guru di SD Negeri 1 Kabekelan skor 44, SD Negeri 1 Sidogede skor 44, SD
Negeri Sembirkadipaten skor 45, SD Negeri 1 Mulyosri skor 45, SD Negeri 2
Mulyosri skor 44, dan SD Negeri 2 Pesuningan skor 45. 7 guru (30,43%) dalam
kategori Sedang dengan skor 42-43, yaitu guru di SD Negeri 2 Prembun skor 43,
SD Negeri 4 Prembun skor 42, SD Negeri 2 Tunggalroso skor 42, SD Negeri
Bagung skor 42, SD Negeri 2 Sidogede skor 42, SD Negeri Kedungbulus skor
42, dan SD Negeri Pecarikan skor 42. 6 guru (26,09%) dalam kategori Rendah
dengan skor 40-41, yaitu guru di SD Negeri 3 Prembun skor 40, SD Negeri 2
Kabekelan skor 41, SD Negeri 1 Tunggalroso skor 41, SD Negeri Kedungwaru
skor 41, SD Negeri 1 Tersobo skor 40, dan SD Negeri 2 Tersobo skor 41. 0 guru
(0,00%) dalam kategori Sangat Rendah. Frekuensi terbanyak pada kategori
Sedang yaitu 7 guru (30,43%), sehingga dapat disimpulkan bahwa kreativitas
guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana
pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten
Kebumen berdasarkan faktor kemampuan menciptakan dan menerapkan ide
adalah kategori Sedang.
100100100
100100100
Responden
Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
Skor Kategori
R-1 24 ST R-2 21 S R-3 20 R
R-4 22 S
R-5 23 T R-6 21 S
R-7 21 S R-8 22 S
R-9 20 R
R-10 22 S R-11 21 S R-12 21 S
R-13 22 S R-14 24 ST
R-15 21 S
R-16 23 T R-17 22 S
R-18 22 S R-19 24 ST
R-20 25 ST
R-21 24 ST R-22 23 T R-23 22 S
Jumlah 510 S
4.4.3.1 Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator ide memodifikasi sarana dan prasarana (lihat lampiran 43,
hal: 188) diperoleh data skor terendah (Min) = 20; skor tertinggi (Max) = 25;
Mean (M) = 22; Median (Me) = 22; Modus (Mo) = 22; dan SD = 1. Secara lebih
terperinci skor dan kategori kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan indikator
ide memodifikasi sarana dan prasarana diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.16 Skor dan Kategori Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
101101101
101101101
Pers
en
tas
e
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan indikator ide memodifikasi
sarana dan prasarana adalah sebagai berikut:
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 24 Sangat Tinggi 5 21,74%
23 Tinggi 3 13,04%
21 - 22 Sedang 13 56,52%
20 Rendah 2 8,70%
< 20 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
60,00%
56,52%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
21,74%
13,04%
8,70%
0,00%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.7 Histogram Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
102102102
102102102
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator ide
memodifikasi sarana dan prasarana terdapat 5 guru (21,74%) dalam kategori
Sangat Tinggi dengan skor ≥24, yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun skor 24, SD
Negeri 1 Sidogede skor 24, SD Negeri 2 Mulyosri skor 24, dan SD Negeri 1
Pesuningan skor 25, dan SD Negeri 2 Pesuningan skor 24. 3 guru (13,04%)
dalam kategori Tinggi dengan skor 23, yaitu guru di SD Negeri 1 Kabekelan skor
23, SD Negeri Sembirkadipaten skor 23, dan SD Negeri Kabuaran skor 23. 13
guru (56,52%) dalam kategori Sedang dengan skor 21-22, yaitu SD Negeri 2
Prembun skor 21, SD Negeri 4 Prembun skor 22, SD Negeri 2 Kabekelan skor
21, SD Negeri 1 Tunggalroso skor 21, SD Negeri 2 Tunggalroso skor 22, SD
Negeri Bagung skor 22, SD Negeri 1 Tersobo skor 21, SD Negeri 2 Tersobo skor
21, SD Negeri 3 Tersobo skor 22, SD Negeri 2 Sidogede skor 21, SD Negeri
Kedungbulus skor 22, SD Negeri 1 Mulyosri skor 22, dan SD Negeri Pecarikan
skor 22. 2 guru (8,70%) dalam kategori Rendah dengan skor 20, yaitu guru di SD
Negeri 3 Prembun dan SD Negeri Kedungwaru. 0 guru (0,00%) dalam kategori
Sangat Rendah. Frekuensi terbanyak pada kategori Sedang yaitu 13 guru
(56,52%), sehingga dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator ide
memodifikasi sarana dan prasarana adalah kategori Sedang.
103103103
103103103
Responden
Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
Skor Kategori
R-1 24 ST R-2 22 T R-3 20 S R-4 20 S R-5 21 S R-6 20 S R-7 20 S R-8 20 S
R-9 21 S R-10 20 S R-11 19 R R-12 20 S R-13 25 ST R-14 20 S R-15 21 S R-16 22 T
R-17 20 S R-18 23 ST R-19 20 S
R-20 22 T R-21 21 S R-22 24 ST R-23 20 S
Jumlah 485 S
4.4.3.2 Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator penerapan ide memodifikasi sarana dan prasarana (lihat
lampiran 44, hal: 189) diperoleh data skor terendah (Min) = 19; skor tertinggi
(Max) = 25; Mean (M) = 21; Median (Me) = 20; Modus (Mo) = 20; dan SD = 2.
Secara lebih terperinci skor dan kategori kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator penerapan ide memodifikasi sarana dan prasarana
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.18 Skor dan Kategori Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
104104104
104104104
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 23 Sangat Tinggi 4 17,39%
22 Tinggi 3 13,04%
20 - 21 Sedang 15 65,22%
19 Rendah 1 4,35%
< 19 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Pers
en
tas
e
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan indikator penerapan ide
memodifikasi sarana dan prasarana adalah sebagai berikut:
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
70,00% 65,22%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
17,39%
13,04%
4,35% 0,00%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.8 Histogram Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana
105105105
105105105
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator penerapan ide
memodifikasi sarana dan prasarana terdapat 4 guru (17,39%) dalam kategori
Sangat Tinggi dengan skor ≥23, yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun skor 24, SD
Negeri 3 Tersobo 25, SD Negeri 1 Mulyosri 23, dan SD Negeri Kabuaran skor 24.
3 guru (13,04%) dalam kategori Tinggi dengan skor 22, yaitu guru di SD Negeri 2
Prembun, SD Negeri Sembirkadipaten, dan SD Negeri 1 Pesuningan. 15 guru
(65,22%) dalam kategori Sedang dengan skor 20-21, yaitu guru di SD Negeri 3
Prembun skor 20, SD Negeri 4 Prembun skor 20, SD Negeri 1 Kabekelan skor
21, SD Negeri 2 Kabekelan skor 20, SD Negeri 1 Tunggalroso skor 20, SD
Negeri 2 Tunggalroso skor 20, SD Negeri Kedungwaru skor 21, SD Negeri
Bagung skor 20, SD Negeri 2 Tersobo skor 20, SD Negeri 1 Sidogede skor 20,
SD Negeri 2 Sidogede skor 21, SD Negeri Kedungbulus skor 20, SD Negeri 2
Mulyosri skor 20, SD Negeri 2 Pesuningan skor 21, dan SD Negeri Pecarikan 20.
1 guru (4,35%) dalam kategori Rendah dengan skor 19, yaitu guru di SD Negeri
1 Tersobo 19. 0 guru (0,00%) dalam kategori Sangat Rendah. Frekuensi
terbanyak pada kategori Sedang yaitu 15 guru (65,22%), sehingga dapat
disimpulkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan
sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator penerapan ide
memodifikasi sarana dan prasarana adalah kategori Sedang.
106106106
106106106
Responden
Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru
Skor Kategori
R-1 34 T
R-2 31 S
R-3 28 R
R-4 31 S R-5 31 S
R-6 29 R
R-7 31 S
R-8 35 ST
R-9 30 S
R-10 31 S
R-11 30 S R-12 29 R
R-13 36 ST
R-14 33 T
R-15 28 R
R-16 33 T
R-17 29 R
R-18 33 T R-19 29 R
R-20 36 ST
R-21 32 S
R-22 36 ST
R-23 27 R Jumlah 722 S
4.4.4 Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima
dan Terbuka Terhadap Hal-Hal Baru
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan faktor sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru (lihat
lampiran 45-46, hal: 190) diperoleh data skor terendah (Min) = 27; skor tertinggi
(Max) = 36; Mean (M) = 31; Median (Me) = 31; Modus (Mo) = 31; dan SD = 3.
Secara lebih terperinci skor dan kategori kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan faktor sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.20 Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru
107107107
107107107
Pers
en
tas
e
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan faktor sikap menerima dan
terbuka terhadap hal-hal baru adalah sebagai berikut:
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 35 Sangat Tinggi 4 17,39%
33 - 34 Tinggi 4 17,39%
30 - 32 Sedang 8 34,78%
27 - 29 Rendah 7 30,43%
< 27 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-Hal Baru
35,00%
30,00%
34,78%
30,43%
25,00%
20,00%
17,39% 17,39%
15,00%
10,00%
5,00% 0,00%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.9 Histogram Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-Hal Baru
108108108
108108108
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan faktor sikap menerima
dan terbuka terhadap hal-hal baru terdapat 4 guru (17,39%) dalam kategori
Sangat Tinggi dengan skor ≥ 35, yaitu guru di SD Negeri 2 Tunggalroso skor 35,
SD Negeri 3 Tersobo skor 36, SD Negeri 1 Pesuningan skor 36, dan SD Negeri
Kabuaran skor 36. 4 guru (17,39%) dalam kategori Tinggi dengan skor 33-34,
yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun skor 34, SD Negeri 1 Sidogede skor 33, SD
Negeri Sembirkadipaten skor 33, dan SD Negeri 1 Mulyosri skor 33. 8 guru
(34,78%) dalam kategori Sedang dengan skor 30-32, yaitu guru di SD Negeri 2
Prembun skor 31, SD Negeri 4 Prembun skor 31, SD Negeri 1 Kabekelan skor
31, SD Negeri 1 Tunggalroso skor 31, SD Negeri Kedungwaru skor 30, SD
Negeri Bagung skor 31, SD Negeri 1 Tersobo skor 30, dan SD Negeri 2
Pesuningan skor 32. 7 guru (30,43%) dalam kategori Rendah dengan skor 27-29,
yaitu guru di SD Negeri 3 Prembun skor 28, SD Negeri 2 Kabekelan skor 29, SD
Negeri 2 Tersobo skor 29, SD Negeri 2 Sidogede skor 28, SD Negeri
Kedungbulus skor 29, SD Negeri 2 Mulyosri skor 29, dan SD Negeri Pecarikan
skor 27. 0 guru (0,00%) dalam kategori Sangat Rendah. Frekuensi terbanyak
pada kategori Sedang yaitu 8 guru (34,78%), sehingga dapat disimpulkan bahwa
kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen berdasarkan faktor sikap menerima dan terbuka terhadap
hal-hal baru adalah kategori Sedang.
109109109
109109109
Responden
Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi
Skor Kategori
R-1 13 T R-2 12 S
R-3 11 R
R-4 13 T
R-5 13 T R-6 12 S R-7 13 T R-8 13 T
R-9 12 S
R-10 12 S
R-11 12 S
R-12 12 S R-13 14 ST
R-14 12 S
R-15 11 R
R-16 14 ST R-17 12 S R-18 14 ST R-19 11 R
R-20 15 ST
R-21 13 T
R-22 13 T R-23 10 SR
Jumlah 287 S
4.4.4.1 Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator pemanfaatan informasi dan teknologi (lihat lampiran 47,
hal: 192) diperoleh data skor terendah (Min) = 10; skor tertinggi (Max) = 15;
Mean (M) = 12; Median (Me) = 12; Modus (Mo) = 12; dan SD = 1. Secara lebih
terperinci skor dan kategori kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan indikator
pemanfaatan informasi dan teknologi diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.22 Skor dan Kategori Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi
110110110
110110110
Pers
en
tas
e
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan indikator pemanfaatan
informasi dan teknologi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 14 Sangat Tinggi 4 17,39%
13 Tinggi 7 30,43%
12 Sedang 8 34,78%
11 Rendah 3 13,04%
< 11 Sangat Rendah 1 4,35%
Jumlah 23 100,00%
35,00%
Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi
34,78%
30,00%
30,43%
25,00%
20,00% 17,39%
15,00% 13,04%
10,00% 4,35%
5,00%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.10 Histogram Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi
111111111
111111111
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator pemanfaatan
informasi dan teknologi terdapat 4 guru (17,39%) dalam kategori Sangat Tinggi
dengan skor ≥14, yaitu guru di SD Negeri 3 Tersobo skor 14, SD Negeri
Sembirkadipaten skor 14, SD Negeri 1 Mulyosri skor 14, dan SD Negeri 1
Pesuningan skor 15. 7 guru (30,43%) dalam kategori Tinggi dengan skor 13,
yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun, SD Negeri 4 Prembun, SD Negeri 1
Kabekelan, SD Negeri 1 Tunggalroso, SD Negeri 2 Tunggalroso, SD Negeri 2
Pesuningan, dan SD Negeri Kabuaran. 8 guru (34,78%) dalam kategori Sedang
dengan skor 12, yaitu guru di SD Negeri 2 Prembun, SD Negeri 2 Kabekelan, SD
Negeri Kedungwaru, SD Negeri Bagung, SD Negeri 1 Tersobo, SD Negeri 2
Tersobo, SD Negeri 1 Sidogede, dan SD Negeri Kedungbulus. 3 guru (13,04%)
dalam kategori Rendah dengan skor 11, yaitu guru di SD Negeri 3 Prembun, SD
Negeri 2 Sidogede, dan SD Negeri 2 Mulyosri. 1 guru (4,35%) dalam kategori
Sangat Rendah dengan skor <11, yaitu guru di SD Negeri Pecarikan. Frekuensi
terbanyak pada kategori Sedang yaitu 8 guru (34,78%), sehingga dapat
disimpulkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan
sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator pemanfaatan informasi
dan teknologi adalah kategori Sedang.
