kostum tokoh gagaha n pria d alam tari · pdf fileian persyara adya d3 tek oleh : lan rakhm...
TRANSCRIPT
KOSTU
DiajU
JU
UM TOKOHDENGAN
jukan KepadUntuk Meme
G
PRO
URUSAN PE
UNIV
H GAGAHASUMBER I
Pr
da Fakultas Tenuhi Sebag
Gelar Ahli M
Nur Wu07
OGRAM ST
ENDIDIKA
FAKU
VERSITAS N
AN PRIA DIDE BAJUroyek Akhir
Teknik Univgian Persyara
Madya D3 Tek
Oleh : ulan Rakhm7514131033
TUDI TEKN
N TEKNIK
ULTAS TEK
NEGERI Y
2011
DALAM TATELUK BEr
versitas Negeatan Guna Mknik Busana
mandari 3
NIK BUSAN
K BOGA DA
KNIK
YOGYAKAR
ARI PANGIMELANGA
eri YogyakaMemperoleh a
NA
AN BUSANA
RTA
i
MPEN
rta
A
ii
iii
Motto:
Bukanlah seorang remaja bijak yang berkata ini bapak ibu saya, tetapi
ini diri saya dengan prestasi. ( Muazin Fauzi )
Belajarlah dari kegagalan, kelak akan lebih tangguh dalam menghadapi
kesulitan berikutnya (Kahlil Gibran).
Tersenyumlah meskipun terkadang senyum itu terasa berat dan
menyakitkan, karena kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
( Afrianda Syahputra )
iv
Proyek Akhir ini Kupersembahkan untuk:
Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan baik moril
maupun materiil.
Keluarga, Mas Yulma, Mbak Nana, Mas dedi, I’am, A’is yang memberi
pengarahan, motivasi , dan dukungannya
Afrianda Syahputra yang banyak membantu, memberikan penjelasan
tentang sumber ide dan memberi motivasi sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Proyek akhir
Sahabat –sahabat, angkatan 2007, Rere, Tifa, Tatik, dan Kunik yang
memberikan masukan, dan semangat.
Almamaterku.
v
ABSTRAK
KOSTUM GAGAHAN PRIA PADA TARI PENGIMPEN DENGAN SUMBER IDE BAJU TELUK BELANGA
Oleh: Nur Wulan Rakhmandari
07514134033
Proyek akhir ini bertujuan untuk : 1) dapat mencipta disain Kostum tari tokoh Gagahan Pria pada Tari Pengimpen dengan sumber ide “Baju Teluk Belanga” 2) dapat membuat kostum tari tokoh Gagahan Pria pada Tari Pengimpen dengan sumber ide “Busana Teluk Belanga ”3) dapat menampilkan kostum tari tokoh Gagahan Pria pada Tari Pengimpen dalam pertunjukan pergelaran “Kolaborasi SENDIKAR” dengan sumber ide “ BajuTeluk Belanga” Proses penciptaan desain kostum Gagahan Pria pada Proyek Akhir ini diawali dengan mengkaji tema, alur, karakter tokoh. Pada Tari Pangimpen ini bertemakan Percintaan. Alur yang digunakan yaitu alur maju. Memiliki karakter yaitu pemberani, tegas, dinamis dan romatis. Oleh karena itu penyusun mengambil sumber ide Baju Teluk Belanga dengan ciri khusus yang diambil adalah sampin yang direapkan pada celemek panggul. Untuk membuat desain yang sesuai penyusun menerapkan unsur – unsur dan prinsip desain. Sehingga desain kostum yang penyusun ciptakan berupa kemeja tanpa lengan, celana panji dan celemek pangul. Proses pembuatan kostum ini melalui 3 tahap yaitu: (1) tahap persiapan, yang terdiri dari pembuatan disain produksi, pengambilan ukuran, pembuatan pola kostum, perancangan bahan dan harga, penyiapan dan penyusutan bahan;(2) tahap pelaksanaan, yang terdiri dari peletakan pola pada bahan, pemotongan dan pemberian tanda pada jahitan, penjelujuran, pengepasan I, perbaikan, dan pengepasan II;(3) tahap evaluasi hasil meliputi : (a) mengevaluasi kesesuaian antara desain kostum dengan tema dan sumber ide yang sudah dipilih. ( b) kesesuaian pemilihan warna dan jenis bahan dengan desain, bahan dan warna tersebut. (c) Kesesuaian Sumber ide yang diambil yaitu Baju Teluk belanga mengambarkan karakter Tokoh Gagahan Pria pada Tari Pengimpen. Kostum tari Tokoh Gagahan Pria ditampilkan pagelaran Kolaborasi Sendikar yang melalui 3 tahap yaitu: (1) tahap persiapan yang meliputi menampilkan Kostum Tari Pengimpen, penentuan anggaran serta penentuan waktu dan tempat penyelenggaraan pagelaran;(2) tahap pelaksanaan yaitu pagelaran seni tari dengan tema besar Kolaborasi Sendikar yang dilaksanakan di Stage Tari Tedjakusuma FBS UNY dengan kolaborasi mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Tata Busana dan Tata Rias dan Kecantikan angkatan 2007 serta mahasiswa Fakultas Seni Tari dan Bahasa jurusan Seni Tari angkatan 2006;(3) tahap evalusai semua kegiatan pagelaran berjalan lancar meskipun banyak kekurangan. Hasil Proyek Akhir berupa Kostum Tari Tokoh Gagahan Pria pada Tari Pengimpen dengan sumber ide Baju Teluk Belanga yang terdiri dari tiga bagian yaitu : rompi dengan krah shanghai, celana panji dan sampin yang sudah dikembangkan serta jabot dan sampur yang dijepit pada ban pinggang sampin. Hiasan yang digunakan pada kostum tari ini ialah payet daun warna emas. Bahan yang digunakan adalah satin bridal pada rompi dan celana panji, satin manohara pada sampur, rompi dan ban pinggan, Kain panjang motif batik parang digunakan untuk sampin dan jabot. Kostum tari ini digunakan pada tarian Pengimpen dengan nomor urut 10 pada pagelaran seni tari dengan tema ”Kolaborasi Sendikar”. Diselenggarakan pada 4-5 Juni 2010 di Stage Tari Tedjakusuma Fakultas Bahasa dan Seni UNY.
vi
ABSTRACT
COSTUME OF GAGAHAN PRIA ON PENGIMPEN DANCE BASED ON THE SOURCE IDEA OF TELUK BELANGA CLOTHING
Nur Wulan Rakhmandari
07514134033
The objectives of this final project are : 1) to design of the figure of Gagahan Pria on Pengimpen Dance based on the source idea Teluk Belanga Clothing, 2) to create the dancing costume of Gagahan Pria on Pengimpen Dance based on the source idea Teluk Belanga Clothing, 3) to present the costume of Gagahan Pria on Pengimpen Dance in according to the theme of “SENDIKAR Collaboration”.
The making process of this costume begins by learning the theme, plot, and character of the figures. Pengimpen Dance carries romantic theme and forward plot which has brave,firm,dynamic and romantic characteristics. Therefore, the writer takes the source idea of Teluk Belanga Clothing. The choosen special characteristic is sampin, which is applied on hipster apron. To create such a costume, the writer applies some elements and principles of design, and the results are a sleeveless top, panji pants, and hipster apron. The making of this costume is divided into three stages, namely: (1) Preparation, consists of making production design, measuring, making pattern, planning fabric and price, preparation and contraction fabric (=penyusutan bahan); (2) Implementation, consists of putting the pattern on fabric, cutting and marking on stitch, basting, fitting I, repairing, and fitting II; (3) Result evaluation concerning: (a) the accordance between costume design with theme and chosen source idea, (b) the accordance between colour and type of fabric with design,fabric and colour, (c) the accordance between the source idea, that is, Teluk Belanga Clothing which describes the characteristic of the figure of Gagahan Pria on Pengimpen Dance. The dance costume of Gagahan Pria performed in Kolaborasi Sendikar consists of three steps, namely: (1) Preparation, that is, performing the costume of Pengimpen Dance and planning budget, time and venue (2) Implementation, that is, dance performance with the main title Kolaborasi Sendikar held on Yogyakarta State University Tedjakusuma stage, by the students from Faculty of Tehnic majoring Design and Make-Up 2007 with those from Dance Art and Letters Faculty majoring Dance 2006; (3) Evaluation, that the event has well conducted despite imperfect.
The results of the final project is the dance costume of Gagahan Pria Figure on Pengimpen Dance based on the source idea Teluk Belanga Clothing. They are in three pieces, namely: a vest with shanghai collar, panji pants, and modified sampin, jabot and sampur or scarf clipped on its belt. Decoration used in this costume is payet in golden leaves. The fabric are bridal satin for vest and panji pants, manohara satin for sampur, vest and belt, whereas long cloth in batik Parang motif is used for sampin and jabot. The costume is used on the dance show titled “Sendikar Collaboration” conducted at Tedjakusuma dance stage of the Faculty of Letters and Arts in Yogyakarta State University on 4 and 5 June 2010 with the consecutive number 10.
vii
KATA PENGANTAR
Sujud syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proyek Akhir dengan judul Kostum Gagahan Pria pada Tari Pengimpen dengan
Sumber Ide Baju Teluk Belanga.
Dalam penyusunan Laporan Proyek Akhir ini tentunya tidak lepas dari pihak-
pihak lain yang telah memberikan bantuan berupa materi maupun spiritual baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada pihak-pihak tersebut, diantaranya kepada:
1. Prof Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd, M. A, selaku Rektor Universitas
Negeri Yogyakarta.
2. Wardan Suyanto, Ed. D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
3. Dr. Sri Wening, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Sri Widarwati, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknik Busana Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
5. Sri Emy Yuli Suprihatin, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, masukan, ilmu, dukungan, dan semangat kepada
penyusun demi kesempurnaan Proyek Akhir ini.
Seluruh dosen pengampu yang telah banyak membantu penulis dalam
menyusun laporan Proyek Akhir ini yang dapat penulis tidak sebutkan satu
persatu. Demikian laporan ini dibuat, semoga laporan Proyek Akhir ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
Yogyakarta,
Penyusun
Nur Wulan Rakhmandari
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Batasan Istilah ................................................................................. 3 C. RumusanMasalah .............................................................................. 5 D. Tujuan ............................................................................................... 5 E. Manfaat ........................................................................................... 6
BAB II. KAJIAN TEORI ................................................................................. 8
A. KONSEP GARAPAN TARI ........................................................... 8
1. PENGERTIAN TARI ............................................................... .. 8 2. JENIS – JENIS TARI ................................................................. 11
a. Tari Tradisional .................................................................... .. 11 b. Tari non tradisional .............................................................. . 12
3. KONSEP TARI PANGIMPEN .......................................... . 13 a.Karakteristik Tari Pangimpen ............................................... 13 b.Alur Cerita Tari Pangimpen .................................................. 14 c. Tema Tari Pangimpen............................................................. 15 d. Plot Adegan Tari Pangimpen.................................................. 15 e. Mode Penyajian Tari Pangimpen............................................. 16 f. Lighting Tari Pangimpen ......................................................... 17
B. SUMBER IDE ................................................................................. . 20 1. Pengertian Sumber Ide ............................................................... 21
a.Macam – macam Sumber ide .................................................. 21 b. Cara Pengambilan Sumber Ide .............................................. 21
2. Tari Pangimpen ........................................................................... 23 3. Sumber Ide Baju Teluk Belanga ................................................. 25
C. DISAIN ........................................................................................... 29 1. Unsur dan Prinsip Disain ........................................................... 30 a. Unsur Desain ........................................................................ 31 b. Prinsip-Prinsip Desain .......................................................... 48
ix
2. Desain Kostum. .......................................................................... 59 a. Pengertian Desain Kostum ................................................... 60
b. Penggolongan desain ............................................................ 61 c. Teknik Penyajian Gambar .................................................... 64
3. Desain Hiasan Kostum Tari ....................................................... 69 4. Desain Pelengkap Kostum Tari .................................................. 72
D. Kostum Tari .................................................................................... 75 1. Pengertian Kostum Tari ............................................................. 75 2. Penggolongan Kostum Tari ....................................................... 76 3. Karakteristik Kostum Tari.......................................................... 77
a. Model atau Siluet Kostum Tari ............................................ 78 b. Bahan Kostum Tari .............................................................. 79 c. Warna Kostum Tari .............................................................. 80 d. Tekstur Bahan Kostum Tari ................................................. 82
4. Pola Kostum Tari ....................................................................... 83 a. Pengambilan Ukuran ............................................................ 84 b. Metode atau Sistem Pembuatan Pola kostum Tari ............... 87 5. Teknologi Kostum Tari .............................................................. 90
a. Teknologi Penyambungan (Kampuh) .................................. 90 b. Teknologi Interfacing .......................................................... 92 c. Teknologi Facing ................................................................. 92 d. Teknologi Interlining .......................................................... 93 e. Teknoligi Lining ................................................................... 93 6. Teknologi Pengepresan .............................................................. 94 E. PENCIPTAAN KOSTUM TARI TOKOH GAGAHAN PRIA
DENGAN SUMBER IDE “ BAJU TELUK BELANGA”............. 96 F. PENTAS TARI “ KOLABORASI SENDIKAR ” .......................... 108
BAB III. PROSES PEMBUATAN DAN GELAR SENI TARI ...................... 114
A. PROSES PEMBUATAN KOSTUM TARI .................................... 114
1. Persiapan .................................................................................... 114 a. Pembuatan Gambar Kerja Kostum Tari ............................... 114 b. Pengambilan Ukuran ............................................................ 122 c. Pembuatan Pola Kostum Tari ............................................... 123 d. Perancangan Bahan dan Harga............................................. 139 e. Penyusutan Bahan ................................................................ 147
2. Pelaksanaan ................................................................................ 147 a. Peletakan Pola pada Bahan................................................... 147 b. Pemotongan dan Pemberian Tanda Jahitan.......................... 148 c. Penjelujuran dan Penyambungan ......................................... 148 d. Evaluasi Proses I .................................................................. 151 e. Penjahitan ............................................................................. 151 f. Evaluasi Proses II.................................................................. 153 3. Evaluasi Hasil ............................................................................ 153
x
B. MENAMPILKAN KOSTUM TARI ............................................... 155
1. Persiapan .................................................................................... 155
a. Membentuk Panitia Pagelaran Tari ......................................... 155 b. Menentukan Tema ................................................................... 161 c. Menentukan Tujuan Pelaksanaan ............................................ 161 d. Menentukan Waktu dan Tempat Penyelenggaraan ................. 161 e. Menentukan Anggaran ............................................................ 162 2. Pelaksanaan ................................................................................ 163 3. Evaluasi Hasil ............................................................................ 165
C. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 167
a. Proses Penciptaan Kostum ................................................................ 167 b. Proses Pembuatan Kostum ................................................................. 168 c. Pelaksanaan Pagelaran Tari ................................................................ 169
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 173
A. KESIMPULAN ............................................................................... 173 B. SARAN ........................................................................................... 175
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 177
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kostum Klono Topeng .................................................................. 23
Gambar 2. Baju Teluk Belanga ........................................................................ 27
Gambar . Denah Panggung Gelar Seni Tari ” Kolaborasi Sendikar”............ 109
Gambar 3. Sketsa Dersain Skala 1 : 6 ............................................................. 101
Gambar 5. Gambar Presentasi Bagian Depan Skala 1 : 6 .............................. 102
Gambar 6. Gambar Presentasi Bagian Belakang Skala 1 : 6.. ......................... 103
Gambar 7. Disain Hiasan kemeja tanpa lengan dengan payet daun Bagian Depan
Skala 1 : 6......................................................................................... 104
Gambar 8.Disain Hiasan kemeja tanpa lengan dengan payet daun Bagian
Belakang Skala 1 : 6 ..................................................................... . 105
Gambar 9. Gambar Kerja kemeja tanpa lengan Bagian Depan Skala 1 :6....... 115
Gambar 10. Gambar Kerja kemeja tanpa lengan Bagian Belakang Skala 1: 6.. 116
Gambar11. Gambar Kerja Celana Panji Bagian Depan Skala 1: 6 ................. 117
Gambar 12. Gambar Kerja Celana Panji Bagian Belakang Skala 1 :6 .......... 118
Gambar 13.Gambar Kerja Celemek Panggul Bagian Depan Skala 1: 6 ......... 119
Gambar 14. Gambar Kerja Celemek Panggul Bagian BelakangSkala 1 :6 ..... 120
Gambar 15.Gambar Kerja Hiasan Rompi Skala1: 6....................................... 121
Gambar 16. Gambar Pola Dasar Kemeja Pria Bagian depan dan Belakang
Skala 1 : 6 ..................................................................................... 124
Gambar 17. Pola Krah Shanghai Skala 1 : 6 ................................................... 126
Gambar 18 . Pola kemeja tanpa lengan Bagian Depan dan Belaka Skala 1: 6 127
Gambar 19. Mengubah Pola kemeja tanpa lengan bagian depan dan belakang 128
Gambar 20. Pola Celana panji bagian depan Skala 1 : 6.................................. 129
Gambar 21. Pola celana panji bagian belakang Skala 1 : 6 .............................. 130
Gambar 22. Pecah Pola celana panji bagian depan dan belakang ban pinggang dan
kikik Skala 1 : 6............................................................................. 131
Gambar 23. Pola Celemek panggul susun I Skala 1 : 6 .................................. 132
Gambar 24. PolaCelemek Panggul susun II Skala 1 : 6 ................................... 133
Gambar 25. Pecah Pola Celemek Panggul susun I dan II Skala 1 : 6 .............. 135
xii
Gambar 26. Pecah Pola Jabot Skala 1 : 6 ......................................................... 136
Gambar 27. Pola Ban Pinggang Skala 1 : 6 ..................................................... 137
Gamabar 28. Pola Sampur Skala 1 : 6............................................................. 141
Gambar 28. Rancang Bahan Sampin dan Jabot Skala 1: 6 .............................. 142
Gambar 29. Rancang Bahan Kain Sampur dan ban pinggangSkala 1:6 .......... 143
Gambar 30. Rancang Bahan Furing Skala 1: 6 ............................................... . 144
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perancangan Bahan dan Harga .......................................................... 117
Tabel 2. Evaluasi Proses I ................................................................................ 150
Tabel 3. Evaluasi Proses II ............................................................................... 153
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Penari Tampak Depan
Lampiran 2. Foto Penari Tampak Samping
Lampiran 3. Foto Penari Tampak Belakang
Lampiran 4. Foto Penari Bersama Desainer
Lampiran 5. Foto Kolaborasi Penari Bersama Desainer
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang kaya dengan keaneragaman
kebudayaan, salah satunya yaitu tari. Tari adalah keindahan ekspresi jiwa
manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui
estetika. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan
diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang
simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Kesenian tari
semakin berkembang dengan kreasi baru baik kostum maupun gerakan tari.
Dalam kesenian tari yang ada di Indonesia ada 2 macam tarian yaitu tari
tradisional dan tari non tradisional. Tari tradisional adalah tari yang memiliki
sifat sifat kelanggengan dan ciri khas setiap gerakan tarianya. Gerak gerik tari
tradisional memiliki susunan yang telah diatur dari hasil pemikiran yang jelas.
Dalam setiap gerak gerik tarianya memiliki arti dan filosofi. Tari non
tradisional adalah tari yang sudah berkembang dari pemikiran tarian terdahulu.
Tari non tradisinal tidak memiliki filosofi atau sejarah.
Kostum Tari adalah busana atau kostum yang dipakai untuk penari.
Hubungan antar keduanya sangat berkaitan menurut Harry Bernstein, seorang
ahli tari dari Universitas Adelphi, kesan tarian dapat ditingkatkan dengan
unsur – unsur yang erat hubungannya. Kostum tari merupakan unsur dari
sebuah tarian. Jika kita menonton sebuah tarian dan menghayatinya, maka
2
tarian itu merupakan kesatuan yang kostum tari termasuk didalamnya. Oleh
sebab itu kostum tari sangat membantu tarian untuk menciptakan suatu
karakter tertentu.
Dalam menciptakan kostum tari tentunya penyusun harus menciptakan
kostum tari yang nyaman dan sesuai dengan karakter penari. Selain itu
penyusun juga harus melihat unsur gerak dari si penari. Apabila karakter
penarinya berkarakter tegas, tentunya penyusun harus menciptakan kostum tari
yang menggambarkan unsur tegas. Hal ini dikarenakan kostum tari dapat
menyembunyikan kepribadian penarinya dan yang tampak adalah gambaran
tokoh atau karakter dari penarinya. Oleh karena itu, untuk menciptakan kostum
tari sebaiknya kita harus mengetahui tema dari tari yang akan dibawakan.Tari
Pangimpen termasuk dalam tari kontemporer, kreasi baru serta drama tari
karena tari Pangimpen merupakan gubahan Tari Klana Topeng yang diciptakan
oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni. Tari ini berceritakan tentang kisah
percintaan antara Panji Klana Sewandana dengan Dewi Sekartaji. Alur yang
terkandung dalam cerita ini adalah alur maju, dimana panji Klana Sewandana
jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji, tetapi cinta itu hanyalah angan – angan,
karena Dewi sekartaji tidak mencintai Panji Klana Sewandana. Dalam cerita ini
tokoh Panji memiliki kepribadian pemberani dan tegas, sehingga karakter
tersebut dapat dijadikan latar belakang dalam membuat desain kostum tari.
Karya Proyek Akhir ini dibuat dengan tema “Kostum Tari”. Dalam tema
tersebut penyusun dapat menyimpulkan bahwa kostum tari terdiri dari berbagai
macam jenis, baik kostum tari Tradisional maupun Non Tradisional.
3
Disamping itu Indonesia memiliki beranekaragam tari daerah yang memiliki
ciri khas masing- masing Hal tersebut menginspirasikan mahasiswa untuk
menciptakan suatu karya kostum yang kreatif dan inovatif tanpa
menghilangkan ciri khas dari kostum tarian daerah tersebut. Dengan demikian
karya Proyek Akhir dengan judul “Kostum Gagahan Pria dalam Tari
Pangimpen dengan Sumber IdeBaju Teluk Belanga”, penyusun tertarik untuk
menciptakan kostum tari Gagahan Pria karena memiliki batasan dari segi
karakter baik sifat yang tegas, pemberani, dinamis dan romantis. Sumber ide
yang diambil adalah sumber ide yang dapat menggambarkan karakter dari
tokoh Gagahan Pria yaitu sifat tegas dan pemberani. Sumber ide diambil dari
Baju Teluk Belanga, baju yang biasa dipakai oleh kaum melayu pria. Baju
tersebut berupa songkok pada kepala, baju koko, sampin, dan celana panjang
dengan motif pucuk rebung.
Berdasarkan kajian diatas maka Tari Pangimpen termasuk dalam tari
kontemporer, kreasi baru, dan drama tari. Pada Proyek Akhir ini penyusun
tertarik mengambil Sumber Ide Baju Teluk Belanga dengan menerapkan
bentuk sampin pada bagian lingkar panggul, dimana bentuk tersebut
menggambarkan karakter tokoh Gagahan Pria yaitu tegas, pemberani, dinamis
dan romantis
A. BATASAN ISTILAH
Untuk memperjelas maksud dan tujuan dari penulisan laporan
Proyek Akhir ini, maka penyusun merasa perlu memberikan batasan
4
pengertian dari setiap istilah yang akan digunakan dalam proyek akhir ini,
meliputi :
1. Kostum Tokoh Gagahan Pria
Kostum tari yang dikenakan oleh tokoh Gagahan Pria dalam Tari
Pangimpen yang mempunyai karakter tegas, dinamis, pemberani, dan
romantis.
2. Tari pangimpen
Tari Pangimpen” merupakan karya tari yang bersumber pada Tari
Klono Topeng Gaya Yogyakarta yang sudah dikembangkan menjadi
tari kontemporer. Tari pangimpen ini mengisahkan tentang khayalan
percintaan seorang raja yang sedang jatuh cinta pada seorang putri.
Seperti halnya tari Klono Topeng yang bertemakan percintaan karya
tari ini juga bertemakan percintaan.
3. Sumber Ide
Sumber ide adalah segala sesuatu yang sebagai dijadikan sumber
inspirasi bagi seorang desainer untuk menciptakan suatu gagasan baru
yang lebih kreatif dan inovatif.
4. Baju Teluk Belanga
Baju Teluk Belanga adalah salah satu busana yang termasuk
Busana Adat Riau, Busana Adat Riau sering juga disebut Busana
Melayu dalam Proyek Akhir ini dibatasi dengan busana yang dipakai
oleh kaum pria terdiri dari tanjak atau songkok pada kepala, baju koko,
mengenakan kalung dukuh, keris, pending, untuk ikat pinggang,
5
sampin yang panjangnya sampai diatas lutut, celana panjang pada
bagian bawah memakai motif pucuk rebung, selop.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas maka penjelasan
yang dimaksud judul tersebut adalah penyusun menciptakan kostum
tari gagahan pria dengan mangambil sumber ide Baju Teluk Belanga
yaitu cirri khusus dari sampin yang dikhususkan pada bentuk dari
hasil lilitan sampin.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang
akan dibahas dalam laporan proyek akhir ini, yaitu:
1. Bagaimana mencipta desain Kostum Gagahan Pria dengan sumber ide
“Baju Teluk Belanga” ?
2. Bagaiamana membuat Kostum Gagahan Pria dengan sumber ide
“ Baju Teluk Belanga”?
3. Bagaimana menampilkan kostum gagahan pria dengan Sumber Ide
Baju Teluk Belanga pada pagelaran SENDIKAR ( Seni Pendidikan
Karakter) ?
D. TUJUAN
Sesuai dengan rumusan diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan
Tugas Akhir ini adalah :
6
1. Dapat menciptakan desain Kostum Gagahan Pria dengan Sumber Ide
Baju Teluk Belanga.
2. Dapat membuat Kostum Gagahan Pria dengan Sumber Ide Baju Teluk
Belanga.
3. Dapat menampilkan Kostum Gagahan Pria dalam tari Pangimpen
dengan Sumber Ide Baju Teluk Belanga dalam suatu pagelaran tari yang
bertema “Kolaborasi SENDIKAR”.
E. MANFAAT
Adapun manfaat dari Proyek Akhir ini antara lain :
1. Bagi Penyusun
a. Dapat menambah pengetahuan tentang pembuatan kostum tari dan
filosofinya.
b. Dapat mengasah, dan menerapkan kemampuan, keahlian, dan
pengetahuan yang dimiliki kedalam karya nyata yang dituangkan pada
kostum tari.
c. Dapat mendorong, memotifasi dan melatih agar lebih kreatif dalam
menciptakan karya baru.
d. Mencipta kostum maupun busana tidak hanya terpancang pada
pagelaran ataupun fashion show. Akan tetapi dapat juga diapresiasikan
dengan kolaborasi dengan seni tari.
7
2. Bagi Progam Studi
a. Untuk memberikan referensi kostum tari yang dapat dijadikan
inspirasi dalam mencipta desain dan karya baru.
b. Melahirkan desainer-desainer yang handal sehingga mampu bersaing
di dunia luar.
c. Mensosialisasikan karya cipta mahasiswa Program Studi Teknik
Busana, Universitas Negeri Yogyakarta kepada masyarakat dan dunia
industri busana.
d. Mengembangkan kostum tari menjadi lebih luas.
3. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh wawasan tentang berbagai macam busana dan
perkembanganya.
b. Memperoleh informasi bahwa mahasiswa Teknik Busana Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta mampu menciptakan hasil
karya kostum tari yang dapat diterima oleh pengamat mode maupun
kalangan masyarakat.
c. Dapat menjadi ide baru dalam mempertunjukkan busana tidak hanya
diwujudkan dalam fashion show tetapi juga dapat diapresiasikan lewat
pertunjukan tari – tarian atau pentas seni.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KONSEP GARAPAN TARI
Konsep dalam membuat kostum tari, hal yang sangat penting adalah
memahami konsep sebuah tarian. Agar karakter tari yang diciptakan dapat
sesuai dengan konsep tari yang di pentaskan. Secara umum karakter tari dapat
dipahami melalui pengertian tari, jenis – jenis tari, dan konsep tari pangimpen.
