kostum penari pria dalam tari rumangkang … · 2013-07-08 · unsur dan prinsip desain diterapkan...
TRANSCRIPT
i
KOSTUM PENARI PRIA DALAM TARI RUMANGKANG
DENGAN SUMBER IDE SURJAN
PROYEK AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk
Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Program Studi Teknik Busana
Disusun Oleh :
SITI KHUSNIYATUN
07514131031
PROGRAM STUDI TEKNIK BUSANA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
ii
iii
ABSTRAK
KOSTUM PENARI PRIA DALAM TARI RUMANGKANG DENGAN SUMBER IDE SURJAN
Oleh : Siti Khusniyatun
07514131031 Proyek akhir ini bertujuan untuk : 1). Menciptakan desain Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang Dengan Sumber Ide Surjan 2). Membuat Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang Dengan Sumber Ide Surjan 3). Menampilkan Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang Dengan Sumber Ide Surjan pada pagelaran tari dengan tema ”Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)”. Desain kostum tari tercipta dengan mengkaji tema tari Rumangkang, tari ini termasuk dalam tema kesombongan. Tari tersebut dibawakan oleh penari empat penari putra dan lima penari putri. Pada tari Rumangkang memiliki karakter angkuh, gagah dan tegas. Kostum tari ini tercipta dengan mengambil sumber ide Surjan yang merupakan pakaian adat pria Yogyakarta. Untuk memperkuat karakter dari Tokoh Rumangkang, unsur – unsur dan prinsip desain diterapkan dalam kostum tersebut. Setelah mengkaji proses penciptaan, hal berikutnya adalah proses penyajian desain sketching, presentation drawing tampak muka dan belakang. Pembuatan kostum tari ini meliputi tiga tahap yaitu : Tahap persiapan, yang terdiri dari pembuatan gambar kerja kostum, gambar kerja hiasan kostum dan gambar kerja pelengkap kostum, pengambilan ukuran, pembuatan pola kostum, perancangan bahan dan harga. Tahap pelaksanaan, yang terdiri dari peletakan pola pada bahan, pemotongan dan pemberian tanda pada jahitan, penjelujuran, pengepasan I, perbaikan, penjahitan, pengepasan II dan pemberian hiasan busana. Tahap evaluasi hasil meliputi pembahasan tentang masalah yang dihadapi pada proses pembuatan kostum dan evaluasi hasil secara keseluruhan mengenai kesesuaian antara desain dan kostum tari yang dihasilkan. Penyelenggarakan pagelaran tari, melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan yang terdiri dari pembentukan panitia, penentuan tema, penentuan tujuan pelaksanaan, penentuan waktu dan tempat serta anggaran. Tahap pelaksanaan yaitu penyelenggaraan pagelaran tari yang bertema “ Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)”. Tahap berikutnya berupa evaluasi akhir dari keseluruhan yang meliputi persiapan, pelaksanaan sampai dengan pagelaran tari. Pagelaran tersebut diikuti oleh mahasiswa Fakultas Teknik Busana dan Tata Rias yang berkolaborasi dengan mahasiswa Fakultas Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil dari Proyek Akhir ini adalah 1). Terciptanya desain Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang Dengan Sumber Ide Surjan 2). Pembuatan Kostum Penari Pria Dlam Tari Rumangkang Dengan Sumber Ide Surjan yang terdiri dari Kemeja dengan gaya surjan , menggunakan bahan tenun lurik motif Prajurit Mantrirejo berwarna hijau, hitam, kuning kecoklatan dengan motif garis vertikal dipadukan dengan kain Satin Manohara. celana panjang tiga perempat menggunakan bahan kain Satin Manohara berwarna coklat keemasan, Celemek panggul yang dilengkapi dengan wiru engkol menggunakan bahan batik motif Parang Menang berwarna coklat dan hijau, iket kepala 3). Ditampilkannya Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang Dengan Sumber Ide Surjan dalam pagelaran tari dengan tema “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)” pada tanggal 4-5 juni 2010 di stage Tedjakusuma Universitas Negeri Yogyakarta.
iv
ABSTRACT MALE PERFORMERS COSTUME IN RUMANGKANG DANCE
WITH SURJAN AS SOURCE IDEA By
Siti Khusniyatun 07514131031
The purposes of this final project are : 1) To create the design of male performers costume in Rumangkang dance
with surjan as source idea. 2) To make male dancer costume in Rumangkang dance with surjan as source
idea. 3) To feature male dancer costume Rumangkang dance with surjan as source
idea on dance performances with the theme “SENDIKAR (The Art Education Of Character) Collaboration Performance “.
The design of dance costume is created by examining the theme of Rumangkang dance. This kind of dance belongs to the theme of vanity. The dance is performed by four male dancers and five female dancers. Rumangkang dance is characterized by the image of pride, gallantry and resoluteness. This dance costume is created with surjan as source idea. Surjan is the Yogyakarta man’s costume clothing. To strengthen the character of Rumangkang’s figure, this costume applied the elements and principles of design. After studying the process of creation, the next thing is the preparation process of sketching designs, the rear ang front façade of presentation drawings that is in the form of surjan stylish shirt, three-quarter length of pants, and pelvic apron equipped with an engkol pleat. There are three phases in making of this dance costume: preparatory phases consisting of the work drawing of costume, those of costume ornate, and costume complements, taking size, costum pattern making, material and price planning. Implementation phase consisting of pattern laying on the fabric, cutting and marking off the seamed fabric, basting, fitting I, repairing, tailoring, fitting II, decoration setting. Evalution phases includes a discussion of the encountered problems in the process of costumes making and overall evaluation of the results includes the appropriateness (suitability) of the design with the dance costumes produced. The dance performance is conducted through three phases : preparation phases consisting of the committee formation, theme setting, performance objectives the time, place and budget setting. The implementation phase that is the organization of dance performance with the theme of “SENDIKAR (Art Character Education) Collaboration “. The next phase is final evaluation of the entire activities including preparation, execution up to the dance performances. The performance was attended by students of the faculty of clothing and Make Up Technique collaborating with students of the Faculty of Dance Arts, State University of Yogyakarta. The results of this final project are :
1) The creation of costume design of male performers in Rumangkang dance with surjan as source idea.
v
2) Dance costume making for male performers in Rumangkang dance with surjan as source idea consisting of surjan style shirt with manohara satin material, and prajurit mantrirejo striated motifs, three-quarter length trousers using satin manohara, pelvic apron equipped with iket kepala (bundle head) using batik material with parang menang ang satin manohara motif.
3) The display of man performer costume in Rumangkang dances with surjan as source idea on dance performances with the theme of “SENDIKAR (Art Character Education) Collaboration “ in 4-5 june 2010 at the Tedjakusuma Stage of Yogyakarta State University.
vi
MOTTO
Bila Allah mengabulkan keinginan kita,
BerartiAllah ingin mempertebal iman kita,
Namun kadang mereka lupa akan imannya,
Larut dalam keinginan masing-masing
Bila Allah menunda keinginan kita,
Berarti Allah sedang menguji keinginan kita,
Namun kadang mereka menganggap Allah tidak peduli mereka,
Padahal ia belum melihat hikmah dari semua itu
Bila Allah tidak mengabulkan keinginan kita,
Berarti Allah menmpunyai kehendak lain yang lebih baik dari permohonan kita,
Namun mereka tidak tahu bahea bahwa Allah akan memberi kebutuhan kita
bukan keinginan kita
vii
9HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Proyek Akhir ini penyusun persembahkan untuk:
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu menyayangiku dengan penuh kasih saying,
terimakasih atas segala doa , dukunyan dan pengorbanannya yang begitu
besar.
Kakak dan Adikku tercinta yang selalu menemaniku dan mensuport aku.
Ibu Eny Zuhni Khayati, M. Kes yang selalu memberi semangat dan dukungan.
Temen-temenku yang selalu bersama dalam suka dan duka.
Teman-teman D3 Reguler angkatan 2007, ayo semangat!
Almamaterku UNY
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya. Sholawat dan salam senantiasa tercurah pada
junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Proyek Akhir ini dengan baik.
Proyek Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Ahli Madya. Dalam penyusunan karya Proyek Akhir ini tidak terlepas dari
bantuan semua pihak, oleh karena itu penyusun menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Wardan Suyanto, Ed. D selaku Dekan Fakultas Teknik UNY
2. Dr. Sri Wening selaku Kepala Jurusan PTBB FT UNY
3. Sri Widarwati, M. Pd selaku Ketua Program Studi Teknik Busana FT
UNY
4. Eny Zuhni Khayati, M. Kes selaku Dosen Pembimbing Proyek Akhir
yang telah memberi bimbingan selama pembuatan kostum tari serta
Penyusunan Proyek Akhir
5. Wdjiningsih, M. Pd selaku Penasehat Akademik D3 Reguler
6. Tim Dosen mata kuliah Proyek Akhir
7. Tim Penguji Proyek Akhir
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Proyek Akhir ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan. Penyusun berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa Teknik Busana pada
khususnya.
Yogyakarta, Maret 2011
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Batasan Istilah ..................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
D. Tujuan ................................................................................................ 5
E. Manfaat ............................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 8
A. Karakteristik Tari Rumangkang .......................................................... 8
1. Definisi Tari .................................................................................. 8
2. Jenis-Jenis Tari .............................................................................. 9
3. Karakteristik Tari Rumangkang .................................................... 11
B. Sumber Ide .......................................................................................... 12
1. Pengertian Sumber Ide dan Penggolongan Sumber Ide ................ 12
2. Sumber Ide Surjan ......................................................................... 14
C. Desain .................................................................................................. 6
1. Unsur dan Prinsip Desain .............................................................. 16
2. Desain Busana ............................................................................... 37
3. Desain Hiasan Busana ................................................................... 46
x
4. Desain Pelengkap Busana ............................................................. 48
D. Koastum Tari ....................................................................................... 50
1. Definisi Kostum ............................................................................ 50
2. Definisi Kostum Tari .................................................................... 20
3. Karakteristik Kostum Tari ............................................................ 50
E. Penciptaan Kostum Tari Rumangkang Untuk Tokoh Pria
Dengan Sumber Ide Surjan ................................................................. 73
1. Penerapan Karakteristik Tari Pada Desain .................................... 73
2. Penerapan Sumber Ide Pada Desain .............................................. 74
3. Penerapan Unsur dan Prinsip Pada Desain ................................... 75
F. Pagelaran Tari .............................................................................. 87
BAB III PROSES PEMBUATAN KOSTUM DAN PAGELARAN
TARI ...............................................................................................................
92
A. Pembuatan Kostum Tari ...................................................................... 92
1. Persiapan ....................................................................................... 92
a. Pembuatan Gambar Kerja Kostum Tari, Hiasan Kostum
Tari Dan Pelengkap Kostum Tari ........................................... 93
b. Pengambilan Ukuran ...................................................... ......... 104
c. Pembuatan Pola Kostum Tari ....................................... .......... 106
d. Rancangan Bahan Dan Harga ........................................ ......... 120
2. Pelaksanaan ................................................................ ......... 131
a. Peletakan Pola Pada Bahan ......................................... ........... 131
b. Pemotongan Dan Pemberian Tanda Jahitan ................. .......... 132
c. Penjelujuran Dan Penyambungan ................................ ........... 132
d. Evaluasi Proses I ........................................................ ............ 134
e. Penjahitan ..................................................................... .......... 135
f. Evaluasi Proses II ........................................................... ........ 136
3. Evaluasi hasil ....................................................................... ........ 136
B. Penampilan Kostum ................................................................... ......... 137
1. Persiapan ............................................................................ ......... 138
xi
a. Pembentukan Panitia ...................................................... ......... 138
b. Penentuan Tema ............................................................. ......... 138
c. Penentuan Tujuan Pelaksanaan ..................................... .......... 139
d. Penentuan Waktu Dan Tempat ..................................... ........... 139
e. Menentukan Anggaran ................................................ ............ 140
2. Pelaksanaan ....................................................................... ............ 142
3. Evaluasi .............................................................................. ........... 143
C. Hasil Dan Pembahasan ............................................................. ........... 145
1. Mencipta Desain Kostum Tari ........................................... ........... 145
2. Proses Pembuatan Kostum Tari ........................................ ............ 146
3. Penampilan Kostum Tari ..................................................... .......... 147
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. ......... 148
A. Kesimpulan ............................................................................. ............ 148
B. Saran ........................................................................................ ............ 149
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Busana merupakan kebutuhan pokok bagi manusia disamping
kebutuhan akan pangan dan papan. Manusia mengenal busana sejak zaman
purba tetapi pada saat itu manusia menutupi tubuhnya hanya dengan
menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar mereka. Bahan-bahan tersebut
antara lain kulit kayu, daun, kulit binatang dan lain sebagainya.
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan yang begitu cepat,
terutama sejak pecahnya revolusi industri pada abad 18 yang telah
menyebabkan dunia fashion dipandang sebagai salah satu fenomena
kebudayaan manusia yang cukup menarik. Hal ini membuat manusia semakin
sadar bahwa selain busana berfungsi untuk menutupi bagian tubuh, busana
juga mempunyai fungsi untuk memperindah diri, sehingga berkembanglah
mode-mode busana sesuai dengan perkembangan zaman.
Menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri (1998 : 2) tujuan manusia dalam
berbusana antara lain : untuk memenuhi adab kesusilaan dan kebudayaan,
untuk memenuhi syarat kesehatan serta untuk memenuhi rasa keindahan.
Begitupun dalam suatu acara pagelaran tari para penari tidak
menggunakan pakaian biasa. Tetapi menggunakan pakaian yang indah dan
menarik serta menggunakan aksesoris pelengkapnya sehingga dapat
menunjukkan penokohan yang sedang diperankan
2
Indonesia merupakan negara kepulauan yang setiap daerah memiliki
kebudayaan yang beragam. Masing-masing daerah. memiliki beragam
kesenian yang setiap saat selalu berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Hal ini mendorong seseorang untuk selalu mengasah dan
mengembangkan bakat serta kemampuan untuk menciptakan kreasi karya seni
yang baru tanpa meninggalkan prinsip-prinsip yang ada.
Karakteristik atau penokohan dalam suatu pementasan tari akan
terlihat menarik dan indah apabila kostum tari yang digunakan sesuai dengan
tokoh yang diperankan. Selain kostum juga perlu memperhatikan hiasan
wajah, hiasan rambut, serta aksesoris pendukung lainnya. Dalam pembuatan
kostum tari sebelumnya harus mengetahui karakteristik tokoh yang
diperankan, hal ini agar busana dapat semakin memperkuat penokohan.
Sesuai dengan tema “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pedidikan
Karakter) maka dalam pembuatan tugas Proyek Akhir ini dilakukan
kolaborasi antara mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Seni Tari, Fakultas
Bahasa dan Seni (FBS) dengan prodi Pendidikan Teknik Busana serta Tata
Rias dan Kecantikan, Fakultas Teknik (FT). Hal ini dilakukan untuk melatih
mahasiswa berkolaborasi dari segi tarian, busana dan riasan. Pada Proyek
Akhir ini penulis mencipta kostum tari rumangkang dengan sumber ide surjan.
Dengan terlaksananya pagelaran yang dilakukan secara kolaboratif tersebut,
mahasiswa dapat lebih menambah pengetahuan tentang penciptaan dan
pembuatan tari rumangkang yang berkualitas sesuai dengan karakter tari.
3
Setelah mengkaji karakter dan alur cerita tari rumangkang penyusun
menggunakan sumber ide surjan. Sumber ide ini dipilih karena surjan
memiliki citra yang sederhana tetapi memiliki kharismatik. Garis-garis pada
surjan mencerminkan ketegasan kekuatan sehingga sangat cocok untuk penari
pria dalam tari rumangkang. Mode surjan belum dapat mencerminkan tokoh
penari yang memiliki karakter sombong dan angkuh, sehingga perlu
dilengkapi dengan ikat kepala dengan segitiga mengarah kebawah terbuat dari
bahan batik. Selain itu juga dilengkapi dengan gelang tangan dan gelang kaki
berwarna emas, hal ini menguatkan bahwa tokoh tersebut memiliki karakter
yang sombong. Tokoh pria dalam tari rumangkang ini juga digambarkan
sebagai tokoh yang pemberani dan bersikap dinamis maka kostum bagian
bawah perlu diwujudkan dalam celana yang mudah untuk bergerak.
Hasil karya cipta ini ditampilkan dalam pagelaran tari kontemporer
agar melatih mahasiswa untuk dapat mengolah kepanitian suatu pagelaran
busana sehingga mampu mengadakan suatu pagelaran tari. Dalam pagelaran
tari, seorang desainer tidak saja dituntut untuk mengerahkan talentanya
menciptakan model pakaian tertentu, akan tetapi dia juga harus bisa
mengorganisasi suatu pagelaran busana serta mampu menciptakan tata
panggung yang apik. Pagelaran tari bukan hanya sebuah ”tempat pajang
pakaian” (window mannequin), akan tetapi berkaitan erat juga dengan gerak
dan teknik menari yang lues dari model/penari. Lewat gabungan mode,
setting, serta gerak, sebuah pagelaran tari akan mampu menunjukkan sisi
”magic” yang mampu menunjukkan alternatif ekspresi, mengilhami trend
4
baru kostum tari, dan pada akhirnya mendorong penikmat fashion untuk
semakin tertarik menampilkan keunikan budaya Indonesia.
B. BATASAN ISTILAH
Untuk memperjelas judul dan maksud maka perlu diajukan batasan istilah
sebagai berikut:
1. Kostum Tari
“Kostum tari adalah sandangan dan perlengkapan yang dikenakan dalam
pentas tari” (Nugroho, 1094:4). Dalam Proyek Akhir ini penyusun
membuat Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang Dengan Sumber
Ide Surjan, terdiri dari kemeja dengan gaya surjan, celana tiga perempat
dan hiasan pinggang berupa draperi yang dilengkapi dengan jabot..
2. Tari Rumangkang
Tari Rumangkang kontemporer yang menggambarkan sekelompok
wanita yang ingin disejajarkan derajatnya seperti kaum pria. Sebuah
gambaran bahwa wanita ingin hdup bebas dan keberadaannya diakui oleh
kaum pria. Sedangkan bagi kaum pria sendiri beranggapan bahwa wanita
kodratnya adalah dibelakang pria sehingga tidak pantas menjadi
pemimpin. Dari sinilah muncul pemberontakaan dari kaum wanita untuk
membuktikan bahwa mereka bisa menjadi pemimpin.
3. Sumber Ide
“Sumber ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide
seseorang untuk menciptakan desain baru atau kreasi baru”. (Sri
5
Widarwati, 1996:58). Dalam Proyek Akhir ini sumber ide yang digunakan
adalah surjan.
4. Surjan
Surjan adalah busana daerah Yogyakarta yang dikenakan oleh
kaum pria. Surjan ini merupakan busana luar bagian atas yang mempunyai
bagian badan dengan penutup kancing overlap yang diberi bef bagian
dalam, lengan yang dipasangkan pada bahu agak lebar, kerah cina yang
agak tinggi yang diberi kancingbungkus yang dillit benang serta memakai
saku tempel. Bahan yang dipergunakan yaitu bahan lurik atau bahan satin
bermotif kembang batu. Surjan bila dipakai dipadukan dengan kain
panjang atau kain batik.
Dari batasan istilah diatas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan Koatum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang Dengan Sumber Ide
Surjan adalah sandangan dan papan yang digunakan penari pria dalam tari
rumangkang yang mode kostumnya diilhami oleh surjan dan sebagai
pelengkap kostumnya menggunakan ikat kepala, gelang tangan serta
gelang kaki.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mencipta desain kostum penari pria dalam tari rumangkag
dengan sumber ide surjan?
2. Bagaimana membuat dan menyelesaikan kostum penari pria dalam tari
rumangkang dengan sumber ide surjan?
6
3. Bagaimana menampilkan Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang
Dengan Sumber Ide Surjan pada pagelaran tari dengan tema “Kolaborasi
SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)”
D. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proyek akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Dapat mencipta desain kostum penari pria dalam tari rumangkang dengan
sumber ide surjan?
2. Dapat membuat dan menyelesaikan kostum penari pria dalam tari
rumangkang dengan sumber ide surjan?
3. Dapat menampilkan Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang Dengan
Sumber Ide Surjan pada pagelaran tari dengan tema “ Gelar Kolaborasi
SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)”?
E. MANFAAT
Proyek Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta keterampilan
tentang pembuatan busana kostum tari
b. Dapat mendorong dan melatih untuk menjadi lebih kreatif dan
menciptakan karya-karya baru terutama model busana tari.
c. Sebagai wahana belajar keorganisasian dalam bentuk kepanitiaan
pagelaran kesenian tari
7
2. Bagi Program Studi
a. Memperkenalkan kepada masyarakat Program Studi Teknik Busana,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
b. Mensosialisasika hasil karya cipta mahasiswa Program Studi Teknik
Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta kepada
masyarakat dan dunia Industri.
3. Bagi Masyarakat Umum
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang model busana
terutama busana tari.
b. Mengetahui hasil karya cipta busana mahasiswa Program Studi Teknik
Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta melalui
pagelaran busana dengan tema ”Kolaborasi Sendikar”.
c. Memperoleh informasi tentang kualitas mahasiswa Program Studi
Teknik Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
melalui pagelaran busana dengan tema ”Gelar Kolaborasi SENDIKAR
(Seni Pendidikan Karakter”.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KARAKTERISTIK TARI RUMANGKANG
1. Definisi Tari
Menurut Soedarsono (1972”30), bahwa tari mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu dan
kelompok. Tari merupakan salah satu bentuk kesenian yang memiliki
media ungkapan substansi gerak, dan gerak yang terungkap adalah gerak
manusia. Gerak-gerak dalam tari bukanlah gerak realistis dan gerak
keseharian, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif.
“Tari adalah desakan perasaan manusia didalam dirinya yang
mendorongnya untuk mencari ungkapan yang berupa gerak-gerak ritmis”.