112112112
112112112
Responden
Indikator Pengetahuan
Skor Kategori
R-1 21 T R-2 19 S
R-3 17 R R-4 18 S R-5 18 S R-6 17 R R-7 18 S R-8 22 ST R-9 18 S R-10 19 S
R-11 18 S R-12 17 R R-13 22 ST
R-14 21 T R-15 17 R R-16 19 S R-17 17 R R-18 19 S R-19 18 S R-20 21 T R-21 19 S
R-22 23 ST R-23 17 R
Jumlah 435 S
4.4.4.2 Indikator Pengetahuan
Hasil analisis statistik deskriptif data kreativitas guru Penjasorkes
berdasarkan indikator pengetahuan (lihat lampiran 48, hal: 193) diperoleh data
skor terendah (Min) = 17; skor tertinggi (Max) = 23; Mean (M) = 19; Median (Me)
= 18; Modus (Mo) = 17; dan SD = 2. Secara lebih terperinci skor dan kategori
kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan indikator pengetahuan diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.24 Skor dan Kategori Indikator Pengetahuan
113113113
113113113
Pers
en
tas
e
Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data untuk
mengetahui kreativitas guru Penjasorkes berdasarkan indikator pengetahuan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Indikator Pengetahuan
Interval Kategori Frekuensi Persentase
≥ 22 Sangat Tinggi 3 13,04%
20 - 21 Tinggi 3 13,04%
18 - 19 Sedang 11 47,83%
16 - 17 Rendah 6 26,09%
< 16 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Indikator Pengetahuan
50,00%
47,83%
45,00%
40,00%
35,00%
30,00%
26,09%
25,00%
20,00%
15,00%
13,04% 13,04%
10,00%
5,00%
0,00%
0,00% Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Gambar 4.11 Histogram Indikator Pengetahuan
114114114
114114114
Berdasarkan tabel frekuensi di atas yang diperjelas secara visual dengan
gambar histogram bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator pengetahuan
terdapat 3 guru (13,04%) dalam kategori Sangat Tinggi dengan skor ≥22, yaitu
guru di SD Negeri 2 Tunggalroso skor 22, SD Negeri 3 Tersobo skor 22, dan SD
Negeri Kabuaran skor 23. 3 guru (13,04%) dalam kategori Tinggi dengan skor
20-21, yaitu guru di SD 1 Prembun skor 21, SD Negeri 1 Sidogede skor 21, dan
SD Negeri 1 Pesuningan skor 21. 11 guru (47,83) dalam kategori Sedang
dengan skor 18-19, yaitu guru di SD Negeri 2 Prembun skor 19, SD Negeri 4
Prembun skor 18, SD Negeri 1 Kabekelan skor 18, SD Negeri 1 Tunggalroso
skor 18, SD Negeri Kedungwaru skor 18, SD Negeri Bagung skor 19, SD Negeri
1 Tersobo skor 18, SD Negeri Sembirkadipaten skor 19, SD Negeri 1 Mulyosri
skor 19, SD Negeri 2 Mulyosri skor 18, dan SD Negeri 2 Pesuningan skor 19. 6
guru (26,09%) dalam kategori Rendah dengan skor 16-17, yaitu guru di SD
Negeri 3 Prembun skor 17, SD Negeri 2 Kabekelan skor 17, SD Negeri 2
Tersobo skor 17, SD Negeri 2 Sidogede skor 17, SD Negeri Kedungbulus skor
17, dan SD Negeri Pecarikan 17. 0 guru (0,00%) dalam kategori Sangat Rendah.
Frekuensi terbanyak pada kategori Sedang yaitu 11 guru (47,83%), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan indikator pengetahuan
adalah kategori Sedang.
115115115
115115115
4.5 Pembahasan
4.5.1 Kreativitas Guru Penjasorkes
Berdasarkan hasil analis data penelitian diketahui bahwa secara
keseluruhan kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana
dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun
Kabupaten Kebumen terdapat 3 guru (13,04%) dalam kategori Sangat Tinggi,
yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun, SD Negeri 1 Pesuningan, dan SD Negeri
Kabuaran. 5 guru (21,74%) dalam kategori Tinggi, yaitu guru di SD Negeri 1
Kabekelan, SD Negeri 3 Tersobo, SD Negeri Sembirkadipaten, SD Negeri 1
Mulyosri, dan SD Negeri 2 Pesuningan. 8 guru (34,78%) dalam kategori Sedang,
yaitu guru di SD Negeri 2 Prembun, SD Negeri 4 Prembun, SD Negeri 1
Tunggalroso, SD Negeri 2 Tunggalroso, SD Negeri Kedungwaru, SD Negeri
Bagung, SD Negeri 1 Sidogede, dan SD Negeri Kedungbulus. 6 guru (26,09%)
dalam kategori Rendah, yaitu guru di SD Negeri 2 Kabekelan, SD Negeri 1
Tersobo, SD Negeri 2 Tersobo, SD Negeri 2 Sidogede, SD Negeri 2 Mulyosri dan
SD Negeri Pecarikan. 1 guru (4,35%) dalam kategori Sangat Rendah, yaitu guru
di SD Negeri 3 Prembun. Frekuensi terbanyak pada kategori Sedang yaitu 8 guru
(34,78%), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kreativitas
guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana
pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten
Kebumen adalah kategori Sedang.
Keterbatasan sarana dan prasarana bukan merupakan hambatan yang
berarti dalam proses pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen. Kemampuan dalam mengatasi keterbatasan
tersebut didukung oleh kreativitas yang dimiliki oleh guru Penjasorkes, meliputi:
116116116
116116116
1) faktor kemampuan melihat atau memecahkan masalah, 2) faktor kemampuan
dalam menciptakan dan menerapkan ide memodifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes, 3) faktor sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru.
4.5.1.1 Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah
Hasil analisis data penelitian pada faktor kemampuan dalam melihat atau
memecahkan masalah untuk mengukur kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen terdapat 3 guru (13,04%)
dalam kategori Sangat Tinggi, yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun, SD Negeri 1
Pesuningan, dan SD Negeri Kabuaran. 4 guru (17,39%) dalam kategori Tinggi,
yaitu guru di SD Negeri 2 Prembun, SD Negeri 1 Kabekelan, SD Negeri
Sembirkadipaten, dan SD Negeri 2 Pesuningan. 12 guru (52,17%) dalam
kategori Sedang, yaitu guru di SD Negeri 4 Prembun, SD Negeri 2 Kabekelan,
SD Negeri 1 Tunggalroso, SD Negeri 2 Tunggalroso, SD Negeri Kedungwaru,
SD Negeri 1 Tersobo, SD Negeri 2 Tersobo, SD Negeri 3 Tersobo, SD Negeri 1
Sidogede, SD Negeri Kedungbulus, SD Negeri 1 Mulyosri, dan SD Negeri
Pecarikan. 2 guru (8,70%) dalam kategori Rendah, yaitu guru di SD Negeri
Bagung dan SD Negeri 2 Sidogede. 2 guru (8,70%) dalam kategori Sangat
Rendah, yaitu guru di SD Negeri 3 Prembun dan SD Negeri 2 Mulyosri.
Frekuensi terbanyak pada kategori Sedang yaitu 12 guru (52,17%), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen berdasarkan faktor kemampuan
melihat atau memecahkan masalah adalah kategori Sedang.
117117117
117117117
Dalam hal ini, faktor kemampuan dalam melihat atau memecahkan
masalah dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: 1) melihat masalah sebelum
mengajar Penjasorkes dalam kategori Tinggi (56,52%), 2) melihat masalah pada
saat mengajar Penjasorkes dalam kategori Tinggi (34,78%), 3) melihat masalah
setelah mengajar Penjasorkes dalam kategori Sedang (43,48%).
Faktor kemampuan guru Penjasorkes dalam melihat atau memecahkan
masalah sudah cukup kreatif dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes, guru tetap berpedoman pada rencana
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya, guru sudah mampu
mengembangkan potensi untuk meningkatkan pembelajaran dengan mampu
melihat masalah sebelum, saat, dan sesudah pembelajaran Penjasorkes, lebih
mempertimbangkan proses pembelajaran, berusaha mencari solusi saat
menemukan masalah dalam pembelajaran Penjasorkes.
4.5.1.2 Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide
Hasil analisis data penelitian pada faktor kemampuan menciptakan dan
menerapkan ide untuk mengukur kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen terdapat 4 guru (17,39%) dalam
kategori Sangat Tinggi, yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun, SD Negeri 3
Tersobo, SD Negeri 1 Pesuningan, dan SD Negeri Kabuaran. 6 guru (26,09%)
dalam kategori Tinggi, yaitu guru di SD Negeri 1 Kabekelan, SD Negeri 1
Sidogede, SD Negeri Sembirkadipaten, SD Negeri 1 Mulyosri, SD Negeri 2
Mulyosri, dan SD Negeri 2 Pesuningan. 7 guru (30,43%) dalam kategori Sedang,
yaitu guru di SD Negeri 2 Prembun, SD Negeri 4 Prembun, SD Negeri 2
118118118
118118118
Tunggalroso, SD Negeri Bagung, SD Negeri 2 Sidogede, SD Negeri
Kedungbulus, dan SD Negeri Pecarikan. 6 guru (26,09%) dalam kategori
Rendah, yaitu guru di SD Negeri 3 Prembun, SD Negeri 2 Kabekelan, SD Negeri
1 Tunggalroso, SD Negeri Kedungwaru, SD Negeri 1 Tersobo, dan SD Negeri 2
Tersobo. 0 guru (0,00%) dalam kategori Sangat Rendah. Frekuensi terbanyak
pada kategori Sedang yaitu 7 guru (30,43%), sehingga dapat disimpulkan bahwa
kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen berdasarkan faktor kemampuan menciptakan dan
menerapkan ide adalah kategori Sedang.
Dalam hal ini, faktor kemampuan dalam menciptakan dan menerapkan ide
memodifikasi sarana dan prasarana Penjasorkes dapat dilihat dari beberapa
indikator, yaitu: 1) ide dalam memodifikasi sarana dan prasarana dalam kategori
Sedang (56,52%), 2) penerapan ide dalam memodifikasi sarana dan prasarana
dalam kategori Sedang (65,22%).
Faktor kemampuan menciptakan dan menerapkan ide sudah cukup kreatif
dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran
Penjasorkes, guru sudah mampu menciptakan dan menerapkan ide
memodifikasi sarana dan prasarana, serta memiliki kemampuan untuk
menciptakan, mengembangkan, dan memanfaatkan faktor-faktor lingkungan
yang ada dalam mencapai tujuan pembelajaran yang baik, kelancaran berpikir
ditunjukkan dari ide-ide dan gagasan yang dapat digunakan untuk memecahkan
permasalahan dalam mengatasi keterbatasan sarana prasana Penjasorkes,
mampu mencetuskan gagasan sebagai jawaban penyelesaian masalah, serta
mampu menghasilkan gagasan yang bervariasi dan orisinil yang belum ada
119119119
119119119
sebelumnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran
Penjasorkes.
4.5.1.3 Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru
Hasil analisis data penelitian pada faktor sikap menerima dan terbuka
terhadap hal-hal baru untuk mengukur kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen terdapat 4 guru (17,39%)
dalam kategori Sangat Tinggi, yaitu guru di SD Negeri 2 Tunggalroso, SD Negeri
3 Tersobo, SD Negeri 1 Pesuningan, dan SD Negeri Kabuaran. 4 guru (17,39%)
dalam kategori Tinggi, yaitu guru di SD Negeri 1 Prembun, SD Negeri 1
Sidogede, SD Negeri Sembirkadipaten, dan SD Negeri 1 Mulyosri. 8 guru
(34,78%) dalam kategori Sedang, yaitu guru di SD Negeri 2 Prembun, SD Negeri
4 Prembun, SD Negeri 1 Kabekelan, SD Negeri 1 Tunggalroso, SD Negeri
Kedungwaru, SD Negeri Bagung, SD Negeri 1 Tersobo, dan SD Negeri 2
Pesuningan. 7 guru (30,43%) dalam kategori Rendah, yaitu guru di SD Negeri 3
Prembun, SD Negeri 2 Kabekelan, SD Negeri 2 Tersobo, SD Negeri 2 Sidogede,
SD Negeri Kedungbulus, SD Negeri 2 Mulyosri, dan SD Negeri Pecarikan. 0 guru
(0,00%) dalam kategori Sangat Rendah. Frekuensi terbanyak pada kategori
Sedang yaitu 8 guru (34,78%), sehingga dapat disimpulkan bahwa kreativitas
guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana
pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten
Kebumen berdasarkan faktor sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru
adalah kategori Sedang.