Berikut uraian secara rinci :
1. Pengertian Tari
Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan
bentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Tari juga bisa
diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Pada sisi lain
Suryodiningrat seorang ahli tari Jawa dalam buku Babad Lan Mekaring
Djoged Djawi menambahkan, tari merupakan gerak dari seluruh anggota
tubuh yang selaras dengan irama musik (gamelan) diatur oleh irama yang
sesuai dengan maksud tertentu. Dengan demikian pengertian tari secara
menyeluruh merupakan gerak tubuh manusia yang indah diiringi musik
ritmis yang memiliki maksud tertentu.
Tari merupakan salah satu unsur atau elemen kebudayaan dan juga
merupakan perilaku estetis yang dimiliki oleh setiap manusia. Tari adalah
keindahan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi
bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis
dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins, 1990 : 2). Menurut Sunaryadi
9
( 2000 : 1 ) perbedaan bentuk tari sangat dipengaruhi oleh nilai- nilai sosial
budaya yang berlaku pada komunitas masing- masing. Seni pada hakikatnya
merupakan upaya dari manusia untuk mengintepretasikan kembali
pengalaman hidupnya ( Jazuli, 1994 :14 ). Sebuah karya tari yang
diciptakan manusia sebagai bentuk ekspresi budaya dan merupakan
ungkapan sosialnya sehingga karya seni diciptakan oleh manusia, tidak
hanya untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi juga untuk kebutuhan orang
lain (Wadiyo, 2006 : 141).
Menurut Sodjono ( 1996:6 ) tari adalah bentuk ciptaan manusia yang
dapat menimbulkan perasaan tertentu pada seseorang.
Bastom ( 1992 : 10) menyatakan bahwa tari berasal dari rasa indah yang
terkandung dalam jiwa orang dilahirkan dengan perantaraan alat- alat
komunikasi, ke dalam bentuk yang dapat dilengkapi oleh indera. Berdasarkan
pendapat di atas dapat dikemukan bahwa tari adalah keindahan ekspresi jiwa
manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak
sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis yang diciptakan manusia
sebagai bentuk ekspresi .
Dalam proses penyelenggaraan tari terbagi hal- hal yang perlu
diperhatikan diperoleh adalah : konsep garpan tari yang meliputi : jenis- jenis
tari, konsep Tari pengimpen, alur cerita, tema, plot adegan, model penyajian
dan lighting tari. Agar lebih jelas berikut ini akan diuraikan secara rinci:
10
2. Jenis – Jenis Tari
Jenis jenis tari tidak banyak penggolongannya. Melalui media gerak
tubuh manusia dipakai untuk mengungkapkan ide- ide, perasaan dan
pengalaman sang seniman untuk menciptkan tari menjadi kreasi baru.
Sehingga perkembangan kebudayaan Indonesia menjadi meningkat dengan
keaneragaman jenis tari. Jenis jenis tari digolongkan menjadi dua macam
yaitu tari tradisional dan tari non tradisional, yang akan penyusun uraikan
dibawah ini :
a) Tari Tradisional
Tari Tradisional adalah tari yang memiiki sifat – sifat kelanggengan
dan ciri khas disetiap gerakan tariannya. Gerak gerik tari tradisional
memiliki susunan yang telah diatur dari hasil pemikiran yang jelas.
Setiap gerakannya memiliki arti dan filosofi.
Contoh Tari Tradisional yaitu :
a) Tari Gebyok anting anting b) Tari Kecak Bali c) Tari KumbangYogyakarta d) Tari Klana Topeng Gaya Yogyakarta e) Tari Golek Ayun-Ayun Yogyakarta f) Tari Tepak Sumatra Selatan g) Tari Merak
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tari
tradisional adalah tari yang tidak dapat dirubah karena memiliki filosofi
dan arti di setiap gerak geriknya. Sehingga kebudayaan tari tradisional
perlu dilestarikan oleh generasi – generasi bangsa Indonesia.
11
b) Tari non Tradisional
Tari non Tradisional adalah tari yang sudah berkembang dari
pemikiran tarian yang terdahulu. Tari non tradisional tidak memiliki
filosofi atau sejarah. Menurut perkembanganya tari non tradisional sudah
dikembangkan menjadi dua yaitu tari kontemporer dan tari kreasi baru.
Tari Kontemporer yaitu tari yang digarap sesuai perkembangan jaman
pada saat ini. Contoh dari tari kontemporer adalah:
a) Tari wek-wek karya Didik nini towok b) Tari yapong karya Bagos Kussudihardjo c) Tari Wira Pertiwi karya Wiwik. d) Tari Pengimpen karya LintangWidati P dan Hermawan Sinung N.
Sedangkan Tari Kreasi Baru yaitu Tari yang tidak mengacu pada filosofi
dan tidak bersumber pada tari tradsional.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tari non
Tradisional adalah tari yang sudah dikembangkan tetapi tidak
meninggalkan ciri khas tarian tersebut. Tari Pengimpen merupakan jenis
tari kontemporer yang mengambil sumber ide dari Tari Klana Topeng
gaya Yogyakarta, yang sudah dikembangkan menjadi tarian kontemporer
sehingga gerakan tarian semakin bervariasi tanpa meninggalkan ciri khas
tarian Klana Topeng Gaya Yogyakarta. Dalam pagelaran seni tari dengan
tema ”Kolaborasi SENDIKAR”
12
3. Konsep Tari Pengimpen
Konsep adalah suatu rencana atau susunan agar dalam berkarya nanti
mempunyai gambaran yang jelas. Dalam konsep Tari Pengimpen ini
bersumber pada Tari Klana Topeng Gaya Yogyakarta. Dengan
mengembangkan gerak- gerak Tari Tradisional Gaya Yogyakarta yang
sudah ada disesuaikan dengan ide garap dan kreatifitas penata tari, sehingga
menjadi suatu bentuk karya tari yang dapat dinikmati. Ada 4 konsep Tari
Pengimpen yaitu :
a). Karakteristik Tari Pangimpen
1. Tari pangimpen termasuk tipe tari dramatik. Tari Dramatik adalah
Tari yang memusatkan perhatian pada sebuah kejadian atau
peristiwa dengan memaparkan cerita. Begitu juga dengan Tari
pangimpen. Tari Pangimpen memusatkan perhatian pada sebuah
kejadian yaitu percintaan. Khayalan seorang raja yang sedang jatuh
cinta dengan seorang putri.
2. Tari Pengimpen memiliki dua karakter yaitu karakter gagahan
untuk putra dan alusan untuk putri.
3. Dalam garapan Tari Pengimpen memerankan dua tokoh yaitu
Tokoh Panji dan Dewi Sekartaji, yang mana Tokoh Panji memiliki
empat karakter yaitu tegas, pemberani, gagah, dan romantis.
Sedangkan Dewi Sekartaji juga memiliki empat karakter yaitu
anggun, lembut, rendah hati dan sabar yang diperankan oleh empat
13
penari Gagahan Putra dan empat penari Alusan Putri yang setiap
penari memerankan satu karakter Panji dan Dewi Sekartaji.
4. Tari Pengimpen berjumlah 8 penari, yang terdiri dari 4 penari putri
memerankan tokoh Alusan dan 4 penari putra memerankan tokoh
Gagahan.
5. Orientasi pada garapan Tari Pengimpen merupakan garapanTari
Kontemporer.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Konsep
adalah Pembuatan rencana supaya dalam mencipta suatu ide mempunyai
gambaran yang jelas. Konsep Tari Pengimpen bersumber dari Tari Klana
Topeng Gaya Yogyakarta yang mengambil dua tokoh yaitu Panji dan
Dewi Sekartaji yang diperan oleh empat tokoh Gagahan Putra dan empat
tokoh Alusan Putri pada Tari Pengimpen.
b) Alur Cerita Tari Pangimpen
Alur adalah suatu cerita dari peristiwa keperistiwa lainya sehingga
menimbulkan cerita yang utuh dan berkesinambungan. Dalam garapan
Tari Pengimpen ini menggunakan alur maju. Alur maju adalah
menceritakan garapan tari yang menggambarkan peristiwa atau cerita
secara runtut dari awal sampai akhir. Dalam hal ini Tari Pengimpen
menceritakan adegan awal, tengah dan akhir peristiwa yaitu dari peristiwa
pemuda berkhayal bertemu dengan pujaan hati kemudian memadu kasih
dengan pujaan hati dan akhir terbangun dari tidur dan terkejut serta merasa
kecewa, marah dan sedih ternyata semua hanya hayalan saja.
14
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita
adalah suatu peristiwa keperistiwa lainya sehingga menimbulkan cerita
yang utuh. Alur cerita pada Tari Pengimpen menggunakan alur maju, yang
menceritakan kisah percintaan dari awal, tengah dan akhir sehingga
menjadi cerita yang utuh.
c) Tema Tari Pengimpen
Tema adalah pokok pikiran, gagasan utama atau ide dasar yang
menjadi dasar pencitaan suatu tari. Tema yang diangkat dalam
penggarapan Tari Pengimpen adalah tema pencintaan yang bersumber ide
dari kisah Tari Klana Topeng Gaya Yogyakarta yaitu kisah percintaan
Tokoh Panji dan Dewi Sekartaji. Kisah percintaan Panji Dan Dewi
Sekartaji diperan oleh Tokoh Gagahan Putra dan Tokoh Alusan Putri
dalam Tari Pengimpen. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikaji bahwa
tema Tari Pengimpen merupakan tema pencintaan yang diperan oleh
Gagahan Putra dan Alusan Putri.
d) Plot Adegan Tari Pengimpen
Plot adalah suatu urutan cerita dari suatu peristiwa keperistiwa
lainya atau adegan cerita. Dalam garapan Tari Pengimpen ini terbagi
dalam beberapa adegan, yaitu:
a. Introduksi : Khayalan atau halusinasi.
b. Adegan I : Kegelisahan karena sedang kasmaran.
c. Adegan II : Mimpi bertemu dengan pujaan hati.
15
d. Adegan III ending : Kecewa, sedih, marah,karena semua hanyalah
mimpi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikaji bahwa plot adegan Tari
Pengimpen menggambarkan sosok pemuda yang kasmaran terhadap
kecantikan Dewi Sekartaji. Dalam plot adegan Tari Pengimpen ini terbagi
menjadi 3 adegan yang berurutan.
e) Mode Penyajian Tari Pengimpen
Mode penyajian adalah segala sesuatu yang disajikan atau
ditampilkan dari awal sampai akhir untuk dapat dinikmati atau dilihat
didalamnya mengandung unsur- unsur nilai nilai keindahan yang
disampaikan oleh pencipta kepada penikmat. Mode penyajian dalam
garapan Tari Pengimpen ini menggunakan mode penyajian
representasional. Menurut Jazuli (1994 : 5) tari berdasarkan bentuk
geraknya dibedakan menjadi dua yaitu Tari representasional dan tari non
representasional. Tari representasional adalah tari yang menggambarkan
sesuatu dengan jelas. Sedangkan tari non representasional adalah tari
melukiskan sesuatu secara simbolis biasanya menggunakan gerak-
gerakan maknawi. Gerak maknawi adalah gerak-gerakan yang memiliki
maksud atau arti dari melambangkan suatu hal.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikaji bahwa Mode penyajian
adalah segala sesuatu yang disajikan atau ditampilkan dari awal sampai
akhir untuk dapat dinikmati. Dalam Tari Pengimpen menggambarkan
peristiwa secara jelas yaitu kisah percintaan Gagahan putra terhadap
16
Alusan Putri yang diceritaan dari awal sampai akhir cerita sehingga
mudah dipahami oleh penonton.
e) Lighting Tari Pengimpen
Lighting atau pencahayaan sebuah pementasan adalah tata lampu atau
pencahayaan yang dapat memperjelas suatu gerakan dan cerita. meliputi
pementasan teater, tari, opera, ballet atau konsert boleh dipersembahkan di
mana-mana saja. Menrut ( Riverra monarie ) Lighting atau pencahayaan
adalah seperangkat penataan lampu untuk keperluan pementasan tari.
Berfungsi untuk penerangan. penciptaan suasana atau untuk memperjelas
peristiwa pada suatu adegan, yang diperlukan tidak hanya sekumpulan
pemain dan penonton. Namun, kehadiran atau kewujudan elemen
tambahan seperti set, properti dan pencahayaaan bukan saja akan
memperkayakan lagi bentuk persembahan namun memperkayakan mutu
persembahan pemain dan meningkatkan nilai estetika penonton yang
menyaksikan pementasan tersebut. Pencahayaan merupakan salah satu
elemen visual yang penting. Elemen pencahayaan dalam seni pementasan
khususnya tarian, bertujuan untuk menerangi tubuh dan pergerakan penari,
ia turut memainkan peranan sebagai agen dramatik dalam tarian,
mengawal dan menarik perhatian, melakar dan membentuk image.
Teknikal pencahayaan di dalam tarian tidaklah perlu serumit dalam
pementasan teater. Keindahan dalam pementasan hanyalah satu elemen
kecil dan bukan satu keutamaan dasar. Namun begitu pencahayaan dalam
pementasan tarian mestilah dibuat secara teratur dan sistematik.
17
Pencahayaan tersebut tidak boleh dibuat sesuka hati dan sekadar untuk
mencantikkan pentas dan persembahan saja. Beberapa tatacara tertentu
yang perlu difahami dan dipatuhi adalah :
1. Fokus
Fokus dapatlah dimaksudkan sebagai kemampuan pencahayaan
yang dipancarkan untuk menarik perhatian penonton terhadap apa yang
ingin ditonjolkan oleh penari. Ia boleh dilakukan dengan memberikan
mood dan gabungan komposisi warna yang sesuai pada ruang atau
penari yang mahu difokuskan.
2. Pergerakan
Pergerakan melibatkan, perubahan cahaya yang menggambarkan
pergerakan suasana dalam pementasan. Seperti terang dan gelap,
perubahan waktu dan sebagainya.
3. Warna
Penggunaan warna memberikan kesan yang besar kepada mood
persembahan. Penggunaan warna memberikan interpretasi berbeda
terhadap mood dan situasi yang digambarkan. Contohnya, warna biru
yang melambangkan kesayuan. Pencahayaan amat penting untuk
memberi gambaran situasi daripada masa kini ke masa silam.
Menyinari gerak penari dan mempertajamkan ekspresi gerak dan tubuh
penari. Menambahkan mood dan atmosfera kepada sesuatu
persembahan yaitu dengan permainan warna dalam pencahayaan pentas.
Sebagai contoh warna terang menggambarkan keceriaan dan
18
keseronokan, warna sejuk menggambarkan sesuatu perasaan dan
keadaan kemurungan. Low Lighting yang memberikan efek bayang-
bayang menggambarkan keadaan misteri dan seram. Selain itu,
pencahayaan dapat mencipta komposisi dengan menunjukan pandangan
mata penonton kepada elemen-elemen yang penting yaitu dengan
penggunaan teknik pencahayaan fokus. Pencahayaan juga dapat
mencipta dimensi terhadap objek di atas pentas.
Sedangkan dalam garapan Tari Pengimpen menggunakan lighting
berwarna merah dan kuning karena untuk mempertegas alur cerita dan
warna maupun komposisi cahaya sesuai dengan kebutuhan konsep tari
yaitu:
a.) Lampu merah dengan efek cahaya redup akan memberi suasana
romatis dan kasmaran.
b.) Lampu kuning dengan cahaya redup akan memberi suasana
gelisah dan kecewa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikaji bahwa lighting adalah
seperangkat penataan lampu untuk keperluan pementasan tari yang
berfungsi untuk penerangan, penciptaan suasana atau untuk memperjelas
peristiwa pada suatu adegan. Tari Pengimpen menggunakan lighting
merah dan kuning untuk memperjelas peristiwa pada suatu adegan.
Dengan demikian susunan konsep garapan Tari Pengimpen yaitu jenis
tari, konsep Tari Pengimpen, alur cerita, tema, plot adegan, mode
19
penyajian dan lighting dalam pagelaran tari dengan tema ”Kolaborasi
SENDIKAR”.
B. SUMBER IDE
Menciptakan karya atau Desain sebaiknya mengetahui tema, karakter
yang akan dimunculkan untuk memperjelas menciptakan suatu karya. Ada
beberapa pengertian secara umum tentang pengertian sumber ide yaitu:
1. Pengertian Sumber Ide
Sumber ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide
seseorang untuk menciptakan desain ide baru (Sri Widarwati, 1996:58).
Untuk mengembangkan mode Baju perlu adanya sumber ide. Sumber ide
diperlukan untuk merangsang lahirnya suatu kreasi baru. Sumber ide dapat
diambil dari benda-benda yang ada disekeliling kita dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi. Untuk menciptakan kreasi baru dalam mencipta Baju. Menurut
Widjiningsih, sumber ide merupakan langkah awal yang harus diperhatikan
sebelum membuat sebuah desain. Sumber ide juga diartikan sesuatu atau
sumber yang dapat merangsang lahirnya suatu kreasi (Widjiningsih, 2000).
Dalam membuat hasil karya dengan pedoman pada sumber ide yang sudah
ada berarti mengambil sebagian unsur yang terdapat pada sumber acuan
untuk menciptakan karya baru.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa Sumber Ide
adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide seseorang untuk
menciptakan desain ide baru sehingga dapat merangsang lahirnya suatu
kreasi.
20
a. Macam – macam Sumber Ide
Secara garis besar sumber ide dalam menciptakan suatu desain
Baju menurut Chodiyah dan Wisri (1982 : 72) dikelompokkan menjadi
3 yaitu :
1) Sumber ide Baju penduduk dunia termasuk pakaian - pakaian adat di suatu wilayah di dunia, contoh pakaian yang dijadikan sumber ide misalnya ceongsam (Cina), Kebaya (Jawa), kimono (Jepang).
2) Sumber ide dari peristiwa – peristiwa penting nasional maupun internasional, misalnya pakaian dari olimpiade, SEA Games, PON, hari kartini dan lain-lain.
3) Sumber ide dari benda-benda alam, misalnya bentuk dan warna pada flora dan fauna, bentuk bintang, bulan sabit, matahari.
Berdasarkan macam – macam Sumber ide dalam mencipta desain
busana ataupun kostum dapat mengambil salah satu dari macam –
macam Sumber ide.
b. Cara pengambilan Sumber Ide
Dari macam-macam sumber ide tersebut tidak harus
mengambil secara keseluruhan, melainkan dapat mengambil bagian-
bagian tertentu yang dianggap penting yang menjadi ciri khas dan
menarik untuk dijadikan sumber ide. Menurut Chodiyah dan Wisri A
Mamdy (1998) sumber ide tersebut adalah :
1) Ciri khusus dari sumber ide, misalnya baju kimono dimana ciri khususnya terletak pada lengan dan kerah.
2) Warna dari sumber ide, misalnya warna dari bunga kamboja yang berwarna putih dan kuning.
3) Bentuk luar atau siluet dari sumber ide, misalnya bentuk burung merak.
4) Tekstur dari sumber ide, misalnya pakaian wanita Bangkok bahan yang digunakan dari bahan sutra.
21
Untuk mengembangkan sumber ide yang akan dituangkan
dalam penciptaan Baju, hendaknya terlebih dahulu mengetahui detail-
detail dari suatu ide yang akan dipakai. Suatu kreasi tidak terpancang
dari syarat-syarat tertentu yang baku. Setiap orang akan mempunyai
cara pandang yang berbeda terhadap suatu sumber ide, tergantung dari
mana segi penglihatanya. Oleh karena itu dengan sumber ide yang
sama akan menghasilkan karya yang berbeda (Sri Widarwati, 1996 :
58).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa cara
pengambilan sumber ide itu dapat mengambil bagian-bagian tertentu
yang dianggap penting yang menjadi ciri khas dan menarik untuk
dijadikan sumber ide dan hendaknya terlebih dahulu mengetahui
detail-detail dari suatu ide yang akan dipakai.
Demikian dengan membuat kostum tari sebaiknya menentukan
sumber ide untuk mengambil ciri khusus dari sumber ide tersebut,
yaitu :
a. Ciri khusus dari sumber ide yaitu motif dan bentuk.
b. Warna dari sumber ide yaitu warna yang dapat menjadi simbol
atau filosofi suatu Sumber Ide.
c. Bentuk atau siluet dari sumber ide yaitu siluet A,H, I dan lainnya.
d. Tekstur dari sumber ide yaitu halus dan tebal, misalnya bahan satin.
Penjelasan di atas dapat dikemukan bahwa membuat kostum tari
sebaiknya mempertimbangkan ciri khusus yang diambil sebagai
22
sumber ide. Untuk penciptaan Kostum Tari Pengimpen untuk Tokoh
Gagahan Pria dengan Sumber Ide Baju Teluk Belanga, pengambilan
sumber idenya berdasarkan ciri khusus dari sumber ide tersebut yaitu
bentuk dari sampin.
2. Tari Pangimpen
Tari adalah gerak tubuh yang bersinambung dalam suatu irama
tertentu dan dalam suatu ruangan tertentu, dimana gerakan tersebut
merupakan ungkapan rasa maupun bahasa. Sedangkan kostum adalah
busana yang dikenakan dalam suatu pertunjukan atau pentas seni,
busana tersebut dapat dikenakan dalam suatu pertunjukan kesenian,
baik berupa drama atau tari yang dibawakan oleh satu atau lebih dari
satu orang. Dalam menciptakan kostum tari, kita harus memperhatikan
karakter dari tari yang akan dibawakan oleh penari, karena karakter
merupakan ciri khas dari penokohan dalam tarian.
Tari Pangimpen adalah tari kontemporer, hal tersebut dikarenakan
tari Pangimpen bersumber pada tari Klana Topeng Gaya Yogyakarta.
Dengan mengembangkan gerak Tari Klana Topeng yang sudah ada
disesuaikan dengan ide garap dan kreatifitas penata tarinya, sehingga
menjadikan suatu karya tari yang dapat dinikmati oleh kalangan
masyarakat.
Tari Klana Topeng yang bertemakan percintaan ini berceritakan
tentang Panji Klana yang merupakan raja Lesanpura, ia jatuh hati
kepada Dewi Sekartaji. Tetapi cintanya itu hanyalah angan- angannya
23
saja, karena Dewi Sekartaji telah menjadi permaisuri dari Panji Inu
Kertapati, raja dari kerajaan Jenggala. Sehingga keinginan Panji Klana
Suryawasesa untuk mendapatkan Dewi Sekartadji hanya khayalan saja.
Gambar 1. Kostum Tari Klono Topeng Gagah
24
3. Sumber Ide Baju Teluk Belanga
Dalam mengembangkan suatu rancangan Baju, perlu adanya sumber
ide. Dimana sumber ide itu diperlukan untuk merancang lahirnya suatu
kreasi yang baru. Sumber ide yang diambil penyusun adalah Baju Teluk
Belanga. Baju Teluk Belanga adalah salah satu Baju adat yang berada di
Indonesia. Yaitu Baju melayu Riau. Dalam hal ini penyusun beranggapan
bahwa Baju suatu daerah harus dilestarikan, karena itu merupakan
warisan budaya bangsa. Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya
akan aneka ragam kebudayaan daerah. Kebudayaan itu tersebar merata di
seluruh propinsi di tanah air. Tiap-tiap daerah di Indonesia mempunyai
budaya dan adat istiadat masing-masing. Baju adat merupakan salah satu
jenis tradisi kebudayaan yang khas dari suatu daerah. Baju adat juga
termasuk bagian dari adat istiadat daerah setempat. Bentuknya merupakan
cerminan dari norma dan adat istiadat daerah bersangkutan. Memelihara
keberadaan baju adat merupakan salah satu upaya pelestarian kebudayaan
daerah yang akan menjadi cikal bakal kebudayaan nasional Indonesia.
Indonesia memiliki aneka ragam dan model baju adat. Baju - baju ini
secara jelas akan tergambar pada berbagai acara resmi misalnya resepsi
pernikahan. Meskipun demikian, tak sedikit dari para generasi muda yang
enggan mengenakan pakaian adat di daerahnya. Alasannya tentu saja
sederhana, tidak tren dan terkesan kampungan. Riau sebagai salah satu
propinsi pusat peradaban melayu di tanah air juga memiliki baju adat yang
cukup bervariasi. Desain baju adat Riau yang panjang dan hampir
25
menutupi tubuh si pemakai mencerminkan tradisi melayu sebagai
kebudayaan yang diidentikkan dengan nilai-nilai keIslaman. Budaya
melayu banyak mengadopsi kebudayaan Islam sebagai sumbernya. Salah
satu contoh lain yang membuktikan kedekatan budaya melayu dengan
nilai-nilai Islam adalah adanya huruf arab melayu. Tulisan arab melayu
merupakan jenis tulisan melayu yang diukir menggunakan huruf-huruf
arab, bacaan dan ejaannya tetap sama yakni melayu atau Indonesia. Dalam
masyarakat Riau kepangkatan atau garis keturunan menjadi dasar pada
perbedaan cara berBaju. Meskipun bentuk dan coraknya sama namun
bahan pembuatannya benar benar berbeda. Kain sutera sangat biasa
dijumpai oleh kaum bangsawan. Baju Teluk Belanga terdiri dari tanjak
digunakan untuk menutup kepala, pada baju menggunakan baju koko,
pelengkap Bajunya menggunakan kalung dukuh, keris pada bagian depan,
pending untuk ikat pinggang, sampin dari bahan songket yang digunakan
untuk menutupi celana hingga sebatas lutut, celana panjang pada bagian
bawah menggunakan corak pucuk rebung, selop (Siti Dloyana Kusumah,
1997)
Setiap lekaki Melayu, lebih-lebih para bangsawan, mengenal
pakaian tradisional yang disebut sebagai Baju Teluk Belanga. Pada
kesempatan lain, yaitu ketika bepergian, tentunya pakaian yang dikenakan
beserta kelengkapannya tidak sama persis ketika berada di rumah. Namun,
jika seseorang akan pergi jauh (keluar dari daerahnya) bukan baju kurung
lagi yang dekenakannya, melainkan “Baju nasional”, sebagaimana orang-
26
orang dari golongan etnik (sukubangsa) lainnya di Indonesia. Baju koko
tersebut dilengkapi dengan celana yang merupakan pasangannya. Baju
koko dan celana panjang yang terbuat dari bahan yang sama atau satu sut
(umumnya satin atau kilat barat).
Sampin adalah kain sarung yang dililitkan di pinggang sebagaimana orang memakai sarung. Bedanya, jika tanpa celana panjang, sarung itu sampai ke pergelangan kaki. Akan tetapi, jika memakai celana yang merupakan pasangan baju atasan maka panjang sampin kurang lebih hanya sampai sebatas lutut. (www.kiwod.com/pakaian-bangsawan-khas-riau/) Untuk kaum pria yang belum menikah panjangnya diatas lutut, dan untuk
kaum pria yang sudah menikah penggunaan sampin beberapa centimeter
dibawah lutut. Sampin itu sendiri berada di luar baju koko, sehingga
menutupi kedua saku bawah baju.
"Sampin" adalah dari "sampingan" yang berarti sebuah "iringan" atau "aksesori", dari baju atau pakaian. ( Wikipedia. )
Dari Baju Adat Riau tersebut, maka penyusun merancang dan
menciptakan Baju atau costume tari yang bertema Global “ Kostum Tari
Kontemporer” dengan mengambil ciri khusus dari sumber ide yaitu
bentuk dari sampin. Tetapi setelah mengalami perubahan desain dari Baju
Adat menjadi Kostum tari. Penyusun merancang dan mengembangkan
sumber ide Baju Teluk Belanga, dengan perkembangan secara bertahap.
Kostum tari bagian mengenakan atasan Baju atasan yaitu Kemeja tanpa
lengan. Namun pada dasarnya Tari Pangimpen yang mengacu pada Tari
Klono Topeng. Kostum tari yang penyusun buat adalah pada atasan tidak
mengenakan kostum hanya mengenakan sampur yang disilangkan di
27
badan. Dalam kostum tari ini penyusun mengembangkan menjadi kostum
atasan yang tidak berlengan dengan bentuk menyilang. Sehingga terlihat
seperti kaweng dalam ciri khas tari Gagahan Pria. Pada pinggang
menggunakan celemek panggul. Celemek panggul adalah hasil
pengembangan dari sampin.