Tari juga merupakan pengalaman fisik yang paling elementer dalam
kehidupan manusia. Gerak tidak hanya terdapat pada denyutan diseluruh
tubuh manusia untuk tetap dapat memungkinkan manusia hidup, tetapi
gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional
manusia (Martin 1965:8).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tari adalah ragam bentuk
ungkapan perasaan manusia yang diekspresikan melalui gerak. Oleh
karena itu seni tari berperan sebagai media untuk menyalurkan ide-ide
kreatif. Sebagaimana dicontohkan dalam tarian-tarian tradisional yang
9
bersifat magis dan sacral, merupakan ekspresi jiwa manusia yang
didominir oleh kehendak.
2. Jenis Tari
Menurut Soedarsono ( 1978:12) jenis tari terbagi menjadi 4 kelompok,
antara lain:
a. Jenis Tari Berdasarkan Pola Garapannya
1). Tari tradisional
Tari Tradisional adalah semua tarian yang telah mengalami
perjalanan sejarah yang cukup lama yang selalu bertumpu pada
pola-pola yang telah ada.
Tari tradisional terbagi menjadi 3 berdasarkan atas gerak artistic
garapannya, antara lain:
a). Tari Primitif
Tari Primitif adalah tarian yang memiliki gerakan-gerakan,
iringan musik dan pakain yang sederhana.
b). Tari Rakyat
Tari Rakyat merupakan ungkapan kehidupan rakyat yang masih
berpijak pada unsur budaya primitif.
2). Tari Kreasi Baru (Modern)
Tari Kreasi Baru adalah tari yang mengarah pada kebebasan
dalam pengungkapan, tidak berpijak pada pola tradisi.
b. Jenis Tari Menurut Temanya
1) Tari dramatik
10
Tarian yang isinya menyampaikan sebuah cerita atau drama.
2) Tari non dramatik
Aalah tari yang tidak menyampaikan cerita atau drama.
c. Jenis Tari Menurut Fungsi Dan Tujuannya
1) Tari upacara
Tari Upacara adalah tari yang khusus berfungsi sebagai sarana
upacra agama dan adat dan banyak terdapat didaerah-daerah yang
masih bertradisi kuat, serta diwilayah yang masih kuat memelihara
agama hindu seperti bali.
2) Tari gembira
Tari Gembira adalah tari yang berfugsi sebagai sarana untuk
mengungkapkan rasa gembira.
3) Tari pertunjukan atau treatikal
Tari Pertunjukan merupakan tari yang garapannya khusus
untuk pertunjukan.
d. Jenis Tari Dilihat Dari Cara Penyajiannya
1) Tari tunggal
Tari Tunggal adalah tari yang dilakukan oleh satu orang saja.
2) Tari berpasangan atau duet
Tari Berpasangan adalah tari yang dilakukan oleh dua orang
atau berpasangan.
3) Tari kelompok
11
Tari Kelompok adalah tari yang dilakukan oleh beberapa orang
atau secara masal.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa tari rumangkang dilihat
dari jenis tari berdasarkan pola garapannya termasuk dalam tari kreasi
baru, berdasarkan temanya termasuk dalam tari dramatik, berdasarkan
fungsi dan tujuannya termasuk dalam tari pertunjukan dan berdasarkan
cara penyajiannya termasuk dalam tari kelompok.
3. Karakteristik Tari Rumangkang
Tari rumangkang merupakan tari kerakyatan yang menceritakan
tentang keangkuhan seseorang yang Mempunyai kedudukan. Gerakan tari
pada tari rumangkang berpijak pada gerakan tari jaipong yang ditarikan
oleh penari pria dan wanita. Jumlah penari dalam tari rumangkang adalah
9 orang yang terdiri dari empat penari pria dan lima penari wanita.
Alur cerita dalam tari rumangkang yaitu gejolak jiwa wanita yang
kehidupannya selalu dikekang, diremehkan dan dianggap tidak bisa
menjadi pemmpin seperti halnya kaum pria. Sedangkan bagi kaum lelaki
wanita tidak pantas didepan atau menjadi pemimpin. Wanita hanya pantas
berada dibelakang kaum lelaki. Tetapi dengan keterbelakangan itu kaum
wanita dapat membuktikan bahwa wanita juga bisa menjadi pemimpin.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik taru
rumangkang adalah pertentangan antara kaum laki-laki dan wanita yang
ingin hdup bebas dan memiliki derajat yang sama. Dan pada akhirnya
12
wanita dapat membuktikan kepada kaum pria bahwa wanita juga bisa
menjadi pemimpin seperti halnya kaum lelaki.
B. SUMBER IDE
1. Pengertian Sumber Ide
“Sumber ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide
seseorang untuk menciptakan desain baru” (Sri Widarwati, 1996 : 58)
Menurut Widjiningsih (1990 : 70) “Sumber ide adalah segala sesuatu yang
dapat merangsang lahirnya suatu kreasi”. Sedangkan menurut Chodiyah
dan Wisri A.Mamdy (1982 : 171), “Sumber ide adalah sesuatu yang dapat
merangsang lahirnya kreasi baru”.
Secara garis besar, menurut Chodiyah dan Wisri A.Mamdy (1982),
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a) Sumber ide dari pakaian penduduk dunia atau pakaian daerah-daerah
di Indonesia.
b) Sumber ide dari benda-benda alam, seperti bentuk dan warna dari
tumbuh-tumbuhan, binatang, gelombang laut, bentuk awan, dan
bentuk-bentuk benda geometris.
c) Sumber ide dari peristiwa-peristiwa nasional, maupun internasional.
Misalnya pakaian olahraga dari peristiwa ASEAN Games, 17 Agustus
dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Sri Widarwati (1993), secara garis besar sumber
ide dalam menciptakan busana digolongkan dalam empat kelompok besar,
yaitu :
13
1) Sumber ide dari pakaian penduduk dunia.
2) Sumber ide dari benda-benda alam, seperti bentuk dan warna dari
tumbuh-tumbuhan, binatang, gelombang air laut, bentuk awan dan
bentuk-bentuk benda geometris.
3) Sumber ide dari peristiwa penting nasional ataupun internasional,
misalnya: pakaian olah raga dari peristiwa PON, SEA GAMES, dan
lain-lain.
4) Sumber ide dari pakaian kerja misalnya pakaian rohaniawan, hakim,
dokter, dan lain-lain.
Dari keempat sumber ide tersebut tidak perlu diambil secara
keseluruhan tetapi dapat diambil bagian-bagian tertentu yang menjadi ciri
khas atau keistimewaan dari sumber ide tersebut.
Hal-hal yang dapat dijadikan sumber ide menurut Sri Widarwati
(1993) antara lain :
a) Ciri khusus dari sumber ide, misalnya kimono Jepang, dimana ciri
khususnya terletak pada lengan dan leher.
b) Warna dari sumber ide, misalnya bunga matahari yang berwarna
kuning.
c) Bentuk atau siluet dari sumber ide, misalnya sayap burung merak.
d) Tekstur dari sumber ide pakaian wanita Bangkok, misalnya bahannya
terbuat dari sutera.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan sumber ide
adalah segala sesuatu yang terdapat di alam, pakaian penduduk dunia,
14
peristiwa penting nasional ataupun internasional, dan dari pakaian kerja
yang dapat diambil ciri-cirinya sehingga dapat menimbulkan ide-ide yang
baru.
2. Sumber Ide Surjan Yogyakarta
Sumber ide yang dipilih dalam pembuatan kostum tari dalam proyek
akhir ini diambil dari salah satu busana penduduk dunia yaitu surjan dari
yogyakrta drengan judul ” Kostum Tari Rumangkang Untuk Tokoh Laki-
laki Dengan Sumber Ide Surjan Yogyakarta”.
Surjan adalah busana daerah Yogyakarta yang dikenakan oleh kaum
pria. Surjan ini merupakan busana luar bagian atas yang mempunyai
bagian badan dengan penutup kancing overlap yang diberi bef bagian
dalam, lengan yang dipasangkan pada bahu agak lebar, kerah cina yang
agak tinggi yang diberi kancingbungkus yang dillit benang serta memakai
saku tempel. Bahan yang dipergunakan yaitu bahan lurik atau bahan katun
bermotif bunga batu. Surjan bila dipakai dipadukan dengan kain panjang
atau kain batik.
Jas tutup atau surjan adalah pakaian adat Yogyakarta yang dikenakan
oleh laki-laki terbuat dari bahan lurik, yussor, kain jas, dsb. Diujung
bawah dibuat runcing yang jatuh tepat dibagian tengan muka. Adapun
perlengkapan lain yang dikenakan saat mengenakan surjan adalah:
a. Kain batik
Kain batik yang digunakan adalah kain batik cap atau batik tulis. Kain
batik diberi wiru selebar tiga jari atau lebih kurang 4 cm. jumlah wiru
15
antara tujuh sampai Sembilan lipatan. Letak wiru selalu berada
ditengah muka. Kain dieratkan pada pinggang menggunakan stagen
atau ikat pinggang.
b. Blangkon
Adalah penutup kepala yang dibuat dari batik . bentuk blangkon antara
Yogyakarta dan Solo terdapat perbedaan pada bagian belakang
blangkon. Untuk pria Yogyakarta pada bagian belakang blangkon
terdapat mondolan berbentuk telur dan untuk pria Solo tidak terdapat
mondolan.
Surjan Yogyakarta adalah surjan yang dikenakan oleh masyarakat
Yogyakarta. Sumber ide tersebut diterapkan dalam bentuk kostum bagian
atas yang sudah dikembangkan dalam bentuk modern
Sumber Ide yang diambil dari Surjan adalah bentuk siluet dari surjan
yang menggunakan siluet H serta garis-garis yang terdapat pada surjan
yang dapat menunjukkan karakteristik penari pria yang tegas dan kokoh.
16
Contoh gambar surjan dari yogyakarta tampak muka
Gambar 1. surjan tampak muka
Sumber (http/tjokrosuharto.com/catalog/adat_busana)
Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa Surjan adalah pakaian adat
Yogyakarta yang dikenakan oleh kaum pria. Surjan ini merupakan busana luar
bagian atas yang mempunyai bagian badan dengan penutup kancing overlap yang
diberi bef bagian dalam, lengan yang dipasangkan pada bahu agak lebar, kerah
cina yang agak tinggi yang diberi kancingbungkus yang dillit benang serta
memakai saku tempel. Bahan yang dipergunakan yaitu bahan lurik atau bahan
satin bermotif kembang batu.
Sumber Ide yang diambil dari Surjan adalah bentuk siluet dari surjan yang
menggunakan siluet H serta garis-garis yang terdapat pada surjan yang dapat
menunjukkan karakteristik penari pria yang tegas dan kokoh.
17
C. DESAIN
“Desain adalah rancangan sesuatu yang dapat diwujudkan pada benda
nyata atau perilaku yang dapat dirasakan, dilihat, didengar, dan diraba”
(Arifah A. Riyanto, 2003 : 1). Menurut Sri Widarwati (1994 : 2), “Desain
adalah suatu rancangan atau gambaran suatu obyek atau benda yang dibuat
berdasarkan susunan garis, bentuk, warna dan tekstur”. Desain menurut Prapti
Karomah (1998 : 12), “Adalah pola rancangan yang menjadi dasar pembuatan
suatu benda buatan”. Sedangkan menurut Widjiningsih (1982 : 1), “Desain
adalah suatu rancangan gambar yang nantinya dilaksanakan dengan tujuan
tertentu yang berupa susunan garis, bentuk, warna dan tekstur”.
Berdasarkan beberapa pengertian desain di atas dapat disimpulkan desain
adalah suatu rancangan benda nyata atau perilaku manusia yang dapat
dirasakan, dilihat, didengar, dan diraba berdasarkan susunan garis, bentuk,
warna dan tekstur
Untuk membuat desain busana diperlukan adanya penyusunan unsur
desain dan prinsip desain.
1. Unsur dan Prinsip Desain
a. Unsur-Unsur Desain
”Unsur-unsur desain adalah segala sesuatu yang dipergunakan
untuk menyusun suatu rancangan” (Sri Widarwati, 2000 : 7). Menurut
Chodiyah dan Wisri A.Mamdy (1982 : 8) ”Unsur-unsur desain adalah
garis, arah, ukuran, bentuk, nilai gelap terang, warna dan tekstur”.
18
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa unsur desain adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyusun suatu rancangan
yang dapat berupa garis, arah, bentuk, ukuran, nilai gelap terang dan
tekstur.
1) Garis
”Garis merupakan unsur tertua yang digunakan untuk
mengungkapkan emosi dan perasaan seseorang dalam desain
busana” (Sri Widarwati, 1993 : 7). Menurut Lanawati Basuki
(2004) ”Garis adalah hasil goresan dari satu titik ke titik lain”.
Menurut Atisah Sipahelut Petrussumardi (1991 : 24) yang
dimaksud dengan garis adalah ”hasil goresan dengan benda keras
diatas benda alam (tanah, pasir, daun, batang pohon dan
sebagainya)”.. Sedangkan menurut Enny Zuhny Khayati (1997 : 3)
”Garis adalah hasil gerak atau titk ke titik lain sesuai dengan arah
dan tujuan”.
Menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri (1986:35), garis
dapat dibedakan menjadi :
a) Garis Lurus Garis lurus berdasarkan arahnya dapat dibedakan menjadi
garis vertical, horizontal, dan diagonal. Garis lurus pada suatu busana akan memberikan kesan tinggi bagi orang yang memakai busana tersebut.
b) Garis Melengkung Garis melengkung dapat dibedakan menjadi garis sedikit melengkung, garis melengkung biasa, dan garis sangat melengkung sehingga merupakan setengah lingkaran.
19
Garis mempunyai sifat yang dapat memberikan kesan pada
suatu desain busana yaitu :
a) Garis lurus memberikan kesan tegang, pasti, kau, tegas dan keras.
Garis lurus tegak dapat memberikan kesan langsing dan tinggi.
Sedangkan garis lurus datar memberikan kesan lebar atau
memendekkan.
b) Garis lengkung memberikan kesan luwes, lembut, riang, indah,
feminine atau gembira
Dalam desain busana garis mempunyai fungsi sebagai berikut
yaitu :
a) Membatasi bentuk strukturnya (siluet). b) Membagi bentuk struktur menjadi bagian-bagian yang
merupakan hiasan dan menentukan model. Misalnya : garis empire, garis princess, longtorso, yoke (pas)
c) Menentukan periode suatu busana (siluet, periode empire, periode princess)
d) Memberi arah dan pergerakan (Chodiyah dan Wisri A.Mamdy, 1982 : 8)
Gambar 2. Beberapa jenis dan karakter garis
Sumber (http/mazgun.wordpress.com/2009/10/12unsur-rupa-dan-
komposisi)
20
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
garis adalah hasil goresan benda keras diatas permukaan yang
digunakan untuk mengungkapkan emosi dan perasaan seseorang
sesuai arah dan tujuannya.
2) Arah
”Setiap garis mempunyai arah yaitu mendatar (horizontal),
tegak lurus (vertikal) dan miring ke kiri dan miring ke kanan
(diagonal)” (Sri Widarwati, 2000 : 8 ). Menurut Arifah A. Riyanto
(2003 : 32) ”Antara garis dan arah saling berkaitan, karena semua
garis mempunyai arah vertikal, horizontal, diagonal dan lengkung”.
Sedangkan menurut Atisah Sipahelut dan Petrus Sumadi (1991)
”Arah adalah wujud benda yang dapat dirasakan dan mampu
menggerakkan rasa”.
Arah garis yang akan digunakan dalam suatu desain busana
akan memberi kesan tertentu pada hasil rancangannya. Menurut
Widjingsih (1982 : 4) setiap arah memberi kesan yang berbeda
yaitu :
a) Arah mendatar atau horizontal memberi kesan tenang, tentram, dan pasif.
b) Arah tegak lurus atau vertikal memberi kesan aguung, kokoh, stabil dan berwibawa.
c) Arah diagonal memberi kesa lincah, gembira dan melukiskan gerak perpindahan yang dinamis.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa arah
dan garis sangat berkaitan. Dapat dikatakan demikian karena garis
memiliki arah vertikal, horizontal, diagonal dan lengkung,
21
misalnya garis lipit yang dibuat vertikal, garis empire yang dibuat
horizontal dan lain sebagainya.
3) Bentuk
”Unsur bentuk ada dua macam yaitu bentuk dua dimensi dan
bentuk tiga dimensi. Bentuk dua dimensi adalah bidang datar yang
dibatasi oleh garis, sedangkan bentuk tiga dimensi adalah ruang
yang bervolume dibatasi oleh permukaan”. (Sri Widarwati, 1993 :
10). Menurut Soekarno dan Linawati Basuki (2004) ”Bentuk
merupakan rancangan bentuk dasar yang mudah dipahami, yang
akan dituangkan kedalam bentuk pola rancangan dan nantinya
diwujudkan ke bentuk pakaian sebenarnya”.
Menurut sifatnya bentuk juga dibedakan menjadi dua yaitu
a) Bentuk geometris. Misalnya segitiga, kerucut, segiempat,
trapesium, lingkaran, silinder.
b) Bentuk bebas. Misalnya bentuk daun, bunga, pohon, titik air,
batu-batuan dan lain-lain.
Menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 242) bentuk dibedakan menjadi
lima yaitu :
a) Bentuk segi empat dan segi panjang. b) Bentuk segitiga dan kerucut. c) Bentuk lingkaran dan setengah lingkaran. d) Bentuk yang mempunyai sisi dan ruang. e) Bentuk sebgai hiasan.
22
Gambar 3. Beberapa contoh bentuk
Sumber (http/mazgun.wordpress.com/2009/10/12unsur
-rupa-dan-komposisi)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk
ada dua macam yaitu bentuk dua dimensi dan bentuk tiga dimensi.
Bentuk dua dimensi dibatasi dengan garis misalnya gambar desain
busana, sedangkan bentuk tiga dimensi mempunyai volume.
4) Ukuran
”Ukuran adalah dimensi benda yang menyangkut ruang dan
dimensi manusia” (Atisah Sipahelut dan Petrus Sumadi, 1991 : 34)
Menurut Prapti Karomah (1990 : 10) ”Ukuran adalah ukuran-ukuran
bagian busana. Ukuran yang kontras (berbeda) pada suatu desain dapat
menimbulkan perhatian dan menghidupkan suatu desain, tetapi dapat
pula menghasilkan ketidakserasian apabila ukuran tidak sesuai”
(Widjiningsih, 1982 : 5). Menurut, Sri Widarwati (2000 : 10) Ukuran
digunakan untuk menentukan panjang rok. Ada lima ukuran panjang
rok yaitu
23
a) Mini : rok yang panjangnya 10-15 cm di atas lutut. b) Kini : rok yang panjangnya sampai lutut c) Midi : rok yang panjangnya 10-15 cm di bawah lutut. d) Maxi : rok yang panjangnya di atas pergelangan kaki. e) Longdress : rok yang panjangnya sampai lantai / tumit. Menurut Goet Poespo ada delapan macam ukuran yang panjang
rok yaitu :
a) Peplum yaitu ukuran paling pendek dari variasi panjang rik, umumnya panjang peplum ini dihubungkan dengan busana bagian atas.
b) Macro yaitu rok yang panjangnya hanya cukup untuk menutupi bgaian pantat.
c) Mini yaitu rok yang panjangnya sampai pertengahan paha. d) Kini yaitu rok yang panjangnya sampai lutut. e) Midi yaitu rok yang panjangnya sampai pertengahan betis. f) Maxi yaitu rok yang panjangnya di ats pergelangan kaki. g) Ankle yaitu rok yang panjangnya sampai mata kaki. h) Floor yaitu rok yang panjangnya sampai mata lantai. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran
dapat menentukan panjang pendek dan besar kecil bentuk yang dapat
menghidupkan desain, tetapi juga dapat menghasilkan ketidakserasian.
5) Nilai Gelap Terang
”Nilai gelap terang adalah suatu sifat warna yang menunjukkan
apakah warna mengandung hitam dan putih” (Sri Widarwati 2000 :
10). ”Untuk sifat gelap digunakan warna hitam dan untuk sifat terang
digunakan warna putih”. Menurut Widjiningsih (1982 : 6),
penggunaan nilai gelap terang yang harmonis tergantung pada
penempatan bidang yang baik dan hubungan yang baik antara bentuk-
bentuk. Apabila sebuah bidang kecil berisi warna terang berada pada
sebuah bidang yang lebar berwarna gelap, akan tampak ketidak
24
harmonisan, jadi nilai gelap sangat mempengaruhi keserasian
berbusana.
Gambar 4. Beberapa contoh nilai gelap terang
Sumber (http/mazgun.wordpress.com/2009/10/12unsur-rupa-dan-
komposisi)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
menghasilkan nilai gelap terang yang harmonis harus disesuaikan pada
penempatan bidang yang baik karena sangat mempengaruhi keserasian
dalam berbusana.
6) Warna
” Disadari atau tidak, kita saat membeli pakaian, rumah, makanan,
mobil dan lain-lain sebagian besar dengan mempertimbangkan
warnanya. Anggapan kita tentang suatu warna tertentu, hubungan
antara warna dengan kepribadian seseorang, ternyata banyak
mempengaruhi tingkah laku manusia. Hampir setiap manusia
25
mempunyai warna kesukaannya sendiri. Bahkan kenyataanya, pilihan
warna seseorang dapat menggambarkan ciri-ciri kepribadiaannya.
Seringkali reaksi manusia terhadap warna didasarkan pada keadaan
emosionalnya (Eileen Rachman : 1986)
Kutipan diatas menunjukkan bahwa peran warna dalam kehidupan
manusia sangat penting, sehingga mempengaruhi terhadap emosi dan
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan segala perilaku hidupnya.
