kpd.doc

22
LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) A. PENGERTIAN Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo, S, 2005). Ketuban pecah dini / Early Premature Rupture Of membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm (Prawirohardjo, 2005). Sedangkan menurut Yulaikhah (2009), ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, kondisi ini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan segala akibatnya. B. ETIOLOGI Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD : 1

Upload: franky

Post on 19-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KPD.doc

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. PENGERTIAN

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

Persalinan adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban,

plasenta dan selaput ketuban) dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan

normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-

40 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

S, 2005).

Ketuban pecah dini / Early Premature Rupture Of membrane (PROM) adalah

pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm

dan multipara kurang dari 5 cm (Prawirohardjo, 2005).

Sedangkan menurut Yulaikhah (2009), ketuban pecah dini adalah pecahnya

ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, kondisi ini merupakan penyebab terbesar

persalinan premature dengan segala akibatnya.

B. ETIOLOGI

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan

memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan

perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD :

1. Inkompetensi serviks (leher rahim) menyebabkan dindiing ketuban paling bawah

endapatkan tekanan yang semakin tinggi.

2. Hidromnion (cairan ketuban berlebih >2000 cc)

3. Riwayat KPD sebelumya sebanyak 2 kali atau lebih

4. Kelainan letak janin yaitu sungsang

5. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang.

6. Multipara, pada kehamilan yang sering mempengaruhi proses embriogenesis

sehingga selaput ketuban yang terbentuk lebih tipis.

7. Kehamilan kembar mengakibatkan kemungkinan terjadinya hidramnion

bertambah 10 x lebih besar

8. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

1

Page 2: KPD.doc

9. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketubandalam

bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah,misalnya

aminonitis atau kasioaminionitis, infeksi genetalia

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Achadiat (2004) manifestasi ketuban pecah dini adalah:

1. Keluar air ketuban warna keruh, ,kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit

atau sekaligus banhyak

2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi

3. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah

kering.

4. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air

ketuban sudah kering

5. Usia kehamilan vible (>20 minggu)

6. Buyi jantung bisa tetap normal

D. PATOFISIOLOGI

Mekanisme ktuban pecah dini (KPD) menurut Manuaba (2009) yaitu diawali

dengan terjadi pembukaan premature serviks lalu selaput ketuban menjadi tidak kuat

sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan

serviks, maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan terjadi pengeluaran

air ketuban. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi yang

mengeluarkan enzim proteolitik dan kolegenase.

2

Page 3: KPD.doc

E. PATHWAY

F. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD dapat terjadi pada ibu dan janinnya.

a. Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah

terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)

sebelum gejala pada ibu dirasakan.

b. Terhadap Ibu

Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum apabila

terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan

siptikemi.

3

Page 4: KPD.doc

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk KPD adalah :

1. Test Nitrozin, tes untuk memastikan pecahnya ketuban yaitu dengan kertas

lakmus cairan amnion memiliki PH 7,1 – 7, 3 hingga akan memberikan warna

biru pada kertas lakmus.

2. Ferning Test, untuk memastikan pecahnya ketuban dilakukan dengan pemeriksaan

mikroskopis dimana akan menggambarkan cairan amnion membentuk seperti

daun pakis atau paku- pakuan.

3. Pemeriksaan darah lengkap untuk menentukan adanya anemia dan infeksi

4. Pemeriksaan USG untuk melihat jumlah caira ketuban dan kavum uteri

(oligohidromnion), penipisan serviks dan kardiografi ( usia gestasi, ukuran janin,

gerakan jantung janin dan kakuatan kontraksi).

H. PENANGANAN

1.  Konservatif

a.  Rawat di rumah sakit

b. Berikan antibiotika bila ketuban pecah lebih dari 6 jam.

c. Jika umur kehamilan  32-34 minggu, dirawat selama air  ketuban masih keluar

atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, berikan

tokolotik (salbutamol), dexamethasone, dan induksi dalam 24 jam.

e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan

induksi.

f. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).

g. Pada usia 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru

janin, dosis betamethasone 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,

dexamethasone IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

2. Aktif

a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio secarea.

Dapat pula diberikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam maksimal 4

kali.

b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan

diakhiri bila skor pelvik < 5, dilakukan pematangan serviks kemudian induksi.