120120120
120120120
Dalam hal ini, faktor sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru
dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: 1) pemanfaatan informasi dan
teknologi dalam kategori Sedang (34,78%), 2) pengetahuan dalam kategori
Sedang (47,48%).
Faktor sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru cukup kreatif
dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran
Penjasorkes, guru sudah cukup mampu mengembangkan pengetahuan serta
memanfaatkan informasi melalui internet dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes misalnya memanfaatkan media audio maupun visual, guru sudah
cukup mampu mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada sesuai dengan
kondisi sekolah, guru mempunyai sikap pro-aktif untuk mengikuti pelatihan dan
seminar bagi guru Penjasorkes. Langkah ini merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan mutu pembelajaran Penjasorkes. Kegiatan tersebut dapat
menambah pengetahuan dan kesadaran ilmiah yang mendukung proses
pembelajaran Penjasorkes.
Guru Penjasorkes juga aktif dalam kegiatan di luar sekolah, yaitu dengan
kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang diadakan setiap 1 bulan sekali.
Kegiatan tersebut juga membahas kendala-kendala pada saat proses
pembelajaran salah satunya keterbatasan sarana dan prasarana, saling bertukar
pikiran sesama guru Penjasorkes sebagai solusi agar tujuan pembelajaran
tercapai dengan maksimal.
121121121
121121121
4.5.2 Hasil Observasi Pembelajaran Penjasorkes
Selain menggunakan angket sebagai data primer dalam pengambilan data,
peneliti juga melakukan observasi sebagai data sekunder atau data penguat dari
data primer yaitu observasi pada saat pembelajaran Penjasorkes di beberapa SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen yang terletak di desa
maupun di kota.
Pada saat observasi pembelajaran, kreativitas guru Penjasorkes salah
satunya bisa dilihat dari pembelajaran di SD yang terletak di desa, antara lain:
SD Negeri 2 Pesuningan, SD Negeri 2 Mulyosri dan SD Negeri Sembirkadipaten.
Berdasarkan observasi pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri 2 Pesuningan
pada tanggal 28 Agustus 2015 dengan guru Penjasorkes yaitu Nur Sahid, S. Pd.
Letak SD Negeri 2 Pesuningan berada di desa. Kreativitas guru Penjasorkes bisa
dilihat dari pembelajaran voli. Keterbatasan sarana dan prasarana bola voli
bukan merupakan kendala dalam proses pembelajaran. Lapangan bola voli
dibuat lebih kecil dari ukuran yang sebenarnya yang biasa disebut juga dengan
bola voli mini. Bola menggunakan bola plastik, sehingga siswa tidak merasa
kesakitan saat bermain voli. Garis lapangan terbuat dari belahan bambu yang
dibuat kecil. Tiang net juga terbuat dari potongan bambu. Net menggunakan net
yang sesungguhnya, tetapi tinggi tiang net lebih pendek dari ukuran yang
sebenarnya. Dengan demikian, pembelajaran bisa berjalan dengan lancar
sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dan siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan maksimal.
122122122
122122122
Gambar 4.12 Modifikasi Lapangan Bola Voli Mini di SD Negeri 2 Pesuningan
Selain itu, observasi pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri 2 Mulyosri
pada tanggal 26 Agustus 2015 dengan guru Penjasorkes yaitu Sipur, S. Pd.
Kreativitas guru Penjasorkes juga terlihat pada saat pembelajaran bola kasti.
Keterbatasan pemukul bola kasti tidak menjadi halangan untuk proses
pembelajaran. Guru membuat pemukul bola kasti yang terbuat dari kayu yang
berbentuk raket atau pemukul pada permainan bola tonnis. Dengan hal tersebut,
pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
Gambar 4.13 Modifikasi Pemukul Kasti pada Pembelajaran Kasti di SD Negeri 2 Mulyosri
123123123
123123123
Observasi pembelajaran juga dilakukan di SD Negeri Sembirkadipaten
pada tanggal 26 Agustus 2015 dengan guru Penjasorkes yaitu Suratno, A. Ma.
Pd. Kreativitas juga ditunjukkan guru Penjasorkes di SD Negeri Sembirkadipaten.
Keterbatasan tongkat lari estafet tidak menjadi penghalang dalam pembelajaran
lari estafet. Guru memodifikasi tongkat estafet yang terbuat dari bambu, dipotong
menurut ukurannya. Bagian luar bambu dicat menggunakan cat warna putih,
sehingga terlihat lebih menarik.
Gambar 4.14 Modifikasi Tongkat pada Pembelajaran Lari Estafet di SD Negeri Sembirkadipaten
Gambar 4.15 Modifikasi Gawang di SD Negeri Sembirkadipaten
124124124
124124124
Kreativitas lain, juga ditunjukkan oleh guru Penjasorkes di SD Negeri yang
letaknya di kota, antara lain: SD Negeri 1 Prembun, SD Negeri 4 Prembun, SD
Negeri 2 Tersobo. Berdasarkan observasi pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri 1 Prembun pada tanggal 3 September 2015 dengan guru Penjasorkes
yaitu Manijan, S. Pd. Kreativitas ditunjukkan guru Penjasorkes di SD Negeri 1
Prembun pada saat pembelajaran bola basket. Keterbatasan ring basket
membuat guru Penjasorkes dituntut kreatif yaitu membuat ring basket yang
terbuat dari besi. Tiang atau penyangga ring basket tersebut terbuat dari kayu.
Walaupun dengan keterbatasan, pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Gambar 4.16 Modifikasi Ring Basket pada Pembelajaran Bola Basket di SD
Negeri 1 Prembun
Selain itu, observasi pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri 4 Prembun
pada tanggal 4 September 2015 dengan guru Penjasorkes yaitu Dwi Widadi, A.
Ma. Pd. Kreativitas juga ditunjukkan oleh guru Penjasorkes di SD Negeri 4
Prembun. Keterbatasan matras untuk senam lantai, matras diganti dengan kasur
busa. Sehingga, pembelajaran Penjasorkes tetap berjalan dengan baik.
125125125
125125125
Gambar 4.17 Modifikasi Kasur Busa pada Pembelajaran Senam Lantai di SD Negeri 4 Prembun
Observasi pembelajaran juga dilakukan di SD Negeri 2 Tersobo pada
tanggal 31 Agustus 2015 dengan guru Penjasorkes yaitu Kusmiyati, S. Pd.
Keterbatasan cones pada pembelajaran atletik, tidak menjadi kendala
pembelajaran. Guru Penjasorkes memodifikasi cones yang terbuat dari botol air
mineral yang dicat berwarna-warni dengan warna merah dan putih, sehingga
cones tersebut kelihatan menarik dan membuat siswa tetap semangat mengikuti
pembelajaran atletik.
Gambar 4.18 Modifikasi Cones pada Pembelajaran Atletik di SD Negeri 2 Tersobo
126126126
126126126
Berdasarkan hasil analisis data penelitian menunjukkan tingkat kreativitas
guru Penjasorkes dalam kategori Sedang. Selain itu, berdasarkan observasi
pembelajaran Penjasorkes di beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen menunjukkan bahwa keterbatasan sarana dan prasarana
pembelajaran Penjasorkes bukan merupakan kendala yang berarti bagi guru
Penjasorkes di SD Negeri yang letaknya di desa maupun di kota. Guru
Penjasorkes sudah cukup mampu mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana
tersebut dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki guru Penjasorkes,
mampu melihat atau memecahkan masalah dalam pembelajaran, memanfaatkan
maupun memodifikasi sarana dan prasarana yang ada di sekitar lingkungan atau
sekolah, menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru sehingga pembelajaran
dapat tercapai dengan baik.
Lulusan guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen ada yang Diploma maupun S1. Lulusannya ada yang
sudah PNS maupun masih Wiyata Bakti. Sebagian besar guru Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen merupakan PNS dan
sudah bersertifikasi. Ini tentunya dari tingkat pengalaman mengajar dan
pengetahuan lebih dari guru yang masih Wiyata Bakti. Tetapi, hal tersebut tidak
mempengaruhi guru Penjasorkes dalam kreativitasnya. Kreativitas bisa
ditunjukkan guru Penjasorkes yang letaknya di desa yang masih Wiyata Bakti
yaitu guru Penjasorkes di SD Negeri 2 Pesuningan pada saat pembelajaran bola
voli dan SD Negeri 2 Mulyosri pada saat pembelajaran kasti.
127127127
127127127
4.5.3 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
Sarana dan prasarana Penjasorkes merupakan salah satu unsur yang
menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran Penjasorkes. Tetapi,
sarana dan prasarana juga menimbulkan dan menjadi masalah di beberapa
sekolah di Indonesia. Ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak
merata, serta masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standar minimal.
Oleh karena itu, Penjasorkes perlu mendapat dukungan sarana dan prasarana
yang memadai, karena sarana dan prasarana mempunyai peran yang sangat
penting dalam proses pembelajaran Penjasorkes dan tanpa adanya sarana dan
prasarana proses pembelajaran akan mengalami hambatan bahkan terhenti,
sehingga tujuan dari pembelajaran tidak tercapai.
Kecamatan Prembun memiliki SD Negeri yang berjumlah 23. Sebagian
besar letak SD Negeri yang ada di Kecamatan Prembun berada di pedesaan,
antara lain: SD Negeri Pecarikan, SD Negeri Kabuaran, SD Negeri 1 dan 2
Pesuningan, SD Negeri 1 dan 2 Mulyosri, SD Negeri Kedungbulus, SD Negeri
Sembirkadipaten, SD Negeri 1 dan 2 Sidogede. Sedangkan yang letaknya
berada di kota yaitu SD Negeri 1, 2, 3, dan 4 Prembun, SD Negeri 1, 2 dan 3
Tersobo, SD Negeri Bagung, SD Negeri Kedungwaru, SD Negeri 1 dan 2
Tunggalroso, SD Negeri 1 dan 2 Kabekelan.
Berdasarkan hasil observasi daftar check-list sarana dan prasarana
pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten
Kebumen (lihat lampiran 49-51, hal: 194) dihasilkan data sebagai berikut:
128128128
128128128
Tabel 4.26 Kelengkapan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
No
Sekolah Standar
Kelengkapan Kelengkapan
Ada % Tidak %
1. SD N 1 Prembun 29 25 86,21 4 13,79
2. SD N 2 Prembun 29 24 82,75 5 17,25
3. SD N 3 Prembun 29 12 41,38 17 58,62
4. SD N 4 Prembun 29 18 62,07 11 37,93
5. SD N 1 Kabekelan 29 21 72,41 8 27,59
6. SD N 2 Kabekelan 29 18 62,07 11 37,93
7. SD N 1 Tunggalroso 29 18 62,07 11 37,93 8. SD N 2 Tunggalroso 29 17 58,62 12 41,38
9. SD N Kedungwaru 29 21 72,41 8 27,59
10. SD N Bagung 29 27 93,10 2 6,90
11. SD N 1 Tersobo 29 22 75,86 7 24,14
12. SD N 2 Tersobo 29 14 48,28 15 51,72
13. SD N 3 Tersobo 29 22 75,86 7 24,14
14. SD N 1 Sidogede 29 13 44,83 16 55,17 15. SD N 2 Sidogede 29 21 72,41 8 27,59
16. SD N Sembir 29 23 79,31 6 20,69
17. SD N Kedungbulus 29 24 82,76 5 72,24
18. SD N 1 Mulyosri 29 22 75,86 7 24,14
19. SD N 2 Mulyosri 29 10 34,48 19 65,52
20. SD N 1 Pesuningan 29 22 75,86 7 24,14
21. SD N 2 Pesuningan 29 15 51,72 14 48,28 22. SD N Kabuaran 29 19 65,52 10 34,48
23 SD N Pecarikan 29 16 55,17 13 44,83
Jumlah 667 444 66,57 223 33,43
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kelengkapan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes secara keseluruhan di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana memiliki kelengkapan 66,57%. Dari beberapa SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen yang memiliki kelengkapan cukup
tinggi yaitu: 1) SD Negeri 1 Prembun kelengkapan 86,21%, 2) SD Negeri 2
Prembun kelengkapan 82,75%, 3) SD Negeri 1 Kabekelan kelengkapan 72,41%,
4) SD Negeri Kedungwaru 72,41%, 5) SD Negeri Bagung 93,10%, 6) SD Negeri
1 Tersobo kelengkapan 75,86%, 7) SD Negeri 3 Tersobo kelengkapan 75,86%,
129129129
129129129
8) SD Negeri 2 Sidogede kelengkapan 72,41%, 9) SD Negeri Sembirkadipaten
kelengkapan 79,31%, 10) SD Negeri Kedungbulus kelengkapan 82,76%, 11) SD
Negeri 1 Mulyosri kelengkapan 75,86%, 12) SD Negeri 1 Pesuningan
kelengkapan 75,86. Sedangkan, SD Negeri yang memiliki kelengkapan cukup
rendah yaitu: 1) SD Negeri 3 Prembun kelengkapan 41,38%, 2) SD Negeri 2
Tersobo kelengkapan 48,28%, 3) SD Negeri 1 Sidogede kelengkapan 44,83%, 4)
SD Negeri 2 Mulyosri kelengkapan 34,48%. SD Negeri yang berada di desa yang
memiliki kelengkapan cukup tinggi yaitu SD Negeri Kedungbulus yaitu 82,76%,
sedangkan kelengkapan cukup rendah yaitu SD Negeri 2 Mulyosri yaitu 34,48%.
