koran aspirasi rakyat tren meningkat, kpai minta

1
Rabu, 23 Juni 2021 Edisi: 11808 | Thn. XLVIII Koran Aspirasi Rakyat HARIAN TERBIT 9 HUMANIORA Sakit kepala yang hebat serta gangguan berbicara merupakan gejala identik pembekuan darah pada penerima vaksin AstraZeneca TREN MENINGKAT, KPAI MINTA PEMBUKAAN SEKOLAH DITUNDA Jakarta, HanTer - Situ- asi pandemi Covid-19 di Indonesia belum mereda. Tambahan kasus baru jus- tru terus terjadi, bahkan menunjukkan tren pening- katan dalam beberapa hari terakhir. Melonjaknya ka- sus Covid-19 di Indone- sia pasca libur lebaran ini diduga akibat virus corona varian Delta mutasi India. Data Kementerian Ke- sehatan mencatat, anak- anak yang terinfeksi covid juga sangat tinggi, sudah mencapai 12,5%. Ketiadaan ruang ICU bagi pasien covid usia anak mengakibatkan banyak anak meninggal akibat covid, sehingga ang- ka kematian anak akibat covid-19 di Indonesia sudah tertinggi di dunia. Berkaitan dengan hal ini, Komisi Perlindungan Anak Indonsia (KPAI) men- dorong Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah segera menghentikan uji- coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sejumlah daerah yang positivity rate- nya di atas 5%. “KPAI juga mendorong pemerintah pusat dan pe- merintah daerah menun- ILUSTRASI ISTIMEWA Jakarta, HanTer - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum memberikan izin edar obat terapi Iver- mectin yang digunakan untuk pasien COVID-19, kata Kepala Bidang Penanganan Kese- hatan Satgas Penanganan COVID-19 Brigjen TNI (Purn) Alexander K Ginting. “Belum ada izin edar dari BPOM,” katanya melalui pe- san singkat di Jakarta, Selasa (22/6/2021), saat ditanya terkait izin edar Ivermectin di Indonesia. Jika Ivermectin diguna- kan untuk indikasi sebagai obat anti virus, kata Alex, tentunya harus lewat jalur penelitian pakar dan harus ada rekomendasi BPOM se- bagai otoritas pengawas obat di Indonesia. Alex memastikan bahwa Ivermectin di Indonesia ma- sih dalam status penelitian dan bukan obat bebas. “Se- hingga obat ini harus tetap disediakan di apotek sebagai obat antiparasit yaitu obat cacing,” katanya. Sebelumnya diberitakan, BPOM masih melakukan uji klinik terhadap khasiat dan keamanan penggunaan Ivermectin dalam pengo- batan pasien COVID-19 “Uji klinik ada di bawah koordi- nasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dengan melibatkan beberapa rumah sakit,” Juru Bicara CO- VID-19 BPOM, Lucia Rizka Andalusia. Lucia dalam keterangan BPOM menyebutkan bah- wa Ivermectin kaplet 12 mg terdaftar di Indonesia untuk indikasi infeksi kecacingan atau Strongyloidiasis dan On- chocerciasis yang diberikan dalam dosis tunggal 150-200 mcg/kg Berat Badan dengan pemakaian satu tahun sekali. BPOM menyatakan pene- litian untuk pencegahan ma- upun pengobatan COVID-19 yang sudah dipublikasikan menyatakan bahwa Ivermectin memiliki potensi antiviral pada uji secara in-vitro di laboratori- um. Akan tetapi, masih diper- lukan bukti ilmiah yang lebih meyakinkan terkait keamanan, khasiat, dan efektivitasnya se- bagai obat COVID-19 melalui uji klinik lebih lanjut. BPOM Belum Keluarkan Izin Edar Obat Terapi Ivermectin Partisipasi Pria dalam Program KB Masih Rendah Koalisi Masyarakat Sebut Revisi PP109 Terhambat BPOM menyatakan bah- wa Ivermectin merupakan obat keras yang pembeli- annya harus dengan resep dokter dan penggunaannya di bawah pengawasan dokter. BPOM juga menyam- paikan peringatan bahwa Ivermectin yang digunakan tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan efek sam- ping, antara lain nyeri otot/ sendi, ruam kulit, demam, pusing, sembelit, diare, me- ngantuk, dan Sindrom