tugas tren isu komunitas
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
MAKALAH
TREN ISU KEPERAWATAN KOMUNITAS
HOME CARE
1. R. Nisa Haqqu 1211026
2. Nilsa Prih Utami 12110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA
BLITAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Makalah Tren Isu
Keperawatan Komunitas “Home care”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
semester 8 mata kuliah Komunitas 4. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.
Blitar, Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trend kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada transisi
epidemologi dari penyakit menular ke penyakit kronis serta degeneratif.
Kondisi tersebut disebabkan oleh perubahan struktur pendidikan dan gaya
hidup masyarakat. Perubahan tersebut menyebabkan pola perawatan jangka
panjang sangat dibuthkan. Seiring dengan itu, konsep pelayanan kesehatan
pun berubah. Konsep yang tadinya masyarakat mendatangi institusi pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas menjadi pelayanan kesehatan
yang mendatangi masyarakat. Oleh karena itu, paradigma rumah sakit adalah
tempat paling penting dalam penyembuhan dan perawatan klien sudah mulai
berubah menjadi perawatan dirumah (Widyanto, 2014).
Hampir semua orang setuju bahwa rumah merupakan tempat paling
baik untuk melakukan perawatan kesehatan, terutama untuk meningkatkan
kemandirian klien. Tidak hanya memberikan perawatan yang lebih murah,
home care juga merupakan langkah kunci untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal untuk banyak klien. Konsep home care dapat meningkatkan
kualitas pelayanan dan menghindari rawat inap di pelayanan kesehatan karena
kondisi kronis atau efek samping. Konsep home care juga menghindari
kesalahan yang sering dilakukan di rumah jika tidak ada perawat seperti
kesalahan pengobatan atau terjatuh.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas tentang Home
care yang merupakan salah satu Trend dan Isu Keperawatan Komunitas.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Home care merupakan salah satu trend isu keperawatan
komunitas terkini.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi home care.
b. Mengetahui tujuan home care.
c. Mengetahui manfaat home care.
d. Mengetahui prinsip-prinsip home care.
e. Mengetahui faktor pendorong perkembangan home care.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Home care
Home care merupakan penyidiaan pelayanan dan peralatan profesional
perawat bagi klien dan keluarganya dirumah untuk menjaga kesehatan,
edukasi, pencegahan penyakit, diagnosis dan penanganan penyakit, terapi
paliatif, dan rehabilisatif (Widyanto, 2014). Sedangkan Depkes (2002)
menyebutkan bahwa home care merupakan pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat penyakit.
Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan
RI dalam makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang “Home care Bukti
Kemandirian Perawat“ menyebutkan bahwa home care sebagai salah satu
bentuk praktik mandiri perawa. Home care merupakan sintesis dari pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknis keperawatan klinik
yang berasal dari spesialisasi keperawatan tertentu.
2.2 Tujuan Home care
Menurut Widyanto ( 2014 ), Home care merupakan upaya untuk
menyembuhkan, mempertahankan, memilihara dan meningkatkan kesehatan
fisik, mental atau emosi klien. Pelayanan diberikan di rumah dengan
melibatkan klien dan keluarganya atau pemberi pelayanan yang lain. Tujuan
khusus home care antara lain :
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar klien secara bio, psiko, sosial, dan spiritual.
2. Meningkatnya kemandirian pasien dan keluarga dalam pemiliharaan dan
perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
3. Terpenuhinya pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai
kebutuhan klien.
Home care merupakan salah satu jenis perawatan jangka panjang (long
time care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non
professional yang telah mendapat pelatiahan home care merupakan lanjutan
asuhan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit yang termasuk dalam
rencana pemulangan dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit
semula, oleh perawat komunitas dimana klien tersebut berada, atau
keperawatan khusus yang menangani klien dirumah. Pelayanan yang home
care merupakan suatu komponen rentang keperawatan yang
berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga
di tempat tinggal mereka.