SD Negeri yang berada di kota yang memiliki kelengkapan cukup tinggi yaitu SD
Negeri Bagung yaitu 93,10%, sedangkan kelengkapan cukup rendah yaitu SD
Negeri 3 Prembun yaitu 41,38%.
Kebanyakan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen merupakan bantuan dari
pemerintah. Sebagian kelayakannya masih cukup baik untuk digunakan
pembelajaran Penjasorkes. Tetapi, ada juga yang mengalami kerusakan. Untuk
itu, pihak sekolah maupun pemerintah bisa meningkatkan kualitas maupun
kuantitas sarana dan prasarana Penjasorkes dengan baik, karena tanpa adanya
sarana dan prasarana Penjasorkes yang memadai, proses pembelajaran akan
terhambat dan guru Penjasorkes maupun pihak sekolah agar tetap menjaga
kelayakan sarana dan prasarana Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen. Selain itu, guru Penjasorkes juga dituntut
kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana tersebut
dengan cara memanfaatkan dan memodifikasi sarana dan prasarana yang ada di
sekolah maupun di sekitar lingkungan sekolah, sehingga pembelajaran
130130130
130130130
Penjasorkes dapat berlangsung dengan baik dan maksimal dalam pencapaian
tujuan pembelajaran Penjasorkes.
4.5.4 Hasil Wawancara
Selain menggunakan angket sebagai data primer dalam pengambilan data,
peneliti juga melakukan wawancara beberapa guru Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen untuk dijadikan data sekunder atau
data penguat dari data primer.
Berdasarkan hasil wawancara beberapa guru Penjasorkes (lihat lampiran
53-54, hal: 220), dapat disimpulkan bahwa lulusan guru Penjasorkes ada yang
Diploma maupun S1. Kebanyakan sudah lama dalam mengajar Penjasorkes.
Beberapa ada yang sudah PNS/Sertifikasi maupun masih Wiyata Bakti. Dalam
pembelajaran Penjasorkes, sudah sesuai dengan rencana pembelajaran
walaupun ada beberapa kendala.
Kendala tersebut antara lain: saat cuaca tidak mendukung atau hujan
sehingga pembelajaran dilakukan di dalam kelas, siswa-siswa yang sulit diatur
saat pembelajaran, saat guru Penjasorkes tidak bisa mendampingi siswa dalam
pembelajaran karena ada tugas atau kegiatan di luar sekolah, keterbatasan
sarana dan prasarana Penjasorkes. Dari segi kualitas maupun kuantitas, sarana
dan prasarana Penjasorkes masih terbatas dan minim. Jumlah sarana tidak
sebanding dengan jumlah siswa, tidak ada lapangan sehingga memakai halaman
sekolah saat pembelajaran. Dengan keterbatasan tersebut, guru Pejasorkes
mensiasati atau mengatasi dengan cara memodifikasi sarana dan prasarana
maupun memanfaatkan alat atau sarana dan prasarana yang ada di sekitar
sekolah. Sehingga, pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
131131131
131131131
Modifikasi itu sendiri merupakan cara untuk mengubah atau mengganti
sarana atau prasarana dengan menambah sentuhan baru tanpa mengubah
fungsi asli dari sarana dan prasarana yang dimodifikasi. Guru Penjasorkes juga
sudah memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran Penjasorkes,
antara lain: penggunaan internet untuk menambah pengetahuan, penggunaan
tape recorder, penggunaan poster/gambar/video dalam pembelajaran
Penjasorkes. Selain itu, guru Penjasorkes juga mengikuti kegiatan di luar
sekolah, seperti KKG yang dilakukan 1 bulan sekali, mengikuti pelatihan-
pelatihan atau seminar untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan
Penjasorkes. Dari kegiatan tersebut, dibahas tentang kendala-kendala dalam
pembelajaran Penjasorkes, saling bertukar pikiran sesama guru Penjasorkes,
sehingga dapat menambah ilmu atau pengetahuan untuk memecahkan masalah-
masalah dalam pembelajaran supaya pembelajaran dapat berjalan dengan
maksimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana, sudah cukup kreatif. Hal tersebut dapat ditunjukkan guru Penjasorkes
di SD Negeri Pecarikan pada saat pembelajaran sepak bola, SD Negeri
Kabuaran pada saat pembelajaran sepak bola, SD Negeri 1 Pesuningan pada
saat pembelajaran sepak bola dan voli, SD Negeri 2 Pesuningan pada saat
pembelajaran voli, SD Negeri 2 Mulyosri pada saat pembelajaran kasti, SD
Negeri Sembirkadipaten pada saat pembelajaran lari estafet, SD Negeri 2
Tersobo pada saat pembelajaran atletik, SD Negeri Bagung pada saat
pembelajaran lempar lembing, SD Negeri 1 Kabekelan pada saat pembelajaran
lompat tinggi, SD Negeri 1 Prembun pada saat pembelajaran basket, SD Negeri
4 Prembun pada saat pembelajaran senam lantai.
132132132
132
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Secara keseluruhan tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen dalam kategori Sedang (34,78%).
Berdasarkan faktor kemampuan melihat atau memecahkan masalah dalam
kategori Sedang (52,17%), faktor kemampuan menciptakan dan menerapkan ide
dalam kategori Sedang (30,43%), dan faktor sikap menerima dan terbuka
terhadap hal-hal baru dalam kategori Sedang (34,78%).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari simpulan di atas, saran-saran yang dapat
disampaikan adalah:
1. Bagi guru Penjasorkes, perlu ditingkatkan lagi kreativitasnya dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes
di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen. Guru juga
diharapkan lebih maksimal dalam memanfaatkan sarana dan prasarana
yang ada dan kerja keras untuk menciptakan ide-ide dalam memodifikasi
sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes.
132
133133133
2. Bagi pihak sekolah maupun pemerintah Dinas Dikpora Kabupaten
Kebumen, perlu meningkatkan kualitas maupun kuantitas sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen melalui anggaran untuk keperluan sarana
dan prasarana Penjasorkes, karena adanya sarana dan prasarana yang
memadai dapat memperlancar pembelajaran Penjasorkes, supaya tujuan
dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik
3. Bagi calon guru Penjasorkes, diharapkan dapat belajar untuk
mengembangkan kreativitas melalui memanfaatkan maupun memodifikasi
sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes, karena tidak semua
sekolah mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai
maupun standar.
4. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan penelitian
ini dengan melakukan penelitian pada materi lebih luas yang berkaitan
dengan kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana
dan prasarana pembelajaran Penjasorkes, sehingga dapat dijadikan solusi
yang lebih baik.
134134134
134
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.
Adang Suherman. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.
Anas Sudijono. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Conny Semiawan, A.S Munandar, dan S.C.U Munadar. 1990. Memupuk Bakat
dan Kreativitas Siswa. Jakarta: PT. Gramedia.
E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Guntur Talajan. 2012. Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru. Yogyakarta:
Laksbang Pressindo.
Harsuki. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini Kajian Para Pakar. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
http://dapodik.pdkjateng.go.id/npsn_pddk_dasar/kecamatan/030500/sekolah/030
509 (diakses tanggal 26/06/15).
http://keboemen.com/wp- content/uploads/2014/08/kecamatan_prembun_kebumen.jpg (diakses tanggal 26/06/15).
Husdarta dan Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Depdiknas.
Mirza Eko. 2013. Artikel Psikologi Klinis Perkembangan. Online.
http://mirzaeko.blogspot.co.id/2013/01/artikel-psikologi-klinis- perkembangan.html (diakses 26/06/15).
Momon Sudarma. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nadisah. 1992. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Depdikbud.
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
-----. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
134
135135135
-----. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Pedoman Penyusunan Skripsi. 2014. Semarang: FIK UNNES
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2007. Tentang Standar Sarana dan Prasarana.
Rusli Lutan. 2000. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka Cipta.
Soepartono. 2000. Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta: Depdiknas.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rieneka Cipta.
Sukintaka. 2004. Filosofi, Pembelajaran, dan Masa Depan Teori Pendidikan
Jasmani. Bandung: PT. Nuansa.
Supandi. 1992. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Depdikbud.
Triantoro Cahyadi. 2009. Kreativitas Guru. Online.
https://cahya82.wordpress.com/2009/08/18/sekripsi-bab-ii-kreativitas-guru/ (diakses tanggal 26/06/15).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005. Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan
Dosen.
Utami Munandar. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rieneka Cipta.
Wahyu Putra Perdana. 2015. Skripsi: Kreativitas Guru dalam Memodifikasi
Sarana dan Prasarana Penjas se-Kabupaten Jepara. Semarang: FIK UNNES.
Yoyo Bahagia dan Adang Suherman. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan
Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta: Depdikbud.
165
LAMPIRAN 29
INSTRUMEN ANGKET UJI COBA
KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENGATASI
KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN
PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SE-KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN
Identitas Responden
Nama :
Jabatan :
Sekolah :
Tanggal Penelitian :
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET PENELITIAN
1. Tulislah dengan lengkap identitas Bapak/Ibu pada lembar angket ini.
2. Pilih salah satu jawaban Bapak/Ibu yang paling sesuai dengan pemikiran
dan keadaan Bapak/Ibu yang sebenar-benarnya dengan memberikan
tanda Check-list (√) pada jawaban yang telah tersedia.
3. Jawaban:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
4. Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan pemikiran
dan keadaan Bapak/Ibu yang sebenar-benarnya.
5. Semua pertanyaan dalam angket ini tidak bermaksud menilai Bapak/Ibu
dalam bentuk apapun.
6. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan akan sangat berarti bagi peneliti, dengan
ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih.
Contoh:
No Pernyataan SS S KS TS
1 Dalam membuat rencana pembelajaran,
mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah
sarana dan prasarana yang tersedia.
√
166
No Pernyataan SS S KS TS
Kemampuan melihat atau memecahkan masalah
1. Dalam membuat rencana pembelajaran,
mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah
sarana dan prasarana yang tersedia.
2. Walaupun jumlah sarana dan prasarana terbatas,
dalam mengajar tetap berpedoman pada rencana pembelajaran.
3. Sebelum mengajar, kondisi sarana dan prasarana
penjas diperiksa.
4. Dengan sarana dan prasarana yang terbatas, dalam mengajar tidak berpedoman pada rencana
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
5. Dengan keterbatasan sarana dan prasarana penjas, segala kemungkinan yang akan terjadi kurang dipikirkan.
6. Keterbatasan sarana dan prasarana, bukan hambatan dalam mengajar penjas.
7. Masalah-masalah yang timbul pada saat mengajar, berusaha dicari solusinya.
8. Apabila menemukan masalah pada saat mengajar, berusaha dicari solusinya.
9. Dalam mengajar lebih mementingkan teknik, dibandingkan mengajar bermain.
10. Jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah tidak seimbang dengan jumlah siswa, maka akan tetap melaksanakan pembelajaran dengan seadanya.
11. Dalam mengajar sarana dan prasarana yang terbatas, hasil lebih dipertimbangkan daripada prosesnya.
12. Setelah mengajar, sarana dan prasarana dikembalikan sesuai tempatnya.
13. Sarana dan prasarana penjas tidak dikembalikan oleh guru melainkan murid-murid.
14. Setelah mengajar, kondisi sarana dan prasarana
penjas diperiksa dan ditata kembali.
Kemampuan menciptakan dan menerapkan ide
167
15. Saat mengajar lompat tinggi ternyata sekolah tidak memiliki mistar lompat tinggi yang standar, maka akan diganti dengan alat lain.
16. Pada saat mengajar, guru memanfaatkan alat yang ada di sekitar untuk alat permainan.
17. Apabila sekolah tidak memiliki bak lompat jauh, maka lompat jauh tidak diajarkan.
18. Apabila sekolah tidak memiliki cakram, lembing,
dan peluru, penggunaan alat lain yang fungsinya
sama adalah solusi yang paling tepat.
No Pernyataan SS S KS TS
19. Apabila sekolah tidak memiliki matras untuk senam lantai, maka senam lantai diajarkan dengan alat yang sejenis.
20. Pada saat mengajar, memodifikasi peraturan adalah cara untuk membuat permainan lebih menarik.
21. Bola-bola yang bocor dibuang dan meminta sekolah untuk membeli yang baru.
22. Pada saat mengajar lari estafet ternyata sekolah tidak memiliki tongkat estafet, maka menggunakan alat lain sebagai gantinya.
23. Walaupun lapangan basket rusak, saat mengajar
basket tetap menggunakannya.
24. Apabila sekolah tidak memiliki lapangan bola voli, maka akan membuat modifikasi lapangan yang
sederhana.
25. Apabila bola voli yang dimiliki sekolah kurang,
maka materi yang diajarkan seadanya.
26. Apabila sekolah tidak memiliki stopwatch, maka menggunakan jam tangan untuk mengetahui waktu lari siswa.
27. Apabila bola basket yang dimiliki sekolah kurang, maka akan menggunakan bola lain sebagai bola tambahan untuk pengganti bola basket.
28. Pada saat mengajar bola tangan ternyata sekolah
tidak memiliki bola tangan, maka akan tetap diajarkan dengan menggunakan bola lain yang dimiliki.
29. Jika tiang gawang untuk permainan bola tangan tidak ada, maka akan diganti dengan menggunakan alat lain.
Sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal
168
baru
30. Pada saat mengajar, guru menggunakan poster untuk menjelaskan kegunaan alat olahraga.
31. Guru menggunakan layar LCD untuk menjelaskan
materi pembelajaran.