Gambar 2. Baju Teluk Belanga Sumber : de.academic.ru
28
C. DESAIN
Dalam pembuatan atau merancang suatu model Baju, terlebih dahulu harus
membuat desain Baju. Dalam memilih suatu desain Baju diperlukan
pengetahuan, dan ketelitian agar dapat memilih desain yang tepat sesuai
keinginan kita. Desain Baju merupakan bentuk mengekspresikan perasaan
seseorang yang dituangkan dalam bentuk benda atau karya. Desain merupakan
suatu rancangan atau gambaran suatu obyek atau benda yang dibuat
berdasarkan susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur (Sri Widarwati,
1993 :2).
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa desain adalah hasil akhir dari
sebuah proses pemikiran atau ide kreatif yang dibuat berdasarkan susunan dari
garis bentuk warna dan tekstur. Dalam pembuatan desain Baju pengetahuan
mengenai unsur – unsur dan prinsip – prinsip desain perlu diketahui dan
dipelajari ( Sri Widarwati, 1993 : 2). Menurut Widjiningsih ( 1992 : 2 ) desain
adalah suatu rancangan gambar yang nantinya akan dilaksanakan dengan
tujuan tertentu, yang berupa susunan garis, bentuk, warna, dan tekstur.
Sedangkan menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 1) desain dapat diartikan
rancangan sesuatu yang dapat diwujudkan pada benda nyata atau prilaku
manusia yang dapat dirasakan, dilihat, didengar dan diraba. Menurut (Atisah
Sipahelut & Petrussumadi, 1991 : 9) desain ialah pola rancangan yang menjadi
dasar pembuatan suatu benda buatan. Atas dasar pengertian desain di atas
dapat disimpulkan bahwa desain adalah rancangan yang tersusun dari garis,
29
bentuk, ukuran, warna, dan tekstur menjadi satu kesatuan yang menarik antara
bagian yang satu dengan lainnya.
Desain terbagi menjadi dua, yaitu desain struktur dan desain hiasan.
Desain struktur adalah Desain yang berdasarkan bentuk, ukuran, warna, dan
tekstur dari suatu benda, baik bentuk benda yang mempunyai ruang maupun
gambaran dari satu benda. Desain hiasan adalah desain yang berfungsi untuk
memperindah sautu benda. Desain hiasan dapat berupa garis, warna, atau
bahan – bahan lain. Pada desain Baju hiasan ini dapat berupa krah, bordir ,
pita hias, biku, manik- manik, dan lain – lain.
1. Unsur dan Prinsip Desain
Unsur-unsur desain Baju atau elemen-elemen desain yaitu segala
sesuatu yang dipergunakan untuk menyusun suatu rancangan. Agar desain
yang akan dibuat menjadi indah dan sesuai dengan kegunaan, maka perlu
cara penyusunan unsur – unsur tersebut. Selain itu juga harus mengetahui
bagian bagian Baju dan pelengkap Baju agar dapat memilih dan
menerapkannya didalam desain Baju yang baik, sehingga dapat tercipta
Baju yang selaras serasi dan seimbang. Menurut Sri Widarwati (1993) ada
beberapa unsur desain yang harus diketahui yaitu :
Unsur-unsur dan prinsip-prinsip Desain adalah pengetahuan yang dapat
digunakan oleh seorang desainer untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam pembuatan Desain (Chodiyah & Wisri A Mamdy,
1982: 48). Unsur dan prinsip desain Baju dengan kostum tari memiliki
unsur dan prinsip yang sama dalam menciptakan suatu Baju yaitu:
30
a. Unsur Desain
Unsur-unsur desain adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyusun suatu rancangan (Sri Widarwati, 2000 : 7). Unsur desain
adalah unsur yang digunakan untuk mewujudkan desain, sehingga
orang lain dapat membaca desain itu (Atisah Sipahelut
Petrussumadi,1991 : 24). Unsur-unsur Desain adalah unsur-unsur yang
digunakan untuk mewujudkan Desain, sehingga orang lain dapat
membaca Desain itu (Atisah Sipahelut Petrussumadi 1991: 24).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur desain
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyusun dan
mewujudkan suatu rancangan desain, sehingga orang lain dapat
membaca desain tersebut. Adapun unsur-unsur dalam desain Baju
adalah :
1) Garis
Garis merupakan unsur yang tertua yang digunakan untuk
mengungkapkan emosi dan perasaan seseorang. ( Sri Widarwati,
2000 : 7 ). Menurut Widjiningsih ( 1982 : 2 ) garis adalah unsur
yang dapat digunakan untuk mewujudkan emosi, garis itu pula dapat
menggambarkan sifat seseorang. Sedangkan menurut Prapti
Karomah dan Sicilia Sawitri ( 1986 : 35 ) garis adalah himpunan
atau kumpulan titik – titik yang ditarik dari titik yang satu ke titik
yang lain sesuai dengan arah dan tujuan. Menurut Atisah Sipahelut
Petrussumadi (1991 : 24) yang dimaksud dengan unsur garis ialah
31
hasil goresan dengan benda keras diatas permukaan benda alam
(tanah, pasir, daun, batang, pohon dan sebagainya) atau benda
buatan (kertas, papan tulis, dinding dan sebagainya). Menurut Sri
Widarwati (2000 : 8-9) garis dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu :
a) Garis lurus mempunyai sifat kaku, kokoh, keras, tetapi dengan arah garis yang berbeda akan memberikan kesan yang berbeda pula.
b) Garis lengkung mempunyai sifat memberi suasana riang, luwes, lembut dan feminine.
Sifat-sifat garis menurut Prapti Karomah dan Sicilia
Sawitri (1986: 36):
a) Garis lurus, memberi kesan kaku, kuat, tegas, dan gagah. b) Garis melengkung, memberi kesan lembut, indah, dan feminine. c) Garis vertical, memberi kesan melangsingkan, meninggikan,
stabil, dan sifat agung. d) Garis horizontal, memberi kesan melebarkan, memendekkan,
tenang dan tentram. e) Garis diagonal, memberi kesan lincah, gembira dan muda,
garis diagonal yang mengarah horizontal memberi kesan menggemukkan dan garis diagonal yang mengarah vertical memberi kesan melangsingkan.
Dalam desain Baju garis mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Membatasi bentuk strukturnya (siluet). b) Membagi bentuk struktur menjadi bagian-bagian yang
merupakan hiasan dan menentukan model, contoh garis empire, garis princess, longtorso, yoke (pas).
c) Menentukan periode suatu Baju (siluet periode empire, periode princess).
d) Memberi arah dan pergerakan (Chodiyah dan Mamdy,1982 : 8).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
garis adalah hasil goresan benda keras diatas suatu permukaan
yang digunakan untuk mengungkapkan emosi dan perasaan
32
seseorang. Sehingga Melalui garis yang diterapkan pada Bajunya.
Dengan garis tersebut dapat diketahui pesan yang tertuang dalam
karyanya sehingga selain sebagai hiasan, siluet sebuah Baju dapat
diketahui oleh perancangnya.
Menurut Sumaryono (1998 : 5) Garis adalah unsur tari
memiliki arti dalam karakter penari yaitu sebagai berikut:
a) Garis simetris memiliki karakter gerak halus dan lembut. b) Garis asimetris memiliki karakter gerak yang halus tetapi dinamis. c) Garis vertikal memiliki karakter kaku dan gagah. d) Garis harizonal digunakan untuk karakter raksasa atau jahat. e) Garis lengkung memiliki karakter gerak gemulai dan lembut.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa garis
adalah unsur tari memiliki arti dalam karakter penari. Kostum tari
memiliki makna yang bertujuan menjelaskan karakter dalam suatu
gerakan tari. Selain itu garis juga mempunyai sifat-sifat tertentu.
Penerapan garis dapat ditemui pada penciptaan kostum yaitu garis
hias, motif dan siluet yang berfungsi untuk menjelasan karekter
penari.
2. Arah
Arah adalah segala seuatu yang mengarahkan pandangan
tertentu. Namun arah belum tentu terjadi karena garis. Contohnya
kancing yang disusun sejajar arah horisontal sehingga membentuk
seperti garis horisontal (Sri Emy Yuli S ). Setiap garis mempunyai
arah, yaitu mendatar (horizontal), tegak lurus (Vertikal), dan miring
ke kiri dan miring ke kanan (diagonal) (Sri Widarwati, 2000 : 8).
33
Arah merupakan kesan dari suatu benda, baik benda mati maupun
benda hidup ( Atisah Sipahelut & Petrussumadi, 1991 : 25 ).
Menurut (Arifah A. Riyanto, 2003 : 32) antara garis dan arah saling
berkaitan, karena semua garis mempunyai arah yang vertikal,
horizontal, diagonal dan lengkung.
Menurut Widjiningsih (1982:4) sifat arah dibagi menjadi
empat macam,yaitu:
a) Arah mendatar (horizontal), memberi kesan tenang, tentram dan pasif.
b) Arah tegak lurus (vertical), memberi kesan agung, kokoh, stabil, lincah dan berwibawa.
c) Miring kekiri memberi kesan lincah, gembira, dan melukiskan gerakan perpindahan yang dinamis
d) Miring kekanan memberi kesan lincah, gembira dan melukiskan gerakan perpindahan yang dinamis.
Sedangkan menurut Sri Widarwati (1992: 8-9) sifat arah
terbagi menjadi lima, yaitu:
a) Arah garis tegak lurus (vertical) memberikan kesan kelurusan dan melangsingkan.
b) Arah garis lurus mendatar (horizontal) memberikan kesan perasaan tenang, melebarkan dan memendekkan objek.
c) Arah garis lurus miring memberikan kesan dinamis dan lincah. d) Arah garis miring mengarah horizontal memberikan kesan
menggemukkan. e) Arah garis miring mengarah vertical memberikan kesan
melangsingkan.
Berdasarkan pendapat di atas penyusun menyimpulkan bahwa arah
dan garis sangat berhubungan, karena garis lurus arah vertikal,
horizonal dan diagonal, selain garis lurus juga terdapat garis
34
lengkung. Sifat arah diterapkan pada Baju memberikan kesan
kepada pemakai.
Sedang menurut (Sumaryono ,1998 : 5) arah adalah unsur
yang memiliki arti yang menjelaskan karakter penari, yaitu :
a) Arah diagonal pada peletakan motif bertujuan memperjelas karakter lembut pada gerakan tari.
b) Arah vertikal pada garis lipit-lipit bertujuan memperjelas karaker gagahan pada gerakan tari.
c) Arah lengkung pada draperi bertujuan memperjelas karakter gemulai dan feminim pada gerakan tari.
Berdasarkan pendapat di atas, penyusun menyimpulkan bahwa arah
adalah unsur yang memiliki arti yang menjelaskan karakter penari,
yang diterapkan pada kostum tari yang memberi kesan pada penari.
Penerapan arah dapat ditemui pada penciptaan kostum yaitu arah
hias, motif yang berfungsi untuk menjelasan karakter penari
melalui gerakan tari.
3) Bentuk
Setiap benda mempunyai bentuk tersendiri. Begitu pula dengan
Baju. bentuk – bentuk bagian Baju dan motif dapat menentukan
berhasil tidaknya sebuah rancangan Baju.
Dalam suatu desain khususnya desain Baju akan didasarkan
pada beberapa bentuk yang biasanya bentuk geometris atau bentuk
lainya sebagai variasai pada figure seseorang atau pada Baju
(Arifah A Riyanto, 2003 : 38). Bentuk adalah suatu bidang yang
ditarik garis yang tersusun dalam suatu ruang (Widjiningsih,
1982:5). Begitu pula dengan Baju. bentuk – bentuk bagian Baju
35
dan motif dapat menentukan berhasil tidaknya sebuah rancangan
Baju. Unsur bentuk ada dua dimensi dan tiga dimensi. Bentuk dua
dimensi adalah bidang datar yang dibatasi oleh garis, sedangkan
bentuk tiga dimensi adalah ruang bervolume yang dibatasi oleh
permukaan. Bentuk-bentuk dalam Baju antara lain bentuk kerah,
bentuk lengan, bentuk rok, bentuk saku, pelengkap Baju dan motif
(Sri Widarwati, 1993: 10). Bentuk rok berdasarkan desainya dibagi
menjadi beberapa macam yaitu :
a) Rok suai
Rok dengan bentuk yang paling sederhana tanpa ada
pengembang pola.
b) Rok pias
Rok yang terdiri dari beberapa pias biasanya rok pias terdiri dari
paisa 4, 6, 8, 10 dan seterusnya.
c) Rok A line
Rok yang memiliki bentuk menyerupai huruf A yaitu ramping
pada bagian pinggang dan melebar pada bagian bawah.
d) Rok draperi
Rok yang terdapat draperi. Biasanya darperi terletak diatas
pinggang, draperi bias didapat dengan cara pecah pola atau
dengan cara draping.
e) Rok kerut
Rok yang terdapat kerutan.
f) Rok lipit
Rok lipit terdapat dua macam rok lipit hadap dan rok lipit searah.
g) Rok balon
Rok yang terdapat gelembung besar menyerupai balon.
h) Rok balut
36
Rok yang hanya di balut saja.
i) Rok bertingkat
Rok yang mempunyai tingkatan.
j) Rok susun
Rok yang berbentuk susun.
Berdasarkan bentuk desainnya lengan ada berbagai macam bentuk
yaitu:
a) Lengan suai / licin
Lengan yang pas tanpa ada kerutan pada bahu.
b) Lengan puff
Lengan yang mengembang pada bagian atas dan bawah lengan
dan pendek
c) Lengan dolman
Lengan yang mempunyai lengan agak kedalam dan longgar.
d) Lengan balon
Lengan yang bagian tengah mengembang menyerupai balon.
e) Lengan peasant
Lengan panjang tiga perempat, penuh dengan kerut pada bagian
atas dan bawah.
f) Lengan lonceng
Lengan yang bagian bawahnya mengembang sehingga
menyerupai lonceng.
g) Lengan bishop
Lengan licin pada bagian pangkal lengan dan pada bagian ujung
menggembung, panjang lengan sampai pergelangan tsngan serta
dilengkapi dengan manset.
h) Lengan slit
Lengan yang pada belahan pertengahan lengan memakai sehelai
ban sempit pada garis bawah lengan.
37
i) Lengan cape
Lengan berbentuk setengah lingkaran, dipasang tanpa kerut pada
bagian kerah.
j) Lengan kimono
Lengan yang digunting setali dengan bagian bajunya.
Dari beberapa pernyataan tentang bentuk diatas, dapat diketahui
bahwa bentuk adalah perwujudan nyata suatu benda yang dapat
dilihat atau dirasakan dan memiliki dimensi. Menurut Prapti
Karomah (1986 : 15 ) bentuk garis leher berdasarkan desainnya
dibagi menjadi beberapa macam yaitu :
a) Leher bulat Garis leher dengan bentuk yang paling sederhana tanpa ada pengembang pola.
b) Leher U Garis leher dengan bentuk U, yaitu adanya perubahan pola dengan penurunan garis leher 1,5 cm.
c) Leher Segi empat Garis leher dengan bentuk segi empat, yaitu adanya perubahan pola dengan penurunan garis leher 1,5 cm dan mengurangi garis bahu 1 cm.
d) Leher V Garis leher dengan bentuk huruf V.
e) Leher hati( heart ) Garis leher dengan bentuk jantung hati.
f) Leher mendatar (sabrina) Garis leher dengan bentuk datar, melewati leher sampai bahu.
g) Leher tegak Garis leher yang garisnya dinaikkan sehingga bentuknya tegak pada leher.
Menurut sifatnya bentuk dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Bentuk geometris, misalnya segitiga, kerucut, segiempat, trapesium, lingkaran dan silinder.
b) Bentuk bebas, misalnya, bentuk daun, bunga, pohon, titik air, batu-batuan dan lain-lain (Sri Widarwati, 2000 : 10).
38
Menurut Arifah A. Riyanto (2003) bentuk dibedakan menjadi lima,
yaitu:
a) Bentuk segi empat dan segi panjang. b) Bentuk segi tiga dan kerucut. c) Bentuk lingkaran dan setengah lingkaran. d) Bentuk yang mempunyai isi dan ruang. e) Bentuk sebagai hiasan. Menurut penjelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk
adalah suatu bidang yang ditarik garis yang tersusun dalam suatu
ruang. Sedangkan bentuk yang diterapkan pada Baju antara lain
bentuk kerah, bentuk lengan, bentuk rok, bentuk saku, pelengkap
Baju dan motif. Selain itu bentuk terdiri dari bentuk dua dimensi
yaitu bidang datar, bentuk tiga dimensi yaitu ruang yang bervolume
dan bentuk geometris.
Sedangkan unsur bentuk tari menurut Hadi ( 2003: 24)
bentuk adalah salah satu aspek ruang yang selalu ada dalam tari.
Bentuk seni sebagai cipta seniman merupakan wujud dari ungkapan
isi, pandangan dan tanggapannya kedalam bentuk fisik yang dapat
ditangkap indra. Bentuk adalah lahiriah tidak lebih dari suatu
medium, yaitu alat untuk mengungkapkannnya dan menyatakan
keseluruhan tari (Indriyanto, 1998/ 1999 : 119). Bentuk adalah
organisasi dan kekuatan – kekuatan sebagai hasil struktur internal
atau bagian tari ( Soedarsono,1998 : 45). Sedangkan menurut KBBI
(1999 : 119), Bentuk adalah wujud yang ditampilkan yaitu:
a) Bentuk motif bunga pada kostum memiliki karakter feminine yang menggambarkan karakter penari putri.
39
b) Bentuk motif ukir- ukiran pada kostum memiliki karakter gagah yang menggambarkan karakter penari putra.
c) Bentuk motif kupu- kupu, burung merak memiliki karakter riang yang menggambarkan karakter penari anak- anak.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang unsur bentuk, maka dapat
dikatakan bahwa bentuk adalah satu wujud dari tata Baju yang
saling tergantung serta terkait satu sama lain, dan dapat ditangkap
oleh indera sebagai media untuk mengciptakan arti yang ingin
disampaikan oleh penciptanya. Sedangan bentuk yang diterapkan
pada kostum tari bisa dilihat dari bentuk hiasan,kerah, lengan dan
bentuk kostum sehingga menggambarkan karakter pada penari.
4) Ukuran
Desain dipengaruhi oleh ukuran, sehingga untuk memperoleh
desain yang memperlihatkan suatu keseimbangan kita harus
mengatur ukuran unsur yang digunakan dengan baik (Widjiningsih,
1982 : 4).Sedangkan menurut (Sri Widarwati, 1993 : 10). Ukuran
merupakan suatu unsur yang perlu di perhitungkan dalam desain.
Garis dan bentuk mempunyai ukuran yang berbeda, karena ukuran
panjang atau pendeknya garis dan besar atau kecilnya bentuk
menjadi berbeda.
Biasanaya pada Desain Baju, ukuran garis dan bentuk mempunyai
tingkatan. Ukuran ini harus diperhatikan karena mempengaruhi
keseluruhan penampilan Baju yang dibuat. Agar memperoleh
kesatuan Desain yang harmonis, diperlikan ukuran yang sesuai.
40
Baik sesuai antara bagian yang satu dengan yang lain pada Baju
maupun sesuai terhadap ukuran pemakai.
Ukuran yang kontras pada desain Baju dapat menimbulkan
perhatian yang menghidupkan suatu desain, tetapi dapat pula
menghasilakan ketidaksamaan apabila ukurannya tidak sesuai
(widjiningsih, 1982:5). Ukuran pada Baju misalnya dipakai untuk
mengukur panjang rok. Menurut Sri Widarwati (1993:10) ada lima
ukuran panjang rok, yaitu:
a) Mini : rok yang panjangnya 10-15 cm diatas lutut. b) Kini : rok yang panjangnya sampai lutut. c) Midi : rok yang panjangnya 10-15cm dibawah lutut. d) Maxi : rok yang panjangnya diatas pergelangan kaki. e) Longdrees : Gaun panjang.
Menurut pendapat Djati Pratiwi (2001: 60) ukuran panjang
pendek rok dapat dibedakan menjadi beberapa ukuran yaitu :
a) Rok micro : rok yang panjangnya sampai pangkal paha. b) Rok mini : rok yang panjangnya sampai pertengahan paha. c) Rok kini : rok yang panjangnya sampai batas lutut. d) Rok midi : rok yang panjangnya sampai pertengahan betis. e) Rok maxi : rok yang mempunyai bentuk panjang sampai
mata kaki. f) Rok floor : rok yang panjangnya sampai menyentuh lantai. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran
dapat mempengaruhi panjang pendeknya garis dan besar kecilnya
bentuk, yang dapat menimbulkan perhatian dan menghidupkan
suatu desain.
Sedangkan ukuran pada kostum tari mempengarui teknik gerak
dan karakter penari yaitu :
41
a) Rok pendek paha atau 10 diatas lutut yaitu menggambarkan
karakter penari lincah dan riang.
b) Rok panjang sampai lutut yaitu menggambarkan karakter penari
yang gerakanya lincah dan gemulai.
c) Rok panjang sampai pergelangan kaki menggambarkan karakter
penari yang lembut dan anggun.
Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa
ukuran mempengarui karakter penari. Penerapan ukuran kostum
tari pada panjang pendek ukuran pada mempengarui gerak tari
dan sifat penari.
5) Nilai Gelap Terang / Value
Nilai gelap terang adalah suatu sifat warna yang
menunjukkan apakah warna mengandung hitam atau putih (Sri
Widarwati 2000 : 10), nilai ini menunjukkan terang gelapnya corak
warna yang digunakan dalam Baju. Baju kostum pada umumnya
menggunakan warna gelap atau mencolok (warna terang berkilau).
Suatu warna dikatakan gelap apabila warna tersebut cenderung
kewarna hitam dan dikatakan terang apabila warna tersebut
cenderung kewarna putih.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditambahkan nilai gelap terang
tidak hanya menunjukkan apakah warna mengandung hitam atau
putih. Tetapi seberapa banyak suatu benda terkena cahaya yang
juga akan mempengaruhi nilai gelap terangnya. Semakin banyak
42
terkena cahaya benda dapat terlihat terang dan sebaliknya semakin
sedikit terkena cahaya benda akan kelihatan gelap.
Sedangkan dalam tari kostum tari pada umumnya sama
menggunakan warna gelap atau mencolok (warna terang berkilau),
karena dalam hal gelap terang warna mampun komposisi cahaya
sesuai dengan kebutuhan konsep tari. Beberap hal mempengarui
nilai gelap terang dalam menari yaitu:
a) Karakter misalnya warna bahan dan hiasan warna cerah
melihatkan karakter penari riang, sedangan warna gelap
melihatkan karakter penari gelisah, sedih, atau romatis.
b) Cahaya atau lighting juga mempengarui nilai gelap terang pada
bahan, yang menimbulkan kesan alur cerita. Misal warna
bahan merah hati dengan cahaya kuning akan menimbulkan
warna merah keunguan.
Berdasarkan pendapat di atas penyusun menyimpulkan bahwa
gelap terang pada pencahayaan akan mempengarui suasana atau
peristiwa pada suatu agedan. Hal ini bisa lihat dari contoh di atas
bahwa warna kostum tari akan pengarui karakter penari dan
pencahayaan pada panggung juga memberi efek pada alur cerita.
Penerapan pada kostum bisa dilihat dari hiasan dan pemilihan
warna bahan sehingga memberi efek gelap terang dan komposisi
cahaya sesuai dengan kebutuhan konsep tari.
43
6) Warna
Warna menjadi sebagian dari pribadi manusia dimana
terdapat pada lingkungan masyarakat dan budaya tertentu. Warna
mempunyai apresiasi nilai – nilai estetika tertentu pula. Warna
dapat menunjukkan identitas pribadi seseorang bukan suatu
bangsa. Oleh sebab itu pemilihan warna dalam Baju mempunyai
berbagai aspek yang harus diperhatikan. Sehingga tidak dapat
dijadikan generalisasi bahwa warna Baju yang cocok bagi
seseorang, cocok pula bagi orang lain.
Warna membuat sesuatu kelihatan lebih indah dan menarik.
Oleh karena itu dalam berbagai bidang seni rupa, pakaian, hiasan,
tata ruang dan yang lain warna memegang peranan penting
(Widjiningsih, 1982 : 6). Pemilihan kombinasi warna yang tepat
akan memberikan kesan yang menarik meskipun Baju telah
memiliki garis desain yang baik, tetapi bila pemilihan warna tidak
tepat, maka akan Nampak tidak serasi atau kontras (Sri
Widarwati,1993 : 12). Menurut Prang penggolongan warna dibagi
menjadi lima, yaitu :
a) Warna primer : adalah warna – warna yang tidak dapat dihasilkan dari campuran warna –warna lain. Warna primer ialah merah, biru, kuning.
b) Warna sekunder : adalah warna yang dihasilkan dari percampuran antara warna primer, pencampuran warna ini menghasilkan warna ungu, hijau, jingga.
c) Warna antara (intermedient) : ungu biru, hijau jingga, merah ungu, jingga kuning hijau.
44
d) Warna tersier : adalah campuran warna –warna sekunder. Yaitu biru kehijauan, ungu kebiruan, ungu kemerahan, hijau kekuningan, jingga kebiruan. e) Warna kwarter.
Sedangkan menurut Arifah Ariyanto (2003), warna dapat dibedakan
menjadi :
a) Warna dingin, yaitu warna yang mengandung unsur hijau dan biru (hijau, biru hijau, biru ungu dan ungu). Warna ini memberikan kesan menjauh dan lebih kecil.
b) Warna panas, yaitu warna yang mengandung unsur merah dan kuning (merah, merah jingga dan kuning) warna panas mempunyai sifat mendorong.
Menurut Sulasmi Darmaprawira ( 2002 : 146 ) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi dalam penampilan, yaitu:
1) Efek Cahaya
2) Tekstur
3) Umur Pemakai
4) Ukuran Pemakai
5) Kepribadian Pemakai
6) Wajah Pemakai
7) Kesempatan Memakainya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
warna memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu pemilihan
motif dan kombinasi warna dapat memberikan kesan gemuk
atau kurus. Selain itu keindahan dalam suatu Baju sangat
dipengaruhi oleh pemilihan kombinasi warna. Berdasarkan
pendapat diatas dapat diketahui bahwa warna adalah unsur
45
desain yang memegang peranan penting, karena membuat
sesuatu berkesan lebih indah, menarik, baik dalam bidang seni,
desain, pakaian, hiasan maupun tata ruang
Konsep warna menurut Pajianto ( 2003 : 139) ada 4 arti
yaitu sebagai berikut:
a) Kuning: Berarti riang dan menarik, mendorong sistem saraf dan pikiran. Warna kuning menimbulkan muda, kuning merupakan salah satu elemen dari udara yang merupakan simbolisasi dari matahari, pasir dan kekuatan dalam pikiran.
b) Hijau: Melambangkan pada rumput dan perpohonan memberi kesan tenang dan santai.
c) Orange: Memberi kesan kehangatan jaminan membangkitkan pikiran emosional.
d) Coklat: Memberi kesan kehidupan netralitas keintiman dan kesan tadisional serta kesuburan.
e) Hitam : Berkesan elegan,kebijaksanaan, bersifat netral.
Dalam konsep warna memiliki arti dan karakter dalam
menggambarkan suasana penari. Warna juga mempengarui
lighting atau cahaya untuk memberi efek cahaya waktu
pementasan yaitu :
a) Warna kostum merah,emas dan coklat dengan cahaya
warna merah memberi efek romatis, sedih dan gelisah.
b) Warna kostum orange, hijau dan biru dengan cahaya warna
kuning memberi efek riang dan lembut.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
konsep warna memiliki daya tarik tersendiri yang
menggambarkan suasana penari. Selain itu keindahan dalam
suatu kostum sangat dipengaruhi oleh pemilihan kombinasi
46
warna dan lighting atau cahaya karena membantu menambah
daya tari dan menjelaskan kisah peran penari.
