koreksi salwa- rev 3
DESCRIPTION
geomagnetTRANSCRIPT
LAPORAN
KEGIATAN MAGANG MAHASISWA
MODEL EMPIRIK HARI TENANG GEOMAGNET DAERAH MANADO
DI
PUSAT SAINS ANTARIKSA LAPAN BANDUNG
Disusun Oleh:
MAHMUDAH SALWA GIANTI
M0213053
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FEBRUARI 2016
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KMM
1. Judul KMM : Model Empirik Hari Tenang Geomagnet Daerah Manado
2. Peserta KMM:a. Nama Lengkap : Mahmudah Salwa Giantib. NIM : M0213053c. Jenis kelamin : Perempuand. Semester : 6e. IPK Sekarang : 3,06f. Fakultas/Program Studi/
Program : MIPA/Fisika/S1g. Universitas : Universitas Sebelas Maret
3. Tempat KMM:a. Nama Instansi : Pusat Sains Antariksa LAPANb. Alamat Instansi : Jl. Dr. Djunjunan No.133 Bandung
4. Waktu KMM : 12 Januari - 12 Februari 2016
Surakarta, 12 Februari 2016
Peserta KMM
(Mahmudah Salwa Gianti)
M0213053
Di setujui
Dosen Pembimbing KMM
(Prof. Drs. Cari, M.A., M.Sc., Ph.D.) NIP. 196103061985031002
Pembimbing Lapangan
(Dr s . Mamat Ruhimat , M. Si )
NIP. 195908231987021002
Mengetahui
Ketua Program Studi Fisika
FMIPA UNS
(Dr. Fahru Nurosyid, S.Si., M.Si)
NIP. 197210132000031002
Pimpinan Instansi/Perusahaan
Tempat Magang
(Dr a . Clara Yono Yatini, M.Sc )
NIP. 196403091990072001
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Kegiatan Magang
Mahasiswa dengan judul “Model Empirik Hari Tenang Geomagnet Daerah
Manado” dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Tak lupa salawat serta salam
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Kegiatan Magang Mahasiswa adalah mata kuliah yang berguna untuk
memperkenalkan mahasiswa terhadap lingkungan kerja. Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat memperoleh kelulusan mata kuliah Kegiatan Magang
Mahasiswa. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Fahru Nurosyid selaku Ketua Program Studi Fisika FMIPA UNS.
2. Ibu Kusumandari selaku koordinator KMM.
3. Ibu Clara Yono Yatini selaku Kepala Pusat Sains Antariksa LAPAN.
4. Bapak Mamat Ruhimat selaku Pembimbing Lapangan KMM di Pusat Sains
Antariksa LAPAN.
5. Bapak Anwar Santoso yang telah membantu jalannya KMM di Pusat Sains
Antariksa LAPAN.
6. Prof. Drs. Cari, M.A., M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing KMM dari Program
Studi Fisika FMIPA UNS.
7. Segenap Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan semangat
serta dukungan baik moril dan materiil.
8. Dosen-dosen Program Studi Fisika FMIPA UNS yang telah memberikan ilmu
untuk bekal pelaksanaan KMM.
9. Seluruh karyawan dan Staff Pusat Sains Antariksa Bandung yang telah
membagikan ilmunya.
10. Teman-teman satu tempat KMM, Aulia, Esti dan Rumaisya yang telah
berjuang bersama-sama dan berbagi ilmu.
11. Teman-teman seperjuangan Program Studi Fisika angkatan 2013.
iii
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik atas kebaikan
dan bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan baik dalam isi maupun cara penyajian materi. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran membangun guna perbaikan di masa
datang. Semoga laporan KMM ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Amin Yaa Allah Yaa Robbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi Wabarakatuh
Surakarta, 12 Februari 2016
Mahmudah Salwa Gianti
M0213053
iv
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan
pemantauan geomagnet untuk mengetahui aktivitas geomagnet yang berkaitan
dengan cuaca antariksa. Pemantauan ini dilakukan di beberapa tempat yaitu di
stasiun pengamat geomagnet di Garut, Pasuruan, Agam, Pontianak, Manado,
Jayapura Parepare, Biak, Kupang, Sumedang serta Nagara-Bali. Komponen
magnet yang diukur terdiri dari komponen horizontal (H), komponen deklinasi
(D), dan komponen vertikal (Z) dengan resolusi waktu satu detik. Selain
melakukan pengamatan sendiri, dalam pengukuran geomagnet ini LAPAN juga
bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),
International Center for Space Weather Khyusu University dan Solar Terrestrial
Environment Labolatory Nagoya University. LAPAN yang memiliki stasiun
geomagnet tetap dan berkesinambungan pengukurannya sangat potensial untuk
memberikan layanan berupa gangguan geomagnet yang diperlukan dalam
kegiatan litbang cuaca antariksa (Ruhimat, 2010).
Seperti diketahui bahwa matahari merupakan sumber penggerak cuaca
antariksa. Cuaca antariksa adalah kondisi di matahari, magnetosfer, ionosfer dan
termosfer yang dapat mempengaruhi kondisi dan kemampuan sistem teknologi
baik yang landas bumi maupun ruang angkasa dan membahayakan kehidupan dan
kesehatan manusia. Cuaca antariksa menjadi sangat penting untuk dipahami
mengingat makin basarnya ketergantungan manusia pada teknologi yang berbasis
antariksa. Salah satu femomena dalam sistem cuaca antariksa adalah gangguan
geomagnet yang dinamakan badai geomagnet yang dipicu oleh aktivitas matahari
seperti peristiwa flare, Coronal Mass Ejection (CME) dan Coronal Hole (CH)
(LAPAN, 2012). Badai geomagnet dapat menyebabkan diantaranya gangguan
medan geomagnet, gangguan ionosfer dan kerusakan trafo jaringan listrik. Oleh
karena itu, pemantauan dan prakiraan kondisi geomagnet penting dilakukan untuk
mendukung program pemantauan dan prakiraan cuaca atariksa di Pusat Sains
Antariksa, LAPAN.
