kota depok dan jaringan jalan

10
Kota Depok Depok - Jawa Barat- Tlp.(021) 5674564 Batas Utara : Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Batas Barat : Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor. Batas Timur : Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Batas Selatan : Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6’ 19’00’’ - 6’ 28’00’’ Lintang Selatan dan 106’43’00’’ - 106’55’30’’ Bujur Timur. Bentang alam Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah, perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50’140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200.29 Km2. Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya. Tahun 2009 Luas Wilayah (KM 2 ) 200,29 Jumlah Penduduk Laki-laki (Jumlah Jiwa) 780.092

Upload: agus-sholehudin

Post on 03-Dec-2015

332 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Kota Depok Dan Jaringan Jalan

TRANSCRIPT

Page 1: Kota Depok Dan Jaringan Jalan

Kota Depok

Depok - Jawa Barat- Tlp.(021) 5674564

Batas Utara : Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang danWilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.Batas Barat : Kecamatan Parung dan Kecamatan GunungsindurKabupaten Bogor.Batas Timur : Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi danKecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.Batas Selatan : Kecamatan Cibinong dan KecamatanBojonggede Kabupaten Bogor.

Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6’ 19’00’’ - 6’ 28’00’’ Lintang Selatan dan 106’43’00’’ -

106’55’30’’ Bujur Timur. Bentang alam Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah,

perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50’140 meter diatas permukaan laut dan

kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa

Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200.29 Km2.

Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota

Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi

yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya.

Tahun 2009

Luas Wilayah (KM2) 200,29

Jumlah Penduduk Laki-laki (Jumlah Jiwa) 780.092

Jumlah Penduduk Wanita (Jumlah Jiwa) 723.585

Page 2: Kota Depok Dan Jaringan Jalan

Jumlah RT 4.648

Jumlah RW 840

Jumlah Pegawai PNS (Orang) 6.569

Jumlah Pegawai Non PNS (Orang) 804.166

Jumlah Kematian Bayi (Jumlah Jiwa) 117

Jumlah Kelahiran Bayi (Jumlah Jiwa) 300

Jumlah Ibu Melahirkan (Jumlah Jiwa) 300

Jumlah Ibu Melahirkan Mati (Jumlah Jiwa) 19

Jumlah Balita (Jumlah Jiwa) 700

DEPOK

Ruang lingkup[sunting | sunting sumber]

Ruang lingkup wilayah RTRW Kota Depok adalah Daerah dengan batas yang ditentukan

berdasarkan aspek administratif mencakup ruang daratan termasuk ruang di dalam bumi serta

ruang udara. Serta batas-batas wilayah adalah :

sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.

sebelah timur berbatasan dengan Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor.

sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Bogor.

sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bogor.

Kota Penyanggah[sunting | sunting sumber]

Page 3: Kota Depok Dan Jaringan Jalan

Pada dasarnya arahan Kota Depok menjadi Kota Penyangga tetap harus mempertimbangkan

semangat otonomi daerah dan kemandirian kota menuju kota yang mampu berkembang

mengimbangi fungsi Jabotabek, yaitu dengan fungsinya sebagai Kota Counter Magnet. Keadaan

ini diharapkan akan menimbulkan terciptanya ketergantungan yang saling menguntungkan, baik

bagi Kota Depok sendiri maupun wilayah sekitarnya.[4]

Pelayanan kegiatan kota[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan potensi dan permasalahan yang dihadapi, struktur pelayanan Kota Depok

diarahkan untuk membentuk satu pusat utama kota/pusat primer dan beberapa sub pusat

kota/pusat sekunder, yang diharapkan mampu berkembang secara terintegrasi untuk melayani

pelayanan masing-masing. Hal ini mengingat Depok memiliki tiga akses utama yang

mempengaruhi orientasi perkembangannya, yaitu Jalan Margonda Raya, Cimanggis, dan

Parung.

Struktur pelayanan kegiatan Kota Depok dikembangkan dengan membentuk pusat dan sub

pusat kota, yang diharapkan akan berkembang sesuai dengan wilayah pelayanan masing-

masing. Pengembangan ini diasumsikan adanya perbaikan dan pembangunan struktur jaringan

jalan baru, mengikuti potensi pusat-pusat yang ada dan sekaligus mengembangkan pusat baru

dengan skala tidak terlalu besar.

Pusat dan sub adalah Pusat Utama Kota di Jalan Margonda Raya (Kecamatan Pancoran Mas),

saat ini berada dalam keadaan berkembang yang melayani hampir seluruh kota.

Sub Pusat Cinere, di Cinere (Kecamatan Limo), relatif sudah berkembang dengan melayani

masyarakat Cinere dan sekitarnya.

Sub Pusat Cisalak, (Kecamatan Sawangan), relatif sedang berkembang namun masih

memerlukan penataan kembali yang melayani kegiatan grosir dan eceran.