7) Tekstur
Tekstur adalah sifat permukaan dari garis, bidang
maupun bentuk (Widjiningsih, 1982 : 5). Sedangkan menurut
(Enny Zuhni Khayati, 1997 :1). Tekstur merupakan sifat
permukaaan dari suatu benda yang dapat dilihat, diraba dan
dirasakan. Sifat – sifat permukaan tersebut antara lain kaku,
kasar, lembut, halus, tebal, tipis dan transparan (tembus terang),
(Sri Widarwati, 1993 : 14).
Garis, bidang dan bentuk mempunyai suatu tekstur atau
sifat permukaan, selain dapat dilihat juga dapat dirasakan.
Misalnya sifat permukaan yang kaku, lembut, kasar, halus,
tebal ,tipis dan tembus terang (Chodiyah dan Wisri A. Mamdy,
1982 : 22). Menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 47) Pemilihan
tekstur hendaknya disesuaikan dengan model yang dirancang.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa tekstur
adalah suatu garis, bidang atau bentuk yang dapat dilihat dan
dirasakan yaitu lembut, kasar, kaku, tipis, tebal dan tembus
terang pada permukaan pada bahan.
Demikian dengan kostum tari unsur tekstur hendaknya
disesuaikan dengan model yang dirancang karena terpengaruh
dengan karakter penari, yaitu lembut, kasar, alus, tebal dan tipis.
47
Teksur pada kostum mencermin karakter penari sesuai dengan
tokoh atau peran misalnya :
a) Tekstur lembut digunakan untuk penari yang memiliki
karakter alusan.
b) Tekstur tebal digunakan untuk penari putra yang memiliki
karakter gagah.
c) Tekstur kasar dan kaku untuk penari putra yang
memerankan karakter jahat .
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
tekstur hendaknya disesuaikan dengan model yang dirancang
karena terpengaruh dengan karakter penari. Penerapan tekstur
pada kostum akan membantu dalam gerak dan peran atau
karakter yang dimaikan pada suatu adegan.
b. Prinsip Desain
Suatu hukum kombinasi yakni bagaimana unsur unsur itu disusun
atau dikombinasikan untuk mengahsilkan efek tertentu. Prinsip-
prinsip desain adalah suatu cara menggunakan dan
mengkombinasikan unsur-unsur desain menurut prosedur tertentu
(Widjiningsih, 1982 : 11). Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000 :
15). Prinsip desain adalah suatu cara untuk menyusun unsur-unsur
sehingga tercapai perpaduan yang memberi efek tertentu.
Menurut Sri Widarwati (2000 : 15-21) prinsip-prinsip desain terdiri
dari:
48
1) Keselarasan / Kesatuan
Suatu obyek dikatakan selaras apabila dalam obyek tersebut
adanya kesinambungan antara unsur – unsur, ide, tema. Misalkan
dalam sebuah Baju yang memilki tema flora, maka akan tercetus
ide tentang penggunaan warna – warna natural atau alam seperti
hijau pada daun, kuning pada bunga matahari, tidak mungkin
tercetus warna metalik. Penerapan warna dalam sebuah desian
Baju, harus mempunyai ketertarikan atau kesinambungan. Jangan
sampai menggunkan warna yang banyak dan saling kontras.
Sehingga menimbulkan kesan terlalu ramai. Keselarasan
merupakan asas yang paling penting diantara semua asas desain.
Keselarasan adalah suatu asas dalam seni yang mencerminkan
kesatuan melalui pemilihan dan susunan objek dan ide-ide
(Chodiyah dan Wisri A. Mamdy, 1982 : 25). Sedangkan
keselarasan dalam pengertiannya yang pokok berarti kesan
kesesuaian, antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam
suatu benda, atau antara benda yang satu dengan benda lain yang
dipadukan, atau juga antara unsur yang satu dengan yang lainnya
pada suatu susunan (komposisi) ( Atisah Sipahelut, 1991 : 19).
Keselarasan adalah kesatuan diantara macam-macam unsur desain
walaupun berbeda tetapi membuat tiap-tiap bagian itu kelihatan
bersatu. Keselarasan atau keserasian dapat dicapai dengan tiga hal
yaitu, keselarasan dalam garis dan bentuk, keserasian dalam
49
tekstur, dan keserasian dalam warna (Sri Widarwati, 2000 : 15-17).
). Keselarasan dalam suatu desain dapat dicapai dengan beberapa
cara, yaitu :
a) Keselarasaan Dalam Garis dan Bentuk Keselarasan dala garis dan bentuk pada Baju, misalnya bentuk kerah bulat dan bentuk saku membulat pada sudutnya.
b) Keselarasan Dalam Tekstur Tekstur yang kasar tidak dapt dikombinasikan dengan tekstur yang halus. Pengkombinasian tekstur dalam model Baju harus serasi sehingga Baju lebih menarik.
c) Keselarasan dalam Warna Keselarsan dalam warna akan dicapai dengan tidak menggunakan terlalu banyak warna. Pedoman yang lebih dari tiga warna bahkan dua sudah cukup.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikaji bahwa keselarasan
adalah keserasian atau kesesuaian antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain dalam suatu benda yang mencerminkan kesatuan
melalui pemilihan dan susunan objek dan ide-ide.
Demikian dengan kostum tari keselarasan sangat penting
karena kostum tari memiliki bagian yang harus menampilkan
keserasiaan yaitu, kostum dengan perlengkapan tari yang sesuai
dengan jenis tarianya. Misalnya tari mengGagahan pria
menggunakan sampur untuk selempang. Keserasiaan juga bisa
dilihat dari perlengkapan aksesoris dengan kostum dan properti
dalam jenis tarian tersebut.
Demikian dengan pembuatan kostum tari harus selaras pada
memakainya misalnya :
50
a) Tekstur halus dengan dikombinasi dengan tekstur kilau akan
memberi kesan gemulai.
b) Warna gelap dikombinasi warna terang akan memberi efek
cerah.
c) Bentuk motif geometris memberi kesan tegas.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kostum
tari akan kelihatan selaras jika yang menggunakan sesuai dengan
kebutuhan dalam menari. Penerapan kesalaran pada kostum bisa
dilihat pada pemilihan garis hias, bentuk, warna, tekstur dan motif
sehingga akan memberi kesan yang indah dan serasi.
2) Perbandingan atau proporsi
Perbandingan digunakan untuk menampakkan lebih besar
atau lebih kecil dan memberikan kesan adanya hubungan satu
dengan yang lain, yaitu pakaian dan pemakainya. Perbandingan
yang kurang sesuai dalam berBaju akan kelihatan kurang
menyenangkan (Sri Widarwati, 1993 : 17).
Perbandingan adalah penyusunan unsur-unsur desain pada suatu
desain Baju dengan perbandingan yang baik sehingga mencapai
suatu keselarasan yang menyenangkan penglihatan dan perasaan
serta memberi kesan yang lebih indah pada si penakai Prapti
Karomah & Secilia Sawitri (1986:69) menurut Arifah A. Ariyanto
proporsi pada suatu desain Baju yaitu cara mendapatkan unsur-
unsur atau bagian-bagian Baju yang berkaitan dengan jarak,
51
ukuran, jumlah, tingkatan, atau bidang pada suatu model Baju
(2003:52). Pendapat lain mengatakan proporsi yaitu hubungan
suatu bagian dengan bagian yang lain dalam suatu susunan
(Widjiningsih, 1982:13).
Menurut Widjiningsih (1993 ; 17), untuk memperoleh proporsi
yang baik haruslah diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a) Harus mengetahui bagaimana menciptakan hubungan jarak yang baik supaya memperoleh susunan yang menyenangkan.
b) Harus dapat membuat perubahan dalam membuat perubahan dalam rupa sesuai dengan yang diinginkan supaya memperoleh ukuran dan bentuk yang baik.
c) Supaya dipertimbangkan apakah ukuran itu dapat dikelompokkan bersama – sama dengan baik.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa
perbandingan atau proporsi adalah cara menempatkan unsur –
unsur dalam suatu susunan desain Baju yang menimbulkan suatu
keselarasan yang menyenangkan dan memberi kesan adanya
hubungan antara pakaian dengan pemakainya.
Proporsi yang diterapkan pada suatu desain Baju dapat
memberi kesan lebih tinggi, lebih pendek, lebih besar, atau lebih
kecil pada penampilan seseorang (Arifah A. Ariyanto, 2003:52).
Pada dasarnya relasi perbandingan proporsi pada Desain Baju
dapat dilakukan pada satu atau semua dari empat tingkatan seperti
dikemukakan oleh Marian L. Davis (1980: 243) pada bukunya
Visual Design In Dress, yaitu:
52
a) Proporsi yang pertama, yaitu proporsi dalam suatu bagian memperbandingkan panjang ke lebar dalam satu benda segi empat atau rok.
b) Proporsi yang kedua, yaitu proporsi diantara bagian- bagian dari suatu desain seperti proporsi dalam satu model rok dan blus. Proporsi diantara bagian- bagian dari suatu desain ini dapat pula berupa proporsi warna yang dikombinasikan dengan warna lain, atau bahan polos dengan bahan bercorak.
c) Proporsi yang ketiga, yaitu proporsi dari keseluruhan bagian suatu desain, dapat dicontohkan dengan membandingkan keseluruhan Baju dengan adanya warna gelap dan terang polos dan bercorak,dan lain-lain.
d) Proporsi yang keempat, yaitu proporsi dari tatanan Baju dengan pelengkapnya seperti adanya bentuk dan ukuran suatu desain yang melengkapinya saat dikenakan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
perbandingan atau proporsi memiliki unsur desain perbandingan
yang baik sehingga mencapai suatu keselarasan dalam bagian-
bagian Baju yang berkaitan dengan jarak, ukuran, jumlah,
tingkatan, atau bidang pada suatu model Baju.
Demikin dengan kostum tari perbandingan atau proporsi
pada suatu desain akan memberi daya tarik tersendiri. Sehingga
perbandingan baik warna, hiasan, garis pada kostum juga
menentukan jenis peranan yaitu :
a) Perletakan warna, hiasan, garis,bentuk dan ukuran untuk
menentuk tokoh atau peran dalam tari.
b) Peletakan sampur tinggi rendah yang berfungsi untuk jenis
gerakan.
53
Perdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
Perbandingan kostum tari akan memberi daya tarik baik
kemampuan atau jenis peran dalam tarian. Dalam penerapan
perbandingan pada kostum bisa dalam dilihat dalam pemilihan
warna, hiasan, garis,bentuk dan ukuran.
3) Keseimbangan
Keseimbangan adalah pengaturan unsur-unsur desain pada
Baju secara baik sehingga nampak serasi pada si pemakai. Asas ini
digunakan untuk memberikan perasaan ketenangan dan kestabilan
(Sri Widarwati, 1993 : 17). Ada dua macam untuk memperoleh
keseimbangan yaitu simetris dan asimetris
1) Keseimbangan Simetris Jika unsur-unsur bagian kiri dan bagian kanan suatu desain sama jarakya dari pusat.
2) Keseimbangan Asimetris Jika unsur-unsur bagian kiri dan bagian kanan suatu desain tidak sama jaraknya dari pusat melainkan dengan diimbangi oleh suatu unsur lain. Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa
keseimbangan adalah pengaturan unsur-unsur desain pada Baju
secara baik sehingga nampak serasi dan memberikan perasaan
ketenangan dan kestabilan pada si pemakai.
4) Irama / ( Rhytm )
Irama ( rhytm) pada suatu desain Baju merupakan suatu
pergerakan yang teratur dari suatu bagian kebagian lainnya, yang
dapat dirasakan dengan penglihatan (Arifah A.Riyanto, 2003 : 57).
Menurut Sri Widarwati (2000 : 17), irama adalah pergerakan yang
54
dapat mangalihkan pandangan mata dari satu bagian kebagian lain.
Sedangkan menurut Atisah Sipahelut Petrussumadi (1991 : 20)
irama ialah untaian kesan gerak yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
yang dipadukan secara berdampingan dan secara keseluruhan
dalam suatu komposisi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa irama
adalah suatu pergerakan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur yang
dipadukan secara berdampingan dan secara keseluruhan dalam
suatu komposisi yang dapat mengalihkan pandangan mata dari
suatu bagian kebagian lain. Ada empat macam cara untuk
menghasilkan irama dalam desain Baju, yaitu:
a) Pengulangan ( Repetition )
Pengulangan (repetition) dalam suatu desain Baju yaitu
penggunaan satu unsur desain yang diletakkan pada dua atau
beberapa bagian pada suatu desain Baju, seperti garis, bentuk,
tekstur, ruang, warna dan corak (Arifah A.Riyanto, 2003 : 57).
Menurut Sri Widarwati (2000 : 17) pengulangan adalah suatu
cara untuk menghasilkan irama antara lain melalui
pengulangan garis misalnya lipit, renda, kancing, dan
sebagainya. Sedangkan menurut Widjiningsih (1982 : 22)
pengulangan secara teratur suatu bentuk pada jarak-jarak
tertentu menciptakan pergerakan yang membawa pandangan
mata dari suatu unit ke unit berikutnya.
55
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa
pengulangan adalah penggunaan suatu unsur desain seperti
garis, tekstur, ruang, warna dan corak untuk menghasilkan
irama yang membawa pandangan mata dari suatu unit ke unit
berikutnya.
b) Radiasi
Garis pada pakaian yang memancar dari pusat perhatian
akan menghasilkan suatu irama yang dinamakan radiasi. Garis-
garis radiasi pada Baju terdapat pada kerutan-kerutan yang
memancar dari garis lengkung (Chodiyah dan Wisri A Mamdy,
1982 : 31). Menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 64) radiasi
adalah garis yang memancar dari pusat perhatian kesegala arah
yang menghasilkan irama. Sedangkan menurut Widjiningsih
(1982 : 19) radiasi yaitu sejenis pergerakan yang memancar
dari titik pusat kesegala arah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikemukan bahwa radiasi
adalah garis pada pakaian yang menghasilkan irama dan
memancar dari pusat perhatian kesegala arah.
c) Peralihan ukuran
Pengulangan dari ukuran besar keukuran kecil atau
sebaliknya akan menghasilkan irama yang disebut peralihan
ukuran (gradation) (Chodiyah dan Wisri A Mamdy, 1982 : 32).
Menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 62) peralihan ukuran adalah
56
rangkaian yang berdekatan atau yang berdampingan serupa,
yang sama bentuknya atau jaraknya berubah secara bertahap
dari ukuran atau jarak yang sempit menjadi besar dalam suatu
unit atau melebar.
Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000 : 21) peralihan ukuran
adalah pengulangan dari ukuran besar ke ukuran kecil atau
sebaliknya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa peralihan ukuran adalah suatu rangkaian yang
berdekatan yang berubah secara bertahap dari ukuran besar ke
ukuran kecil atau sebaliknya sehingga menghasilkan irama.
d) Pertentangan dan kontras
Menurut Sri Widarwati (2000 : 21), pertemuan antara
garis tegak lurus dan garis mendatar pada lipit-lipit atau garis
hias adalah contoh pertentangan atau kontras. Kain berkotak-
kotak atau lipit-lipit juga merupakan contoh pertentangan.
Menurut Widjiningsih (1982 : 10) pertentangan atau kontras
merupakan kombinasi dari unsur-unsur yang tidak mempunyai
persamaan atau bertentangan. Sedangkan menurut Chodiyah
dan Wisri A Mamdy (1982 : 33) pertentangan atau kontras
adalah pertemuan antara garis tegak lurus dan garis mendatar
pada lipit-lipit atau garis luar. Berdasarkan penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa pertentangan dan kontras adalah
kombinasi dari unsur-unsur desain yang bertentangan.
57
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
irama (rhytm) pada suatu desain Baju merupakan suatu
pergerakan yang teratur dari suatu bagian kebagian lainnya,
yang dapat dirasakan dengan penglihatan. Penerapan pada
Baju ada empat macam cara untuk menghasilkan irama dalam
desain Baju, yaitu: pengulangan, radiasi, peralihan uluran dan
pertentangan serta kontras.
Demikian dengan kostum tari rhytm atau irama yang
memiliki tingkatan. Sedangakan menurut Had ( 2003: 62)
bahwa irama adalah salah satu elemen estetis dalam tari yang
sangat kuat. Sedangan irama dalam kostum tari bisa dihasilkan
melalui berbagai macam cara yaitu:
a) Warna cerah kewarna gelap atau sebaliknya.
b) Jarak sampur tinggi rendah.
c) Hiasan garis yang berlipit lipit, berkerut dan peletakan
tinggi rendah hiasan ( payet , bordir dan motif).
d) Draperi yang memiliki tingkatan tinggi rendah.
e) Circle berkerut atau bergelombang.
Berdasarkan penjelsan di atas dapat disimpulkan bahwa
irama adalah salah satu elemen estetis dalam tari yang sangat
58
kuat. Sedangan penerapan irama pada kostum tari bisa
berupa pemilihan warna bahan, motif, hiasan dan garis.
5) Pusat perhatian
Desain Baju harus mempunyai satu bagian yang lebih
menarik dari bagian-bagian lainnya, dan ini disebut pusat
perhatian. Pusat perhatian pada Baju dapat berupa kerah yang
indah, ikat pinggang, lipit pantas, kerutan, bros, syal, warna
dan lain-lain. Pusat perhatian ini hendaknya ditempatkan
pada suatu yang baik dari sipemakai. (Sri Widarwati, 2000 :
21). Dalam meletakkan pusat perhatian pada sebuah desain
hendaknya disusun mana yang akan dijadikan pusat perhatian
yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, atau hanya satu-
satunya pusat perhatian (Arifah A. Riyanto, 2003 : 6).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa pusat perhatian adalah suatu bagian yang lebih
menarik dari bagian-bagian lainnya dalam suatu Baju. Pusat
perhatian dapat terdiri dari pusat perhatian pertama, kedua
dan ketiga atau hanya satu-satunya pusat perhatian.
Demikian dengan pusat perhatian pada kostum adalah
suatu benda yang memiliki daya tarik lebih dari benda yang
lain.
Kostum tari pusat perhatian bisa dilihat dalam berbagai
segi yaitu, hiasan, bentuk kostum, properti dan alur cerita sehingga
59
menjadi pusat perhatian penonton. Contoh tersebut bisa dijelaskan
dibawah ini yaitu:
a) Hiasan bisa berupa bordir, manik, payet yang diletakan pada
bagian tertentu misalnya kerah, lengan dan lain- lain.
b) Bentuk kostum misalnya kostum kelinci, burung merak dan
kostum semar.
c) Properti misalnya dibuat dengan emas yang diukir dan dikasih
permata yang berwarna- warni.
d) Alur cerita lucu, sedih dan romatis.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pusat perhatian adalah suatu benda yang memiliki daya tarik lebih
dari benda yang lain. Penerapan pusat perhatian pada kostum tari
bisa dilihat dalam berbagai segi yaitu, hiasan, bentuk kostum,
properti dan alur cerita sehingga menjadi pusat perhatian penonton.
2. Desain Kostum Tari
Desain kostum tari sebenar sama dengan Desain Baju yang
memiliki arti sebagai proses rancangan bentuk dengan tujuan supaya
benda yang dirancang mempunyai fungsi atau berguna serta mempunyai
nilai keindahan. Desain dihasilkan melalui pemikiran, pertimbangan,
perhitungan, rasa oleh karena itu lebih baik mengerti secara umum
tentang pengertian Desain kostum tari yaitu :
60
a. Pengertian Desain Kostum Tari
Kostum sering juga disebut dengan Baju Desain Baju adalah
suatu rancangan atau gambaran suatu objek atau benda yang dibuat
berdasarkan susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur. Desain ini
meliputi desain stuktur yang berupa siluet dan tekstur hiasan yang
hanya untuk memperindah (Sri Widarwati, 1993 : 3).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa desain Baju
adalah suatu rancangan gambar dibidang Baju yang berupa susunan
garis, bentuk, warna dan tekstur
Desain adalah suatu rancangan atau gambaran suatu obyek atau
benda, dibuat berdasarkan susunan dari garis, bentuk, warna dan
tekstur (Chodiyah & Wisri A Mamdy, 1982: 6). Sedangkan menurut
Arifah A. Riyanto (2003: 1) Desain Baju yaitu rancangan model
Baju yang berupa gambar dengan mempergunakan unsur garis,
bentuk, siluet (silhouette), ukuran, tekstur yang dapat diwujudkan
menjadi Baju. Desain Baju ialah rancangan suatu gagasan di bidang
pakaian yang memungkinkan orang mewujudkan bendanya (Z.D.
Enna Tamimi 1982: 25). Desain kostum tari ialah rancangan Baju
yang didalam bentuk dan fungsinya, memahami dan mengetahui
nilai-nilai yang berkaitan dengan topik seperti nilai filosofi, historis,
etis, estetik Bajulgerak dan nilai religi (Sri Kurniati, 2006: 2)
Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan
bahwa Desain Baju untuk sebuah kostum tari adalah rancangan atau
61
gambaran suatu Baju yang dibuat berdasarkan jenis tarian yang akan
dimainkan, serta terdapat unsur nilai-nilai yang berkaitan dengan
topik seperti nilai filosofi, historis, etis, estetik Baju/gerak dan nilai
religi.
b. Penggolongan Desain Kostum Tari
Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982 : 2), terdapat
dua macam Desain yaitu :
1) Desain Struktur
Desain struktur adalah Desain berdasarkan bentuk, ukuran,
warna dan tekstur dari suatu benda. Desain dapat berbentuk benda
yang merniliki tiga ukuran (dimensi) maupun gambaran dari suatu
benda dan dikerjakan diatas kertas. Menurut Arifah. A. Riyanto
(2003: 71) yang dimaksud Desain structural pada Baju ialah suatu
susunan garis, bentuk yang dipadukan menjadi suatu rancangan
model Baju yang dapat berbentuk menjadi berbagai siluet.
Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000: 2) Desain struktur pada
Desain Baju mutlak harus dibuat dalam suatu Desain dan disebut
siluet. Berdasarkan garis yang digunakan dibedakan berbagai
macam struktur dasar siluet model pakaian. Macam-macam siluet
tersebut adalah Siluet A (gaun terusan dengan bagian badan yang
ketat tetapi kemudian melebar ke bawah), I (gaun terusan dengan
bentuk longgar dan lurus dari atas ke bawah), Y (gaun terusan
dengan bagian badan sangat longgar tetapi roknya ketat), X (gaun
terusan dengan bagian badan biasa, pinggang ketat dan bagian
62
bawahnya bermodel payung), H (Baju yang mempunyai garis luar
lurus dari atas kebawah, ditengah dipotong oleh garis melintang
dan bustle (gaun terusan yang pada bagian pantat besar dan turun
ke bawah mengecil).
Desain struktur adalah susunan dari garis, bentuk, warna dan
tekstur dari suatu benda yang mempunyai ruang maupun
gambaran dari suatu benda (Widjiningsih, 1982: 1).
Bedasarkan pendapat di atas Penyusun menyimpulkan bahwa
Desain struktur adalah suatu Desain Baju yang mutlak harus
dibuat dalam suatu Desain melalui suatu susunan garis, bentuk,
ukuran, warna dan tekstur dari suatu benda yang dipadukan
menjadi suatu rancangan model Baju yang dapat berbentuk
menjadi berbagai siluet.
Adapun syarat-syarat Desain struktur meliputi:
a) Bentuk sederhana dan indah.
b) Disesuaikan dengan warnanya.
c) Praporsi yang baik.
d) Dibuat dari bahan yang sesuai.
2) Desain Hiasan
Desain hiasan pada Desain Baju adalah bagian-bagian
dalam bentuk struktur yang tujuannya untuk mempertinggi
keindahan Desain strukturnya. Adapun syarat-syarat menurut
(Widjiningsih 1992: 2) Desain hiasan meliputi:
a) Penggunaan hiasan tidak berlebihan.
63
b) Letak hiasan mempertimbangkan dengan bentuk strukturnya. c) Memperhatikan efek-efek yang ditimbulkan dari latar
belakang Desain struktur. d) Pola hiasan disesuaikan dengan bentuk badan. e) Hiasan harus sesuai dengan bahan Desain strukturnya.
Desain hiasan juga dapat diartikan sebagai Desain
dekoratif yaitu suatu Desain yang dibuat untuk memperindah
Desain struktur baik sebagai hiasan saja maupun mempunyai
fungsi ganda (Arifah. A. Riyanto, 2003 : 72). Menurut
(Widjiningsih, 1982 : 1) Desain hiasan Baju merupakan bagian-
bagian dalam bentuk strukturnya yang dibuat dengan tujuan
meningkatkan kualitas keindahan pada Baju. Pada Desain Baju
hiasan dapat berbentuk krah, saku, renda-renda, pita hias,
kancing-kancing, lipit-lipit, sulaman dan lain-lain. Desain
hiasan adalah Desain yang berfungsi untuk memperndah suatu
benda. Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000: 2) yang
dimaksud dengan Desain hiasan pada Baju adalah bagian-
bagian dalam bentuk struktur yang tujuannya untuk
mempertinggi keindahan Desain struktur. Menurut Arifah A.
Riyanto (2003: 68), Desain Baju dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu :
a) Desain Fungsional Desain fungsional yaitu Desain yang memperhatikan tentang manfaat dan penampilan dari Baju yang dipakai seseorang. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan ataupun dari bagian-bagiannya. Contohnya Baju untuk sekolah, tidur, kerja, saku, lubang, kancing, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam membuat Baju perlu dipikirkan secara keseluruhan dari fungsi Baju tersebut dan bagian-bagiannya.
64
b) Desain Struktural Desain struktural adalah suatu susunan garis, bentuk, yang dipadukan menjadi suatu rancangan model Baju yang dapat berbentuk menjadi berbagai macam siluet, seperti A, S, H, I, Y dan bustle.
c) Desain Dekoratif Desain dekoratif ialah suatu Desain yang dibuat untuk memperindah Desain strukturalnya baik hiasan saja maupun mempunyai fungsi ganda. Yang bersifat Desain dekoratif lebih dekat hubungannya dengan pengaruh visual atau penampilannya. Jadi, apabila hiasan tersebut dihilangkan tidak akan mempengaruhi struktur Desain Bajunya, seperti peletakkan renda pada bagian dada, lipit jarum, hiasan dengan berbagai teknik menghias (menyulam, terawang, bordir, aplikasi, dan lain-lain), bisban, kerah, quilting. Selain yang bersifat dekoratif saja, adapula yang berfungsi ganda, ialah bersifat dekoratif dan bersifat fungsional, misalnya kancing, smoke, kerutan dengan elastis atau benang karet, saku, manset.
Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan
bahwa Desain hiasan adalah suatu Desain atau bagian-bagian
dalam bentuk struktur yang bertujuan untuk memperindah dan
mempertinggi Desain struktur baik sebagai hiasan saja
maupun mempunyai fungsi ganda.
c. Teknik Penyajian Gambar
Pada dasarnya teknik penyajian gambar desain Baju dengan
kostum sama karena untuk mendapatkan suatu hasil karya yang baik,
harus mengetahui teknik penyelesaiannya. Dalam desain Baju, yang
dimaksud dengan teknik penyelesaian ialah cara menyelesaikan
gambar desain Baju yang telah diciptakan diatas tubuh sehingga
gambar tersebut dapat terlihat:
1) Bahan dan permukaan tekstil serta warna yang dipakai.
65
2) Hiasan pada pakaian yang dijahitkan seperti kancing, renda dan
bisban.
3) Teknik penyelesaian desain Baju itu, misalnya lipit jarum,
kantong yang ditempelkan dan kantong dalam (Chodiyah dan
Wisri A.Mamdy, 1982 : 123).
Sedangkan menurut Sri Widarwati (1996: 72), teknik
penyajian gambar bertujuan untuk mengembangkan ide-ide dan
menerapkannya pada kertas secepat mungkin.
