jaringan jalan

Upload: muhammad-riski-isrami

Post on 07-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ini nah samamu

TRANSCRIPT

BAB 5

Rencana Jaringan Prasarana

5.1 Rencana Jaringan Transportasia. Rencana Pengembangan Jaringan JalanPengembangan jalan di Kawasan Tiram dilakukan dengan memantapkan fungsi jalan, pembuatan jalan baru terutama yang berfungsi menghubungkan pusat-pusat kegiatan.Tabel Fungsi Jalan dan Persyaratan Teknis JalanNo.Fungsi JalanPersyaratan Teknis

1. Arteri Sekunder 1. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter. 2. Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata. 3. Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.4. Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

2. Kolektor Sekunder 1. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.2. Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata. 3. Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.4. Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

3. Lokal Sekunder Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.

4. Lingkungan Sekunder 1. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter. 2. Persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.3. Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

b. Jalur Pejalan KakiSistem sirkulasi bagi pejalan kaki pada kawasan perencanaan terdiri dari jalur pejalan kaki primer yang membentang di pinggir Jalan Arteri Primer (daerah Bandar Udara Internasional Minangkabau). Jalur pejalan kaki ini mendorong terciptanya pergerakan manusia yang terpisah dari kendaraan. Sirkulasi pejalan kaki dapat melalui daerah hijau, trotoar, menebus bangunan seperti pedestrian arcade.Selain jalur tersebut, dalam rencananya jalur pejalan kaki juga akan dibangun disepanjang jalan arteri primer serta jalur jalan yang menuju Bandara BIM. Adapun jalur pejalan kaki yang masuk dalam rencana adalah : Dalam areal Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM) Sepanjang jalan arteri primer yang didukung oleh sarana penunjang aktifitas masyarakat Dalam areal GOR (Gelanggang Olahraga) Semen Padang Sepanjang jalan kolektor primer yang menghubungkan antara sarana pelayanan umum serta SWK, dan sejenisnya Dan sarana pelayanan umum lainnya.c. Rencana Jalur Kereta ApiPengembangan jaringan jalur kereta api diarahkan melalui pembangunan jalan pintas (shortcut) antara Nagari Kasang menuju Nagari Katapiang atau dalam hal ini areal menuju Bandara Udara Interasional Minangkabau. Jalur ini juga yang akan memotong jalur sebelumnya yang telah ada, yang menghubungkan antara Lubuk Alung Padang.d. Rencana Pengembangan Sistem ParkirSistem parkir di luar badan jalan (off street) diarahkan pada kawasan-kawasan yang banyak menarik pergerakan lalu lintas, meliputi :a. Kawasan perdagangan dan jasa ;b. Kawasan perkantoran ;c. Kawasan pariwisata ;d. Kawasan pendidikan ; dane. Kawasan pelayanan umum.Sistem parkir dalam bangunan dikembangkan secara terbatas pada bangunan-bangunan bertingkat yang memiliki aktifitas tinggi. Selain jaringan jalan dan terminal, dalam jaringan pergerakan yang penting juga adalah tempat parkir.

5.2 Rencana Jaringan Air BersihPemenuhan kebutuhan air bersih di Kawasan Tiram saat ini dilayani oleh PDAM Padang Pariaman. Pelayanan air bersih oleh PDAM Padang Pariaman bersumber pada 11 mata air, 4 sungai, dan 3 sumur pompa yang semua tersebar di Kabupaten Padang Pariaman. Selain itu juga, di Kawasan Tiram masih menggunakan sumber dari sumur galian sebagai pemenuhan kebutuhan air bersih sehari-hari. Sistem penyediaan air bersih direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih suatu daerah termasuk didalamnya bagian daerah yang dikembangkan menjadi suatu kawasan tertentu dengan pengelolaan system penyediaan air bersih dipertanggungjawabkan oleh pemerintah setempat. Air bersih yang diperoleh sebagai hasil pengolahan dari air baku tidak hanya cukup tersedia, tetapi harus tersalurkan keseluruh wilayah.Strategi pengembangan system penyediaan air bersih di Kawasan Tiram dibuat untuk masa perencanaan secara progresif untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang diproyeksikan dengan target yang akan dicapai pada setiap tahapnya meliputi : Penyediaan sistem pelayanan air bersih, menyangkut unit produksi, distribusi dan sambungan langganan, termasuk penanggulangan kebocoran; Kegiatan operasi dan pemeliharaan secara berkala; Penyiapan program untuk menanggulangi kebocoran, pelatihan operator dan tenaga administrasi serta penyuluhan kepada masyarakat; dan Cakupan pelayanan pada akhir tahun rencana adalah sebanyak 100% dari penduduk Kawasan Tiram.Sistem jaringan air baku untuk air minum di Kawasan Tiram meliputi:1. Melakukan optimasi sistem:a. Memanfaatkan kapasitas sisa dengan memperluas cakupan pelayanan dengan menambah jaringan distribusi dan pemasangan SL dan HU baru;b. Menekan tingkat kebocoran sehingga air idle dapat dimanfaatkan untuk peningkatan cakupan pelayanan ;danc. Peningkatan kualitas pelayanan dengan melakukan operasi dan pemeliharaan sesuai dengan standar operasi dan prosedur.2. Melakukan pengembangan sistem:a. Pembangunan system penyediaan air bersih baru untuk daerah yang belum terlayani; danb. Membuka peluang untuk kemitraan dengan masyarakat dan swasta.3. Pengembangan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan di kawasan budidaya dari sumber air tanah dan air permukaan;4. Pengembangan tampungan air dikawasan budidaya harus terpadu sebagai upaya untuk penambahan cadangan air baku daerah;

PenyusunanRencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Tiram

PENDAHULUAN | 1 - 6

PENDAHULUAN | 1 - 9

Tabel ProyeksiKebutuhan Air Bersih Kawasan TiramTahun 2015-2035NoTahunJumlahPenduduk(Jiwa)Kebutuhan Air Bersih

DomestikHidranUmumKomersial/IndustriFas.SosialTotalTingkat KebocoranJumlah

(Ltr/Org/Hr)(Ltr/Org/Hr)(Ltr/Org/Hr)(Ltr/Org/Hr)(Ltr/Org/Hr)(m3/Hr)

22020660009.900.0002.640.0001.980.000990.00015.510.0003.102.00018.612

320256688810.033.2002.675.5202.006.6401.003.32015.718.6803.143.73618.862

420306792210.188.3002.716.8802.037.6601.018.83015.961.6703.192.33419.154

520356910110.365.1502.764.0402.073.0301.036.51516.238.7353.247.74719.486

Sumber: HasilAnalisa, 2015

5.3 Rencana Jaringan ListrikKawasan Tiram sudah teraliri Jaringan listrik yang disediakan oleh PLN dan sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kecamatan Batang Anai dan Kecamatan Ulakan Tapakis. Penggunaan jaringan listrik atau PLN di Kecamatan Batang Anai cukup tinggi mengingat Kawasan tersebut merupakan pusat pertumbuhan dan pusat pengembangan yang diarahkan sebagai kawasan strategis Kabupaten Padang Pariaman.Rencana jaringan listrik Kawasan Tiram dimasa mendatang berupa peningkatan dan pengembangan jaringan listrik yang diprioritaskan pada penyediaan sambungan baru melalui penyambungan jaringan yang ada ke wilayah baru mengikuti jaringan listrik yang sudah ada. Pengembangan listrik meliputi penentuan lokasi yang akan dilayani, jenis pelayanan, distribusi jaringan(tegangan menengah,distribusi dansebagainya)serta distribusi gardu.Prinsip dasar perencanaan jaringan listrik di Kawasan Tiram dalam pendistribusiannya ke konsumen dapat dilakukan melalui:1. Gardu Induk (GI), distribusi utama jaringan tegangan menengah70150 KV, yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari Gardu Induk (GI) ke Gardu Distribusi (GD) atau ke industri-industri dengan jarak pelayanan ideal mencapai 8 Km hingga maksimum berjarak 12 Km.2. Gardu Distribusi (GD), yang berfungsi sebagai penurun tegangan, dari tegangan menengah 70KV150 KV menjadi tegangan rendah 380V/220V, untuk melayani kebutuhan sehari-hari konsumen domestik;3. Jaringan Tegangan Rendah, merupakan jaringan distribusi dari GD ke konsumen langsung yang menggunakan system distribusi melingkar dengan system penyaluran melaluikabel tanah yang prioritas pengembangannya dilakukan di pusat pemerintahan, serta melalui kabel udara dengan biaya yang rendah yang dikembangkan dipermukiman penduduk

Tabel Proyeksi Kebutuhan Listrik Kawasan Tiram Tahun 2015-2035NoTahunJumlahPenduduk(Jiwa)KebutuhanListrik (VA)Jumlah