4

Page 5: KPD.doc

Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio secarea atau bila skor

pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

I. PENATALAKSANAAN

KETUBAN PECAH

< 37 Minggu >37 Minggu

Infeksi Tidak ada infeksi Infeksi Tidak ada infeksi

Berikan penisilin, gentamisin dan Metronidazole lahirkan bayi

Amoksisilin + eritromisin untuk 7

hariSteroid untuk

pematangan paru

Berikan penisilin, gentamisin dan metronidasole lahirkan bayi

Lahirkan bayi

Berikan penisilin dan ampisilin.

ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN

Profilaksis Infeksi Tidak ada infeksi

Stop antibioticLanjutkan untuk 24

– 48 jam setelah bebas panas.

Tidak perlu antibiotik

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien dan penanggung jawab

b. Keluhan utama

c. Pemeriksaan umum meliputi keadaan umum dan tanda vital

d. Riwayat obstetric

e. Pemeriksaan head to toe

1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.

2) Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.

3)  Mata: apakah pucat atau tidak, oedem atau tidak, konjungtiva anemis

atau tidak, sclera ikterik tidak, penglihatan baik atau tidak.

4) Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapat

lender atau tidak, ada polip atau tidak.

5) Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat

cairanatau tidak.

6) Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat stomatitis

atau tidak.

5

Page 6: KPD.doc

7) Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah berdarah

atau tidak.

8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.

9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak. 

10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada

tidak, pernafasan teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.

11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.

12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau

nyeri tekan atau tidak.

13) Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi pada

genetalia.

14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak.

15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan

anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks dan kontraksi uterus

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 8 jam diharapkan

nyeri berkurang

Kriteria Hasil

- Ekspresi wajah klien rileks

- Skala nyeri 2

- Rr : 16 – 24x/ menit

- Klien dapat melakukan relaksasi / distraksi nyeri

Intervensi

a. Pantau tanda vital klien (RR)

R: ambang nyeri yang meningkat diiringi dengan peningkatan respirasi

rate

b. Kaji karakteristik nyeri verbal dan non verbal

R : untuk mengetahui karakteristik nyeri dan menentukam intervensi

nyeri selanjutnya

c. Berikan posisi nyaman

R : meningkatkan relaksasi klien, member rasa nyaman

d. Hitung frekuensi, intensitas dan durasi kontraksi uterus

6

Page 7: KPD.doc

R : memantau persalinan dan memberikan informasi untuk klien

e. Ajarkan dan bantu melakukan teknik relaksasi dan distraksi

R : dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral

f. Anjurkan klien berkemih tiap 1 – 2 jam

R : mempertahankan kandung kemih bebeas ditensi yang dapat

menyebabkna ketidaknyamanan

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan kurangnya pengetahuan

tentang proses persalinan

Tujuan : setelelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam diharapkan

ansietas berkurang

Kriteria hasil :

- Klien melaporkan ansietas berkurang

- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi / distraksi

- Wajah klien tampak rileks

- Kooperatif dalam setiap tindakan

- TD : 120/ 80 mmhg

Intervensi :

a. Kaji tingkat ansietas melalui isyarat verbal dan non verbal

R : mengidentifikasi tingkat ansietas dan intervensi tindakan yang

perlu silakukan selanjtnya.

b. Berikan dukungan intrapartal secara kontinyu, yakinkan bahwa klien

selalu didampingi

R : membantu menurunkan ketegangan klien

c. Anjurkan relaksasi nafas dalam/ distraksi

R : membantu menurunkan ansietas dan meningkatkan koping klien

d. Bimbing klien berdoa

R : meningkatkan keyakinan klien dalam menghadapi prosedur

persalinan

e. Pantau tekanan darah klien

R : stress dapat meningkatkan TD

f. Pantau pola kontraktilitas uterus, laporkan disfungsi persalinan

7

Page 8: KPD.doc

R : pola kontraksi hipertonik/ hiponik dapat terjadi bila stress menetap

dan memperpanjang pelepasan katekolamin.

g. Anjurkan klien mengungkapkan kecemasannya

R :stress, ansiatas dan rasa takut mempunyai efek yang dalam pada

proses persalinan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya jalan lahir dengan ekstrauteri

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,

diharapkan klien tidak mengalami infeksi

KH :

- Bebas tanda infeksi (tumor, kalor, dolor, rubor, fungsio laesa)

- Suhu tubuh normal (363oC – 375 0C )

- Kadar leokosit normal (4,5 – 11 ribu/dl)