Ste- vens-Johnson. Untuk kehati-hatian, Ba- dan POM RI meminta kepada masyarakat agar tidak mem- beli obat Ivermectin secara bebas tanpa resep dokter, termasuk membeli melalui platform daring (online). Un- tuk penjualan obat Ivermec- tin termasuk melalui daring tanpa ada resep dokter dapat dikenakan sanksi sesuai de- ngan ketentuan yang berlaku. Ant terpapar virus SARS- CoV-2 itu. “Secara kajian di Indonesia maupun mancanegara menyata- kan dengan jelas mero- kok meningkatkan risiko penularan COVID-19 dan kedua, mereka yang merokok dan terdampak asap rokok, paru-paru- nya tidak optimal, angka kematian lebih tinggi,” ujar dia. Padahal, kata Naf- siah, Presiden RI ter- dahulu amanat untuk merevisi soal zat adiktif tersebut telah dicurah- kan dalam Keputus- an Presiden Nomor 9/2018. Sehingga untuk mengendalikan temba- kau, Nafsiah meminta agar para bawahan pre- siden terkini mengikuti visi misi presiden. Dia meyakini pembangun- an ekonomi harus dila- kukan secara holistik. “Tidak bisa memba- ngun ekonomi tanpa rak- yat yang sehat. Pemba- ngunan harus dilakukan secara holisitik,” kata dia. Selain Nafsiah, ko- alisi KOMPAK terdiri dari Yayasan Lentera Anak, Yayasan Lem- baga Konsumen Indo- nesia (YLKI), Komnas Pengendalian Temba- kau, FAKTA Indonesia, dan Indonesia Institute for Social Development (IISD). Koalisi itu men- desak Presiden Joko Widodo untuk segera menyelesaikan revisi PP 109/2012 tentang Pengamanan Zat Adik- tif tersebut. Arbi/Ant Jakarta, HanTer - Koalisi Masyarakat Peduli Kese- hatan (KOMPAK) meminta Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bersikap tegas menyikapi penghambat revisi Peraturan Pemerin- tah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Mantan Menteri Kese- hatan yang tergabung dalam KOMPAK Nafsiah Mboi mengatakan seharusnya pembantu presiden, yakni para menteri, tidak menolak dan menjadi penghambat revisi PP 109/2012 tersebut. “Saya tidak bisa meng- erti, tidak masuk akal saya kalau masih ada menteri yang mau, menteri yang masih menolak dan meng- hambat revisi PP 109 Tahun 2012 ini,” ujar Nafsiah, dalam konferensi pers yang diadakan secara virtual dan dipantau dari Jakarta, Sela- sa (22/6/2021). Dewan Penasihat Kom- nas Pengendalian Tem- bakau tersebut mengata- kan seharusnya revisi PP 109/2012 menjadi pen- ting lantaran Presiden RI telah menyatakan untuk memprioritaskan sumber daya manusia, bukan hanya memprioritaskan ekonomi. “Masih ada menteri, menko (menteri koordinator) dan anggota DPR, apalagi yang mewakili rakyatnya, meno- lak atau menghalangi revisi ini dengan alasan yang tidak tepat,” ucap dia. Menurut dia, revisi PP 109/2012 ini mendesak lan- taran pandemi COVID-19 membuat masyarakat tak hanya mengalami dampak virus yang menyerang luar biasa, namun juga dampak perburukan organ paru- paru, jantung dan ginjal akibar zat adiktif merokok. Masyarakat Indonesia yang merokok, menurut dia, jelas tidak memiliki paru- paru yang baik, sehingga dapat meningkatkan risiko perburukan apabila mereka da pembukaan sekolah pada tahun ajaran baru 2021/2022 yang dimulai pada 12 Juli 2021, mengi- ngat kasus sangat tinggi dan positivity rate di sejumlah daerah diatas 5 persen, bah- kan ada yang mencapai 17%. Kondisi ini sangat tidak aman untuk buka sekolah tatap muka,” kata Komisi- oner KPAI, Retno Listyarti, Selasa (22/6/2021). Selain itu, kata Retno, KPAI mendorong agar ke- bijakan buka sekolah tatap muka di Indonesia tidak di- seragamkan. Misalnya, un- tuk daerah-daerah dengan positivity ratenya dibawah 5 persen, KPAI mendorong sekolah tatap muka bisa di- buka dengan pemberlakuan prokes/SOP yang ketat. “Di wilayah-wilayah ke- pulauan