korel

2
PERUM LKBN ANTARA EDISI SEPTEMBER 2012 AGENDA SETTING GOAL SETOP TAWURAN Beberapa pelajar melintas di dekat spanduk bertuliskan imbauan setop tawuran dan kekerasan pelajar di Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (25/9). Imbauan tersebut diharapkan dapat meredam dan mengurangi ngkat tawuran pelajar yang kerap terjadi. (FOTO ANTARA/Lucky R.) ARAH PEMBERITAAN Perlu deteksi dini kemungkinan meletusnya tawuran atau ke- beringasan pelajar sekolah. JK: Bullying Bisa Jadi Bibit Tawuran TERSANGKA TAWURAN TERTANGKAP: Siswa SMA Negeri 70 Jakarta FR alias Doyok dengan pengawalan ketat petugas kepolisian me- masuki Mapolres Metro Jakarta Selatan, Kamis (27/9). FR menjadi tersangka pembunuhan dalam insiden tawuran antara SMA Negeri 70 Jakarta dan SMA Negeri 6 Jakarta yang mengakibatkan siswa SMA Negeri 6 Jakarta Alawy Y. Putra. (FOTO ANTARA/ Dhoni Setiawan) Semarang, 28/9 (ANTARA) - Psikolog Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Ferdi- nand Hindiarto menilai maraknya tawuran pelajar akibat pendidi- kan di sekolah yang tak menana- mkan empa pada siswa. "Kurikulum pendidikan seka- rang ini hampir dak memberi porsi penanaman empa, rasa, dan pengolahan ha di kalangan siswa. Semua cenderung me- menngkan aspek akademik," ka- tanya, di Semarang, Jumat. Menurut dia, penanaman em- pa kepada kalangan siswa sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa saling menghorma, saling memahami, dan saling menyay- angi, tetapi sayangnya porsinya dalam kurikulum minim. Kalaupun ada penanaman em- pa, kata dia, cenderung diberi- kan sebatas pengetahuan yang tentu dak akan efekf, sebab empa berkaitan dengan rasa yang harus ditanamkan, bukan hanya sekadar diajarkan. Ia mengungkapkan cara men- umbuhkan empa di kalangan siswa banyak sekali, misalnya program 'live in' yang meng- haruskan siswa nggal sementara Psikolog: Tawuran akibat Sekolah Tak Tanamkan Empati Polres Jaksel Periksa Rekan FR Pekan Depan Jakarta, 28/9 (ANTARA) - Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombespol Rikwanto mengata- kan pihaknya akan segera me- manggil rekan FR (19), tersang- ka pembacokan siswa SMAN 6 Alawy Yusianto Putra (15), yang diduga terlibat tawuran di ka- wasan Bulungan, Jakarta, Senin (24/9) lalu. "Polres Jakarta Selatan telah memanggil rekan FR yang ber- jumlah 16 orang. Pada Senin pekan depan akan diperiksa, nan akan dilihat apakah rekan- rekan FR itu ada yang ikut me- mukul, menendang, atau ikut membawa senjata tajam," ujar Rikwanto dalam konferensi per- snya di Polres Jaksel, Jumat. Sebelumnya, Nazarudin Lubis, Kuasa hukum FR mengatakan senjata tajam yang digunakan kliennya untuk membunuh dak dibawa dari rumah, mel- ainkan ditemukan di lokasi kejadian. Sehingga Nazarudin melihat kecil kemungkinan kli- ennya dikenakan unsur pidana pasal 338. Menanggapi pernyataan Naz- arudin, Kombespol Rikwanto mengatakan dari keterangan 16 rekan FR nannya dapat dipas- kan apakah FR membawa sen- jata tajam itu dari rumah atau dak. Sementara itu Rikwanto mengatakan FR yang saat ini berusia 19 tahun, akan dikena- kan ndak pidana umum yang berlaku bagi orang dewasa. Dalam konferensi pers terse- but, Polres Jakarta Selatan men- unjukkan sosok FR kepada me- dia, beserta barang buk antara lain berupa senjata tajam jenis arit, beberapa batu, celana se- kolah, serta handuk. Pada kes- empatan itu wajah FR ditutupi dengan menggunakan penutup wajah berwarna hitam. Penangkapan FR sendiri dilakukan Polres Jaksel Kamis (27/9) pagi di Yogyakarta. Pada hari yang sama FR langsung dibawa ke Polres Jakarta Selatan untuk diperiksa. FR ditangkap karena terlibat dalam aksi keributan antara pelajar SMA Negeri 70 dan SMA Negeri 6 Jakarta di kawasan Bu- lungan, Jakarta Selatan, seusai jam pulang sekolah, pada Senin (24/9). Siswa kelas X SMA Negeri 6 Alawy meninggal dunia setelah mengalami luka akibat terkena senjata tajam celurit di bagian dada oleh FR. ***1*** Jakarta, 28/9 (ANTARA) - Tena- ga Ahli Menteri Sosial bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Kehumasan Sapto Waluyo men- gatakan harus ada kolaborasi berbagai pihak guna mencegah konflik sosial seper tawuran pelajar yang banyak terjadi akhir- akhir ini. "Pencegahan tawuran atau konflik memang tak bisa dilaksan- akan sendirian oleh Kemendikbud atau Pemda," katanya dalam dis- kusi terbatas, di Kantor Kemensos di Salemba, Jakarta, Jumat. Oleh karena itu, kata dia, perlu koordinasi dengan Kemenkoinfo dan pihak kepolisian agar dapat mengakses berbagai serapan in- formasi guna mengansipasi ke- mungkinan terjadinya bencana sosial semacam itu. Sapto Waluyo menyatakan sangat prihan dengan gejala tawuran yang meminta korban. "Sebenarnya, sebagai wujud bencana sosial, tawuran atau konflik massal itu bisa dicegah. Berbeda dengan bencana alam yang sulit diprediksi dan terjadi mendadak," kata alumni Hubungan Interna- sional Fisip Universitas Airlangga (Unair), yang menamatkan S-2 dengan kajian terorisme di S Ra- jaratnam School of Internaonal Studies (RSIS) Kampus Nanyang Technological University (NTU) Singapura itu. "Sebagaimana sering dinya- takan Mensos Salim Segaf, kita perlu kembangkan 'early warning system' untuk bencana/konflik sosial," tambahnya. Sistem deteksi dini itu, kata dia, mengandalkan tenaga in- forman terlah di berbagai komu- nitas dan didukung monitoring media terfokus. "Komunitas yang rawan karena mengalami frustasi, alienasi atau marjinalisasi, bisa dicek, apakah mereka akan melakukan ndakan agresif? Data itu lalu dicek-silang dengan percakapan yang berkembang di berbagai media, jika mengarah kemungkinan tawuran/konflik, segera dicegah," katanya. Perangkat "Awesometrics" Dalam diskusi terbatas itu juga dipaparkan perangkat lunak "Awesometrics" untuk memoni- tor berita dan percakapan di me- dia. "'Tools' ini dapat membaca dan mendengarkan percakapan, misalnya, tentang tawuran," kata Co-Founder Awesometrics Widanardi Satryatomo. Ia mengungkapkan bahwa di kalangan muda, tawuran punya islah khusus yakni "tubir". Pada periode 21--27 Sep- tember 2012, pihaknya memoni- tor media "online" sebanyak 271 media berbahasa Indonesia, Twit- ter lebih kurang 6 juta akun dan Facebook sekitar 40 juta akun. "Ternyata ada 95.000 'men- ons' tentang tawuran/tubir, 93 persen di antaranya berasal dari Twier," katanya. Tomi, panggilan karib Widan- ardi Satryatomo, yang pernah menjadi jurnalis di SCTV dan Trans TV juga mengemukakan bahwa perangkat "Awesometrics" dikembangkan dari teknologi NLP (Natural Language Processing) yang ditemukan mahasiswa Indo- nesia di Belanda, Ismail Fahmi. "Dari data tersebut, kita bisa lacak media apa yang paling akf meliput tawuran dan ke mana tendensinya," katanya. Menurut dia, bisa diketa- hui pula, siapa saja yang terlibat dalam percakapan dan bagaima- na sikapnya terhadap tawuran, yakni apakah mendukung/glorify- ing atau menolak/rejecng. "Kita juga dapat mengecek siapa yang paling berpengaruh dalam percakapan (influencers) dan idiom apa yang digunakan," katanya. ***3*** KPAI SIKAPI TAWURAN PELA- JAR: Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Badryah Fayumi menunjukkan catatan tawuran pelajar yang terjadi di Ja- bodetabek di kantor KPAI Jakar- ta, Kamis (27/9). KPAI mendesak pemerintah dan pihak sekolah serta masyarakat untuk segera mewujudkan Sekolah Ramah Anak untuk menanggulangi teru- langnya kasus kekerasan pelajar hingga memakan korban jiwa. (FOTO ANTARA/ M. Luthfi Rahman) ANTISIPASI TAWURAN: Sejumlah siswa membersihkan lingkungan sekolah mereka di SMPN 13 Tegal, Jateng, Jumat (28/9). Untuk men- gantisipasi terjadinya tawuran, narkoba dan miras yang dilakukan para siswa, pihak