- Cairan amnion jernih, hamper tidak berwarna dan berbau

Intervensi

a. Pantau tanda – tanda vital klien

R : peningkatan suhu tubuh mengindikassikan terjadinya infeksi

b. Kaji gejala infeksi (tumor, kalor, dolor, rubor, fungsio laesa)

R : pembesaran/ pmbengkakan, panas, nyeri, kemerahan dan kelainan

fungsi jaringan adalah indikasi dari terjadinnya infeksi

c. Pantau gambaran dan karakteristik dari cairan amniotic

R : pada infeksi, cairan amnion lebih kental dan kuning pekat dengan

bau yang tidak sedap

d. Gunakan teknik aseptic selama melakukan pemeriksaan vagina /

tindakan keperawatan

R : mencegah terjadinya infeksi silang

e. Kolaborasi dalam pemantauan kadar leokosit klie

R : meningkatnya sel leokosit mengindikasikan terjadinya infeksi

8

Page 9: KPD.doc

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, 2004, Buku  Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.  Jakarta

: EGC.

Herdman, Heather T. 2010. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014. Jakarta : EGC.

Manuaba. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : FKUI.

Yulaikhah, 2009. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall.

Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.

Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta : EGC.

   

9

Page 10: KPD.doc

KASUS KETUBAN PECAH DINI

Kasus 4

Ny. W 27 tahun, G2P1A0, Usia kandungan 37 minggu datang ke rumah sakit karena

merasakan ada cairan keluar dari jalan lahir sejak tadi pagi/ 4 jam yang lalu disertai dengan

nyeri perut (mules). Saat dikaji terdapat pengeluaran air ketuban dari jalan lahir, saat

dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan 1, kepala 5/5, warna ketuban jernih, TFu 35 cm,

DJJ 132x/menit, TD 120/80 mmHg, Nadi 90x/menit, RR 22x/menit, tidak ada riwayat operasi

sebelumnya. Pada kehamilan dan persalinan yang lalu tidak ada masalah.

Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Biodata Pasien

Nama : Ny. W

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tgl masuk rs : -

Tgl pengkajian : -

G2P1A0

Riwayat Kesehatan

- Keluhan Utama : Ny. W merasakan ada cairan keluar dari jalan lahir

- Riwayat Kesehatan Sekarang :

Ny. W 27 tahun, G2P1A0, Usia kandungan 37 minggu datang ke rumah sakit karena

merasakan ada cairan keluar dari jalan lahir sejak tadi pagi/ 4 jam yang lalu disertai

dengan nyeri perut (mules).

- Riwayat kesehatan dahulu : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit

dahulu.

- Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga klien mengatakan tidak memiliki riwayat

penyakit.

Pemeriksaan Fisik

- Keadaan umum : compos mentis

- TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi 90x/menit, RR 22x/menit.

10

Page 11: KPD.doc

Sistem Reproduksi

Ny. W 27 tahun, G2P1A0, Usia kandungan 37 minggu datang ke rumah sakit karena

merasakan ada cairan keluar dari jalan lahir sejak tadi pagi/ 4 jam yang lalu disertai

dengan nyeri perut (mules). Saat dikaji terdapat pengeluaran air ketuban dari jalan lahir,

saat dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan 1, kepala 5/5, warna ketuban jernih, TFu

35 cm, DJJ 132x/menit.

Pemeriksaan Penunjang :

Data

DS :

- Ny. W 27 datang ke rumah sakit karena merasakan ada cairan keluar dari jalan lahir

sejak tadi pagi/ 4 jam yang lalu disertai dengan nyeri perut (mules).

DO :

- Saat dikaji terdapat pengeluaran air ketuban dari jalan lahir.

- Saat dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan 1, kepala 5/5, warna ketuban jernih,

TFu 35 cm, DJJ 132x/menit.

- TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi 90x/menit, RR 22x/menit

Analisa Data

Symptom Etiology Problem

DS :

- Ny. W 27 datang ke

rumah sakit karena

merasakan ada cairan

keluar dari jalan lahir

sejak tadi pagi/ 4 jam

yang lalu disertai

dengan nyeri perut

(mules).

DO :

- Saat dikaji terdapat

pengeluaran air ketuban

Resiko infeksi pada janin

11

Page 12: KPD.doc

dari jalan lahir.

- Saat dilakukan

pemeriksaan dalam

pembukaan 1, kepala

5/5, warna ketuban

jernih, TFu 35 cm, DJJ

132x/menit.

