kreativitas dan keterampilan menulis
TRANSCRIPT
Kreativitas dengan Kemampuan Menulis
Oleh: Marlina
A. Hakikat Kreativitas
Empat dimensi kreativitas menurut Rhodes (1961) yakni person,
process, Product, and press. Rhodes menyebutnya dengan ”the Four
P’s Creativity”. (Supriadi, 1994: 7)
Guilford menekankan dimensi kreativitas pada person dan
menemukan bahwa dalam arti sempit kreativitas mengacu pada
kecakapan yang menjadi karakteristik orang-orang yang kreatif, yaitu
orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi.
Guilford juga mengemukakan bahwa kriteria kreativitas ini
identik dengan kepribadian kreatif. Kepribadian kreatif menurut
Guilford meliputi dimensi kognitif (bakat) yang meliputi empat
karakteristik orang-orang kreatif yaitu orisinalitas, fleksibilitas,
kelancaran, dan elaborasi dan dimensi kognitif yang meliputi motivasi,
sikap, dan kualitas tempramental. (Supriadi, 1994: 15)
Sementara itu, Utami Munandar (1977) menekankan kreativitas
pada dimensi proses. Munandar menguraikan definisi tentang
kreativitas berdasarkan empat P, pertama pribadi (person), bahwa
setiap anak adalah pribadi unik dan kreativitas adalah ungkapan
(ekspresi) dari keunikan pribadi individu. Kedua proses (process),
kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
atau untuk menemukan hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada sebelumnya dalam mencari jawaban baru terhadap
suatu masalah, merupakan manifestasi dari kelancaran, fleksibilitas
dan orisinalitas pemikiran anak. Ketiga pendorong (press), kreativitas
dapat berkembang jika ada “press” atau pendorong, baik dari dalam
(dorongan internal, keinginan, motivasi atau hasrat yang kuat dari diri
sendiri) untuk berkreasi, maupun dari luar, yaitu lingkungan yang
memupuk dan mendorong pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anak
yang kreatif dengan memberikan peluang kepada anak untuk
bersibuk diri secara kreatif. Keempat produk (product), bahwa
produk-produk kreativitas yang konstruktif pasti akan muncul, karena
produk kreativitas muncul dari proses interaksi dari keunikan individu
di satu pihak dan bahan, kejadian, orang-orang atau keadaan
hidupnya (faktor lingkungan di lain pihak). (Mayangsari:
Munandar juga mengemukakan tujuh sikap orang-orang yang kreatif,
yaitu: terbuka terhadap pengalaman baru dan luar biasa, luwes dalam
berpikir dan bertindak, bebas dalam mengekspresikan diri, dapat
mengapresiasi fantasi, berminat pada kegiatan-kegiatan kreatif,
percaya pada gagasan sendiri, dan mandiri. (Supriadi, 1994: 56)
Kreativitas memang tidak dapat dipisahkan dari proses kreatif
dan berpikir kreatif Teori Wallas, dikemukakan tahun 1926 dalam
bukunya The Art of Thought (Piirto, 1992), menyatakan bahwa proses
kreatif meliputi empat tahap, yakni:
1) Tahap persiapan, tahap pengumpulan informasi yang diperlukan
untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini individu mempersiapkan
diri untuk
memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban,
bertanya kepada orang lain dan sebagainya. Dengan bekal bahan dan
pengetahuan maupun pengalaman individu menjajaki bermacam-
macam kemungkinan penyelesaian masalah. Di tahap ini pemikiran
bersifat divergenmenjadi sangat penting, belum ada arah yang jelas,
akan tetapi alam pikiran mengeksplorasi
berbagai alternatif.
2) Tahap inkubasi, tahap di mana individu seakan-akan melepaskan
diri untuk
sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak
memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam
alam pra-sadar. Tahap ini penting artinya dalam proses timbulnya
inspirasi. Gagasan atau inspirasi merupakan titik mula dari suatu
penemuan atau kreasi baru yang berasal dari daerah pra-sadar atau
timbul dalam keadaan ketidaksadaran penuh.
3) Tahap iluminasi, tahap timbulnya “insight” atau “Aha-Erlebnis”,
saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses
psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau
gagasan baru.
4) Tahap verifikasi. Tahap ini disebut juga tahap evaluasi, yakni tahap
pengujian ide atau kreasi baru terhadap realitas yang ada. Pada
tahap ini diperlukan pemikiran kritis konvergen. Dengan perkataan
lain, proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses
konvergensi (pemikiran kritis). (Mayang Sari, 2005: 82)
Amabile (1983) menyatakan dimensi kreatif terdiri atas tiga
dimensi yakni dimensi proses, dimensi person dan dimensi produk.