kecil yang sulit sinyal justru kami sarankan dibuka dengan ketentuan yang sama sebagaimana disebutkan Presiden Joko- wi, PTM hanya 2 jam, siswa yang hadir hanya 25% dan hanya 1-2 kali seminggu”, ujarnya. Retno menegaskan, pe- merintah pusat maupun pe- merintah daerah juga harus menyediakan fasilitas ruang NICU dan ICU khusus covid untuk pasien usia anak. “Ketiadaan ruang ICU dan NICU di berbagai daerah di Indonesia mengakibat- kan pasien usia anak yang positif covid-19 sulit disela- matkan ketika kondisinya kritis,” katanya. Sebagai informasi, Sat- gas Covid-19 mencatat ka- sus konfirmasi positif secara nasional bertambah 13.737 pada Minggu (20/6). Total kasus positif Covid-19 di In- donesia menjadi 1.989.909 kasus. Dari angka tersebut, 12,5% yang terinfeksi covid 19 adalah usia anak. Adapun angka kematian anak akibat covid-19 di Indonesia sudah tertinggi di dunia, padahal sekolah tatap muka belum mulai di buka secara se- rentak. Angka keterisian tem- pat tidur atau BOR di rumah sakit juga kritis. BOR di sejumlah provin- si Pulau Jawa berada di atas ambang batas WHO sebesar 60 persen. Seperti Jakarta telah mencapai 84 persen, Jawa Barat 81 persen, Banten 79 persen, Jawa Tengah 79 persen, dan Yogyakarta 74 persen. Sementara di Wisma Atlet, sisa tempat tidur untuk pasien Covid-19 sebanyak 1.352 unit dari total 7.394. Ada sepuluh (10) pro- vinsi di Indonesia dengan prevalensi tertinggi, per 20 Juni 2021, yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, D.I Yog- jakarta, Bangka Belitung, Bali, Kepulauan Riau, Pa- pua Barat, Riau, dan Su- matera Barat. DKI Jakarta mencatat jumlah tertinggi sebanyak 5.582 kasus. Arbi/Ant ISTIMEWA Jakarta, HanTer - Dok- ter Spesialis Urologi, Widi Atmoko menyampaikan bahwa partisipasi pria dalam program Keluar- ga Berencana (KB) masih rendah. “Capaian pengguna kon- trasepsi pria masih rendah, hanya sekitar 7,5 persen dibandingkan wanita,” ujar Widi Atmoko, dikutip Anta- ra, Selasa (22/6/2021). Berdasarkan data BKK- BN 2017 disebutkan bahwa 3,12 persen laki-laki Indone- sia menggunakan alat kon- trasepsi kondom dan hanya 0,2 persen yang melakukan vasektomi untuk program perencanaan keluarga. Menurut dia, rendahnya pria yang melakukan vasek- tomi, salah satunya karena minimnya pengetahuan di masyarakat. “Metode vasektomi untuk KB pria paling rendah, penyebabnya mungkin karena penge- tahuan yang kurang dan terbatas,” ucapnya. Ia menjelaskan bahwa vasektomi berbeda dengan kebiri. Secara definisi, va- sektomi adalah memotong atau mengikat saluran sper- ma yang bertujuan meng- halangi sperma bercampur dengan semen yang dikelu- arkan saat pria melakukan hubungan seksual. “Vasektomi masih bisa mengeluarkan cairan se- men, tapi tanpa keluar sel sperma atau sel benih. Itu yang diharapkan pada tin- dakan vasektomi, sehingga tetap normal ereksi, ejaku- lasi, namun cairan semen tidak mengandung sperma,” paparnya. Sementara kebiri, lanjut dia, praktik untuk mene- kan hasrat seksual, sehing- ga orang tersebut tak lagi berminat pada hubungan seksual. “Kebiri adalah tin- dakan yang menghilangkan fungsi organ reproduksi dengan mengangkat testis. Kebiri dapat juga dilakukan secara kimiawi dengan be- berapa obat yang menekan kerja dari testis, sehingga secara fungsional testis ti- dak akan bekerja,” katanya. Dalam kesempatan itu, Widi juga menyampaikan bahwa saat ini tindakan vasektomi sudah dapat di- lakukan tanpa pisau dengan durasi yang relatif singkat, yakni 10-20 menit. Setelah tindakan vasek- tomi, lanjut dia, sel sperma masih berproduksi, namun akan rusak (degradasi) dan mati, serta direabsorbsi kembali oleh tubuh. Safari ILUSTRASI