2.3 Manfaat Home care
Manfaat pelayanan home care bagi klien menurut Triwibowo ( 2012 )
antara lain :
1. Pelayanan akan lebih sempurna, holistik, dan komprehensif
2. Pelayanan lebih professional
3. Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dibawah naungan legal
dan etik keperawatan
4. Kebutuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga merasa lebih nyaman dan
puas dengan asuhan keperawatan yang profesional
2.4 Prinsip Home care
Prinsip-prinsip home care menurut Triwibowo ( 2012 ) sebagai berikut :
1. Pengelolaan pelayanan keperawatan di rumah dilaksanakan oleh
perawat/TIM yang memiliki keahlian khusus bidang tersebut.
2. Mengaplikasi konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
3. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sistematis, akurat dan
komprehensif secara terus menerus.
4. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosa
keperawatan.
5. Mengembangkan rencana keperawatna didasarkan pada diagnosa
keperawatan yang dikaitkan dengan tindakan – tindakan pencegahan,
terapi dan pemulihan.
6. Memberikan pelayan keperawatan dalam rangka menjaga kenyamanan,
penyembuhan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan komplikasi.
7. Mengevaluasi secara terus menerus respon klien dan keluarganya terhadap
intervensi keperawatan.
8. Bertanggung jawab kepada klien dan keluarganya akan pelayanan yang
bermutu melalui manajemen kasus, rencana penghentian asuhan
keperawatan ( discharge planing ) dan koordinasi dengan sumber – sumber
di komunitas.
9. Memilihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agar kegiatan
yang dilakukan anggota tim saling mendukung.
10. Mengembangkan kemampuan profesional dan berkontribusi pada
pertumbuhan kemampuan profesional tenaga yang lain.
11. Berpartisipasi dalam aktivitas riset untuk mengembangkan pengetahuan
pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.
12. Menggunakan kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktik
keperawatan.
2.5 Faktor Perkembangan Home care
Bentuk pelayanan kesehatan yang saat ini dikenal masyarakat dalam
sistem pelayanan kesehatanadalah rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain
banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai
pertimbangan terpakasa dirawat di rumah dan tidak di rawat inap di institusi
pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan home
care menurut Triwibowo (2012) adalah :
1. Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efesien
apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan.
2. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada
kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang lebih
lama. Hal itu akan berdampak pada meningkatnya kasus-kasus yang
memerlukan tindak lanjut perawatan di rumah.
3. Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profil, merasakan
perawatan pasien yang lebih lama (lebih dari 1 minggu) tidak
menguntungkan bahkan menjadi beban dari manajemen.
4. Banyak orang merasakan bahwa dirawat di institusi pelayanan kesehatan
membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak menikmati
kehidupan secara optimal karena terkait dengan aturan-aturan yang
ditetapkan.
5. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien
dibandingkan dengan perawatan dirumah sakit, sehingga dapat
mempercepat kesembuhan.
2.6 Jurnal Keperawatan Komunitas
PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM PRAKTEK
KEPERAWATAN DI RUMAH (HOMECARE) PADA
PASIEN CRONIC HEART FAILURE
Lia Mulyati*
*Mahasiswa Magister Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Abstrak
Latar belakang : Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit nomor satu yang memicu terjadinya kematian. Penyakit gagal jantung sering menyebabkan ketidakmampuan dan penurunan kualitas hidup penderitanya. Metode Telehealth saat ini dikembangkan untuk meningkatkan layanan perawatan di rumah. Tulisan ini menggambarkan tentang penggunaan teknologi dengan rancangan telehealth dalam pelaksanaan perawatan di rumah pada pasien dengan gagal jantung kronik. Dimana dengan menggunakan telehealth pemberi pelayanan kesehatan dan pasien dapat berkomunikasi dan bertukar informasi secara jarak jauh serta pasien dapat melakukan monitoring secara mandiri. Telehealth ini ditujukan untuk menyokong aplikasi praktek pelayanan kesehatan secara profesional yang melibatkan berbagai disiplin ilmu..
Tujuan : menganalisis perkembangan teknologi kesehatan/ keperawatan mutakhir dalam melakukan perawatan di rumah untuk penderita penyakit kronik khusunya CHF.
Hasil dan kesimpulan: Dengan menggunakan telehealth dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh pasien dan mengurangi frekwensi rehospitalisasi. Penggunaan telehealth tidak mengurangi kualitas pelayanan dan tidak mengurangi tingkat kepuasan pasien.
A. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak
terjadi di jaman kekinian dimana penyakit ini merupakan penyakit nomor satu
yang memicu terjadinya kematian. Perkembangan penyakit gagal jantung
ditunjang dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang menimbulkan
beberapa kondisi yang memicu terjadinya penyakit kardiovaskuler seperti;
meningkatnya kadar kolesterol darah, peningkatan tekanan darah, tingginya kadar
gula darah, dan obesitas.
Penyakit gagal jantung merupakan sindrom dengan gejala unik yang
terkadang kurang disadari oleh penderita. Gagal jantung dapat berasal dari
penyakit jantung koroner, hipertensi, kardiomiopathy atau dysfungsi valvular,
kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk jantung (remodeling).
Pada jantung kiri akan terjadi dysfunsi systolik ventrikuler dan semakin
lemahnya ventrikel kiri dan membesar, serta ventrikel semakin menebal.
Kegagalan pada kedua sisi jantung menyebabkan dypsnoe dan kelelahan. Tanda
dan gejala lain meliputi edema perifer, sulit tidur pada posisi supine, batuk dan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan berat badan yang tiba-tiba
naik akibat dari retensi cairan.
European Society of Cardiology mencatat dari 900 juta penduduk di
United state, sekitar 15 juta orang meninggal dengan gagal jantung. Prevalensi
gagal jantung meningkat tajam pada usia 75 tahun. Menurut Nukman(1), di
Indonesia data preva-lensi gagal jantung secara nasional memang belum ada.
Namun, sebagai gambaran, di ruang rawat jalan dan inap Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta pada 2006, didapati 3,23 persen kasus gagal jantung dari
total 11.711 pasien. Management yang sering dilakukan pada pasien dengan CHF
meliputi intervensi farmakologi, restriksi cairan dan nutrisi, dan rekomendasi
modifikasi gaya hidup.
Menurut Numan(1) Hampir 50% pasien dengan gagal jantung mengalami
penurunan kualitas hidup karena menimbulkan ketidakmampuan secara fisik,
oleh karena itu, gagal jantung dan penyebab penyakitnya harus dikenali sejak
awal untuk dicegah dan mendapat tata laksana sedini mungkin, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari penurunan kualitas hidup, mortalitas dan beban
ekonomis yang tinggi.
Dengan melihat gambaran pasien dengan CHF di atas sangat diperlukan
adanya pelayanan perawatan di rumah (homecare) sebagai tindak lanjut dari
perawatan di rumah sakit. Tujuan program homecare ini adalah meningkatkan
pencapaian tujuan pasien dan menurunkan kejadian dirawat kembali serta
menurunkan cost. Namun pada kenyataannya tidak terlalu mudah untuk
melakukan follow-up atau kunjungan rumah, ada beberapa kendala yang dihadapi
diantaranya adalah keterbatasan tenaga kesehatan, belum adanya koordinasi yang
baik antar multidisiplin ilmu dalam melakukan perawatan di rumah dan letak
geografis tempat tinggal pasien yang memerlukan waktu dan tenaga untuk
mencapainya. Sehingga yang sering terjadi pada pasien CHF adalah pasien
mendapatkan perawatan yang sangat baik selama fase akut dan setelah di rumah
pasien kembali lagi datang ke rumah sakit dengan kondisi yang sama atau lebih
buruk lagi. Hasil study(2), dari 67,1% pasien yang dirawat di ruang penyakit
dalam dan 51,5% pasien dari ruang bedah, menunjukan rata-rata pasien masuk
kembali ke ruang perawatan setelah dipulangkan sebanyak 19,6% dari
11.855.702 dalam jangka waktu 30 hari, selebihnya 34% dirawat kembali dalam
90 hari dari waktu dipulangkan dari rumah sakit. pasien yang dirawat di ruang
medical surgical.
Permasalahan diatas merupakan tantangan tersendiri bagi petugas pemberi
pelayanan kesehatan untuk menemukan strategi yang efektif untuk menolong
pasien dengan penyakit kronik khususnya CHF yang merupakan penyakit nomor
satu penyebab kematian. Apakah Telehealth merupakan solusinya?