Masyarakat bahkan menghubungkan segi warna ini dengan
masalah iklim atau ketika musim liburan. Misalnya merah dan hijau
untuk warna usim dingin, lalu warna pastel untuk warna musim semi,
dan putih untuk warna musim panas (Gini Stephen Frings, h.129).
Didalam warna ini terdapat dimensi warna dan sifat warna. Warna
mempunyai tiga dimensi warna yang berbeda yaitu :
a) Hue ialah istilah yang berkaitan tentang warna itu sendiri yang
memungkinkan kita dapat menyebutkan warna merah diantara
warna biru dan hijau.
b) Value ialah istilah warna yang berhubungan dengan kekuatan
terang gelapnya suatu warna sebagai akibat variasi kekuatan warna
cahaya. Skala nilai warna ditentukan oleh deret putih ke deret
hitam. Pencampuran warna putih akan mencerahkan warna
sementara pencampuran warna hitam akan menggelapkanya.
Warna yang ke arah putih disebut tint, sementara warna yang lebih
ke arah hitam disebut shade.
26
c) Intensity ialah istilah yang berhubungan dengan tingkat kecerahan
warna sebagai akibat dari perbedaan cerah dan pucatnya warna
karena perbedaan komposisi air.
Selain warna mempunyai dimensi, warna juga mempunyai sifat.
Sifat warna diantaranya adalah sebagai berikut
a) Warm Colour ialah warna-warna yang dapat memberi kesan
hangat atau panas, seperti warna kuning, merah dan jingga karena
warna tersebut dapat dapat diasosiasikan kepada sifat api dan
matahari.Dalam teori fisika warna jenis warna ini adalah warna
yang mempunyai gelombang cahaya paling panjang dan paling
cepat sampai mata. Kelompok warna ini dapat memberi kesan
agresif, bersemangat dan hidup.
b) Cool Colour ialah kelompok warna dingin yang mengasosiasikan
kita ke dalam alam, seperti pohon, laun, langit dan lain-lain.
Warna ini diwakili oleh warna biru, hijau, dan ungu. Warna biru
bersifat menenangkan, warna hijau mengesankan kedamaian,
tenang, sejuk dan sepi, sedangkan warna ungu berkesan mewah,
agung dan dramatik.
c) Neutrals ialah warna-warna yang cenderung tidak memancing
perhatian dan biasanya dipakai untuk menjembatani kita dalam
mengkomposisikan warna-warna, seperti warna beige (senada
waran krem), coklat, putih, abu-abu dan hitam.
27
Menurut Prapti Karomah (1990) warna dibedakan menjadi tiga
macam yaitu :
a) Warna primer adalah warna yang merupakan dasar dari semua warna. Misalnya warna merah, biru dan kuning.
b) Warna sekunder adalah campuran diantara warna primer. Misalnya warna violet, hijau dan jingga.
c) Warna tertier adalah campuran warna primer dengan warna sekunder. Misalnya warna biru, hijau, biru violet, merah jingga dan lain-lain.
Menurut Sri Widarwati (2000 : 14), terdapat berbagai kombinasi
warna yaitu :
a) Kombinasi warna analogous yaitu perpaduan dua warna yang letaknya berdekatan di dalam lingkaran warna. Misalnya kuning dan hijau, biru dengan biru ungu, merah dengan merah jingga dan lain-lain.
b) Kombinasi warna monochromatis yaitu perpaduan dari satu warna tetapi berbeda tingkatannya. Misalnya biru tua dengan biru muda, merah tua dengan merah muda, dan lain-lain.
c) Kombinasi warna komplemen (pelengkap) terdiri dari dua warna yang letaknya berseberangan di dalam lingkaran warna. Misalnya biru dengan jingga, ungu dengan kuning, hijau dengan merah.
d) Kombinasi warna segitiga terdiri dari tiga warna yang jaraknya sama di dalam lingkaran warna. Misalnya merah, biru, kuning.
Gambar 5. Kombinasi warna segitiga
(www.wikipedia.com)
28
Adapun diagram warna menurut Brewster adalah sebagai berikut :
Gambar 6Diagram warna brewster
(www.wikipedia.com)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pemilihan warna sangat penting dalam busana karena warna
mempunyai pengaruh sesuai atau tidak warna yang dipakai dalam
busana. Warna dapat berfungsi untuk menyamarkan kekurangan
ataupun menonjolkan kelebihan pada suatu desain.
7) Tekstur
”Tekstur adalah sifat permukaan dari suatu benda yang dapat
dilihat dan dirasakan. Sifat-sifat permukaan tersebut anatara lain kaku,
lembut, kasar, halus, tebal, tipis dan tembus terang (transparan)”’ (Sri
Widarwati : 14 ). Menurut Widjiningsih (1982 : 5) ”Tekstur adalah
sifat permukaan dari garis, bidang maupun bentuk”’. Menurut
Chodiyah dan Wisri S. Mamdy (1982 : 22) ”Tekstur adalah garis,
bidang dan bentuk mempunyai suatu tekstur atau sifat permukaan,
selain dapat dilihat juga dapat dirasakan”. Misalnya sifat permukaan
29
yang kaku, lembut, kasar, halus, tebal, tipis, dan tembus terang.
Menurut Achmad Haldani, tekstur adalah istilah untuk merujuk pada
sifat dari suatu permukaan, yaitu dalam hal ini kain. Permukaan dapat
bersifat licin, polos, kasar atau bergelombang.
Menurut Sri Widarwati (1993), untuk mengetahui tekstur bahan
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a) Diraba : licin, lemas, tipis, dan tebal. b) Dilihat : kusam, berkilau, tembus terang, kasar, bermotif, dan
berbulu. c) Diraba dan dilihat : kaku.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan tekstur
adalah sifat permukaan dari garis, bidang maupun bentuk yang dapat
dilihat dan dirasakan.
Bahan mempunyai berbagai macam tekstur diantaranya adalah
tekstur bahan berkilau yang memberikan kesan menggemukkan bagi si
pemakai, karena bahan yang berkilau dapat memantulkan cahaya.
Tekstur bahan kusam memberikan kesan mengurangi ukuran suatu
obyek. Bahan yang polos lebih melangsingkan daripada bahan yang
bercorak. Corak yang besar dari suatu bahan juga akan memberikan
efek lebih gemuk daripada bahan dengan corak yang kecil.
b) Prinsip-Prinsip Desain
”Prinsip-prinsip desain meliputi kesatuan, pusat pehatian,
keseimbangan, perbandingan dan irama ” (Prapti Karomah, 1990).
Menurut Widjiningsih (1982 : 11), ”Prinsip-prinsip desain adalah
suatu cara menggunakan dan mnengkombinasikan unsur-unsur desain
30
menurut prosedur tertentu”. Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000 :
15) ”Prinsip-prinsip desain adalah suatu cara untuk menyusun unsur-
unsur sehinggga tercapai perpaduan yang memberi efek tertentu”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
prinsip-prinsip desain adalah suatu cara yang meliputi kesatuan, pusat
perhatian, keseimbanngan, perbandingan dan irama sesuai prosedur
sehingga terjadi perpaduan yang memberi efek tertentu.
Adapun prinsip-prinsip desain menurut Sri Widarwati (2000 : 15-
21) adalah sebagai berikut :
1) Keselarasan (Keserasian)
”Suatu desain dikatakan baik apabila, perbandingannya baik,
keseimbangan baik, mempunyai sesuatu yang menarik perhatian
dan mempunyai irama yang tepat. Keselarasan adalah suatu asa
dalam seni yang mencerminkan kesatuan melalui pemilihan dan
susunan obyek dan ide-ide” (Chodiyah dan Wisri A. Mamdy, 1982
: 25). Menurut Lanawati dan Soekarno (2004 : 29) ”Keselarasan
adalah kesesuaian antara unsur pada suatu susunan atau
komposisi”. Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000 : 15)
”Keselarasan adalah kesatuan diantara macam-macam unsur desain
walaupun berbeda tetapi membuat tiap-tiap bagian kelihatan
bersatu”.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencapai keselarasan
(keserasian) yaitu :
31
a) Keselarasan dalam garis dan bentuk.
b) Keserasian dalam tekstur.
c) Keserasian dalam warna.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
keselarasan adalah keserasian dan kesesuaian antara bagian yang
satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda yang
mencerminkan kesatuan melalui pemilihan dan susunan obyek
serta ide-ide.
Desain yang baik perlu memiliki keselarasan antara macam-
macam unsur desain yaitu selaras anatara garis dan bentuk, selaras
dalam tekstur dan selaras dalam warna sehingga merupakan suatu
kesatuan desain yang harmonis. Dengan adanya keharmonisan
dalam suatu desain maka bagian-bagian yang terdapat pada desain
tidak terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kelompok atau
kesatuan yang terikat dan nyaman dilihat.
2) Perbandingan (Proporsi)
”Perbandingan digunakan untuk menampakkan lebih besar atau
lebih kecil, dan memberi kesan adanya hubungan satu dengan yang
lain yaitu pakaian dan pemakainya” (Sri Widarwati 2000 : 17).
Menurut Prapti Karomah (1990), ”Perbandingan adalah bagaimana
cara menempati satu unsur dengan unsur lainnya dalam
perbandingan yang baik agar tercapai suatu keselarasan yang
menyenangkan penglihatan dan perasaan serta menambah kesan
32
tampak indah”. Sedangkan menurut Widjiningsih (1982 : 13)
”Proporsi adalah hubungan suatu bagian dengan bagian yang lain
dalam suatu susunan”.
Untuk memperoleh proporsi yang baik harus diperhatikan hal-
hal sebagai berikut
a) Mengetahui bagaimana menciptakan hubungan jarak yang baik agar memperoleh susunan yang menyenangkan.
b) Harus dapat membuat perubahan dalam rupa sesuai dengan yang diinginkan agar memperoleh ukuran dan bentuk yang baik.
c) Supaya dipertimbangkan apakah ukuran itu dapat dikelompokkan bersama-sama dengan baik (Prapti Karomah, 1990)
Pada dasarnya perbandingan proporsi pada desain busana
dapat dilakukan pada satu sampai empat tingkatan seperti
dikemukan oleh Arifah A. Riyanto (2003 : 52-56).
a) Proporsi pada tingkatan pertama yaitu proporsi pada satu bagian, seperti membandingkan panjang ke lebar dalam satu benda proporsi segi empat, bujur sangkar atau parabola.
b) Proporsi yang kedua yaitu proporsi diantara bagian-bagian desain, seperti proporsi dalam satu model rok dan blus atau celana dengan kemeja sporthem, proporsi ini dapat berupa proporsi warna yang dikombinasikan dengan warna lain dan dapat juga berupa proporsi lengan dengan tubuh keseluruhan.
c) Proporsi yang ketiga yaitu proporsi dari keseluruhan bagian suatu desain busana. Misalnya dengan membandingkan keseluruhan busana dengan adanya warna yang gelap dan terang yang polos dengan yang bercorak.
d) Proporsi yang keempat yaitu tatanan busana dengan berbagai pelengkapnya, seperti pada bentuk dan ukuran suatu desain dan pelengkapnya ketika sebuah busana dikenakan.
Berdasarkan penjelasan di atas proporsi merupakan susunan
dari unsur-unsur busana antara bagian yang satu dengan yang lain
sehingga mencapai keselarasan.
33
Proporsi bisa terlihat pada perbandingan bahan yang polos
dengan bahan tembus terang atau bahan yang polos dengan bahan
yang mempunyai motif atau bercorak.
3) Keseimbangan (Balance)
”Keseimbangan atau balance adalah pengaturan susunan unsur-
unsur desain busana secara baik sehingga serasi dan selaras pada
pemakainya. Suatu keseimbangan akan terwujud apabila
penggunaan unsur-unsur seperti garis, bentuk, warna dan yang lain
dalam suatu desain dapat memberi rasa puas” (Widjiningsih,
1982). Menurut Atisah Sipahelut dan Petrussumadi (1991 :23),
”Keseimbangan merupakan prinsip desain yang paling banyak
menuntut kepekaan perasaan”.
”Ada dua cara untuk memperoleh keseimbangan yaitu
keseimbangan simetri dan keseimbangan asimetri” (Sri Widarwati,
1993 : 17). Keseimbangan simetri tercipta jika unsur bagian kanan
dan kiri suatu desain sama jaraknya dari pusat.Sedangkan
keseimbangan asimetri tercipta jika unsur-unsur bagian kanan dan
kiri jaraknya dari pusat tidak sama.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
keseimbangan atau balance adalah pengaturan unsur-unsur desain
secara baik sehingga serasi dan selaras.
4) Irama
34
”Irama adalah pergerakan yang dapat mengalihkan pandangan
mata dari suatu bagian ke bagian lain” (Sri Widarwati, 2000 : 17).
Menurut Enny Zuhny Khayati (1997 : 3) ”Irama adalah suatu
keteraturan dengan sendirinya merupakan suatu yang ajeg atau
monoton dan statis”. Menurut Atisah Sipahelut dan Petrussumadi
(1991 : 20), ”Irama adalah untaian kesan gerak yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur yang dipadukan secara berdampingan dan secara
keseluruhan dalam suatu komposisi”. Sedangkan menurut
Lanawati Basuki dan Soekarno (2004) ”Irama merupakan gerak
yang menimbulkan kesan selaras atau tidaknya suatu busana”.
Ada empat macam cara untuk menghasilkan irama dalam
desain busana yaitu :
a) Pengulangan adalah suatu cara yang digunakan untuk
menghasilkan irama melalui pengulangan garis.
b) Radiasi adalah garis pada pakaian yang memancar dari pusat
perhatian menghasilkan irama.
c) Peralihan ukuran adalah pengulangan dari ukuran besar ke
ukuran kecil atau sebaliknya.
d) Pertentangan adalah pertemuan antara garis tegak lurus dan
garis mendatar pada lipit-lipit atau garis hias.
Irama dapat berupa warna yang diulang, lipit-lipit yang
diulang, garis yang bertentangan seperti garis vertikal dan garis
horizontal, ukuran besar, kecil dan lain sebagainya.
35
5) Pusat Perhatian
Desain busana harus mempunyai satu bagian yang lebih
menarik dari bagian yang lainny, dan ini disebut pusat perhatian.
Pusat perhatian pada busana dapat berupa kerah, ikat pinggang,
kerutan, bros, syal warna dan lain-lain. Pusat perhatian ini
hendaknya ditempatkan pada suatu yang baik dari si pemakai (Sri
Widarwati, 2000 : 21). Menurut Prapti Karomah (1990), tekanan
atau pusat perhatian dapat berupa :
a) Kumpulan atau kelompok hiasan pada busan misalnya bentuk kerah yang indah, lipit pantas, kerutan dan lain-lain.
b) Hiasan berupa pita atau kembang, bros, ikat pinggang, syal dan lain-lain.
c) Warna-warna yang kontras dan bentuk-bentuk yang berbeda. d) Pusat perhatian ini hendaknya ditempatkan pada suatu yang
baik dari si pemakai busana.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pusat
perhatian adalah sesuatu yang diletakkan pada bagian busana yang
dapat menarik perhatian bagi yang melihat. Dalam rancangan
busana ini penyusun meletakkan pusat perhatian pada rok yang
penuh dengan kerutan kain jala emas dan paduan warna coklat
keemasan serta manik-manik yang berwarna merah.
2. Desain Busana
a) Pengertian Desain Busana
”Desain busana yaitu rancangan model busana yang berupa
gambar dengan mempergunakan unsur garis, bentuk, siluet
(silhouette), ukuran, tekstur yang dapat diwujudkan menjadi busana”
36
(Arifah A. Riyanto, 2003 : 1). Menurut Sri Widarwati (1994) desain
busana adalah rancangan atau gambaran busana yang sesuai dengan
unsur-unsur desain dan fungsi, sehingga desain busana yang akan
dikenakan seseorang harus dapat menutup kekurangan dan
menonjolkan suatu keindahan. Sedangkan menurut Lanawati dan
Soekarno (2004 : 1) desain adalah pola rancangan yang menjadi dasar
pembutan sutau benda, seperti busana. Desain dihasilkan melalui
pemikiran berbagai pertimbangan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa desain
busana adalah rancangan atau gambaran yang sesuai dengan unsur-
unsur desain dan fungsi yang dapat diwujudkan menjadi busana yang
dapat menonjolkan dan menutupi kekurangan dan menonjolkan
keindahan.
b) Penggolongan Desain
Menurut Sri Widarwati (2000), penggolongan desain busana
terdiri dari dua macam desain yaitu :
1) Desain Struktur (Structure Design)
Desain struktur adalah susunan yang berdasarkan bentuk,
ukuran, warna dan tekstur dari suatu benda. Desain dapat
berbentuk benda yang memiliki tiga ukuran atau dimensi maupun
gambaran dari suatu benda dan dikerjakan diatas kertas. Desain
struktur pada desain busana mutlak harus dibuat dalam suatu
desain yang disebut siluet. Berdasarkan garis yang digunakan
37
dibedakan berbagai macam struktur dasar siluet yaitu siluet S, A,
H, I, Y dan bustle.
Menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 71) ”Desain struktur adalah
suatu susunan garis, bentuk yang dapat dipadukan menjadi suatu
rancangan atau model busana yang dapat berbentuk siluet”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan desain
struktur adalah suatu susunan yang berdasarkan bentuk, ukuran,
warna dan tekstur dari suatu benda yang dapat dipadukan menjadi
suatu rancangan atau model busana yang dapat berbentuk siluet.
Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan untuk
memperoleh desain struktur yang baik adalah sebagai berikut :
a) Bentuk sederhana dan indah.
b) Disesuaikan dengan tujuan.
c) Proporsinya baik.
d) Dibuat dari bahan yang sama.
Berdasarkan penjelasan di atas desain struktur adalah desain
yang berdasarkan bentuk, ukuran, warna dan tekstur dari suatu
benda yang mempunyai ruang maupun gambaran dari suatu benda.
2) Desain Hiasan (Decorative Design)
”Desain hiasan adalah bagian-bagian dalam bentuk struktur
yang tujuannya untuk mempertinggi keindahan desain strukturnya
seperti kerah, renda, sulaman, lipit, anyaman, dan lain-lain” (Sri
Widarwati (1993 : 2). Menurut Widjiningsih (1992 : 2) ”Desain
38
hiasan pada desain busana adalah bagian-bagian dalam bentuk
struktur yang tujuannya untuk mempertinggi keindahan desain
strukturnya”. Sedangkan menurut Arifah A.Riyanto (2003 :72)
”Desain hiasan juga dapat diartikan sebagai desain dekoratif yaitu
suatu desain yang dibuat untuk memperindah desain struktur baik
sebagai hiasan saja maupun mempunyai fungsi ganda”.
Adapun syarat-syarat desain hiasan meliputi :
a) Penggunaan hiasan tidak berlebihan.
b) Letak hiasan mempertimbangkan dengan bentuk srukturnya.
c) Memperhatikan efek-efek yang dapat ditimbulkan dari luar
belakang desain strukturnya.
d) Pola hiasan disesuaikan dengan bahan desain strukturnya.
e) Hiasan harus sesuai dengan bahan desain strukturnya.
Dari beberapa pendapat di atas desain hiasan dapat disimpulkan
bahwa desain yang digunakan untuk memperindah suatu benda
dengan tujuan mempertinggi keindahan desain strukturnya. Desain
hiasan pada desain busana adalah bagian-bagian dalam bentuk struktur
yang tujuannya mempertinggi keindahan desain strukturnya.
c) Teknik Penyajian Gambar
Menurut Lanawati Basuki dan Soekarno (2004), dalam
menampilkan desain busana desainer hendaknya tidak mengabaikan
kenyataan yang sebenarnya sehingga dapat menghasilkan gambar
yang ideal, proporsional dan menarik. Bnayak cara untuk
39
menampilkan gambar desain busana, tetapi perancang busana dapat
memilih salah satu cara yang paling cocok dan serasi sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan menurut Sri Widarwati (1993 :
72) teknik penyajian gambar adalah cara menyelesaikan gambar
desain busana yang telah diciptakan di atas tubuh sehingga bagian-
bagian gambar tersebut dapat terlihat, bagian-bagian tersebut antara
lain :
1) Bahan dan permukaan tekstil serta warna yang dipakai.
2) Hiasan pada pakaian yang dijahitkan.
3) Teknik penyelesaian yang digunakan dalam busana.
Adapun tujuan dari penyajian gambar adalah sebagai berikut :
1) Sebagai alat untuk menggambarkan ide si pemakai yang akan
menjadi gambaran tentang sebuah busana yang diinginkan.
2) Sebagai bahan agar apa yang ingin diciptakan sesaui dengan
keinginanya, dapat dimengerti oleh orang lain dan dapat
diselesaikan atau diwujudkan dalam bentuk busana yang
sebenarnya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik penyajian
gambar adalah suatu cara penyelesaian desain busana yang bertujuan
untuk memberikan penjelsan tentang desain yang dibuat.
Menurut Sri Widarwati (1993 : 72), dalam membuat atau
menggambar sketsa-sketsa untuk menciptakan desain pakaian, ada
beberapa teknik penyajian gambar yaitu :
40
1. Design Sketching (Menggambar Sketsa)
Design sketching atau desain sketsa adalah desain yang dibuat
untuk mengembangkan ide-ide dan menerapkannya pada kertas
secepat mungkin (Sri Widarwati, 1996 : 72). Sedangkan menurut
Soekarno dan Linawati Basuki (2004 : 2) design sketching adalah
suatu garis besar atau outlime dari rancangan mode menggunakan
pensil, pena atau alat tulis lain.
Maksud dari design sketching atau menggambar sketsa adalah
untuk mengembangkan ide-ide dan penerapannya pada kertas
secepat mungkin. Dalam design sketching ini kita harus dapat
mengembangkan style dengan cara kita sendiri. Menurut Sri
Widarwati (1992 : 72) ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menggambar sketsa yaitu :
1) Gambar sketsa harus jelas, tidak menggunakan detail detail yang tidak berguna. Misalnya tangan, kaki serta kepala tidak perlu digambar lengkap.