1
Untuk mengetahui tingkat gangguan geomagnet atau intensitas badai
geomagner, maka terlebih dahulu menentukan pola hari tenang untuk masing-
masing bulan sesuai dengan aktivitas matahari. Kemudian, pola hari tenang
tersebut dikurangkan pada data medan geomagnet pengamatan lapangan
sehingga diperoleh deviasi medan geomagnet. Nilai deviasi merupakan besarnya
gangguan geomagnet akibat aktivitas matahari.
Dengan demikian, penentuan pola hari tenang medan geomagnet penting
untuk dilakukan terutama dapat memodelkannya dan digunakan untuk
memisahkan gangguan geomagnet dari variasi harian geomagnet. Oleh karena itu,
pada tulisan ini akan dibahas model empirik hari tenang dengan data yang diolah
dari stasiun pengamat geomagnet di Manado.
1.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang pada tulisan ini, masalah yang akan
diteliti adalah :
1. Bagaimana memperoleh model empirik hari tenang medan geomagnet
untuk regional Indonesia?
1.3 Batasan Masalah
Tulisan ini memiliki batasan makalah, yaitu :
1. Daerah pengamatan adalah stasiun Manado (1.48˚ LU, 124.85˚BT
koordinat geografis).
2. Data yang diolah adalah nilai komponen H (komponen horizontal
geomagnet).
1.4 Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai yaitu
memperoleh model empirik hari tenang medan geomagnet di Manado.
1.5 Manfaat KMM
Adapun manfaat dari kerja praktik di Pusat Sains Antariksa- LAPAN
adalah sebagai berikut
2
1.5.1 Bagi Universitas Sebelas Maret:
1) Menjalin hubungan kerjasama yang baik dalam bidang pengembangan
teknologi antara pihak LAPAN dengan kampus.
2) Mengenalkan Universitas kepada lembaga.
3) Mengetahui sejauh mana ilmu yang telah diperoleh dan dipahami oleh
mahasiswa selama studi dan implementasinya pada dunia kerja.
4) Memperoleh gambaran nyata tentang profil Pusat Sains Antariksa-
LAPAN.
5) Memperoleh informasi tentang perkembangan dunia Sains Antariksa
beserta komponen komponen di dalamnya.
1.5.2 Bagi Mahasiswa:
1) Sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja, belajar bersosialisasi
dan berkomunikasi dengan para karyawan/masyarakat di lingkungan
perusahaan atau industri.
2) Memahami kinerja perusahaan atau work order secara keseluruhan.
3) Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman kerja di
lingkungan perusahaan.
4) Memperoleh wawasan tambahan dalam bidang Sains Antariksa serta
komponen-komponen di dalamnya.
1.5.3 Bagi Instansi:1) Menjalin kerjasama dalam menjalin hubungan dengan
mengembangkan mutu pendidikan.
2) Sebagai sarana perwujudan suatu generasi dengan bibit unggul
terhadap penguasaan dan pengaplikasian teknologi sains antariksa.
3) Mengenalkan lembaga kepada masyarakat umum melalui kerjasama
antara pihak lembaga dengan universitas.
3
BAB IILANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah
Lembaga Pemerintah non Kementrian (LPNK) yang didirikan pada
tanggal 27 November 1963 berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres)
Nomor 236 Tahun 1963 untuk melembagakan penyelenggaraan program-
pogram pembangunan kedirgantaraan nasional.
Lapan memiliki visi untuk mewujudkan kemandirian dalam IPTEK
penerbangan dan antariksa untuk meningkatkan kualitas kehidupan
bangsa. Adapun misi LAPAN adalah:
1. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan
pemanfaatan teknologi roket, satelit dan penerbangan.
2. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan
pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh.
3. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan
pemanfaatan sains antariksa dan atmosfer serta kebijakan
kedirgantaraan.
4. Meningkatkan pemanfaatan hasil Litbang untuk pembangunan
Nasional.
Struktur organisasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) seperti
pada gambar di bawah ini:
4
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN)
2.1.1 Pusat Sains Antariksa
Pusat Sains Antariksa berada di bawah Deputi Bidang Sains
Antariksa dan Atmosfer berada di bawah LAPAN Pusat. Berdasarkan
Perka LAPAN No. 02 Tahun 2011 tertanggal 04 Maret 2011, mempunyai
tugas pokok melaksanakan penelitian dan pengembangan sains antariksa
serta pemanfaatannya.
Dalam menyelenggarakan tugasnya, Pusat Sains Antariksa
menyelenggarakan fungsi:
1. Penelitian dan pengembangan pengetahuan matahari, orbit satelit, dan
lingkungan antariksa dan sekitarnya.
2. Penelitian dan pengembangan pengetahuan geomagnet,
seismoelektromagnet, dan magnet antariksa serta pemanfaatannya.
3. Penelitian dan pengembangan pengetahuan dinamika ionosfer dan
telekomunikasi serta pemanfaatannya.
4. Penelitian dan pengembangan instrumentasi pengamatan dan basis data
antariksa serta pemanfaatannya.