Teknik penyajian gambar dibagi menjadi lima, yaitu
1) Design Sketching
Maksud design sketching atau mengambar sketsa ialah
untuk mengembangkan ide-ide dan menerapkannya pada kertas
secepat mungkin. Dalam design sketching ini kita harus dapat
mengembangkan style dengan cara kita sendiri. Dalam design
Sketching kita harus dapat mengembangkan style sesuai dengan
kreatifitas dan imajinasi kita sendiri.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar sketsa
menurut Sri Widarwati (1993) adalah :
a) gambar sketsa harus jelas, tidak menggunakan detail-detail yang tidak berguna.
b) Dapat dibuat langsung diatas kertas c) Sikap lebih variasi, memperlihatkan segi- segi yang menarik
dari desain d) Menggambar semua detail dalam kertas e) Tidak menghapus apabila timbul ide baru f) Memilih desain yang disukai
66
2) Production Sketching
Production sketching ialah suatu sketsa yang akan digunakan
untuk tujuan produksi suatu Baju. Production sketching
dimaksudkan untuk membantu para pembuat pola dalam
menjalankan tugasnya. Jadi seorang pembuat pola harus bisa
membaca sketsa dan menganalisa dari sketsa desain yang ada.
3) Presentation Drawing
Presentation drawing adalah suatu sajian gambar atau koleksi
yang ditunjukkan kepada pelanggan atau (buyer). Oleh karena
itu dalam penyajian dan pengaturannya (lay out) harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a) Membuat sketsa desain dengan teliti pada kertas.
b) Membuat sheet bagian belakang (back view). Digambarkan
diatas proporsi tubuh atau digambar sebagai (flat).
c) Beri sedikit keterangan tentang detail pakaian.
d) Menempelkan contoh bahan pada sheet, jangan terlalu besar
cukup 2 ½ cm x 2 ½ cm.
4) Fashion Ilustration
Fashion Ilustration adalah suatu sajian gambar fashion yang
dimaksudkan untuk tujuan promosi suatu desain. Seorang
fashion illustrator bertugas membuat suatu ilustrasi untuk suatu
promosi sesuatu desain dan biasanya bekerja untuk suatu
majalah, koran, buku dan lain-lain. Untuk fashion illustration
67
menggunakan proporsi tubuh 9 X atau 10 X tinggi kepala.
Dalam hal ini kaki dibuat lebih panjang.
5) Three Dimention Drawing
Three dimention drawing merupakan suatu sajian gambar
yang menampilkan ciptaan desain Baju dengan bahan
sebenarnya. Dibuat dalam tiga kenampakkan (tiga dimensi).
Gambar ini umumnya digunakan untuk mempromosikan bahan
baru dari suatu industri tekstil, biasanya berupa gambar proporsi
tubuh dengan menghadap kedepan, luwes dan menarik.
Bagian gambar yang tidak diselesaikan dengan bahan tetap harus
diselesaikan dengan menggunakan cat air. Sedangkan bagian
pakaian diselesaikan dengan menggunakan kain yang
sesungguhnya dengan cara diselipkan pada bagian sisi-sisinya.
Pada bagain yang menonjol diberi kapas. Pada bagian belakang
kertas diberi kertas lain untuk menutupi kampuh atau sisa bahan.
Dari lima macam teknik penyajian gambar yang dijelaskan
diatas menggunakan tiga teknik penyajian dalam laporan ini.
Penyajian gambar pertama berupa desain sketching, dimana
terdapat desain bagian-bagian Baju yang kemudian
dikembangkan menjadi satu kesatuan dalam suatu desain kostum
tari. Penyajian gambar kedua berupa production sketching yaitu
berupa gambar kerja Baju dan gambar kerja hiasan Baju.
Penyajian gambar ketiga berupa presentation drawing dengan
68
mengambar bagian depan dan belakang Baju, dari sajian gambar
ini dijelaskan bagian-bagian dari kostum tari yang dirancang.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
penyajian gambar adalah cara menyelesaikan gambar desain
Baju sesuai keinginan dengan mengembangkan ide-ide dan
menerapkannya pada kertas dengan secepat mungkin.
Adapun langkah-langkah dalam menggambar tiga dimensi
adalah sebagai berikut :
a) Menggambar desain busana diatas proporsi tubuh yang lengkap
b) Menyelesaikan gambar (memberi warna).
c) Memotong pada bagian-bagian tertentu, misalnya pada panjang
bahu sampai batas panjang lengan atas dan bawah, sisi badan
kanan dan kiri. Untuk bagian lubang leher, lubang lengan dan
batas bawah rok tidak dipotong. Bagian ini diselesaikan dengan
penyelesaian jahitan yang gesungguhnya.
d) Menggunting bahan sesuai model ditambah beberapa cm untuk
penyelesaian jahitan.
e) Menjahit dan menyelesaikan kerung leher, lubang lengan,
bagian bawah rok dan melengkapinya sesuai model.
f) Memberi lem pada bagian-bagian yang nantinya tertutup bahan
g) Menempelkan kapas sebagian agar tidak mengenai bahan
h) Memasukkan bahan pada bagian yang terpotong kemudian lem
pada bagian buruk (sebaliknya)
69
i) Memasukkan sejumlah kapas agar berkesan timbul dan tampak
lebih menarik. Penambahan kapas menyesuaikan bentuk tubuh
dan model.
j) Memberi lapisan kertas yang kuat untuk menutupi dan
merapikan sajian gambar pada bagian buruk.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa teknik penyajian
gambar model busana dapat digambar lengkap dengan proporsi
tubuh, dapat pula tidak, dengan penyajian gambar lengkap yang
terdiri dari sketsa gambar, model bagian muka, belakang diberi
warna atau corak sesuai bahan yang direncanakan beserta contoh
bahannya.
3. Desain Hiasan Kostum Tari
Menurut Sri Widarwati (1993: 2), Desain hiasan adalah
Desain untuk memperindah Desain struktur. Menurut Chodiyah
(1980: 5) mendefinisikan Desain hiasan Baju ialah Desain yang
berfungsi untuk memperindah suatu Baju. Sedangkan menurut
(Enny Zuhni Khayati, 1998: 17) yang dimaksud Desain hiasan
Baju atau garniture Baju adalah segala sesuatu yang dihiaskan
pada Baju agar Baju tersebut nampak indah. Penempatan dan
pemilihan garniture yang tepat akan menunjang dan
meningkatkan mutu serta keharmonisan penampilan Baju secara
keseluruhan. Sementara menurut Sri Widarwati (2000: 1) yang
70
dimaksud dengan Desain hiasan yaitu Desain yang berfungsi
untuk memperindah Desain strkturnya.
Menurut Widjiningsih (1982: 2) untuk menciptakan Desain
hiasan yang baik haruslah memenuhi syarat:
a. Penggunaan hiasan secara terbatas (tidak berlebihan) b. Letak hiasan harus disesuaikan dengan bentuk strukturnya c. Latar belakang dapat memberikan efek kesederhanaan dan keseluruhan terhadap Desain tersebut d. Pada hiasan harus disesuaikan dengan badannya e. Hiasan harus sesuai dengan bahan Desain strukturnya dan sesuai dengan pemeliharaannya. Menurut Enny Zuhni Khayati (1998: 18) secara garis besar dilihat
dari bahannya hiasan Baju digolongkan menjadi: (a) Hiasan dari
benang; (b) Hiasan dari kain; (c) Hiasan dari logam; (d) Hiasan
dari kayu: (e) Hiasan dari plastic; (f) Hiasan dari bahan istimewa;
(g) Macam-macam renda.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih hiasan Baju
menurut Enny Zuhny Khayati (1998: 17-18) adalah:
a. Hiasan Baju harus sesuai dengan nuansa dan karakter Baju pokoknya.
b. Hiasan Baju juga harus sesuai dengan karakteristik pemakainya.
c. Harus disesuaikan dengan suasana dan kesempatan pakainya. d. Disesuaikan dengan kondisi fisik yang ingin ditonjolkan
melalui hiasan tersebut. e. Disesuaikan dengan kondisi keungan keluarga. Berdasarkan jenisnya hiasan Baju dapat dibedakan menjadi:
a. Hiasan dari benang, meliputi macam-macam tusuk hias,
sulaman, renda, benang (rumbai), dan macam-macam bordir.
b. Hiasan dari kain, berupa:
71
1. Patch Work, adalah hiasan dari kain yang dipotong-potong
menurut motif atau bentuk kemudian diselesaikan dengan
menyambung bagian-bagian motif menjadi bentuk yang utuh
(Enny Zuhni Khayati, 1998).
2. Inkrustasi adalah meletakkan secamping kain pada kain lain
bagian buruknya dengan menggunakan tusuk hias
(Widjiningsih, 1982: 87).
3. Aplikasi, adalah hiasan dari kain dengan cara meletakkan
secarik kain di atas bahan utama pada bagian baiknya
(Prapti Karomah, 1990). Teknik ini diselesaikan dengan tiga
cara, yaitu:
a. Diselesaikan dengan tusuk feston.
b. Aplikasi relief / corsage.
c. Aplikasi dengan sum.
c. Hiasan dari logam
d. Hiasan dari plastik/mika
e. Hiasan dengan manik-manik renda
f. Hiasan istimewa
g. Breading, yaitu hiasan berupa tali
h. Ribbing, yaitu sejenis bahan dari tricon (kaos) yang
biasanya digunakan sebagai hiasan dan detail Baju
i. Hiasan prada, yaitu usaha atau rekayasa manusia untuk
mendapatkan warna kuning keemasan atau putih keperakan
72
pada proses pewarnaan atau pencelupan kain batik atau
tekstil kerajinan
j. Hiasan manik-manik, merupakan butiran atau lempengan
yang pada bagian tengahnya memiliki lubang kecil yang
berfungsi untuk melekatkan barang atau kain yang dihias.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa jenis hiasan Baju itu
bermacam- macam yang bertujuan untuk memperindah dan
mempertinggi nilai ekonomi dari benda yang dihiasnya.
Sedangkan hiasan manik-manik pada kostum tari dapat
memberikan citra anggun dan menarik perhatian. Pemilihan dan
penyusunan warna yang tepat dan serasi akan menimbulkan kesan
indah dan eksklusif.
4. Desain Pelengkap kostum
Pelengkap busana adalah segala sesuatu yang dikenakan dari ujung
rambut sampai ujung kaki setelah mengenakan busana pokok. Untuk
melengkapi dalam berbusana baik yang mempunyai fungsi bagi si
pemakai (milineris) maupun yang hanya sebagai hiasan (assesoris),
(Prapti Karomah, 1990 : 1). Pelengkap busana dapat berupa sepatu tumit
tinggi, tas, gelang, kalung, cincin, giwang, jam ,topi, kaca mata dan
sebagainya. Accessories kostum yaitu pakaian yang melangkapi bagian -
bagian Baju yang bukan pakai dasar. Demikian dengan pelengkap Baju
(Accessories) adalah semua yang kita tambahkan pada Baju setelah
mengenakan gaun, rok dan blus dan kebaya dan lain-lain. Walaupun
73
kelihatannya kecil dan kurang berarti, pelengkap Baju dapat
memperbaiki atau memperindah si pemakai. Pakaian yang sederhana
dapat kelihatan lebih menarik (Chodiyah dan Wisri A.Mamdy, 1982 : 45-
46). Menurut Prapti Kharomah dan Sicilia Sawitri, (1998) pelengkap
adalah semua benda yang kita tambahkan atau kita pakai setelah benda
pokok. Tujuannya adalah untuk memperindah penampilan (dress up).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa pelengkap
Baju adalah semua benda besar atau kecil yang digunakan untuk
melengkapi penampilan dalam berBaju baik yang bersifat praktis atau
untuk menambah keindahan saja.
Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000 : 33), ditinjau dari
fungsinya pelengkap Baju dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Pelengkap Baju praktis, yaitu semua pelengkap Baju yang disamping
mempunyai fungsi untuk memperindah penampilan, tetapi
mempunyai fungsi khusus untuk melindungi tubuh sipemakai,
misalnya: sepatu, topi, kacamata dan tas.
b. Pelengkap Baju estetis, yaitu pelengkap Baju yang hanya memenuhi
fungsi memperindah Baju yang dikenakan. Yang termasuk pelengkap
Baju estetis yaitu:
1) Perhiasan seperti: kalung, gelang, cincin, anting-anting, peniti, bros,
tusuk konde, giwang.
2) Selendang atau syal, ikat pinggang yang tidak sewarna dengan
Baju.
74
Dalam tari Accessories sangat penting karena antara aksesoris
dengan properti memiliki berbedaan yang tidak bergitu jelas. Karena
seringkali yang disediakan untuk properti tetapi digunakan untuk
aksesoris atau sebaliknya. Hal untuk membedakan antara aksesoris
atau properti jika suatu aksesoris yang dikenakan oleh pemeran apabila
tidak digunakan untuk membantu acting maka tetap desebut sebagai
aksesoris, tetapi kalau barang itu digunakan untuk membantu
permainan maka disebut dengan properti.
Macam – macam aksesoris tari terdiri dari berbagai bagian yaitu:
1) Bagian kaki misalnya gelang kaki
2) Bagian pinggang sabuk timah dan stagen.
3) Bagian tangan gelang tangan dan cincin (supe).
4) Bagian kuping anting- anting, giwang dan grompolan.
5) Bagian leher kalung ulur.
6) Bagian rambut mahkotah, cundhuk mentul, iket kodhok bineset dan
gelung.
Sedangakan properti untuk menari berupa keris, tombak, sampur dan
kipas. Dari berberapa contoh di atas aksesoris dan properti berfungsi
sebagai pelengkap dalam kostum tari. Berdasarkan penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa accessories sangat penting karena antara
aksesoris dengan properti memiliki berbedaan yang tidak bergitu jelas
karena dalam seni tari accessories mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
hiasan atau pelengkap tari.
75
D. Kostum Tari
Dalam kostum tari memilki makna atau arti yang berbeda- beda namun
memiliki fungsi sama yang akan dijelaskan dalam pengertian kostum tari
dibahwa ini.
1.Pengertian Kostum Tari
Kostum tari adalah kostum atau busana yang dipergunakan untuk para
penari dalam melaksanakan tariannya. ( Drs. Onong Nugraha ). Seorang
penari juga dapat menyampaikan karakter dari tarian yang ditarikannya
melalui warna dan corak busana. Kostum tari dalam aspek sebuah tarian
juga penting sehingga kostum juga mendapat perhatian dari penata tari.
Kostum dan assesorisnya atau pelengkap busananya bukan hanya penting
untuk ungkapan tarian, tetapi juga ikut berperan dalam mencapai asas –
asas yang terpenting dari tarian itu yaitu bentuk khayali dari suatu tokoh
peran. Untuk menghayati suatu tokoh peran dalam tarian selain ditujukan
kepada bahasa geraknya juga pada kostum tariannya. Sehingga
keikutsertaan kostum tari dalam tarian merupakan saham terbesar pada
suatu pagelaran tari atau seni pertunjukan tari. Kostum tari adalah alat
yang dipakai untuk menutupi bagian- bagian tubuh sesuai dengan norma
masyarakat berlaku. Pemakai Baju dalam tari lebih pada pertimbangan
keindahan sesuai dengan kebutuhan penarinya ( Cahyono, 2006 : 242 ).
Menurut Suparjan ( 1982 : 114 ) bahwa kostum harus enak dipakai, tidak
mengganggu gerak tari, menari sedap dipandang mata, dan bila perlu
murah harganya serta mudah didapat. Fungsi kostum adalah untuk
mendukum tema atau isi tari dan untuk memperjelas peranan dalam suatu
76
sajian tari ( Juzali, 1994 : 17 ). Sedangkan menurut La Mery ( 1965 : 17 -
108 ) adalah Baju yang dirancang dan dipakai khusus oleh penari untuk
keperluan pementasan tari. Berdasarkan pendapat diatas bahwa kostum
tari adalah Baju yang dirancang yang digunakan penari yang enak
dipakai , tidak terganggu gerak tari dan dalam menari pertimbangkan
keindahan didalam pementasan tari.
4. Penggolongan Kostum Tari
Menurut buku teaterku ( 24 : 2010) kostum tari adalah tipe atau
macam –macam kostum sesuai dengan pengaturan Baju dan
pemakaiannya kostum tari yang digolongkan menjadi 4, yaitu:
a. Kostum Historis
Kostum Historis adalah kostum yang sesuai dengan periode atau
zaman. Kita dapat tahu tipe-tipe kostum tersebut berdasarkan tahun
pireodenya. Contohnya :
1) Kostum kerajaan Majapahit
2) Kostum Yunani dan kostum Mesir dan lain- lain.
b. Kostum Tradisional
Kostum Tradisional adalah kostum yang merupakan penggambaran
karakter secara spesifuk, simbolik, disylisasi dari setiap negara / daerah.
Contoh:
1) Kostum Kunti
2) Kostum Dewi sekartaji dan Panji dan lain- lain
77
c. Kostum Nasional
Kostum Nasional adalah kostum dari suatu negara / daerah yang
mempunyai ciri khas tertentu. Contoh :
1) Baju India ( kain sari).
2) Baju Batak (Ulos)
3) Baju Arab (gamis ) dan lain- lain.
d. Kostum Kontemporer
Kostum Kontemporer adalah jenis kostum yang sesuai dengan
zaman dan masa yang sedang berlangsung dan mengikuti
perkembangan desain mode. Contoh : rajutan, jeans, tangtop dan lain-
lain. Kostum Kontemporer juga bisa diartikan dengan Kostum yang
sudah melalui berbagai tahap dan perkembangannya. Kostum
Kontemporer juga memiliki ide pemikiran yang telah berkembang dan
mengikuti trend.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa kostum
tari adalah Baju yang dikenakan kehidupan masyarakat yang terlihat
dalam peran dan karakter masing –masing. kostum tari bermacam –
macam kostum sesuai dengan pengaturan Baju dan pemakaiannya.
3. Karakteristik Kostum Tari
Kostum tari dan riasan, adalah merupakan salah satu penunjang
dalam pementasan tari yang harus diperhatikan, baik Desain, warna, nilai
tekstur bahan, cara pemakaian, serta kepraktisan. Dalam pemakaianya,
perlu diperhatikan juga karakteristik dari penari yang akan menggunakan
78
kostum tari tersebut, sehingga tidak mengganggu gerak dan memberikan
kenyamanan pada sipemakai.
Untuk membuat kostum tari harus diperhatikan tentang
karakteristik kostum tari, agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan
bahan, model, warna, tekstur, serta assesoris. Maka kostum tari harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Model atau Siluet Kostum Tari
Siluet adalah bagian luar atau keseluruhan dari pakaian (Prapti
Karomah, 1990 : 15). Siluet adalah bentuk luar bayangan dari benda.
Siluet busana adalah bentuk luar dari busana (Sicilia Sawitri, 1998 :
93). Siluet kostum tari sama diartikan dengan siluet sebuah Baju.
Siluet Baju ada bermacam-macam baik berupa gaun, rok, blus, celana
dan sebagainya masing-masing mempunyai bentuk yang bervariasi
(Widjiningsih, 1994: 70). Menurut Arifah A Riyanto (2003: 132)
siluet adalah garis sisi luar atau garis sisi bayangan luar dari sebuah
model Baju atau pakaian. Sedangkan menurut Chodiyah (1982), siluet
pada Baju dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, siluet dasar (A, X, I,
H, Y) dan siluet gabungan (misalnya antara X dan I, H dan X).
Sedangkan siluet pada kostum tari menentukan bentuk kostum dan
sifat penari.
1) Siluet A bentuk kostum yang bagian badan yang ketat tetapi
kemudian melebar kebawah, sifat penari yang anggun serta alus.
2) Siluet X bentuk kostum yang bagian badan biasa, pinggang ketat
dan bagian bawahnya bermodel payung, sifat penari yang riang.
79
3) Siluet I bentuk kostum dengan bentuk longgar dan lurus dari atas
kebawah, sifat penari yang lincah.
4) Siluet H bentuk kostum yang mempunyai garis lurus dari atas
kebawah dan ditengah dipotong oleh garis melintang ,sifat penari
tegas.
5) Siluet Y bentuk kostum yang bagian atasannya banyak detail dan
pada bawahan hanya menggunakan celana.
Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan
bahwa siluet adalah bentuk luar atau garis sisi bayangan luar dari
suatu Desain kostum tari yang menjelaskan sifat penari. Sehingga
bentuk siluet pada kostum tari menentukan karakter penari dan juga
mempengaruhi dalam gerak tari.
b. Bahan Kostum Tari
Pemilihan bahan yang akan digunakan untuk kostum tari harus
memperhatikan segi kenyamanan bahan yang akan dipakai. Karena
ketidaknyamanan penari dengan kostum yang akan dibuat dapat
sangat mengganggu. Hendaknya memilih jenis bahan untuk kostum
yang nyaman tidak terlalu tebal, tidak kasar, sehingga tidak
menimbulkan iritasi pada kulit dan dapat menyerap keringat. Bahan
yang digunakan untuk pembuatan kostum tari biasanya dipilih bahan
bahan yang tidak mewah yang diutamakan adalah bahan yang
digunakan pada saat menari dapat memberi efek yang bagus. Bahan –
bahan yang biasanya dikenakan adalah bahan yang tidak terlalu mahal
dan tidak terlalu mewah. Contoh bahan yang digunakan adalah satin,
80
sifon, silk , satin, beledu, kain renda, chiffon, lame, sutera, dan bahan
yang dapat memberi efek tertentu pada penari. (Riverra Monarie). Bila
menggunakan bahan yang bermotif sebaiknya dipilih motif yang
sesuai dengan makna yang terkadung dari isi cerita tarian yang akan
dimainkan agar tidak menghilangkan unsur kebudayaannya, bila ingin
memakai kain yang ringan melangsai maka harus dilapisi lapisan atau
furing yang menyerap keringat dengan warna yang senada atau
kontras. Menurut Sri Kurniati (2006: 45) kostum tari tradisional
biasanya menggunakan bahan yang menarik, dan sesuai dengan jenis
tarian yang akan disajikan. Sedangkan jenis bahan kostum tari juga
menggambarkan jenis tarian daerah yaitu:
1) Bahan kain songket identik jenis tarian Sumatera.
2) Bahan kain batik identik jenis tarian Jawa.
3) Bahan kain sasirangan identik dengan jenis tarian Kalimantan.
4) Bahan kain poleng identik jenis tarian Bali.
5) Bahan kain ulos identik jenis tarian Batak dan lain – lainya.
Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa jenis
bahan itu berbagai macam dan menentukan jenis tarian berasal. Bahan
kostum tari haruslah menggunakan bahan-bahan yang baik, menarik
dan sesuai dengan penempatannya sehingga kelihatan istimewa.
c. Warna Kostum Tari
Pemilihan warna dalam kostum tari juga berperan penting dalam
perwujudan karakter atau tokoh yang akan ditarikan Dalam pemilihan
warna juga harus dicermati apakah warna yang dipilih termasuk dalam
81
warna primer, sekunder, ataupun tersier. Namun tidak ada salahnya
jika penata kostum mempunyai eksperimen dalam penggabungan
warna pada kostum tari. “Sebaiknya seorang perancang kostum tari
harus berani bereksperimen.” Pendapat ( Riverra Monarie). Dalam
pemilihan warna kostum tari juga memikirkan lighting atau
pencahayaan pada saat pentas Karena warna kostum tari juga
menimbulkan efek pencahayaan yang juga berperan penting. Untuk
tari tarian yang banyak menggunakan gerakancepat atau gerak
gerakan dengan tempo sedang pilihan bahan yang sedikit kaku dapat
menjadi pilihan. Terlebih lagi banyak bahan bersifat kaku yang
memiliki banyak pilihan warna dan corak menarik. Menurut Sri
Kurniati (2006 :13) Untuk kesempatan tari tradisional warna bahan
yang digunakan adalah warna cerah tetapi lembut atau warna yang
agak gelap tetapi tidak mencolok. Pada kesempatan saat penyambutan
tokoh pemimpin warna bahan yang digunakan adalah warna yang
cerah, berkilau dan menarik. Sedangkan pada kesempatan saat
pementasan atau pertunjukan seni menggunakan warna bahan yang
cerah, mencolok, dan menarik perhatian orang banyak.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa warna
kostum tari disesuai dengan jenis tarian, alur cerita dan tempat
pementasan.
82
d. Tekstur Bahan Kostum Tari
Setiap bahan memiliki sifat bahan berbeda beda sehingga harus
berhati hati dalam memilih bahan untuk kostum tari. Namun pada
dasarnya sifat bahan hanya terbagi menjadi dua yaitu kaku dan lentur.
Jika bahan bersifat lentur maka membuat seolah olah bahan tersebut
mengikuti gerak gerik kita diatas panggung dan membuat efek
tersendiri. Pada setiap gerakan tertentu seperti misalnya berputar,
menggerakan tangan, atau kaki, dsb. Tekstur kaku membuat efek
tegas pada penari. Tekstur kaku bisa kita jumpai pada satin bridal.
Tekstur adalah keadaan permukaan suatu benda baik benda
alam maupun buatan (Atisah Sipahelut dan Petrussumadi, 1991: 17).
Menurut Sri Widarwati (2000: 14) tekstur merupakan sifat
permukaan benda yang dapat dilihat, dan dirasakan sifat-sifat
permukaan tersebut antara lain: kaku, lembut, kasar, halus, tebal,
tipis dan tembus terang (transparan). Sedangkan menurut Enny
(Zuhni Khayati, 1998: 45) tekstur bahan untuk Baju khusus biasanya
lembut, licin, berkilau tidak kaku, dan tidak tebal dan juga
memberikan rasa nyaman pada saat dipakai.
Menurut Sri Kurniati (2006 :13) Untuk kesempatan tari tradisional
saat upacara keagamaan tekstur bahan yang digunakan adalah lembut
dan halus, kostum tari tradisional saat penyambutan tokoh
masyarakat merupakan kostum yang paling mewah, terutama bagi
wanita. Bahan yang digunakan bertekstur lebih tebal tetapi lembut,
Sedangkan pada kesempatan saat pementasan atau pertunjukan seni
83
menggunakan bahan yang pada umumnya bertekstur halus, bersifat
ringan, melayang
Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa
tekstur bahan Baju kostum tari adalah keadaan permukaan suatu
benda baik benda alam maupun buatan yang dapat dilihat dan
dirasakan.
4. Pola Kostum Tari
Pola kostum merupakan suatu potongan kain atau kertas yang
dipakai sebagai contoh untuk membuat baju atau busana ketika bahan
digunting (Porrie Muliawan, 1992). Pola juga dikatakan jiplakan bentuk
badan seseorang yang biasanya dibuat dari kertas (Z.D. Enna T, 1982 :
133). Dari beberapa keterangan tentang pola, dapat diketahui bahwa pola
adalah jiplakan bentuk badan yang dipakai sebagai pedoman ketika
memotong bahan baku untuk dijadikan busana. Terdapat berbagai macam
pola untuk membuat busana seperti pola badan, pola lengan, pola rok, pola
celana, dan pola kulot. Kita dapat membuat berbagai macam busana
dengan menggunakan metode pola yang kita pilih dan kita dapat
mengembangkan pola sesuai dengan desain busana yang diinginkan.
Dalam membuat kostum atau Baju langkah pertama yaitu
mengambil ukuran untuk membuat pola sesuai dengan bentuk tubuh
penarik yaitu :
84
a. Pengambilan Ukuran
Untuk memperoleh pola busana yang pas dan cocok dengan
model memerlukan ukuran bagian tubuh model secara tepat dan
akurat. Setiap system atau metode pembuatan pola konstruksi
memiliki jenis kebutuhan tentang ukuran yang berbeda – beda.
Sebelum melakukan pengukuran, model yang hendak diambil
ukuranya harus menggunakan peter ban yang diikatkan pada bagian –
bagian tertentu dalam tubuh, hal ini dimaksudkan agar ukuran yang
diperoleh akurat selain itu atribut busana yang membuat tubuh
bertambah besar sebaiknya di tanggalkan. (Porrie Muliawan, 1989 : 2).
Dalam pengambilan ukuran teknik Baju dengan teknik kostum
memiliki persamaan yang dibutuhkan dalam pembuatan kostum tari
rancangan penyusun adalah sebagai berikut.