2) Dapat dibuat langsung di atas kertas 3) Sikap atau pose lebih bervariasi, memperlihatkan segi-segi
yang menarik dari desain. 4) Menggambar semua detail bagian busana seperti kerh, lengan,
saku dan hiasan pada kertas sheet. 5) Pengembangan gambar dikerjakan di ats kertas sheet yang
sama, dimungkinkan terjadi perubahan siluet atau variasi pada detail.
6) Jangan menghapus apabila timbul ide baru. Jadi dalam kertas sheet terdapat beberapa model.
7) Memilih desain yang disukai. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa design
sketching adalah desain yang dibuat untuk mengembangkan ide-
ide dan menerapkannya pada kertas.
41
2. Production Sketching.
Production sketching adalah suatu sketsa yang akan digunakan
untuk tujuan produksi suatu busana (Sri Widarwati, 1996 : 75).
Sedangkan menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 139) production
sketching adalah suatu desain yang akan digunakan untuk tujuan
produksi garment.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam production
sketching yaitu :
a) Semua detail harus digambarkan dengan jelas dan disertai
dengan keterangan.
b) Sikap atau pose depan dan belakang dengan proporsi yng
sebenarnya.
c) Penempatan kup, saku, kancing dan lain sebagainya harus lebih
teliti.
d) Desain bagian belakang harus ada.
e) Apabila terdapat detail yang rumit harus digambar tersendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
production sketching adalah sketsa yang digunakan untuk tujuan
produksi suatu busana, sehingga detail busana harus tergambar
jelas.
3. Presentation Drawing.
Presentation drawing adalah suatu sajian gambar atau koleksi
yang ditujukan kepada pelanggan atau buyer (Ari Widarwati, 1996
42
: 77). Sedangkan menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 144)
presentation drawing adalah desain model busana yang digambar
lengkap dengan warna atau corak kain pada suatu pose tubuh
tertentu yang dapat dilihat pada bgain muka dan belakang. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) Proporsi tubuh lengkap.
b) Membuat gambar model busana bagian belakang.
c) Memberi keterangan pada kertas kerja dengan jelas dan
lengkap.
d) Memberi detail model dengan jelas.
e) Menempelkan contoh bahan disebelahnya atau pada bagain
bawah desain.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
presentation drawing merupakan suatu sajian gambar atau koleksi
yang ditunjukkan kepada pelanggan (buyer).
4) Fashion Illustration.
Fashion Illustration adalah menggambar busana dengan
proporsi tubuh panjang yang biasanaya untuk dewasa 8 kali tinggi
kepala, tetapi menggambar dengan cara illustrasi menjadi 10
hingga 11 tinggi kepala (Arifah A. Riyanto, 203 : 247). Seorang
fashion illustrator bertugas membuat suatu ilustrasi untuk suatu
promosi desain dan biasanya bekerja untuk suatu majalah, koran,
43
buku dan lain-lain. Fashion illustration harus dibuat semenarik
mungkin agar menarik perhatian masyarakat.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fashion
illustrator adalah suatu sajian gambar dengan tujuan promosi
suatu desain dengan ukuran untuk dewasa yang biasanya 8 kali
tinggi kepala menjadi 10 sampai dengan 11 kali tinggi kepala.
5) Three Dimention Drawing.
Three Dimention Drawing merupakan suatu sajian gambar
yang menampilkan ciptaan disain busana dengan bahan
sebenarnya dibuat dalam tiga dimensi (Sri Widarwati : 1993).
Three dimention drawing biasanya digunakan untuk
mempromosikan bahan atau jenis kain tekstil yang baru darai
sutau industri. Selain itu three dimention drawing juga digunakan
oleh sebuah butik maupun rumah produksi untuk mempromosikan
hasil karyanya.
Langkah-langkah menggambar tiga dimensi sebagai berikut.
a) Menggambar desain busana di atas proporsi tubuh yang
lengkap
b) Menyelesaikan gambar (memberi warna)
c) Memotong pada bagian-bagian tertentu, misalnya pada
panjang bahu sampai batas panjang lengan atas dan bawah, sisi
badan kanan dan kiri. Untuk bagian lubang leher, lubang
44
lengan dan batas bawah rok tidak dipotong. Bagian ini
diselesaikan dengan penyelesaian jahitan yang sesungguhnya
d) Menggunting bahan sesuai model ditambah 1 cm untuk
penyelesaian gambar. Pada bagian tertentu ditambah beberapa
cm untuk penyelesaian jahitan
e) Menjahit dan menyelesaikan kerung leher, lubang lengan,
bagian bawah rok dan melengkapinya sesuai model
f) Memberi lem pada bagian-bagian yang nantinya tertutup
bahan
g) Menempelkan kapas sebagian agar tidak mengenai bahan
h) Memasukkan bahan pada bagian yang terpotong, kemudian
lem pada bagian buruk (sebaliknya)
i) Memasukkan sejumlah kapas agar berkesan timbul dan
tampak lebih menarik. Penambahan kapas menyesuaikan
bentuk tubuh dan model
j) Memberi lapisan kertas yang kuat untuk menutupi dan
merapikan sajian gambar pada bagian buruk
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa three
dimention drawing merupakan suatu cara untuk mencipta suatu
busana dengan menggunakan bahan sebenarnya dengan cara tiga
dimensi.
3. Desain Hiasan Busana
45
Desain Hiasan Busana atau garniture adalah segala sesuatu yang
dihasilkan pada busana agar busana tersebut memiliki nilai atau value
yang tinggi, terutama nilai keindahannya (Enny Zuhni Khayati, 1998:17).
Menurut Sri Widarwati (2000:1), desain hiasan adalah desain yang
berfungsi untuk memperindah desain strukturnya. Sedangkan menurut
Widjiningsih (1982:1) desain hiasan busana atau decorative design adalah
desain yang berfungsi untuk memperindah permukaan suatu benda
(busana) sehingga terlihat lebih menarik.
Hiasan busana atau garniture merupakan salah satu unsur busana yang
tidak kalah penting, karena pemilihan hiasan busana yang kurang tepat
dapat merusak penampilan busana secara keseluruhan. Sebaiknya,
penempatan dan pemilihan hiasan busana yang tepat dapat menunjang dan
meningkatkan mutu serta keharmonisan penampilan busana secara
keseluruhan.
Untuk membuat suatu desain hiasan busana yang baik harus
memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
a) Penggunaan hiasan tidak berlebihan. b) Peletakkan hiasan mempertinggi bentuk strukturnya. c) Memeperhatikan efek-efek yang ditimbulkan dari latar belakang
desain strukturnya. d) Pola hiasan disesuaikan dengan bentuk bendanya. e) Hiasan harus disesuaikan dengan bahan desain strukturnya. Menurut Enny Zuhni Khayati (1998:18), dilihat dari bahannya secara
garis besar hiasan busana digolongkan menjadi :
a) Hiasan dari benang b) Hiasan dari kain c) Hiasan dari logam
46
d) Hiasan dari kayu e) Hiasan dari plastik f) Hiasan dari kulit binatang g) Hiasan dari bahan istimewa, meliputi :
1) Gym, yaitu sejenis per yang sangat lembut berbentuk spiral dari logam berlapis.
2) Ribbing, yaitu sejenis bahan dari tricot atau kaos yang biasanya digunakan sebagai hiasan atau detail busana.
3) Breading, yaitu hiasan berupa tali. 4) Hiasan Prada, yaitu usaha atau rekayasa manusia untuk
mendapatkan warna kuning keemasan atau putih keperakan. Pada proses pewarnaan atau pencelupan batik atau tekstil kerajinan.
5) Manik-manik, yaitu butiran atau lempengan yang bagian tengahnya memiliki lubang kecil yang berguna untuk melekatkan barang atau kain yang dihias. Manik-manik adalah hiasan yang berupa butiran atau lempengan yang bagian tengahnya berlubang kecil. Manik-manik dibagi menjadi dua macam yaitu : manik-manik yang bernuansa tradisional dan kontemporer modern. Contoh manik-manik yang tergolong tradisional antara lain batu alam, karang, tulang, biji-bijian, kayu, tempurung. Sedngkan yang termasuk ke dalam jenis manik-manik adalah mutiara, payet, hallon, parel, batu, manikam, dan bentuk bebas (Enny Zuhny Khayati, 1998 : 22)
Menurut Emma Tamini (1982:221), hiasan yang lazim dipakai untuk
menghias busana meliputi :
a) Hiasan dari benang b) Hiasan dari bahan lain c) Hiasan dengan benda-benda yang disematkan atau dipakai, misalnya
macam-macam kancing, tutup tarik dan hiasan manik-manik. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa desain hiasan
busana adalah segala sesuatu yang menghiasai busana dengan pemilihan
dan penempatan hiasan yang tepat agar terlihat menarik. Desain hiasan
busana merupakan bagian-bagian dalam bentuk busana yang tujuannya
untuk mempertinggi keindahan desain busana.
4. Desain Pelengkap Busana
47
”Pelengkap busana adalah semua benda yang kita tambahkan atau kita
pakai setelah benda pokok” (Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri, 1998).
”Tujuannya adalah untuk memperindah penampilan (dress up). Pengertin
lain dari pelengkap busana adalah segala sesuatu yng dipakai untuk
melengkpi di dalam berbusana baik yaabg bersifat praktis atau untuk
menambah keindahan saja” (Prapti Karomah, 1990:1). Selain itu tujuan
pengadaan pelengkap busana adalah untuk melengkapi busana yang
sedang dikenakan yang dapat menambah keindahan busana (Lanawati
Basuki dan Soekarno, 2004). Menurut Chodiyah dan Wisri A.Mamdy
(1982), ”Pelengkap busana adalah semua yang ditambahkan pada busana
setelah mengenakan gaun, rok dan blus, kain dan kebaya dan lain-lain.
Walaupun kelihatannya kecil dan kurang berarti, pelengkap busana dapat
memperbaiki atau memperindah penampilan pemakai”. Sedangkan
menurut Warsia Rusbani (1985:177), ”Pelengkap busana adalah kelompok
benda-benda yang biasa dikenakan orang untuk melengkapi
penampilannya”.
Adapun fungsi pelengkap busana terbagi dalam dua kelompok (Sri
Widarwati, 1993 : 33)) yaitu :
a) Pelengkap Busana Praktis adalah semua pelengkap busana yang mempunyai fungsi untuk memperindah penampilan dan mempunyai fungsi khusus untuk melindungi tubuh si pemakai. Misalnya : topi, kaca mata, arloji, tas, sepatu, payung, sarung tangan dan lain-lain.
b) Pelengkap Busana Estetis adalah pelengkap busana yang hanya memenuhi fungsi memperindah busana yang dikenakan. Yang termasuk pelengkap busana estetis yaitu : 1) Perhiasan seperti kalung, gelang, cincin, anting-anting, peniti,
bros, tusuk konde, giwang.
48
2) Selendang atau syal, ikat pinggang yang tidak sewarna dengan busana.
Menurut Enny Zuhny Khayati (1998:17) dalam memilih pelengkap
busana harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Pelengkap busana disesuaikan dengan karakteristik busana pokoknya 2) Pelengkap busana yang disesuaikan dengan usia si pemakai 3) Pelengkap busana yang disesuaikan dengan kondisi tubuh 4) Pelengkap busana yang disesuaikan dengan keadaan keuangan
keluarga
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelengkap
busana adalah semua benda yang digunakan untuk melengkapi penampilan
berbusana baik yang bersifat praktis atau untuk menambah keindahan saja.
D. KOSTUM TARI
1. Pengertian Kostum
Kostum identik dengan pakaian kebesaran, pakain sandiwara”
(Kamus Ilmiah Populer : 1994). ”Koatum adalah pakaian dengan gaya
khas tertentu yang menggambarkan sebuah tokoh peran”
(http/id.wikipedia.org/wiki/kostum)
2. Definisi Kostum Tari
”Kostum tari adalah kostum yang dikenakan oleh para penari pada
saat pementasan tari diatas panggung ataupun tidak diatas panggung”.
(http/dance4soul.org/?pg=aeticles&article=6706)
” Pada kostum tari-tarian tradisional yang harus dipertahankan
adalah desain dan warna simbolisnya. Secara umum hanya warna-warna
tertentu saja yang bersifat teatrikal dan mempunyai sentuhan emosional”
(Soedarsono, 1978:34)
49
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kostum tari merupakan
segala perlengkapan yang dikenakan dalam pentas tari untuk
memperkuat perwatakan peran dalam suatu tarian dengan menggunakan
warna-warna tertentu yang mempunyai sentuhan emosional. Karena
tanpa adanya kostum atau busana yang sesuai dengan karakter tari maka
keindahan dalam tarian tersebut tidak akan terlihat.
3. Karakteristik Kostum Tari
Karakteristik kostum tari adalah suatu tanda khusus atau ciri khusus
yang terdapat pada kostum tari. Kostum tari memiliki karakteristik yang
berbeda–beda sesuai dengan penokohannya masing-masing. Dalam
pemilihan kkostum tari harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Siluet
Menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri (1994 : 7) siluet
busana yaitu H, I, A, Y, S dan Bustle. Siluet H adalah busana yang
mempunyai garis luar lurus dari atas ke bawah, ditengah dipotong
oleh garis melintang (horizontal). Siluet I adalah busana yang
mempunyai garis luar lurus dari atas ke bawah. Siluet A adalah garis
luar suatu busana yang begaian atasnya sempit dan bagian bawahnya
melebar menyerupai huruf A.
Dalam Proyek Akhir ini penulis menggunakan siluet yang
diterapkan dalam pembuatan kostum tari rumangkang adalah siluet
H yaitu busana yang memiliki garis luar lurus dari atas kebawah dan
bagian tengah terdapat potongan yaitu pada celana
50
.
b. Bahan
Kostum tari sebaiknya dibuat dari bahan –bahan yang berklau
dan terang, hal ini bertujuan agar saat pementasan diatas panggung
kostum dapat terlihat jelas oleh mata .
Menurut Eny Zuhni Khayati (1998):
Ada emapt hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan busana, antara lain: 1) Memilih bahan sesuai dengan model desain 2) Memilih bahan sesuai dengan kondisi pemakai 3) Memilih bahan sesuai dengan kesempatan pemakai 4) Memilih bahan sesuai dengan kondisi keuangan
Menurut Prapti Karomah dan Sicilia Pratiwi (1980:54),
pengaruh sifat permukaan bahan terhadap bentuk tubuh antara lain:
1) bahan tebal lebih banyak memberi tekanan pada tubuh seseorang bertambah menjadi tambah besar.
2) Bahan licin dan berkilau akan membuat seseorang bertambah menjadi lebih besar.
3) Bahan yang lunak dan kusam akan membuat seseorang menjadi kecil
4) Bahan yang kaku dan berklau akan memberi kesan bertambah besar.
Dalam pembuatan proyek akhir ini bahan yang digunakan oleh
penulis adalah Satin manohara unyuk bahan surjan, lengan, kerah, ikat
tangan dan celana. Lurik mantrirejo untuk bahan surjan bbagian muka,
dan ikat pinggang. Batik Parang Menang untuk bahan iket kepala dan
draperi untuk ikat pinggang.
51
c. Warna Bahan
”Warna dapat mencerminkan perasaan hati seseorang yang
mengenakan busana. Warna yang gelap akan berkesan mengecilkan
tubuh, sedangkan warna terang akan memberikan kesan gemuk. Untuk
pemakain yang berkulit gelap disarankan memakai baju yang
mempunyai unsur kekuningan. Wanita dewasa disarankan memakai
warna pastel, hiaju, biru karena warna-warna ini menimbulkan kesan
dewasa, anggun dan tenang. Warna busana dan warna kulit
mempunyai hubungan yang sangat erat. Jika dalam pemilihan warna
busana kurang sesuai dengan warna kulit , sering menimbulkan
pandangan yang kurang enak. Untuk itu dalam menentukan warna
busana harus melihat warna kulit si pemakai”
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa .untuk memilih
kostum tari sebaiknya memilih warna yang emncolok dan memliki arti
simbolik seperti warna merah, kuning, biru, orange, hitam dan lain
sebagainya. Bahan kostum tari agar terlihat bagus adalah dengan
melapisi bahan kostum tari dengan bahan yang lebih menarik dan lebih
menyala.
Dalam pembuatan kostum tari rumangkang ini penulis
menggunakan warna kuning keemasan dan hijau. Hal ini karena
menyesuaikan dengan karakteristik tokoh yang diperankan yaitu
sombong dan angkuh.
d. Tekstur Bahan Busana
52
Menurut Sri Widarwati (2000 : 14), tekstur adalah sifat permukaan
dari suatu benda yang dapat dilihat dan dirasakan. Sifat-sifat
permukaan tersebut antara lain kaku, lembut, kasar, halus, tebal, tipis,
dan tembus terang (transparan). Sedangkan menurut Atisah Siphalet
dan Petrussumadi (1991 : 33), tekstur adalah permukaan benda baik
benda alam maupun benda buatan, jarang yang sama antara satu
dengan yang lainnya. Pengertian tekstur tidak saja terbatas pada
keadaan permukaan benda, tetapi juga menyangkut kesan yang timbul
dalam perasaan dari apa yang terlihat pada permukaan benda. Tekstur
busana ikut berperan dalam penampilan suatu busana.
Untuk mendapatkan keselarasan dalam tekstur makaperlu diketahui
macam-macam tekstur. Macam – macam tekstur antara lain halus,
licin, berkilau, kusam, kasar, dll. Tekstur bahan untuk kostum tari
biasanya lembut, bahan melangsai, mengkilap dan menggunakan
bahan yang berkualitas. Dari beberapa faktor terseebut memberikan
pengaruh yang berbeda-beda terhadap penampilan kostum. Untuk
kostum tari biasanya dipilih tekstur yang berkilau dan halus.
Bberdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa tekstur
yang digunakan untuk kostum tari adalah ttekstur yang halus, licin
berkilau dan menggunakan bahan yang berkualitas.
4. Lighting
Lighting sangat penting dalam suatu pagelaran tari dan sangat
berpebgaruh juga dalam pembuatan kostum tari, karena dengan
53
memperrhatikan lighting yang digunakan untuk pagelaran akan
memudahkan dalam memilih bahan kostum tari. Dalam menampilkan
kostum tari ini menggunakan lighting yang cukup tinggi atau terang.
Jadi pemilihan warna dalam kostum tari dipilih warna yang
mendukung yaitu warna-warna yang cerah dan warna-warna yang
dapat memberikan efek kilau bagus pada saat dipanggung.
Menurut adimodel (2009) pembuatan lighting yang baik akan dapat
membuat objek utama tampak menonjol dari objek-objek lain di
sekelilingnya. Cahaya memiliki beberapa karakteristik yaitu:
1) Standard Reflector
lampu yang hanya dipasangi standard reflector akan membuat
cahaya yang jatuh menjadi sangat keras dan terarah.
2) Softbox
Softbox menghasilkan cahaya yang lembut dan halus.
3) Silver Umbrella
lampu yang dipasang silver umbrella memiliki karakteristik
yang cukup keras, tapi penyebarannya cukup lebar dan merata.
4) White Umbrella
Cahaya dengan white umbrella karakteristinya agak lebih
lembut dibandingkan silver umbrella.
5) Transparent Umbrella
Transparent umbrella hasilnya mirip dengan softbox, yaitu
cahaya yang halus.
54
6) Snoot
Cahaya yang dihasilkan karakteristiknya sangat keras dan arah
jatuhnya cahaya sangat sempit atau terarah.
7) Honeycomb
Cahaya akan disaring dan menyebabkan lebih halus jatuhnya
pada objek. Arah jatuhnya cukup sempit dan terarah.
8) Beeauty Dish
Pencahayaan dengan menggunakan beauty dish cukup halus
dan merata. Arahnya tetap terkonsentrasi tapi penyebarannya
luas.
9) Ringflash
Cahaya yang dihasilkan oleh ringflash cukup keras dan
penyebarannya merata. Dengan ringflas juga menghasilkan
gambar yang nyaris tidak ada bayangan, karena penyebaran
cahaya persis dari tengah-tengah.
10) Standard Flash Dengan Filter
Cahaya yang jatuh akan berubah warnanya sesuai dengan filter
yang digunakan. Biasanya filter digunakan untuk background
atau rim light.
Beberapa posisi lighting
1) Main Light
Main Light merupakan cahaya utama yang digunakan untuk
menerangi model. Biasanya lampu main light diset pada
55
intensitas cahaya yang paling besar dari lampu-lampu yang
lain. Main light biasanya juga disebut juga dengan istilah key
light.
2) Fill Light
Adalah cahaya pengisi yang digunakan untuk membantu
menerangi daerah-daerah yang gelap atau byang. Biasanya
peletakan fill light berlawanan arah dengan main light (cahaya
utama). Fill light juga bisa digunakan untuk membantu
penggunaan karakteristik wajah dari model. Intensitas fill light
biasanya lebih kecil dari main light.
3) Back Light/Rim Light
Adalah cahaya yang digunakan untuk menerangi model dari
arah belakang. Back light menyebabkan pinggiran atau sisi-sisi
dari sang model menjadi berpendar, dan membantu
memisahkan antara model dengan latar belakangnya. Back light
yang intensitasnya lebih besar dari main light akan enghasilkan
siluet.
4) Hail Light
Adalah cahaya yang digunakan untuk menerangi rambut
model. Hair light dapat dihasilkan dengan menembakkan
lampu dari belakang atau dari atas model, yang arahnya
langsung mengenai bagian rambut.
5) Background Light
56
Merupakan cahaya yang digunakan untuk menerangi latar
belakang model. Penggunaan background light juga berguna
untuk memisahkan subjek dengan latar belakangnya.
6) Cath Light
Adalah refleksi atau pantulan cahaya yang terdapat pada mata
model. Biasanya bentuk cath light bervariasi, bergantung pada
sumber cahaya atau aksesoris lighting yang digunakan.