RumahTanggaFasilitasIndustriPerkantoranPeneranganJalanCadanganListrik

1202066.000 11.055.000 2.763.750 921.250 1.105.500 2.211.000 18.056.500

2202566.888 11.203.740 2.800.935 933.645 1.120.374 2.240.748 18.299.442

3203067.922 11.376.935 2.844.234 948.078 1.137.694 2.275.387 18.582.327

4203569.101 11.574.418 2.893.604 964.535 1.157.442 2.314.884 18.904.882

Sumber: HasilAnalisis, 20155.4 5.5 Rencana Jaringan TelekomunikasiPrasarana telekomunikasi mempunyai arti penting yaitu sebagai stimulan pertumbuhan ekonomi wilayah dan berperan penting dalam pengembangan kualitas masyarakat (sosialbudaya). Salah satu prasarana telekomunikasi yang cukup penting di Kawasan Tiram adalah telepon yang dikelola oleh PT. Telkom. Sebagai salah satu prasarana komunikasi yang cepat, telepon makin dibutuhkan untuk saat ini dan masa yang akan datang. Sistem jaringan telekomunikasi bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi. Sistem jaringan telekomunikasi yang dikembangkan untuk wilayah Kawasan Tiram meliputi: Memanfaatkan Jaringan Nirkabel sebagai jaringan telekomunikasi Perkotaan; Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama. Meningkatkan pelayanan jaringan dengan pembangunan menara telekomunikasi;Tabel Proyeksi Kebutuhan Telekomunikasi Kawasan Tiram Tahun 2015-2035NoTahunJumlah Penduduk (jiwa)Kebutuhan TeleponJumlah

Rumah TanggaFas.SosialKomersialUmumTotal

(SST/Org)(SST/Org)(SST/Org)(SST/Org)(SST/Org)

1202066000660264440661.430

2202566888669268446671.449

3203067922679272453681.471

4203569101691276461691.497

Sumber: Hasil Analisa, 2015Dalam rangka memenuhi kebutuhan jaringan telekomunikasi tiap Nagari/Kecamatan di Kawasan Tiram. Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman, PT. Telkom dan penyedia jaringan telepon seluler swasta perlu mengembangkan sistem jaringan telepon yang terintegrasi. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi tersebut untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi yang semakin meningkat seiring kemajuan teknologi. Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman, bersama-sama dengan PT. Telkom dan provider swasta, sesuai kebijakan pengembangan jaringan telekomunikasi di Kawasan Tiram, kedepan mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi dengan tetap mengembangkan jaringan telepon kabel mengikuti dan terintegrasi dengan jaringan jalan dan kawasan perumahan. Jaringan bergerak seluler yang dikembangkan diarahkan berupa menara bersama telekomunikasi. Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi pelayanan, keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitarnya.Adapun yang menjadi tahapan pengembangan jaringan telekomunikasi di Kawasan Tiram yaitu tahapan dalam pembangunan dan pengembangannya, antara lain yaitu : Stasiun pemancar BIM Pembangunan BTS yang lebih berkualitas di titik-titik yang belum terjangkau jaringannya Penambahan dan pengembangan jaringan telepon kabel di beberapa titik yang masih belum terjangkau sama sekali oleh jaringan telekomunikasi ( PT. Telkom).

5.6 Rencana Jaringan DrainasePada prinsipnya pengembangan sistem jaringan drainase di Kawasan Tiram tetap memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada serta memanfaatkan sungai-sungai alam dan badan air sebagai sistem pembuangan alamiah sekaligus berfungsi sebagai badan air penampungan dari limpasan air hujan sebagai jaringan pembawa menuju badan air penerima.Menurut letak salurannya di Kawasan Tiram terdapat Drainase permukaan tanah (surface drainage), yaitu saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Dan di Kecamatan ini belum seluruh kawasan yang memiliki jaringan drainase, meski demikian beberapa spot ataupun kawasan telah memiliki jaringan drainase, meski lebar dan kondisi perkerasannya belum memadai.Pedoman yang digunakan dalam penyusunan kerangka rancangan umum sistem drainase adalah sebagai berikut : Pemanfaatan sistem drainase yang ada secara optimal, baik sungai maupun anak sungai Jalur saluran diusahakan mengikuti kemiringan topografi daerah perencanaan Mengintegrasikan perencanaan sistem drainase dengan kondisi eksisting yang ada dan drainase makro alami Mudah dan ekonomis untuk dilaksanakan, dengan kriteria teknis yang perlu diperhatikan seperti pada tabel berikut.Tabel Kriteria Drainase Kawasan PerencanaanNoKemiringan LahanKerapatan Saluran (m/100 Ha)Keterangan