sekolah mengesi waktu kosong di sekolah dengan kegiatan positif. dan membaur dengan kalangan masyarakat kurang beruntung. “Bisa pula dengan mengajak melihat kehidupan anak jalanan, pengamen, atau menjenguk te- mannya yang sakit. Di situlah empa akan muncul, merasakan penderitaan orang lain, sulitnya mencari uang,” katanya. Tidak adanya empa di kalangan siswa yang sedemikian parah, kata dia, ditunjukkan den- gan pengakuan salah satu pelaku tawuran yang mengaku puas setelah membunuh, saat ditanya Menteri Pendidikan dan Kebu- dayaan. “Ini sangat parah, sudah dak ada lagi perasaan. Penyelesa- ian secara hukum perlu, tetapi kan sifatnya jangka pendek, un- tuk penyelesaian jangka panjang ya kurikulum pendidikan harus dibenahi,” katanya. Ferdinand mengakui anak-anak sekarang ini memikul beban yang berat karena pembelajaran se- kolah yang terus menggelontor materi-materi akademis, di sisi lain mereka juga sedang mencari bentuk konsep diri. Padahal, kata dia, pencar- ian bentuk konsep diri bagi anak usia remaja bukanlah hal yang gampang, namun memerlukan banyak bimbingan dan panduan, baik dari orang tua, keluarga, dan guru-guru di sekolah. “Mereka (remaja, red.) butuh berekspresi dan beraktualisasi dalam pencarian konsep diri. Na- mun, banyak sekolah dak me- nyediakan ruang untuk itu. Akh- irnya, mereka menyalurkannya lewat tawuran,” katanya. Pada saat yang sama, kata dia, masyarakat dan lingkungan juga dak mendukung dalam pencarian konsep diri, seper aksi kekerasan di masyarakat yang dis- uguhkan sebagai pemandangan sehari-hari bagi kalangan remaja. “Demonstrasi ricuh, ‘sweep- ing’ berujung bentrok. Ini kan pemandangan sehari-hari yang disuguhkan, akhirnya mereka (remaja, red.) menganggap kekerasan seolah-olah boleh. Kekerasan jadi solusi,” katanya. ***3*** (FOTO ANTARA/Oky Lukmansyah) Batam, 29/9 (ANTARA) - Ket- ua Komite III Dewan Pimpinan Daerah RI Hardy Selamat Hood mengatakan bahwa tawuran yang terjadi antarsekolah di Ja- karta dan kota lain diakibatkan salah kurikulum. "Kurikulum kita bermasalah karena guru lebih banyak menga- jar kognif," kata Hardy di Batam, Sabtu. Ia mengatakan bahwa guru hanya sekadar mengajar, dak lagi mendidik. Padahal untuk memberikan pemahaman yang mendalam butuh pendidik. Selain itu, kata dia, kuriku- lum hanya mengejar intelligence quotaons, seharusnya untuk memenuhi kebutuhan masa kini, pendidikan lebih tajam pada emoonal quotaons. Kurikulum menikberatkan pada mata pelajaran eksak dan pengetahuan, sedangkan nilai- nilai moral dan agama terpinggir- kan. "Kami mendesak Pemerintah mengubah kurikulum, pendidikan moral menjadi satu syarat wajib kelulusan," kata dia. Sistem Ujian Nasional juga meningkatkan ngkat stres pada remaja hingga memicu emosional nggi. Sementara itu, hasil invesgasi Komisi III DPD RI tentang tawuran antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta, menunjuk- kan sekolah bisa disalahkan. "Mengenai tawuran SMA 6 dan 70, kami melihat upaya yang dilakukan guru maksimal," kata dia. Jam belajar siswa dibuat san- gat padat mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Pengawasan sekolah men- genai barang-barang siswa juga baik, kata dia. Bahkan, lanjut dia, dak ada yang membawa barang- barang berbahaya. Menurut dia, tawuran antar- SMA elite Jakarta itu lebih dipen- garuhi eksternal sekolah. "Saat tawuran ada orang yang suplai alat- alat, apa saja dise- diakan," katanya. Selain itu, banyaknya warung di sekitar sekolah juga dicurigai menjadi tempat menip barang- barang berbahaya. "Kami minta aparat menyelidiki warung. Harus dirazia atau dipindahkan," kata dia. Sementara mengenai tawuran di Batam, mantan Ketua Dewan Pendidikan Kota Batam itu men- gatakan bahwa pihaknya belum melihat ada bahaya kekerasan antarpelajar. "Batam dak sam- pai karena jarak antarsekolah relaf jauh," kata dia. ***3*** DPD: Tawuran Antarsekolah akibat Salah Kurikulum Sleman, 29/9 (ANTARA) - Seki- tar 500 pelajar SMP dan SMA di lereng Gunung Merapi Kabupaten Sleman, Daerah Ismewa Yogyakar- ta, menggelar aksi keprihanan atas maraknya tawuran pelajar belakan- gan ini hingga mengakibatkan korban meninggal dunia. Dalam aksi yang berlangsung di halaman Balai Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Sabtu, mereka melakukan deklarasi serta menanda- tangani spanduk sepanjang 10 meter sebagai bentuk penolakan kekerasan dan tawuran antarpelajar. Kepala Sekolah SMA Negeri Pa- kem Agus Santosa mengatakan, kegia- tan ini sengaja digelar karena merasa prihan dengan maraknya tawuran pelajar yang sering terjadi hingga mengakibatkan meninggalnya pelajar. "Tawuran antarpelajar telah men- coreng dan merusak prestasi di dunia pendidikan," katanya. Aksi ini diawali dengan pem- bekalan yang dilakukan kepala se- kolah serta pihak kepolisian, kemu- dian dilanjutkan dengan doa bersama untuk mendoakan siswa yang telah meninggal menjadi korban dalam aksi tawuran yang terjadi di Jakarta be- berapa waktu lalu. Seusai doa bersama dan sebagai bentuk penolakan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan tawuran, para siswa ini kemudian menandatangani kesepakatan damai di atas spanduk sepanjang 10 meter. Dalam pesan- nya mereka juga mengajak para siswa siswa di seluruh Indonesia agar mem- erangi aksi kekerasan dan tawuran yang dinilai hanya akan merusak dan merugikan diri sendiri. Agus Santoso mengatakan, di- harapkan dengan adanya deklarasi an kekerasan dan tawuran ini dapat mengugah semangat para siswa un- tuk kembali belajar. Sementara itu, beberapa kepala sekolah di Kabupaten Sleman juga akan melakukan ndakan tegas bagi siswa yang terlibat tawuran dan aksi kekerasan, pihak sekolah ber- janji akan mengeluarkan dari sekolah siswa yang terlibat tawuran. "Kondisi pelajar saat ini sudah parah sehingga harus diambil langkah tegas, para kepala sekolah juga sepa- kat akan menyerahkan kepada pihak yang berwenang dalam hal ini polisi apabila ada pelajar yang melakukan aksi kekerasan dan tawuran," kata Agus Santosa.***3*** 500 Pelajar Gelar Aksi Keprihatinan Tawuran Jakarta, 28/9 (ANTARA) - Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Ju- suf Kalla (JK) berpendapat bahwa bullying di lingkungan sekolah dapat menjadi bibit tawuran antarpelajar. “Kekerasan tumbuh dari bibit bullying yang awalnya hanya meng- ganggu teman sekolah, lalu merambat ke luar sekolah,” kata Jusuf Kalla di Jakarta, Jumat. Menanggapi maraknya tawuran antarpelajar yang terjadi di ka- wasan Jakarta akhir-akhir ini, JK mengatakan sekolah harus menerap- kan sistem yang baik. “Sistem yang baik itu dak hanya mengatur murid saat di dalam sekolah, tapi juga mencakup mereka saat di luar sekolah,” kata JK. Keka murid melakukan pelanggaran, menurut JK, para guru juga berhak menerapkan hukuman untuk mendisiplinkannya. “Mengembalikan disiplin murid, jangan selalu diarkan dengan kekerasan,” kata JK. Oleh karena itu, JK menambahkan sistem sekolah yang baik ditam- bah kegiatan ekstrakurikuler yang posif akan mampu memakan bibit-bibit kekerasan di lingkungan internal, seper bullying dan secara otomas menghenkan siklus kekerasan di antara siswa. “Jika masih ada pelanggaran, saatnya disiplin ditegakkan,” kata JK. Dalam minggu ini, tawuran antarpelajar di Jakarta yang be- rakibat fatal dilakukan oleh siswa SMA 6 dan SMA 70 dengan satu korban meninggal dunia, yakni Alawy Yusianto Putra (siswa kelas X SMA 6) pada Senin (24/9). Satu hari setelahnya, Selasa (25/9) terjadi lagi tawuran antara pelajar SMK Yayasan Karya 66 (Yake) dan SMK Kartika Zeni Jakarta yang menewaskan satu orang, yakni Deni Januar (siswa kelas XI SMK Yake). ***3*** Kemensos: Harus Ada Kolaborasi Cegah Tawuran