B. Tinjauan Teori1. Homecare & Permasalahannya
Penyakit CHF merupakan penyakit kronis yang menyebabkan
berbagai gangguan lain dan merupakan penyakit yang mengancam jiwa, oleh
sebab itu pasien CHF memerlukan perawatan di rumah sakit dengan
membutuhkan biaya yang sangat besar. Meskipun selama perawatan kualitas
hidup dapat ditingkatkan, namun belum dapat dipastikan peningkatan kualitas
hidup dapat dipertahankan secara konsisten. Sehingga peran pemberi
perawatan di rumah (homecare) sangat penting sebagai tindak lanjut
perawatan di rumah sakit. Komponen penting pada perawatan klien dengan
CHF adalah managemnent terapi medis yang direkomendasikan, konseling
dan edukasi terkait dengan modifikasi aktifitas, kegiatan yang
direkomendasikan, self monitoring, prognosis, keterampilan kopping, sosial
support, dan kebutuhan spiritual.
Homecare merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka panjang
(Long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non
profesional yang telah mendapatkan pelatihan(3). Homecare juga merupakan
suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan serta memaksimalkan tingkat kemandirian, sehingga
yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan homecare ini adalah
keberhasilan proses discharge planning pasien yang perlu diperhatikan selama
pasien dalam perawatan dan koordinasi yang terjalin dengan baik antara
pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit dengan tim pemberi pelayanan
kesehatan di komunitas. Pasien dan anggota keluarga merupakan bagian yang
penting dalam discharge planning. Ketidakadekuatan discharge planning dan
follow-up merupakan penyebab kembalinya pasien ke ruang rawat dalam
waktu cepat.
Perawatan kesehatan di rumah bertujuan : (1) Membantu klien
memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya, (2)
Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga
dengan masalah kesehatan dan kecacatan, (3) Menguatkan fungsi keluarga dan
kedekatan antar keluarga, (4) Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah
dan mendapatkan perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan
paliatif, (5) Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat di
kelompokkan sebagai berikut ; (1) Pelayanan medik dan asuhan keperawatan,
(2) Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik, (3)
Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik, (4) Pelayanan informasi dan rujukan,
(5) Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan, (6) Higiene dan sanitasi
perorangan serta lingkungan, (7) Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Medicare (Stewart at.al
1995), tentang efek intervensi berbasis rumah terhadap rehospitalisasi pada
pasien dengan CHF dengan hasil intervensi berbasis rumah efektif
menurunkan kunjungan ke rumah sakit yang tidak terencana. Pasien yang
diberikan intervensi berbasis rumah dapat menurunkan frekwensi kunjungan
ulang ke rumahsakit yang tidak terencana sebesar 5,2% dari pada pasien CHF
yang tidak mendapatkan tindakan intervensi berbasis rumah.
Di balik keberhasilan pelaksanaan homecare dalam mengatasi
masalah-masalah pasien dengan penyakit kronik, terdapat permasalahan lain
yang mengganggu efektivitas pelaksanaan perawatan di rumah diantaranya
adalah; (1) Terbatasnya tenaga kesehatan (2) Adanya panggilan kunjungan
yang tidak diperlukan, hal ini akan membuang waktu, tenaga dan biaya, (3)
Hambatan yang datang dari pasien dan keluarga (4) Ketergantungan penderita
dan atau keluarga, (5) untuk kolaborasi dengan tim profesional lain
membutuhkan waktu yang cukup lama, (6) letak geografis yang jauh dapat
mempengaruhi efektivitas pelayanan dan cost yang diperlukan.
2. Penggunaan teknologi dalam praktek keperawatan di rumah
Di era kesejadatan ini peningkatan perkembangan teknologi berbanding lurus
dengan percepatan informasi. Dimana saat ini sedang terjadi revolusi digital, data,
suara, gambar diam dan gambar gerak dapat dicampur sehingga mendapatkan
gambaran yang cocok dan dapat dikirim dengan berbagai jenis saluran. Hal ini
menunjukan bahwa sejumlah besar informasi dapat disimpan pada chip yang lebih
kecil dan dapat diaplikasikan dalam pembuatan database medis .
Telehealth menunjukkan kecenderungan umum yang dapat mempengaruhi masa
depan. Interoperabilitas, konektivitas, skalabilitas dan mobilitas merupakan fitur
kunci untuk teknologi telehealth. Telehealth merupakan penyediaan layanan
kesehatan dan informasi yang terkait melalui teknologi telekomunikasi.