5. Pembinaan teknis di bidang sains antariksa.
5
6. Pelaksanaan kerjasama teknis di bidang sains antariksa.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pusat Sains Antariksa
dibantu oleh 2 (dua) bidang, yakni Bidang Diseminasi serta Bidang
Program dan Fasilitas (Profas) dan Bagian Administrasi serta Kelompok
Jabatan Fungsional. Bidang-bidang tersebut memiliki tugas pokok dan
fungsi masing-masing. Struktur organisasi Pusat Sains Antariksa, LAPAN
seperti pada gambar di bawah ini
Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Pusat Sains Antariksa- LAPAN
Bidang Diseminasi mempunyai tugas untuk mendiseminasikan
hasil-hasil penelitian dan mempersiapkan kerjasama litbang. Bidang
Program dan fasilitas mempunyai tugas untuk mengkoordinir kegiatan
6
litbang dan memfasilitasi kebutuhan sarana penelitian demi tercapainya
tujuan litbang.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Kopling Matahari-Bumi
Matahari merupakan sumber kehidupan di Bumi dan juga sebagai
penggerak cuaca antariksa dalam kopling matahari-Bumi. Cuaca antariksa
adalah kondisi di matahari, magnetosfer, ionosfer dan termosfer yang
dapat mempengaruhi kondisi dan kemampuan sistem teknologi baik yang
landas bumi maupun ruang angkasa dan membahayakan kehidupan dan
kesehatan manusia. Aktivitas matahari yang menjadi sumber penggerak
cuaca antariksa diantaranya: flare, coronal mass ejection-CME dan
coronal holes-CH.
2.2.2 Matahari
Matahari merupakan sumber utama penggerak cuaca antariksa.
Cuaca antariksa menunjukkan kondisi yang terjadi di Matahari dan di
ruang antarplenet yang dipengaruhi oleh Matahari. Cuaca antariksa
menjadi sangat penting untuk dipahami mengingat makin basarnya
ketergantungan manusia pada teknologi yang berbasis antariksa. Cuaca
antariksa dapat mempengaruhi orbit dan operasional satelit dan juga
astronot yang sedang menjalankan misi ruang angkasanya (LAPAN,
2008).
2.2.2.1 Medan Magnet Matahari
Medan magnet bintang adalah medan magnet yang
dihasilkan oleh gerakan plasma konduktif dalam bintang. Gerakan ini
diciptakan melalui konveksi, yang merupakan bentuk transportasi
energi yang melibatkan gerakan fisik material. Sebuah medan magnet
lokal memberikan gaya pada plasma, secara efektif meningkatkan
tekanan tanpa terjadi perubahan densitas. Akibatnya ,wilayah magnet
naik relatif terhadap sisa plasma , hingga mencapai fotosfer bintang.
Hal ini menciptakan starspots di permukaan, dan fenomena terkait
coronal loop (Brainerd, 2005).
7
2.2.2.2 Sunspot (Bintik Matahari)
Bintik matahari (sunspot) merupakan perpotongan tabung
medan magnet matahari (magnetic flux tube) dengan fotosfer. Bintik
matahari tampak hitam karena medan magnet mempunyai efek
pendinginan sehingga suhuh bintik matahari lebih rendah dari
sekitarnya. Medan magnet bintik matahari terbukti merupakan sumber
energi gangguan dari matahari, misalnya ledakan dahsyat (flare) atau
pelontaran massa korona (Coronal Mass Ejection/CME) (Setiahadi
et.al., 2006).
Fenomena ini dapat mengganggu lingkungan antariksa
disekitar Bumi maupun fasilitas teknologi dan kehidupan di permukaan
Bumi (Lanzerroti, 2001).
Gambar 2. 3 Daerah bintik Matahari adalah daerah dimana medan magnetnya sekitat 2500 kali lebih kuat daripada medan magnet bumi, nilai medan magnet yang lebih
besar dari daerah manapun di Matahari. (Sumber: NASA)
2.2.2.3 Flare
Pada umumnya, daerah-daerah aktif di matahari, yaitu
disekitar sunspot, dapat memicu ledakan besar di matahari yang
memancarkan energi yang sangat besar. Peristiwa ledakan tersebut
dinamakan flare. Flare terjadi akibat bertemunya dua garis gaya magnet
yang saling berlawanan (rekoneksi). Selain mampu melepaskan partikel
yang berenergi tinggi terutama proton, maka flare juga memancarkan
radiasi gelombang elektromagnet terutama sinar-x dan UV (Johan dkk.,
2014). Flare matahari seperti terlihat pada Gambar 2.3.
8
Gambar 2. 4 Letusan pada tanggal 16 April 2012 yang ditangkap oleh NASA Solar Dynamics Observatory (Sumber: NASA)
2.2.2.4 Prominensa
Lidah api Matahari (prominensa atau protuberans) muncul
akibat gangguan pada permukaan Matahari. Prominensa terjadi pada
bagian tepi kromosfer. Prominensa merupakan gas panas yang
tersembur dengan dahsyat dari permukaan Matahari. Semburan tersebut
menyerupai lidah api besar berwarna kemerahan dan memiliki bentuk
yang bervariasi. Prominensa dapat berbentuk seperti pita, simpal (loop),
spiral, gunung, atau tabir (Kanginan, 1999)
2.2.2.5 Lontaran Massa Korona (CME)
Gambar 2. 5 CME yang ditangkap oleh NASA Solar Dynamics Observatory (Sumber: NASA)
Ketika flare berlangsung, maka akan terjadi lemparan
partikel bermuatan yang didominasi elektron dan menyebabkan
timbulnya suatu kejutan. Akibat kejutan tersebut maka terjadilah suatu
9
gelombang yang disbut gelombang kejut (schock wave) sebagai
lontaran massa korona (coronal mass ejection/CME) (Newkirk,1961).
2.2.2.6 Angin Surya (Solar Wind)
Gambar 2. 6 llustrasi oleh Janet Kozyra dengan gambar dari NASA, courtesy of Journal of Geophysical Research - Space Physics.
