koran aspirasi rakyat pb idi: efisiensi bpjs kesehatan

1
Jumat, 3 Agustus 2018 Edisi: 11024 | Thn. XXXXV Koran Aspirasi Rakyat HARIAN TERBIT 9 HUMANIORA Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Ilham Oetama Marsis mengatakan, upaya penghematan yang dilakukan BPJS Kesehatan dengan pembatasan layanan berpotensi menyebabkan kerugian yang lebih besar dalam jangka panjang. PB IDI: Efisiensi BPJS Kesehatan Rugikan Masyarakat ISTIMEWA ISTIMEWA ISTIMEWA Jakarta, HanTer - Di- rektur Pemberdayaan Ma- syarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan pihaknya telah menginstruksikan kepa- da badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) untuk bersiap menghadapi kekeringan. “Kami sudah sampaikan kepada BPBD untuk ber- siap-siap. Pemetaan sudah dilakukan, tetapi kami tetap mengikuti data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),” katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (2/8/2018). Untuk daerah yang di- perkirakan akan mengalami kekeringan, BPBD setempat sudah diinstruksikan untuk mengidentifikasi titik-titik yang memiliki sumber air yang tidak terlalu terdam- pak musim kemarau. Sumber-sumber air itu akan menjadi pasokan uta- ma bagi masyarakat di dae- rah tersebut, bila di wilayah tempat tinggalnya sudah mulai kesulitan air. “Kami juga meminta BPBD untuk menyiapkan tangki-tangki air untuk mendistribusikan ke wilayah-wilayah yang kesulitan air,” tambahnya. Namun, Lilik menyebut- kan distribusi pasokan air menggunakan mobil tangki merupakan langkah tera- khir yang bisa dilakukan. Menurut dia, sebelum itu masyarakat sudah dimin- ta untuk menyimpan air mengantisipasi kekeringan. “Misalnya dengan me- nyimpan air hujan saat mu- sim penghujan. Model-model seperti itu sudah banyak dilakukan baik langsung di rumah-rumah, maupun fasi- litas-fasilitas yang ada di desa seperti masjid, gereja dan sekolah,” terangnya. Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menga- takan, puncak musim ke- marau yang menyebabkan kekeringan diperkirakan terjadi pada Agustus dan September 2018. “Ham- pir sebagian besar daerah di Jawa terdampak keke- ringan. Puncak kemarau Agustus, September. Jutaan orang terdampak,” kata Sutopo. Masyarakat, kata Suto- po, sudah mempunyai me- kanisme dan cara tersendiri dalam menghadapi bencana kekeringan. Sementara itu, dinas so- sial setempat telah mendis- tribusikan bantuan berupa air bersih untuk sejumlah wilayah yang terdampak. Salah satunya di Provinsi DI Yogyakarta yang meli- puti Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Bantul. Danial Daerah Diminta Siaga Hadapi Bencana Kekeringan Teknologi Sel Punca Harapan Dunia Kedokteran Jakarta, HanTer - Pe- raih penghargaan BPPT Innovation Award 2018 kategori perorangan, Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, SpOT(K) menga- takan, hasil risetnya dalam pengembangan teknolo- gi sel punca merupakan ‘angin segar’ di bidang kedokteran. Pasalnya sel punca me- miliki kemampuan mem- perbaiki diri dan bisa ber- kembang menjadi sel yang dituju. “Sebagai alternatif solusi,” kata dokter Ismail di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (2/8/2018). Teknologi sel punca ini bisa digunakan untuk menyembuhkan sejumlah penyakit diantaranya Di- abetes melitus, penyakit tulang dan sendi, gangguan penglihatan glaukoma, luka bakar, gagal jantung, serangan jantung, lumpuh dan serebral palsy. Menurut dia, di Indo- nesia, pasien pengguna teknologi sel punca ada sekitar 250 orang. Belum ada data tingkat akurasi teknologi sel punca ter- hadap penyembuhan pe- nyakit-penyakit tersebut. Kendati demikian, untuk pasien patah tulang, dokter Ismail mengklaim hasilnya sangat baik. “Untuk patah tulang, 100 persen nyam- bung,” katanya. Sementara untuk kasus pengapuran sendi, keber- hasilan tergantung tingkat keparahan penyakit. Untuk pengapuran sendi tahap awal, penyembuhan de- ngan teknologi sel punca, keberhasilannya 80-100 persen. Namun untuk pe- ngapuran sendi kronis, tingkat keberhasilannya 30-40 persen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail ini telah memberikan kesem- buhan bagi 153 pasien pe- nyakit tulang dan sendi yang sebelumnya gagal dengan pengobatan kon- vensional. Sel punca sebagai ba- han utama regenerasi sel bisa diperoleh dengan dua cara yakni autogenik (sel punca pasien) dan aloge- nik (sel punca pendonor yang berasal dari tali pusat bayi, jaringan lemak, sum- sum tulang orang dewasa). Seperti