5. Pola Busana
Pola dasar adalah pola yang dibuat dengan menggunakan ukuran dan
sistematika tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan pola busana
adalah pola pengembangan dari poal dasar pola sesuai model yang
diinginkan. Menurut Wdjiningsih (1994 :3) pola konstruksi adalah pola
yang diperhitungkan secara matematis dan digambarkan pada kertas
sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok, lengan,
kerah, kulot celana dan sebagainya dan sebagainya yang masih dapat
diubah menjadi pola yang dikehendaki. Pola konstruksi dapt dibuat
untuk semua jenis bentuk badan dengan berbagai perbandingan sehingga
untuk memperoleh pola konsstruksi yang baik yang harus dikuasai
adalah sebagai berikut:
a. Cara pengmbilan ukururan sesuai, cermat dan tepat dengan menggunakan peterban sebagai alat bantu pada saat mengambil ukuran dan menggunakan pita ukur yang kedua ujungnya mempunyai satu ukuran yang sama (xm)
b. Cara menggambat bentuk tertentu seperti, garis leher, garis kerung, lengan dan yang lain harus lancar dan luwes. Hal ini dapat menggunakan alat bantu penggaris bukan untuk kerung lengan, kerung leher, tinggi panggul dan lingkar bawah rok.
57
c. Perhitungan pecahan dari ukuran yang ada dalam konstrruksi harus diperhitungkan secara cermat dan tepat
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa pola busana adalah
pola yang diperhitungkan secara matematis dengan menggunakan
sistematika tertentu dan digambarkan pada kertas sehingga
tergambar bentuk badan muka dan belakang yang dikembangkan
sesuai dengan model yang dikehendaki.
a) Pengambilan ukuran
Sebelum proses pembuatan pola terlebih dahulu harus
mengambil ukuran badan. Dalam pengukuran badan harus
dilakukan dengan teliti dan tepat agar pembuatan busana terlihat
bagus dan sesuai dengan ukuran. Sebelum mengambil ukuran
sebaiknya mengikatkan peterban pada bagian dada, pinggang,
dan panggul agar mendapatkan ukuran yang tepat.Dan apabila
desain busana yang dibuat berupa bustie maka di abagian atas
dada dan bawah dada juga diikat dengan peterban secar
melingkar.
Adapun ukuran-ukuran yang dibutuhkan dalam pembuatan
busana adalah :
1) Ukuran pola badan
a) Lingkar leher.
Lingkar leher diukur sekeliling leher sampai lekuk leher.
b) Panjang Bahu
Panjang bahu diukur dari batas leher ke puncak lengan.
58
c) Lingkar badan
Diukur sekeliling badan yang terbesar melalui puncak
dada, ketiak dan diukur pas kemudian ditambah 4
d) Lingkar pinggang
Lingkar pinggang diukur dari sekeliling pinggang (pas
dahulu) kemudian ditambah 1 cm atau 1 jari.
e) Lingkar panggul
Lingkar panggul diukur dari sekeliling panggul (pas
dahulu) kemudian ditambah 4 cm atau 4 jari.
f) Panjang muka
Panjang muka diukur dari lekuk leher sampai pinggang.
g) Lebar muka
Lebar muka diukur dari 5 cm dari bawah lekuk leher,
kemudian diukur dari batas lengan kanansanapai batas
lengan kiri.
h) Lebar punggung
Lebar punggung diukur 8 cm dibawah tulang leher yang
menonjol, lemudian diukur dari batas lengan kanan
sampai batas lengan kiri.
i) Panjang punggung
Panjang punggung diukur dari dari tulang leher yang
menonjol sampai pinggang.
j) Panjang sisi
59
Panjang sisi diukur dari batas ketiak ke bawah dikurangi
3 cm
2) Ukuran Pola Lengan
a) Kerung lengan
Diukur sekeliling lubang lengan pas dahulu kemudian
ditambah 2 cm.
b) Panjang lengan
Diukur dari bahu yang terendah sampai panjang yang
diinginkan
c) Tinggi puncak lengan
Diukur dari pertengahan lengan sampai batas lengan atas.
3) Ukurn Pola Celana
a) Lingkar pinggang
Diukur sekeliling pinggang pas dahulu kemudian
ditambbah 1 cm
b) Lingkar panggul
Lingkar panggul diukur dari sekeliling panggul (pas
dahulu) kemudian ditambah 4 cm atau 4 jari.
c) Tinggi panggul
Diukur dari pinggang sampai batas lingkar panggul
d) Tinggi duduk
Diukur dari pinggang sampai alas duduk (kursi) ditambah
3.
60
e) Lingkar pesak
Diukur dari pinggang muka kebawah (selakang) sampai
kepinggang bawah.
f) Lingkar paha
Diukur sekeliling paha terbesar
g) Lingkar lutut
Diukur sekeliling lutut pas kemudian ditambah 4 – 6 cm
h) Panjang celana
Diukur dari pinggang sampai batas panjang celana yang
dikehendaki
i) Lingkar pipa celana
Diukur sekeliling tumit atau sejumlah yang dikehendaki
b) Metode atau sistem pembuatan busana
Menurut Widjiningsih (1994 : 3), metode pembuatan pola ada
dua macam yaitu :
1) Draping
Draping adalah cara membuat pola dengan meletakkan kertas
tela sedemikian rupa di atas badan seseorang atau boneka
manequin yang akan dibuat busana dari tengah muka menuju ke
sisi dengan bantuan jarum pentul (Widiningsih, 1994). Untuk
mendapatkan bentuk yang sesuai dengan bentuk badan diperlukan
lipit pantas atau lipit bentuk. Lipit pantas digunakan karena adanya
perbedaan ukuran antara lain lingkaran yang besar dengan yang
61
kecil. Misalnya lipit bentuk di bawah dada, sisi ataupun bahu.
Draping banyak digunakan sebelum pola konstruksi berkembang,
karena draping ini memiliki beberapa keunggulan antara lain, yaitu
tidak membutuhkan ukuran karena dapat langsung dibuat pada
manequein atau badan seseorang, tidak terlau memerlukan banyak
waktu, langsung dapat membuat desain yang kita inginkan dan
apabila kurang teliti dalam pembuatannya pola tetap dapat dibuat.
Menurut Sicilia Sawitri (1994) draping adalah pembuatan pola
busana langsung pada badan atau paspop dengan menggunakan
kertas tela atau kain coba. Sedangkan menurut Porrie Mulyawan
(1989) draping adalah meletakkan sehelai kain muslin atau kertas
dilangsaikan pada boneka jadi dengan membuat beberapa lipit pada
bahan jiplakan bentuk badan ini menjadi bentuk dasar pola busana.
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan
draping adalah cara membuat pola dengan cara meletakkan kain
atau kertas tela yang langsung menempel pada badan seseorang
atau pada badan manequein.
Teknik draping pada pembuatan Kostum Tari Rumangkang
Dengan Sumber Ide Surjan ini dilakukan pada saat pembuatan
panel dengan model draperi yang pembuatannya harus
menggunakan teknik drapping yang di drap pada boneka
manequin.
2) Konstruksi Pola
62
Konstruksi pola adalah pola yang dibuat berdasarkan ukuran
dari bagian-bagian badan yang diperhitungkan secara sistematis
dan digambar pada kertas, sehingga tergambar bentuk badan muka
dan belakang, rok, lengan, krah, dan sebagainya (Widjiningsih,
1994:3). Dalam pembuatan konstruksi pola tergantung pada sistem
menggambar pola yang digunakan serta berhubungan erat pada
ukuran-ukuran yang diambil. Pola konstruksi kemudian
berkembang menjadi bermacam-macam sistem yaitu pola Dan
Kaerts, Charmant, Mayneke, Cuppens, Dressmaking, Soen,
Wielsma Frans Wiener, dan Muhawa (M.H. Wancik, 2000)..
Menurut Widjiningsih (1982), ada bebrapa hal yang harus
diperhatikan untuk mendapatkan pola konstruksi yang baik adalah
sebagi berikut :
a) Cara mengambil macam-macam jenis ukuran haruslah tepat dan cermat dengan menggunakan peterban sebagai alat penolong sewaktu mengukur dan pita pengukur.
b) Cara menggambar bentuk tertentu seperti garis leher, kerung lengan dan bagian bawah rik harus luwes, lancar dan tidak ada keganjilan
c) Perhitungan pecahan dari ukuran yang ada dalam konstruksi harus dikuasai
Menurut Porrie Mulyawan (1989), pola konstruksi memiliki
kebaikan dan keburukan.
Kebaikan pola konstruksi antara lain :
a) Bentuk pola lebih sesuai dengan bentuk badan. b) Besar kecilnya lipit kup lebih sesuai dengan besar kecilnya
bentuk buah dada seseorang. c) Perbandingan bagian-bagian model lebih sesaui dengan nesar
kecilnya bentuk badan si pemakai.
63
Sedangkan keburukan pola konstruksi adalah
a) Pola konstruksi tidak mudah digambar. b) Waktu yang diperlukan lebih lama dari memakai pola jadi. c) Membutuhkan latihan yang lama d) Harus mengetahui kelebihan dari konstruksi yang dipilih.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan konstruksi pola
adalah pola yang dibuat berdasarkan ukuran dari bagian-bagian badan
yang diperhitungkan secara matematis dan digambar pada kertas, yang
bisa dibuat dengan menggunakan beberapa sistem.
j) Teknologi Busana
Teknologi busana adalah suatu cara atau teknik dalam pembuatan
busana agar hasilnya bagus dan nyaman dipakai (Nanie Asri Y., 1993).
Dalam pembuatan busana, teknologi busana yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Teknik yang digunakan dalam pembuatan Kostum Penari Pria Dalam Tari
Rumangkang Dengan Sumber Ide Surjan ini adalah:
a) Teknologi Penyambungan (Kampuh)
Kampuh adalah kelebihan jahitan atau tambahan jahitan untuk
menghubungkan dua bagian dari busana yang dijaht, misalnya
menghubungkan sisi depan dengan belakang (Nanie Asri Y., 1993:4).
Sedangkan menurut Soekarno (2000 : 138), kampuh adalah jahitan
yang terdiri satu bagian atau lebih dari pakaian. Berdasarkan kedua
pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan kampuh adalah tambahan
jahitan yang terdiri satu bagian atau lebih yang berfungsi untuk
64
menghubungkan dua bagian dari dua busana yang dijahit. Kampuh
terdiri dari dua macam, yaitu :
Kampuh buka
Kampuh buka adalah kelebihan jahitan yang dihubungkan
antara dua bagian yang dijahit secara terbuka.. Agar kelebihan
jahitannya terlihat rapi, maka kampuh buka dapat dirapikan dengan
beberapa cara antara lain kampuh buka yang diselesaikan dengan
dijahit tepi tirasnya, dirompok, digunting zig-zag, tusuk balut,
tusuk feston (Nanie Asri Yuliati, 1993 : 4). Macam-macam
kampuh buka antara lain :
a) Kampuh buka yang diselesaikan dengan obras pada bagian
tepi kampuh.
Kampuh buka diselesaikan dengan obras, biasanya
dikerjakan pada pembuatan pakaian wanita dan pada celana
panjang pria. Kampuh ini dibuat lebar 1 ½ - 2 cm, pada
tepinya diselesaikan dengan obras.
Teknik ini diterapkan pada penyambungan bagian-bagian
badan surjan muka dan belakang, pada bahan utama dan bahan
vuring
b) Kampuh buka yang diselesaikan dengan rompok pada tepi
kampuh
Kampuh buka diselesaikan dengan rompok sering
digunakan pada pembuatan busana tailoring. Cara kerjanya
65
sama dengan kampuh buka yang diobras maupun dijahit tepi,
hanya saja pada kampuh ini bagian tirasnya diselesaikan
dengan rompok.
Teknik ini diterapkan pada penyambungan bagian lengan
dan bagian kerung lengan surjan, bagian sisi-sisi celana dan
bagian kelim celana.
Menurut Sicilia Sawitri (1997) ada dua cara untuk menjahit
kampuh buka yaitu sebagi berikut:
a) Kampuh yang harus dijahit disatukan, kemudian dijahit dengan jarak jahitan sedang (tidak terlalu besar ataupun kecil) dan dijahit tepat pada garis pola.
b) Kampuh yang sudah dijahit, dibuka dan dipress dengan seterika (Sicilia Sawitri, 1997)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kampuh buka dibagi menjadi enam kampuh buka yaitu kampuh
buka yang diselesaikan dengan obras pada bagian tepi kampuh,
kampuh buka yang diselesaikan dengan menjahit tepiannya,
kampuh buka yang diselesaikan dengan rompok pada tepi
kampuh, kampuh buka yang diselesaikan dengan gunting zig-zag
pada tepi kampuh, kampuh buka diselesaikan tusuk balut pada tepi
kampuh, kampuh buka diselesaikan dengan tusuk feston.
b) Teknologi Interfacing
Interfacing adalah bahan yang digunakan untuk memberikan
bentuk pada busana agar busana tampak rapi (Sicilia Sawitri, 1993).
66
Menurut Radias Saleh dan Aisyah Jafar (1991 :101), interfacing
adalah bahan yang digunakan untuk memberikan bentuk pada busana
agar tampak busana tampak rapi. Pemilihan dan penempatan
interfacing pada busana sangat menentukan penampilan busana secara
keseluruhan. Interfacing sebaiknya sesuai dengan bahan luar,
kesesuain anatara tebal tipis bahan, kesesuaian warna, pemeliharaan
bahan luar dan ketepatan menempatkan bahan pelapis sesuai tujuan.
Ada dua macam cara pemasangan interfacing yaitu :
a) Interfacing dengan pelekat adalah interfacing yang dipasangkan
dengan cara direkatkan dengan menggunakan seterika.
b) Interfacing tanpa perekat adalah interfacing yang dipasangkan
dengan cara direkatkan menggunakan tusuk pike atau setikan
penahan secara keseluruhan menikuti bentuknya.
Adapun bahan-bahan interfacing yang digunakan dalam pembuatan
Koatum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang adalah:
1) Non Woven Textile
Non woven tekstil adalah bahan tekstil yang tidak ditenun. Cara
pembuatannya dengan dikempa. Misalnya : flisofik yang
menggunakan lem, viselin. Non woven tekstil dalam kostum ini
digunakan pada surjan bagian badan muka dan belakang, kerah,
manset, ban pinggang panel.
2) Woven interfacing
67
Woven interfacing adalah bahan tekstil yang ditenun. Misalnya
tenun rambut kuda dan turbines (tenun kapas yang dilapisi asetat).
Bahan ini digunakan pada ban pinggang celana.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan interfacing
adalah bahan yang digunakan untuk memberikan bentuk busan agar
tampak rapi dan bahan yang digunakan disesuaikan dengan bahan
utama.
c) Teknologi Facing
Facing merupakan lapisan yang tampak dari luar, terutama pada
lapel kerah. (Nanie Asri Yulianti, 1993). Facing dipasangkan sebagai
penyelesaian bagian lapel, lapisan lidah bagian muka dan kadang-
kadang sebagai hiasan, tetapi menggunakan warna lain (kombinasi
warna) dari busananya. Menurut Sicilia Sawitri (1997) facing adalah
pelapis yang tampak dari luar, misalnya lapisan lapek kerah, lapisan
belahan pada bagian tengah muka.
Bahan yang digunakan untuk facing adalah :
1) Sewarna dengan bahan pokok atau utama.
2) Berbeda warnanya dengan bahan busana, peerlu di ingat
kombinasi warna harus sesaui dengan busananya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan facing adalah
pelapis yang tampak dari luar yang berfungsi sebagai hiasan dengan
menggunakan warna lain (kombinasi warna) dari busananya. Dalam
kostum tari ini desainer menggunakan Teknologi Facing pada bagian
68
kerah, Surjan bagian muka, jabot, iket kepala, dan ban pinggang pada
panel.
d) Teknologi Interlining
Interlining adalah sepotong bahan pembentuk dipotong serupa dari
bagian sebuah desain dan dipergunakan diantara suatu bahan pelapis
dan bagian dari desain, yang dikonstruksikan terpisah dan
digabungkan dengan tusuk flanel (catch stitch) pada lapisan facing
pakaian sebelum dijahit ke dalam. Interlining adalah pakaian yang
dilapis, dipasang jika diperlukan terutama pada musim dingin di
negara-negara Eropa. Gunanya untuk memberikan panas tambahan.
Bahan yang digunakan adalah bahan yang berbulu (Sicilia Sawitri,
1997 : 21
e) Teknologi Lining
Lining adalah kain pelapis yang berfungsi sebagai pelapis busana
dan penutup jahitan sehingga tampak rapi baik dari bagian dalam atau
bagian luar (Sicilia Sawitri, 1997:77). Sedangkan menurut
M.H.Wancik (2000:61) lining adalah kain yang digunakan untuk
melapisi kain yang berbahan tipis atau agar tidak terasa gatal apabila
terkena kulit ketika busana tersebut dipakai.
Pemilihan lining disesuaikan dengan bahan pokoknya seperti
asahi, abutey, errow, satin, taffeta dan lain-lain disesuaiakan dengan
69
warna bahan utamanya. Adapun syarat-syarat lining adalah sebagia
berikut :
1) Daya tahan kain sesuai dengan bahan pokok
2) Tidak tembus terang
3) Tidak luntur
4) Warna cocok dengan bahan pokok
5) Tahan obat dalam proses dry cleaning
6) Bahan halus
Penyelesain lining ada dua macam yaitu teknik lepas dan teknik
lekat (Nanie Asri Yulianti, 1993).
a) Pemasangan lining dengan teknik lepas.
Pemasangan lining dengan teknik lepas yaitu antara bahan
utama dengan bahan lining diselesaiakn tersendiri dan hanya
bagian tertentu yang disatukan, misalnya kerung lengan, kerung
leher ataupun ban pinggang. Kelebihan dari pemasangan lapisan
ini adalah kemungkinan berkerut sangat kecil selain itu apabila
dilihat dari bagain baik dan buruk tampak rapi.
b) Pemasangan lining dengan teknik lekat
Pemasangan lining dengan teknik lekat yaitu bahan lining
dijahit bersama dengan bahan utama. Kelebihan pemasangan
bahan lining adalah pemasangan lebih cepat, dan hasil jadi akan
lebih kuat. Teknik pemasangan seperti ini biasa digunakan untuk
bahan tembus terang. Sedangkan untuk kekurangannya dari teknik
70
pemasangan ini adalah jahitannya akan tampak berkerut apabila
dalam memasang dan menjahitnnya kurang hati-hati dan teliti.
Berdasarkan pendapat diatas pelapisan atau lining adalah kain
pelapis yang berfungsi sebagai pelapis busana untuk menutup jahitan
pada busana yang berbahan tipis agar tampak rapi baik dari bagian
dalam maupun luar. Pada kostum ini desainer mwnggunakan lining
dengan bahan errow pada bagian surjan bagian badan muka dan belakan
serta pada bagian celana. Pada bagian surjan pemasangan lining
menggunakan teknik lekat dan pada bagian celana menggunakan teknik
lepas.
f) Teknologi Pengepresan
Pengepresan merupakan suatu cara yang dilakukan dengan
menggunakan setrika pada suhu tertentu yang ditempel pada bagian
yang akan dipres untuk menjadikan kampuh-kampuh terlihat lebih pipih
dan rapi. Pengepresan dilakukan setiap kali selesai menjahit dengan
menggunakan setrika dengan suhu disesuaikan dengan bahan
busananya. Ada tiga tingkatan dalam proses penyetrikaan atau
pengepresan : sebelum pemotongan, selama penjahitan yang disebut
under pressing. Untuk mendapatkan hasil jahitan yang rapi, maka
setelah dijahit harus dipres dengan cara diseterika (Sicilia Sawitri,
1997).
Menurut Dora S.Lewis (1977), ada tiga tingkatan dalam proses
pengepresan yaitu
71
a) Sebelum pemotongan, disini penyetrikaan dilakukan pada bahan yang masih utuh (menempelkan bahan pelapis).
b) Under Pressing, tahap ini dialkukan setiap kali menjahit tiap-tiap bagian kampuh. Under Pressing ini bertujuan untuk mematikan jahitan.
c) Final Pressing, dilakukan setelah pakaian selesai dijahit. Pengepresan ini dilakukan setelah semua bagian busana selesai dijahit dan dipres pada tiap kampuhnya dengan menggunakan alat-alat pengepresan anatara lain : iron board (papan seterika), press cloth (kain pengepres), sleeve board (papan lengan), wonder clapper (kayu penekan), needle board (papan jarum), tailor ham (bantalan pengepres) dan lain sebagainya.
Langkah-langkah pengepresan busana adalah :
a) Sebelum pengepresan perhatikan dulu jenis kainnya apakah tahan panas atau tidak.
b) Pada saat pengepresan sebaiknya dilapisi dengan kain katun atau kertas agar tidak mengkilap.
c) Pada saat pengepresan bagian-bagian yang menggelembung masukkan bantalan kayu di bawahnya agar bagian tersebut menjadi licin menurut bentuknya (M.H. Wancik, 2000:93).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan teknologi pengepresan
adalah suatu cara untuk merapikan bahan busana sebelum dijahit dan
memipihkan kampuh setelah proses menjahit untuk hasil yang maksimal.
E. PENCIPTAAN KOSTUM PENARI LAKI-LAKI DALAM TARI
RUMANGKANG DENGAN SUMBER IDE SURJAN
Langkah awal dalam pembuatan kostum tari adalah mengkaji karakter tari.
Tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami karakter tari dan
terciptanya suatu tari dengan kostum yang sesuai dengan tokoh yang
diperankan.
72
Tari rumangkang adalah tari kerakyatan dengan tema keangkuhan atau
kesombongan seseorang yang punya kedudukan. Alur cerita dalam tari
rumangkang yaitu gejolak jiwa wanita yang kehidupannya selalu dikekang,
diremehkan dan dianggap tidak bisa menjadi pemmpin seperti halnya kaum
pria. Sedangkan bagi kaum lelaki wanita tidak pantas didepan atau menjadi
pemimpin. Wanita hanya pantas berada dibelakang kaum lelaki. Tetapi dengan
keterbelakangan itu kaum wanita dapat membuktikan bahwa wanita juga bisa
menjadi pemimpin.