32. Pada saat mengajar, guru menampilkan video untuk menjelaskan gerakan senam.
33. Guru tidak memanfaatkan internet untuk menambah berita dan informasi pendidikan jasmani.
34. Apabila sekolah tidak memiliki tape dan kaset
recorder, maka senam aerobik tidak diajarkan.
35. Cara-cara yang lebih efektif dan efisien perlu
diupayakan dalam mengajar atletik, senam, dan
permainan.
No Pernyataan SS S KS TS
36. Modifikasi lapangan dalam keterbatasan sarana dan prasarana menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran penjas.
37. Merawat adalah salah satu usaha untuk menjaga
keutuhan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pembelajaran.
38. Jika sarana dan prasarana ada yang rusak, maka perlu diperbaiki.
39. Untuk membantu kelancaran saat mengajar, sarana dan prasarana dibuat.
40. Modifikasi lapangan dalam keterbatasan sarana dan prasarana memperlancar proses pembelajaran penjas.
TERIMA KASIH
169
LAMPIRAN 30
INSTRUMEN ANGKET PENELITIAN
KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENGATASI
KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN
PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SE-KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN
Identitas Responden
Nama :
Jabatan :
Sekolah :
Tanggal Penelitian :
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET PENELITIAN
1. Tulislah dengan lengkap identitas Bapak/Ibu pada lembar angket ini.
2. Pilih salah satu jawaban Bapak/Ibu yang paling sesuai dengan pemikiran
dan keadaan Bapak/Ibu yang sebenar-benarnya dengan memberikan
tanda Check-list (√) pada jawaban yang telah tersedia.
3. Jawaban:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
4. Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan pemikiran
dan keadaan Bapak/Ibu yang sebenar-benarnya.
5. Semua pertanyaan dalam angket ini tidak bermaksud menilai Bapak/Ibu
dalam bentuk apapun.
6. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan akan sangat berarti bagi peneliti, dengan
ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih.
Contoh:
No Pernyataan SS S KS TS
1 Dalam membuat rencana pembelajaran,
mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah
sarana dan prasarana yang tersedia.
√
170
No Pernyataan SS S KS TS
Kemampuan melihat atau memecahkan masalah
1. Dalam membuat rencana pembelajaran,
mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah
sarana dan prasarana yang tersedia.
2. Walaupun jumlah sarana dan prasarana terbatas,
dalam mengajar tetap berpedoman pada rencana pembelajaran.
3. Sebelum mengajar, kondisi sarana dan prasarana
penjas diperiksa.
4. Dengan sarana dan prasarana yang terbatas, dalam mengajar tidak berpedoman pada rencana
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
5. Dengan keterbatasan sarana dan prasarana penjas, segala kemungkinan yang akan terjadi kurang dipikirkan.
6. Keterbatasan sarana dan prasarana, bukan hambatan dalam mengajar penjas.
7. Masalah-masalah yang timbul pada saat mengajar, berusaha dicari solusinya.
8. Apabila menemukan masalah pada saat mengajar, berusaha dicari solusinya.
9. Dalam mengajar lebih mementingkan teknik, dibandingkan mengajar bermain.
10. Jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah tidak seimbang dengan jumlah siswa, maka akan tetap melaksanakan pembelajaran dengan seadanya.
11. Dalam mengajar sarana dan prasarana yang terbatas, hasil lebih dipertimbangkan daripada prosesnya.
12. Setelah mengajar, sarana dan prasarana dikembalikan sesuai tempatnya.
13. Sarana dan prasarana penjas tidak dikembalikan oleh guru melainkan murid-murid.
14. Setelah mengajar, kondisi sarana dan prasarana
penjas diperiksa dan ditata kembali.
Kemampuan menciptakan dan menerapkan ide
171
15. Saat mengajar lompat tinggi ternyata sekolah tidak memiliki mistar lompat tinggi yang standar, maka akan diganti dengan alat lain.
16. Pada saat mengajar, guru memanfaatkan alat yang ada di sekitar untuk alat permainan.
17. Apabila sekolah tidak memiliki bak lompat jauh, maka lompat jauh tidak diajarkan.
18. Apabila sekolah tidak memiliki cakram, lembing,
dan peluru, penggunaan alat lain yang fungsinya
sama adalah solusi yang paling tepat.
No Pernyataan SS S KS TS
19. Apabila sekolah tidak memiliki matras untuk senam lantai, maka senam lantai diajarkan dengan alat yang sejenis.
20. Pada saat mengajar, memodifikasi peraturan adalah cara untuk membuat permainan lebih menarik.
21. Bola-bola yang bocor dibuang dan meminta sekolah untuk membeli yang baru.
22. Pada saat mengajar lari estafet ternyata sekolah tidak memiliki tongkat estafet, maka menggunakan alat lain sebagai gantinya.
23. Apabila sekolah tidak memiliki lapangan bola voli, maka akan membuat modifikasi lapangan yang
sederhana.
24. Apabila bola voli yang dimiliki sekolah kurang,
maka materi yang diajarkan seadanya.
25. Apabila sekolah tidak memiliki stopwatch, maka menggunakan jam tangan untuk mengetahui waktu lari siswa.
26. Apabila bola basket yang dimiliki sekolah kurang, maka akan menggunakan bola lain sebagai bola tambahan untuk pengganti bola basket.
27. Pada saat mengajar bola tangan ternyata sekolah
tidak memiliki bola tangan, maka akan tetap diajarkan dengan menggunakan bola lain yang dimiliki.
28. Jika tiang gawang untuk permainan bola tangan tidak ada, maka akan diganti dengan menggunakan alat lain.
Sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru
29. Pada saat mengajar, guru menggunakan poster untuk menjelaskan kegunaan alat olahraga.
172
30. Pada saat mengajar, guru menampilkan video untuk menjelaskan gerakan senam.
31. Guru tidak memanfaatkan internet untuk menambah berita dan informasi pendidikan jasmani.
32. Apabila sekolah tidak memiliki tape dan kaset
recorder, maka senam aerobik tidak diajarkan.
33. Cara-cara yang lebih efektif dan efisien perlu
diupayakan dalam mengajar atletik, senam, dan
permainan.
34. Modifikasi lapangan dalam keterbatasan sarana dan prasarana menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran penjas.
35. Merawat adalah salah satu usaha untuk menjaga
keutuhan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pembelajaran.
No Pernyataan SS S KS TS
36. Jika sarana dan prasarana ada yang rusak, maka perlu diperbaiki.
37. Untuk membantu kelancaran saat mengajar, sarana dan prasarana dibuat.
38. Modifikasi lapangan dalam keterbatasan sarana dan prasarana memperlancar proses pembelajaran penjas.
TERIMA KASIH
173
LAMPIRAN 31
TABULASI DATA UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN
Kode
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 R-1 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 111
2 R-2 4 4 4 2 3 4 3 3 2 3 2 4 2 4 2 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 126
3 R-3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 88
4 R-4 3 4 4 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 4 3 2 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 136
5 R-5 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 132
6 R-6 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 141
7 R-7 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 125
8 R-8 2 4 3 1 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 4 3 4 3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 104
9 R-9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 138
10 R-10 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 123
1224
No
Total
TABULASI DATA UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN
JumlahKreativitas Guru Penjasorkes
177
LAMPIRAN 33
UJI RELIABILITAS INSTRUMEN PENELITIAN
a. Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.934 14
b. Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.937 14
178
c. Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.897 10
179
LAMPIRAN 34
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN KREATIVITAS GURU PENJASORKES
Kode
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
1 R-1 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 130 ST
2 R-2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 120 S
3 R-3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 4 4 2 104 SR
4 R-4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 116 S
5 R-5 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 122 T
6 R-6 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2 2 4 2 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 112 R
7 R-7 3 4 3 3 2 4 4 3 3 2 2 3 2 4 3 3 3 3 3 4 2 3 4 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 114 S
8 R-8 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 121 S
9 R-9 3 4 4 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 114 S
10 R-10 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 114 S
11 R-11 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 113 R
12 R-12 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 113 R
13 R-13 3 4 3 2 2 4 4 3 3 2 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 1 4 4 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 126 T
14 R-14 3 3 3 3 4 3 3 4 2 1 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4 119 S
15 R-15 3 2 3 1 3 3 3 3 2 2 3 4 2 4 3 3 2 4 3 4 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 108 R
16 R-16 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 123 T
17 R-17 4 3 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 4 4 2 3 114 S
18 R-18 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 122 T
19 R-19 3 3 3 2 2 4 3 3 2 1 2 4 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 110 R
20 R-20 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 132 ST
21 R-21 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 124 T
22 R-22 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 1 4 3 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 131 ST
23 R-23 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 111 R
2713 STotal
Jumlah KategoriKreativitas Guru Penjasorkes
No
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
180
LAMPIRAN 35
KATEGORISASI DATA KREATIVITAS GURU PENJASORKES
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 129 Sangat Tinggi 3 13,04%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 122 - 128 Tinggi 5 21,74%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 114 - 121 Sedang 8 34,78%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 107 - 113 Rendah 6 26,09%
X < Mean - 1,5 SD < 107 Sangat Rendah 1 4,35%
Jumlah 23 100,00%
Min 104
Max 132
Mean 118
Median 116
Modus 114
Sum 2713
Varian Total 56
SD 8
Mean - 1,5 SD 107
Mean - 0,5 SD 114
Mean + 0,5 SD 122
Mean + 1,5 SD 129
KATEGORISASI DATA KREATIVITAS GURU PENJASORKES
181
LAMPIRAN 36
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
FAKTOR DAN INDIKATOR KEMAMPUAN MELIHAT ATAU MEMECAHKAN MASALAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 R-1 4 3 4 3 3 17 T 4 4 4 3 3 3 21 ST 4 2 4 10 S 48 ST
2 R-2 4 3 4 3 3 17 T 3 3 3 3 3 3 18 T 4 3 4 11 T 46 T
3 R-3 3 3 3 2 2 13 R 3 3 3 2 2 2 15 R 3 2 3 8 SR 36 SR
4 R-4 3 3 3 4 3 16 T 3 3 3 3 3 3 18 T 3 3 3 9 R 43 S
5 R-5 4 3 4 3 3 17 T 3 3 3 4 3 4 20 ST 3 3 4 10 S 47 T
6 R-6 3 4 4 3 2 16 T 3 3 3 3 2 2 16 R 4 2 4 10 S 42 S
7 R-7 3 4 3 3 2 15 S 4 4 3 3 2 2 18 T 3 2 4 9 R 42 S
8 R-8 3 3 4 3 3 16 T 4 3 3 3 3 3 19 T 4 2 3 9 R 44 S
9 R-9 3 4 4 2 2 15 S 3 3 3 2 3 3 17 S 4 3 4 11 T 43 S
10 R-10 3 3 3 2 3 14 R 3 3 3 3 2 3 17 S 4 2 4 10 S 41 R
11 R-11 3 3 4 3 3 16 T 3 3 3 3 2 3 17 S 4 2 4 10 S 43 S
12 R-12 3 4 4 3 2 16 T 3 3 3 3 2 2 16 R 4 3 4 11 T 43 S
13 R-13 3 4 3 2 2 14 R 4 4 3 3 2 3 19 T 4 2 4 10 S 43 S
14 R-14 3 3 3 3 4 16 T 3 3 4 2 1 2 15 R 4 3 4 11 T 42 S
15 R-15 3 2 3 1 3 12 SR 3 3 3 2 2 3 16 R 4 2 4 10 S 38 R
16 R-16 3 3 4 3 3 16 T 3 3 3 4 3 3 19 T 4 3 3 10 S 45 T
17 R-17 4 3 3 3 4 17 T 3 4 4 2 2 2 17 S 3 3 3 9 R 43 S
18 R-18 3 3 4 3 3 16 T 3 3 3 3 3 3 18 T 4 3 3 10 S 44 S
19 R-19 3 3 3 2 2 13 R 4 3 3 2 1 2 15 R 4 2 3 9 R 37 SR
20 R-20 4 3 4 4 3 18 ST 3 4 4 3 3 3 20 ST 4 3 4 11 T 49 ST
21 R-21 3 3 4 3 2 15 S 3 4 3 3 3 4 20 ST 4 4 4 12 ST 47 T
22 R-22 3 4 4 4 4 19 ST 4 4 4 3 2 1 18 T 4 3 4 11 T 48 ST
23 R-23 3 3 3 4 3 16 T 3 3 3 2 2 3 16 R 3 4 3 10 S 42 S
360 T 405 T 231 S 996 S
Saat Mengajar Sesudah Mengajar
Total
Kreativitas Guru Penjasorkes
Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah
Sebelum MengajarJumlah Kategori Jumlah
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
No Jumlah Kategori
Kode
Responden
FAKTOR KEMAMPUAN MELIHAT ATAU MEMECAHKAN MASALAH
Kategori Jumlah Kategori
182
LAMPIRAN 37