dilansir An- tara, teknologi sel punca ini sudah diterapkan di sejumlah rumah sakit ter- nama di Jakarta maupun kota besar lainnya dianta- ranya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, RS So- etomo, RS Harapan Kita, RS Fatmawati, RS Dhar- mais dan RS Umum Pusat Persahabatan. Selain itu juga di RS Hasan Sadikin (Bandung), RS Umum Pusat Dr Sardjito (Yog- yakarta) dan RS Umum Pusat Sanglah (Bali). Danial Jakarta, HanTer - “Kebi- jakan ini sebenarnya langkah efisiensi dari BPJS yang akan menghemat kurang lebih Rp388 miliar defisit, tetapi apa yang terjadi (menim- bulkan) kerugian yang lebih besar,” kata Marsis di kan- tor PB IDI Jakarta, Kamis (2/8/2018). Dia mencontohkan Per- aturan Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Nomor 3 tentang Persalinan Bayi Baru Lahir Sehat berpotensi menye- babkan bayi lahir dengan kecacatan atau penyakit komplikasi. Pada peraturan tersebut mengubah paket pelayanan dengan tidak memasukan berbagai sarana untuk pen- cegahan pada persalinan bayi berisiko. Anak yang terlahir cacat atau memiliki penyakit komplikasi akan membutuhkan perawatan dan biaya kesehatan yang juga dibiayi oleh BPJS Ke- sehatan. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman Bhakti Pulungan Sp.A(K) mengatakan pera- turan tersebut juga berpo- tensi meningkatkan angka kekerdilan atau stunting karena bayi yang terlahir cacat atau dengan penyakit komplikasi. “Anak lahir cacat, segala macam bisa terjadi, gam- pang infeksi, pertumbuhan terganggu, stunting akan meningkat,” kata Aman. Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia Dr Johan Hutauruk Sp.M(K) mengatakan Peraturan Di- rektur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Nomor 2 tentang Pelayanan Katarak juga berpotensi me- ningkatkan angka kebutaan di Indonesia. ILUSTRASI ILUSTRASI “Walaupun dihemat oleh BPJS, tapi di masyara- kat kerugiannya lebih besar. Angka kebutaan bukannya makin turun malah mening- kat,” kata Johan. Dalam peraturan yang baru, BPJS Kesehatan hanya menjamin pelayanan ope- rasi katarak dengan syarat visus atau ketajaman peng- lihatan pasien 6/18 yang dikategorikan sebagai buta sedang. Terpisah, Menteri Kese- hatan (Menkes), Nila Moelo- ek mengatakan tiga peraturan baru BPJS Kesehatan itu ter- bit agar menekan biaya klaim. “Kami mengerti ada de- fisit di BPJS Kesehatan. Kami juga mengerti bahwa ada memang yang tindakan- tindakan kita yang lebih efesien di sini, itu yang kita lakukan,” paparnya. Nila mengaku sudah menyampaikan persoalan ini kepada Presiden Joko Widodo, agar diberikan arahan untuk menyelesai- kan masalah defisit BPJS Kesehatan ini. “Sudah saya sampaikan ke presiden, kita selesaikan, jadi istilah saya ‘win-winlah’. Kita ngerti dia (BPJS Kesehatan) defisit, tapi kita juga mengerti bisa efesiensi dari ini (biaya),” ulas dia. Danial/Ant Jakarta, HanTer - Men- teri Pemberdayaan Pe- rempuan dan Perlindung- an Anak (PPPA) Yohana Susana Yembise menga- takan kaum perempuan masih menerima upah yang lebih rendah diban- dingkan laki-laki, mes- kipun memiliki tingkat pendidikan yang sama. “Padahal, peran pe- rempuan dalam pemba- ngunan ekonomi telah memberikan dampak be- sar,” kata Yohana, Kamis (2/8/2018). Yohana mengatakan Menurut Survei Ketena- gakerjaan Nasional 2017, Tingkat Partisipasi Ang- katan Kerja perempuan berada di angka 50, lebih rendah dibandingkan laki- laki yang sudah mencapai angka 83. Kesenjangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja itu disebabkan kesenjang- an tingkat pendidikan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan rata-rata perempuan Indonesia ha- nya berpendidikan sampai kelas tujuh atau dua SMP. Dari jumlah total te- naga kerja, perempuan umumnya bekerja di sek- tor informal dengan per- sentase terbesar di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan sebesar 28 persen, diikuti sektor per- dagangan skala besar dan kecil sebesar 23 persen. Perempuan yang ber- usaha di sektor informal juga masih menghadapi banyak kendala seperti ke- terbatasan akses sumber daya keuangan dan modal, akses informasi tentang produk dan pasar, serta akses untuk mendapatkan pelatihan keterampilan dan peningkatan kapasi- tas produk. “Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statis- tik pada 2014, 70 persen usaha mikro dan kecil di Indonesia dikelola oleh perempuan,” tuturnya. Ant Yohana: Kaum Perempuan Terima Upah Lebih rendah YOHANA SUSANA YEMBISE