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Koran Aspirasi Rakyat TREN MENINGKAT, KPAI MINTA

Rabu, 23 Juni 2021Edisi: 11808 | Thn. XLVIII

Koran Aspirasi RakyatHARIAN TERBIT

Koran Aspirasi RakyatERBIT 9HUMANIORA

S akit kepala yang hebat serta

gangguan berbicara merupakan gejala

identik pembekuan darah pada

penerima vaksin AstraZeneca

TREN MENINGKAT, KPAI MINTA PEMBUKAAN SEKOLAH DITUNDA

Jakarta, HanTer - Situ-asi pandemi Covid-19 di Indonesia belum mereda. Tambahan kasus baru jus-tru terus terjadi, bahkan menunjukkan tren pening-katan dalam beberapa hari terakhir. Melonjaknya ka-sus Covid-19 di Indone-sia pasca libur lebaran ini diduga akibat virus corona varian Delta mutasi India.

Data Kementerian Ke-sehatan mencatat, anak-anak yang terinfeksi covid juga sangat tinggi, sudah mencapai 12,5%. Ketiadaan ruang ICU bagi pasien covid usia anak mengakibatkan banyak anak meninggal akibat covid, sehingga ang-

ka kematian anak akibat covid-19 di Indonesia sudah tertinggi di dunia.

Berkaitan dengan hal

ini, Komisi Perlindungan Anak Indonsia (KPAI) men-dorong Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

segera menghentikan uji-coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sejumlah daerah yang positivity rate-

nya di atas 5%. “KPAI juga mendorong

pemerintah pusat dan pe-merintah daerah menun-

ILUSTRASI

ISTIMEWA

Jakarta, HanTer - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum memberikan izin edar obat terapi Iver-mectin yang digunakan untuk pasien COVID-19, kata Kepala Bidang Penanganan Kese-hatan Satgas Penanganan COVID-19 Brigjen TNI (Purn) Alexander K Ginting.

“Belum ada izin edar dari BPOM,” katanya melalui pe-san singkat di Jakarta, Selasa (22/6/2021), saat ditanya terkait izin edar Ivermectin di Indonesia.

Jika Ivermectin diguna-kan untuk indikasi sebagai obat anti virus, kata Alex, tentunya harus lewat jalur penelitian pakar dan harus ada rekomendasi BPOM se-bagai otoritas pengawas obat

di Indonesia.Alex memastikan bahwa

Ivermectin di Indonesia ma-sih dalam status penelitian dan bukan obat bebas. “Se-hingga obat ini harus tetap disediakan di apotek sebagai obat antiparasit yaitu obat cacing,” katanya.

Sebelumnya diberitakan, BPOM masih melakukan uji klinik terhadap khasiat dan keamanan penggunaan Ivermectin dalam pengo-batan pasien COVID-19 “Uji klinik ada di bawah koordi-nasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dengan melibatkan beberapa rumah sakit,” Juru Bicara CO-VID-19 BPOM, Lucia Rizka Andalusia.

Lucia dalam keterangan BPOM menyebutkan bah-wa Ivermectin kaplet 12 mg terdaftar di Indonesia untuk indikasi infeksi kecacingan atau Strongyloidiasis dan On-chocerciasis yang diberikan dalam dosis tunggal 150-200 mcg/kg Berat Badan dengan pemakaian satu tahun sekali.

BPOM menyatakan pene-litian untuk pencegahan ma-upun pengobatan COVID-19 yang sudah dipublikasikan menyatakan bahwa Ivermectin memiliki potensi antiviral pada uji secara in-vitro di laboratori-um. Akan tetapi, masih diper-lukan bukti ilmiah yang lebih meyakinkan terkait keamanan, khasiat, dan efektivitasnya se-bagai obat COVID-19 melalui uji klinik lebih lanjut.

BPOM Belum Keluarkan Izin Edar Obat Terapi Ivermectin

Partisipasi Pria dalam Program KB Masih Rendah

Koalisi Masyarakat Sebut Revisi PP109 Terhambat

BPOM menyatakan bah-wa Ivermectin merupakan obat keras yang pembeli-annya harus dengan resep dokter dan penggunaannya di bawah pengawasan dokter.

BPOM juga menyam-paikan peringatan bahwa Ivermectin yang digunakan tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan efek sam-ping, antara lain nyeri otot/sendi, ruam kulit, demam, pusing, sembelit, diare, me-ngantuk, dan Sindrom Ste-vens-Johnson.