Upload: kliwon-kamhari

Post on 09-Mar-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

setop tawuran

TRANSCRIPT

Page 1: korel

PERUM LKBN ANTARA EDISI SEPTEMBER 2012

AGENDAS E T T I N G

GOAL

SETOP TAWURANBeberapa pelajar melintas di dekat spanduk bertuliskan imbauan setop tawuran dan kekerasan pelajar di Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (25/9). Imbauan tersebut diharapkan dapat meredam dan mengurangi tingkat tawuran pelajar yang kerap terjadi. (FOTO ANTARA/Lucky R.)

ARAH PEMBERITAANPerlu deteksi dini kemungkinan meletusnya tawuran atau ke-beringasan pelajar sekolah.

JK: Bullying Bisa Jadi Bibit Tawuran

TERSANGKA TAWURAN TERTANGKAP: Siswa SMA Negeri 70 Jakarta FR alias Doyok dengan pengawalan ketat petugas kepolisian me-masuki Mapolres Metro Jakarta Selatan, Kamis (27/9). FR menjadi tersangka pembunuhan dalam insiden tawuran antara SMA Negeri 70 Jakarta dan SMA Negeri 6 Jakarta yang mengakibatkan siswa SMA Negeri 6 Jakarta Alawy Y. Putra. (FOTO ANTARA/ Dhoni Setiawan)

Semarang, 28/9 (ANTARA) - Psikolog Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Ferdi-nand Hindiarto menilai maraknya tawuran pelajar akibat pendidi-kan di sekolah yang tak menana-mkan empati pada siswa. "Kurikulum pendidikan seka-rang ini hampir tidak memberi porsi penanaman empati, rasa, dan pengolahan hati di kalangan siswa. Semua cenderung me-mentingkan aspek akademik," ka-tanya, di Semarang, Jumat. Menurut dia, penanaman em-pati kepada kalangan siswa sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa saling menghormati, saling memahami, dan saling menyay-angi, tetapi sayangnya porsinya dalam kurikulum minim. Kalaupun ada penanaman em-pati, kata dia, cenderung diberi-kan sebatas pengetahuan yang tentu tidak akan efektif, sebab empati berkaitan dengan rasa yang harus ditanamkan, bukan hanya sekadar diajarkan. Ia mengungkapkan cara men-umbuhkan empati di kalangan siswa banyak sekali, misalnya program 'live in' yang meng-haruskan siswa tinggal sementara