Dimensi proses Amabile dilukiskan oleh Koestler (1964) yang
mengartikan kreativitas sebagai suatu proses bisosiatif, yaitu “the
deliberate connecting of two previously unrelated’matrices of thought’
to produce a new insight or invention”. Diartikan oleh Rohenberg
(1976) yang menyatakan proses kreatif identik dengan berpikir
janusian, yakni suatu tipe berpikir divergen yang berusaha melihat
berbagai dimensi yang beragam atau bahkan bertentangan menjadi
suatu pemikiran yang baru. Seperti halnya Utami Munandar, apabila
proses tersebut merentang dari pengumpulan informasi, inkubasi,
iluminasi, dan evaluasi/verifikasi maka dapat dikatakan produk yang
dihasilkan dari proses berpikir tersebut adalah sebuah produk kreatif.
Dimensi person yang dimaksudkan di sini sejalan dengan yang
dinyatakan oleh Guilford sebagai kepribadian kreatif. Sementara itu,
dimensi produk kreatif yang dinyatakan Amabile yakni sesuatu yang
menunjuk pada hasil perbuatan, kinerja, atau karya seseorang dalam
bentuk barang atau gagasan. (Supriadi, 1994: 14)
Dijelaskan pula bahwa indikator yang tampak pada sebuah
produk kreatif ditentukan oleh kebaruan atau orisinal, bermanfaat,
dan dapat memecahkan masalah. (Supriadi, 1994: 14)
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat dikatakan bahwa
kreativitas meliputi tiga dimensi yakni dimensi person atau orang
dengan kepribadian kreatif yang meliputi dimensi kognitif (bakat)
yang meliputi empat karakteristik orang-orang kreatif yaitu
orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi dan dimensi
kognitif yang meliputi motivasi, sikap, dan kualitas tempramental.
Kedua yaitu adanya proses kreatif yang meliputi tahap pengumpulan
data atau tahap persiapan, tahap inkubasi atau tahap pengeraman,
tahap iluminasi atau tahap pemunculan gagasan-gagasan baru, dan
tahap verifikasi/evaluasi. Sementara itu, di bagian lainnya adalah
adanya produk yang dihasilkan. Produk tersebut merupakan produk
yang bersifat baru atau orisinal, bermanfaat, dan mampu memberikan
pemecahan masalah.
B. Hakikat Menulis
Tarigan mengungkapkan pengertian menulis sebagai
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
Ket[e]rampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis,
melainkan harus melalui latihan dan prakt[i]k yang banyak dan
teratur. Tarigan juga menggambarkan bahwa menulis sama halnya
dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya sebagai suatu proses
perkembangan, oleh karena itu; menulis menuntut pengalaman,
waktu, kesempatan, latihan, ket[e]rampilan- ket[e]rampilan khusus,
dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menuntut
gagasan-gagasan yang tersusun logis, diekspresikan dengan jelas, dan
ditata secara menarik. Selanjutnya menuntut penelitian yang
terperinci, observasi yang seksama, pembedaan yang tepat dalam
pemilihan judul, bentuk, dan gaya. (Tarigan, 1995: 4-13)
Roland Bathes seorang budayawan Perancis yang dikutip oleh
Pranoto menyatakan bahwa menulis adalah mengekspresikan sesuatu
yang tidak terekspresikan. (Pranoto, 2004: 9)
Pranoto memberikan batasan mengenai keterampilan menulis
yang berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau
menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga
bisa diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan,....(Pranoto, 2004:9)
Dalam pengertian ini, menulis dapat diartikan sebagai
keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Menulis dilakukan
dengan cara tidak langsung, ide-ide yang diungkapkan tertuang dalam
bentuk tulisan. Oleh karena itu, seorang penulis harus mahir dalam
menerapkan kaidah-kaidah penulisan, struktur bahasa dan memiliki
penguasaan kosakata yang tidak sedikit.
Menulis merupakan sebuah kegiatan yang lebih dikenal dengan
mengarang. Akademi Kepengarangan memberikan definisi mengarang
sebagai sebuah kegiatan kompleks, yakni meliputi “keseluruhan
rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk
dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang.
(Widyamartaya, 1990: 9)
Sejalan dengan pendapat di atas, Harefa mengungkapkan
mengarang adalah salah satu cara belajar yang dilakukan melalui
menulis dengan menuangkan berbagai ide dan gagasan yang simpang
siur harus mulai disusun secara sistematis agar dapat dipahami orang
lain dengan baik. (Harefa, 2002: 13)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
kegiatan menulis atau yang disebut mengarang adalah kegiatan
menuangkan gagasan untuk menjadi sebuah produk berbentuk
sebuah tulisan.