PrimerSekunderTersierTotal

10-2%8005.10014.10020.000Vmin 0,6 m/dt

22-5%6004.08011.28015.960

35-15%4803.0608.46012.000

415-40%3202.0405.6408.000Vmak 2,5 m/dt

5>40%Tidak Direkomendasikan

Prioritas daerah pelayanan ditentukan berdasarkan atas dampak yang paling buruk dari suatu daerah akibat genangan atau pelayanan dari suatu sistem drainase yang ada, pada dasarnya kriteria dari prioritas genangan adalah penilaian terhadap faktor-faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis yang ditinjau adalah kondisi dari saluran drainase, tinggi genangan yang terjadi, waktu terjadinya pasang dan surut dari genangan serta luas genangan. Sedangkan faktor non teknis yang ditinjau adalah prioritas pengembangan Kawasan dalam pembangunan suatu kawasan yang memerlukan sarana dan prasarana pendukung seperti jaringan drainase serta jumlah penduduk yang terkena dampak langsung. Peningkatan dan pengembangan jaringan drainase diarahkan di seluruh kawasan dengan konsep mengikuti jaringan jalan di Kawasan Tiram.

Langkah dan Strategi Pengembangan Jaringan Drainase :Untuk itu perlu dibuat suatu prioritas penanganan dalam satu sistem, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan (terutama permasalahan genangan banjir di beberapa titik lokasi perencanaan) secara tuntas dan terpadu, yang tahapannya sebagai berikut :Prioritas I :Perbaikan dengan cara memperlebar saluran drainase pada pusat pelayanan yang mempunyai jumlah penduduk yang cukup padat, serta tempat-tempat yang mempunyai frekuensi lalu lintasnya cukup besar, seperti pusat pemerintahan, pasar (pusat kegiatan perekonomian), dan sebagainya. Hal ini bertujuan mengurangi genangan air pada waktu musim hujan.Prioritas II :Memperbaiki saluran drainase dengan cara normalisasi atau pelapisan (penurapan) saluran drainase di pinggir sepanjang jalan yang ada dan nantinya bisa diteruskan hingga mencapai saluran drainase utama sebagai saluran pembuangan akhir atau catchment area. Pelapisan ini bertujuan untuk menghindari longsornya tanah disekitar dinding saluran yang dapat menimbulkan sedimen. Prioritas III :Pembuatan saluran drainase baru yang terintegrasi dan terpadu dengan sistem jaringannya, terutama pada daerah-daerah yang belum terlayani oleh saluran drainase.

Arahan pengembangan sistem jaringan drainase yang berhirarki di Kawasan Tiram diantaranya adalah :1. Mengatur kembali sistem jaringan drainase yang berhirarki dan terpadu sesuai fungsinya, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.2. Normalisasi dan rehabilitasi saluran-saluran pembuangan yang ada dan sungai-sungai yang dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan air hujan agar tidak terjadi luapan akibat air hujan tidak dapat dialirkan dengan cepat. 3. Normalisasi catchment area seperti sungai yang mengalami sedimentasi agar kapasitas daya tampungnya dapat dioptimalkan.4. Pengembangan sistem jaringan drainase sekunder (drainase pengumpul) pada setiap sisi jalan dengan menggunakan lapis perkerasan (lining) yang alirannya disesuaikan dengan kondisi topografinya, sehingga tidak terjadi genangan di badan jalan pada saat musim hujan, yang selanjutnya dialirkan ke saluran primer atau langsung dialirkan ke saluran pembuangan akhir (catchment area).5. Pembuatan sistem saluran drainase tersier yang pengembangannya saling terintegrasi dan terpadu dengan sistem jaringan drainase kotanya, terutama di wilayah permukiman yang belum ada jaringan drainasenya dan di wilayah permukiman baru.

5.7 Rencana Jaringan IrigasiSistem jaringan irigasi bertujuan untuk melayani kebutuhan air baku pada areal persawahan di Kawasan Tiram dengan pemanfaatan lahan sebagai berikut :Tabel Luas Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Tiram Tahun 2015Jenis PemanfaatanSBKNagariLuas (Ha)