KATEGORISASI DATA FAKTOR KEMAMPUAN MELIHAT ATAU MEMECAHKAN
MASALAH
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 48 Sangat Tinggi 3 13,04%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 45 - 47 Tinggi 4 17,39%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 42 - 44 Sedang 12 52,17%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 38 - 41 Rendah 2 8,70%
X < Mean - 1,5 SD < 38 Sangat Rendah 2 8,70%
Jumlah 23 100,00%
Min 36
Max 49
Mean 43
Median 43
Modus 43
Sum 996
Varian Total 11
SD 3
Mean - 1,5 SD 38
Mean - 0,5 SD 42
Mean + 0,5 SD 45
Mean + 1,5 SD 48
KATEGORISASI DATA FAKTOR KEMAMPUAN MELIHAT ATAU MEMECAHKAN MASALAH
183
LAMPIRAN 38
KATEGORISASI DATA INDIKATOR MELIHAT ATAU MEMECAHKAN MASALAH
SEBELUM MENGAJAR
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 18 Sangat Tinggi 2 8,70%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 16 - 17 Tinggi 13 56,52%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 15 Sedang 3 13,04%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 13 - 14 Rendah 4 17,39%
X < Mean - 1,5 SD < 13 Sangat Rendah 1 4,35%
Jumlah 23 100,00%
Min 12
Max 19
Mean 16
Median 16
Modus 16
Sum 360
Varian Total 3
SD 2
Mean - 1,5 SD 13
Mean - 0,5 SD 15
Mean + 0,5 SD 16
Mean + 1,5 SD 18
KATEGORISASI DATA INDIKATOR MELIHAT ATAU MEMECAHKAN MASALAH SEBELUM MENGAJAR
184
LAMPIRAN 39
KATEGORISASI DATA INDIKATOR MELIHAT ATAU MEMECAHKAN MASALAH
SAAT MENGAJAR
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 20 Sangat Tinggi 4 17,39%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 18 - 19 Tinggi 8 34,78%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 17 Sedang 4 17,39%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 15 - 16 Rendah 7 30,43%
X < Mean - 1,5 SD < 15 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Min 15
Max 21
Mean 18
Median 18
Modus 18
Sum 405
Varian Total 3
SD 2
Mean - 1,5 SD 15
Mean - 0,5 SD 17
Mean + 0,5 SD 18
Mean + 1,5 SD 20
KATEGORISASI DATA INDIKATOR MELIHAT ATAU MEMECAHKAN MASALAH SAAT MENGAJAR
185
LAMPIRAN 40
KATEGORISASI DATA INDIKATOR MELIHAT ATAU MEMECAHKAN MASALAH
SESUDAH MENGAJAR
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 12 Sangat Tinggi 1 4,35%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 11 Tinggi 6 26,09%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 10 Sedang 10 43,48%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 9 Rendah 5 21,74%
X < Mean - 1,5 SD < 9 Sangat Rendah 1 4,35%
Jumlah 23 100,00%
Min 8
Max 12
Mean 10
Median 10
Modus 10
Sum 231
Varian Total 1
SD 1
Mean - 1,5 SD 9
Mean - 0,5 SD 10
Mean + 0,5 SD 11
Mean + 1,5 SD 12
KATEGORISASI DATA INDIKATOR MELIHAT ATAU MEMECAHKAN MASALAH SESUDAH MENGAJAR
186
LAMPIRAN 41
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
FAKTOR DAN INDIKATOR KEMAMPUAN MENCIPTAKAN DAN MENERAPKAN IDE
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 R-1 3 4 3 4 3 4 3 24 ST 3 4 3 3 4 4 3 24 ST 48 ST
2 R-2 3 3 3 3 3 3 3 21 S 3 4 3 3 3 3 3 22 T 43 S
3 R-3 3 3 2 3 3 4 2 20 R 3 3 2 3 3 3 3 20 S 40 R
4 R-4 3 3 4 3 3 3 3 22 S 3 3 3 2 3 3 3 20 S 42 S
5 R-5 3 3 4 3 4 3 3 23 T 3 3 3 3 3 3 3 21 S 44 T
6 R-6 3 3 3 3 3 4 2 21 S 3 3 2 3 3 3 3 20 S 41 R
7 R-7 3 3 3 3 3 4 2 21 S 3 4 2 2 3 3 3 20 S 41 R
8 R-8 3 3 3 4 3 3 3 22 S 3 3 3 3 2 3 3 20 S 42 S
9 R-9 3 3 3 3 3 3 2 20 R 3 3 3 3 3 3 3 21 S 41 R
10 R-10 3 3 4 3 3 3 3 22 S 2 4 2 3 3 3 3 20 S 42 S
11 R-11 3 3 3 3 3 3 3 21 S 3 3 3 2 2 3 3 19 R 40 R
12 R-12 3 3 3 3 3 4 2 21 S 3 3 2 3 3 3 3 20 S 41 R
13 R-13 3 4 3 4 3 4 1 22 S 4 4 2 3 4 4 4 25 ST 47 ST
14 R-14 3 4 3 4 3 4 3 24 ST 3 3 3 2 3 3 3 20 S 44 T
15 R-15 3 3 2 4 3 4 2 21 S 4 3 2 3 3 3 3 21 S 42 S
16 R-16 3 3 4 3 4 3 3 23 T 3 4 3 3 3 3 3 22 T 45 T
17 R-17 3 3 3 3 3 4 3 22 S 3 3 3 2 3 3 3 20 S 42 S
18 R-18 3 3 4 3 3 3 3 22 S 3 4 3 4 3 3 3 23 ST 45 T
19 R-19 3 3 3 4 4 4 3 24 ST 3 4 1 3 3 3 3 20 S 44 T
20 R-20 3 3 4 4 4 4 3 25 ST 3 4 3 3 3 3 3 22 T 47 ST
21 R-21 3 3 4 4 3 4 3 24 ST 3 3 3 3 3 3 3 21 S 45 T
22 R-22 3 4 4 2 3 4 3 23 T 4 4 3 3 3 3 4 24 ST 47 ST
23 R-23 3 3 4 2 3 3 4 22 S 3 3 2 3 3 3 3 20 S 42 S
510 S 485 S 995 S
Jumlah Kategori
No
Kode
Responden
Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide
Total
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
FAKTOR KEMAMPUAN MENCIPTAKAN DAN MENERAPKAN IDE
Jumlah Kategori
Kreativitas Guru Penjasorkes
Ide Memodifikasi Sarana dan PrasaranaJumlah Kategori
Penerapan Ide Memodifikasi
187
LAMPIRAN 42
KATEGORISASI DATA FAKTOR KEMAMPUAN MENCIPTAKAN DAN MENERAPKAN
IDE
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 47 Sangat Tinggi 4 17,39%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 44 - 46 Tinggi 6 26,09%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 42 - 43 Sedang 7 30,43%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 40 - 41 Rendah 6 26,09%
X < Mean - 1,5 SD < 40 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Min 40
Max 48
Mean 43
Median 42
Modus 42
Sum 995
Varian Total 6
SD 2
Mean - 1,5 SD 40
Mean - 0,5 SD 42
Mean + 0,5 SD 44
Mean + 1,5 SD 47
KATEGORISASI DATA FAKTOR MENCIPTAKAN DAN MENERAPKAN IDE
188
LAMPIRAN 43
KATEGORISASI DATA INDIKATOR IDE MEMODIFIKASI SARANA DAN
PRASARANA
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 24 Sangat Tinggi 5 21,74%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 23 Tinggi 3 13,04%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 21 - 22 Sedang 13 56,52%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 20 Rendah 2 8,70%
X < Mean - 1,5 SD < 20 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Min 20
Max 25
Mean 22
Median 22
Modus 22
Sum 510
Varian Total 2
SD 1
Mean - 1,5 SD 20
Mean - 0,5 SD 21
Mean + 0,5 SD 23
Mean + 1,5 SD 24
KATEGORISASI DATA INDIKATOR IDE MEMODIFIKASI SARANA DAN PRASARANA
189
LAMPIRAN 44
KATEGORISASI DATA INDIKATOR PENERAPAN IDE MEMODIFIKASI SARANA DAN
PRASARANA
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 23 Sangat Tinggi 4 17,39%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 22 Tinggi 3 13,04%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 20 - 21 Sedang 15 65,22%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 19 Rendah 1 4,35%
X < Mean - 1,5 SD < 19 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Min 19
Max 25
Mean 21
Median 20
Modus 20
Sum 485
Varian Total 3
SD 2
Mean - 1,5 SD 19
Mean - 0,5 SD 20
Mean + 0,5 SD 22
Mean + 1,5 SD 23
KATEGORISASI DATA INDIKATOR PENERAPAN IDE MEMODIFIKASI SARANA DAN PRASARANA
190
LAMPIRAN 45
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
FAKTOR DAN INDIKATOR SIKAP MENERIMA DAN TERBUKA TERHADAP HAL-HAL BARU
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
1 R-1 4 3 3 3 13 T 3 3 3 4 4 4 21 T 34 T
2 R-2 3 3 3 3 12 S 3 3 4 3 3 3 19 S 31 S
3 R-3 3 3 2 3 11 R 3 1 3 4 4 2 17 R 28 R
4 R-4 3 3 3 4 13 T 3 3 3 3 3 3 18 S 31 S
5 R-5 3 3 3 4 13 T 3 3 3 3 3 3 18 S 31 S
6 R-6 3 3 3 3 12 S 3 2 3 3 3 3 17 R 29 R
7 R-7 4 3 3 3 13 T 3 2 4 3 3 3 18 S 31 S
8 R-8 3 3 3 4 13 T 3 3 4 4 4 4 22 ST 35 ST
9 R-9 3 3 3 3 12 S 3 3 3 3 3 3 18 S 30 S
10 R-10 3 3 2 4 12 S 3 4 3 3 3 3 19 S 31 S
11 R-11 3 3 3 3 12 S 3 3 3 3 3 3 18 S 30 S
12 R-12 3 3 3 3 12 S 3 2 3 3 3 3 17 R 29 R
13 R-13 4 4 3 3 14 ST 4 3 4 4 4 3 22 ST 36 ST
14 R-14 3 3 3 3 12 S 4 2 4 4 3 4 21 T 33 T
15 R-15 3 3 2 3 11 R 3 2 3 3 3 3 17 R 28 R
16 R-16 4 3 3 4 14 ST 3 4 3 3 3 3 19 S 33 T
17 R-17 3 3 3 3 12 S 3 1 4 4 2 3 17 R 29 R
18 R-18 3 3 4 4 14 ST 3 3 4 3 3 3 19 S 33 T
19 R-19 3 3 3 2 11 R 3 2 4 3 3 3 18 S 29 R
20 R-20 4 4 3 4 15 ST 4 3 4 4 3 3 21 T 36 ST
21 R-21 3 3 3 4 13 T 3 2 3 4 3 4 19 S 32 S
22 R-22 3 3 3 4 13 T 4 3 4 4 4 4 23 ST 36 ST
23 R-23 3 3 2 2 10 SR 3 2 3 3 3 3 17 R 27 R
287 S 435 S 722 S
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
FAKTOR SIKAP MENERIMA DAN TERBUKA TERHADAP HAL-HAL BARU
JumlahNo
Kreativitas Guru Penjasorkes
PengetahuanJumlah Kategori Jumlah Kategori
Total
Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal BaruKategori
Responden
Kode
Informasi dan Teknologi
191
LAMPIRAN 46
KATEGORISASI DATA FAKTOR SIKAP MENERIMA DAN TERBUKA TERHADAP HAL-HAL
BARU
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 35 Sangat Tinggi 4 17,39%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 33 - 34 Tinggi 4 17,39%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 30 - 32 Sedang 8 34,78%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 27 - 29 Rendah 7 30,43%
X < Mean - 1,5 SD < 27 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Min 27
Max 36
Mean 31
Median 31
Modus 31
Sum 722
Varian Total 7
SD 3
Mean - 1,5 SD 27
Mean - 0,5 SD 30
Mean + 0,5 SD 33
Mean + 1,5 SD 35
KATEGORISASI DATA FAKTOR SIKAP MENERIMA DAN TERBUKA TERHADAP HAL-HAL BARU
192
LAMPIRAN 47
KATEGORISASI DATA INDIKATOR PEMANFAATAN INFORMASI DAN TEKNOLOGI
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 14 Sangat Tinggi 4 17,39%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 13 Tinggi 7 30,43%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 12 Sedang 8 34,78%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 11 Rendah 3 13,04%
X < Mean - 1,5 SD < 11 Sangat Rendah 1 4,35%
Jumlah 23 100,00%
Min 10
Max 15
Mean 12
Median 12
Modus 12
Sum 287
Varian Total 1
SD 1
Mean - 1,5 SD 11
Mean - 0,5 SD 12
Mean + 0,5 SD 13
Mean + 1,5 SD 14
KATEGORISASI DATA INDIKATOR PEMANFAATAN INFORMASI DAN TEKNOLOGI
193
LAMPIRAN 48
KATEGORISASI DATA INDIKATOR PENGETAHUAN
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ Mean + 1,5 SD ≥ 22 Sangat Tinggi 3 13,04%
Mean + 0,5 SD ≤ X < Mean + 1,5 SD 20 - 21 Tinggi 3 13,04%
Mean - 0,5 SD ≤ X < Mean + 0,5 SD 18 - 19 Sedang 11 47,83%
Mean - 1,5 SD ≤ X < Mean - 0,5 SD 16 - 17 Rendah 6 26,09%
X < Mean - 1,5 SD < 16 Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 23 100,00%
Min 17
Max 23
Mean 19
Median 18
Modus 17
Sum 435
Varian Total 3
SD 2
Mean - 1,5 SD 16
Mean - 0,5 SD 18
Mean + 0,5 SD 20
Mean + 1,5 SD 22
KATEGORISASI DATA INDIKATOR PENGETAHUAN
194
LAMPIRAN 49
KELENGKAPAN SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
No Jenis Sarana dan Prasarana Standar Jumlah
1 Bola kaki 3 buah
2 Bola futsal 3 buah
3 Bola voli 3 buah
4 Net bola voli 1 buah
5 Bola basket 3 buah
6 Ring basket 1 pasang
7 Shuttlecock 1 slop
8 Raket bulutangkis 4 buah
9 Net bulutangkis 1 buah
10 Bat tenis meja 1 buah
11 Bola tenis meja 10 buah
12 Meja tenis meja 1 set
13 Net tenis meja 1 buah
14 Bola sepak takraw 4 buah
15 Net takraw 1 set
16 Stopwatch digital 1 buah
17 Peluru (set untuk pa/pi) 1 set
18 Meteran 1 buah
19 Cones 20 buah
20 Lembing (set untuk pa/pi) 1 set
21 Cakram (set untuk pa/pi) 1 set
22 Tongkat estafet (set isi 5) 1 set
23 Tali kapal 1 buah
24 Tali pramuka 24 buah
25 Tas P3K 1 set
26 Matras senam 2 buah
27 Simpai 6 buah
28 Bola plastik 4 buah
29 Catur 2 set Sumber: Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007
195
LAMPIRAN 50
PANDUAN OBSERVASI
DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah :
Guru Penjasorkes :
Tanggal Penelitian :
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki
2 Bola futsal
3 Bola voli
4 Net bola voli
5 Bola basket
6 Ring basket
7 Shuttlecock
8 Raket bulutangkis
9 Net bulutangkis
10 Bat tenis meja
11 Bola tenis meja
12 Meja tenis meja
13 Net tenis meja
14 Bola sepak takraw
15 Net takraw
16 Stopwatch digital
17 Peluru (set untuk pa/pi)
18 Meteran
19 Cones
20 Lembing (set untuk pa/pi)
21 Cakram (set untuk pa/pi)
22 Tongkat estafet (set isi 5)
23 Tali kapal
24 Tali pramuka
25 Tas P3K
26 Matras senam
27 Simpai
28 Bola plastik
29 Catur
196
LAMPIRAN 51 TRANSKIP OBSERVASI
DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Prembun
Guru Penjasorkes : Manijan, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 3 September 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki 3 √
2 Bola futsal 2 √
3 Bola voli 4 √
4 Net bola voli 2 √
5 Bola basket 2 √
6 Ring basket 2 √
7 Shuttlecock 1 slop √
8 Raket bulutangkis 4 √
9 Net bulutangkis 1 √
10 Bat tenis meja 7 √
11 Bola tenis meja 1 slop √
12 Meja tenis meja 2 √
13 Net tenis meja 2 √
14 Bola sepak takraw 1 √
15 Net takraw 1 √
16 Stopwatch digital 1 √
17 Peluru (set untuk pa/pi) - √
18 Meteran 1 √
19 Cones 10 √
20 Lembing (set untuk pa/pi) 10 √
21 Cakram (set untuk pa/pi) - √
22 Tongkat estafet (set isi 5) 6 √
23 Tali kapal - √
24 Tali pramuka 1 set √
25 Tas P3K 1 √
26 Matras senam 3 √
27 Simpai - √
28 Bola plastik 10 √
29 Catur 10 √
197
TRANSKIP OBSERVASI
DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Prembun
Guru Penjasorkes : Muchlisudin, A.Ma. Pd.