Ukuran – ukuran yang dibutuhkan dalam pembuatan pola kostum tari
dengan sumber ide Busana teluk Belanga adalah :
1) Ukuran untuk pola badan
a) Lingkar leher
Diukur sekeliling batas leher dengan meletakkan jari telunjuk
di lekuk leher.
b) Lingkar badan
Diukur sekeliling badan atas yang terbesar, melalui pucak dada,
ketiak, letak sentimeter pada badan belakang harus datar dari
ketiak sampai ketiak. Diukur badan dahulu kemudian ditambah
4 cm atau diselakan 4 jari.
85
c) Lingkar pinggang
Diukur sekeliling pinggang pas dahulu kemudian ditambah 1
cm atau diselakan 1 jari.
d) Lingkar panggul
Diukur sekeliling bawah yang terbesar ditambah 2 cm
sebelah atas puncak pantat dengan centimeter datar. Diukur
pas kemudian ditambah 4 cm atau diselakan 4 jari.
e) Tinggi panggul
Diukur dari bawah ban peter pinggang sampai dibawah ban
centimeter di panggul.
f) Panjang punggung
Diukur dari tulang leher yang menonjol di tengah belakang
lurus ke bawah sampai ban peter pinggang.
g) Lebar punggung
Diukur 9 cm di bawah tulang leher yang menonjol atau
pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas lengan
kiri sampai batas lengan kanan.
h) Panjang sisi
Diukur dari batas ketiak ke bawah ban peter pinggang
dikurangi 2 atau 3 cm.
86
i) Lebar muka
Diukur 5 cm dibawah lekuk leher atau pertengahan jarak
bahu terendah dan ketiak dari batas lengan yang kanan
sampai batas lengan yang kiri.
j) Panjang muka
Diukur dari lekuk leher di tengah muka ke bawah sampai di
bawah ban peter pinggang.
k) Tinggi dada
Diukur dari batas ban peter pinggang tegak lurus ke atas
sampai di puncak buah dada.
l) Panjang bahu
Diukur pada jurusan di tengah belakang daun telinga dari
batas leher ke puncak lengan atau bahu yang terendah.
m) Ukuran uji / ukuran kontrol
Diukur dari tengah muka di bawah ban peter serong melalui
puncak buah dada ke puncak lengan terus serong ke belakang
pas bawah ban peter.
n) Panjang celana
Diukur dari batas pinggang sampai bawah kaki yang
dikehendaki.
87
b. Metode/ Sistem Pembuatan Pola Kostum
Didalam pembuatan busana diperlukan pola. Dalam pembuatan
busana dikenal ada dua cara pembuatan pola busana, yaitu secara
draping dan secara kontruksi (Widjiningsih, 1994 : 3). Draping adalah
cara membuat pola ataupun busana dengan meletakkan kertas tela
sedemikian rupa diatas badan seseorang yang akan dibuatkan
busananya dengan bantuan jarum pentul (Widjiningsih, 1994 : 3).
Untuk mendapat bentuk yang sesuai dengan bentuk tubuh diperlukan
lipit pantas. Untuk cara yang kedua adalah pola kontruksi. Yang
dimaksud dengan pola kontruksi yaitu pola yang dibuat berdasarkan
ukuran-ukuran yang diambil dari bagian-bagian badan yang
diperhitungkan secara sistematis. Berdasarkan ukuran-ukuran ini
kemudian dibuatlah gambar pada kertas sehingga tergambar bentuk
badan muka dan belakang, rok, lengan, krah, dan sebagainya
(Widjiningsih, 1994 : 3). Didalam pola kontruksi, kemudian
berkembanglah menjadi bermacam-macam system, yaiti system JHC
meyneke, system Charmant, system Muhawa, system Sho-en, system
Dress Making, dan system praktis.
Saat membuat pola busana, kita harus memperhatikan beberapa hal
seperti:
1) Sewaktu mengambil ukuran harus benar – benar tepat dan
cermat. Model diikat dengan peter ban pada beberapa bagian
88
tubuh. Model harus berdiri dengan tegap janagn sampai
membungkuk.
2) Cara menggambarkan lengkung – lengkung pola pada busana
harus luwes, seperti menggambar kerung lengan, kerung leher,
garis panggul dll.
3) Perhitungan yang dilakukan harus cermat dan teliti sesuai
dengan rumus, agar hasil yang diperoleh benar.
Metode pembuatan pola Baju dan kostum memiliki metode
pembuatan pola sama yang terdiri dari dua macam yaitu :
1) Draping
Meletakkan sehelai kain muslin atau kertas dilangsaikan pada
boneka jadi, dengan membuat beberapa lipit pada bahan jiplakan
bentuk badan ini menjadi bentuk dasar pola Baju yang disebut
memulir atau draping (Porrie Muliawan, 1989: 2). Sementara
menurut Sicilia Sawitri (1994 : 19) draping adalah pembuatan pola
atau Baju langsung pada badan atau paspop dengan menggunakan
kertas stella atau kain coba.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa draping
adalah cara membuat pola ataupun Baju yang langsung dikenakan
pada boneka atau pun tubuh manusia.
2) Konstruksi pola
Konstruksi pola adalah pola yang dibuat berdasarkan ukuran
dari bagian-bagian badan yang diperhitungkan secara matematis
89
dan digambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan muka
belakang, rok, lengan, kerah, dan sebagainya
(Widjiningsih 1994 : 3). Menurut Djati Pratiwi (2001 : 16) pola
konstruksi adalah pola yang dibuat dengan konstruksi bidang
datar/flat pattern, pola ini merupakan pengembangan dari pola
yang dibuat dengan konstruksi padat/boneka.
Sistem pola konstruksi ini dapat membuat pola untuk dirinya
sendiri dan untuk orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kontruksi
pola adalah pola yang dibuat dengan kontruksi bidang datar atau
Flat pattern berdasarkan ukuran dari bagian-bagian badan yang
diperhitungkan secara matematis dan digambar pada kertas
sehingga tergambar bentuk badan depan belakang, rok, lengan,
kerah dan sebagainya. Untuk mendapat hasil pola kontruksi yang
baik harus dikuasai hal-hal berikut ini antara lain:
a) Cara pengambilan macam-macam ukuran yang dilakukan
secara cermat dan tepat dengan menggunakan peter ban sebagai
alat penolong sewaktu mengukur dan mengambil pita pengukur
untuk mengukur.
b) Cara mengambar bentuk tertentu seperti garis leher, garis
kerung lengan dan yang lain harus lancar dan luwes.
c) Perhitungan pecahan dari ukuran yang ada dalam kontruksi
dilakukan secara cermat dan tepat (Widjiningsih, 1994).
90
Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa
kontruksi pola adalah pola yang dibuat dengan kontruksi bidang
datar berdasarkan ukuran dari bagian-bagian badan yang
diperhitungkan secara matematis dan digambar pada kertas
sehingga tergambar bentuk badan depan belakang, rok, lengan,
kerah dan sebagainya.
5. Teknologi Kostum Tari
Teknologi busana atau kostum merupakan salah satu cara atau teknik
yang digunakan dalam pembuatan busana agar hasilnya pas dan nyaman
dipakai. Didalam pembuatan kostum Teknologi Busana dan kostum
memiliki teknik sama dalam proses menjahit.Teknologi Baju terdiri dari:
a. Teknologi Penyambungan (Kampuh)
Kampuh adalah kelebihan jahitan atau tambahan jahitan untuk
menghubungkan dua bagian dari Baju yang dijahit. Misalnya
menghubungkan bahu depan dan bahu belakang, sisi depan dengan sisi
belakang (Nani Asri Yulianti, 1993 : 4). Kampuh adalah jahitan yang
terdiri dari satu bagian atau lebih dari pakaian (Soekano, 2000).
Menurut Nanie Asri Yulianti (1993 : 4-9). Kampuh terdiri dari dua
macam yaitu :
1) Kampuh buka
Kampuh buka adalah kelebihan jahitan yang dihubungkan dua
bagian dari Baju yang dijahit secara terbuka. Macam-macam
kampuh buka antara lain:
91
a) Kampuh buka diselesaikan dengan obras
b) Kampuh buka diselesaikan dengan dijahit tepi
c) Kampuh buka diselesaikan dengan dirompok
d) Kampuh buka diselesaikan dengan digunting zig-zag
e) Kampuh buka diselesaikan dengan tusuk balut dan tusuk feston
Pemilihan kampuh didasari pada jenis kain yang digunakan,
sistem penjahitan, dan desain Baju.
2) Kampuh tutup
Kampuh ini disebut kampuh tutup karena kelebihan jahitan
dari dua bagian kain yang tidak terbuka tetapi menjadi satu.
Macam-macam kampuh tutup antara lain:
a) Kampuh balik
Kampuh balik ini biasanya digunakan pada pakaian anak,
pakaian dalam wanita, pakaian dewasa wanita yang terbuat dari
bahan tembus terang dan lenan rumah tangga. Keuntungan dari
penggunaan kampuh balik ini adalah kuat dan rapi.
Macam-macam kampuh balik antara lain:
(1) Kampuh balik biasa
(2) Kampuh balik semu
(3) Kampuh balik yang diubah (digeser)
92
b) Kampuh pipih
Kampuh pipih digunakan untuk pakaian bayi, pakaian
pria dan pada tempat-tempat yang harus pipih. Lebar jahitan
1cm, jadi ½ atau ¾ cm.
c) Kampuh perancis
Kampuh ini untuk menghubungkan dua bagian kain
dengan satu kali setikan . kampuh ini digunakan untuk bahan-
bahan yang tipis seperti poplin. Lebar kampuh 1cm, jadi ½ cm
atau ¾ cm.
d) Kampuh sarung
Kampuh sarung dipakai untuk menyambung bahan
berkotak, untuk menjahit pakaian yang dipakai bolak-balik,
untuk garis lengkung pada model pakaian. Kampuh ini pada
bagian baik terdapat satu jalur setikan (Nanie Asri Yulianti
1993 : 6-9).
b. Teknologi Interfacing
Interfacing (lapisan dalam) yaitu sepotong bahan pembentuk
biasanya dipotong sama serupa dengan lapisan singkap dan
pakaiannya (Goet Poespo, 2005 : 59). Menurut Radias Saleh dan
Aisyah Jafar (1991 : 101), interfacing terdiri dari dua jenis yaitu:
1) Interfacing yang berperekat, cara merekatkannya dengan
mengunakan seterika panas hingga menempel.
93
2) Interfacing tidak berperekat, pada bagian buruk bahan diberi tusuk
atau setikan penahan, (pembantu).
c. Teknologi Facing
Lapisan singkap (facings) dipergunakan pada penyelesaian
pinggiran kasar atau tiras. Lapisan singkap bisa dipotong baik pada
lajur benang yang sama dengan bagian yang harus dilapisi atau dengan
bahan berlajur benang serong (kumai) (Goet Poespo, 2005 : 68). Bahan
yang digunakan untuk facing menurut Nanie Asri Yulianti (1993)
adalah:
1) Sewarna dengan bahan pokok.
2) Berbeda warnanya dengan bahan Baju, perlu diingat kombinasi
warna harus sesuai dengan Bajunya.
d. Teknologi Interlining
Interlining (lapisan antara) yaitu sepotong bahan pembentuk
dipotong sama serupa dari bagian sebuah desain dan dipergunakan
diantara suatu bahan pelapis (lining) dan bagian dari desain. Yang
dikontruksikan terpisah dan digabungkan dengan tusuk flanel (catch
stitch) pada lapisan singkap (facing) pakaiannya sebelum bahan
pelapis dijahitkan kedalam. Ini diperlukan untuk kehangatan sekalian
sebagai pembentuk (Goet Poespo, 2005 : 60).
e. Teknologi Lining
Lining (bahan pelapis) yaitu sepotong atau potongan-potongan
bahan pembentuk yang sebagian atau keseluruhan menutupi bagian
94
dalam dari pakaian. Yang dipotong dari bagian-bagian pola yang
nantinya akan menutupi dan dikontruksikan secara terpisah dari
pakaiannya dan digabungkan pada bagian kampuh yang pokok, seperti
garis pinggang. Diselesaikan pada sisi bawah sekalian membentuk
pakaiannya (Goet Poespo, 2005 : 60). Contoh bahan yang digunakan
dalam lining ini antara lain sutera, crepe, satin yang halus, sutera
taffeta, rayon, asahi, abute, erow dan sebagainya. Penyelesaian lining
ada dua macam, yaitu:
1) Pemasangan lining dengan teknik lepas
Pemasangan lining dengan teknik lepas yaitu bahan lining dan
bahan utama diselesaikan tersendiri pada bagian-bagian tertentu,
yaitu pada bagian kampuh sisi-sisi Baju, kupnat kemudian bahan
utama dan bahan lining disatukan.
2) Pemasangan lining dengan teknik lekat
Pemasangan lining dengan teknik lekat yaitu bahan utama dan
bahan lining dijahit secara bersama-sama.
6. Teknologi Pengepresan
Penyetrikaan adalah proses melicinkan pakaian yang kusut dan
berkerut serta lembab setelah dicuci dan dijemur, dan uap sebagai
pembantu membentuk pakaian agar rapi. Ada tiga tingkatan dalam proses
penyetrikaan atau pengepresan yaitu : sebelum pemotongan, sebelum
penjahitan, yang disebut under pressing, dan setelah pakaian selesai
dijahit yang disebut dengan final pressing. Teknik pengepresan dilakukan
agar busana atau jahitan yang dihasilkan rapi, maka setelah dijahit harus
95
dipress dengan cara disetrika. Alat-alat pengepresan antara lain : iron,
iron board (papan setrika), wooden clapper (kayu penekan), needle
board (papan jarum), sleeve board (papan lengan), press mit, seam roll,
tailor’s ham (bantalan pengepresan). Pengepresan merupakan suatu cara
agar kampu-kampuh terlihat lebih pipih dan rapi. Pengepresan dilakukan
setiap kali selesai menjahit dengan menggunakan setrika dengan suhu
yang disesuaikan dengan bahan kostumnya. Ada tiga tingkatan dalam
proses penyeterikaan atau pengepresan yaitu: sebelum pemotongan,
selama penjahitan yang disebut under pressing. (Sicilia Sawitri, 1997).
Kunci untuk memperoleh suatu “penampilan ahli” adalah menyetrika
bahan setiap mulai menjahit kemudian disetrika lagi bilamana pakaian
sudah selesai dijahit (Goet Poespo, 2005 : 21). Berdasarkan penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi pengepresan adalah suatu cara
untuk merapikan bahan Baju sebelum dijahit dan memipihkan kampuh-
kampuh setelah proses penjahitan untuk memperoleh hasil akhir yang
baik dan rapi. Dalam pembuatan kostum tari rancangan penyusun,
teknologi pengepresan dilakukan setiap kali selesai menjahit dengan suhu
sedang dan bantuan air yang disemprotkan pada permukaan bahan agar
mendapatkan hasil akhir yang lebih baik. Kostum tari menggunakan
teknologi pengerpesan untuk merapikan kostum supaya kelihat indah.
96
E. PENCIPTAAN KOSTUM TARI TOKOH GAGAHAN PRIA DENGAN
SUMBER IDE ”BAJU TELUK BELANGA”
Dalam proses penciptaan kostum tari diawali dengan mendisain kostum
agar diperoleh sebuah hasil kostum tari yang sesuai. Dalam mendisain
kostum penyusun harus mengkaji tema dari tari pangimpen. Tari Pangimpen
bertemakan percintaan, yaitu mengisahkan tentang seortang raja yang sedang
jatuh cinta kepada seorang putri. Setelah mengkaji tema alur yang digunakan
adalah alur maju, alur maju adalah alur yang diceritakan runtut dari awal
sampai akhir. Tokoh yang dimunculkan adalah Gagahan Pria yang
mempunyai karakter tegas, dinamis, pemberani dan romantis. Setelah
mengkaji tema, alur cerita dan karakter yang akan dimunculkan penyusun
mengkaji sumber ide. Sumber ide yang penyusun ambil adalah baju Teluk
Belanga dengan mengambil cirri khusunya yaitu bentuk dari sampin. Untuk
memperkuat karakter yang akan dimunculkan maka penyusun juga
menerapkan unsur – unsur dan prinsip desain pada kostum tari sehingga
dalam pembuatan karya baru harus memperhatikan sumber ide yang akan
dipergunakan dengan mempertimbangkan prinsip dan unsur dessain agar
karyua atau desain yang diperoleh baik.
Sesuai dengan tema gelar kostum tari yang akan diselenggarakan yaitu
“ Kostum Tari Kontemporer” dengan mengambil tema khusus “ Tari
Pangimpen” dimana kostum tari ini mengambil cirri khusus dari baju Teluk
Belanga yang sudah dikembangkan dan merupakan salah satu etnik nusantara
yang perlu dilestarikan dan mempunyai karakterisitik dan daya tarik yang
hebat. Kostum Tari Pangimpen yang diciptakan penyusun mengambil cirri
97
khusus dari sumber ide yaitu Baju Teluk belanga dengan mengambil bentuk
dari sampin. Sampin adalah kain yang dililitkan di pinggang kemudian
penyusun kembangkan menjadi bentuk sampin yang sudah berpola.
Kostum tari yang penyusun buat terdiri dari 3 bagian yaitu kemeja tanpa
lengan, celana bentuk panji,dan celemek panggul dari batik motif parang
gurdho. Celemek panggul adalah produk jadi dari pengembangan bentuk
sampin. Dari penuangan ide tersebut perancang menciptakan sebuah desain
kostum tari bersiluet H yang terdiri dari busana atasan atau kemeja tanpa
lengan menggunakan krah shanghai pada bawahan mengguanakn celana
bentuk panji dengan panjang sampai lutut, pada bagian bawah celana
menggunakan elastic lebar 2 ½ cm, pada celemek panggul menggunakan kain
batik motif parang gurdho pada tingkatan ke dua mengguankan bahan satin
berwarna merah hati, pada tengah sampin penyusun kembangkan memakai
jabot dengan bahan batik motif parang gurdo, pada panggul sisi kanan dan
kiri pinggang terdapat sampur dengan panjang sampai mata kaki dijepit pada
bagian ban pinggang sampin.
Bahan yang dipergunakan untuk kemeja tanpa lengan adalah satin bridal
warna merah hati dengan kombinasi satin emas begitu juga dengan celana
menggunakan bahan dan warna yang sama dengan kemeja tanpa lengan. Pada
sampin dan jabot menggunakan batik motif parang gurdho yang menjadi cirri
khas dari Penari gagahan Pria, pada sampur yang terletak disisi kanan kiri
menggunakan bahan satin emas.
98
Dalam menciptakan kostum tari ini penyusun menerapkan unsur dan
prinsip desain agar memperoleh desain kostum tari yang serasi. Penerapan
garis lengkung ini diterapkan pada kemeja tanpa lengan dan sampur, garis
lengkung pada kemeja tanpa lengan ini memberi kesan romantis. Selain garis
lengkung juga menggunakan garis lurus vertical pada Jabot dan bentuk dari
sampin sehingga terkesan tegas dan gagah.
Unsur arah menjadi salah satu penyeimbangan dalam penciptaan kostum
tari. Unsur arah yang digunakan dalam penciptaan kostum tari ini adalah arah
diagonal pada hiasan kemeja tanpa lengan memberikan kesan dinamis dan
arah horisontal pada hiasan belakang kemeja tanpa lengan. Pemakaina unsur
bentuk dalam pembuatan kostum tari ini adalah pada bagian krah
menggunakan krah shanghai sehingga terkesan tegas dan berani seperti
karakter seorang raja. Unsur ukuran pada kostum tari ini adalah pada celana
dengan menggunakan umuran midi yaitu ukuran panjang celana 10 cm di
bawah lutut. Kostum tari ini menggunakan nilai gelap terang atau value pada
kostum atasan mengarah pada warna gelap yaitu merah marun dan pada
sampur mengarah ke warna cerah yaitu warna emas. Dalam penciptaan
sebuah kostum unsur warna juga juga berperan penting dalam menciptakan
hasil karya kostum tari yang selaras serasi dan seimbang dengan tokoh yang
akan ditarikannya, agar busana ini dapat memancarkan karakterisitik yang
akan ditampilkannya. Tidak hanya itu saja pemilihan kombinasi warna yang
tepat akan memberikan kesqan yang menarik, penerapan unsur warna yang
penyusun pakai adalah warna primer yaitu terdiri dari warna merah dan
99
kuning ( emas ) warna warna tersebut merupakan warna yang belum
mengalami pencampuran warna.
Selain mempertimbangkan unsur desain untuk mencipta sebuah desain
kostum tari juga mempertimbangkan prinsip prinsip desain. Prinsip
keserasian atau keslarasan pada kostum ini dapat terlihat pada keserasian
dalam warna pada perpaduan antara warna merah marun dan warna emas
dimana warna tersebut terlihat serasi. Prinsip perbandingan pada kostum tari
ini terlihat pada bahu yang ditinggikan sehingga memunculkan karakter tegas
dan gagah sesuai dengan tarian yang akan ditarikan yaitu Gagahan Pria, tidak
hanya dilihat dari segi penampilan tetapi penyusun menggunakan warna
merah marun untuk memberi kesan pemberani dan tegas, seperti halnya
karakter dalam tarian tersebut. Keseimbangan yang diterapkan dalam
mencipta kostum tari ini adalah simetris karena pada kemeja tanpa lengan
dibuat menyilang dengan jarak yang sama antara keduanya, begitu juga
dengan sampur yang memiliki ukuran dan panjang yang sama. Prinsip Irama
penyusun terapkan pada pengulangan hiasan payet yang disusun membentuk
mengikuti bentuk kemeja tanpa lengan. Irama pertentangan pada pertemuan
antara garis lurus dan lengkung pada Jabot. Pusat Perhatian ( Center Of
Interest ) penyusun terapkan pada Jabot yang ditambah dengan hiasan prada.
Kostum Tari Gagahan Pria ini akan dituangkan dalam desain sketching,
presentation drawing, desain hiasan dan pelengkap kostum. Desain sketching
digambar dentgan proporsi yang baik tampakdepan dengan penyelesaian
100
menggunakan marker hitam. Presentation drawing digambar bagian muka
dan bagian belakang dengan penyelesaian mix media.
101
Gambar 4. Sketsa Disain Kostum Tokoh Gagahan Pria Skala 1 : 6
G
.Celana
Celemek ptingkat I
Celemek panggul tinII
Gambar 5. G
a panji
anggul
ngkat
Gambar Prese
(ta
entasi Kostu
ampak depan
Skala 1 : 6
um Tokoh Ga
n)
agahan Pria
Kancdiam
kemelenga
Ban
Krah
Sam
Ja
ma
102
cing logammeter 2 cm
eja tanpa an
pinggang.
h shanghai
mpur
abot
anset
m
103
Gambar 6. Gambar Presentasi Kostum Tokoh Gagahan Pria ( Tampak Belakang )
Skala 1 : 6
manset
Celana panji
Celemek panggul susun II
Kemeja tanpa lengan
Krah Shanghai
Celemek panggul susun I
Sampur
Gambar 7. Desain HiaB
san Kostum agian DepanSkala 1 : 6
Tokoh Gagn
ahan Pria
Hiasdaun
bemeben
kemele
104
san Payet dipasang
erjajar engikuti ntuk dari eja tanpa engan.
105
Gambar 8. Desain Hiasan Kostum Tokoh Gagahan Pria
Bagian Belakang
Skala 1 : 6
.
Hiasan Payet daun dipasang
berjajar mengikuti bentuk dari
kemeja tanpa lengan.
Gambar 9. Desain HiaB
san Kostum agian Depan
Skala 1 : 6
M“pbapasa
Tokoh Gagn
Memberikan prada“pada agian motifarang gurdhoampin
ahan Pria
f batik o pada
106
107
Gambar 10. Desain Hiasan Kostum Tokoh Gagahan Pria
Bagian Belakang
Skala 1 : 6
Pemberian hiasan “Prada” pada bagian belakang sampin.
108
F. PENTAS SENI ”KOLABORASI SENDIKAR
Kolaborasi Produksi Gelar Koreografi 2010 ” Kolaborasi SENDIKAR
( Seni Pendidikan Karakter)” Kegiatan Gelar Koreografi merupakan suatu
kegiatan yang diselenggarakan untuk menumbuhkan berbagai kreativitas
dalam melestarikan keanekaragaman seni budaya yang digarap bagus melalui
kemilau sentuhan imajimasi, edukatif, ekspresi, kerampilan, berkreasi dan
berkarya dalam seni pertunjukan yang mendidik.
Gelar Koreografi sendiri mempunyai tujuan antara lain:
1. Sebagai sarana hiburan dan pengetahuan baik untuk para pengamat mode
maupun masyarakat umum.
2. Memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang kolaborasi antara
Jurusan Tata Baju dengan Pendidikan Seni tari Universutas Negeri
Yogyakarta. Melatih para mahasiswa dalam berorganisasi dan
berhubungan dengan dunia luar, khususnya mengenai penyelenggaraan
gelar koreografi.
3. Memberi bekal pengetahuan pengalaman serta kreativitas berkarya untuk
menggembangkan gagasan dalam konteks budaya.
Sebelum menampilkan Kostum Gagahan Pria pada Tari Pengimpen yang
harus memperhatian dalam tataan panggung yaitu:
109
1.Tempat Pentas
Suatu pertunjukan apapun bentuk selalu menentukan tempat atau
ruang untuk menyelenggarakan pertunjukan tersebut. Pertunjukan adalah
klasi atau karena yang akan dipergunakan untuk membawakan suatu
pertunjukan atau pementasan. Pola panggung ” Kolaborasi SENDIKAR”
Gambar 9. Gambar Denah Panggung Gelar ” Kolaborasi SENDIKAR”
Keterangan menurut kode huruf yaitu:
A : Panggung pentas bentuk persegi panjang.
B1 danB2 : Tempat musik atau iringan rawitan
C : Tempat duduk penonton dan tamu undangan
2.Tata Lampu atau Lighting
Tata lampu adalah seperangkat penataan lampu untuk keperluan
pementasan. Menurut Hadi ( 2003 : 92 ) adalah pener tata cahaya sangat
mendukung suatu bentuk pertunjukan tari. Fungsinya untuk penerangan,
C
A
B1 B2
110
penciptakan suasan atau untuk memperjelas peristiwa pada suatu adegan.
Hal – hal yang mempengaruhi peneran pada penari yaitu :
a) Alur cerita atau kisah, warna yang digunakan pada penerang atau
cahaya yang digunakan pada Tari Pengimpen merah dan kuning,
yang menggambarkan cinta yang membara.
b) Kostum tari, warna yang digunakan yaitu warna merah hati, emas
dan putih. Hal ini mempengaruhi kecahayaan untuk memperkuat alur
cerita atau kisah cerita.
c) Tata rias adalah hal yang paling penting peka dihadapan penonton,
karena biasanya penonton sebelum menikmati tarian selalu
memperhatikan wajah penari baik untuk mengetahui tokoh atau peran
yang dibawakan maupun untuk mengetahui penarinya
Jazuli (2002 : 19). Fungsi lampu dengan tata rias sangat penting
karena akan mempengaruhi suatu karakter tokoh yang sedang
dibawakan, untuk memperkuat akspresi dan untuk menambah daya
tarik penampilan. Tata rias penari putra dan putri adalah tata rias
wajah dan rambut. Rias wajah yang digunakan pada Tari Pengimpen
yaitu rias korektif yaitu rias yang hanya mempertegas garis- garis
wajah saja, karena Tari Pengimpen menggunakan properti topeng
yang menggunakan warna dasar emas yang berarti bersifat kesabaran
dalam menghadapi segala sesuatu. Tata rias rambut penari putra
hanya diberi gel sedangkan putri tidak disanggul akan tetapi dengan
111
rambut kerinting gadul yang ditambah rambut pasang yang berwarna
emas dan hiasan rambut lainya.
3. Iringan dan Musik
Iringan dan musik adalah musik sangat penting dalam mendukung
sebuah penyajian tari. Musik dalam tari bukan hanya sekedar sebagai
iringan saja tetapi juga sebagai pelengkap tari yang sangat berkaitan, yang
dapat memberi suasana yang diinginkan dan mendukum alur cerita. Musik
yang digunakan adalah Tari Pengimpen diiringi gending “Bendrong” dan
perawit lainya.