Pertanian Lahan KeringSBK ANagari Ulakan545.12

SBK BNagari Tapakis1010.72

SBK CNagari Katapiang982.95

SBK DNagari Kasang164.25

SBK DNagari Katapiang1137.69

SBK DNagari Sungai Buluh31.03

Total3871.75

SawahSBK ANagari Ulakan633.81

SBK BNagari Tapakis589.21

SBK CNagari Katapiang811.36

SBK DNagari Kasang25.20

SBK DNagari Katapiang178.13

SBK DNagari Sungai Buluh35.97

Total2,273.67

Sumber : Hasil Pengolahan Data Citra Satelit dan Survei Lapangan Tahun 2015

5.8 Jaringan Air LimbahPengembangan jaringan air limbah dilakukan dengan orientasi lokasional dengan memperhatikan kepadatan penduduk serta kondisi fisik kawasan yang akan dilayani serta pembangunan instalasi pengolahan dan pembuangan lumpur tinja. Konsep pengembangan jaringan air limbah pada prinsipnya adalah pengembangan penanganan air limbah yang berwawasan lingkungan/ramah lingkungan, dimana air limbah yang dihasilkan dapat didaur ulang dengan sistem pengolahan tertentu dan tidak mencemari lingkungan. Pengolahan air limbah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : Air limbah dilarang dibuang secara langsung menuju alam dan menjamin bahan buangan yang disalurkan ke alam lepas tidak merusak lingkungan. Pelayanan jaringan perpipaan/instalasi pengolahan air limbah prioritas pada kegiatan industri, perdagangan, sarana pelayanan umum dan perkantoran. Mengurangi resiko yang diakibatkan oleh limbah.Volume air buangan setiap hari secara umum diperkirakan 70 % dari volume kebutuhan air bersih. Untuk perkiraan volume air buangan di Kawasan Tiram dipakai standar perhitungan air buangan minimal (70% dari kebutuhan air bersih) dengan asumsi bahwa kawasan tidak terbangun di Kawasan Tiram sudah relatif terbatas sehingga peresapan air tidak terlalu tinggi. Berdasarkan asumsi di atas dapat dihitung perkiraan volume air buangan sampai akhir tahun perencanaan. Tabel Timbulan Air Limbah Kawasan Tiram Tahun 2015-2035NoSANITASI/DRAINASETahun ProyeksiStandartTahun Proyeksi

20202025203020352020202520302035

Kebutuhan Air BersihVolume Air Limbah m3/hr

1Limbah Air Kotor (M3)18.61218.86219.15419.48670%xAir Bersih13.02813.20413.40813.641

Jumlah Penduduk (jiwa)Jumlah (unit)

2Septicktank/Rt (unit)66.00066.88867.92269.1011 unit (5 penduduk)16.50016.72216.98117.275

3Septicktank umum/MCK78.66786.85595.895105.4771 unit (1000 pddk)798796105

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Jenis Produksi Limbah dapat dibedakan sebagai berikut :a. Air Limbah Rumah Tangga Sistem penyaluran air limbah bekas mandi dan cuci rumah tangga dialirkan tergabung dengan saluran drainase, dimana dalam saluran dibuatkan ruang tambahan pada dasar saluran untuk pengaliran air buangan rumah tangga.b. Limbah KakusSistem penanganan limbah kakus/tinja diarahkan untuk menggunakan Tanki Septik Komunal, dikarenakan beberapa tahun kedepan kawasan perkotaan memiliki kecendrungan semakin padat dan mengalami keterbatasan lahan. c. Instalasi Pengolahan Air Limbah Perencanaan pembangunan Instalasi Pengolah Air Limbah khususnya limbah domestik rumah tangga/domestik.d. Limbah Industri Dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah industri yang buangannya harus sesuai dengan baku mutu effluent, sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air penerima.

Rencana pengolahan limbah di wilayah perencanaan terdiri atas 2 sistem, yaitu: Pengolahan secara individual (on-site treatment), pengolahan secara individual limbah domestik dilakukan secara sendiri-sendiri di rumah-rumah atau di sumbernya. Sistem yang sering digunakan adalah septic tank.

Gambar 6.8Sistem Pengelolaan Air Limbah Cara Setempat (Onsite Treatment)

TANGKI SEPTIKCubluk Tunggal

Pengolahan secara komunal atau terpusat (off-site treatment), Pada sistem pengelolaan secara terpusat, seluruh limbah rumah tangga dialirkan dan dikumpulkan secara bersama dalam satu wilayah pelayanan, untuk dibawa ke suatu lokasi pengolahan akhir. Pada sistem ini seluruh air limbah rumah tangga dialirkan dan dikumpulkan melalui pipa tersier, ke pipa sekunder, dari pipa sekunder dialirkan menuju pipa pengumpul utama untuk selanjutnya dialirkan menuju lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Gambar 6.10Sistem Pengelolaan Air Limbah Cara Komunal (Off-site treatment)