Tanggal Penelitian : 3 September 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
198
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 3 Prembun
Guru Penjasorkes : Mursinah, A.Ma. Pd.
Tanggal Penelitian : 5 September 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
199
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 4 Prembun
Guru Penjasorkes : Dwi Widadi, A.Ma. Pd.
Tanggal Penelitian : 4 September 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
200
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Kabekelan
Guru Penjasorkes : Kasbolah, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 2 September 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
201
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Kabekelan
Guru Penjasorkes : Muhajiwanto, A.Ma. Pd.
Tanggal Penelitian : 2 September 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √ Rusak
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √ Rusak
13 Net tenis meja √ Rusak
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
202
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Tunggalroso
Guru Penjasorkes : Sudarman, A.Ma. Pd.
Tanggal Penelitian : 2 September 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
203
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Tunggalroso
Guru Penjasorkes : Dwi Raharjo, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 1 September 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
204
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri Kedungwaru
Guru Penjasorkes : Berardus Winata Budi P, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 31 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
205
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri Bagung
Guru Penjasorkes : Wiyandono, A.Ma. Pd.
Tanggal Penelitian : 31 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
206
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Tersobo
Guru Penjasorkes : Agus Tiandri F, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 27 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √ Rusak
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
207
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Tersobo
Guru Penjasorkes : Kusmiati, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 31 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
208
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 3 Tersobo
Guru Penjasorkes : Riski Winarko, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 1 September 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki 2 √
2 Bola futsal 5 √
3 Bola voli 2 √
4 Net bola voli 1 √
5 Bola basket - √
6 Ring basket - √
7 Shuttlecock 10 √
8 Raket bulutangkis 8 √
9 Net bulutangkis 1 √
10 Bat tenis meja 4 √
11 Bola tenis meja 5 √
12 Meja tenis meja 2 √
13 Net tenis meja 2 √
14 Bola sepak takraw 2 √
15 Net takraw 1 √
16 Stopwatch digital - √
17 Peluru (set untuk pa/pi) 3 √
18 Meteran 1 √
19 Cones 10 √
20 Lembing (set untuk pa/pi) - √
21 Cakram (set untuk pa/pi) - √
22 Tongkat estafet (set isi 5) 4 √
23 Tali kapal - √
24 Tali pramuka 10 √
25 Tas P3K 1 √
26 Matras senam 2 √
27 Simpai - √
28 Bola plastik 10 √
29 Catur 10 √
209
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Sidogede
Guru Penjasorkes : Suprapto, A.Ma. Pd.
Tanggal Penelitian : 31 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki 1 √ Rusak
2 Bola futsal - √
3 Bola voli 2 √ Rusak
4 Net bola voli 1 √ Baik
5 Bola basket - √
6 Ring basket - √
7 Shuttlecock - √
8 Raket bulutangkis - √
9 Net bulutangkis 1 √ Rusak
10 Bat tenis meja - √
11 Bola tenis meja - √
12 Meja tenis meja - √
13 Net tenis meja - √
14 Bola sepak takraw 3 √ Rusak
15 Net takraw 1 √ Rusak
16 Stopwatch digital 2 √ Baik
17 Peluru (set untuk pa/pi) 2 √ Baik
18 Meteran 1 √ Baik
19 Cones - √
20 Lembing (set untuk pa/pi) - √
21 Cakram (set untuk pa/pi) - √
22 Tongkat estafet (set isi 5) - √
23 Tali kapal - √
24 Tali pramuka 3 √ Baik
25 Tas P3K - √
26 Matras senam 2 √ Rusak
27 Simpai - √
28 Bola plastik 2 √ Baik
29 Catur 2 √ Baik
210
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Sidogede
Guru Penjasorkes : Winarti, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 27 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
211
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri Sembirkadipaten
Guru Penjasorkes : Suratno, A.Ma. Pd.
Tanggal Penelitian : 26 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
212
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri Kedungbulus
Guru Penjasorkes : Satiman, A.Ma. Pd.
Tanggal Penelitian : 27 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
213
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Mulyosri
Guru Penjasorkes : Bunata, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 26 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
214
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Mulyosri
Guru Penjasorkes : Sipur, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 26 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki 1 √
2 Bola futsal - √
3 Bola voli 1 √
4 Net bola voli - √
5 Bola basket - √
6 Ring basket - √
7 Shuttlecock - √
8 Raket bulutangkis - √
9 Net bulutangkis 1 √ Rusak
10 Bat tenis meja - √
11 Bola tenis meja - √
12 Meja tenis meja - √
13 Net tenis meja - √
14 Bola sepak takraw - √
15 Net takraw - √
16 Stopwatch digital 1 √
17 Peluru (set untuk pa/pi) - √
18 Meteran - √
19 Cones - √
20 Lembing (set untuk pa/pi) - √
21 Cakram (set untuk pa/pi) - √
22 Tongkat estafet (set isi 5) 1 √
23 Tali kapal 1 √
24 Tali pramuka 1 √
25 Tas P3K 1 √
26 Matras senam - √
27 Simpai - √
28 Bola plastik 10 √
29 Catur 1 √
215
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pesuningan
Guru Penjasorkes : Puji Nuryanto, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 25 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki 3 √
2 Bola futsal 5 √
3 Bola voli 3 √
4 Net bola voli 1 √
5 Bola basket - √
6 Ring basket - √
7 Shuttlecock 1 √
8 Raket bulutangkis 4 √
9 Net bulutangkis 1 √
10 Bat tenis meja 8 √
11 Bola tenis meja 10 √
12 Meja tenis meja 1 √
13 Net tenis meja 1 √
14 Bola sepak takraw 3 √
15 Net takraw 1 √
16 Stopwatch digital 1 √
17 Peluru (set untuk pa/pi) 1 √
18 Meteran 1 √
19 Cones 10 √
20 Lembing (set untuk pa/pi) - √
21 Cakram (set untuk pa/pi) - √
22 Tongkat estafet (set isi 5) 1 √
23 Tali kapal - √
24 Tali pramuka - √
25 Tas P3K 1 √
26 Matras senam 2 √
27 Simpai - √
28 Bola plastik 5 √
29 Catur 4 √
216
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Pesuningan
Guru Penjasorkes : Nur Sahid, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 28 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki 2 √
2 Bola futsal - √
3 Bola voli 3 √
4 Net bola voli 1 √
5 Bola basket - √
6 Ring basket - √
7 Shuttlecock 1 √
8 Raket bulutangkis 1 √
9 Net bulutangkis 1 √
10 Bat tenis meja - √
11 Bola tenis meja - √
12 Meja tenis meja - √
13 Net tenis meja - √
14 Bola sepak takraw - √
15 Net takraw - √
16 Stopwatch digital 1 √
17 Peluru (set untuk pa/pi) - √
18 Meteran 1 √
19 Cones 10 √
20 Lembing (set untuk pa/pi) - √
21 Cakram (set untuk pa/pi) - √
22 Tongkat estafet (set isi 5) 5 √
23 Tali kapal 1 √
24 Tali pramuka 6 √
25 Tas P3K 1 √
26 Matras senam - √
27 Simpai - √
28 Bola plastik 5 √
29 Catur 1 √
217
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri Kabuaran
Guru Penjasorkes : Makmur, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 25 Agustus 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
218
TRANSKIP OBSERVASI DAFTAR CHEK-LIST SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES
Nama Sekolah : SD Negeri Pecarikan
Guru Penjasorkes : Wisnu Septyadi, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 4 September 2015
No Sarana dan Prasarana Standar Minimal
Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Bola kaki √
2 Bola futsal √
3 Bola voli √
4 Net bola voli √
5 Bola basket √
6 Ring basket √
7 Shuttlecock √
8 Raket bulutangkis √
9 Net bulutangkis √
10 Bat tenis meja √
11 Bola tenis meja √
12 Meja tenis meja √
13 Net tenis meja √
14 Bola sepak takraw √
15 Net takraw √
16 Stopwatch digital √
17 Peluru (set untuk pa/pi) √
18 Meteran √
19 Cones √
20 Lembing (set untuk pa/pi) √
21 Cakram (set untuk pa/pi) √
22 Tongkat estafet (set isi 5) √
23 Tali kapal √
24 Tali pramuka √
25 Tas P3K √
26 Matras senam √
27 Simpai √
28 Bola plastik √
29 Catur √
219
LAMPIRAN 52
PANDUAN DOKUMENTASI (FOTO)
Kegiatan yang didokumentasikan sebagai berikut:
1. Pengisian angket oleh guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen.
2. Sarana dan prasarana Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen.
3. Pembelajaran Penjasorkes.
220
LAMPIRAN 53
PANDUAN WAWANCARA
Nama Sekolah :
Guru Penjasorkes :
Tanggal Wawancara :
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban:
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban:
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban:
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban:
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban:
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban:
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban:
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban:
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
221
Jawaban:
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban:
222
LAMPIRAN 54
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Sekolah : SD Negeri Pecarikan
Guru Penjasorkes : Wisnu Septyadi, S.Pd.
Tanggal Wawancara : 4 September 2015
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban: Lebih dari 5 tahun yang lalu.
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban: S1 pendidikan jasmani, setelah lulus saya mengikuti pendaftaran CPNS.
Alhamdulillah langsung diterima dan ditugaskan di SD Negeri Pecarikan.
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Belum, tentunya masih ada kendala dalam pembelajaran Penjasorkes.
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Salah satu kendalanya yaitu minimnya sarana dan prasarana
Penjasorkes, sehingga menghambat pembelajaran.
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban: Belum, dari segi kualitas maupun kuantitas masih terbatas.
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban: Dengan cara memanfaatkan atau memodifikasi sarana dan prasarana
yang ada, sehingga pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban: Modifikasi itu intinya merubah atau mengganti sarana dan prasarana
dengan cara modifikasi alat atau bahan lain, sehingga menyerupai benda
yang sebenarnya.
223
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban: Iya, contohnya menggunakan internet untuk mencari materi-materi
pembelajaran, menggunakan tape recorder dalam senam Jumat pagi.
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Kegiatan KKG setiap sebulan sekali bersama-sama teman sejawat guru
Penjas.
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban: Contohnya dalam pembelajaran sepak bola, karena keterbatasan bola
sepak selanjutnya bola diganti dengan bola plastik.