4. Tata Suara
Tata suara adalah seperangkat alat sumber bunyi untuk tujuan musik
untuk iringan tari. Tata suara pada Tari Pengimpen menggunakan musik
iringan tari menggunakan alat musik yang langsung dimainkan.
Dalam penyelenggaraan pagelaran ” Kolaborasi SENDIKAR ”juga
membutuhkan dukungan dari berbagai pihak diantara lain yaitu:
1. Program non sponsor
Program non sponsor yaitu pagelaran Busana dilakukan dan
ditanggung oleh pihak penyelenggara sendiri tanpa bekerja dengan pihak
lain. Keuntungan penyelenggaraan dengan cara ini adalah
penyelenggaraan dapat menggunakan bahan tekstil, pemilihan warna
menurut desain dan tidak terikat dengan pihak manapun. Kekurangan
dari program ini adalah semua biaya penyelenggaraan pagelaran Baju
ditanggung oleh pihak penyelenggara.
112
2. Program sponsor
Program sponsor yaitu penyelenggaraan pagelaran Baju
dilaksanakan bersama antara pihak desainer dengan pihak lain, baik itu
sponsor tunggal maupun sponsor bersama. Keuntungan dari program
sponsor ini adalah penyelenggara tidak boleh menolak jenis barang yang
diberikan oleh pihak sponsor.
Penyelenggaraan” Kolaborasi SENDIKAR ”meliputi tahap persiapan
dan pelaksanaan. Persiapan yang dilakukan adalah menentukan tema.
Tema Kolaborasi Produksi Gelar Koreogrfi 2010 yang dilakukan adalah
Kolaborasi Sendikar yang menggunakan sumber ide tertentu sesuai
keinginan desainer kemudian ciri khusus kostum diangkat dan
diaplikasikan untuk trend. Pembentukan panitia sebagai persiapan menurut
Sri Ardianti Kamil,1998 yaitu:
1. Ketua panitia yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap
keseluruhan penyelenggaraan gelar seni.
2. Wakil ketua panitia yaitu orang yang membantu ketua dari
penyelenggaraan gelar seni.
3. Sekretaris dan humas yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap
semua undangan, surat menyurat dan segala hal yang berhubungan
dengan masyarakat.
4. Bendahara yaitu orang yang berfungsi membuat anggaran biaya serta
membukukan segala pengeluaran dan pemasukkan uang dalam
penyelenggaraan dan pagelaran tari.
113
5. Announcer yaitu orang yang bertanggung jawab atas gelar Baju,
biasanya menerangkan sebagai Master of Ceremony (MC).
6. Penanggung jawab peragawati dan ruang rias yaitu orang yang mengurus
segala hal yang berhubungan dengan peragawati.
7. Penanggung jawab ruangan yaitu orang yang mengurus segala hal,
keperluan teknis penyelenggaraan gelar Baju seperti lighting, sound
system, dokumentasi dan lain-lain.
Panitia yang dibentuk dalam pagelaran seni dengan tema “Kolaborasi
Sendikar” terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, sie sponsorship, sie
perlengkapan, sie dekorasi, sie publikasi/humas, sie dokumentasi, sie
percetakan, sie juri/penerima tamu, sie sound lighting, sie peragawati, sie
acara, sie make up, sie keamanan, dan sie konsumsi .
Pagelaran sanggar tari “Kolaborasi Sendikar” dalam pelaksanaannya
bekerjasama dengan sponsor yang mendukun acara tersebut.
114
BAB III
PROSES PEMBUATAN DAN MENAMPILKAN KOSTUM TARI
A. PROSES PEMBUATAN KOSTUM
Perencanaan adalah faktor penting dalam proses pembuatan kostum
tari diperlukan suatu perencanaan agar tujuan dan karakterisitik kostum tari
dapat tercapai. Langkah-langkah dari perencanaan dalam proses pembuatan
kostum tari dengan sumber ide Baju Teluk Belanga antara lain :
1. Persiapan
Persiapan yaitu langkah awal setelah proses prencanan. Persiapan
dimaksud untuk mempermudah produksi yang akan dijalankan sehingga
dapat terlaksana dengan baik dan terorganisir. Adapun langkah - langkah
yang dibutuhkan didalam tahap persiapan ini, meliputi :
a. Pembuatan Gambar Kerja Kostum Tari
Pembuatan gambar kerja Kostum Tari dilengkapi dengan gambar
kerja hiasan kostum, dan gambar kerja pelengkap kostum. pembuatan
gambar – gambar ini dilakukan untuk mengetahui lebih detail bagian –
bagian yang akan dibuat, mulai dari ukuran, hiasan dan pelengkap
yang digunakan, selain itu juga untuk mempermudah proses
pembuatan sehingga kostum tari yang dihasilkan bermutu tinggi dan
sesuai dengan keinginan
Gambar 99. Gambar K
B
34
3,5 cm
8 cm
Kerja Kemeja
agian Depan
12 cm
8 cm
cm
m
a Tanpa Leng
n
8 cm
26 cm
gan
70 cm
115
116
Gambar 10. Gambar Kerja Kemeja Tanpa Lengan
Bagian Belakang
25 cm
82 cm
3,5 cm
45 cm
8 cm
117
Gambar 11. Gambar Kerja Celana Panji Bagian Depan
70 cm
62 cm
40 cm 4 cm
49 cm
70 cm
60 cm
118
Gambar12. Gambar Kerja Celana Panji Bagian Belakang
60 cm
5 cm
70 cm
70 cm
40 cm
49 cm
G
60 cm
Gambar 13. G
27 cm
8 cm
85 cm
Gambar Ker
m
m
rja Celemek
70 cm
96
Panggul Ba
cm
agian Depan
85 c
1
119
m
15 cm
120
Gambar 14. Gambar kerja Celemek Panggul Bagian Belakang
95 cm
8 cm
35 cm
8 cm 8 cm
27 cm 27 cm
85 cm
KancinHias war
emas dengan
diamete2cm
Gam
ng rna
n er
mbar 15. Gam
mbar Kerja
Hiasan Rommpi
Pada tepi – rompi dihiadengan payyang mengerompi. Hiasterbuat dariberbentuk dwarna emasDengan pan0,5 cm.
Jarak antarasatu denganlainnya adal0,3 cm
121
tepi as yet elilingi sannya i payet daun s. njang
a payet n yang lah
122
b. Pengambilan ukuran
Pengambilan ukuran disesuiakan dengan model kostum tari
yang akan dibuat. Dalam pengambilan ukuran juga harus teliti sesuai
dengan ukuran penari, jangan lupa tubuh model penari di beberapa
bagian diikat dengan peterban dan sikap model penari tegap. Dalam
mengambil ukuran diperlukan alat berupa meteran yang digunakan
dalam bentuk cm.
1) Ukuran – ukuran yang digunakan dalam pembuatan kemeja tanpa
lengan meliputi :
a) Lingkar leher : 45 cm
b) Lingkar badan : 82 cm
c) Panjang muka : 39 cm
d) Lebar muka : 34 cm
e) Panjang punggung : 47 cm
f) Lebar punggung : 39 cm
g) Lingkar pinggang : 70 cm
h) Panjang bahu : 12 cm
i) Lingkar kerung lengan : 44 cm
2) Ukuran – ukuran yang digunakan dalam membuat celemek
panggul susun 1 dan susun 2 :
a) Lingkar pinggang : 70 cm
b) Lingkar panggul : 86 cm
c) Tinggi panggul : 19 cm
123
d) Panjang celemek panggul susun 1 : 27 cm
e) Panjang celemek panggul susun 2 : 35 cm
3) Ukuran – ukuran yang digunakan dalam membuat celana panji
a) Lingkar pinggang : 70 cm
b) Lingkar panggul : 86 cm
c) Lingkar pesak : 70 cm
d) Lingkar lutut : 40 cm
e) Panjang celana : 62 cm
f) Tinggi duduk : 28 cm
a. Pembuatan pola kostum tari
Merupakan langkah pengembangan dari pola dasar menjadi pola
sesuai dengan yang diinginkan. Untuk memperoleh pola dasar yang
baik, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Mengambil ukuran dengan cermat dan teliti, serta menggunakan
peterband sebagai alat penolong.
2) Dalam menggambar bentuk lengkung harus luwes. Hal ini bisa
dibantu dengan penggunaan pengaris lengkung. Garis lengkung
diperlukan pada saat membuat kerung lengan, kerung leher dan
garis panggul.
3) Perhitungan pecahan dari ukuran garus cermat dan teliti.
Setelah pola dasar (skala 1 : 6) dibuat, langkah selanjutnya adalah
pecah pola untuk mendapatkan pola kostum tari yang diinginkan.
Dalam p
Baju Tel
yang dib
tanpa len
dasar cela
pembuatan K
luk Belanga
buat adalah
ngan, pola
ana pria untu
Gam
Kostum Tari
a, menggunk
pola dasar
celemek pa
uk pembuata
mbar 16. PolSkala
Sumber : M
i Pangimpen
kan pola da
kemeja untu
anggul susun
an celana pan
la Dasar Kema 1 : 6
M.H Wancik
n dengan S
asar dan pe
uk pembuat
n 1 dan sus
nji.
meja
k
124
Sumber ide
cah model
tan kemeja
sun 2, pola
125
Keterangan Pola Kemeja bagian depan dan belakang
Pola bagian Depan
1. A A’ : A – A’ = 2 cm
2. A – A” : 4 cm
3. A – B : 1/6 Lingkar Leher + ½ cm
4. A – C : 1/6 Lingkar Leher + 1 ½ cm
5. A” – D : ½ Lebar punggung + 1cm
6. B – E : Panjang kemeja
7. A’ – F : ½ Lingkar kerung lengan
8. F – G : ¼ Lingkar badan
9. C -C’ : E – E’ = 1 ½ cm
Bagian Belakang
Kutip pola bagian depan tanpa lidah bahu naik 4 cm, titik bahu tertinggi
bagian belakang ditarik garis lurus Tengah Belakang ( TB ) dan diturunkan 2 ½
cm, kemudian dibuat lengkung leher belakangnya.
K
A
A
B
C
A
C
C
D
A
B
Keterangan
A – B
A – C
B – D
C – D
ABCD dibua
C – C’
C’ – C”
D – D’
A – C’ – C”
B – D’
pembuatan
: 3,5 cm
: ½ lingk
: sama de
: Sama de
at garis luru
: masuk 1
: naik 1 c
: naik 1 c
: dihubun
: dihubun
Gambar 17
pola krah sh
ar leher.
engan AC
engan AB
s dihubungk
1 cm
cm
cm
ngkan memb
ngkan memb
7. Pola Krah
Skala 1 : 6
hanghai :
kan membent
bentuk garis
bentuk garis
Shanghai
tuk persegi p
lengkung.
lengkung.
panjang.
126
127
Bagian Depan Bagian Belakang
Gambar 18. Pola Kemeja Tanpa Lengan Bagian Depan dan Belakang Skala 1:6
128
Gambar 19. Pola Kemeja tanpa Lengan Bagian Depan dan Belakang
dan pola krah shaghai Skala 1 : 6
Gamb
bar 20. Pola
( Sum
Celana panjSkala 1 : 6
mber : Soekar
ji Bagian De
rno )
epan
129
Gammbar 21. Pola Celana pan
( Sum
nji Bagian BSkala 1 : 6
mber : Soekar
Belakang dan
rno )
n ban pingga
130
ang
Gammbar 22. Pecah Pola celBan pin
lana Panji banggang, dan Skala 1 ; 6
agian depan kikik.
dan belakan
131
ng.
132
Gambar 23. Pola Celemek Panggul Susun I Skala 1 ; 6
133
Gambar 24. Pola Celemek Panggul Susun II Skala 1 ; 6
134
Keterangan Pembuatan Pola Celemek Panggul :
A – A’ : turun 1 ½ cm
A’ – A” : keluar 8 cm
A – B : ¼ lingkar pinggang + 1cm
A – C : tinggi panggul
C – D : ¼ lingkar panggul + 1 cm
Buat garis lurus dari B ke D
A – E : panjang rok
A” – E : digaris lurus
D – F : C _ E
E – E’ : masuk 6 cm
F – F’ : keluar 4 cm
F’ – F” : naik 2 cm
Digaris lengkung dari E’ sampai F” menyinggung
pertengahan garis F
G – H : ¼ lingkar pinggang – 1cm
G – G’ : turun 1 ½ cm
Diberi garis lengkung dari G – H
G – I : tinggi duduk
I – J : ¼ lingkar panggul – 1 cm
Di garis lurus dari H ke J
G’ – K : panjang rok
K – L : I – J
L – L’ : keluar 4 cm
L’ – L” : 3 cm
Gambar 255. Pecah Pola
a Celemek PSkala 1 : 6
Panggul Susuun I dan II
135
K
A
A
B
Keterangan P
A – B
A - C
B – C
Gamb
Pembuatan J
: 48 cm
: 60 cm
: dihub
lengk
bar 26. Pola JSkala 1 ; 6
Jabot :
m
m
bungkan me
kung.
Jabot
embentuk gaaris
136
137
Gambar 27. Pola Ban pinggang Skala 1 : 6
Ketereangan pola ban pinggang :
A – B : 9 cm
A – C : ½ Lingkar pinggang + 1 cm
B – D : sama dengan AC
ABCD dihungkan membentuk persegi panjang
K
Keterangan
A – B
A - C
B – D
D – C
Pembuatan p
: 50 cm
: 100 cm
: 60 cm
: dihubun
Gambar
pola sampur
ngkan memb
r 28. Pola SaSkala 1; 6
r :
bentuk garis
ampur
lengkun
138
139
b. Perancangan Bahan Dan Harga
Marancang bahan adalah merancang seberapa cukupnya bahan
yang diperlukan untuk suatu model tertentu sekaligus dapat
mengetahui letak potongan-potongan yang diperlukan sesuai dengan
modelnya (Nanie Asri Y, 1990 : 22). Sedangkan menurut Djati Pratiwi
(2001 : 79), yang dimaksud dengan membuat rancangan bahan dan
harga adalah memperkirakan banyaknya keperluan atau kebutuhan
bahan pokok dan bahan pembantu serta biaya untuk mewujudkan
sebuah busana. Selanjutnya Djati Pratiwi mengemukakan bahwa
tujuan dari merancang adalah untuk memahami suatu model dengan
tepat dan cepat sekaligus dapat memperhitungkan banyaknya bahan
dan biaya yang diperlukan dalam pembuatan busana.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
merancang pada dasarnya adalah proses perancangan untuk membuat
suatu busana supaya diketahui sberapa banyaknya bahan dan
perkiraan biaya yan diperlukan didalam pembuatan busana.
Adapun cara merancang bahan yaitu :
1. Menyiapkan pola dan kertas payung dengan ukuran skala 1 : 6
2. Meletakkan pola diatas kertas payung dan menghitung banyaknya
bahan yang diperlukan ntuk tiap pola, lengkap dengan kampuh dan
kelimnya.
140
3. Mengukur berapa banyaknya bahan yang diperlukan.
Dalam merancang bahan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1) Arah serat kain atau serat benang harus sesuai dengan arah serat
pada busana atau pola.
2) Pola diletakkan pada bahan dimulai dari bagian – bagian busana
yang paling besar, sedang dan terakhir bagian yang kecil.
3) Untuk bahan yang bermoti sebaiknya diperhatikan arah atas dan
arah bawah motif serta tidak merusak motif dan motif tetap hidup.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari merancang bahan dan
harga adalah :
1) Mengetahui banyaknya bahan yang diperlukan untuk membuat
busana, sehingga dapat menghemat bahan dan harga karena telah
diperhitungkan secara cermat.
2) Rancangan bahan digunakan sbagai pedoman pada waktu
meletakkan pola pada bahan sebenarnya, sehingga lebih efektif dan
efisien.
3) Menghemat waktu dalam meletakkan pola yang sebenarnya yaitu
pola besar karena sudah diketahui urutan letak pola seperti yang
sudah direncanakan sebelumnya.
4) Kemungkinan kesalahan arah serat kecil sekali.
141
Gambar 29. Rancangan Bahan kemeja tanpa lengan dan celana Skala 1 : 6
Keterangan Rancangan Bahan
Nama Bahan : Satin bridal
Panjang kain : 150 cm
Lebar Kain : 170 cm
142
Gambar 30. Rancang Bahan Sampin dan Jabot
Skala 1:6
Keterangan
Nama Bahan : Batik Motif Parang Gurdho
Panjang kain : 215 cm
Lebar Kain : 115 cm
143
Gambar 31. Rancang Bahan Sampur Skala 1:6
Keterangan
Nama Bahan : Satin Manohara
Panjang kain : 100 cm
Lebar Kain : 150 cm
144
Gambar32. Rancang Bahan Sampin dan Jabot Skala 1: 6
Keterangan
Nama Bahan : satin silk
Panjang kain : 125 cm
Lebar Kain : 115 cm
145
Gambar 33. Rancang Bahan Furing Skala 1:6
Keterangan
Nama Bahan : Erro
Panjang kain : 100 m
Lebar Kain : 115 cm
146
d. Perancangan Bahan dan Harga
Tabel.1. Perancangan Harga
Nama bahan Jumlah
yang diperlukan
Harga satuan(RP)
Jumlah (RP)
A. Bahan pokok
1. Kain satin Bridal
2. Kain satin silk
3. kain batik motif
B. Bahan tambahan
1. Kain Ero
2. Kain satin biasa
C. Bahan pembantu
1. kancing jamur
2. Kancing kait
3. Benang jahit
4. Mori Gula
5. Viselin
6. Kain keras
7. Elastik
D. Pelengkap busana
1. payet daun
2. Prada
150 cm
100 cm
150 cm
100 cm
200 cm
2 buah
1 pasang
2 buah
1 meter
1 meter
1 meter
2 meter
1 ons
Gliter
Rp. 27.000
Rp. 38.000
Rp. 32.000
Rp. 10.000
Rp. 11.000
Rp. 3.000
Rp. 500
Rp. 2.000
Rp. 11.000
Rp. 5.000
Rp. 10.000
Rp. 1.5 00
Rp 7.000
Rp 50.000
Rp. 30.500
Rp. 38.000
Rp. 32.000
Rp. 10.000
Rp. 22.000
Rp. 3.000
Rp. 500
Rp. 2.000
Rp. 11.000
Rp. 5.000
Rp. 10.000
Rp. 3.000
Rp 7.000
Rp 50.000
Total Rp.238.500
147
c. Penyusutan bahan
Penyusutan bahan dilakukan sebelum bahan dipotong,
penyusutan dilakukan bertujuan supaya tenun lurik tidak akan
menyusut setelah dijadikan sebuah busana ketika nantinya akan
mengalami proses pencucian. Proses penyusutan ini tidak rumit yaitu
dengan cara kain direndam di dalam air selama 2 - 4 jam, kemudian di
angkat dan dijemur atau diangin-anginkan hingga kering lalu disetrika.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan langkah selanjutnya dari proses perencanaan.
Dalam proses pelaksanaan ini banyak hal-hal yang harus diperhatikan
sebelum dibuat agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Ada beberapa hal
yang dilaksanakan dalam proses pembuatan kostum tari dengan sumber
ide Baju Teluk Belanga antara lain :
a. Peletakan pola dan bahan
Meletakan pola di atas bahan adalah menyusun pola-pola busana
yang sudah dibuat di atas bahan yang akan digunakan yang sudah
disiapkan sesuai dengan arah serat kain tersebut. Meletakan pola di
atas bahan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum
memotong kain. Untuk mempermudah dalam proses pemotongan
bahan maka kain dilipat menjadi dua sehingga diperoleh bagian kanan
dan kiri, kecuali untuk bahan-bahan yang harus mengepaskan atau
menyamakan motif maka akan lebih mudah jika dipotong perlembar.
148
Untuk mempermudah dan menghemat waktu saat peletakan pola
sebaiknya melihat/mencontoh pada rancangan bahan yang sudah
dibuat. Pada saat penataan pola ini tidak boleh lupa diberi tanda
kampuh terlebih dahulu supaya mudah dalam proses pemotongan kain.
b. Pemotongan dan pemberian tanda jahitan
Setelah meletakan pola di atas bahan maka selanjutnya adalah
memotong bahan. Pemotongan bahan sesuai dengan batas kampuh
yang telah dibuat, pada saat memotong bahan sebaiknya bahan tidak
digeser-geser supaya arah serat bahan tersebut tetap lurus. Setelah
semua bahan terpotong maka dilanjutkan dengan memberi tanda
jahitan pada bahan dengan menggunakan rader dan karbon, warna
karbon yang digunakan sebaiknya yang mempunyai warna dekat
dengan warna kain tersebut supaya kain yang digunakan tidak
terkesan kotor.
c. Penjelujuran dan penyambungan
Setelah pola terpotong semua, pola disambung sampai terbentuk
menjadi busana. Tetapi penyambungan tidak dengan stik mesin,
melainkan dengan tusuk jelujur dengan tangan. Hal ini dilakukan agar
bila terjadi kesalahan pada pengepasan I mudah untuk
memperbaikinya.
149
Adapun langkah-langkah penjelujuran adalah sebagai berikut :
1) Penjelujuran kemeja tanpa lengan :
a) Menjelujur potongan pada kerung lengan dengan potongan
bagian depan.
b) Menjelujur potongan bahan ke tiga pada bagaian tengah muka.
c) Mennyambung kerah dengan lapisan kerah
d) Menyambung sisi bagian atas dan bawah.
e) Menyatukan dengan pelapis.
f) Menjelujur krah
2) Penjelujuran Celana Panji :
a) Menjelujur lingkar pesak bagian tengah muka ( TM )
b) Menjelujur lingkar pesak bagian Tengah Belakang ( TB ).
c) Menjelujur sisi.
d) Menyatukan tengah muka dan tengah belakang.
e) Memasang elastik pada lutut. Menjelujur sisi bagian depan
dan belakang
f) Membuat ban pinggang yang dilapisi elastik.
g) Menyambung dan menjelujur ban pinggang dan celana.
3) Penjelujuran celemek panggul dengan batik motif parang gurdho
a) Menyambung perbagian 1 dan 2
b) Menjelujur sisi kanan dan kiri perbagian.
c) Menyambung dengan furing.
d) Menjahit Jabot
150
e) Menyatukan celemek panggul 1 dan 2 yang sudah diberi
furing dengan ban pinggang.
d. Evaluasi Proses I (Pengepasan I)
Pengepasan I merupakan pengepasan kostum tari yang sudah
jadi pada tubuh model ( penari ) tetapi masih dalam bentuk jelujuran.
Pengepasan I bertujuan untuk mengetahui jatuhnya kostum pada tubuh
model. Adapun evaluasi ataupun kekurangan yang dialami pada
pengepasan I adalah :
Tabel. 2. Evaluasi Proses I
Aspek yang diamati Hasil pengamatan Cara mengatasi
Celana panji Lingkar pesak yang terlalu sempit.
Menambah lingkar pesak menjadi 70 dan penambahan kikik.
Keseluruhan kostum Kurang Hiasan Menambah hiasan payet pada kostum tari agar terlihat menarik.
e. Penjahitan
Yang perlu diperhatikan dalam proses menjahit adalah setiap kali
selesai menjahit harusmelakukan pengepresan. Adapun langkah-
langkah dalam menjahit kostum Tari Pangimpen dengan sumber ide
Baju teluk belanga adalah sebagai berikut :
1) Menjahit bahan utama kostum tari sebagai berikut :
a) Langkah Menjahit kemeja tanpa lengan pada bahan utama :
i. menjahit potongan – potongan pada bagian muka.
151
ii. Menjahit sisi bagian belakang dan depan
iii. Menjahit kerah dan menyambungnya dengan lapisan
krah
iv. mengelim seluruh bagian kemeja tanpa lengan.
b) Langkah menjahit celana pada bahan utama :
i. Menyambung kikik dan lingkar pesak bagian tengah
muka ( TM )
ii. Menjahit lingkar pesak bagian Tengah Belakang ( TB ).
iii. Menjahit dan menyambung sisi luar celana.
iv. Menjahit dan menyambung sisi dalam celana.
v. Pada celana bagian bawah diberi elastik.
vi. Membuat ban pinggang dengan elastik.
vii. Menyambung ban pinggang dan celana.
c) Langkah menjahit celemek panggul pada batik motif parang
gurdho pada bahan utama :
i. MenyambungCelemek panggul perbagian 1 dan 2
ii. Menjahit sisi celemek panggul perbagaian.
iii. Membuat ban pinggang.
iv. Menjahit jabot dengan furing.
v. Menyatukan ban pinggang, jabot dan celemek panggul.
2.) Menjahit linning kostum tari dengan urutan sebagai berikut :
152
a). Langkah Menjahit Lining keneja tanpa lengan :
i. Menjahit potongan – potongan pada bagian muka.
ii. Menjahit sisi bagian belakang dan depan
iii. Menjahit kerah dan menyambungnya dengan lapisan kerah
b). Langkah menjahit celana bentuk panji :
i. Menjahit kikk dan lingkar pesak bagian tengah muka
( TM )
ii. Menjahit lingkar pesak bagian tengah belakang ( TB )
iii. Menjahit dan menyambung sisi luar celana.
iv. Menjahit sisi dalam celana
v. Mengelim bagain bawah celana.
c). Langkah menjahit lining celemek panggul :
i. Menyambung celemek panggul perbagian 1 dan 2.
ii. Menjahit sisi kanan dan kiri celemek panggul perbagian.
d) Pemasangan asesoris/ornamen :
i. Pemasangan payet dengan teknik tusuk jelujur pada
sekeliling kemeja tanpa lengan untuk mempertegas bentuk
dari kemeja tanpa lengan itu sendiri.
ii. Penambahan prada pada sampin untuk mempertegas dan
memperjelas motif dari batik motif parang gurdho.
153
f. Evaluasi Proses II
Pada saat pengepasan II, kostum tari sudah dijahit dengan mesin
dan sudah dipasang 70 % hiasan-hiasan dan pelengkapnya. Adapun
kekurangan atau evaluasi dalam pengepasan II adalah :
Tabel.3. Evaluasi Proses II
Aspek yang diamati Hasil pengamatan Cara mengatasi
Hiasan pada Kostum Hiasan belum semua terpasang
Melanjutkan mempayet.
Hiasan pada batik motif parang gurdho
Batik belum menggunkan prada.
Diberi prada pada motif.
3. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil dilakukan setelah proses pembuatan kostum tari
dengan sumber ide ”Baju Teluk Belanga”. Tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan hasil akhir keselurahan busana dengan konsep disain yang
diciptakan.
Adapun hasil evaluasi adalah sebagai berikut :
a) Kostum tari sudah sesuai dengan tema Tari Pangimpen yang mengandung
tema percintaan.
b) Kostum tari sudah sesuai dengan karakter dari Tokoh Gagahan Pria, yaitu
karakter gagah dan tegas yang diterapkan pada bentuk celemek panggul
bagian depan. Bentuk lengkung dari celemek panggul bagian belakang
mengesankan karakter romantis.
154
c) Kostum tari sudah sesuai dengan sumber ide yang diambil, yaitu sumber
ide Baju Teluk Belanga dengan mengambil dari ciri khususnya yaitu
bentuk dari sampin.
d) Kostum tari sudah sesuai dengan unsur dan prinsip desain yang diterapkan.
e) Kostum tari sudah sesuai dengan gambar kerja kostum.
f) Kostum tari sudah sesuai dengan gambar hiasan kostum.
g) Kostum tari sudah sesuai dengan proses pembuatan pola. Dari pola dasar,
mengubah pola dasar dan pecah pola kostum.
h) Rancangan bahan sudah sesuai dengan kebutuhan pembuatan kostum tari.
i) Pemberian tanda pola harus tepat pada garis pola,karena sangat
berpengaruh terhadap siluet dari kostum yang akan dibuat.
j) Kostum tari sudah sesuai dengan proses penjahitan dan penyelesaian
kostum.
k) Evaluasi yang diamati dari penciptaaan kostum tari rancangan penyusun
antara lain ;
1. Lingkar pesak yang terlalu sempit.
2. Kurang Hiasan.
3. Batik belum menggunkan prada.
155
B. MENAMPILKAN KOSTUM TARI
Penampilan kostum merupakan suatu ajang yang diselenggarakan
untuk memperkenalkan produk – produk kostum yang dihasilkan.