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Koran Aspirasi Rakyat PB IDI: Efisiensi BPJS Kesehatan

Jumat, 3 Agustus 2018Edisi: 11024 | Thn. XXXXV

Koran Aspirasi RakyatHARIAN TERBIT

Koran Aspirasi RakyatERBIT 9HUMANIORA

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Ilham Oetama Marsis mengatakan, upaya penghematan yang dilakukan BPJS Kesehatan dengan pembatasan layanan berpotensi menyebabkan kerugian yang lebih besar dalam jangka panjang.

PB IDI: Efisiensi BPJS Kesehatan Rugikan Masyarakat

ISTI

MEW

A

ISTI

MEW

AISTIM

EWA

Jakarta, HanTer - Di-rektur Pemberdayaan Ma-syarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan pihaknya telah menginstruksikan kepa-da badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) untuk bersiap menghadapi kekeringan.

“Kami sudah sampaikan kepada BPBD untuk ber-siap-siap. Pemetaan sudah

dilakukan, tetapi kami tetap mengikuti data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),” katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (2/8/2018).

Untuk daerah yang di-perkirakan akan mengalami kekeringan, BPBD setempat sudah diinstruksikan untuk mengidentifi kasi titik-titik yang memiliki sumber air yang tidak terlalu terdam-pak musim kemarau.

Sumber-sumber air itu akan menjadi pasokan uta-ma bagi masyarakat di dae-rah tersebut, bila di wilayah tempat tinggalnya sudah mulai kesulitan air. “Kami juga meminta BPBD untuk menyiapkan tangki-tangki air untuk mendistribusikan ke wilayah-wilayah yang kesulitan air,” tambahnya.

Namun, Lilik menyebut-kan distribusi pasokan air menggunakan mobil tangki merupakan langkah tera-khir yang bisa dilakukan. Menurut dia, sebelum itu masyarakat sudah dimin-ta untuk menyimpan air mengantisipasi kekeringan.

“Misalnya dengan me-nyimpan air hujan saat mu-sim penghujan. Model-model seperti itu sudah banyak dilakukan baik langsung di rumah-rumah, maupun fasi-litas-fasilitas yang ada di desa seperti masjid, gereja dan sekolah,” terangnya.