Untuk kehati-hatian, Ba-dan POM RI meminta kepada masyarakat agar tidak mem-beli obat Ivermectin secara bebas tanpa resep dokter, termasuk membeli melalui platform daring (online). Un-tuk penjualan obat Ivermec-tin termasuk melalui daring tanpa ada resep dokter dapat dikenakan sanksi sesuai de-ngan ketentuan yang berlaku.

Ant

terpapar virus SARS-CoV-2 itu. “Secara kajian di Indonesia maupun mancanegara menyata-kan dengan jelas mero-kok meningkatkan risiko penularan COVID-19 dan kedua, mereka yang merokok dan terdampak asap rokok, paru-paru-nya tidak optimal, angka kematian lebih tinggi,” ujar dia.

Padahal, kata Naf-siah, Presiden RI ter-dahulu amanat untuk merevisi soal zat adiktif tersebut telah dicurah-kan dalam Keputus-an Presiden Nomor 9/2018. Sehingga untuk mengendalikan temba-kau, Nafsiah meminta agar para bawahan pre-siden terkini mengikuti visi misi presiden. Dia meyakini pembangun-an ekonomi harus dila-kukan secara holistik.

“Tidak bisa memba-ngun ekonomi tanpa rak-yat yang sehat. Pemba-ngunan harus dilakukan secara holisitik,” kata dia.

Selain Nafsiah, ko-alisi KOMPAK terdiri dari Yayasan Lentera Anak, Yayasan Lem-baga Konsumen Indo-nesia (YLKI), Komnas Pengendalian Temba-kau, FAKTA Indonesia, dan Indonesia Institute for Social Development (IISD). Koalisi itu men-desak Presiden Joko Widodo untuk segera menyelesaikan revisi PP 109/2012 tentang Pengamanan Zat Adik-tif tersebut.

Arbi/Ant

Jakarta, HanTer - Koalisi Masyarakat Peduli Kese-hatan (KOMPAK) meminta Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bersikap tegas menyikapi penghambat revisi Peraturan Pemerin-tah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

Mantan Menteri Kese-hatan yang tergabung dalam KOMPAK Nafsiah Mboi mengatakan seharusnya pembantu presiden, yakni para menteri, tidak menolak dan menjadi penghambat revisi PP 109/2012 tersebut.

“Saya tidak bisa meng-erti, tidak masuk akal saya kalau masih ada menteri yang mau, menteri yang masih menolak dan meng-hambat revisi PP 109 Tahun 2012 ini,” ujar Nafsiah, dalam konferensi pers yang diadakan secara virtual dan dipantau dari Jakarta, Sela-sa (22/6/2021).

Dewan Penasihat Kom-

nas Pengendalian Tem-bakau tersebut mengata-kan seharusnya revisi PP 109/2012 menjadi pen-ting lantaran Presiden RI telah menyatakan untuk memprioritaskan sumber daya manusia, bukan hanya memprioritaskan ekonomi. “Masih ada menteri, menko (menteri koordinator) dan anggota DPR, apalagi yang mewakili rakyatnya, meno-lak atau menghalangi revisi ini dengan alasan yang tidak tepat,” ucap dia.

Menurut dia, revisi PP 109/2012 ini mendesak lan-taran pandemi COVID-19 membuat masyarakat tak hanya mengalami dampak virus yang menyerang luar biasa, namun juga dampak perburukan organ paru-paru, jantung dan ginjal akibar zat adiktif merokok.

Masyarakat Indonesia yang merokok, menurut dia, jelas tidak memiliki paru-paru yang baik, sehingga dapat meningkatkan risiko perburukan apabila mereka

da pembukaan sekolah pada tahun ajaran baru 2021/2022 yang dimulai pada 12 Juli 2021, mengi-ngat kasus sangat tinggi dan positivity rate di sejumlah daerah diatas 5 persen, bah-kan ada yang mencapai 17%. Kondisi ini sangat tidak aman untuk buka sekolah tatap muka,” kata Komisi-oner KPAI, Retno Listyarti, Selasa (22/6/2021).

Selain itu, kata Retno, KPAI mendorong agar ke-bijakan buka sekolah tatap muka di Indonesia tidak di-seragamkan. Misalnya, un-tuk daerah-daerah dengan positivity ratenya dibawah 5 persen, KPAI mendorong sekolah tatap muka bisa di-buka dengan pemberlakuan prokes/SOP yang ketat.