Sub Pusat Citayam, (Kecamatan Pancoran Mas) yang berdekatan dengan Stasiun KRL,

kini dalam taraf sedang berkembang yang memiliki kegiatan niaga grosir terbatas dan

eceran.

Sub Pusat Sawangan, di Rangkapan Jaya Baru dan Sawangan Baru (Kecamatan

Sawangan).

Sub Pusat Cimanggis, di Jatijajar (Kecamatan Cimanggis).

Penetapan fungsi dan lokasi pusat dan sub pusat kota adalah sebagai berikut :

Pusat Kota : sebagai pusat utama, area yang diarahkan sebagai pusat primer merupakan

pengembangan dari pusat kota yang telah ada saat ini. Pusat kegiatan kota ini menjadi

konsentrasi wilayah peruntukan fungsi pelayanan skala kota dan wilayah.

Page 4: Kota Depok Dan Jaringan Jalan

Rencana pusat kegiatan kota akan meliputi kecamatan Beji dan Pancoran Mas, dengan arahan

pengembangan kegiatan jasa dan perdagangan skala kota dan wilayah, pusat perkantoran serta

penempatan fasilitas umum dengan skala pelayanan kota.

Sub Pusat: dimaksudkan untuk mendorong terbentuknya pemerataan lingkup pelayanan

kegiatan kota sebagai antisipasi perkembangan kota yang didorong fakta adanya kebutuhan

pelayanan masyarakat di luar wilayah Kota Depok. Sub pusat ini terdiri dari komponen kegiatan

yang telah ada maupun yang didorong dengan potensi ruangnya dengan skala pelayanan

bagian wilayah kota.

Konsep pengembangan[sunting | sunting sumber]

Pengembangan struktur ruang kota selain berdasarkan adanya potensi kecenderungan (trebd

oriented), mengarah pula pada faktor pembentukan struktur ruang yang optimal (target oriented).

Konsep struktur tata ruang Kota Depok pada masa datang dikembangkan melalui pengolahan

potensi pengembangan infrastruktur, luasan wilayah dan jenis kegiatan yang akan berkembang

sesuai dengan fungsi kota.[7]

Berdasarkan pertimbangan pola sebaran kegiatan dan fungsi, secara makro konsep wilayah

pengembangan Kota Depok memiliki ciri sebagai berikut :

1. Wilayah Barat : Fungsi jasa perdagangan/agribnisnis dan pergudangan, wisata,

permukiman kepadatan rendah dan tinggi.

2. Wilayah Tengah : Fungsi pusat perdagangan dan jasa perkantoran, pergudangan,

pendidikan, wisata dan permukiman kepadatan sedang dan tinggi.

3. Wilayah Timur : Fungsi permukiman kepadatan rendah, sedang dan tinggi,

perdagangan dan jasa pergudangan, perkantoran, wisata dan industri yang ramah

lingkungan.

Rencana jaringan jalan[sunting | sunting sumber]

Jaringan jalan sebagaimana dimaksud meliputi penetapan fungsi jalan dan peningkatan

kapasitas serta jaringan jalan. Penetapan fungsi jalan meliputi : jalan tol, jalan arteri primer , jalan

arteri sekunder, jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder. Rencana jaringan jalan

dimaksud, diantaranya, rencana ruas Jalan Tol Cinere-Jagorawi, ruas jalan tol Depok-Antasari

dan rencana pembangunan jalan baru dari jalan raya bogor-margonda melalui jalur pipa gas

(jalan juanda) serta beberapa jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer dan

jalan kolektor sekunder, begitu juga pembangunan Fly Over jalan Arif Rahman Hakim dan Fly

Over jalan Dewi Sartika. [8][9]

Sistem jaringan jalan Kota Depok memang mempunyai pola radial, yang mana jalan utama

berfungsi sebagai jalan arteri sekunder yaitu ruas Jalan Tole Iskandar,Jalan Siliwangi, Jalan

Dewi Sartika, Jalan Raya Sawangan dan Jalan Raya Parung (arteri primer) menghubungkan

antara bagian barat dan timur Kota Depok.