Aktivitas Matahari selama terbentuknya suatu bintik
Matahari maupun terbentuknya lidah api Matahari selalu disertai
dengan pancaran partikel-partikel bermuatan listrik seperti proton-
proton dan elektron-elektron yang melewati korona ke arah planet-
planet. Pancaran partikel bermuatan ini disebut sebagai angin
Matahari (solar wind). Jika dibandingkan dengan atmosfer Bumi yang
mengandung sekitar 10 19 partikel/cm 3 , konsentrasi partikel pada
angin Matahari sangat kecil, yaitu hanya mengandung sekitar 5
partikel/cm 3 . Meskipun demikian kecepatan gerak partikel-partikel
tersebut amatlah tinggi sehingga memiliki energi yang sangat tinggi
pula (Kanginan, 1999).
2.2.2.7 Fluks MatahariPertambahan jumlah sunspot di Matahari menyebabkan
adanya peningkatan intensitas emisi gelombang radio, dari gelombang
pendek (mikro) sampai dengan gelombang panjang (km). Pengamatan
yang dilakukan untuk mengukur gelombang- gelombang ini dilakukan
dengan menggunakan pengamatan radio menggunakan panjang
gelombang 1 cm s.d 15 meter atau frekuensi 20 MHz s.d30 GHz
karena emisi ruang angkasa yang mencapai permukaan Bumi melalui
jendela radio ada pada panjang gelombang tersebut. Dari hasil
10
pengamatan menunjukkan bahwa nilai fluks Matahari pada panjang
gelombang 10,7-cm (F10,7) atau 2800 MHz dapat dijadikan sebagai
parameter yang baik aktivitas Matahari karena memiliki nilai korelasi
yang cukup tinggi dengan bilangan sunspot dibandingkan dengan
pengamatan fluks pada panjang gelombang yang lain. (Jasman, 2001).
2.2.3 Magnetosfer
Bumi memiliki medan magnet yang dibangkitkan oleh inti Bumi.
Seperti halnya pada magnet batang, magnet Bumi juga memilki kutub-
kutub (Utara dan Selatan), letaknya dekat dengan kutub-kutub Bumi. Di
atas eksosfer ada satu daerah yang menunjukkan sifat-sifat magnet Bumi
dan berinteraksi dengan arus radiasi Matahari korpuskuler yang mengisi
ruang antar planet yang disebut angin surya (solar wind) yang setelah
sampai ke Bumi berinteraksi dengan magnet Bumi yang disebut
magnetosfera. Akibat interaksi ini, magnetosfera bentuknya menjadi
seperti komet karena adanya hembusan angin surya tersebut. Perhatikan
gambar berikut
Magnetosfer merupakan perisai Bumi terhadp partikel-partikel dari
Matahari yang dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup di Bumi.
Partikel-partikel yang datang ke arah Bumi dihadang oleh magnetosfer
sehingga terkungkung di dalam medan ini. Daerah tempat terkungkungnya
11
Gambar 2. 7 Magnetosfer Bumi terbentuk akibat interaksi antara gaya magnet
Bumi dengan angin surya
(Sumber : NASA. SVG rendering oleh Aaron Kaase)
partikel-partikel tersebut dinamakan Sabuk Van Allen (Van Allen Belts)
sesuai dengan nama yang menemukannya, James A. Van Allen. Jadi Van
Allen belts adalah pita-pita radiasi yang berbentuk kue donat terbuat dari
partikel-partikel bermuatan yang terperangkap dalam medan magnet Bumi
(Mulyo, 2004).
2.2.4 Medan Magnet BumiBumi merupakan sebuah benda magnet raksasa. Letak kutub utara
dan selatan magnet bumi tidak berimpit dengan kutub geografis. Pengaruh
kutub utara dan selatan magnet bumi dipisahkan oleh khatulistiwa magnet.
Intensitas magnet akan bernilai maksimum di kutub dan minimum (nol) di
khatulistiwa. Karena letak yang berbeda terdapat perbedaan antara arah
utara magnet dan geografi yang disebut deklinasi. Arah polarisasi benda
magnet akan ditentukan oleh nilai inklinasi dimana benda tersebut
diletakkan ( Broto & Putranto 2011).
Inti bumi memiliki sifat seperti magnet yang sangat besar. Medan
magnet terhubung dengan inti bumi seperti magnet yang memiliki kutub
Selatan-Utara. Medan geomagnet memiliki variasi yang berkala pada
beberapa perioda spesifik dari 27 hari atau 11 tahun. Variasi berkala ini
dipengaruhi oleh pergerakan atau aktivitas matahari. Medan geomagnet
juga menunjukan variasi harian yang dikarenakan oleh perputaran bumi
(siang-malam) (Kyoto).
Medan geomagnet memiliki beberapa sumber, baik dari dalam
maupun dari luar bumi. Sumber-sumber medan itu memberikan dampak
bergantung pada waktu, dengan skala waktu mulai dari detik hingga ribuan
tahun. Biasanya, survey magnet fokus pada kerak yang bervariasi dalam
jangka waktu yang panjang. Upaya yang signifikan telah dilakukan dalam
menghilangkan efek yang berasal dari luar, dengan skala waktu yang
singkat, dari data survei magnet (Hitchman & Campbell, 1998).