Pada praktiknya, menulis bukanlah sekadar memenuhi perintah
menuliskan apa yang terdapat dalam pikiran. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Safari, tulisan dapat dinilai baik apabila siswa
mampu menerapkan aspek kebahasaan, antara lain:
1) isi,
2) penalaran/kelogisan dan ketajaman,
3) ketepatan dan kesesuaian,
4) teknik penyajian,
5) gaya penyajian dan bahasa,
6) keterbacaan/kejelasan,
7) struktur,
8) ejaan, tanda baca,
9) pilihan kata
(Safari: 1997, 110)
Berdasarkan penjabaran di atas dapat dikatakan bahwa menulis
merupakan sebuah kegiatan atau proses menuangkan gagasan hingga
akhirnya menghasilkan sebuah produk berupa tulisan. Seorang
penulis yang baik dalam praktik menulis harus memperhatikan
tulisannya dari segi
1) isi,
2) penalaran/kelogisan dan ketajaman,
3) ketepatan dan kesesuaian,
4) teknik penyajian,
5) gaya penyajian dan bahasa,
6) keterbacaan/kejelasan,
7) struktur,
8) ejaan, tanda baca,
9) pilihan kata
10) pemilihan judul
Kreativitas dengan Menulis
Berdasarkan konstruk-konstruk yang disebutkan di atas, dapat
dikatakan bahwa kegiatan menulis merupakan sebuah kegiatan
kreatif. Dikatakan kreatif karena pada hakikatnya, menulis
merupakan sebuah proses untuk menghasilkan produk. Adapun bila
dikaitkan dengan kreativitas, unsur kreativitas dalam menulis harus
memasuki tiga dimensi kreativitas yang meliputi dimensi person,
dimensi proses, dan dimensi produk. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kreativitas dalam menulis dapat dilihat sebagai
sebuah kegiatan yang dilakukan oleh person atau orang dengan
kepribadian kreatif melalui dimensi proses kreatif guna menghasilkan
sebuah produk kreatif berupa tulisan.
Adapun berdasarkan konstruk kreativitas maka dijabarkan pula
bahwa seorang penulis dalam hal ini person adalah orang-orang yang
memiliki kepribadian kreatif yang meliputi dimensi kognitif (bakat)
yang meliputi empat karakteristik orang-orang kreatif yaitu
orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi dan dimensi
kognitif yang meliputi motivasi, sikap, dan kualitas tempramental
yang baik. Selanjutnya, dalam prosesnya, kegiatan menulis ini harus
dapat melewati empat tahap proses kreatif yang meliputi tahap
pengumpulan data atau tahap persiapan, tahap inkubasi atau tahap
pengeraman, tahap iluminasi atau tahap pemunculan gagasan-
gagasan baru, dan tahap verifikasi/evaluasi hingga akhirnya
menghasilkan sebuah produk berupa tulisan. Selanjutnya, setelah
melewati proses kreatif maka hasil dari proses tersebut atau
dikatakan produk kreatif haruslah berupa sebuah produk baru atau
orisinal, bermanfaat, dan dapat memberikan penyelesaian masalah.
Sementara dari segi kualitas tulisan, tulisan tersebut harus tetap
memperhatikan aspek-aspek kebahasaan dalam menulis yang
meliputi isi, penalaran/kelogisan dan ketajaman, ketepatan dan
kesesuaian, teknik penyajian, gaya penyajian dan bahasa,
keterbacaan/kejelasan, struktur, ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan
pemilihan judul.
Kreativitas dalam Menulis
Person Proses Produk
Kognitif Nonkognitif
Persiapan
Inkubasi
Iluminasi
Evaluasi
Kreatif Kebahasaan
Orisinalitas
Fleksibilitas
Kelancaran
elaborasi
Motivasi
Sikap
Kualitas Tempramental
Orisinalitas
manfaat
Pemecaha
n masalah
isi
penalaran
ketajaman
keseuaian
teknik
gaya
keterbacaan
struktur
ejaan
Tanda baca
Pilihan kata
Pemilihan judul
Daftar Pustaka
Guntur Tarigan, Henry. Menulis sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1994.
Harefa, Andrias. Agar Menulis-Mengarang bisa Gampang. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. 2002.
Mayang Sari, Sriti. Peran Ruang dalam menunjang Kreativitas Anak
(Dimensi InteriorVol. 1 No. 3 Juni 2005).
Pranoto, Naning. Creative Writing 72 Jurus Seni Mengarang. Jakarta:
PT. Primamedia Pustaka. 2004.
Safari. Pengujian dan Penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:
Krtanegara. 1997.
Supriadi, Dedi. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan
Iptek.bandung:Alfabeta. 1994.
Widyamartaya, A. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.
1990.