Page 5: Kota Depok Dan Jaringan Jalan

Kemudian, jalan-jalan tersebut disambung dengan ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara

bagian utara dan selatan Kota Depok yaitu ruas Jalan Raya Bogor (arteri primer), Jalan

Margonda (kolektor primer), Jalan Cinere Raya, Jalan Limo Raya, Jalan Raya Meruyung (ketiga

ruas jalan tersebut berfungsi sebagai jalan kolektor sekunder), Jalan Keadilan, Jalan Pitara,

Jalan Pramuka, Jalan Krukut Raya, Jalan Gandul Raya, Jalan Abdul Wahab, Jalan Tanah Baru

dan Jalan Cinangka Raya. ruas-ruas ini merupakan penghubung yang penting antara bagian

utara-selatan dan timur-barat Kota Depok.[10]

Susilowati, Wahyuni ; Nurwidyaningrum, Dyah ;

Lembaga Penelitian Teknik Politeknik Negeri Jakarta200671108/1404

78 hal., lamp.Open spaces - Depok;Cities and towns - Depok;City planning - Depok

Lokasi penelitian adalah sepanjang koridor jalan Margonda, di Pusat Kota Depok. Jalan Margonda adalah pintu ulama akses yang menghubungkan Jakarta-Depok. Penelitian difokuskan pada Rencana Penataan jalan Margonda dan fasade bangunan di sepanjang jalan Margonda 5,1km, tepatnya dari simpang susun Kota Depok sampai persimpangan jalan Dewi Sartika Adapun batas-batas lokasi penelitian, adalah : Utara: Jalan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Timur: Fasade Bangunan sebelah timur, Barat: Fasade Bangunan sebelah barat, dan Selatan : Pertigaan jalan Dewi Sartika. Kondisi klimatologi Koridor jalan Margonda termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson, dimana musim kemarau dimulai antara bulan April-September dan musim penghujan antara bulan Oktober-Maret. Sedangkan kondisi geologi di daerah ini merupakan lapisan horizontal, atau sayap lipatan dengan kemiringan lapisan hampir datar, serta mendatar yang diperkirakan berarah utara-selatan. Masalah utilitas secara umum dapat dipenuhi dengan baik,yaitu: air bersih, drainase, limbah, persampahan, telepon, kantor pos dan listrik, serta hidran. Sesuai dengan RTRW Tahun 2010, arah penataan sebagian besar koridor Jalan Margonda menurut tata guna lahannya adalah sebagai jasa komersial, perdagangan dan perkantoran dengan bentuk dan massa bangunan yang sesuai. Masalah jalan pedestrian; akan diadakan dan menjadi perhatian, masalah sirkulasi;untuk tidak mengadakan kegiatan yang membangkitkan kendaraan,masalah parker; arahan offstreet. Mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH);diutamakan welcome area(Zona 1). Mengenai kegiatan pendukung, yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) disebutkan dalam RTRW ditentukan PKL tertentu saja Sinage (tanda-tanda) tidak diatur dalam RTRW tersebut. Kondisi eksisting pemanfaatan ruang terbuka koridor Jalan Margonda diuraikan dalam lima wilayah penataan yaitu: Zona I dari Simpang Susun UI sampai dengan Wilayah Kober, Zona 2 dari Wilayah Kober sampai dengan Persimpangan Juanda, Zona 3 dari Persimpang Juanda sampai dengan Persimpangan Ramanda, Zona 4 dari Persimpangan Ramanda sampai dengan perbatasan dengan Kantor Walikota, dan Zona 5 dari Kantor Walikota sampai dengan Persimpangan Dewi Sartika. Hasil analisis perbandingan RTRW Kota Depok Tahun 2010 dengan kondisi eksiting pemanfaatan ruang terbuka koridor Jalan Margonda menunjukkan adanya beberapa kesesuaian arah perkembangan kondisi eksisting dengan arahan RTRW, namun banyak pula arah perkembangan kondisi eksisting yang sudah tidak sesuai dengan arahan RTRW,sehingga perlunya konsep disain yang baru dalam penataan koridor Jalan Margonda. Konsep Disain dalam penelitian ini meliputi 7 kategori penataan, yailu: Tata Guna Lahan(TGL), bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jalan Pedestrian, Penempatan Tanda-tanda dan Kegiatan Pendukung. Uraian Konsep Disain berdasarkan pendaerahan sesuai dengan setiap Zona yang telah ditelah ditentukan.

Page 6: Kota Depok Dan Jaringan Jalan
Page 7: Kota Depok Dan Jaringan Jalan
Page 8: Kota Depok Dan Jaringan Jalan

Penelitian ini berawal dari permasalahan semakin menurunnya kualitas resapan air di kawasan kota Depok, akibat pertumbuhan kota secara fisik cepat dan tidak terkendali yang mempengaruhi

keersediaan air bersih dan sistem drainase alami bagi daerah di sekitarnya. Fenomena ini memberikan kondisi yang merugikan bagi pemanfaatan ruang terbuka perkotaan berupa

penurunan kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau (RTH) kota. Tujuan penelitian ada tiga yaitu untuk menganalisis secara spasial penurunan RTH kota Depok menggunakan data satelit Landsat multi temporal, menganalisis RTH kota Depok melalui pendekatan model konservasi air dan memberikan arahan revegetasi yang menunjang Kota Depok sebagai kawasan konservasi

air.