1. Penerapan Karakter Tari Rumangkang Pada Desain
Karakteristik dari kostum tari rumangkang adalah kostum yang
memberi kesan angkuh dan sombong yang diterapkan pada pemilihan
bahan berwarna kuning keemasan. Dan angkuh yang diterapkan pada
bentuk garis bahu yang tegas serta kerah berdiri. Kostum tari rumangkang
ini menggunakan siluet I , yaitu busana yang mempunyai garis lurus dari
atas kebawah.
Dalam menampilkan pagelaran tari kali ini menggunakan lighting yang
cukup tinggi atau terang , jadi pemilihan warna bahan kostum tari dipilih
warna-warna yang mendukung sesuai dengan jenis lighting yang
digunakan. Sehingga akan tampak efek kilau yang tegas dan cerah pada
kostum tari yang ditampilkan. Untuk semakin memperkuat tampilan
penulis menggunakan kain satin manohara yag berwarna kuning
keemasan yang memberi kesan angkuh, licah dan enerjik yang terdapat
pada bagian baju, lengan, dan celana. Dipadukan dengan lurik dengan
73
motif prajurit mantrirejo yang berwarna hijau, kuning dan hitam
kecoklatan dengan motif garis vertikal yang memberikan kesan tegas,dan
kokoh terdapat pada bagian surjan bagian muka dan pada ikat pinggang.
Selain itu penulis juga menggunakan batik motif parang menang yang
berwarna coklat hijau yang memberikan kesan gembira, lincah namun
tetap elegan terdapat pada bagian iket kepala dan sabuk draperi. Motif
parang menang yang mempunyai arti, parang yang berarti batu karang,
batu karang yang berada di tepi laut dan menang yang artinya tidak kalah;
unggul. Disini untuk menununjukkan bahwa motif parang lebih jelas
daripada motif pelengkapnya.
2. Penerapan Sumber Ide Pada Desain
Kostum tari rumangkang ini menggunakan sumber ide surjan yang
merupakan pakain adat kaum lelaki dari yogyakrta. Surjan adalah sejenis
kemeja resmi jawa yang biasanya sering digunakan oleh para abdi dalem
keraton Surjan ini merupakan busana luar bagian atas yang mempunyai
bagian badan dengan penutup kancing overlap yang diberi bef bagian
dalam, lengan yang dipasangkan pada bahu agak lebar, kewrah cina yang
agak tinggi yang diberi kancingbungkus yang dillit benang serta memakai
saku tempel. Bahan yang dipergunakan yaitu bahan lurik atau bahan katun
bermotif bunga batu. Surjan bila dipakai dipadukan dengan kain panjang
atau kain batik.
3. Penerapan Unsur dan Prinsip Pada Desain
74
Sumber ide surjan tersebut kemudian dikembangkan dengan menerapkan
unsur dan prinsip desain sebagai berikut:
1. Garis
Garis dalam kostum adalah garis luar kostum (siluet) dan garis
bias. Garis luar dalam kostum tari yang penyusun rancang adalah siluet
I karena ini cocok dikenakan dalam kostum tari yang dikenakan oleh
laki-laki. Penerapan garis terletak pada motif lurik yang terdapat pada
bagian muka surjan, kerah dan ikat pinggang.
2. Arah
Penerapan garis tegak lurus (vertikal) terletak pada motif lurik
yang memeberikan kesan tegas, kokoh, stabil dan menggambarkan
kekuatan. Dan arah miring (diagonal) terletak pada motif batik pada
draperi yang memberi kesan lincah dan gembira namun tetap elegan.
3. Bentuk
Bentuk yang diterapkan pada kostum tari ini adalah bentuk hiasan
pada bagian muka surjan yang berbetuk seperti menyerupai motif batik
parang. Bordir pada celana yang bermotif jaring laba-laba. Bentuk
kerah tegak, bentuk lengan yang bermanset dan bentuk pelengkap
kostum yang lain seperti gelang tangan, gelang kaki dan iket kepala.
4. Ukuran
Ukuran kostum tari ini adalah menggunakan ukuran kemeja dan
selana laki-laki.
5. Warna
75
Penerapan warna pada kostum tari ini menggunakan warna emas,
hjau, coklat, kuning. Penyusun mengambil dominan warna emas
karena cocok dan sesuai dengan karakter yang diperankan serta
menggunakan lurik berwarna hijau dan batik berwarna hijau coklat
memberikan kesan tegas, agung, stabil dan kokoh.
6. Tekstur
Tekstur pada bahan lurik terkesan kaku, tebal dan sedikit kasar.
Bahan ini diterapkan pada surjan bagian muka, kerah, dan ikat
pinggang. Untuk tekstur bahan satin lembut, melangsai dan berkilau
yang diterapkan pada bagian surjan, lengan dan celana. Bahan batik
katun bertekstur ringan dan sdikit kasar diterapkan pada draperi dan
iket kepala.
7. Nilai Gelap Terang
Nilai gelap terang terletak pada perpaduan antara warna terang dari
bahan satin berwarna emas serta warna lurik hijau, hitam dan desikit
kuning menunjukkan keharmonisan warna. Warna-warna tersebut
semakin menyatu dengan adanya batik yang berwarna hijau dan
cokelat yang diberi hiasan gliter sehingga semakin menonjolkan warna
emas.
8. Keselarasan
Keselarasan kostum tari yang penyusun rancang adalah terdapat
pada perpaduan warna lurik bergaris hijau , hitam dan dipadukan
dengan warna coklat kemasan sehingga menimbulkan warna yang
76
harmonis. Keselaran garis terjadi karena peletakan motif lurik dan
pengulangan pada garis lurik.
9. Perbandingan
Perbandingan kostum tari rancangan penyusun terletak pada kain
satin pada bagian surjan, lengan, gelang tangan dan celana serta diberi
hiasan berwarna emas yang terdapat pada bagian muka surjan dan
bordir emas pada celana. Keseluruhan busana terlihat menyatu dari
atas sampai bawah.
10. Keseimbangan
Keseimbangan yang diterapkan pada kostum tari ini adalah
simetris yang terlihat pada sisi kanan kiri surjan bagian muka dan
batik pada draperi.
11. Irama
Irama yang terdapat pada kostum tari ini terjadi karena adanya
pengulangan dan pertentangan terletak pada motif lurik yang serasi
dengan warna batik. Pertentangan terletak pada kemeja dan manset
dengan bahan lurik dan bahan satin.
12. Pusat Perhatian
Pusat perhatian diterapkan pada hiasan surjan yang dilapisi dengan
gliter emas yang memberikan kesan mewah yang dipasang dengan
rapi. Kostum ini menggunakan hiasan ikat kepala, gelang tangan dan
gelang kaki.
77
Teknik penyajian gambar yang digunakan untuk melengkapi proyek
akhir ini adalah teknik penyajian design sketching dan presentation
drawing, karena dari kedua teknik penyajian tersebut sudah cukup untuk
menjelaskan secara detail pada penciptaan kostum tokoh pria dalam tari
traisional rumangkang dengan sumber ide surjan dari yogyakarta. Pada
teknik desain sketching proporsi yang digunakan harus baik dan gambar
hanya menyajikan tampak depan saja. Sedangkan untuk presentation
drawing digambar dengan menyajikan gambar tampak depan dan belakang
yang disertai dengan contoh bahan.
Berikut ini akan divisualisasikan dalam hal penciptaan desain tentang
penerapan karakter tari rumangkang, penerapan sumber ide, penerapan
unsur dan prinsip desain sntara lain sebagai berikut:
78
Gambar 7. Visualisasi Penerapan Karakter, sumber Ide, Unsur
dan Prinsip Desain
Penerapan unsure bentuk pada hiasan bentuk melingkar
Penerapan karakter pada panel memberi
kesan lincah
Penerapan garis dan unsur pada
motif lurik
Penerapan Karakter pada warna emas
memberi kesan gagah
Penerapan karakter pada kerah berdiri memberi
kesan angkuh
Penerapan prinsip pada iket kepala
Penerapan sumber ide surjan
Penerapan prinsip pada border berbentuk jarring
laba-laba
Penerapan unsure bentuk pada gelang kaki
Penerapan karakter pada garis bahu yang tegas
memberi kesan angkuh
Penerapan prinsip pada jabot dengan
motif batik yang diberi lit
Penerapan unsure bentuk pada
gelang tangan
79
Gambar 8. Desain Sketching
80
Gambar 9. Presentation Drawing Tampak Depan
Surjan tampak depan
Hiasan gelang tangan
Variasi wiru engkol yang menyatu dengan
celemek panggul
Hiasan gelang kaki
Celana yang dihiasi dengan
border terawang
Celemek panggul
Kerah dengan hiasan sengkelit
Hiasan iket kepala
Manset
Keterangan bahan: 1. Satin manohara 2. Tenun lurik
motif prajurit mantrirejo
3. Kain motif batik parang menang
81
Gambar 10. Presentation drawing tampak belakang
Hiasan ikat kepala
Surjan tampak belakang
Kerah dengan hiasan sengkelit
Celemek panggul
Celana tampak belakang
Hiasan gelang tangan
82
F. PAGELARAN TARI
Peragaan kostum tari merupakan ajang kegiatan untuk memperkenalkan
sebuah karya dari seorang perancang busana kepada masayarakat umum.
Kegiatan ini menampilkan beberapa penari pria maupun wanita yang
mengenakan busana hasil rancangan desainer. Menurut Didi Budiarjo (2000)
peragaan busana adalah suatu rangkaian kegiatan untuk meemamerkan kreasi
terbaru dari perancang busana. Sedangkan menurut Sri Widarwati (1994)
peragaan busana adalah parade yang dikenakan oleh model hidup atau
peragawati.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan peragaan busana
dalah suatu kegiatan yang digunakan untuk memamerkan hasil karya cipta
busana yang dikenakan oleh peragawati.
Adapun tujuan dari sebuah peragaan busana menurut Sri Widarwati
(1995:45) adalah bertujuan untuk
1) Mencari hiburan. 2) Mencari dana untuk kegiatan tertentu. 3) Untuk tujuan promosi barang dagangan, dalam hal ini meliputi :
a) Barang dagangan berupa ciptaan baru dalam dunia fashion b) Barang dagangan berupa hotel, restoran, dan lain-lain. c) Barang dagangan berpua produk baru. d) Barang dagangan berupa pola-pola jadi dari pabrik pola. e) Barang dagangan berupa alat make-up, perhiasan dan lain-lain Adapula manfaat yang bisa didapat dari mengadakan peragaan busana
antara lain :
1) Sebagai wahana belajar keorganisasian dalam bentuk kepanitiaan
pagelaran busana.
2) Melahirkan desainer-desainer muda yang profesional di bidangnya.
83
3) Memperkenalkan sebuah hasil karya perancang busana kepada
masyarakat.
Gelar busana merupakan kegiatan yang memerlukan promosi, agar
masyarakat mengetahui akan adanya pagelaran tersebut (Sicilia Sawitri,
2000:67). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan
undangan dan booklet sebagai berikut :
a) Nama perancang
b) Tema
c) Tempat dan waktu penyelenggaraan
d) Acara termasuk hiburan pengisi
e) Sponsor dan non sponsor
f) Harga undangan
g) Door prize
h) Bahasa singkat dan jelas
Dalam penyelenggaraan gelar busana dapat dilaksanakan dengan dua cara
yaitu
1. Program Non sponsor
Program non sponsor adalah penyelenggaraan pergaan busana yang
dilaksanakandan ditanggung sendiri oleh pihak penyelenggara tanpa kerja
sama dengan pihak manapun. Penyelenggaraan gelar busana non sponsor
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari gelar busana non
sponsor adalah penyelenggaraan dapat menggunakan bahan tekstil,
pemilihan warna dan lain-lain serta desainer tidak terukat dengan pihak
84
manapun. Kekurangan dari program non sponsor adalah semua biaya
penyelenggaraan gelar busana ditanggung oleh pihak penyelenggara.
2. Program Sponsor
Program sponsor adalah penyelenggaraan peragaan busana yang
dilaksanakan antara pihak desainer dengan pihak lain baik sponsor tunggal
maupun sponsor utama.
Keuntungan dari program sponsor dalam gelar busana ini adalah biaya
keuangan dapat diperingan dari pihak sponsor, sedangkan kekurangan dari
program ini adalah pihak penyelenggara tidak boleh menolak jenis barang
yang diberikan oleh pihak sponsor sesuai dengan kesepakatan yang telah
dibuat.
Dalam menyelenggarakan pagelaran busana diperlukan sauatu
organisasai. Organisasi ini dapat diartikan dalam arti statis dan arti
dinamis. Dalam arti statis organisasi dapat diartikan sebagai
wadah,sedangkan dalam arti dinamis organisasi dipandang sebagai suatu
sistem atau kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk merumuskan
tujuan, mengadakan pembagian kerja ke dalam, melimpahkan wewenang
dan tanggung jawab kepada masing-masing organisasi yang menjadi
bawahannya (Ibnu syamsi, 1984).
Peragaan busana memerlukan sebuah kepanitiaan yang terbagi ke
dalam beberapa divisi yang memiliki tugas masing-masing. Adapun
syarat-syarat agar pembentukan kepanitiaan berjalan dengan baik (Ibnu
Syamsi, 1984) adalah :
85
1) Setiap anggota diberi tahu tugas dan kedudukan dalam proses pengambilan keputusan atau dalam pemecahan masalah
2) Setiap anggota disadarkan akan keterikatan untuk menjalankan tugasnya dalam kepanitiaan sampai selesai
3) Anggota panitia hendaknya dilatih bekerja sama dalam satu proses kegiatan dan memiliki kemahiran mengadakan hubungan antar pribadi yang baik
4) Anggota panitia tidak boleh merasakan adanya perbedaan antara atasan dan bawahan tetapi merupakan tim yang sama kedudukannya
5) Ketua panitia harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi yang mampu menggerakkan kerja sama antar anggotanya
6) Jadwal dan pembahasan supaya diberitahukan sebelumnya kepada para anggota
7) Bantuan dan dukungan hendaknya diberikan oleh pimpinan yang akan mengatur pelaksanaan keputusan yang telah dibuat panitia
8) Angota seharusnya memupuk hubungan yang lebih baik lagi antara satu anggota dengan anggota yang lain.
Menurut Sri Ardianti Kamil (1986) panitia pagelaran busana terdiri
dari ketua panitia, wakil ketua, sekretaris dan humas, bendahara,
penanggung jawab peragawati dan ruang rias serta penanggung jawab
ruangan. Adapun tugasnya antara lain :
1) Ketua panitia yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap jalannya
keseluruhan penyelenggaraan pagelaran busana.
2) Wakil ketua panitia yaitu orang yang membantu ketua dari
penyelenggaraan gelar busana.
3) Sekretaris dan humas yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap
segala bentuk undangan, surat menyurat, dan segala yang
berhubungan dengan masyarakat.
4) Bendahara yaitu orang yang berfungsi membuat anggaran biaya
serta membukukan segala pengeluaran dan pemasukan uang yang
berhubungan dengan pagelaran busana.
86
5) Announcer yaitu orang yang beranggung jawab terhadap kelancaran
gelar busana. Biasanya menerangkan sebagai Master of Ceremony
(MC).
6) Penanggung jawab peragawati dan ruang rias yaitu orang yang
mengurusi segala hal yang berhubungan dengan peragawati.
7) Penanggung jawab ruangan yaitu orang yang mengurusi segala
keperluan teknis penyelenggaraan gelar busana seperti tata lampu,
tata suara, dokumentasi, dan lain-lain.
87
BAB III
PROSES PEMBUATAN KOSTUM DAN PAGELARAN TARI
A. PROSES PEMBUATAN KOSTUM TARI
Dalam proses pembuatan kostum tari tahapan-tahapan yang harus
dilalui dalam pembuatan suatu produk, dimulai dario perencanaan awal
samapai akhir. Perencanaan dalam proses pembuatan kodtum untuk penari
meliputi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam proses persiapan ini
harus menentukan perencanaan. Maksud dari perencanaan adalah agar
pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, sistematis, tidak ada tumpang
tindih (overlapped) dan tidak ada yang terlewatkan (gap) (Ibnu Syamsi,
1998). Adapun tujuan dari perencanaan adalah sebagai berikut :
a) Agar dapat memutuskan langkah-langkah yang harus dilaksanakan.
b) Agar dapat menghindari terjadinya kesalahan.
c) Agar dapat menghemat waktu dan tenaga.
d) Agar dapat menentukan teknik yang baik dalam proses pembuatannya.
1. PERSIAPAN
Dalam proses persiapan ini harus menentukan perencanaan.
Maksud dari perencanaan adalahagar pelaksanaannya dapat berjalan
dengan baik, sistematis, tidak ada tumpang tindih (overlapped) dan
tidak ada yang terlewatkan (gap) (Ibnu Syamsi, 1998). Adapun tujuan
dari perencanaan adalah:
88
a) agar dapat memutuskan langkah-langkah yang harus
dilaksanakan
b) agar dapat menghindari terjadinya kkesalahan
c) agar dapat menghemat waktu dan tenaga
d) agar dapat menentukan teknik yang baik dalam proses
pembuatannya.
Persiapan yang harus dilakukan dalam proses pembuatan
kostum tari dengan sumber ide surjan adalah sebagai bberikut:
a. Pembuatan Gambar Kerja Kostum Tari, Hiasan Kostum
Tari, dan Pelengkap Kostum Tari
Pembuatan gambar kerja kostum tari, gambar kerja biasa
kostum tari, dan gambar kerja pelengkap kostum tari dilakukan
agar dapat menggambarkan desain kostum tari serta detail-
detail kostum tari secara lengkap yang disertai dengan
keterangan-keterangan pada bagian kostum tari agar dapat
,menghasilkan desain kerja yang maksimal. Tujuan pembuatan
desain kerrja adalah untuk memberikan petunjuk dan pedoman
dalam pembuatan kostum tari.
89
Gambar 11. Gambar Kerja Kostum Tari Bagian Muka
10 cm
69 cm
75 cm
60 cm
7 cm
35 cm
4 cm
5 cm 27 cm
70 cm
3 cm
14 cm
90
Gambar 12. Gambar Kerja Kostum Tari Bagian Belakang
7 cm
10 cm
42 cm
60 cm 20 cm
69 cm
27 cm
70 cm
3 cm
91
Gambar 13. Gambar Kerja Surjan Bagian Muka
Gambar 14. Gambar Kerja Surjan Bagian Belakang
Hiasan kancing
Hiasan sengkelit yang diberi gliter
Hiasan sengkelit yang diberi gliter Hiasan kancing
Hiasan sengkelit yang diberi gliter
92
Hiasan kacing emas kecil dengan diameter 1,5 cm.
Terbuat dari tembaga. Cara memasangnya yaitu
ditempelkan menggunakan benang.
Hiasan sengkelit dengan diameter 0,5 cm. Terbuat dari
kain batik motif parang menang kemudian dilapisi dengan
gliter emas. Cara memasangnya yaitu ditempel dengan
benang
Gambar 15. Gambar Kerja Hiasan Kerah
Hiasan sengkelit yang diberi gliter
Hiasan kancing emas
93
Hiasan kacing emas kecil dengan diameter 2,5 cm.
Terbuat dari tembaga. Cara memasangnya yaitu
ditempelkan menggunakan benang.
Hiasan sengkelit dengan diameter 0,5 cm. Terbuat dari
kain batik motif parang menang kemudian dilapisi dengan
gliter emas. Cara memasangnya yaitu ditempel dengan
benang
Gambar 16. Gambar Kerja Hiasan Surjan Tampak Depan
Hiasan kancing emas
Hiasan sengkelit yang diberi gliter
94
Gambar 17. Gambar Kerja Hiasan pada celana bagian muka
4 cm
Hiasan bordir
Ban pinggang
5 cm
95
Gambar 18. Gambar Kerja Hiasan Model Draperi Bagian Muka
Gambar 19. Gambar Kerja Hiasan Model Draperi Bagian Belakang
Motif bunga yang diberi gliter
90 cm
15 cm
35 cm
45 cm
Motif bunga yang diberi gliter
Motif bunga yang diberi gliter
5 cm
15 cm
96
Motif bunga yang diberi gliter. Cara
menempelkan gliter pada motif bunga
dengan cara
Gambar 20. Gambar Kerja Pelengkap Iket Kepala
125 cm
5 cm
97
Gambar 21. Gambar Kerja Pelengkap Gelang Tangan
Gelang kaki yang digunakan dalam tari Rumangkang menggunakan gelang
yang sudah jadi yang terbuat dari kain linen yang berwarna emas
Gambar 22. Gambar Kerja Pelengkap Gelang Kaki
b. Pengambilan ukuran
Pengambilan ukuran dilakukan sebelum membbuat pola.
Dalam pengukuiran badan harus dilakukan dengan teliti dan tepat
agar pembuatan terlihat bagus dan sesuai dengan ukuran. Sebelum
Kancing cetit untuk menyatukan
20 cm
98
mengambil ukuran sebaiknya mengikatkan peterban pada bagian
dada pinggang dan panggul agar mendapatkan ukuran yang tepat.