12
2.2.4.1 Komponen Medan Geomagnet
Gambar 2.2. 1 Gambaran komponen medan geomagnet (Campbell, 2003)
dengan
X = komponen kuat medan arah Utara-Selatan geografi
Y = komponen kuat medan arah Timur-Barat geografi
Z = komponen kuat medan arah vertikal
H = komponen kuat medan arah horizontal
F = komponen kuat medan total
D = sudut antara X dan H yang dinamakan deklinasi
Variasi harian komponen H geomagnet dapat diuraikan dalam
berbagai kondisi atau pola yang terbentuk sesuai dampak gangguan
yang berpengaruh pada saat tertentu. Sehubungan sumber gangguan
yang mempengaruhi medan magnet bumi (geomagnet) secara umum
dapat digolongkan dalam dua katagori yakni gangguan internal dan
gangguan eksternal. Gangguan internal adalah gangguan yang
mempengaruhi medan magnet bumi berasal dari dalam bumi itu sendiri,
diantaranya akibat dampak dari pergeseran batuan dalam bumi.
Dampak seperti itu biasanya baru terlihat dengan jelas sekitar 40 tahun
kemudian yang disebut trend variasi sekuler (Habirun, 2007).
Demikian pula gangguan eksternal adalah gangguan yang
mempengaruhi medan magnet bumi cukup banyak terutama dari
aktivitas matahari. Sedangkan gangguan dari aktivitas matahari terdiri
13
dari gangguan aktivitas matahari jangka panjang yang dinyatakan siklus
bintik matahari sekitar 11 tahun dan gangguan jangka pendek yang
disebut gangguan yang bersifat temporal (Habirun, 2007).
Penentuan tingkat gangguan geomagnet setiap saat cukup rumit,
karena melibatkan berbagai pengaruh gangguan yang sifatnya temporal
hingga pengaruh gangguan yang berperiodik (Zhou dan Wei, 1998).
Tingkat gangguan geomagnet (medan magnet bumi) merupakan
ukuran/besaran, akibat dampak pengaruh gangguan dari berbagai
sumber. Diantaranya pengaruh gangguan dari matahari, permukaan
bumi, dan aktivitas geomagnet itu sendiri. Dan dari matahari seperti
akibat aktivitas flare, sedangkan dari permukaan bumi seperti aktivitas
gempa bumi dan letusan gunung berapi serta dari geomagnet akibat
aktivitas badai magnet (Suhartini,1999). Kondisi yang demikian
menyebabkan karakteristik medan magnet bumi menjadi sangat
kompleks dan berfluktuasi terhadap waktu. Walaupun demikian ukuran
tingkat gangguan pada medan magnet bumi ini dari waktu ke waktu
masih di perlukan oleh pengguna di antaranya team surveyor geologi
dan eksplorasi geofisika untuk akurasi data hasil survey dari lapangan.
Berkaitan dengan itu maka informasi tingkat gangguan
geomagnet regional dari waktu ke waktu perlu ditentukan. Sedangkan
penentuan tingkat gangguan geomagnet setiap saat cukup rumit, karena
melibatkan berbagai pengaruh gangguan yang sifatnya temporal hingga
pengaruh gangguan yang berperiodik (Zhou dan Wei, 1998). Gangguan
temporal yang sifatnya sementara merupakan tingkat gangguan yang
berpengaruh pada medan magnet bumi pada saat tertentu. Sedangkan
gangguan yang berperiodik juga bersifat periodik dan terjadi secara
terus-menerus tanpa batas yang disebut gangguan reguler. Untuk
mengetahui tingkat gangguan geomagnet, maka gangguan-gangguan
yang sifatnya periodik atau reguler perlu dipisahkan atau dihilangkan
data yang berperiodik ini sehingga yang tertinggal hanya tingkat
gengguannya (Habirun, 2007).
14
2.2.4.2 Variasi geomagnet terganggu (Badai Geomagnet)
Seperti diketahui bahwa matahari merupakan sumber
penggerak cuaca antariksa. Fenomena yang timbul di matahari terutama
pada saat matahari aktif, seperti Coronal Mass Ejection-CME dan flare
serta Coronal Hole-CH. CME dan flare serta CH menyebabkan
gangguan terhadap angin matahari dan berakibat pada peningkatan
aktivitas medan nagnet bumi melalui kopling angin matahari-
magnetosfer-ionosfer. CME dan flare lazim disebut badai matahari.
Badai Matahari bisa langsung berdampak pada wahana antariksa
termasuk yang berada di ruang antar planet (di luar magnetosfer)
melalui badai partikel (SPE) atau berdampak secara tidak langsung
melalui badai geomagnet.
Ketika terjadi CME, partikel-partikel dan medan magnet akan
dilontarkan ke angkasa terbawa serta oleh angin surya. Beberapa
diantara lontaran tersebut mengarah ke Bumi. Partikel-partikel dalam
angin surya yang mengarah ke bumi ketika sampai ke bagian luar
magnetosfer maka akan terjadi interaksi yang dinamakan Interplanetary
Shock (IPS). Interaksi ini menyebabkan masuknya partikel-partkel
angin surya ke dalam magnetosfer melalui mekanisme rekoneksi.
Jumlah partikel yang dapat masuk ke dalam magnetosfer saat rekoneksi
bergantung pada intensitas CME dan orientasi arah medan magnet antar
planet (Interplanetary Magnetic Field, IMF. Jumlah partikel akan
semakin banyak saat tumbukan angin surya dan magnetosfer bersamaan
dengan IMF yang berorientasi ke selatan (IMF Bz(-)). Pada kondisi ini,
umumnya rekoneksi dominan terjadi di bagian sisi siang bumi
(dayside). Sebaliknya jumlah partikel akan semakin sedikit pada saat
bersamaan dengan IMF yang cenderung berorientasi ke utara (IMF
Bz(+)) ketika IPS. Pada kondisi ini, biasanya rekoneksi terjadi di bagian
sisi malam bumi (nightside) atau bagian ekor magnetosfer
(magnetotail). Ilustrasinya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10
(Russell, 2006).