Psikolog: Tawuran akibat Sekolah Tak Tanamkan Empati

Polres Jaksel Periksa Rekan FR Pekan Depan Jakarta, 28/9 (ANTARA) - Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombespol Rikwanto mengata-kan pihaknya akan segera me-manggil rekan FR (19), tersang-ka pembacokan siswa SMAN 6 Alawy Yusianto Putra (15), yang diduga terlibat tawuran di ka-wasan Bulungan, Jakarta, Senin (24/9) lalu. "Polres Jakarta Selatan telah memanggil rekan FR yang ber-jumlah 16 orang. Pada Senin pekan depan akan diperiksa, nanti akan dilihat apakah rekan-rekan FR itu ada yang ikut me-mukul, menendang, atau ikut membawa senjata tajam," ujar Rikwanto dalam konferensi per-snya di Polres Jaksel, Jumat. Sebelumnya, Nazarudin Lubis, Kuasa hukum FR mengatakan senjata tajam yang digunakan kliennya untuk membunuh tidak dibawa dari rumah, mel-ainkan ditemukan di lokasi kejadian. Sehingga Nazarudin melihat kecil kemungkinan kli-ennya dikenakan unsur pidana pasal 338. Menanggapi pernyataan Naz-arudin, Kombespol Rikwanto mengatakan dari keterangan 16 rekan FR nantinya dapat dipas-tikan apakah FR membawa sen-jata tajam itu dari rumah atau tidak. Sementara itu Rikwanto mengatakan FR yang saat ini berusia 19 tahun, akan dikena-kan tindak pidana umum yang berlaku bagi orang dewasa. Dalam konferensi pers terse-but, Polres Jakarta Selatan men-unjukkan sosok FR kepada me-dia, beserta barang bukti antara lain berupa senjata tajam jenis arit, beberapa batu, celana se-kolah, serta handuk. Pada kes-empatan itu wajah FR ditutupi dengan menggunakan penutup wajah berwarna hitam. Penangkapan FR sendiri dilakukan Polres Jaksel Kamis (27/9) pagi di Yogyakarta. Pada hari yang sama FR langsung dibawa ke Polres Jakarta Selatan untuk diperiksa. FR ditangkap karena terlibat dalam aksi keributan antara pelajar SMA Negeri 70 dan SMA Negeri 6 Jakarta di kawasan Bu-lungan, Jakarta Selatan, seusai jam pulang sekolah, pada Senin (24/9). Siswa kelas X SMA Negeri 6 Alawy meninggal dunia setelah mengalami luka akibat terkena senjata tajam celurit di bagian dada oleh FR. ***1***

Jakarta, 28/9 (ANTARA) - Tena-ga Ahli Menteri Sosial bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Kehumasan Sapto Waluyo men-gatakan harus ada kolaborasi berbagai pihak guna mencegah konflik sosial seperti tawuran pelajar yang banyak terjadi akhir-akhir ini.

"Pencegahan tawuran atau konflik memang tak bisa dilaksan-akan sendirian oleh Kemendikbud atau Pemda," katanya dalam dis-kusi terbatas, di Kantor Kemensos di Salemba, Jakarta, Jumat. Oleh karena itu, kata dia, perlu koordinasi dengan Kemenkoinfo dan pihak kepolisian agar dapat mengakses berbagai serapan in-formasi guna mengantisipasi ke-mungkinan terjadinya bencana sosial semacam itu. Sapto Waluyo menyatakan sangat prihatin dengan gejala tawuran yang meminta korban. "Sebenarnya, sebagai wujud bencana sosial, tawuran atau konflik massal itu bisa dicegah. Berbeda dengan bencana alam yang sulit diprediksi dan terjadi mendadak,"kata alumni Hubungan Interna-sional Fisip Universitas Airlangga (Unair), yang menamatkan S-2 dengan kajian terorisme di S Ra-jaratnam School of International Studies (RSIS) Kampus Nanyang Technological University (NTU) Singapura itu. "Sebagaimana sering dinya-takan Mensos Salim Segaf, kita perlu kembangkan 'early warning

system' untuk bencana/konflik sosial," tambahnya. Sistem deteksi dini itu, kata dia, mengandalkan tenaga in-forman terlatih di berbagai komu-nitas dan didukung monitoring media terfokus. "Komunitas yang rawan karena mengalami frustasi, alienasi atau marjinalisasi, bisa dicek, apakah mereka akanmelakukan tindakan agresif? Data itu lalu dicek-silang dengan percakapan yang berkembang di berbagai media, jika mengarah kemungkinan tawuran/konflik, segera dicegah," katanya. Perangkat "Awesometrics" Dalam diskusi terbatas itu juga dipaparkan perangkat lunak "Awesometrics" untuk memoni-tor berita dan percakapan di me-dia. "'Tools' ini dapat membaca dan mendengarkan percakapan, misalnya, tentang tawuran," kata Co-Founder Awesometrics Widanardi Satryatomo. Ia mengungkapkan bahwa di kalangan muda, tawuran punya istilah khusus yakni "tubir". Pada periode 21--27 Sep-

tember 2012, pihaknya memoni-tor media "online" sebanyak 271 media berbahasa Indonesia, Twit-ter lebih kurang 6 juta akun dan Facebook sekitar 40 juta akun. "Ternyata ada 95.000 'men-tions' tentang tawuran/tubir, 93 persen di antaranya berasal dari Twitter," katanya. Tomi, panggilan karib Widan-ardi Satryatomo, yang pernah menjadi jurnalis di SCTV dan Trans TV juga mengemukakan bahwa perangkat "Awesometrics" dikembangkan dari teknologi NLP (Natural Language Processing) yang ditemukan mahasiswa Indo-nesia di Belanda, Ismail Fahmi. "Dari data tersebut, kita bisa lacak media apa yang paling aktif meliput tawuran dan ke mana tendensinya," katanya. Menurut dia, bisa diketa-hui pula, siapa saja yang terlibat dalam percakapan dan bagaima-na sikapnya terhadap tawuran, yakni apakah mendukung/glorify-ing atau menolak/rejecting. "Kita juga dapat mengecek siapa yang paling berpengaruh dalam percakapan (influencers) dan idiom apa yang digunakan," katanya. ***3***

KPAI SIKAPI TAWURAN PELA-JAR: Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Badryah Fayumi menunjukkan catatan tawuran pelajar yang terjadi di Ja-bodetabek di kantor KPAI Jakar-ta, Kamis (27/9). KPAI mendesak pemerintah dan pihak sekolah serta masyarakat untuk segera mewujudkan Sekolah Ramah Anak untuk menanggulangi teru-langnya kasus kekerasan pelajar hingga memakan korban jiwa. (FOTO ANTARA/ M. Luthfi Rahman)

ANTISIPASI TAWURAN: Sejumlah siswa membersihkan lingkungan sekolah mereka di SMPN 13 Tegal, Jateng, Jumat (28/9). Untuk men-gantisipasi terjadinya tawuran, narkoba dan miras yang dilakukan para siswa, pihak sekolah mengesi waktu kosong di sekolah dengan kegiatan positif.