Adapun ukuran-ukuran yang dibutuhkan dalam pembuatan
kostum tari adalah sebagai berikut:
a) Ukuran yang digunakan untuk pola badan
1. Panjang kemeja : 76 cm
2. lingkar leher : 36 cm
3. lingkar badan : 92 cm
4. lebar punggung : 40 cm
5. panjang punggung : 44 cm
b) ukuran yang digunakan untuk membuat pola lengan:
1. Panjang lengan : 60 cm
2. l. Kerung lengan : 52 cm
3. l. Pergelangan tangan : 24 cm
c) ukuran yang diperlukan untuk membuat celana:
1. Panjang celana : 68 cm
2. lingkar pinggang : 70 cm
3. lingkar panggul : 98 cm
4. lingkar pesak : 75 cm
5. lingkar paha : 60 cm
6. lingkar kakki : 54 cm
d) Ukuran yang diperlukan untuk membuat draperi:
1. lingkar pinggang : 76 cm
99
2. panjang panel : 50 cm
3. lebar ban pinggangg : 15 cm
4. panjang jabot : 90 cm
c. Pembuatan Kostum Tari
Pola yang digunakan dalam pembuatan kostum tari ini adalah
menggunakan pola kemeja. Dan berkut ini adalah gambar pola
kemeja.
100
Gambar 23. Pola Kemeja
Skala 1 : 6
(Muhammad Hamzah Wancik, 1997 : 5)
Keterangan Pola Kemeja
Keterangan Pola Depan
101
A – A1 : A1 – A2 = 2 cm, A – A2 = 4 cm
A – B : 1/6 lingkar leher + 1 cm
A – C : ½ lingkar leher + 1 ½
A2 – D : ½ lebar punggung + 1
A – E : Panjang kemeja
A1 – F : ½ lingkar kerung lengan
F – G : ¼ Lingkar badan
C – C1 : E – E1 = 1 ½ cm
A – B1 dibagi menjadi 3 bagian untuk membuat kerung leher.
Hubungkan B ke C melalui pembagian titik yang bawah
D – D1 dibagi menjadi 3 untuk membuat kerung lengan, jarak titik yang dibawah
dengan lengkung kerung lengan 2 ½ cm
Hubungkan titik B – C – C1 – E1 – E – G1 – G – D – B sehingga membentuk
pola badan bagian depan
Keterangan pola belakang
Kutip pola bagian depan tanpa lidah, bahu naik 4 cm, titik bahu tertinggi bagian
belakang ditarik garis tegak lurus T – B dan diturunkan 2 ½ cm, kemudian dibuat
lengkung leher belakang. Lengkung lengan belakang selisih1/2 cm dari lengkuung
lengan depan.
102
Gambar 24. Pecah Pola Kemeja Model Surjan
Skala 1 : 6
Keterangan pola Surjan
Keterangan Pola Depan
A – B = A1 – B1 = 1 cm, C – D = 15 cm
E – F = H – I = 12 cm
F – G = I – I = 5 cm
K – K1 = L – L1 = 1 cm
O – M = dibagi dua kemudian ketemu titik O1
Pola Bagian Belakang
A – A1 = B – B1 = 1 cm
A1 – C = 42 cm
D – F = 20 cm
F – E = 1 cm
103
Gambar 25. Pola Lengan Panjang
Skala 1 : 6
( Muhammad Hamzah Wancik, 1997 : 11)
Keterangan Pola Lengan
A – B = C – D = Panjang lengan – lebar manset
A – C = ½ lingkar kerung lengan – 1 cm
C – C1 = ½ A – C – 1 cm
B – D ½ panjang manset + 2 cm
. D1 – B1 = 6 cm
B1 – B2 = Panjang belahan, D1 – D2 keluar ½ cm
A hubungkan dengan C1. A –C1 dibagi menjadi 3 bagian untuk membuat
lengkung lengan dimana jarak titik diatas 2 cm. Selisih lengkung lengan depan
dan belakang ½ cm.
104
Gambar 26. Pola Manset Lengan
Akala 1 : 6
Keterangan Pola Manset
A – B = Lingkar pergelangan tangan
A – C = Lebar mansett
Hubungkan titik B dan C dengan garis lengkung
Gambar 27. Pola Kerah Tegak
Skala 1 : 6
Keeterangan Pola Kerah
A – B = ½ Panjang kerah
A – C = B – D = Lebar kerah
A – A1 = 1 cm
Hubungkan titik A1 dengan titik B
D – D1 1 cm
105
Gambar 28. Pola Kemeja Model Surjan
Skala 1 : 6
106
Gambar 29. Pola Celana Tiga Perempat
Skala 1 : 6
( Sukarno, 1987 : 15)
Keterangan Pola Celana
Keterangan Pola Celana Bagian Muka
A – B = ½ Lingkar paha – 2 cm
A – C = B – C = Tarik garis tegak lurus melalui titik C, lipatan celana arah benang
panjang.
C – D = Tinggi duduk atau 1/3 lingkar pesak + 4 cm
D – E = panjang celana, B – F = ¼ Lingkar panggul – 1 cm
107
D – G = D – H = ½ ( ¼ lingkar pinggang – 1 cm)
Tarik garis G – F = Garis tengah muka
Tarik garis tegak lurus B – H1, ukur H1 – B1 = tinggi panggul
Bentuk garis sisi celana dari h ketitik B1 ke titik , SISI BAGIAN ATAS.
E – I = E – J = ¼ lingkar lubang kaki dikurangi 1 cm
Bagi E – C dalam 2 bagian, C – K = K – F
K – L = K – M = ¼ Lingkar lutut – 1 cm
Tarik garis E – L dan L – I ( kaki celana
Tarik B – M dan M – J, garis sisi bagian bawah
Keterangan Pola Celana Bagian Belakang
A – A1 = 2 ½ cm
B – O = 5 cm, tarik garis datar sampai garis kaki celana bagian muka, dapat titik
P, P-P1 = 2 ½ cm
I – H = M – M1 = I – H = J – JI = 2 cm
Dari D naik 4 cm dapat titik R
Ukur dari titik R garis pinggang ke belakang, serong kelanjutan garis punggang +
1 cm karena pinggang muka dikurangi 1 cm dan ditambah 3 cm untuk lipit kupnat
R – S = ½ lingkar pinggang + 1 + 3 cm
O – O1 = 3 atau 4 cm atau O1 – P1 = ½ lingkar paha + 1
Tarik garis sisibelakang dari titik S ketitik O1 terus ketitik M1 dan J1. garis ini
harus sama panjang dengan sisi muka. Bila agak panjang turunkan titik S.
S – T = tinggi panggul, tarik garis panggul sejajar dengan pinggang.
108
Ukur T – U = ¼ lingkar panggul + 1 cm
Tarik garis tengan belakang celana dari titik R ketititk U kemudian ke A1
Jumlah garis tengah belakang dan muka harus sama dengan lngkar pesak. Kalau
kurang dapat diteruskan pada titik A1. Lipit kupnat digambar ditengah ½ lingkar
pinggang , panjang 12 atau 15 cm.
Keterangan Pola kikik
P – Q = 20 cm
P – T = 8 cm
T – R = 12 cm
R – S = 10 cm
R – T = ½ R – S
109
Gambar 30. Pola Celana
Skala 1 : 6
110
Gambar 31. Draping Panel
Keterangan Draping Panel
Kain persegi panjang didrap pada dresfoam, kain bagian ddepan dan belakang
ditarik keatas seperti bentuk lipitan-lipitan sehingga membentuk draper, panel
dibentuk sebesar lingkar pinggang dan lingkar panggul. Pada bagia pinggang
dijelujur dandipotong setelah diberi kkelebihan kampuh.
111
Gambar 51. Pola Celemek Panggul
Skala 1 : 6
112
Gambar 52. Pola Ban Pinggang
Skala 1: 6
Gambar 53. Pola Jabot
Skala 1 : 6
113
Gambar 54. Pola Iket Kepala
Skala 1 : 6
a. Rancangan Bahan dan Harga.
Perancangan bahan dan harga adalah memperkirakan banyaknya
keperluan untuk bahan pokok dan bahan pembantu serta biaya untuk
mewujudkan sebuah busana. Tujuannya untuk memahami suatu
model dengan tepat serta dapat memperhitungkan banyaknya bahan
dan biaya yang diperlukan dalam pembuatan busana (Djati Pratiwi,
114
2001 : 79). Perancangan bahan juga dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui banyaknya bahan yang akan digunakan untuk mengatur
peletakan pola pada bahan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan perancangan
bahan adalah memperhitungkan berapa banyak bahan dan harga
yang diperlukan dalam membuat busana.
1. Rancangan Bahan
Merancang bahan dan harga adalah memperhitungkan secara
garis besar berapa banyaknya bahan dan harga yang diperlukan
untuk membuat suatu busana. Merancang bahan ada dua macam,
yaitu merancang bahan secara global dan merancang bahan
secara terperinci.
a) Merancang Bahan Secara Global
Merancang bahan secara global adalah merancang
bahan yang didasarkan pada ukuran – ukuran tertentu dari
pola busana. Cara ini kurang hemat karena banyak bahan
yang terbuang
b) Merancang Bahan Secara Terperinci
Merancang bahan secara terperinci adalah merancang
bahan dengan cara meletakkan pola sedemikian rupa pada
bahan sehingga dapat diketahui berapa banyak bahan yang
dibutuhkan dalam pembuatan suatu busana.
115
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang bahan
adalah sebagai berikut:
a. Arah serat kain harus sesuai dengan arah serat pada pola
b. Dalam meletakkan pola pada kain harus diatur sedemikian
rupa agar tidak boros, dimulai dengan meletakkan pola yang
paling besar kemudian sedang dan yang terakhir pola paling
kecil
c. Untuk bahan yang bermotif, sebaiknya diperhatikan arah
bagian atas atau bawah motif. Perhatikan arah serat dan
motif agar tidak merusak motif
d. Perhatikan pula ukuran kampuh ( kelebihan jahitan )
Bahan-gahan yang digunakan untuk membuat kostum tari
adalah:
a) bahan lurik
Bahan lurik yang dipergunakan dalam kostum tari
Rumangkang adalah bahan lurik motif Prajurit
Mantrirejoberwarna hijau, coklat keemasan dan hitam
digunnakan sebagai bahan surjan bagian muka, manset dan
sabuk.
b) Bahan Satin Manohara
Bahan satin digunakan pada bagian surjan, lengan, celana,
jabot dan iket kepala. Karakteristik dari bahan ini adalah lemas,
melangsai dan berkilau.
116
c) Bahan Kain Motif Batik Perang Menang
Bahan-bahan ini digunakan pada bahan panel dan iket
kepala. Warna yang digunakan adalah warna yang senada
dengan warna lurik dan satin, yaituwarna hijau dan colat
keemasan. Karakteristik batik yaitu ringan dan sedikit kaku.
d) Bahan Vuring
Bahan vuring yang digunakkan adalah kain ero. Bahan ero
ini digunakan sebagai vuringg kemeja dan celana. Karakteristik
dari bahan ini adalah agak tipis, ringan dan adak kaku.
e) Bahan Interlining
Bahan interlining atau bahan pelapis ini sering disebut
dengan kain pasir, digunakan sebagai lapisan pada bahan
busana supaya tebal. Bahan ini digunakan untuk melapisi
surjan, manset, ban pinggang dan panel.
117
2. Rancangan Harga.
Rancangan harga dibuat untuk dapat mengetahui atau
memperkirakan biaya yang diperlukan dalam membuat suatu busana.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam merancang harga adalah:
a) Mencantumkan nama bahan, banyaknya bahan yang dibutuhkan,
harga satuan, jumlah total dan harga total dari bahan-bahan yang
dibutuhkan.
b) Nama barang disesuaikan dengan jenis bahan apa yang digunakan,
misalnya bahan pokok, bahan pembantu atau bahan tambahan.
c) Dalam menentukan jumlah harga, disesuaikan dengan banyaknya
barang yang digunakan atau diperlukan.
d) Semua barang harus tercatat, agar perhitungan biaya dapat lebih
tepat.
118
13. PELAKSANAAN
Proses pelaksaan merupakan suatu tindak lanjut dari segala sesuatu
yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun beberapa hal yang harus
dilaksanakan dalam proses pembuatan busana pesta malam dengan sumber
ide baju bodo adalah sebagai berikut :
a. Peletakkan Pola Pada Bahan.
Peletakan pola pada bahan merupakan langkah awal sebelum
pemotongan. Dalam peletakan pola busana pada kain, sebaiknya kain
dilipat menjadi dua bagian dengan bagian baik berada di luar. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah proses penandaan jahitan atau
merader.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meletakkan pola
pada bahan, yaitu:
1) Semua tanda pola harus ada, misalnya tengah muka dan tengah
belakang.
2) Arah benang panjang dari bagian kiri harus sama dengan bagian
kanan.
3) Corak bahan harus sama antara bagian kiri dan kanan, serta
berjalan terus pada sisi, demikian pula corak yang searah harus
diperhatikan.
4) Lebar kampuh untuk semua bagian adalah 1 - 2 ½ cm sedangkan
untuk kelim selebar 2 ½ - 5 cm.
119
5) Lapisan seperti saku, kerah, ban pinggang, depun ataupun serip
diperkirakan letaknya setelah pola besar diletakkan.
6) Sebelum meletakkan pola diatas bahan licin, seperti siffon, tile dan
sebagainya sebaiknya disematkan dulu pada selembar kertas tipis
hingga rata.
b. Pemotongan dan Pemberian Tanda Jahitan.
Setelah peletakan pola pada bahan, langkah selanjutnya adalah
pemotongan bahan. Proses pemotongan bahan harus memperhatikan
arah garis atau motif kain dengan menyesuaikan desain yang telah
dibuat. Setelah proses pemotongan adalah pemberian kampuh, tanda
jahitan serta keliman. Pemberian tanda kampuh biasanya 1 ½ - 2 cm,
sedang pada belahan ritsleting sebesar 3 sampai 4 cm. Pemotongan
dilakukan setelah semua bagian pola diberi tanda kampuh. Kemudian
setelah bahan dipotong diberi tanda jahitan. Tanda jahitan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan karbon jahit atau dengan
tusuk jelujur renggang. Pada busana pesta ini tanda jahitan yang
penyusun gunakan adalah tanda jahitan dengan cara merader tepat
pada garis luar pola.
c. Penjelujuran dan Penyambungan.
Sebelum bahan busana dijahit dengan mesin, terlebih dahulu
dijelujur dengan tangan, hal ini untuk menghindari terjadinya
kesalahan saat penjahitan. Selain itu penjelujuran juga diperlukan
untuk mengetahui jatuhnya bahan pada tubuh model apakah sudah
120
sesuai dan pas pada saat pengepasan I. Apabila mungkin terjadi
kesalahan atau ketidaktepatan ukuran, maka masih bisa untuk bisa
diperbaiki.
Langkah-langkah penjelujuran busana pesta malam ini adalah
sebagai berikut:
1. Menjelujur Surjan
a. Menjelujur lurik dan kain satin bagian muka
b. Menjelujur sis-sisi bahan utama muka dan belakang
c. Menjelujur sisi bahan vuring muka dan belakang
d. Menyatukan bahan vuring dan bahan utama
e. Menjelujur kerah
f. Menyatukan bagian badan dengan kerah
g. Menjelujur sisi lengan
h. Menjelujur manset
i. Menyatukan lengan dan manset
j. Menyatukan lengan dan badan
2. Menjelujur Celana
a. Menjelujur kupnat pada bahan vuring
b. Menjelujur sisi bahan vuring
c. Menjelujur kupnat pada bahan utama
d. Menjelujur ban pinggang
e. Menjelujur ritlsiting dengan bahan utama dan bahan vuring
121
f. Menjelujur ban pinggang dengan bbahan utama dan bahan
vuring
g. Mengelim vuring bagian bawah
h. Mengelim bahan utama bagian bawah
3. Menjelujur Panel
a. Menjelujur bagian piggang pada panel yang sudah didraping
b. Menjelujur ban pinggang
c. Menyatukan draperi dengan ban pinggang
e. Evaluasi Bab I
Pengepsa I adalah pengepasan kostum tari pada model berbentuk
kostum jadi yang masih jelujuran. Pengepasan I bertujuan untuk
mengetahiu jatuhnya bahan pada tubuh model dan kenyamanan
pemakkaian pada tubuh tersebut.
Apek yang diamati pada evaluasi proses I adalah:
1) Teknik jelujur yang dipakai
2) Jatuhnya busana pada tubuh model
3) Kesesuaian pada desain yang dibuat
4) Hasil keseluruhan dari kostum tari
Adapun evaluasi dari kekurangan yang daialmi pada pengepasan ini
adalah:
Tabel 2 Hasil Pengepasan
No Aspek yabg Diamati Hasil Pengamatan Cara mengatasi
1. 2.
Surjan Celana
Kebesaran Kepanjangan
Setiap sisi dikurangi 2 cm Dikurangi 3 cm
122
3. kerah kependekan Ditambah 2 cm f. Penjahitan
Setelah pengepasan I dilakukan dan mengetahui kekurangan pada
kostum tari serta melakukan perbaikan, maka langkah selanjutnya adalah
pnjahitan. Langkah-langkah menjahit kostum tari ini adalah:
1. Menjahit Surjan
b. Menjahit lurik dan kain satin bagian muka
c. Menjahit sisi-sisi bahan utama muka dan belakang
d. Menjahit sisi bahan vuring muka dan belakang
e. Menyatukan bahan vuring dan bahan utama
f. Menjahit kerah
g. Menyatukan bagian badan dengan kerah
h. Menjahit sisi lengan
i. Menjahit manset
j. Menyatukan lengan dan manset
k. Menyatukan lengan dan badan
2. Menjahit Celana
a. Menjahit kupnat pada bahan vuring
b. Menjahit sisi bahan vuring
c. Menjahit kupnat pada bahan utama
d. Menjahit ban pinggang
e. Menjahit ritlsiting dengan bahan utama dan bahan vuring
f. Menjahit ban pinggang dengan bbahan utama dan bahan vuring
g. Mengelim vuring bagian bawah
123
h. Mengelim bahan utama bagian bawah
3. Menjelujur Panel
a. Menjahit bagian piggang pada panel yang sudah didraping
b. Menjahit ban pinggang
c. Menyatukan draperi dengan ban pinggang
4. Memasang Hiasan
a. Memasang tali lingkar pada bagian muka surjan
b. Memasang kancing pada bagian krah dan muka surjan
c. Memasang gliter pada pada bagian panel dan iket kepala
Teknik penjahitan pada kostum tari ini menggunakan teknik halus
yaitu teknik penyelesaian menggunakan jahitan tangan.
g. Evaluasi proses II
Evaluasi proses II atau pengepasan II dilakukan pada kostum tari yang
sudah selesai dijahit, minimal 90% dari total yang harus dijahit serta harus
sesuai dengan desain yang telah dibuat yang meliputi perlengkapan dan
hiasannyya.
Tabel 3 Evaluasi Proses II
No Aspek Yang Diamati
Hasil Pengamatan
Cara Mengatasi
1. 2.
Kancing Hiasan
Kurang sesuai Belum dipasang semua
Mengganti dengan kancing warna emas Diselesaikan
14. EVALUASI HASIL
124
Evaluasi dilakukan selama dalam proses pembuatan busana, mulai dari
persiapan, pelaksanaan sampai pada busana yang dihasilkan. Adapun hasil
dari evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran harus dilakukan dengan teliti dan cermat. Dan bila perlu
dilakukan pengukuran ulang untuk menghasilkan ketepatan ukuran
model.
2. Dalam pembuatan pola harus teliti dan cermat agar tidak terjadi
kesalahan yang fatal.
3. Menggunakan waktu sebaik mungkin, agar pada batas waktu yang
ditentukan busana sudah selesai dan siap dipakai.
4. Pemilihan bahan harus dipertimbangkan lama tidaknya bahan yang
digunakan bisa bertahan.
B. PENAMPILAN KOSTUM
Penampilan kostum adalah parade yang diselenggarakan oleh desainer
maupun pengusaha tekstil yang pertujuan untuk memperkenalkan produk-
produk kostum yang diperagakan oleh seorangpragawati. Penampilan kali
ini berbeda dengan penampilan-penampilan sebelumnyayaitu penampilan
kostum yang tidak diperagakan oleh seorang pragawati dan tidak
dilaksanakan selayaknya pagelaran busana biasanya akan tetapi pada
kesempatann kali inidiadakan kolaborasi antara Program Studi Pendidikan
Teknik Busana, Program Studi Teknik Busana, Program Studi Teknik Rias
dan Kecantikan dan Program Studi Pendidikan Tari. Sehubungan dengan
itu maka pagelaran busana kali ini diperagakan oleh program studi tari
125
melalui pagelaran tari. Pelaksanaa penampilan tari perlu adanya persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam penampilan tari 2010 dengan tema
Gelar Kolaborasi “SENDIKAR”(Seni Pendidikan Karakter) adalah
sebagai berikut:
a. Pembentukan Panitia
Pembentukan panitia bertjuan agar pagelaran kolaborasi dapat
terlaksana dengan baik dan lancar sesuai dengan yang
direncanakan. Panitia dalam penampilan kostum tari 2010 dengan
tema Gelar Kolaborasi “SENDIKAR”(Seni Pendidikan Karakter)
terdiri dari mahasiswa Program Studi Pendidikan Tari, Program
Studi Pendidikan Teknik Busana dan Teknik Busana dan Program
Studi Teknik Rias dan Kecantikan yang menjadi mata kuliah
Proyek Akhir.
b. Menentukan Tema
Tema yang diambil dalam penampilan kostum ini adalah Gelar
Kolaborasi “SENDIKAR” (Seni Pendidikan Karakter). Makna
daritema ini adalah bahwa penyelenggaraan pagelaran ini memiliki
spirit untuk berkolaborasi dalam menciptakan pagelaran yang dapat
mengembangkan dan mengungkap poensi dan kreasi dari kostum
126
tari indonesia menjadi karya busana yang indah, berkualitas dan
menarik.
c. Menentukan Tujuan Pelaksanaan
Adapun tujuan dari penampilan kostum tari 2010 yang
bertemakan Gelar Kolaborasi “SENDIKAR”(Seni Pendidikan
Karakter ) antara lain:
3) Sebagai tugas mata kuliah proyek akhir yang wajib diikuti oleh
mahasiswa Pendidikan Teknik Busana, Teknik Busana, Teknik
Rias dan Kecantikan dan Pendidikan Seni Tari Universitas
Negeri Yogyakarta.
4) Memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang keberadaan
Program Studi Pendidikan Teknik Busana, Program Studi
Teknik Busana, Program studi Teknik Rias dan Kecantikan dan
Program Studi Tari Universitas Negeri Yogyakarta
5) Memperkenalkan kepada masyarakta luas hasil karya
mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Busana, Program
Studi Teknik Busana, Program studi Teknik Rias dan
Kecantikan dan Program Studi Tari Universitas Negeri
Yogyakarta
127
6) Memberikan bekal pengetahuan pengalaman serta kreatifitas
berkarya untuk mengembangkan gagasan dalam kontek budaya
dan membentuk pribadi mahasiswa yang harmonis.
d. Menentukan Waktu dan Tempat
Penampilan kostum tari 2010 dengan tema Gelar Kolaborasi
“SENDIKAR”(Seni Pendidikan Karakkter) diselenggarakan pada
hari jumat tanggal 4 Juni 2010 pada pukul 19.00 WIB dan pada
hari sabtu tanggal 5 Juni 2010 pukul 19.00 WIB bertempat di Stage
Tari Tedjakusuma Universitas Negeri Yogyakarta.
Pemilihan tempat dilingkungan kampus dimaksudkan untuk
memperkenalkan kepada msyarakat luas tentang keberadaan
Program Studi Pendidikan Teknik Busana, Program Studi Teknik
Busana, Program studi Teknik Rias dan Kecantikan dan Program
Studi Tari Universitas Negeri Yogyakarta serta memperkenalkan
kepada msyarakat hasil karya mahasiswa Program Studi
Pendidikan Teknik Busana, Program Studi Teknik Busana,
Program studi Teknik Rias dan Kecantikan dan Program Studi Tari
Universitas Negeri Yogyakarta
e. Menentukan Anggaran
Penampilan Kostum Tari 2010 dengan tema Gelar Kolaborasi
“SENDIKAR”(Seni Pendidikan Karakkter) ini diikuti oleh 76
mahasiswa ProgramStudi Pendidikan Teknik Bussana dan Program
128
Studi Teknik Busana, 34 Program Studi Teknik rias dan
Kecantiakan dan 40 mahasiswa Program Studi Seni Tari
Untuk rencana anggaran dana kebutuhan penam pilan kostum
tari adalah sebagai berikut:
c) Kesekretariatan Rp.
1.444.000,-
d) Stage Manager Rp. 848.000,-
e) Lighting Rp. 4.450.000,-
f) Sound system Rp. 4.500.000,-
g) Publikasi Rp. 7.475.000,-
h) Perlengkapan Rp. 1.276.000,-
i) Dokumentasi Rp. 5.000.000,-
j) Rias dan busana Rp. 600.000,-
k) Kerumahtanggaan Rp. 6.699.000.-
l) Honorarium Rp. 1.200.000,-
Total Rp. 33.492.000,-
Untuk memenuhi rencana anggaran biaya diperlukan sumber-
sumber dana yang lain. Sumber dana berupa iuran wajib setiap
mahasiswa sebagai dana utama dalam pagelaran kolaborasi 2010
iuran mahasiswa tari bagian koreografi sebesar @ Rp. 125.000,-
iuran pendidikan tari bagian menpro sebesar @ Rp. 30.000,- iuran
pendidikan teknik busana teknik busana dan teknik rias dan
kkecantikkan sebesar @ Rp. 125.000,-selain itu ditambah dengan
129
biaya tiket sebesar @ Rp. 10.000,-. Selain anggaran wajib dari
peserta dan hasil penjualan tiket , panitia juga mendapat dana dari
pihak sponsor.
Adapun sponsor dalam pagelaran tari dengan tema Gelar
Kolaborasi “SENDIKAR”(Seni Pendidikan Karakter) ini antara
lain:
1) Kecrek Sanggar Seni Kolaborasi
2) Sanggar Seni Sendratasik Pradanya Widya
3) Kimia Fama
4) Bu Menthik Rias Pengantin dan Cathering
5) RRI Pro 2 Jogja
6) Sanggar Busana PTBB FT UNY
7) Kedaulatan Rakyat
8) Kopma UNY
9) Gendhis Griya Kebaya
10) Flckr Choting Cq
11) Salo Tondeo
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Penampilan kostum tari 2010 dengan tema Gelar
Kolaborasi “SENDIKAR”(Seni Pendidikan Karakkter)
diselenggarakan pada hari jumat tanggal 4 Juni 2010 pada pukul 19.00
WIB dan pada hari sabtu tanggal 5 Juni 2010 pukul 19.00 WIB
bertempat di Stage Tari Tedjakusuma Universitas Negeri
130
Yogyakarta.Sebelum acara penampilan kostum tari dimulai , pada hari
kamis 3 Juni 2010 pukul 19.00 WIB diadakan gladi resik yang diikuti
oleh semua komponen yang terkait dalam acara pagelaran tari, yaitu
mulai dari desainer, perias, koreografi, penari, pemusik pengiring
tarian serta beberapa dosen pembimbing. Gladi resik ini dilaksanakan
sebagai persiapan guna kelancaran acara pada saat pagelaran tari
berlangsung.
Dalam penampilan kostum tari ini tidak dipilih juara-juaranya
dikarenakan tema yang berbeda-beda sehingga apabila diadakan
penilaian untuk menetukan juara akan terjadi ketidak adilan.
Pelaksanaan penampilan kostum tari ini berjalan dengan baik sesuai
dengan yang dijadwalkan yaitu mulai pukul 19.00 WIB dan selesai
pada pukul 23.30 WIB.
3. Evaluasi
Setelah melalui tahapan-tahapan dalam penampilan tari ini, sangat
diperlukan adanya evaluasi untuk mengetahui kekurangan dan
hambatan apa saja yang ada , evaluasi itu meliputi:
a. Evaluasi Persiapan
1) Kurangnya koordinasi dan kerja sama antara panitia
fakultas Bahasa dan Seni dengan panitia Fakultas Teknik.
2) Kurang adanya keterbukaan antara panitia fakultas Bahasa
dan Seni dengan panitia Fakultas Teknik.
131
3) Adanya pembagian dana yang kurang adil antara panitia
fakultas Bahasa dan Seni dengan panitia Fakultas Teknik.
4) Pembuatan pamflet dan buklet yang kurang memuaskan.
b. Evaluasi Pelaksanaan
1) Tempat penampilan kostum tari agak seram , sehingga
penonton merasa kurang nyaman.
2) Kurang terkoordinirnya para desainer pada saat menunggu
untuk tampil ke panggung, dikarenakan tempatnya terlalu
gelap.
3) Kolaborasi kosum tari kurang adil, kolaborasi ini
menonjolkan mahasiswa Pensisikan Seni Tari.
4) Pada saat penampilan kostum tari berlangsung mahasiswa
tidak diperbolehkan masuk kecuali pada saat kelompoknya
tampil kepanggung, dan apabila mahasiswa Fakultas Yeknik
ingin melihat maka diharuskan untuk membeli tiket.
5) Kurang pasnya busana yang dikenakan oleh para penerima
tamu dan kurangnya komunikasi penerima tamu sehingga
mengakibatkkan banyakyang kurang memahami antara dosen
dan tamu umum.
6) Pemberian snak yang kurang tepat, pemberian snak diberikan
pada saat jeda acara atau stirahat dan itupun diambil sendiri-
sendiri oleh para penonton diluar ruangan yaitu kebagian
penerima tamu sehingga tidak terkondisinya penonton.
132
7) Penayangan slide shoe poto-poto detail-detail kostum yang
gagal ditampilkan.
c. evaluasi hasil
1) Acara kolaborasi penampila kostum tari berjalan dengan baik
sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.
2) Banyaknya penari yang kesurupan.
3) Terlaksananya penampilan kostum tari 2010 dengan tema
Gelar Kolaborasi “SENDIKAR”(Seni Pendidikan Karakkter)
diselenggarakan pada hari jumat tanggal 4 Juni 2010 pada
pukul 19.00 WIB dan pada hari sabtu tanggal 5 Juni 2010
pukul 19.00 WIB bertempat di Stage Tari Tedjakusuma
Universitas Negeri Yogyakarta.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam Pembuatan Kostum Tari Rumangkang Untuk Tokoh Pria
Dengfan Sumberide Surjan ini dimulai dari desain kostum tari, proses
pembuatan kostum tari dan pagelaran tari.
1. Mencipta Desain Kostum Tari
Dalam pembuatan kostum tari diperlukan desain kostum tari.
Sebelum membuat desain kostum tari terlebih dahulu penyusun
mengkaji tema, mrngkaji karakteristik tari, mengkaji alur tari, DAN
TERAKHIR mengkaji sumber ide. Untuk membuat kostum tari
memerlukan suatu perencanan yang baik dalam pemilihan sumber ide.
Desain emudian dituangkan dalam desain sketching dan presentation
133
drawing agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang
diinginkanHasil proyek akhir ini berupa kostum tari dengan sumber
ide surjan. Pengambilan sumber ide ini disesuaikan dengan tema yaitu
Gelar Kolaborasi “SENDIKAR” (Seni Pendidikan Karakter”. Proses
penciptaan desain pada kostum tari dengan sumber ide surjan
menggunakan bahan tenun lurik motif prajurit mantrirejo, kain batik
motif parang menang dan kain satin manohara menghasilkan desain
busana yang terdiri dari kemeja, celana, panel dan iket kepala. Pada
pengambilan sumber ide penyusun mengambil sumber ide dari surjan.
2. Proses Pembuatan Kostum Tari
Setelah melalui tahap mendesain maka langkah selanjutnya adalah
mewujudkan desain kostum tari dalam bentuk kostum tari yang siap
pakai. Pembuatan kostum tari ini membutuhkan waktu yang cukup
lama dan selama pembuatan kostum tari banyak mengalami hambatan ,
misalnya ketidak sesuaiaian kostum tari dengan tubuh model, jatuhnya
kostum tari yang tidak tepatpada tubuh model, sehingga pada saat
pengepasan harus diubah lagi.
Dalam proses pembuatan kostum dibutuhkan ketelitian. Dimulai
dari proses persiapan meliputi pengambilan ukuran pada tubuh model,
kemudian dilanjutkan dengan pembuatan pola sesuai dengan
rancangan kostum yang akan dibuat, pembuatan rancangan bahan dan
harga. Proses selanjutnya adalah proses pelaksanaan yang mmeliputi
pembuatan pola dengan ukuran yang sebenarnya, pemotongan bahan,
134
pemberian tanda jahitan, dan dilanjutkan dengan penjahitan.
pemotongan, sebelum busana benar-benar dijahit, bahan yang sudah
dipotong dijelujur terlebih dahulu. Untuk mengatasi
ketidaksempurnaan pada kostum yang akan dibuat, maka diadakan
pengepasan I dan II, pada pengepasan I kostum masih dalam proses
penjelujuran, hasil evaluasi pada pengepasan I bagian surjan kebesaran
sehingga harus dikurangi 2 cm, celana kepanjangan 2 cm kemudian
dikurangi, kerah kurang panjang sehingga ditambah 2 cm agar pas.
Setelah pengepasan I dilanjutkan penjahitan kostum sampai dengan
pemasangan hiasan atau assesoris kemudian dilanjutkan dengan
pengepasan II. Hasil evaluasi pada pengepasan II adalah warna
kancing yang kurang sesuai sehingga diganti dengan kancing warna
emas yang sesuai, hiasan belum dipasang semuanya sehingga harus
diselesaikan. Setelah kostum tari melalui pengepasan tahap II kostum
tari dinilai oleh tim penguji yaitu dosen pengampu mata kuliah proyek
akhir. Selanjutnya adalah tahap evaluasi akhir yang meliputi
penampilan secara keseluruhan kesesuaian antara desain dan kostum
tari. Kostum penari pria dalam tari rumangkang dengan sumber ide
surjan telah sesuai dengan karakter tokoh penari prioa dalam tari
rumangkang yang menggambarkan pria yang memiliki karakter
angkuh, sombong ddan tegas.
135
3. Penampilan Kostum Tari
Penampilan diatas panggung sangat berpengaruh pada jatuhnya
kostum tari yang akan diperagakan, selain itu postur tubuh pragawan
sangat berpengaruh pada keseluruhan penampilan kostum tari serta
koreografi yang digunakan juga sangat penting demi kelancaran acara.
penampilan kostum tari 2010 dengan tema Gelar Kolaborasi
“SENDIKAR”(Seni Pendidikan Karakkter) diselenggarakan pada hari
jumat tanggal 4 Juni 2010 pada pukul 19.00 WIB dan pada hari sabtu
tanggal 5 Juni 2010 pukul 19.00 WIB bertempat di Stage Tari
Tedjakusuma Universitas Negeri Yogyakarta. Oleh Program Studi
Pendidikan Teknik Busana, Program Studi Teknik Busana, Program
studi Teknik Rias dan Kecantikan dan Program Studi Tari Universitas
Negeri Yogyaka
Pada penampilan kostum tari ini , kostum tari karya penyusun
tampil pada urutan ketiga. Kostum tari ini diperagakan oleh para penari
dari program studi Pendidikan Seni Tari.
136
BAB 1V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Dalam penciptaan desain kostum tari terlebih dahulu adalah mengkaji
karakter tari, sumber ide dan prinsip desain. Dalam menyusun proyek
akhir ini , penyusun menciptakan Kostum Tari Rumangkang Untuk
Tokoh Pria Dengan Sumber Ide Surjan. Ciri khusus yang diambil dari
sumber ide ini adalah siluet dari surjan. Bahan yang digunakan adalah
satin manohara, lurik motif prajurit mantrirejo dan batik motif parang
menang. Kostum tari ini terdiri dari kemeja dengan gaya surjan, celana
panjang tiga perenpat, celemek panggul yang dilengkapi dengan
variasi wiru engkol dan iket kepala, terdapat hiasan tali sengkelit yang
dilapisi dengan gliter emas pada bagian surjan muka, hiasan border
pada celana serta terdapat hiasan gliter pada motif batik.
2. Proses pembuatan Kostum Tari Rumangkang Untuk Tokoh Pria
Dengan Sumber Ide Surjan melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah
persiapan yang terdiri dari mencipta desain kostum tari, pembuatan
desain kerja, pengambilan ukuran, pembuatan pola dan pengembangan
pola serta merancang bahan dan harga. Tahap kedua adalah
pelaksanaan yaitu meletakkan pola pada bahan utama dan vuring,
pemotongan dan pemberian tanda jahitan, penjelujuran dan
penyambungan, evaluasi proses I, penjahitan, pemberian hiasan, dan
137
evaluasi proses II. Selanjutnya tahap ketiga adalah tahap evaluasi yang
meliputi penampilan secara keseluruhanserta kesesuaian antara desain
dengan kostumtari yang dihasilkan.
3. Evaluasi dalam pembuatan Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang
Dengan Sumber Ide Surjan meliputi pembahasan tentang masalah yang
dihadapi pada proses pembuatan kostum dan evaluasi hasil secara
keseluruhan mengenai kesesuaian antara desain dan kostum tari yang
dihasilkan. Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang Dengan
Sumber Ide Surjan yang ditampilkan telah sesuai dengan karakter
tokoh penati pria tari rumangkang yang menggambarkan pria yang
memiliki karakter angkuh, kokoh, tegas dan sombong.
Penyelenggarakan pagelaran tari, melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan
yang terdiri dari pembentukan panitia, penentuan tema, penentuan tujuan
pelaksanaan, penentuan waktu dan tempat serta anggaran. Tahap pelaksanaan
yaitu penyelenggaraan pagelaran tari yang bertema “ Kolaborasi SENDIKAR
(Seni Pendidikan Karakter)”. Tahap berikutnya berupa evaluasi akhir dari
keseluruhan yang meliputi persiapan, pelaksanaan sampai dengan pagelaran
tari. Pagelaran tersebut diikuti oleh mahasiswa Fakultas Teknik Busana dan
Tata Rias yang berkolaborasi dengan mahasiswa Fakultas Seni Tari
Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Kostum Penari Pria Dalam Tari Rumangkang Dengan Sumber Ide
Surjan yang ditampilkan sesuai dengan karakter tokoh penati pria tari
rumangkang yang menggambarkan pria yang memiliki karakter
angkuh, kokoh, tegas dan sombong. Penampilan kostum pada
138
pagelaran dengan tema ¿Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni
Pendidikan Karakter) diselenggarakan pada hari Jumat dan sabtu
tanggal 4-5 Juni 2010 pukul 19.00 WIB bertempat di Stage TARI
Tedjakusuma Universitas Negeri Yogyakarta diikuti oleh 76
mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Busana dan Program
Studi Teknik Busana, 34 Program Studi Teknik Rias dan Kecantikan
dan 40 mahasiswa Program Studi Seni Tari.
B. SARAN
Dalam pembuatan Kostum Tari Rumangkang Untuk Tokoh Pria
Dengan Sumber Ide Surjan ini mengalami beberapa kesulitan. Adapun
saran supaya lebih baik adalah sebagai berikut:
1. Mencipta Desain Kostum Tari
Dalam menciptakan desain kostum tari harus mengkaji secara
mendalam tentang karakteristik disain kostum yang akan dibuat,
sumberide dan tema kolaborasi pagelaran tari tersebut. Selain itu juga
harus tetap memperhatikan unsur dan prinsip desain sehingga
kostumtari yang dihasilkan menarikdan dapat diterima masyarakat.
2. Proses Pembuatan Kostum Tari
Dalam pembuatan busana harus teliti dan cermat pada saat
pengambilan ukuran sehingga tidak ada yang tertinggal dalam
pengukuran serta kekeliruan karena ukuran sangat berpengaruh pada
hasil busana
139
Dalam pembuatan draperi sangat sulit, maka cara yang mudah
adalah denga didraping pada dressfoam, yaitu kain bagian depan dan
belakang ditarik keatas seperti bentuk lipatan-lipatan sehingga
membentuk draperi. Sebelu draperi dilepas dari dressfoam maka
sebaiknya dijelujur dahulu agar bentuk draperinya tetap bagus.
3. Menampilkan Kostum Tari
Dalam menyelenggarakan kolaborasi penampilan kostum tari
diperlukan perencanaan anggaran dana secara rinci agar tidak terjadi
pembengkakan dana. Pengorganisasian yang baik antara panitia supaya
panitia mempunyai rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas,
mempunyai disiplin tinggi, dapat bekerjasama, serta persiapan yang
matang dengan merumuskan semua kegiatan yang akan dilaksanakan.
140
DAFTAR PUSTAKA
Adimodel. 2009. Lighting For Fashion. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Arifah. A. Riyanto. 2003. Desain Busana. Bandung : Yapemdo
. 2003. Teori Busana. Bandung : Yapemdo
Chodiyah dan Wisri A. Mamdy. 1982. Desain Busana Untuk SMKK/SMTK. Jakarta: Depdikbud
Djati Pratiwi, dkk. 2003. Pola Dasar Dan Pecah Pola Busana. Yogyakarta:
Kanisius
Enny Zuhni Khayati. 1998. Tekknik Pembuatan Busana III. Yogyakarta FPTK IKIP Yogyakarta
Goet Poespo. 2003. Aneka Rok. Yogyakarta : Kanisius
Muhammad Hamzah Wancik. 1997. Bina Busana Pelajaran Menjahit Pakaian Pria. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum
Nanie Asri Yuliati. 1993. Teknologi Busana. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Petrussumadi, Atisah Sipahelut. 1991. Dasar-Dasar Desain. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
. . 2005. Panduan Teknik Menjahit. Yogyakarta : Kanisius
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barri. 1994. Surabaya : Asoka
Porrie Muliawan. 1982. Konstruksi Pola Busana Wanita. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia
Prapti Karomah. 1990. Tata Busana Dasar. Yogyakarta :IKIP Yogyakarta
Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri. 1998. Pengetahuan Busana. Yogyakarta
Riyanto, BA.,DKK. 1997. Katalog Bank Indonesia. Yogyakarta
Sicilia Sawitri dkk. 1997. Tailoring Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Siti Umihanik. 2001. Busana Daerah. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta
141
. 2000. Ilustrasi Mode. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta
Soedarsono. 1978. Diklat Pengantar Pengetahuan dan Kompetisi Tari. Yogyakarta : Akademi Seni Tari Yogyakarta
. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta : Balai Pustaka
Soekarno. 2002. Membuat Pelajaran Menjahit Pakaian Pria. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum
Sri Ardiati Kamil. 1996. Fashion Design. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional
Sri Widarwati dkk. 1996. Desain Busana I. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
. 1996. Desain Busana II. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Wdjiningsih, Sri Wisdiati, Eny Zuhni Khayati. 1994. Konstruksi Pola Busana . Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Widjiningsih. 1982. Desain Hiasan Dan Lenan Rumah Tangga. Yogyakarta :
IKIP Yogyakarta http://wwww.houseflawe.com/en/explore/history-of-lurik.html
Diakses pada tanggal 5 April September 2010 pukul 20.19
http://mazgun.files.wordpress.com/2009/10/lingkaran-warna.jpg&imgrefurl
Diakses pada tanggal 5 April September 2010 pukul 20.19
http://mazgun.wordpress.com/2009/10/12/unsur-rupa-dan-komposisi
Diakses pada tanggal 5 April September 2010 pukul 20.21
http://ptsadinoesala.indonetwork.co.id/177726/surjan.htm
Diakses pada tanggal 5 April September 2010 pukul 20.30
www://tjokosuharto.com/catalog/adat_busana
Diakses pada tanggal 20 Juni 2010 pukul 15.10
142
http://dance4soul.org/?pg=articles&article=6706
Diakses pada tanggal 20 Juni 2010 Pukul 15.14
Htp://id.wikipwdia.org/wiki/kostum
Diakses pada tanggal 20 Juni 2010 pukul 15.30
143
LAMPIRAN