Telehealth dapat menggunakan telepon, atau dengan menggunakan
videoconference. Telehealth merupakan perluasan dari telemedicine, dimana
perbedaannya adalah telemedicin berfokus pada pengobatan/kuratif sedangkan
telehealth menitikberatkan pada aspek preventif, promotif dan kuratif. Telehealth saat
ini dijadikan solusi teknologi dalam melaksanakan menejemen kesehatan pasien.
Dengan menggunakan telehealth pemberi layanan kesehatan kesehatan dapat
melakukan monitoring pasien dari jarak jauh, seperti; memonitor tanda-tanda vital
pasien, berat badan, tekanan darah, nadi dan indikasi lain yang merupakan tanda-
tanda yang emergensi serta keluhan pasien dan obat-obatan. Pasien yang berada di
rumah dapat berkomunikasi dengan pemberi layanan kesehatan, interaksi ini dapat
diilakukan dengan berbagai cara diantaranya; real-time atau off line, atau dalam
bentuk video, voice-video dan dapat juga dalam bentuk telephone dan internet [Dellifraine, 2008; Tran, 2008].
Berdasarkan American Telehealth Association (ATA) ada beberapa metode yang
digunakan dalam penerapan home care technology dan telehealth diantaranya adalah:
1. Home Telehealth; dititk beratkan pada perawatan jarak jauh atau monitoring
pasien di luar gedung pelayanan kesehatan
2. Interactive Home Telehealth; interaksi dengan menggunakan audio-video
antara pemberi pelayanan kesehatan dan pasien. Biasanya pelayanan yang
diberikan adalah; assement, edukasi, atau pengumpulan data. Telemonitoring;
digunakan untuk melakukan pengumpulan data klinik pasien, contoh
penggunaan telemonitoring pada pasien CHF adalah penggunaan alat EKG
yang menggunakan transmisi wireless sehingga hasil dapat di monitor oleh
petugas pelayanan kesehatan, monitor EKG dapat juga dengan menggunakan
Bluetooth.
Gambar di ambil dari http://www.google.co.id/imglanding=telecardiolog
Keterangan :
- Alat EKG ditempelkan pada dada kiri
- Mobile phon akan mencatat dan menyimpan sinyal EKG melalui wireless
- Sinyal catatan EKG dapat dikirim ke dokter untuk di analisa
4. Self monitoring; monitoring yang dilakukan secara periodic dan terjadwal untuk
mendapatkan data klinik yang dilakukan oleh pasien sendiri, seperti tekanan
darah, glukosa, berat badan, temperature.
Penggunaan telehealth dalam praktek keperawatan khususnya sangat efektif
hal ini terbukti dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Pennsylvania Homecare
Association mengenai efektivitas penggunaan telehealth yang dilakukan pada 178
agency yang menggunakan telehealth sebagai kelompok intervensi dan sebagai 300
agency sebagai kelompok control tidak menggunakan telehealth. Hasil penelitian
menunjukan adanya perbedaan signifikan pada kelompok agensi yang menggunakan
telehealth rata-rata pasien yang dirawat kembali sebesar 10% sebangkan pada
kelompok yang tidak menggunakan telehealt sebesar 28%. Biaya yang dikeluarkan
oleh pasien yang menggunakan telehelt jauh lebih sedikit yaitu $ 87,327 sedangkan
kelompok yang tidak menggunakan telehealth $ 232,872. Hasil penelitian kualitatif
menunjukan bahwa penggunaan tehelth tidak mengurangi kualitas dan tingkat
kepuasan pasien.
3. Kesimpulan
Gagal Jantung kongestif merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Tidak adanya follow-up menyebabkan pasien mengalami perburukan
kondisi yang menyebabkan pasien perlu di rawat ulang. Kondisi ini yang memicu
tingginya angka kematian pada pasien CHF. Hal tersebut memerlukan suatu
pendekatan manajemen penyakit yang terkoordinasi dapat dilakukan dengan cara
melakukan penilaian awal/ deteksi dini tanda dan gejala, pendidikan yang
komprehensif, dan modifikasi perilaku dalam rangka meningkatkan manajemen
penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawat (homecare) merupakan
penyedia integral terlibat dalam mendidik, pembinaan, pengawasan dan
mendukung pasien dan keluarganya selama proses penyakit CHF.