dan membaur dengan kalangan masyarakat kurang beruntung. “Bisa pula dengan mengajak melihat kehidupan anak jalanan, pengamen, atau menjenguk te-mannya yang sakit. Di situlah empati akan muncul, merasakan penderitaan orang lain, sulitnya mencari uang,” katanya. Tidak adanya empati di kalangan siswa yang sedemikian parah, kata dia, ditunjukkan den-gan pengakuan salah satu pelaku tawuran yang mengaku puas setelah membunuh, saat ditanya Menteri Pendidikan dan Kebu-dayaan. “Ini sangat parah, sudah tidak ada lagi perasaan. Penyelesa-ian secara hukum perlu, tetapi kan sifatnya jangka pendek, un-tuk penyelesaian jangka panjang ya kurikulum pendidikan harus dibenahi,” katanya. Ferdinand mengakui anak-anak sekarang ini memikul beban yang berat karena pembelajaran se-kolah yang terus menggelontor materi-materi akademis, di sisi

lain mereka juga sedang mencari bentuk konsep diri. Padahal, kata dia, pencar-ian bentuk konsep diri bagi anak usia remaja bukanlah hal yang gampang, namun memerlukan banyak bimbingan dan panduan, baik dari orang tua, keluarga, dan guru-guru di sekolah. “Mereka (remaja, red.) butuh berekspresi dan beraktualisasi dalam pencarian konsep diri. Na-mun, banyak sekolah tidak me-nyediakan ruang untuk itu. Akh-irnya, mereka menyalurkannya lewat tawuran,” katanya. Pada saat yang sama, kata dia, masyarakat dan lingkungan juga tidak mendukung dalam pencarian konsep diri, seperti aksi kekerasan di masyarakat yang dis-uguhkan sebagai pemandangan sehari-hari bagi kalangan remaja. “Demonstrasi ricuh, ‘sweep-ing’ berujung bentrok. Ini kan pemandangan sehari-hari yang disuguhkan, akhirnya mereka (remaja, red.) menganggap kekerasan seolah-olah boleh. Kekerasan jadi solusi,” katanya. ***3***

(FOTO ANTARA/Oky Lukmansyah)

Batam, 29/9 (ANTARA) - Ket-ua Komite III Dewan Pimpinan Daerah RI Hardy Selamat Hood mengatakan bahwa tawuran yang terjadi antarsekolah di Ja-karta dan kota lain diakibatkan salah kurikulum. "Kurikulum kita bermasalah karena guru lebih banyak menga-jar kognitif," kata Hardy di Batam, Sabtu. Ia mengatakan bahwa guru hanya sekadar mengajar, tidak lagi mendidik. Padahal untuk

memberikan pemahaman yang mendalam butuh pendidik. Selain itu, kata dia, kuriku-lum hanya mengejar intelligence quotations, seharusnya untuk memenuhi kebutuhan masa kini, pendidikan lebih tajam pada emotional quotations. Kurikulum menitikberatkan pada mata pelajaran eksak dan pengetahuan, sedangkan nilai-nilai moral dan agama terpinggir-kan. "Kami mendesak Pemerintah mengubah kurikulum, pendidikan

moral menjadi satu syarat wajib kelulusan," kata dia. Sistem Ujian Nasional juga meningkatkan tingkat stres pada remaja hingga memicu emosional tinggi. Sementara itu, hasil investigasi Komisi III DPD RI tentang tawuran antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta, menunjuk-kan sekolah bisa disalahkan. "Mengenai tawuran SMA 6 dan 70, kami melihat upaya yang dilakukan guru maksimal," kata dia. Jam belajar siswa dibuat san-gat padat mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Pengawasan sekolah men-genai barang-barang siswa juga baik, kata dia. Bahkan, lanjut dia, tidak ada yang membawa barang-

barang berbahaya. Menurut dia, tawuran antar-SMA elite Jakarta itu lebih dipen-garuhi eksternal sekolah. "Saat

tawuran ada orang yang suplai alat-alat, apa saja dise-diakan," katanya. Selain itu, banyaknya warung

di sekitar sekolah juga dicurigai menjadi tempat menitip barang-barang berbahaya. "Kami minta aparat menyelidiki warung. Harus dirazia atau dipindahkan," kata dia. Sementara mengenai tawuran di Batam, mantan Ketua Dewan Pendidikan Kota Batam itu men-gatakan bahwa pihaknya belum melihat ada bahaya kekerasan antarpelajar. "Batam tidak sam-pai karena jarak antarsekolah relatif jauh," kata dia. ***3***

DPD: Tawuran Antarsekolah akibat Salah Kurikulum

Sleman, 29/9 (ANTARA) - Seki-tar 500 pelajar SMP dan SMA di lereng Gunung Merapi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakar-ta, menggelar aksi keprihatinan atas maraknya tawuran pelajar belakan-gan ini hingga mengakibatkan korban meninggal dunia. Dalam aksi yang berlangsung di halaman Balai Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Sabtu, mereka melakukan deklarasi serta menanda-tangani spanduk sepanjang 10 meter sebagai bentuk penolakan kekerasan dan tawuran antarpelajar. Kepala Sekolah SMA Negeri Pa-kem Agus Santosa mengatakan, kegia-tan ini sengaja digelar karena merasa prihatin dengan maraknya tawuran pelajar yang sering terjadi hingga mengakibatkan meninggalnya pelajar. "Tawuran antarpelajar telah men-coreng dan merusak prestasi di dunia pendidikan," katanya. Aksi ini diawali dengan pem-

bekalan yang dilakukan kepala se-kolah serta pihak kepolisian, kemu-dian dilanjutkan dengan doa bersama untuk mendoakan siswa yang telah meninggal menjadi korban dalam aksi tawuran yang terjadi di Jakarta be-berapa waktu lalu. Seusai doa bersama dan sebagai bentuk penolakan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan tawuran, para siswa ini kemudian menandatangani kesepakatan damai di atas spanduk sepanjang 10 meter. Dalam pesan-nya mereka juga mengajak para siswa siswa di seluruh Indonesia agar mem-erangi aksi kekerasan dan tawuran yang dinilai hanya akan merusak dan merugikan diri sendiri. Agus Santoso mengatakan, di-harapkan dengan adanya deklarasi anti kekerasan dan tawuran ini dapat mengugah semangat para siswa un-tuk kembali belajar. Sementara itu, beberapa kepala sekolah di Kabupaten Sleman juga

akan melakukan tindakan tegas bagi siswa yang terlibat tawuran dan aksi kekerasan, pihak sekolah ber-janji akan mengeluarkan dari sekolah siswa yang terlibat tawuran. "Kondisi pelajar saat ini sudah parah sehingga harus diambil langkah tegas, para kepala sekolah juga sepa-kat akan menyerahkan kepada pihak yang berwenang dalam hal ini polisi apabila ada pelajar yang melakukan aksi kekerasan dan tawuran," kata Agus Santosa.***3***

500 Pelajar Gelar Aksi Keprihatinan Tawuran

Jakarta, 28/9 (ANTARA) - Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Ju-suf Kalla (JK) berpendapat bahwa bullying di lingkungan sekolah dapat menjadi bibit tawuran antarpelajar. “Kekerasan tumbuh dari bibit bullying yang awalnya hanya meng-ganggu teman sekolah, lalu merambat ke luar sekolah,” kata Jusuf Kalla di Jakarta, Jumat. Menanggapi maraknya tawuran antarpelajar yang terjadi di ka-wasan Jakarta akhir-akhir ini, JK mengatakan sekolah harus menerap-kan sistem yang baik. “Sistem yang baik itu tidak hanya mengatur murid saat di dalam sekolah, tapi juga mencakup mereka saat di luar sekolah,” kata JK. Ketika murid melakukan pelanggaran, menurut JK, para guru juga berhak menerapkan hukuman untuk mendisiplinkannya. “Mengembalikan disiplin murid, jangan selalu diartikan dengan kekerasan,” kata JK. Oleh karena itu, JK menambahkan sistem sekolah yang baik ditam-bah kegiatan ekstrakurikuler yang positif akan mampu mematikan bibit-bibit kekerasan di lingkungan internal, seperti bullying dan secara otomatis menghentikan siklus kekerasan di antara siswa. “Jika masih ada pelanggaran, saatnya disiplin ditegakkan,” kata JK. Dalam minggu ini, tawuran antarpelajar di Jakarta yang be-rakibat fatal dilakukan oleh siswa SMA 6 dan SMA 70 dengan satu korban meninggal dunia, yakni Alawy Yusianto Putra (siswa kelas X SMA 6) pada Senin (24/9). Satu hari setelahnya, Selasa (25/9) terjadi lagi tawuran antara pelajar SMK Yayasan Karya 66 (Yake) dan SMK Kartika Zeni Jakarta yang menewaskan satu orang, yakni Deni Januar (siswa kelas XI SMK Yake). ***3***