15
Gambar 2.10 Ilustrasi mekanisme terbentuknya badai geomagnet setelah “interplanetary shock” (Russell, 2006). IMF mempunyai 3 komponen yaitu Bx, By dan Bz. Diantara ketiga komponen tersebut yang dominan berperan dalam pembentukan badai geomagnet adalah IMF Bz. Dalam gambar IMF Bz mengarah ke utara (ke atas, IMF Bz(+))-selatan (ke bawah, IMF Bz(-)).
Pada saat terjadi badai geomagnet, magnetometer akan
memberikan gambaran berupa grafik medan geomaget yang juga
mengalami penurunan dan tampak jelas pada komponen H medan
geomagnet. Penurunan ini sebgai respon atas besarnya badai geomagnet
yang diterima oleh bumi (Loewe dan Prolss, 1997).
Besar kecilnya gangguan geomagnet atau badai geomagner
dibutuhkan pola variasi hari tenang untuk masing-masing bulan sesuai
dengan aktivitas matahari sebagai koreksi. Hasil korekasi ini
mendefinisikan besarnya gangguan geomagnet akibat aktivitas
matahari.
2.2.5 Indeks Kp
Indeks Kp merupakan perhitungan rata-rata indeks K dari
pengamatan geomagnet yag pertamakali diperkenalkan oleh Bartels tahun
1949, sedangkan indeks K sendiri adalah ganggun komponen horizontal
dari medan magnet bumi dalam rentang 0-9, dari koponen horizontal yang
diamati oleh magnetometer selama interval 3-4 jam. Semakin besar indeks
( ≥ 7 ) maka medan magnet bumi lebih aktif karena pengaruh badai dari
matahari. Semakin kecil indeks (1-2) maka semakin tenang. Terkadang
perubahan aktivitas matahari bisa menyebabkan perubahan besar dalam
indeks Kp (Belov, 2008).
Tabel 2. 1 Tabel dibawah menunjukkan skala indeks Kp dari skala 0-9 dan penunjukkan aktivitas aurora/ geomagnet (Sumber: http://www.spaceweatherlive.com/en/help/the-kp-index)
16
Kp Kp in decimals Auroral activity
0o 0,00 Very low
0+ 0,33 Very low
1- 0,67 Very low
1o 1,00 Low
1+ 1,33 Low
2- 1,67 Low
2o 2,00 Low
2+ 2,33 Low
3- 2,67 Unsettled
3o 3,00 Unsettled
3+ 3,33 Unsettled
4- 3,67 Active
4o 4,00 Active
4+ 4,33 Active
5- 4,67 Minor storm
5o 5,00 Minor storm
5+ 5,33 Minor storm
6- 5,67 Moderate storm
6o 6,00 Moderate storm
6+ 6,33 Moderate storm
7- 6,67 Strong storm
7o 7,00 Strong storm
7+ 7,33 Strong storm
8- 7,67 Severe storm
8o 8,00 Severe storm
8+ 8,33 Severe storm
9- 8,67 Severe storm
9o 9,00 Extreme storm
17
2.2.6 Variasi Hari TenangPola hari tenang (Sq) melukiskan kondisi variasi harian geomagnet
yang tidak mengalami gangguan setiap bulan. Pola hari tenang dari data
harian, dengan menggunakan model statik dan model Sq dinyatakan
sebagai deret Fourier ganda dalam waktu jam T dan bulan M (McPherron,
2005).
..........(2.1)
Hari tenang ditandai dengan nilai indeks Kp ≤ 3. Dalam
mengembangkan model empirik hari tenng variasi geomagnet perlu
diperhatikn keterkaitan atau kebergantungan hari tenang variasi geomagnet
terhadap beberapa komponen yang dapat mempengaruhinya. Komponen-
komponen tersebut antara lain adalah aktivitas matahari, waktu lokal, hari
dalam tahun (Day of Year), dan umur bulan (Ruhimat, 2013).
..................................................................(2.2)
.............(2.3)
.........................(2.4)
....................(2.5)
dengan f merupakan fungsi linier aktivitas matahari (SA), dalam hal ini
menggunakan F10.7, sedangkan yang lainnya berupa fungsi polinom fourier
berturut-turut, g fungsi dari hari dalam tahun (day of year/DOY), h fungsi dari usia
bulan (lunar age/LA) dan i fungsi dari waktu lokal (local time/LT). Sehingga
variasi hari tenang dapat dinyatakan sebagai:
18
...(2.6)
dengan
SA= aktivitas matahari yang diwakili dengan F10.7
DOY= hari dalam tahun
LA= usia bulan
LT= waktu lokal
...................................(2.7)
................................................................(2.8)
...............(2.9)
19
BAB IIIDATA DAN METODOLOGI
3.1 Data
Berikut adalah stasiun pengamatan variasi medan magnet- LAPAN, yaitu
balai pengamatan Kototabang(KTB), Watukosek(WTK), Pontianak(PTN),
Tanjungsari(TJS), Pameungpeuk(PMK), Manado(MND), Pare-Pare(PRP),
Kupang(KPG), Biak(BIK), dan Jayapura(JYP). Data yang digunakan pada
penelitian ini adalah data dari stasiun pengamat Manado (1.48˚ LU, 124.85˚BT
koordinat geografis). Dalam penelitian ini digunakan data geomagnet dari stasiun
Manado pada tahun 2007 sampai 2014. Data tahun 2007 sampai dengan tahun
2009 mengandung komponen X, Y, Z, dan F. Data tahun 2010 sampai dengan
tahun 2013 mengandung tiga komponen, yatitu komponen H, D dan Z. Data untuk
tahun 2014 mengandung tiga komponen yaitu X, Y, dan Z.