Sistem pengelolaan air limbah ini erat hubungannya dengan sanitasi atau kesehatan lingkungan, sehingga pengelolaan air limbah ini harus benar-benar direncanakan dengan sebaik mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, arahan rencana pengelolaan air limbah di Kawasan Tiram dilakukan dengan menggunakan sistem pengolahan setempat (on site system sanitation), yaitu dengan mengembangkan sistem penggunaan tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan kuantitas dan kualitasnya, serta sebaiknya melengkapinya dengan bidang resapan dan sistem komunal (off Site System Sanitation). Mengingat penyediaan WC yang dilengkapi tangki septik ini tidak semua golongan masyarakat mampu menyediakannya karena harus tersedia lahan yang cukup luas, maka dalam pengadaannya dibutuhkan bantuan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman yang berupa penyediaan WC atau MCK umum. Adanya tangki septik ini diharapkan kotoran zat-zat organik yang diendapkan setelah beberapa waktu akan mengalami pembusukan yang tidak akan mencemari lingkungan dan dapat menghasilkan pupuk untuk tanaman, yang secara teknis digambarkan berikut : Dasar tangki septik dibuat miring untuk pengendapan lumpur dengankapasitas kurang lebih 30 lt/org/tahun, dengan frekuensi penyedotan 1 4 tahun. Ruang gas disediakan sebesar 30 cm. Bidang resapan memiliki dimensi lebar 50 cm, panjang 150 cm dan kedalaman 70 cm.Mengingat pemakaian tangki septik membutuhkan lahan yang cukup luas, maka bagi daerah yang padat dilakukan dengan sistem perpipaan dahulu untuk seterusnya dialirkan menuju tangki septik komunal. Sehingga dapat mengikat secara bertahap dari rumah tangga menjadi sistem kawasan atau bahkan menjadi sistem kota. Sistem pengumpul dan penyaluran, Sistem pengumpul limbah cair umumnya digunakan pipa atau sistem rioolering, dalam sistem penyaluran limbah cair dapat digunakan 2 (dua) sistem penyaluran yaitu penyaluran tercampur dan penyaluran terpisah, pada sistem penyaluran tercampur limbah cair domestik yang berasal dari air bekas cuci dan air hujan disalurkan melalui satu saluran. Sedangkan pada saluran terpisah, limbah cair domestik (air bekas dan air kotor) disalurkan terpisah dengan air hujan. Penggunaan tangki septik ini diharapkan kotoran zat-zat organik yang diendapkan setelah beberapa waktu akan mengalami pembusukan yang tidak akan mencemari lingkungan.

5.9 Rencana Sistem PersampahanPengelolaan persampahan di kawasan perencanaan dikembangkan dalam menciptakan kawasan perkotaan ramah lingkungan. Pada saat ini pengelolaan sampah dilakukan secara individual, yang sebagian besar dilakukan dengan cara dibuang langsung ke tanah, ditanam ataupun dibakar. Untuk menghindari terjadinya pencemaran udara, tanah maupun air dilakukan pengelolaan sampah secara terpadu. Dalam Pengelolaan Sampah Terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan Sampah Perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah perlu dibuat dengan tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaaan sampah yang modern, dapat diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Dalam sistem tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif.Prinsip berwawasan lingkungan merupakan salah satu jawaban membangun kabupaten/kota yang lebih baik karena secara efisien menggunakan sumber daya yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan menekan penggunaan sumberdaya, meminimalkan jumlah limbah, mengurangi penggunaan air, udara, tumbuhan, fauna ataupun danau dengan komponen buatan jalan, bangunan, jembatan, dan jaringan sarana prasarana kota. Dalam pengembangan sistem pengelolaan persampahan bagi kawasan perencanaan, maka pertimbangan dari sistem pengelolaan persampahan dengan strategi sebagai berikut :1. Penggunaan Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu menuju Zero Waste yang ramah lingkungan.2. Penyediaan sarana dan prasarana persampahan berdasarkan kebutuhan dan pelayanan penduduk pendukungnya. 3. Dalam sistem perencanaan untuk kawasan baru terbatas pada pelayanan kawasan dan penyediaan sarana persampahan berupa Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Tempat Pengolahan Sampah 3 R Terpadu (TPS3RT).4. Pengolahan pada sumber sampah, sehingga dapat mereduksi sampah menuju TPA.5. Dukungan dan peran aktif masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang hijau dan bersih menjadi kunci penentu keberhasilan pengelolaan lingkungan yang berbasiskan sanitasi.Tabel Timbulan Sampah Kawasan Tiram Tahun 2015-2035NoKeteranganStandardTimbulan/kebutuhan

(l/org/hari)2020202520302035

l/harim3/haril/harim3/haril/harim3/haril/harim3/hari

1Domestik2132.000132133.776134135.844136138.202138

2Sarana Umum/Sosial0,533.0003533.4443334.5513534.55135

3Komersial0,2516.5001716.7221716.9811717.27517

4Total Timbulan Sampah-181.500184183.942184187.375187190.028190

5Kebutuhan Bak/Tong1 unit/50l3.630 -3.6793.7483.801

Sampah

6Kebutuhan Gerobak1 unit/2m3-92-92-94-95

Sampah

7Kebutuhan TPS1 unit /6 m3 -31-31-31-32

8Kebutuhan Truk1 unit/18 m3 -10-10-10-11

Sampah(3 trip)