Kemensos: Harus Ada Kolaborasi Cegah Tawuran

lenovo
Rectangle
lenovo
lenovo
klik kompas
lenovo
Draft
lenovo
Draft
lenovo
Draft
Page 2: korel

untuk mencari solusi yang tepat memberantas tawuran pelajar antarsekolah ini."Solusi yang tepat dan tegas diharapkan mampu

menekan bahkan menghilangkan aksi tawuran pelajar di Kota Sukabumi," tambahnya. Dikatakan-nya, pemberantasan tawuran juga bukan tugas lembaganya sendiri saja tetapi se-luruh elemen harus terlibat mulai dari pelajar, orang tua, lingkungan, guru, sekolah dan lem-

baga terkait lainnya harus bekerja sama dalam melakukan antisipasi tawuran pelajar ini. "Kami juga sudah berkoordi-nasi dengan pihak kepolisian untuk mengantisipasi terjadinya tawuran pelajar, seperti dengan melakukan razia," kata Ayep. Sebelumnya, Wakil Wali Kota Sukabumi, Mulyono mengatakan, pembubaran dan pembekuan se-kolah bukanlah solusi yang tepat untuk mengantisipasi tawuran se-kolah. Selain itu, dengan menge-luarkan sekolah anak yang terlibat juga bukan solusi yang baik. "Antisipasi dan pemberantasan tawuran pelajar harus dikaji da-hulu untuk mencari solusi yang tepat, dan juga kami akan duduk bersama dengan setiap sekolah apa yang harus dilakukan jika pelajarnya tidak bisa dididik dan terus terlibat tawuran. Apakah dikembalikan kepada orang tua atau lainnya, memang selama ini sudah cukup banyak pelajar yang dikembalikan ke orang tuanya, tetapi tetap saja bukan solusi," kata Mulyono. ***1***

gas ini merupakan tindakan terakhir pihaknya jika so-lusi penanganan tawuran pelajar di Kota Sukabumi tidak bisa dilakukan lagi, karena tawuran pelajar ini sudah tingkat kritis ham-pir setiap hari ter-jadi tawuran karena hal yang sepele. Selain itu, pihaknya juga akan mengajak dialog sekolah yang pelajarnya kerap terlibat tawuran

AGENDA SETTING EDISI SEPTEMBER 2012 2

Bogor, 28/9 (ANTARA) - Kepolisian Re-sor Bogor Kota menjajaki rencana kerja sama (MoU) lintas sektor dalam upaya mencegah tawuran pelajar di Kota Bo-gor. "MoU ini berisikan langkah-langkah mencegah tawuran yang dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indone-sia (Polri), Dinas Pendidikan, sekolah, yayasan, dan pemerintah daerah," kata Kapolres Bogor AKBP Hilman dalam rapat koordinasi lintas sektor terkait den-gan upaya pencegahan tawuran pelajar di

Makopolres Bogor, Jumat. Kapolres menjelaskan bahwa MoU ini adalah salah satu upaya bersama instansi terkait mencegah tewuran pelajar. Di-harapkan dengan lahirnya MoU antitawuran tersebut dapat menjadi landasan bagi semua pihak yang melanggar untuk di-berikan sanksi tegas sesuai dengan kesepakatan. Menurut Kapolres, MoU tersebut masih dalam penjajakan, atau sedang dibahas dalam forum yang digelarnya siang tadi. Penandatanganan MoU antitawuran ini akan dilakukan setelah dirumuskan poin-poin yang ada di dalam kesepakatan bersama tersebut. "MoU ini merupakan komitmen kita bersama untuk

Polres Bogor Jajaki MoU Pencegahan Tawuran Pelajarmengeliminasi tawuran pelajar," katanya. Di sampimg MoU, lanjut Kapolres, hal yang paling penting dalam mencegah tawuran adalah bagaimana memutus tradisi tawuran di kalangan pelajar yang kini sudah menjadi mode. "Ada tradisi di antara pelajar yang digembleng oleh seniornya. Tradisi ini dibentuk di luar sekolah, seperti pernah kami dapati penggemblengan, baik terjadi di jalan tol maupun di dalam pe-rumahan," katanya. Oleh karena itu, ujar Kapolres, memutuskan mata rantai tawuran dengan menyelidiki penyebab awal terjadinya tawuran diperlukan sebagai langkah pencegahan. Selain itu, peran orang tua menjadi sangat penting dalam mendidik moral anak-anak saat ini yang sudah memiliki banyak pengetahuan yang didapat dari luar sekolah, tayangan televisi, dan lingkungan. "Masalah tawuran ini tidak hanya menjadi tugas dari kepoli-sian, tetapi juga tugas kita bersama orang tua, sekolah, pemda, dan Dinas Pendidikan," kata Kapolres. Kapolres menambahkan, selain MoU, pihaknya juga me-nyiapkan berbagai langkah lainnya untuk mencegah tawuran seperti pembentukan polisi pelajar, memproses secara hukum pelajar yang terlibat tawuran, dan tidak memberikan penanggu-han penahanan terhadap pelajar yang tertangkap tawuran dan membawa senjata. ***1***

Surabaya, 30/9 (ANTARA) - Mendikbud Mohammad Nuh membantah tawuran antarpelajar yang terjadi di Jakarta merupa-kan bukti dari adanya kesalahan dalam sistem pendidikan nasion-al, namun pihaknya kini memang sedang merumuskan penguatan pendidikan karakter dalam kuri-kulum pendidikan. "Itu 'case' saja, bukan berarti sis-tem pendidikan yang salah, kare-na kalau sistem yang salah, berarti

itu (tawuran) ada dimana-mana. Itu 'kan cuma di Jakarta, tapi di Tulungagung 'kan nggak ada. Di Jakarta pun tidak semua sekolah," katanya kepada ANTARA di