- TTV : TD 120/80

mmHg, Nadi 90x/menit,

RR 22x/menit

DS :

- Ny. W 27 datang ke

rumah sakit karena

merasakan ada cairan

keluar dari jalan lahir

sejak tadi pagi/ 4 jam

yang lalu disertai

dengan nyeri perut

(mules).

DO :

- Saat dilakukan

pemeriksaan dalam

pembukaan 1, kepala

5/5, warna ketuban

jernih, TFu 35 cm, DJJ

132x/menit.

- TTV : TD 120/80

mmHg, Nadi 90x/menit,

RR 22x/menit.

Nyeri akut

12

Page 13: KPD.doc

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko infeksi pada janin b/d ketuban pecah dini

2. Nyeri Akut b/d Agen penyebab cedera (biologis)

Perencanaan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Resiko infeksi

pada janin b/d

ketuban pecah dini

Tupan :

Tidak terjadi resiko

infeksi

Tupen :

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

2x24 jam dengan

kriteria hasil : tidak

ada tanda-tanda

resiko infeksi

1. Lakukan tirah

baring pada ibu

2. Pantau tanda dan

gejala infeksi

3. Kaji faktor yang

meningkatkan

kerentanan

terhadap infeksi

4. Kolaborasi

dengan dokter

untuk pemberian

obat antibiotic

bila diperlukan

5. Kolaborasi

dengan dokter

untuk pemberian

kortikosteroid

1. Tirah baring

mengurangiMengeta

hui apakah janin

terkena infeksi atau

tidak.

2. Mengurangi faktor

resiko infeksi.

3. Mengurangi faktor

resiko infeksi.

4. Mengurangi infeksi.

Nyeri akut b/d

Agen penyebab

cedera (biologis)

Tupan :

Nyeri hilang

Tupen :

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam nyeri

berkurang dengan

1. Kaji skala nyeri

2. Observasi TTV

3. Ajarkan tehnik

relaksasi nafas

dalam

4. Berikan

lingkungan yang

nyaman unutk

pasien

1. Mengetahui

tingkatan nyeri

2. Mengetahui

keadaan umum

pasien dan untuk

melanjutkan

intervensi

selanjutnya

3. Membuat otot2

menjadi rileks dan

13

Page 14: KPD.doc

kriteria hasil :

1. Pasien tidak

merasa nyeri

2. TTV normal

5. Kolaborasi

dengan tim

medis untuk

pemberian obat

analgetik

merangsang

keluarnya hormon

endorphin

4. Lingkungan yang

nyaman dapat

membuat pasien

lebih rileks

5. Analgetik adalah

obat yang

berindikasi untuk

mengurangi nyeri

Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Resiko infeksi pada janin

b/d ketuban pecah dini

1. Melakukan tirah baring

pada ibu

2. Memantau tanda dan

gejala infeksi

3. Mengkaji faktor yang

meningkatkan

kerentanan terhadap

infeksi

4. Melakukan kolaborasi

dengan dokter untuk

pemberian obat

antibiotic bila diperlukan

5. Melakukan kolaborasi

dengan dokter untuk

pemberian kortikosteroid

S : Pasien mengatakan

keadaannya lebih baik

O : Pasien tampak lebih baik

A : Masalah Resiko infeksi

pada janin b/d belum

teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

- Lakukan tirah baring

pada ibu

- Pantau tanda dan

gejala infeksi

- Kaji faktor yang

meningkatkan

kerentanan terhadap

infeksi

- Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian obat

14

Page 15: KPD.doc

antibiotic bila

diperlukan

- Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian

kortikosteroid

Nyeri akut b/d Agen

penyebab cedera (biologis)

1. Mengkaji skala nyeri

2. Melakukan observasi

TTV

3. Mengajarkan tehnik

relaksasi nafas dalam

4. Memberikan lingkungan

yang nyaman untuk

pasien

5. Melakukan kolaborasi

dengan tim medis untuk

pemberian obat analgetik

S : Pasien mengatakan tidak

merasa nyeri lagi

O :

A : Nyeri akut b/d Agen

penyebab cedera

(biologis) belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

- Kaji skala nyeri

- Observasi TTV

- Ajarkan tehnik

relaksasi nafas dalam

- Kolaborasi dengan tim

medis untuk pemberian

obat analgetik

15