Sumber: Hasil Analisa, 2015

Untuk pola penanganan persampahan maka dapat direncanakan mengenai sistem pengelolaan sampah, pengangkutan dan pengumpulan sampah, sebagai berikut:a. Pola Individual Langsung dapat dilakukan dengan persyaratan dan kondisi sebagai berikut :1. Kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 5%) sehingga alat pengumpul non mesin sulit beroperasi.2. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.3. Kondisi dan jumlah jalan memadai.4. Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/harib. Pola Individual Tidak Langsung dapat dilakukan dengan persyaratan dan kondisi sebagai berikut :1. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya rendah.2. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.3. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.4. Bagi kondisi topografi datar (rata-rata > 5%) dapt menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak).5. Kondisi lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa menganggu pemakai jalan lainnya.6. Organisasi pengelola harus siap dengan sistem pengendalian.c. Pola Komunal Langsung dapat dilakukan dengan persyaratan dan kondisi sebagai berikut :1. Bila alat angkut terbatas.2. Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah.3. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah (kondisi daerah berbukit, jalan sempit)4. Peran serta masyarakat tinggi.5. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut/truk.6. Untuk permukiman tidak teratur.d. Pola Komunal Tidak Langsung dapat dilakukan dengan persyaratan dan kondisi sebagai berikut :1. Peran serta masyarakat tinggi.2. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah terjangkau alat pengangkut.3. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.4. Bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%), dapat menggunakan penggumpul non mesin (gerobak), bagi kondisi topografi > 5% dapat menggunakan pikulan, karung dll.5. Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya.6. Harus ada organisasi pengelolae. Pola Penyapuan Jalan dapat dilakukan dengan persyaratan dan kondisi sebagai berikut :1. Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan.2. Penanganan penyapuan tiap daerah berbeda tergantung pada fungsi dan nilai daerah yang dilayani.3. Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA.4. Pengendalaian personel dan peralatan harus baik.

Perencanaan Operasional Pengumpulan harus memperhatikan :1. Ritasi antara 1 4 ritasi/hari2. Periodisasi antara 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali tergantung dari kondisi komposisi sampah (semakin besar persentase sampah organik periodisasi pelayanan maksimal sehari), kapasitas kerja, desain peralatan dan kualitas pelayanan.3. Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap.4. Mempunyai petugas yang tetap dan dapat dipindahkan secara periodik.5. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah.Pelaksananan pengumpulan sampah dapat dilakukan oleh petugas kebersihan atau swadaya masyarakat (pribadi, institusi, badan swasta atau dikelola oleh RT/RW).

5.10 Jalur dan Ruang Evakuasi BencanaKawasan Tiram memiliki kawasan multiresiko bencana yang dapat mengancam keselamatan penduduk dan kegiatan yang ada di Kawasan Tiram. Dalam upaya penanggulangan dan penyelamatan akibat resiko bencana tersebut, maka diperlukan upaya mitigasi bencana salah satunya dengan penyediaan upaya tanggap terhadap bencana dengan penyediaan sarana penanggulangan bencana dengan adanya sosialisasi, penyediaan sarana peringatan dini pada titik daerah rawan bencana, penyediaan dan penataan jalur evakuasi dan ruang evakuasi bencana sementara sebagai titik pengumpul para pengungsi.Dilihat dari peta daerah rawan bencana banjir, tsunami, gempa dan gerakan tanah, maka Kawasan Tiram dikelilingi oleh keberadaan rawan bencana tersebut. Dasar pertimbangan dalam menentukan jalur dan ruang evakuasi adalah sebagai berikut :1. Keterkaitan antara UU 24/2007 mengenai Penanggulangan Bencana dan UU 26/2007 mengenai Penataan Ruang.2. Upaya mengurangi resiko bencana.3. Kondisi kawasan yang bervariasi yaitu morfologi dataran mengindikasikan banjir dan tsunami, dan morfologi perbukitan mengindikasikan bencana longsor pada areal pinggiran bukit dan resiko gempa bumi.