Kepala Pusat Data dan

Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menga-takan, puncak musim ke-marau yang menyebabkan kekeringan diperkirakan terjadi pada Agustus dan September 2018. “Ham-pir sebagian besar daerah di Jawa terdampak keke-ringan. Puncak kemarau Agustus, September. Jutaan orang terdampak,” kata Sutopo.

Masyarakat, kata Suto-po, sudah mempunyai me-kanisme dan cara tersendiri dalam menghadapi bencana kekeringan.

Sementara itu, dinas so-sial setempat telah mendis-tribusikan bantuan berupa air bersih untuk sejumlah wilayah yang terdampak. Salah satunya di Provinsi DI Yogyakarta yang meli-puti Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Bantul.

Danial

Daerah Diminta Siaga Hadapi Bencana Kekeringan

Teknologi Sel Punca Harapan Dunia Kedokteran Jakarta, HanTer - Pe-raih penghargaan BPPT Innovation Award 2018 kategori perorangan, Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, SpOT(K) menga-takan, hasil risetnya dalam pengembangan teknolo-gi sel punca merupakan ‘angin segar’ di bidang kedokteran.

Pasalnya sel punca me-miliki kemampuan mem-perbaiki diri dan bisa ber-kembang menjadi sel yang dituju. “Sebagai alternatif solusi,” kata dokter Ismail di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (2/8/2018).

Teknologi sel punca ini bisa digunakan untuk menyembuhkan sejumlah penyakit diantaranya Di-abetes melitus, penyakit tulang dan sendi, gangguan penglihatan glaukoma, luka bakar, gagal jantung, serangan jantung, lumpuh dan serebral palsy.

Menurut dia, di Indo-

nesia, pasien pengguna teknologi sel punca ada sekitar 250 orang. Belum ada data tingkat akurasi teknologi sel punca ter-hadap penyembuhan pe-nyakit-penyakit tersebut. Kendati demikian, untuk pasien patah tulang, dokter Ismail mengklaim hasilnya sangat baik. “Untuk patah tulang, 100 persen nyam-bung,” katanya.

Sementara untuk kasus pengapuran sendi, keber-hasilan tergantung tingkat keparahan penyakit. Untuk pengapuran sendi tahap awal, penyembuhan de-ngan teknologi sel punca, keberhasilannya 80-100 persen. Namun untuk pe-ngapuran sendi kronis, tingkat keberhasilannya 30-40 persen.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail ini telah memberikan kesem-buhan bagi 153 pasien pe-nyakit tulang dan sendi

yang sebelumnya gagal dengan pengobatan kon-vensional.

Sel punca sebagai ba-han utama regenerasi sel bisa diperoleh dengan dua cara yakni autogenik (sel punca pasien) dan aloge-nik (sel punca pendonor yang berasal dari tali pusat bayi, jaringan lemak, sum-sum tulang orang dewasa).

Seperti dilansir An-tara, teknologi sel punca ini sudah diterapkan di sejumlah rumah sakit ter-nama di Jakarta maupun kota besar lainnya dianta-ranya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, RS So-etomo, RS Harapan Kita, RS Fatmawati, RS Dhar-mais dan RS Umum Pusat Persahabatan. Selain itu juga di RS Hasan Sadikin (Bandung) , RS Umum Pusat Dr Sardjito (Yog-yakarta) dan RS Umum Pusat Sanglah (Bali).

Danial

Jakarta, HanTer - “Kebi-jakan ini sebenarnya langkah efi siensi dari BPJS yang akan menghemat kurang lebih Rp388 miliar defi sit, tetapi apa yang terjadi (menim-bulkan) kerugian yang lebih besar,” kata Marsis di kan-tor PB IDI Jakarta, Kamis (2/8/2018).

Dia mencontohkan Per-aturan Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Nomor 3 tentang

Persalinan Bayi Baru Lahir Sehat berpotensi menye-babkan bayi lahir dengan kecacatan atau penyakit komplikasi.