224
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Sekolah : SD Negeri Kabuaran
Guru Penjasorkes : Makmur, S.Pd.
Tanggal Wawancara : 25 Agustus 2015
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban: Kurang lebih 2 tahun. Tahun 2013.
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban: S1 pendidikan jasmani, sebelumnya saya mengajar di SD Negeri
Kaligubug, Kecamatan Padureso. Saya mengajar di SD Negeri Kabuaran
belum lama ini.
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Belum, masih belum sesuai dengan tujuan pembelajaran karena
keterbatasan.
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Salah satunya yaitu keterbatasan sarana dan prasarana.
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban: Belum sesuai dengan standar.
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban: Memodifikasi sarana dan prasarana.
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban: Perubahan yang tidak mengubah arti atau fungsi dari benda yang
dimodifikasi.
225
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban: Iya, contohnya menggunakan internet, poster atau gambar dalam
menjelaskan materi pembelajaran, tape recorder untuk senam pagi.
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: KKG bersama teman-teman guru Penjas.
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban: Pembelajaran sepak bola, mengganti bola sepak yang sesungguhnya
dengan bola plastik.
226
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pesuningan
Guru Penjasorkes : Puji Nuryanto, S.Pd.
Tanggal Wawancara : 25 Agustus 2015
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban: Kurang lebih 5 tahun yang lalu saya sudah Wiyata di sini.
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban: Awalnya saya Diploma, kemudian melanjutkan S1.
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Sudah, walaupun masih ada kendala.
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Beberapa sarana dan prasarana yang belum memadai. Selain itu, apabila
cuaca hujan, sehingga menghambat proses pembelajaran.
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban: Sudah cukup baik kualitas maupun kuantitas, tetapi masih ada beberapa
yang belum memadai.
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban: Memodifikasi atau menggunakan alat lain yang fungsi penggunaanya
sama.
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban: Mengubah sarana dan prasarana untuk tujuan yang diharapkan.
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban: Tentunya, internet, browsing.
227
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: KKG.
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban: Pembelajaran sepak bola dan voli. Bola diganti dengan bola plastik
supaya siswa tidak mengalami kesakitan.
228
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Pesuningan
Guru Penjasorkes : Nur Sahid, S.Pd.
Tanggal Wawancara : 28 Agustus 2015
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban: Lebih dari 5 tahun yang lalu sudah mengajar di sini.
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban: S1 pendidikan jasmani.
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Sudah, walaupun ada kendala.
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Ada kendala tetapi tidak begitu berarti, salah satunya sarana dan
prasarana Penjas.
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban: Belum, masih ada yang belum standar.
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban: Memodifikasi alat atau memanfaatkan alat yang ada di sekitar.
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban: Mengubah alat supaya lebih menarik tanpa mengubah fungsi alat yang
sesungguhnya.
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban: Iya, contoh internet.
229
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Mengikuti pelatihan, KKG.
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban: Pembelajaran voli. Bola diganti dengan bola plastik dan memodifikasi
lapangan dari ukuran yang sesunggungnya.
230
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Mulyosri
Guru Penjasorkes : Sipur, S.Pd.
Tanggal Wawancara : 26 Agustus 2015
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban: Saya mengajar di sini belum lama.
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban: S1.
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Belum.
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Minimnya sarana dan prasarana pembelajaran.
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban: Belum, sangat minim.
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban: Dengan cara memodifikasi.
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban: Modifikasi adalah melakukan suatu hal untuk mengubah atau mengganti
sarana dan prasarana.
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban: Iya, penggunaan internet.
231
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Mengikuti KKG.
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban: Pembelajaran kasti, keterbatasan pemukul sehingga memodifikasi
pemukul yang terbuat dari kayu berbentuk pemukul pada permainan
tonnis.
232
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Sekolah : SD Negeri Sembirkadipaten
Guru Penjasorkes : Suratno, A.Ma. Pd.
Tanggal Wawancara : 26 Agustus 2015
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban: Hampir 30 tahun.
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban: Diploma SGO, PNS.
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Sudah, walau ada sedikit kendala.
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Kurangnya sarana dan prasarana, jumlah tidak memadai dengan jumlah
siswa.
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban: Sudah cukup baik.
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban: Memodifikasi sarana dan prasarana.
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban: Mengubah alat atau menambah sentuhan baru.
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban: Iya, internet.
233
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Kegiatan KKG, pelatihan-pelatihan.
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban: Pembelajaran sepak bola, gawang dimodifikasi dari pralon, bola dari bola
plastik. Lari estafet, tongkat terbuat dari bambu.
234
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Prembun
Guru Penjasorkes : Manijan, S.Pd.
Tanggal Wawancara : 3 September 2015
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban: Kurang lebih hampir 30 tahun.
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban: Dulu saya lulusan Diploma SGO, kemudian melanjutkan S1.
Alhamdulillah sekarang sudah PNS.
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Sudah, walau ada kendala.
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Mungkin kendala tidak begitu berarti, tapi ya ada. Salah satunya sarana
dan prasarana yang tidak standar.
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban: Sudah cukup baik.
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban: Memodifikasi atau memanfaatkan alat yang ada di sekitar.
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban: Mengubah sarana maupun prasarana yang sudah ada, tanpa mengubah
fungsi yang sesungguhnya untuk mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana tersebut.
235
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban: Tentunya, untuk menambah wawasan dengan penggunaan internet.
Apalagi sekarang zamannya teknologi yang lebih maju.
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Kegiatan KKG, mengikuti pelatihan-pelatihan.
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban: Pembelajaran basket. Kebetulan di sini keterbatasan sarananya.
Sehingga, membuat ring basket dengan besi dan tiangnya menggunakan
kayu.
236
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Sekolah : SD Negeri 4 Prembun
Guru Penjasorkes : Dwi Widadi, A.Ma. Pd.
Tanggal Wawancara : 4 September 2015
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban: Sudah lama, kurang lebih 30 tahun.
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban: Saya lulusan Diploma SGO, sekarang sudah PNS.
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Sudah, walau ada sedikit kendala.
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Tentunya, keterbatasan sarana dan prasarana.
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban: Cukup.
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban: Memodifikasi.
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban: Mengubah sarana dan prasarana, tanpa mengurangi fungsi aslinya.
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban: Iya, menggunakan internet untuk mencari informasi atau wawasan
tentang pembelajaran Penjas.
237
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Pelatihan-pelatihan, mengikuti KKG bersama teman-teman guru Penjas.
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban: Senam lantai, menggunakan kasur busa. Bola kasti menggunakan bola
kecil dari plastik dengan tujuan pengenalan terhadap anak-anak didik atau
siswa sebelum menggunakan bola kasti yang asli.
238
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Kabekelan
Guru Penjasorkes : Kasbolah, S.Pd.
Tanggal Wawancara : 2 September 2015
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban: Sudah lama, lebih dari 30 tahun.
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban: Saya awalnya lulusan Diploma SGO, kemudian melanjutkan S1.
Sekarang sudah PNS.
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Sudah, kadang ada kendala sedikit.
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Sarana dan prasarana yang terbatas.
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban: Cukup baik, walau ada beberapa yang masih minim.
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban: Dengan cara memodifikasi alat.
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban: Mengubah alat atau sarana prasarana supaya pembelajaran tetap
berjalan apabila terbatasnya sarana prasarana.
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban: Penggunaan internet, poster atau gambar untuk menerangkan materi
pembelajaran, tape recorder untuk senam pagi.
239
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: KKG, pelatihan di luar.
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban: Pembelajaran lompat tinggi, karena keterbatasan tiang lompat tinggi
diganti dengan tali karet, siswa berdiri saling berhadapan memegang tali
karet kemudian siswa lain melakukan lompat tinggi.
240
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Sekolah : SD Negeri Bagung
Guru Penjasorkes : Wiyandono, A.Ma. Pd.
Tanggal Wawancara : 31 Agustus 2015
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru Penjasorkes?
Jawaban: Kurang lebih 30 tahun saya sudah mengajar Penjas.
2. Apa latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawaban: Saya lulusan Diploma SGO, sekarang sudah PNS.
3. Apakah dalam proses pembelajaran Penjasorkes sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Sudah, tetapi ada beberapa kendala walaupun tidak berarti.
4. Apa kendala/kesulitan dalam proses pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: Terkadang siswa susah diatur, penggunaan beberapa sarana prasarana
yang minim .
5. Apakah sarana dan prasarana Penjasorkes sudah baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas?
Jawaban: Baik, kuantitas maupun kualitas.
6. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi atau menyiasati keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah?
Jawaban: Memodifikasi alat.
7. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang modifikasi sarana dan prasarana
Penjasorkes?
Jawaban: Mengubah alat, intinya tanpa mengurangi fungsi aslinya.
8. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan informasi dan teknologi dalam pembelajaran
Penjasorkes?Berikan contohnya?
Jawaban: Iya, internet.
241
9. Apakah kegiatan yang dilakukan Bapak/Ibu di luar sekolah untuk menambah
pengetahuan dalam pembelajaran Penjasorkes?
Jawaban: KKG, pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan Penjas.
10. Berikan contoh dalam pembelajaran Penjasorkes tentang kreativitas guru
Penjasorkes?
Jawaban: Pembelajaran lempar lembing, lembing diganti dengan turbo.
242
LAMPIRAN 55
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri 1 Prembun
Gambar 2. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri 2 Prembun
Gambar 3. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri 3 Prembun
243
Gambar 4. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri 1 Tunggalroso
Gambar 5. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri 2 Tunggalroso
Gambar 6. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri Kedungwaru
244
Gambar 7. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri Bagung
Gambar 8. Guru Penjasorkes SD Negeri 1 Tersobo
Gambar 9. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri 3 Tersobo
245
Gambar 10. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri 2 Sidogede
Gambar 11. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri Sembirkadipaten
Gambar 12. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri Kedungbulus
246
Gambar 13. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD 1 Mulyosri
Gambar 14. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri 2 Mulyosri
Gambar 15. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri 2 Pesuningan
247
Gambar 16. Pengisian Angket Guru Penjasorkes di SD Negeri Pecarikan
Gambar 17. Modifikasi Ring Basket di SD Negeri 1 Prembun
Gambar 18. Matras Senam Lantai di SD Negeri 1 Prembun
248
Gambar 19. Sarana Bulutangkis, Tenis Meja, dan Voli di SD Negeri 2 Prembun
Gambar 20. Pemukul dan Bola Kasti di SD Negeri 4 Prembun
Gambar 21. Lapangan Voli di SD Negeri 4 Prembun
249
Gambar 22. Modifikasi Matras Senam Lantai di SD Negeri 4 Prembun
Gambar 23. Kids Atletik di SD Negeri 1 Kabekelan
Gambar 24. Bola Plastik di SD Negeri 2 Kabekelan
250
Gambar 25. Gudang Olahraga di SD Negeri 1 Tunggalroso
Gambar 26. Peluru di SD Negeri 2 Tunggalroso
Gambar 27. Meteran di SD Negeri Kedungwaru
251
Gambar 28. Modifikasi Lembing (Turbo) di SD Negeri Bagung
Gambar 29. Tongkat Estafet di SD Negeri Bagung
Gambar 30. Tali Skipping di SD Negeri Bagung
252
Gambar 31. Cones di SD Negeri 1 Tersobo
Gambar 32. Start Block di SD Negeri 1 Tersobo
Gambar 33. Modifikasi Cones di SD Negeri 2 Tersobo
253
Gambar 34. Bola dan Net Voli di SD Negeri 3 Tersobo
Gambar 35. Raket, Net, Shuttlecock Bulutangkis di SD Negeri 3 Tersobo
Gambar 36. Bola Takraw di SD Negeri 1 Sidogede
254
Gambar 37. Catur di SD Negeri 2 Sidogede
Gambar 38. Pembelajaran Sepak Bola di SD Negeri 3 Prembun
Gambar 39. Halaman SD Negeri Sembirkadipaten
255
Gambar 40. Modifikasi Tongkat Estafet di SD Negeri Sembirkadipaten
Gambar 41. Bak Lompat Harimau di SD Negeri Sembirkadipaten
Gambar 42. Modifikasi Gawang di SD Negeri Sembirkadipaten
256
Gambar 43. Gudang Olahraga di SD Negeri Kedungbulus
Gambar 44. Sarana Tenis Meja di SD Negeri Kedungbulus
Gambar 45. Cones, Bola di SD Negeri 1 Mulyosri
257
Gambar 46. Pembelajaran Kasti di SD Negeri 2 Mulyosri
Gambar 47. Modifikasi Pemukul Kasti di SD Negeri 2 Mulyosri
Gambar 48. Bak Lompat Jauh di SD Negeri 2 Mulyosri
258
Gambar 49. Bola Plastik dan Tali Kapal di SD Negeri 2 Mulyosri
Gambar 50. Lapangan SD Negeri 1 Pesuningan
Gambar 51. Bola di SD Negeri 1 Pesuningan
259
Gambar 52. Lapangan Bola Voli Mini di SD Negeri 2 Pesuningan
Gambar 53. Bola voli di SD Negeri Kabuaran
Gambar 54. Cakram di SD Negeri Kabuaran
260
Gambar 55. Matras di SD Negeri 1 Pesuningan
Gambar 56. Catur di SD Negeri 1 Pesuningan
Gambar 57. Bola Takraw di SD Negeri 1 Pesuningan