Pagelaran tari kali ini yaitu menampilkan kostum tari yang
dilaksanakan dengan adanya kolaborasi antara Program Studi
Pendidikan Teknik Busana, Program Studi Teknik Busana, Program
Studi Teknik Rias dan Kecantikan dan Program Studi Pendidikan Seni
Tari. Pelaksanaan pagelaran tari meliputi beberapa tahap, yaitu :
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan untuk menyelenggarakan pentas tari
dengan tema “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan
Karakter)” antara lain :
a. Membentuk Panitia Pagelaran Tari
Pembentukan panitia bertujuan agar pagelaran tari dapat
terlaksana dengan baik dan lancar. Panitia dalam pagelaran tari
dengan tema “kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan
Karakter)” terdiri dari mahasiswa pendidikan seni tari,
pendidikan teknik busana, teknik busana dan tat arias.
Organisasi pada pagelaran tari yang terbagi dalam beberapa
seksi dimana dalam perlindungan Universitas Negeri
Yogyakarta menggunakan stuktur panitia. Kegiatan dibentuk
dari mahasiswa yang mengikuti pagelaran tersebut. Fungsi
156
panitia adalah memberikan saran atau keputusan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi antar bagian atau
seksi. Sebelum menentukan struktur kepanitiaan perlu
mengetahui syarat – syarat sebagai berikut :
1) Setiap anggota diberitahu apa yang menjadi tugas dan
kedudukan dalam proses pengambilan keputusan atau
dalam memecahkan masalah.
2) Setiap anggota disadarkan akan keterikatan untuk
menjalankan tugasnya dalam kepanitiaan sampai selesai.
3) Anggota panitia hendaknya dilatih bekerjasama dalam
suatu proses kegiatan dan memiliki hubungan antar pribadi
yang baik.
4) Anggota panitia merupakan suatu tim yang sama
kedudukannya untuk menyelesaikan tugas masing –
masing.
5) Ketua panitia harus memiliki jiwa kepemimpinan, mampu
menggerakkan kerjasama antar anggota - anggotanya.
6) Bantuan dan dukungan hendaknya diberikan oleh pimpinan
yang akan mengatur pelaksanaan keputusan yang telah
dibuat panitia.
7) Anggota harus mampu memupuk hubungan baik antar satu
anggota dengan anggota lainnya.
157
Adapun susunan kepanitiaan pagelaran tari dan tugas,
wewenang serta tanggung jawab personal terdiri dari :
1) Pimpinan produksi
a) Penanggung jawab umum jalannya kepanitiaan
b) Mengatur dan mengarahkan gerak arah kepanitiaan
c) Optimalisasi sumber daya yang ada
d) Mengambil kebijakan yang bersifat internal dan
eksternal tentang kepanitiaan
2) Pimpinan artistik
a) Membantu pimpinan produksi dalam mengatur dan
menjalankan kepanitiaan
b) Mengkoordinasi jalannya kepanitiaan kepada setiap sie
3) Sekretaris
a) Mengatur administrasi dan kerumahtanggaan
kepanitiaan
b) Membuat proposal kegiatan yang nantinya
dipresentasikan sebelum dicetak
c) Menentukan kebijakan terkait administrasi
d) Pembuatan laporan pertanggungjawaban kepengurusan
e) Pengelolaan dan pendampingan administrasi setiap
kegiatan.
158
4) Bendahara
a) Menentukan kebijakan keuangan organisasi secara
internal maupun eksternal
b) Pengelolaan keuangan kepanitiaan secara umum dan
menyeluruh
c) Mengatur keuangan secara seimbang dan seefisien
mungkin
d) Pembuatan laporan keuangan kepanitiaan secara
menyeluruh
5) Stage Manager
a) Mengatur keadaan panggung
b) Bertanggung jawab atas jalannya acara
6) Sie Sponsorship
a) Mencari chanel sponsor
b) Menjalin kerjasama dengan sponsor
c) Memahami dan bertanggung jawab kontrak kerja
dengan sponsor
d) Mengatur deadline kerja “dipresentasikan”
e) Bertanggungjawab terhadap ucapan terima kasih
7) Sie perlengkapan
a) Mensurvei tempat pelaksanaan kegiatan dengan
terperinci mengenai tempat acara berlangsung
159
b) Pengadaan fasilitas – fasilitas guna mendukung
kelancaran kegiatan
c) Menjadi fasilitator untuk peminjaman alat dengan
jurusan
8) Sie konsumsi
a) Mensurvei tempat pembuatan makanan
b) Memesan makanan dan snack dengan penawaran menu
c) Mengatur snack atau makanan pada saat acara
d) Mengatur lay out pengaturan makanan
9) Sie lighting
a) Mengatur pengadaan lighting
b) Mengkoordinasi orang – orang yang menjalankan
lighting
10) Sie sound sistem
a) Mengatur pengadaan sound sistem
b) Menjadi koordinator dan bertanggung jawab terhadap
penggunaan sound sistem
11) Sie publikasi
a) Bertanggung jawab atas pempublikasian acara
b) Mempublikasikan acara ke berbagai media dan
masyarakat.
12) Sie humas
a) Mencetak proposal, pamphlet, leaflet dan undangan
160
b) Menjadi fasilitator dengan jurusan
c) Bertanggungjawab terhadap open promo
13) Sie rias dan busana
a) Memfasilitasi perlengkapan rias
b) Memfasilitasi perlengkapan kostum tari
c) Mensinkronkan schedule acara
14) Sie dokumentasi
a) Mencari sponsor untuk dokumentasi
b) Mensurvei video
15) Sie keamanan
a) Mengamankan jalannya acara
b) Bertanggungjawab terhadap tempat parker
c) Menjadi fasilitator dengan petugas keamanan dan
memfasilitaskan kebutuhan
16) Sie MC dan among tamu
a) Mencari seseorang yang akan dijadikan MC dan among
tamu
b) Mengkoordinasi kepada MC dan among tamu dalam
menjlankan tugasnya
b. Menentukan Tema
Tema yang diambil dalam pagelaran tari kali ini adalah
“Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)”
yang bertujuan untuk menciptakan suatu karya seni yang lebih
161
variatif, inovatif dan berkualitas sesuai dengan bidang masing –
masing yang disatukan dalam suatu wadah yaitu pagelaran tari
sehingga tercipta kolaborasi yang baik dan sempurna.
c. Menentukan Tujuan Pelaksanaan
Tujuan dari pagelaran tari dengan tema “Gelar Kolaborasi
SENDIKAR (Seni Pendidikan Tari)”, antara lain :
1) Memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang hasil
karya mahasiswa pendidikan seni tari,pendidikan teknik
busana, teknik busana dan tata rias.
2) Menumbuhkan kreatifitas dan profesionalisme mahasiswa
dalam membuat suatu karya
3) Menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang seni
pertunjukan
4) Memberi bekal pengetahuan pengalaman serta kreativitas
berkarya untuk mengembangkan gagasan dalam konteks
budaya
d. Menentukan Waktu dan Tempat Penyelenggaraan
Pagelaran tari dengan tema “Gelar Kolaborasi SENDIKAR
(Seni Pendidikan Karakter) ”diselenggarakan dalam tiga
tahapan, dengan rincian waktu dan tempat sebagai berikut :
1) Gladi kotor
Hari / tanggal : Kamis, 03 Juni 2010
Waktu : 18.30 WIB - selesai
162
Tempat : Stage Tedjakusuma FBS,
Universitas Negeri Yogyakarta
2) Gladi bersih
Hari / tanggal : Jum’at, 04 Juni 2010
Waktu : 18.30 WIB - selesai
Tempat : Stage Tedjakusuma FBS,
Universitas Negeri Yogayakarta
3) Pentas
Hari / tanggal : Sabtu, 05 Juni 2010
Waktu : 18.30 WIB - selesai
Tempat : Stage Tedjakusuma FBS,
Universitas Negeri Yogyakarta
e. Menentukan Anggaran
Penyelenggaraan pagelaran tari 2010 ini agar berjalan
lancar maka setiap mahasiswa dikenakan iuran. Untuk
mengurangi besarnya iuran maka panitia menggunakan
sponsorship dan proposal. Selain itu penentuan anggaran
memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam menentukan
harga.
Pagelaran tari tahun ini diselenggarakan secara kolaborasi,
sehingga iuran yang dikeluarkan oleh masing – masing
kelompok berbeda. Akan tetapi untuk iuran wajib mahasiswa
semua disamakan sebagai dana utama dalam pagelaran tari
163
tahun 2010 ini sebesar @ Rp. 125.000,00. Sedangkan iuran
dalam kelompok tari Pangimpen setiap mahasiswa dibebani @
Rp.140.000,00. Selain itu ditambah dengan biaya – biaya
ketidak hadiran sebesar Rp.10.000,00 – Rp.20.000,00 dan
biaya tiket sebesar @ Rp.10.000,00.
Adapun sponsor dalam pagelaran tari 2010 ini antara lain :
1) Flicker clothing
2) Sanggar seni Sendratasik PRADNYA WIDYA
3) RRI Yogyakarta
4) Kecrek Sanggar Seni Kolaborasi
5) Sanggar Busana FT UNY
6) Kimia Farma
7) Gendhis “Griya Kebaya”
8) B’Mentik rias pengantin dan catering
9) KOPMA UNY
10) Kedaulatan Rakyat
11) Salon Toppo
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pagelaran tari dengan tema “Gelar kolaborasi
SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)” diselenggarakan pada
hari sabtu tanggal 5 Juni 2010, acara ini dimulai pada pukul 18.30
WIB yang bertempat di Stage Tedjakusuma FBS, Universitas
Negeri Yogyakarta. Agar acara pagelaran tari ini dapat berjalan
164
lancar maka panitia mempersiapkan semua perlengkapan dan
mengadakan breaving sebelum hari “H”.
Adapun susunan acara pagelaran tari dengan tema “Gelar
Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)” adalah
sebagai berikut :
1) Doa bersama
2) Opening
3) Gong I
a.) Semua panitia siap ditempat
b.) Pengrawit pembuka stanby sudah ditempat
4) Gong II
a.) Gamelan bunyi
b.) Pembukaan oleh MC
5) Pertunjukan “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan
Karakter)
a.) Profil mahasiswa Program studi Pendidikan Teknik
Busana, Teknik Busana, Tata Rias dan Kecantikan nomor
1 – 6
b.) Garapan tari penyaji 1-6
6) Gong III
a.) Istirahat
7) Pertunjukan “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan
Karakter)”
165
a.) Profil mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik
Busana, Teknik Busana, Tata Rias dan Kecantikan nomor 7
– 12
b.) Garapan tari penyaji 7 – 12
8) Penutup
3. Evaluasi
Evaluasi sangat diperlukan untuk mengetahui kekurangan
dan hambatan yang ada pada pagelaran tari. Adapun evaluasi
tersebut meliputi :
a. Evaluasi Persiapan
1) Kurangnya koordinasi antara panitia Fakultas Teknik
dengan panitia Fakultas Bahasa dan Seni.
2) Terjadinya pembagian dana atau iuran yang kurang adil
antara pihak Fakultas Teknik dengan Fakultas Bahasa
dan Seni.
3) Kurang adanya keterbukaan antara panitia dari pihak
Fakultas Teknik dengan pihak Fakultas Bahasa dan
Seni.
b. Evaluasi Pelaksanaan
1) Kurang terkoordinirnya para desainer pada saat
menunggu untuk tampil ke panggung
166
2) Kolaborasi penampilan kostum tari yang kurang adil,
karena pihak Pendidikan Seni Tari yang lebih
ditonjolkan.
3) Tempat acara yang kurang bersih dan kurang nyaman
4) Penayangan slide show foto – foto detail kostum yang
gagal ditampilkan.
c. Evaluasi Hasil
1) Banyaknya penari yang mengalami kesurupan
2) Acara kolaborasi berjalan dengan baik sesuai waktu
yang telah dijadwalkan.
3) Terlaksananya Kolaborasi yang bertempat di stage
Tedjakusuma Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Yogyakarta.
167
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam menciptakan kostum harus ada keterkaitan antara disain kostum tari
dengan batasan karakter dari TokohGagahan Pria. Oleh karena itu, untuk
menciptakan disain kostum, penyusun harus mempelajari tahapan dari proses
penciptaan disain, proses pembuatan kostum, dan pelaksanaan pagelaran tari.
a. Proses Penciptaan Kostum
Dalam proses penciptaan kostum tari, penyusun perlu mengkaji terlebih
dahulu langkah – langkah dari penciptaan desain kostum tari antara lain:
mengkaji tema tari Pangimpen, tari ini termasuk dalam tema tari percintaan.
Selanjutnya yang perlu dipelajari adalah alur cerita, alur cerita dalam tari
Pangimpen adalah alur maju, alur maju adalah cerita yang dibawakan secara
berurutan dari awal sampai akhir. Dalam tari Pangimpen ini menceritakan
tentang seseorang yang sedang merasakan jatuh cinta. Selain mengkaji tema
dan alur, penyusun juga harus memahami karakter tokohGagahan Pria,
karakter tersebut antara lain sikap gagah, pemberani, tegas, dan romantis.
Selain itu, penyusun harus mempelajari sumber ide yang akan diambil.
Penyusun mengambil sumber ide baju teluk belanga dengan mengambil cirri
khususnya yaitu bentuk dari sampin karena unsure bentuk dari sampin
bagian depan mengesankan tegas dan gagah. Bentuk lengkung dari celemek
panggul mengesankan romantis. Sehingga sumber ide ini sesuai dengan
karakter yang akan dimunculkan. Dalam pembuatan kostum tari penerapan
unsur – unsur dan prinsp desain sangatlah penting untuk memperkuat
karakter dari tokoh Gagahan Pria. Penyusun menerapkan unsur garis,
168
bentuk, ukuran, nilai gelap terang, warna dan tekstur. Sedangkan prinsip
yang diterapkan antara lain : prinsip keselarasan, proporsi, keseimbangan,
irama dan pusat perhatian. Setelah mengkaji proses penciptaan, penyusun
menuangkannya dalam sebuah desain gambar, antara lain: design sketching,
presentation drawing tampak muka dan belakang. Desain yang penyusun
ciptakan berupa kemeja tanpa lengan, celana panji dan celemek panggul.
Bahan yang digunakan adalah satin bridal dan satin Manohara Hiasan yang
digunakan berupa hiasan payet dengan warna emas pada bagian sekeliling
badan mengikuti bentuk dari kostum atasan, sehingga mempertegas bentuk
dari kostum tersebut. Celemek panggul menggunakan hiasan prada pada
motif batik untuk mempertegas motif dari batik itu sendiri.
b. Proses Pembuatan Kostum
Tahap awal dalam proses pembuatan kostum berupa tahap persiapan
yang meliputi pembuatan gambar kerja kostum, gambar kerja hiasan kostum
dan gambar kerja pelengkap kostum, pengambilan ukuran, pembuatan pola
kostum, perancangan bahan dan harga dan pembuatan pola sebenarnya.
Setelah tahap awal disetujui oleh dosen pembimbing,maka tahap selanjutnya
adalah meletakkan pola pada bahan utama, proses pemotongan bahan, dan
pemberian tanda pada pola. Tahap terakhir yaitu penjahitan dan
penyelesaian. Maka hasil dari pembuatan kostum penyusun berupa kemeja
tanpa lengan, celana panji dan celemek panggul. Bahan yang digunakan
adalah satin bridal dan satin Manohara. Hiasan yang digunakan berupa
169
hiasan payet dengan warna emas pada kostum atasan dan prada pada
celemek panggul.
Dalam tahap - tahap tersebut terkadang mengalami kendala, baik
kekurangan pada kostum keseluruhan, kekurangan tersebut dapat berupa
kurang teliti dalam pengambilan ukuran, bentuk desain yang kurang bagus,
dan kekurangan lainnya, maka perlu diadakan evaluasi yaitu pengepasan I
dan pengepasan II. Dalam pengepasan I, kostum tari yang dikenakan penari
masih berupa jahitan jelujuran tangan, dalam pengepasan ini penyusun
mendapat kendala pada pesak celana terlalu sempit, maka untuk
mengatasinya adalah dengan menambah lingkar pesak menjadi 70 cm dan
penambahan kikik. Kendali terakhir adalah kurangnya hiasan cara
mengatasinya dalah penambahan prada pada celemek panggul. Hal tersebut
dilakukan sebelum pengadaan pengepasan II.
Setelah melalui pengepasan I, kostum tari tersebut dilanjutkan dengan
pengepasan II. Dalam pengepasan II ini kostum tari telah melalui hasil
akhir, sehingga tidak ada lagi perbaikan jahitan. Pengepasan II ini tentunya
dinilai oleh para dosen penguji, karena sudah merupakan hasil akhir dari
proses pembuatan kostum.
c. Pelaksanaan Pagelaran Tari
Pagelaran tari adalah cabang kebudayaan yang memiliki nilai etika dan
estetika dari suatu pagelaran. Pegelaran tari dapat dicapai apabila ditunjang
oleh unsure lain dari pagelaran yaitu kostum, rias serta dekorasi. Unsur
170
tersebut dapat menghasilkan suatu karya yang indah, kreatif, berkarakter,
dinamis dan inovatif.
Kostum Tokoh Gagahan Pria dalam tari Pangimpen dengan sumber ide
Baju Teluk Belanga, ditampilkan dalam pagelaran tari yang bertema “
Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)”, yang diselenggarakan
melalui tiga tahapan, antara lain :
1. Gladi Kotor pada hari Kamis 3 Juni 2010
2. Gladi Bersih pada hari Jumat 4 Juni 2010
3. Pentas pada hari Sabtu 5 Juni 2010
Pagelaran tersebut diselenggarakan di Stage Tedjakusuma FBS
Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam pagelaran tersebut garapan tari
Pangimpen ditampilkan pada sesi ke-9. Panitia pagelaran tersebut adalah
mahasiswa Fakultas Teknik Busana, Tata Rias Kecantikan dan mahasiswa
Fakultas Seni tari Universitas Negeri Yogyakarta.
d. Evaluasi Akhir
Evaluasi akhir dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau hambatan
dan keberhasilan dari proses penciptaan kostum sampai dengan pelaksanaan
pagelaran. Evaluasi akhir dari pembuatan Kostum Gagahan pria dalam Tari
Pangimpen dengan Sumber Ide Baju Teluk belanga antara lain:
171
1. Evaluasi Proses Penciptaan Kostum
a. Kendala dalam menciptakan desain kostum, untuk mengatasi kendala
tersebut penyusun perlu mengadakan observasi pada saat penari
melakukan latihan.
b. Kostum tari sudah sesuai dengan sumber ide yang diambil oleh
penyusun yaitu Baju Teluk Belanga.
c. Penerapan unsur – unsur dan prinsip desain sudah sesuai dengan
kostum tari.
d. Kostum tari sudah sesuai dengan gambar kerja kostum dan hiasan
kostum.
e. Rancangan bahan sudah sesuai dengan kostum tari.
f. Kostum tari sudah sesuai dengan proses pembuatan kostum.
2. Evaluasi Proses Pembuatan Kostum
a. Terdapat kendala pada saat dilakukan evaluasi proses I dan evaluasi
proses II yang meliputi :
1. Bagian Celana lingkar pesak kurang panjang.
2. Kurangnya hiasan prada.
3. Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi ini dilakukan secara keseluruhan, dimulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan sampai penyelenggaraan pagelaran. Evaluasi tersebut
diantaranya :
172
a. Kurangnya koordinasi antara mahasiswa Fakultas teknik Busana dan
Tata Rias dengan pihak Fakultas Seni Tari pada saat persiapan
pagelaran.
b. Kurangnya rasa keterbukaan antara mahasiswa Fakultas tekni Busana
dan Tata Rias dengan pihak Fakultas Seni Tari.
c. Fasilitas dan sarana yang kurang memadai di tempat
diselenggarakannnya pagelaran tari.
d. Tempat pagelaran yang kurang bersih dan nyaman.
e. Koordinasi perancang kostum dengan penari yang kurang baik.
f. Perlengkapan dan dekorasi panggung yang digunakan pada saat
pagelaran sudah cukup baik.
g. Koordinasi panitia pada saat pagelaran sudah cukup baik.
h. Tema dan waktu penyelenggaraan pagelaran sudah sesuai dengan
rencana.
i. Pagelaran berlangsung dengan lancar dan mendapat sambutan yang
baik dari masyarakat.
173
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pembahasan dalam pembuatan
Kostum Gagahan Pria dalam tari Pangimpen dengan sumber ide Baju Teluk
Belanga, penyusun dapat menyimpulkan :
1. Dalam proses penciptaan desain kostum, terlebih dahulu adalah mengkaji:
a) tema Tari Pangimpen, dimana Tari Pangimpen termasuk tema tari
erotik,b) alur cerita dalam Tari Pangimpen adalah alur maju, alur maju
adalah cerita yang dibawakan secara berurutan dari awal sampai akhir,
c) memahami karakter tokoh Panji Klono Suryawasesa, karakter tersebut
antara lain sikap yang gagah, pemberani, tegas dan romantis. d)
mempelajari dan memahami sumber ide yang akan diambil yaitu Sumber
Ide Baju Teluk Belanga dengan mengambil cirri khusus dari bentuk lilitan
sampin yang diterapkan pada celemek panggul. Sehingga hasil jadi desain
kostum Gagahan Pria yang penyusun ciptakan terdiri dari kemeja tanpa
lengan, celana panji dan celemek panggul.
2. Pembuatan Kostum Gagahan Pria dalam Tari Pangimpen dengan Sumber
Ide Baju Teluk Belanga dibuat melalui beberapa tahap. Tahap awal
dimulai dengan persiapan yang meliputi pembuatan desain kerja,
pengambilan ukuran, pembuatan pola kostum, perancangan bahan dan
harga, serta pemilihan bahan kostum tari. Tahap berikutnya adalah tahap
pelaksanaan yang meliputi peletakan pola pada bahan, pemotongan bahan,
174
pemberian tanda jahitan, penjelujuran, Evaluasi I, penjahitan, dan Evaluasi
II. Evaluasi akhir atau keseluruhan dilakukan mulai dari proses
pembuatan kostum tari sampai hasil akhir dari kostum tersebut. Kostum
yang dihasilkan berupa kemeja tanpa lengan, celana panji dan celemek
panggul. Bahan yang digunakan adalah satin bridal dan satin Manohara.
Hiasan yang digunakan berupa hiasan payet dengan warna emas pada
bagian sekeliling kemeja tanpa lengan, selain itu diterapkan pula hiasan
prada pada motif batik parang gurdho.
3. Penyelenggaraan pagelaran tari ini melalui beberapa tahap, yaitu: a) tahap
persiapan, antara lain : pembentukan panitia: pembentukan panitia di
lakukan oleh mahasiswa Seni Tari FBS, penentuan tema: pagelaran tari ini
bertema “Kolaborasi SENDIKAR”, penentuan anggaran : dilakukan sesuai
ide garap masing – masing kelompok, penentuan tempat dan waktu, b)
tahap Pelaksanaan ; kostum tari ditampilkan dalam suatu pagelaran tari
yang diselenggarakan pada tanggal 3 sampai 5 Juni 2010, bertempat di
Stage Tedjokusuma FBS, Universitas Negeri Yogyakarta. Pagelaran di
selenggarakan melibatkan mahasiswa Fakultas Teknik Busana dan Tata
Rias Kecantikan, berkolaborasi dengan mahasiswa Fakultas Seni Tari
Universitas Negeri Yogyakarta. Kostum Gagahan Pria dengan Sumber Ide
Baju Teluk Belanga ditampilkan dalam tarian garapan pada sesi ke-9.
Dalam kepanitiaan tersebut penyusun menjadi seksi sponsor dari pihak
Fakultas Teknik. Tahap berikutnya berupa evaluasi keseluruhan dari
175
pagelaran tari tersebut. Evalusi tersebut terdiri dari evaluasi persiapan
sampai pelaksanaan pagelaran.
B. SARAN
1. Dalam menciptakan desain, ada beberapa langkah yang disarankan.
Pertama mencari informasi dan referensi sebanyak-banyaknya tentang
sumber ide yang akan diciptakan. Kedua mempelajari referensi dan
mencermati setiap bagian yang akan menjadi perencanaan penciptaan
disain. Ketiga, menentukan sumber ide yang bersangkutan dengan tema.
Keempat, karakteristik dari sumber ide tersebut harus dipelajari terlebih
dahulu agar proses pembuatannya dapat berjalan lancar dan tidak banyak
mengalami kendala. Selanjutnya, dilanjutkan dengan proses penciptaan
disain yang sesuai dengan tema yang diambil.
2. Pada proses pembuatan kostum tari ini terdapat kendala pada perbedaan
pendapat antara penyusun dan koreografi dalam desain hiasan. Sehingga
penyusun harus mencari titik tengah untuk mencapai kesepakatan. Maka
disarankan agar kostum dan hiasan dapat tercipta dengan baik perlu adanya
komunikasi yang baik dengan koreografi, supaya tercipta Kostum tari yang
sesuai dengan karakter dan tokoh yang diperankan dalam suatu tarian.
3. Pemilihan tempat dan waktu penyelenggaraan pagelaran seni tari juga
perlu diperhatikan demi terwujudnya tujuan dan pagelaran seni tari dan
dalam proses penyelenggaran pagelaran seni tari, komunikasi yang baik
harus dibina dengan baik antar semua komponen yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan baik antar dosen pembimbing maupun antar
panitia penyelenggara sehingga konflik dan permasalahan dapat diatasi
176
dengan baik. Dalam proses penyelenggaraan ini terdapat indikator
keberhasilan yaitu harus disiplin dan bertanggung jawab hal ini perlu
dilakukan dengan tegas agar mudah dalam mengkoordinir.
177
DAFTAR PUSTAKA
Arifah A. Riyanto. 2003. Desain Busana. Bandung : Yapemdo
Chodiyah dan Wisri. A. Mamdy.1982. Disain Busana Untuk SMKK/SMTK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Endang Bariqina. 1990. Disain Menghias Kain. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
Enny Zuhni Khayati. 1998. Teknik Pembuatan Busana III. Yogyakarta : FPTK IKIP Yogyakarta
Goet Poespo. 2005. Panduan Teknik Menjahit. Yogyakarta: Kanisius
. 2000. Aneka Rok Bawah. Yogyakarta: Kanisius
Marmien Sardjono. 1995. Rias Pengantin Gaya Yogyakarta. Yogyakarata : Kanisius
M.H.Wancik. 2000. Bina Busana II. Jakarta : Gramedia Pustaka utama
Nani Asri Yulianti. 1993. Teknologi Busana. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
Neni Triana. 2002. Job Sheet Pola Busana Wanit., Bogor: SMK N 3 Bogor
Onong Nugroho. Komposisi Tari ,Yogyakarta : Akademi Seni Tari Yogyakarta
Porrie Muliawan. 1997. Analisa Pecah Model Busana Wanita. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Prapti Karomah. 1990. Tata Busana Dasar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri.1998. Pengetahuan Busana. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
Sicilia Sawitri,dkk. 1997. Tailoring. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
Soedarsono.1978.Diktat Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta : ASTI Yogyakarta
Soekarno. 2002. Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Sri Ardianti Kamil. 1986, Fashion Design. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sri Widarwati. 2000. Desain Busana I. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
. 2000. Desain Busana II. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
Sri Wisdiati. 1993. Sejarah Perkembangan Mode Busana. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
178
Soekarno & lanawati Basuki. 2004. Panduan Membuat Disain ilustrasi Busan., Jakarta : Kawan Pustaka
Widjiningsih. 2000. Kontruksi Pola Busana. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
.1986. Desain Hiasan Busana dan Lenan Rumah Tangga. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
179
Lammpiran 1. Fo
oto Penari Ta
ampak Depa
an
180
Lammpiran 2. Fot
to Penari Tam
mpak Sampi
ing
181
Lammpiran 3. Fot
o Penari Tam
mpak Belaka
ang
182
Lammpiran 4. Fot
o Penari Ber
rsama Desainer
183
Lampiran 5. Foto Kola
aborasi Pena
ari Bersama Desainer
184