Pemanfaatan ruang dalam mendukung sistem penanggulangan bencana dapat dilakukan diantaranya sebagai berikut :A. Sistem Peringatan DiniSistem peringatan dini adalah bentuk upaya perlindungan kepada warga dengan menyampaikan peringatan sedini mungkin kepada warga untuk melakukan evakuasi dengan seperangkat sistem yang terpadu. Sistem peringatan dini ini membutuhkan:1. Pemanfaatan teknologi yang mampu mendeteksi dan memberikan respon atas kondisi alam yang terjadi terutama saat terjadinya bencana.2. Adanya integrasi yang menyeluruh berkaitan dengan pengelolaan sistem ini, baik regional (Asia), nasional, dan lokal.3. Adanya pendukung pengoperasian sistem yang bukan hanya perangkat teknologi, namun juga kehandalan pengoperasian.4. Adanya pemahaman yang sama mengenai urgensi sistem ini terutama agar pemanfaatannya menjadi efisien.B. Bangunan Penyelamatan1. Bangunan penyelamatan dapat berupa Masjid, sekolah, gedung pertemuan, gedung perkantoran atau pertokoan, dan bangunan fisik lainnya yang tahan bencana.2. Bangunan penyelamatan harus bisa dicapai warga dalam waktu sependek mungkin misal 5,10, 15 ,20 menit (dengan radius pelayanan berturut-turut 300-400 m) oleh orang tua, perempuan dan anak-anak. 3. Bentuk bangunan penyelamatan ramah lingkungan, murah, dan bisa dibangun dengan mudah dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Kawasan Penyelamatan dapat dijadikan tempat rekreasi warga, olahraga, dan lain-lain.C. Jalur PenyelamatanKetentuan jalur penyelamatan adalah sebagai berikut:1. Memperbaiki hirarki jalan baik pola maupun lebarnya untuk kepentingan jalur penyelamatan.2. Penataan jaringan jalan berpedoman pada arah evakuasi.3. Pembangunan jalan baru ke bukit penyelamatan dan ke kawasan aman.4. Disertai dengan penyadaran publik (pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, simulasi evakuasi, dsb).

Rencana evakuasi bencana disiapkan sebagai antisipasi apabila terjadi bencana alam seperti longsor, banjir hingga antisipasi jika terjadinya gempa.Adapun rencana dalam penanggulangan bencana di Kawasan Tiram adalah sebagai berikut :a. Titik lokasi ruang evakuasi yang merupakan titik kumpul di setiap Kantor Nagari untuk mempermudah proses evakuasi yang merupakan tempat yang dianggap sebagai tempat yang masih aman dan tempat pengungsian akhir dengan memanfaatkan bangunan publik sebagai posko-posko evakuasi bencana meliputi: Alun-Alun, Gedung Olahraga, Kantor Kecamatan, Balai RW, Kantor Kelurahan/Nagari, Sekolah, Masjid serta bangunan-bangunan terdekat yang aman dari bencana.b. Jalur evakuasi meliputi : Jalur evakuasi bencana abarasi di Ulakan mengikuti pola jaringan jalan menuju Kecamatan Sintuk Toboh Gadang dimana pada lahan ini juga dibangun MCK untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi sewaktu-waktu terjadi bencana.

Jalur evakuasi bencana longsor/gerakan tanah serta abrasi di Nagari Katapiang mengikuti jaringan jalan menuju ke Nagari Buayan dimana pada lahan ini juga dibangun MCK untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi sewaktu-waktu terjadi bencana. Penyediaan taman-taman lingkungan (Taman RT atau Taman RW), lapangan olahraga, atau ruang terbuka publik lainnya menjadi titik atau pos evakuasi skala lingkungan di kawasan perumahan. Terkait dengan jalur evakuasi, tidak ada ketentuan yang baku tentang ukuran jalur evakuasi namun secara umum yang harus diperhatikan adalah apakah jalur tersebut dapat dilalui dengan baik dan cepat, untuk jalur evakuasi di luar bangunan hendaknya bisa memuat dua kendaraan jika saling berpapasan tidak menghalangi proses evakuasi. Kemudian ada tempat pengungsian sementara yang merupakan tempat aman dan tempat pengungsian akhir. Yang menjadi perhatian tentang jalur evakuasi adalah jalur evakuasi cukup lebar bisa dilewati 2 kendaraan atau lebih, harus menjauh dari sumber ancaman dan efek dari ancaman, harus baik dan mudah di lalui, harus disepakati bersama oleh masyarakat, aman dan teratur.c. Penyediaan Penyediaan sarana dan prasarana peringatan dini/Papan Informasi ruang dan jalur Evakuasi Bencana.d. Sosialisasi Mekanisme Mitigasi Bencana kepada Masyarakat setempat.Strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut :a. Mengembangkan jalan eksisting.b. Mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah jalan baru sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan dan sistem wilayah secara umum.c. Meningkatkan kualitas jalan yang ada menjadi jalan evakuasi dengan cara Pelebaran jalan, Perbaikan alignment jalan eksisting, Peningkatan kualitas badan jalan dan Efektivitas dan efisiensi kota.d. Mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting tersebut dengan rencana jalur penyelamatan yang merupakan urban sistem lama sehingga menjadi suatu sistem yang terpadu dan dapat memitigasi bencana alam.