3.2 Metodologi
Pengumpulan informasi untuk landasan teori didapat dari jurnal-jurnal
ilmiah yang berkaitan dengan bidang ini. Data yang diperoleh adalah dalam betuk
heksadesimal yang kemudian dikonversi ke desimal oleh aplikasi Matlab 7.1
dengan program pembaca heksadesimal yang telah dibuat oleh Setyanto Cahyo-
LAPAN.
Data variasi distandarisasi yaitu rata-rata jam data dalam waktu lokal
dikurangi dengan perata-rataan 6 jam data malam hari pukul 22.00 WITA sampai
pukul 03.00 WITA dini hari.
Data Kp indeks lebih kecil sama dengan 2+ dari World Data Center for
Geomagnetism Kyoto University digunakan untuk menentapkan kriteria hari
tenang, dan data emisi radio matahari (F10,7) dari National Geophysical Data
Center, NOAA digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas matahari. Metode
yang digunakan dalam mengembangkan model empirik ini, merupakan gabungan
dari metode regresi linier dan polinomial (Yamazaki et al., 2011). Metode yang
sama juga pernah digunakan oleh Mamat Ruhimat dkk. pada tahun 2013 dengan
menggunakan persamaan 2.2 sampai 2.8. Sehingga komponen alfa dapat
diperoleh seperti persamaan berikut :
20
.............(3.1)
Semua perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Matlab (script
terlampir). Setelah koefisien alfa diperoleh, maka dapat dicari pola hari tenang
pada 2015 dengan memasukkan data berupa Kp indeks dan nilai F10.7 observasi
rata-rata setiap hari sepanjang tahun 2015, tanpa harus menginputkan nilai
komponen geomagnet pada tahun tersebut. Kemudian akan diperoleh data berupa
nilai SQ (Solar Quite) dalam satuan nT (10−9T). Data diplot menjadi grafik
hubungan antara UT (Universal Time) dengan komponen horizontal H (nT).
3.2.1 Flowchart Program Pengolah Data
21
Sampai semua data komponen H terhitung
B=
[ ∑ ∆ H 1' . ∆ H 1
' …∑ ∆ H 1' . ∆ H270
'
.∑ ∆ H 270
' . ∆ H 1' …∑ ∆ H 270
' .∆ H 270' ]
Start
H , DOY, SA, LA, LT, Kp
f ( SA )=α 1+α2∗SA
g ( DOY )=a1+∑k=1
2 [b2 k cos (2 πk . DOY365 )+b2 k+1 sin(2 πk . DOY
365 )]h ( LA )=c1+c2cos (2π . 2LA
24 )+c3sin (2π . 2 LA24 )
DOY= hex2dec(H)
A=
[∑ ∆ H . ∆ H 1'
.∑ ∆ H . ∆ H 1
' ]
alpa=C
End
DOY= H(:,1)DatM= load SA
Start
H, DOY, SA, LA, LT, Kp
i=1:length(DatM(:,1))
3.2.2 Flowchart Program SQ
22
C= [ α1
.α270
]
htot=0k=k+1
dha(k)=ca*cb*cc*cdhtot=htot+alpa(k,2)*dha(1,k)
LT=8BW=LT
SQh(i,wt)=htot
plot(UTh(i,:))
Grafik pola hari tenang
end
j=1:BW
UTh(i,(24-BW)+j)=SQh(i,j)
23
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Amplitudo dan fase hari tenang variasi medan geomagnet bergantung pada
aktivitas matahari. Juga diketahui bahwa variasi medan geomagnet harian
berubah-ubah, bergantung pada posisi bulan, dalam penelitian ini disebut LA
(Lunar Age).
Model empiris ini diidentifikasi menggunakan deret Fourier. Hasil
prediksi hari tenang komponen H geomagnet terganggu yang diperoleh dan
dikontrol oleh nilai alfa yang didapat dari perhitungan gabungan dari variabel SA,
DOY, LA dan LT seperti pada persamaan 3.5.
Dari pengolahan data yang telah dilakukan, didapat pola hari tenang pada
tanggal 17 Maret, 18 Maret dan 24 November di tahun 2015. Pada gambar 4.1-
4.2, 4.3-4.4,dan 4.5-4.6 menunjukan korelasi antara data pengamatan variasi
harian komponen H stasiun geomagnet Manado dibandingkan terhadap model
variasi harian komponen H pola hari tenang.
Gambar 4.1 dan 4.2 menggunakan data hari terganggu pada tanggal 18
Maret 2015. Hari terganggu ditandai dengan nilai Kp yang relatif besar, dalam
kasus ini indeks Kp nya adalah sebesar -48.
Gambar 4. 1 Komponen H pada hari terganggu tanggal 17 Maret
Gambar 4. 2 Model hari tenang untuk tanggal 17 Maret 2015
24
Gambar 4.1 menunjukkan komponen H pada hari terganggu dimana polanya terlihat berbeda dengan model hari tenangnya, hal ini karena pada tanggal 17 Maret bukan termasuk hari tenang melainkan hari terganggu.
Gambar 4. 3 Komponen H pada hari terganggu pada 18 Maret 2015
Gambar 4. 4 Model hari tenang untuk tanggal 18 Maret 2015
Gambar 4.3 dan 4.4 memiliki variasi terganggu dengan indeks Kp sebesar
+39. Sama halnya dengan Gambar 4.1 dan 4.2 bahwa terdapat perbedaan pola
yang mencolok antara komponen H dengan model empirik hari tenangnya yang
berarti menunjukkan bahwa tanggal 18 Maret bukan termasuk hari tenang
melainkan termasuk hari terganggu.