Surabaya, Minggu. Setelah meresmikan tiang pan-cang Gedung "Menara Sains" ITS Surabaya, ia menjelaskan pihakn-ya sejak tahun 2010 hingga saat ini memang sedang merumuskan pembenahan kurikulum untuk memperkuat pendidikan karakter

dalam dunia pendidikan. "Itu sudah kita lakukan sejak tahun 2010, tapi pembenahan masih sedang dirumuskan, ka-rena itu saya tidak bisa mengata-kan sekarang. Apakah nanti ada pendidikan Pancasila lagi, peru-musan (pembenahan kurikulum) itu masih sedang dalam proses, tunggu saja," katanya. Tentang kasus tawuran antar-pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 di Jakarta, mantan Rektor ITS Surabaya itu menyatakan kasus tawuran itu tidak berdiri sendiri, tapi melibatkan orang luar yang "memelihara" tawuran itu. "Karena itu, saya sudah men-gundang pihak sekolah dari SMAN 6 dan 70, OSIS, ikatan alumni, dan pihak terkait lainnya untuk memilih salah satu dari tiga opsi yakni dibiarkan terus dipeli-hara, dibiarkan untuk selesai se-cara alami, atau menghentikan dengan segala risiko," katanya. Dalam pertemuan itu, ka-tanya, ada kesepakatan untuk memilih opsi ketiga dengan me-nyerahkan pada proses hukum untuk memidanakan siapa yang bersalah hingga kemungkinan ada pejabat di sekolah itu yang perlu dicopot untuk mengakhiri tawuran itu. "Pertemuan juga menyepakati proses hukum itu diiringi den-

gan program kebersamaan antara SMAN 6 dan 70 yakni meningkat-kan disiplin pada masing-masing siswa, dan melakukan 'joint activ-ity' seperti olahraga bersama atau kegiatan keagamaan bersama," katanya. Saat meresmikan tiang pancang Gedung "Menara Sains" ITS itu, Mendikbud Mohammad Nuh meminta kepada Rektor ITS Prof Ir Tri Yogi Yuwono DEA untuk memanfaatkan gedung yang di-targetkan selesai pada tahun 2013 itu untuk pendidikan guru sains (MIPA) dan meningkatkan popu-lasi mahasiswa sains. "Paling tidak, kalau nanti ada yang bertanya tentang sains, maka orang akan bertanya kepada ITS, tapi saya juga setuju kalau 'Me-nara Sains' juga menjadi tempat pendidikan guru-guru sains, ka-rena kita memang akan mening-katkan populasi mahasiswa sains dan teknik. Itu syarat untuk men-ingkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan bangsa," katanya. ***3***

Mendikbud Bantah Tawuran Bukti Kesalahan Sistem Pendidikan

Ketua Komite SMAN 70 Jakarta Ricky Agusiady memberikan keter-angan pers terkait dengan perkembangan kasus tawuran siswa SMAN 70 Jakarta vs SMAN 6 Jakarta yang menelan korban nyawa di Jakarta, Sabtu (29/9). Komite Sekolah SMAN 70 meminta siswa SMAN 70 yang akan dipanggil Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan pada hari Senin, 1 Oktober 2012, untuk memberikan keterangan sebenar-be-narnya guna memperdalam kronologis tawuran yang berujung pada kematian siswa SMAN 6 Jakarta, Alawy Yusianto Putra. (FOTO ANTARA/Andika Wahyu)

Pemeriksaan Siswa SMAN 70

Sukabumi, 30/9 (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Su-kabumi, Jawa Barat memberikan peringatan tegas kepada seluruh sekolah yang tidak bisa mendidik anak didiknya atau sering terli-bat tawuran yakni dengan pem-bekuan sekolah tersebut. "Jika sudah tidak bisa dikend-alikan tawuran, maka kami ambil langkah tegas seperti dengan cara membekukan sekolah yang kerap pelajarnya terlibat tawuran," kata Kepala Disdik Kota Sukabumi, Ayep Supriatna kepada wartawan, Minggu. Menurut Ayep, tindakan te-

Disdik Bekukan Sekolah Jika Pelajarnya Sering Tawuran

Denpasar, 30/9 (ANTARA) - Oolahraga anggar yang men-junjung tinggi nilai-nilai ksatria dalam setiap pertarungan dinilai

mampu menjadi solusi tepat un-tuk mencegah hasrat tawuran para pelajar yang akhir ini terjadi di kota-kota besar. Menurut Ketua Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Ikasi) Rohmad Hadiwijoyo di Nusa Dua, Bali, Minggu menga-takan, anggar meskipun merupa-kan olahraga pertarungan, secara filosofi sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ksatria. “Kedua petarung wajib mema-tuhi aturan. Selain itu keduanya harus menahan emosi karena se-jatinya tidak terdapat kontak fisik yang melukai lawan. Ini sangat sesuai nilai-nilai ksatria dalam perwayangan yang menjunjung tinggi nilai kehormatan,” kata Rohmad saat menjelang Kejuar-aan Anggar Asia 2012 di Hotel Westin Nusa Dua, Bali. Kejuaraan tersebut, kata dia, ka-rena Federasi Anggar Asia (FCA) menunjuk Indonesia menjadi tuan rumah Kejuaraan Anggar Kadet dan Junior Asia-Oceania (AJCFC) yang digelar mulai 30 September hingga 8 Oktober 2012. Dikatakan Rohmad, AJCFC merupakan ajang tahunan yang telah diselenggarakan sejak 1992 oleh negara-negara yang terga-bung dalam Fencing Confedera-tion of Asia (FCA) dan Oceania Fencing Confederation (OFC) di bawah naungan Federation Fenc-ing d’Escrime (FIE). Kepercayaan FCA, menu-rut Rohmad sebuah peluang mengembangkan anggar di Tanah Air karena terakhir kali Indonesia menjadi tuan rumah pada tahun 1996. Kejuaraan yang akan mem-pertandingkan enam nomor ke-juaran untuk kadet (13--17 tahun) dan atlet junior (17--20 tahun) tersebut diikuti oleh 34 negara anggota FCA dengan total 628 peserta. Enam nomor yang dipertand-ingan dibagi menjadi dua kelas, yaitu individual putra-putri di no-mor degen (epee), sabel (sabre), floret (foil) untuk kelas kadet. Sementara kelas junior adalah in-dividual putra-putri degen (epee), sabel (sabre), floret (foil). Menurut Rohmad Hadiwijoyo kejuaraan ini ditujukan untuk

mencari bibit-bibit muda anggar Indonesia dan menambah jam terbang bertanding atlet-atlet muda di level kejuaraan interna-sional. “Pada ajang Olimpiade London, Indonesia sudah berhasil menyer-takan satu atlet, Diah Permatasari meski belum meraih medali,” ka-tanya. Pada ajang olahraga terbesar dunia tersebut, Diah takluk dari unggulan nomor satu dunia asal Amerika Serikat, Mariel Zagunis di nomor sabel babak 32 besar meski sempat tampil mengejut-kan dengan menuai poin. Kekalahan Diah menurut Rohmad meski mengecewakan namun menyisakan banyak ke-banggaan karena sudah 24 tahun Indonesia gagal mengirimkan at-let ke Olimpiade sejak Silvia Kris-tina bertarung di Olimpiade Seoul 1988. Rohmad mengharapkan, den-gan semakin banyaknya pertand-ingan internasional maka atlet-atlet Indonesia semakin terasah menghadapi atlet-atlet kelas dunia di Asia, seperti China, Korea Sela-tan dan Jepang. Sejumlah negara peserta telah hadir dan berlatih antara lain Chi-na, Hong Kong, Selandia Baru, Yordania, Suriah, Uzbekistan, Kuwait dan tim tuan rumah Indo-nesia yang mengirimkan 48 atlet terdiri dari atlet junior dan kadet pada kategori individu maupun beregu. Sekretaris Jenderal PB IKASI, Tya Adityasih mengatakan, at-let junior dan kadet yang ditu-runkan kali ini berasal dari atlet berprestasi di kejuaraan nasional kadet dan junior yang diselengga-rakan pada bulan Juni lalu. “Kami berharap bisa menda-patkan medali emas dari nomor Degen dan Sabel, khususnya di kategori junior karena Indonesia mempunyai atlet yang bagus di nomor tersebut dari Sumatera Se-latan,” kata Rohmad.***3***