Penggunaan telehealth dalam praktek perawatan di rumah sangat efektif,
dengan telehealth kondisi perubahan-perubahan klinik pasien dapat segera
terdeteksi dan dapat segera di komunikasikan dengan pemberi pelayanan
kesehatan sehingga kondisi-kondisi yang memerlukan tindakan emergensi dapat
segera dilakukan. Selain itu dengan menggunakan telehealth dapat menurunkan
biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien untuk perjalanan dan menurunkan
tingkat ketidaknyamanan pasien selama perjalanan.
Telehealth sangat cocok diterapkan di Indonesia, mengingat letak
geografis Indonesia berbentuk kepulauan dan banyak pegunungan menyebabkan
masyarakat Indonesia banyak yang kesulitan mencapai tempat pelayanan
kesehatan, dengan penggunaan telehealth pasien dapat dengan mudah
mendapatkan pelayanan kesehatan. Namun demikian aplikasi penggunaan
telehealth di Indonesia harus diiringi dengan pengadaan alat-alat yang diperlukan
untuk melakukan monitoring dan membangun jaringan untuk accses penyaluran
sinyal ke tempat pelayanan kesehatan serta pemberian informasi kepada pasien
dan keluarga yang akan menggunakan metode telehealth. Mimpi ini dirasa akan
lebih mudah terwujud jika ditunjang dengan kebijakan pemerintah.
Daftar Pustaka
Atzmon, O., (2006). Tele-Cardiology Services in the UK Improve Patient Care and Save Costs, VP Business Development Aerotel Medical Systems
_______.(2007).Economic Benefits of e-Technology in Managing Congestive Heart Failure. American Association of Homes and Services for the Aging.
Betty A. L., Ellen M., Tang M.J. H. (2006). Home Monitoring of Congestive Heart Failure Patients Proceedings of the 1st Distributed Diagnosis and Home Healthcare. Conference Arlington. Virginia. USA.
Benack R.T.(2008).Congestive Heart Failure the Patient and theCommunity, Conference Arlington. USA.
Chao1, K-M., Anane1, J., Plumley, N., Godwin1, R. (2004). A mobile agent framework for telecardiology, Data and Knowledge Engineering Research Group (DKERG), School of Mathematical and Information Sciences, Coventry University, UK
Chetney, R., (2003). Home Care Technology and Telehealth The Future Is HERE, Home Healthcare Nurse vol. 21(10).
Maglaveras1, V- N., Koutkias1, S., Meletiadis1, I., Chouvarda1, E-A, (2006). The Role of Wireless Technology in Home Care Delivery, Aristotelian University, The Medical School, Lab of Medical Informatics, 54006 Thessaloniki, Macedonia,GREECE
Quaglietti., Atwood, J-E., Ackerman, L., Froelicher, V.(2000). Management of the Patient With Congestive Heart Failure Using Outpatient, Home and Palliative Care, Progress in Cardiovascular Diseases. 43. 259-274
Sawo, D., Cherofsky, N., (2005). Telehealth in adult patients with congestive heart failure in long term home health care: A systematic review.
Smeletzer Suzzane ett all,(2008)Brunner & Suddarth Texbook of medical-surgical nursing, 11 th.ed. Lippincott William & Wilkins
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Home care merupakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat penyakit.
Home care memiliki tujuan antara lain yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar
klien secara bio, psiko, sosial, dan spiritual, meningkatnya kemandirian
pasien dan keluarga dalam pemiliharaan dan perawatan anggota keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan, serta terpenuhinya pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan klien.
3.2 Saran
Sebagai perawat kita diharapkan tidak hanya terpusat pada pelayanan
di institusi pelayanan kesehatan saja. Tetapi kita juga bisa melaksanakan
praktek mandiri seperti home care sesuai dengan ketentuan yang telah
diatur dalam Undang-Undang Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak. 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: CV. Agung Seto.
Widyanto. 2014. Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis.
Yogyakarta: Nuha Medika
Mulyati, Lia. PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM PRAKTEK
KEPERAWATAN DI RUMAH (HOMECARE) PADA PASIEN CRONIC
HEART FAILURE. http://anisaardani.weebly.com/jurnal-home-care.html