Gambar 4. 1 Komponen H pada hari tenang tanggal 24 November 2015
25
Gambar 4. 2 Model hari tenang untuk tanggal 24 November 2015
Grafik-grafik di atas menunjukkan bahwa amplitudo maksimum berada
pada UT antara 2 sampai 4. Amplitudo maksimum menunjukkan aktivitas
matahari yang paling besar. Jika di konversi ke Local Time (LT), amplitudo paling
besar berada antara pukul 11 dan 13 WITA. Amplitudo maksimum dari variasi
hari tenang ini berkaitan dengan posisi matahari.
Data pola hari tenang diatas hanya diambil sebagai contoh analisis pola
hari tenang pada tanggal-tanggal tertentu dengan memperhitungkan syarat nilai
Kp≤ 3 untuk hari tenang. Dari perbandingan grafik-grafik tersebut dapat dihitung
nilai gangguan dengan cara mengurangkan nilai-nilai komponen H dengan nilai-
nilai pada model hari tenang. Nilai gangguan yang didapat adalah gangguan yang
berasal dari matahari.
26
BAB VKESIMPULAN
Model empirik hari tenang untuk daerah Manado dapat diperoleh dengan
melakukan pengolahan data geomagnet dari stasiun pengamatan Manado dengan
memeperhitungkan parameter indeks Kp dan F10.7. Variasi hari tenang
geomagnet dipengaruhi oleh aktivitas matahari yang diwakili oleh F10.7, waktu
lokal, day of year dan umur bulan (Lunar Age). Dengan mebuat model empirik,
dapat dilihat keterkaitan variasi tersebut terhadap komponen-komponen yang
mempengaruhinya. Dari perbandingan nilai komponen H dengan model empirik
hari tenang dapat diperoleh nilai gangguan dengan penguran nilai komponen H
dengan nilai pada model hari tenang. Amplitudo variasi geomagnet menunjukkan
kecenderungan yang semakin besar dengan meningkatnya aktivitas matahari.
Posisi matahari juga memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini ditunjukkan
dengan amplitudo yang paling tinggi pada pukul 4 waktu universal atau pukul 12
waktu lokal, pada saat matahari berada di zenith.
27
DAFTAR PUSTAKA
Belov.(2008). Forbush Effect and Their Connection With Solar, Interplanetary and Geomagnetic Phenomena. Proceeding IAU Symposium.(257)
Brainerd, J. J. (2005). X-Rays from Stellar Coronas. The Astrophysics Spectator
Broto, S.,Putranto, T.T. (2011). Aplikasi Metoda Panas Bumi dalam Eksplorasi Panas Bumi, TEKNIK, Vol. 32 No.1.2011 Hal. 79 - 87 ISSN 0852-1697
Campbell W.H., (2003). Introduction to Geomagnetic Fields, Cambridge University Press. Second Edition.
Hitchman, F. E., Campbell, W. H., & Lilley, F. E. M. (1998). The quiet daily variation in the total magnetic field: global curves
http://science.nasa.gov/newhome/headlines/guntersville98/images/mag_sketch_633.jpg
http://thesuntoday.wpengine.netdna-cdn.com/wp-content/uploads/2014/06/2014_06_10_12_09_05_AIA_304__LASCO_C2.png
http://www.nasa.gov/mission_pages/sunearth/news/News041612-M1.7flare.html
http://www.weather.gov/fsd/sunspots
https://www2.ucar.edu/atmosnews/news/907/more-solar-cycle-sunspots-sun-also-bombards-earth-high-speed-streams-wind
Kanginan, M., (1999), Fisika SMU kelas 3, Erlangga, Jakarta
Lanzerotti, L.J. (2001). Space Weather Effects on Technologies. Space Weather, Geophysical Monograph
Loewe C.A dan Prolss G.W.,(1997).Classsification and mean behaviour of magnetic stroms, J. Geophys. Res.A 102 14209-14213
McPherron, R.L.. (2005).Calculation of the Dst index, Presentation at LWS CDAW Workshop Fairfax, Virginia.by using adaptive filtering. Eart Planet Space, 50.839-845)
Mulyo, Agung. (2004). Pengantar Ilmu Kebumian. Bandung: CV Pustaka Setia
Newkirk, G.Jr. (1961). The Solar Corona In Active Regions and The Thermal Origin of The Slowly Varying Comonent of Solar Radio Radiation, Astrophysical Journal, vol.133, p.983
Russel, C.T. (2006). The Solar Wind Interaction with the Earth’s Magnetosphere : Tutorial. Departement of Earth an Space Science and Institute of Geophysich and Space Physich of University of Calofornia, Los Angles.
28
Setiahadi, B. (2006). Research on Magnetohydrodynamic Transport Phenomena in Solar-Terrestrial Space at LAPAN Watukosek 2006. Prosiding Seminar Antariksa Nasional III, Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN, Bandung,pp. 17
Suhartini,S. (1999). Dampak Flare Tanggal 21 dan 25 Agustus 1998 Pada Medan Magnet Bumi Dan Lapisan Ionosfer
Yamazaki Y., K.Yumoto,. G. Cardinal, B.J. Fraser, P M. Hattori, Y. Kakinami, J. Y. Liu, K.J.W. Lynn, R. Marshall, D. Mc. Namara, T. Nagatsuma, V.M. Nikivorov, R.E. Otadoy, M. Ruhimat, B.M. Shevtsov, K. Shiokawa, S. Abe, T. Uozumi, A. Yoshikawa. (2011). An Empirical model of the quiet daily geomagnetic field variation. J. Geoph. Res. Vol 116, A10312
Zhou, X.Y. and Wei, F.S.(1998). Prediction of recurrent geomagnetic disturbance by using adaptive filtering. Earth Planets Space 50,839-845
29