Anggar Bisa Cegah Tawuran Antarpelajar

Bogor, 30/9 (ANTARA) - Rektor Institut Pertanian Bogor Profesor Herry Suhardiyanto menyatakan bahwa pelajar yang terlibat tawuran tergolong anak yang memiliki kebutuhan khusus karena kelebihan energi tapi tidak tersalurkan sehingga perlu diberi-kan perhatian tambahan. "Anak-anak yang terli-bat tawuran ini tergolong anak berkebutuhan khusus dalam arti mereka memiliki kelebihan en-ergi ini harus dipisahkan per-lakuannya dengan menyalurkan energi mereka ke hal-hal yang lebih positif. Misalnya, mereka diikutkan dalam perlobaan karate, balap mobil, tekwondo atau olah raga yang menggunakan fisik," kata Rektor saat ditemui di Bogor, Minggu. Rektor mengatakan bahwa kelebihan energi yang ada di pela-jar yang sering terlibat tawuran karena belum optimalnya sarana dan prasarana untuk menyalur-kan potensi energi yang mereka miliki. Menurut Rektor IPB, tawuran di kalangan pelajar sudah sangat memprihatinkan. Tawuran terjadi tidak semata karena kurangnya pengawasan sekolah. Dilihat kondisi saat ini, sekolah menang-gung beban yang cukup berat dari kapasitasnya. Masyarakat yang berubah, nila-nilai kehidupan yang terus berkembang mendorong peru-

bahan prilaku lingkungan di-mana pribadi harus siap meng-hadapi perubahan. Ketidaksiapan memicu terjadinya pergesekan sehingga kecendrungan tersebut tidak boleh dibiarkan. "Harus ada pemisahan per-lakuan, anak-anak yang berkebu-tuhan khusus atau kelebihan en-ergi ini harus diberikan perhatian lebih dan sentuhan agar energi mereka dapat dimanfaatkan kea-rah kebaikan," katanya. Rektor mengatakan bahwa tanggung jawab untuk mengada-kan fasilitas pembinaan anak-anak kelebihan energi atau pelajar tawuran ini tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah. Namun, semua pihak turut terlibat, seperti orang tua, guru, dinas terkait, dan pemerintah daerah. Terkait dengan penanganan tawuran yang dilakukan pemerin-tah, menurut Rektor pemerintah sudah berupaya konkret dalam mengatasi tawuran pelajar. Upaya tersebut akan lebih optimal bila masing-masing pihak mencoba mencari solusi secara bersama-sama. Rektor memberikan contoh IPB yang memberlakukan ma-hasiswa semester pertama untuk menempati asrama sebagai ben-tuk untuk menciptakan kebersa-maan di antara mahasiswa yang

berasal dari berbagai daerah. "Memang ini tidak mudah, karena dari 3.900 mahasiswa IPB yang masuk memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Tentunya selama menjalani asrama akan terasa kedekatan tumbuh bersama. Ini terlihat dari final Olimpiade Dies Natalis IPB yang diikuti seluruh mahasiswa dengan gagap gempita," kata Rek-tor. Lebih lanjut Rektor menye-butkan "boarding school" dapat menjadi alternatif yang dapat diberikan kepada pelajar "berke-butuhan khusus". Sehingga anak-anak tersebut dapat terhindar dari

lingkungan yang sudah tidak kon-dusif lagi. Selain itu, program pesantren seperti yang dilakukan Ponpes ci-tralaya juga dapat diadopsi. "Jadi, masyarakat tidak memberikan

beban berat ke se-kolah. Bagaimana mencegah ini den-

gan cara mendiskusikan agar se-kolah tidak terbebani. Berikan mereka perhatian khusus dengan memperhalus budi," ujar Rektor. Terkait pemberian sanksi dikeluarkan dari sekolah bila ter-libat tawuran, menurut rektor sanksi bukan satu-satunya so-lusi yang dapat digunakan. "Jika orang tua siswa tersebut tergolong

ekonomi lemah dan dia sendiri memiliki beban yang berat, ten-tunya ini perlu dibantu. Solusi ini memang harus difikirkan ber-sama, semua pihak harus terlibat," katanya. ***3***

Rektor IPB: Pelajar Tawuran Perlu Perhatian Khusus

Jakarta 29/9 (ANTARA) - Maraknya tawuran di kalangan pelajar dan mahasiswa menjadi bukti bila kebijakan pendidikan yang ada selama ini gagal, kata anggota Komisi X Dewan Per-wakilan Rakyat Rohmani. "Kebijakan pendidikan yang

Tawuran Pelajar Dinilai Bukti Kegagalan Kebijakan Pendidikan

selama ini dibangun pemer-intah terlalu berorientasi pada nilai atau akademik semata. Se-mua potensi pendidikan diarah-kan untuk mengejar nilai ujian," katanya di Jakarta, Sabtu. Menanggapi maraknya tawuran pelajar akhir-akhir ini, ia melihat bahwa tawuran yang ada saat ini adalah buah dari ke-bijakan pendidikan yang berori-entasi pada score test. "Sekarang kita memetik ke-bijakan yang selama ini dibuat pemerintah," kata legislator yang membidangi masalah pen-didikan, kebudayaan, olahraga, dan pariwisata itu. Ia mengatakan bahwa anak didik yang lemah secara aka-demik akan termarginalkan oleh sistem yang ada saat ini. Contohnya, anak yang gagal ujian nasional dicap sebagai siswa yang bodoh. "Seharusnya

pendidikan tidak memberikan stempel pintar atau bodoh. Kes-uksesan pendidikan tidak se-batas akademik," katanya. Ditegaskannya, ujian na-sional patut dievaluasi, karena telah melahirkan pelajar yang ada seperti saat ini, yakni tidak membangun karakter anak didik. "Seharusnya pendidikan mengedepankan pendidikan karakter," katanya. Untuk itu, Rohmani mem-inta kepada pemerintah dan masyarakat jangan sepenuhnya menyalahkan anak-anak yang tawuran. "Pemerintah harus be-rani mengoreksi atas kebijakan yang selama ini mereka buat. Justru anak-anak yang tawuran adalah korban kebijakan pen-didikan yang keliru," demikian Rohmani. ***3***

lenovo
Draft
lenovo
Draft
lenovo
Draft
lenovo
Text Box
Silakan Klik!
lenovo
Text Box
Langkah Antisipasi Aparat
lenovo
Silakan Klik