“Di wilayah-wilayah ke-pulauan kecil yang sulit sinyal justru kami sarankan dibuka dengan ketentuan yang sama sebagaimana disebutkan Presiden Joko-wi, PTM hanya 2 jam, siswa yang hadir hanya 25% dan hanya 1-2 kali seminggu”, ujarnya.

Retno menegaskan, pe-merintah pusat maupun pe-merintah daerah juga harus menyediakan fasilitas ruang NICU dan ICU khusus covid untuk pasien usia anak. “Ketiadaan ruang ICU dan NICU di berbagai daerah di Indonesia mengakibat-kan pasien usia anak yang positif covid-19 sulit disela-matkan ketika kondisinya

kritis,” katanya. Sebagai informasi, Sat-

gas Covid-19 mencatat ka-sus konfi rmasi positif secara nasional bertambah 13.737 pada Minggu (20/6). Total kasus positif Covid-19 di In-donesia menjadi 1.989.909 kasus. Dari angka tersebut, 12,5% yang terinfeksi covid 19 adalah usia anak. Adapun angka kematian anak akibat covid-19 di Indonesia sudah tertinggi di dunia, padahal sekolah tatap muka belum mulai di buka secara se-rentak.

Angka keterisian tem-pat t idur atau BOR di rumah sakit juga kritis. BOR di sejumlah provin-si Pulau Jawa berada di atas ambang batas WHO sebesar 60 persen. Seperti Jakarta telah mencapai 84 persen, Jawa Barat 81 persen, Banten 79 persen, Jawa Tengah 79 persen, dan Yogyakarta 74 persen.Sementara di Wisma Atlet, sisa tempat tidur untuk pasien Covid-19 sebanyak 1.352 unit dari total 7.394.

Ada sepuluh (10) pro-vinsi di Indonesia dengan prevalensi tertinggi, per 20 Juni 2021, yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, D.I Yog-jakarta, Bangka Belitung, Bali, Kepulauan Riau, Pa-pua Barat, Riau, dan Su-matera Barat. DKI Jakarta mencatat jumlah tertinggi sebanyak 5.582 kasus.

Arbi/Ant

ISTI

MEW

A

Jakarta, HanTer - Dok-ter Spesialis Urologi, Widi Atmoko menyampaikan bahwa partisipasi pria dalam program Keluar-ga Berencana (KB) masih rendah.

“Capaian pengguna kon-trasepsi pria masih rendah, hanya sekitar 7,5 persen dibandingkan wanita,” ujar Widi Atmoko, dikutip Anta-ra, Selasa (22/6/2021).

Berdasarkan data BKK-BN 2017 disebutkan bahwa 3,12 persen laki-laki Indone-sia menggunakan alat kon-trasepsi kondom dan hanya 0,2 persen yang melakukan vasektomi untuk program

perencanaan keluarga.Menurut dia, rendahnya

pria yang melakukan vasek-tomi, salah satunya karena minimnya pengetahuan di masyarakat. “Metode vasektomi untuk KB pria paling rendah, penyebabnya mungkin karena penge-tahuan yang kurang dan terbatas,” ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa vasektomi berbeda dengan kebiri. Secara defi nisi, va-sektomi adalah memotong atau mengikat saluran sper-ma yang bertujuan meng-halangi sperma bercampur dengan semen yang dikelu-arkan saat pria melakukan

hubungan seksual.“Vasektomi masih bisa

mengeluarkan cairan se-men, tapi tanpa keluar sel sperma atau sel benih. Itu yang diharapkan pada tin-dakan vasektomi, sehingga tetap normal ereksi, ejaku-lasi, namun cairan semen tidak mengandung sperma,” paparnya.

Sementara kebiri, lanjut dia, praktik untuk mene-kan hasrat seksual, sehing-ga orang tersebut tak lagi berminat pada hubungan seksual. “Kebiri adalah tin-dakan yang menghilangkan fungsi organ reproduksi dengan mengangkat testis.

Kebiri dapat juga dilakukan secara kimiawi dengan be-berapa obat yang menekan kerja dari testis, sehingga secara fungsional testis ti-dak akan bekerja,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Widi juga menyampaikan bahwa saat ini tindakan vasektomi sudah dapat di-lakukan tanpa pisau dengan durasi yang relatif singkat, yakni 10-20 menit.

Setelah tindakan vasek-tomi, lanjut dia, sel sperma masih berproduksi, namun akan rusak (degradasi) dan mati, serta direabsorbsi kembali oleh tubuh.

Safari

ILUSTRASI