Pada peraturan tersebut mengubah paket pelayanan dengan tidak memasukan berbagai sarana untuk pen-cegahan pada persalinan bayi berisiko. Anak yang terlahir cacat atau memiliki penyakit komplikasi akan membutuhkan perawatan

dan biaya kesehatan yang juga dibiayi oleh BPJS Ke-sehatan.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman Bhakti Pulungan Sp.A(K) mengatakan pera-turan tersebut juga berpo-tensi meningkatkan angka kekerdilan atau stunting karena bayi yang terlahir cacat atau dengan penyakit komplikasi.

“Anak lahir cacat, segala

macam bisa terjadi, gam-pang infeksi, pertumbuhan terganggu, stunting akan meningkat,” kata Aman.

Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia Dr Johan Hutauruk Sp.M(K) mengatakan Peraturan Di-rektur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Nomor 2 tentang Pelayanan Katarak juga berpotensi me-ningkatkan angka kebutaan di Indonesia.

ILUSTRASI

ILUSTRASI

“Walaupun dihemat oleh BPJS, tapi di masyara-kat kerugiannya lebih besar. Angka kebutaan bukannya makin turun malah mening-kat,” kata Johan.

Dalam peraturan yang baru, BPJS Kesehatan hanya menjamin pelayanan ope-rasi katarak dengan syarat visus atau ketajaman peng-lihatan pasien 6/18 yang dikategorikan sebagai buta sedang.

Terpisah, Menteri Kese-hatan (Menkes), Nila Moelo-ek mengatakan tiga peraturan baru BPJS Kesehatan itu ter-bit agar menekan biaya klaim.

“Kami mengerti ada de-fisit di BPJS Kesehatan. Kami juga mengerti bahwa ada memang yang tindakan-tindakan kita yang lebih efesien di sini, itu yang kita lakukan,” paparnya.

Nila mengaku sudah menyampaikan persoalan ini kepada Presiden Joko Widodo, agar diberikan arahan untuk menyelesai-kan masalah defisit BPJS Kesehatan ini. “Sudah saya sampaikan ke presiden, kita selesaikan, jadi istilah saya ‘win-winlah’. Kita ngerti dia (BPJS Kesehatan) defisit, tapi kita juga mengerti bisa efesiensi dari ini (biaya),” ulas dia.

Danial/Ant

Jakarta, HanTer - Men-teri Pemberdayaan Pe-rempuan dan Perlindung-an Anak (PPPA) Yohana Susana Yembise menga-takan kaum perempuan masih menerima upah yang lebih rendah diban-dingkan laki-laki, mes-kipun memiliki tingkat pendidikan yang sama.

“Padahal, peran pe-rempuan dalam pemba-ngunan ekonomi telah memberikan dampak be-sar,” kata Yohana, Kamis (2/8/2018).

Yohana mengatakan Menurut Survei Ketena-gakerjaan Nasional 2017, Tingkat Partisipasi Ang-katan Kerja perempuan berada di angka 50, lebih rendah dibandingkan laki-laki yang sudah mencapai angka 83.

Kesenjangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja itu disebabkan kesenjang-an tingkat pendidikan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan rata-rata

perempuan Indonesia ha-nya berpendidikan sampai kelas tujuh atau dua SMP.

Dari jumlah total te-naga kerja, perempuan umumnya bekerja di sek-tor informal dengan per-sentase terbesar di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan sebesar 28 persen, diikuti sektor per-dagangan skala besar dan kecil sebesar 23 persen.

Perempuan yang ber-usaha di sektor informal juga masih menghadapi banyak kendala seperti ke-terbatasan akses sumber daya keuangan dan modal, akses informasi tentang produk dan pasar, serta akses untuk mendapatkan pelatihan keterampilan dan peningkatan kapasi-tas produk.

“Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statis-tik pada 2014, 70 persen usaha mikro dan kecil di Indonesia dikelola oleh perempuan,” tuturnya.

Ant

Yohana: Kaum Perempuan Terima Upah Lebih rendah

YOHANA SUSANA YEMBISE